24 NOV Bilateral Meeting Bappenas K L dalam Rangka ...

12
COVER OKTOBER

Transcript of 24 NOV Bilateral Meeting Bappenas K L dalam Rangka ...

COVER OKTOBER

INFOGRAFIS

“Pertumbuhan ekonomi global mulai menunjukkan perbaikan pada triwulan III dibandingkan triwulan sebelumnya, mendorong perbaikan harga komoditas. Perekonomian Indonesia juga membaik meskipun masih terkontraksi secara YoY. Aktivitas pariwisata dalam negeri masih tertekan dan kinerjanya kini bergantung pada wisatawan domestik.”

ISU UTAMA

• Ekonomi global membaik • UU Ciptaker disahkan

Neraca Perdagangan: surplus USD3,6 miliar Cadangan Devisa: USD133,7 miliar

Nilai Tukar: Rp14.690/USD Suku Bunga: 4,00% Inflasi: 1,4% (YoY)

KOMODITAS ENERGI

Minyak Mentah: USD39,9/bbl ↓ Gas Alam: USD2,2/mmbtu ↑ Batu Bara: USD58,4/mt ↑

KOMODITAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN Minyak Kelapa Sawit: USD819,3/mt ↑ Kopi: USD1,5/kg ↓ Karet: USD2,2/kg ↑

KOMODITAS LOGAM DAN MINERAL

Bijih Besi: USD119,8/dmtu ↓ Nikel: USD15.239,4/mt ↑ Emas: USD1900,3/toz ↓

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

Perekonomian Global dan Domestik Ekonomi AS tumbuh 33,1 persen (QtQ) pada Q3 tahun 2020, didorong kuatnya pertumbuhan personal spending (40,7 persen) serta kuatnya peningkatan investasi bisnis dan perumahan. Meski mengalami pertumbuhan tinggi, namun level PDB riil masih 3,5 persen di bawah pre-pandemic peak.

Ekonomi EU, Perancis, Italia, Spanyol dan Jerman tumbuh masing-masing 12,7 persen (QtQ), 18,2 persen (QtQ), 16,1 persen (QtQ), 16,7 persen (QtQ), dan 8,2 persen (QtQ) pada Q3 tahun 2020. Rebound pertumbuhan kawasan dan negara-negara tersebut terutama didorong oleh baseline effect setelah lockdown pada Q2 tahun 2020, kecuali Jerman. Pertumbuhan ekonomi Jerman didorong konsumsi swasta, investasi peralatan, dan ekspor. Secara tahunan, ekonomi seluruh negara tersebut masih terkontraksi.

Perekonomian Korea Selatan tumbuh 1,9 persen (QtQ) pada Q3 tahun 2020, didorong pertumbuhan ekspor yang menyumbang sekitar 40 persen pada perekonomian. Namun, secara tahunan, ekonomi Korea Selatan masih terkontraksi 1,3 persen. Semenentara itu, ekonomi Vietnam tumbuh 2,6 persen (YoY) pada Q3 tahun 2020 setelah sempat melambat hingga 0,4 persen (YoY) pada Q2 tahun 2020.

Indonesia sendiri mengalami pertumbuhan 5,05 (QtQ) pada Q3 tahun 2020. Seluruh sektor tumbuh positif secara QtQ, dengan peningkatan tertinggi pada sektor transportasi (24,3 persen, QtQ) dan akomodasi (14,8 persen, QtQ) seiring pelonggaran PSBB yang mendorong wisata domestik. Wisatawan mancanegara (wisman) pada bulan September sebanyak 153,5 orang, turun dibandingkan bulan sebelumnya. Sebagian besar wisman yang melakukan perjalanan ke Indonesia dalam rangka perjalanan bisnis, kedinasan, maupun misi tertentu yang mayoritas berasal dari Malaysia dan Timor Leste. Berdasarkan pintu kedatangan masih didominasi melalui darat. Di sisi lain, kedatangan melalui pintu udara mengalami peningkatan 76,6 persen (MtM). Peningkatan tertinggi terjadi di Bandara Sam Ratulangi sebesar 138,4 persen (MtM).

Penerbangan internasional pada bulan September meningkat 9,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 34 ribu orang. Namun, penerbangan domestik turun 4,6 persen (MtM) menjadi 1,9 juta orang. Penumpang angkutan kereta api dan laut mengalami penurunan masing-masing sebesar 10,5 dan 3,3 persen (MtM).

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada bulan September sebesar 32,1 persen, turun dibandingkan bulan Agustus. TPK terendah terjadi di Bali (5,3 persen), disusul oleh Kepulauan Riau, dan Aceh. Sementara TPK tertinggi berada di Kalimantan Timur dan Lampung. Secara keseluruhan, kinerja pariwisata pada bulan September menurun dibandingkan Agustus 2020.

Aktivitas masyarakat di luar rumah pada bulan Oktober secara umum, masih terbatas. Namun, libur panjang pada pekan terakhir bulan Oktober sedikit meningkatkan mobillitas di beberapa tempat, terutama di bandara, terminal, dan stasiun. Hal itu juga mendorong minat masyarakat untuk berbelanja yang ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas di tempat belanja hingga melebihi kondisi normal. Mobilitas di taman juga meningkat 10 persen di atas kondisi normal terkait dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2020.

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2019 2020

Jumlah Kunjungan Wisman (Ribu Orang)

Sumber: BPS

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

Meski terjadi aksi demonstrasi di berbagai daerah menyusul disahkannya UU Cipta Kerja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat 5,3 persen sepanjang Oktober 2020. Level tertinggi IHSG pada bulan Oktober mencapai level 5.176,1. Namun, volatilitas di pasar keuangan meningkat, yang tercermin dari peningkatan Volatility Index, akibat lonjakan kasus Covid-19 di Eropa yang memicu kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi. Selain itu, investor juga masih berhati-hati mengingat Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang akan diselenggarakan pada 3 November 2020.

Sejalan dengan pergerakan IHSG, perkembangan nilai tukar Rupiah pada bulan Oktober cenderung menguat 1,5 persen (MtM). Namun, secara YtD, nilai tukar Rupiah melemah 5,7 persen. Penguatan pada bulan Oktober tidak terlepas dari melemahnya dolar AS. Hal tersebut tercermin dari mayoritas mata uang Asia yang juga menguat.

Posisi cadangan devisa pada bulan Okober 2020 turun menjadi USD133,7 miliar yang dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa pada bulan Oktober setara dengan pembiayaan 9,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut dinilai cukup untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas ekonomi sistem keuangan.

Neraca perdagangan barang Indonesia bulan Oktober 2020 mengalami surplus USD3,6 miliar, tertinggi sejak tahun 2010. Seperti yang terjadi selama beberapa bulan sebelumnya, surplus ini didorong oleh penurunan kinerja impor yang semakin dalam. Di sisi lain, kinerja ekspor berangsur menuju level normal.

Ekspor Indonesia pada bulan Oktober meningkat 3,1 persen (MtM) menjadi USD14,4 miliar, atau turun 3,3 persen (YoY). Ekspor nonmigas meningkat 3,5 persen (MtM) sementara ekspor

4.926,7

5.176,1

4.8004.8504.9004.9505.0005.0505.1005.1505.200

1/10

/2020

2/10

/2020

5/10

/2020

6/10

/2020

7/10

/2020

8/10

/2020

9/10

/2020

12/10/2020

13/10/2020

14/10/2020

15/10/2020

16/10/2020

19/10/2020

20/10/2020

21/10/2020

22/10/2020

23/10/2020

26/10/2020

27/10/2020

Pergerakan IHSG

14.890

14.658

14.50014.55014.60014.65014.70014.75014.80014.85014.90014.950

1/10

/2020

2/10

/2020

5/10

/2020

6/10

/2020

7/10

/2020

8/10

/2020

9/10

/2020

12/10/2020

13/10/2020

14/10/2020

15/10/2020

16/10/2020

19/10/2020

20/10/2020

21/10/2020

22/10/2020

23/10/2020

26/10/2020

27/10/2020

Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD)

Sumber: Bank Indonesia

110

115

120

125

130

135

140

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2020

Posisi Cadangan Devisa (USD miliar)

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

02468

1012141618

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2020

Ner

aca

Perd

agan

gan

Neraca Perdagangan (USD miliar)

NERACA PERDAGANGAN EKSPOR TOTAL

IMPOR TOTAL Sumber: BPS

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bursa Efek Indonesia

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

migas turun 5,9 persen (MtM). Kinerja ekspor seluruh sektor nonmigas mengalami peningkatan dibandingkan bulan September 2020. Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan meningkat baik secara MtM maupun YoY. Ekspor sektor pertambangan dan lainnya meningkat hingga 17,0 persen (MtM), namun masih 33,3 persen lebih rendah dibandingkan ekspor bulan Oktober 2019. Ekspor logam mulia, perhiasan/ permata turun 20,3 persen seiring dengan turunnya harga emas dunia.

Kinerja impor Indonesia pada bulan Oktober sebesar USD10,8 miliar atau turun 6,8 persen (MtM) disebabkan oleh turunnya impor migas (-8,0 persen, MtM) dan nonmigas (-6,7 persen, MtM). Terjadi penurunan di seluruh kelompok barang baik secara MtM maupun YoY. Impor barang konsumsi turun 7,6 persen (MtM). Sementara bahan baku/penolong dan barang modal turun masing-masing 5,0 dan 13,3 persen (MtM).

Turunnya impor bahan baku dan barang modal pada bulan Oktober menunjukkan industri dalam negeri belum beroperasi secara maksimal. Salah satunya disebabkan oleh pengetatan PSBB kembali pada awal bulan Oktober. Kinerja industri ini tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia bulan Oktober sebesar 47,8 yang berarti masih dalam fase terkontraksi. Indeks output sebesar 48,3, juga masih terkontraksi, yang disebabkan oleh lemahnya penjualan.

Setelah terjadi deflasi sepanjang bulan Juli hingga September, pada bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,07 persen (MtM), atau 1,44 persen (YoY). Perkembangan inflasi tahun kalender tergolong cukup rendah yakni sebesar 0,95 persen (YtD). Dari 11 kelompok pengeluaran, terdapat 5 kelompok yang mengalami deflasi, yaitu kelompok perumahan, perlengkapan rumah tangga, transportasi, infokom, dan perawatan pribadi.

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang sebesar 0,29 persen (MtM), didorong oleh kenaikan harga yang terjadi pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, dan minyak goreng. Komoditas cabai merah mengalami kenaikan harga sejak awal bulan Oktober yang disebabkan oleh gagal panen

di beberapa daerah. Sementara kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh turunnya pasokan dari daerah sentra produksi. Selain itu, memasuki musim hujan, potensi gagal panen menjadi lebih besar dan berpotensi terjadi lonjakan harga lebih tinggi.

Kenaikan pada harga nasi dan lauk pauk menyebabkan terjadinya inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,19 peren (MtM). Sementara itu, kelompok kesehatan juga mengalami inflasi sebesar 0,15 persen (MtM).

Penurunan tarif listrik mendorong terjadinya deflasi 0,04 persen (MtM) pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok transportasi juga deflasi 0,14 persen (MtM) yang disebabkan oleh berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara. Sementara itu, penurunan harga emas perhiasan menjadi faktor utama terjadinya deflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (-0,11 persen, MtM).

Harga Komoditas Melemahnya permintaan global dan disrupsi rantai pasok menyebabkan harga komoditas turun, tercermin dari indeks harga komoditas ekspor Indonesia yang masih berada dalam tekanan sepanjang tahun berjalan 2020. Mengutip laporan tinjauan kebijakan moneter Bank Indonesia bulan Oktober tahun 2020, indeks harga komoditas ekspor Indonesia hingga 9 Oktober 2020 terkontraksi 4,4 persen, lebih besar dibandingkan penurunan kinerja indeks harga komoditas ekspor Indonesia tahun 2019 yang sebesar 3 persen. Penurunan terbesar terjadi pada harga batu bara yang terkoreksi 20,5 persen (YtD), diikuti oleh harga karet dan timah yang masing-masing turun 9,7 dan 9,4 persen (YtD). Hanya komoditas minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan kopi yang harganya masih meningkat, masing-masing 21,0 dan 3,4 persen (YtD).

Laporan Tiongkok mengenai peningkatan produksi industrinya pada Agsutus lalu yang mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir memberi sinyal positif untuk mendorong pemulihan. Prospek volume perdagangan dunia dan harga komoditas global membaik pada awal paruh kedua tahun ini dibandingkan dengan semester I tahun 2020.

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

Indikasi membaiknya volume perdagangan dunia tercermin dari peningkatan kegiatan ekspor berbagai negara dan indeks kontainer logistik global (drewry world container index) yang meningkat pada triwulan III tahun 2020.

Sementara itu, perbaikan harga komoditas ekspor utama Indonesia didorong oleh peningkatan harga CPO dan komoditas logam yang menunjukkan tren positif, seiring dengan meningkatnya permintaan dari Tiongkok. Setidaknya ada tiga katalis besar yang akan mendorong permintaan komoditas hingga akhir tahun, yaitu: (1) vaksin virus Covid-19; (2) pemulihan ekonomi Tiongkok; dan (3) skala paket stimulus AS. Kabar kelanjutan pembahasan paket stimulus fiskal dinilai akan mendukung ekonomi dan bursa saham di negara tersebut, sehingga akan turut mendorong nilai komoditas.

Perkembangan harga minyak mentah dunia pada bulan Oktober 2020 kembali melemah, dipicu oleh kekhawatiran atas lonjakan kasus virus Covid-19, terutama di Eropa, yeng mendorong pemberlakuan lockdown. Selain itu, pasokan minyak mentah meningkat yang didorong oleh pembukaan kembali kegiatan operasi di kilang minyak Libya dan Teluk Meksiko.

Harga minyak mentah rata-rata pada bulan Oktober turun 1,7 persen (MtM) menjadi USD39,9 per barel. Harga minyak mentah Brent turun 1,5 persen menjadi USD40,5 per barel. Harga minyak mentah WTI turun tipis sebesar 0,2 persen (MtM). Penurunan harga paling dalam terjadi pada minyak mentah Dubai yang turun 3,4 persen (MtM) menjadi USD39,7 per barel. Sementara itu, harga minyak Indonesia (ICP) naik 1,7 persen (MtM) menjadi

USD38,1 per barel yang didorong oleh perbaikan marjin produk light distillate di pasar Asia Pasifik.

Pergerakan harga batubara pada bulan Oktober menguat yang ditopang oleh; (1) permintaan yang lebih kuat dan pengurangan pasokan dalam negeri Tiongkok; (2) normalnya pembangkit listrik tenaga batu bara untuk importir utama seperti India, Jepang, dan Korea Selatan; (3) strategi Tiongkok memanfaatkan harga yang turun untuk menimbun batu bara sehingga nantinya akan memicu rebound harga. Ketatnya produksi dalam negeri di Tiongkok menjadi sinyal pelonggaran impor batu bara sehingga mendongkrak harga. Pada bulan Oktober, harga komoditas batu bara menguat 7,0 persen menjadi USD58,4 per metrik ton. Sementara itu, Harga Batu Bara Acuan (HBA) Indonesia juga meningkat untuk pertama kalinya setelah Maret 2020 sebesar 3,2 persen (MM) menjadi USD51,0 sejalan dengan meningkatnya permintaan dari industri di Tiongkok dan Jepang.

Harga gas alam pada bulan Oktober 2020 naik 13,1 persen (MtM) menjadi USD2,2 per mmbtu yang didorong oleh penurunan jumlah cadangan gas alam. Berkurangnya persediaan gas alam cair yang dimiliki AS disebabkan oleh Badai Delta yang menghantam wilayah sektor produksi, mengakibatkan munculnya isu defisit gas alam. Di sisi lain, siklus La Nina akan berdampak pada perubahan cuaca menjadi lebih dingin di wilayah utara Amerika Serikat hingga awal 2021 mendatang diprediksi akan meningkatkan permintaan bahan bakar untuk pemanas ruangan.

Sementara itu, harga komoditas pertanian dan perkebunan pada bulan Oktober 2020 bergerak variatif. Harga minyak kelapa sawit menguat 2,6

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2020

Harga Minyak Mentah (USD/barel)

Dubai Brent WTI 0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

0,010,020,030,040,050,060,070,080,0

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2020

Perkembangan Harga Batu Bara dan Gas Alam

Batu Bara, Australia (USD/mt)

Gas Alam, AS (USD/mmbtu)

Sumber: Pink Sheet

Sumber: Pink Sheet

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

persen (MtM) yang didorong oleh prospek penurunan produksi akibat La Nina dan kenaikan konsumsi di sejumlah negara. Prospek peningkatan permintaan minyak CPO di Tiongkok dan India pada triwulan IV tahun 2020 diprediksi akan cenderung berlanjut karena adanya perayaan Diwali di India serta kenaikan penjualan makanan eceran di Tiongkok. Harga minyak kelapa sawit (CPO) pada bulan Oktober sebesar USD819,3 per metrik ton.

Komoditas karet terus melanjutkan peningkatan harga yang mencapai USD2,2 per metrik ton, atau naik 17,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh minimnya pasokan karet mentah dari negara produsen utama di tengah permintaan yang sedang meningkat. Konsumsi karet diperkirakan meningkat dalam empat bulan terakhir karena proyeksi pemulihan Tiongkok yang lebih cepat dari perkiraan. Sementara, output global turun lebih awal dari yang diperkirakan karena produksi karet yang lebih rendah di Thailand akibat Covid-19 telah mengurangi produktivitas tenaga kerja, serta beberapa perkebunan sedang dilanda badai tropis.

Pasokan kedelai mengalami tekanan dimana produksi lahan kedelai di Amerika Serikat terganggu setelah dilanda bencana alam. Pada saat yang bersamaan, Tiongkok mulai melakukan impor kedelai dari Amerika Serikat. Kondisi tersebut mendorong kenaikan harga kedelai internasional sebesar 7,3 persen (MtM) menjadi USD454,3 per metrik ton.

Sementara itu, harga kopi, kakao, dan udang turun imbas dari pandemi yang memaksa restoran tutup. Stok kopi yang melimpah akibat para pelanggan masih enggan ke café membuat harga varietas Arabika merosot. Permintaan udang juga masih lemah, khususnya udang ukuran besar. Pemasaran udang di Uni Eropa setelah pandemi turun 6,0 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dan diprediksi baru mulai pulih pasca musim semi Maret tahun depan.

Pergerakan harga komoditas logam industri pada bulan Oktober tahun 2020 secara umum menguat. Harga komoditas nikel menguat 2,6 persen (MtM) menjadi USD15.239,4 per metrik ton yang didorong oleh prospek kenaikan permintaan seiring pemulihan ekonomi Tiongkok. Selain itu juga diperkuat dengan popularitas mobil listrik yang semakin baik. Sebagai bahan baku baterai yang merupakan sumber tenaga mobil listrik, hal ini akan meningkatkan permintaan nikel di pasar global.

Kenaikan harga tembaga salah satunya disebabkan penutupan kegiatan operasional yang dilakukan oleh Lundin Mining Corp pada salah satu tambangnya di Candelaria, Chili, seiring dengan aksi mogok pekerja yang menuntut kenaikan upah. Selain itu, kebijakan pemerintah Tiongkok yang memberikan stimulus di sektor manufaktur guna melanjutkan pembangunan proyek-proyek yang sempat tertunda akibat pandemi juga memberi dampak yang cukup baik. Membaiknya kondisi ekonomi TIongkok, sebagai importir terbesar tembaga tercermin dari kinerja impor TIongkok yang telah mengimpor 2,8 juta ton tembaga pada paruh pertama tahun ini, atau naik 25 persen (YoY).

0

200

400

600

800

1.000

0,0

5,0

10,0

15,0

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2020

Perkembangan Harga Komoditas Pertanian

Kakao (USD/kg)Kopi, Robusta (USD/kg)Karet, SGP/MYS (USD/mt)Udang, Meksiko (USD/kg)Minyak Kelapa Sawit (USD/mt) (RHS)Kedelai (USD/mt) (RHS)

Sumber: Pink Sheet

0

50

100

150

0

5.000

10.000

15.000

20.000

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2020

Perkembangan Harga Logam

Tembaga (USD/mt)Nikel (USD/mt)Timah (Usd/mt)Seng (USD/mt)Bijih Besi, cfr spot (USD/dmtu) (RHS)

Sumber: Pink Sheet

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

Perbaikan kondisi ekonomi di Tiongkok juga berdampak positif bagi harga timah yang meningkat 1,3 persen (MtM). Impor timah yang dilakukan oleh Tiongkok menunjukkan peningkatan. Di sisi lain, pasokan timah dari Myanmar sedang terganggu cuaca yang memasuki musim hujan. Sementara itu, harga bijih besi turun 3,2 persen (MtM) sejalan dengan turunnya impor oleh Tiogkok sebesar 1,7 persen (MtM).

Pada bulan Oktober, harga emas dunia kembali melemah menjadi USD1.900,3 per troy ons. Harga emas turun setelah dolar Amerika Serikat menguat terkait optimisme hasil pemilihan presiden Amerika Serikat. Penurunan tersebut sesuai dengan siklus harga emas yang terjadi setiao tahunnya. Meski melemah, harga rata-rata pada bulan Oktober 2020 masih 27,1 persen lebih tinggi dibandingkan Oktober 2019.

1.900,3

10501150125013501450155016501750185019502050

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2020

Harga Emas (USD/troy ons)

Sumber: Pink Sheet

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

REALISASI PERTUMBUHAN TRIWULAN III 2020: PERBANDINGAN PEMULIHAN EKONOMI

Rilis pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2020 di berbagai negara memberikan gambaran proses pemulihan ekonomi. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi dunia menunjukkan pemulihan, seiring dengan relaksasi kebijakan pembatasan sosial atau “lockdown”. Namun jika dianalisis lebih rinci, terdapat negara-negara yang

mampu pulih lebih cepat dibandingkan dengan negara yang lain. Tiga negara yang mampu mencatat pertumbuhan ekonomi positif pada triwulan III adalah Tiongkok, Taiwan, dan Vietnam. Ketiga negara tersebut dianggap berhasil secara cepat mengendalikan penyebaran wabah Covid-19.

Untuk menganalisis dengan lebih rinci seberapa cepat pemulihan yang terjadi antar negara, perbandingan dengan kondisi sebelum pandemi harus dilakukan. Gambar di atas menunjukkan perubahan pertumbuhan triwulan III tahun 2020 dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagai contoh, meski kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,5 persen relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain, tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 5,0 persen, maka penurunannya adalah sebesar 8,5 persen poin. Penurunan tersebut merupakan salah satu yang terbesar, mengindikasikan proses pemulihan yang lebih lambat dibandingkan dengan negara lain. World Economic Outlook IMF (Oktober 2020) menganalisis lebih dalam kaitan antara proses pemulihan ekonomi dengan penanganan wabah Covid-19. Dalam laporannya, IMF menyebutkan negara yang menerapkan kebijakan pembatasan sosial ketat untuk mencegah perluasan persebaran virus (flattening the curve), kemudian baru merelaksasi pembatasan ketika virus berhasil dikendalikan, dan diikuti oleh protokol kesehatan yang disiplin, serta testing dan tracing yang massif,

memiliki fondasi yang lebih kuat untuk proses pemulihan ekonomi, termasuk untuk pertumbuhan ekonomi jangka menengah. Upaya flattening the curve berperan sebagai fondasi kuat bagi pemulihan ekonomi, termasuk pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah. Selanjutnya, ketika jumlah kasus telah menurun dan relatif stabil, kegiatan ekonomi pun dapat berjalan kembali. Namun, protokol kesehatan secara disiplin tetap harus diperhatikan agar tidak terjadi gelombang kedua (second wave). Contoh sukses negara yang berhasil menangani Covid-19 adalah Tiongkok. Gambar di bawah mencoba membandingkan upaya flattening the curve dan dampak ekonomi antara Tiongkok dan Indonesia. Sebagai akibat kebijakan pengendalian Covid-19 yang lebih ketat, dampak ekonomi yang dirasakan oleh Tiongkok lebih besar dari Indonesia, ditunjukkan oleh penurunan indeks penjualan ritel yang lebih tajam. Namun selepas relaksasi pembatasan sosial, pemulihan ekonomi yang terjadi di Tiongkok jauh lebih cepat dibandingkan dengan di Indonesia yang masih harus menghadapi tingginya kasus penyebaran Covid-19.

-17,74-10,54

-9,04-8,51-8,17-7,70-7,63

-7,06-7,05

-5,89-5,58

-5,01-4,99-4,99-4,86-4,64

-3,19-1,10

0,31

PhilippinesSpain

ThailandIndonesia

MexicoSingapore

JapanMalaysiaBelgium

FranceEuropean Union

ItalyUnited States

GermanyVietnam

LatviaSouth Korea

ChinaTaiwan

Pertumbuhan Tw3-2020 thd Tw3 2019(persen)

-11,61-8,72-8,63

-7,00-6,39

-5,89-5,20

-4,52-4,28-4,23-3,90

-3,49-3,10-2,91-2,68

-1,272,62

3,334,90

PhilippinesSpain

MexicoSingapore

ThailandJapan

BelgiumItaly

FranceGermany

European UnionIndonesia

LatviaUnited States

MalaysiaSouth Korea

VietnamTaiwan

China

Pertumbuhan Ekonomi Negara Dunia Tw III 2020(persen, yoy)

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

Meski dari sisi pertumbuhan ekonomi, Indonesia telah mencapai rock bottom pada triwulan II lalu, tetapi rilis berbagai data Oktober 2020 masih menunjukkan proses pemulihan yang berjalan lambat, diantaranya:

1. PMI Manufacturing Indonesia meningkat pada Oktober menjadi sebesar 47,8, tetapi masih mengindikasikan kontraksi pada sektor manufaktur.

2. Produksi semen Oktober meningkat 5,1 persen (mtm) tetapi masih terkontraksi 8,5 persen secara yoy.

3. Indeks keyakinan konsumen Oktober masih pada zona pesimis bahkan kembali turun menjadi 79,0.

4. Indeks penjualan riil bulan September sebesar 193,8 atau turun 8,7 persen (yoy. Indeks penjualan riil bulan Oktober diperkirakan sebesar 194,1 atau turun 10,0 persen (yoy).

5. Penjualan mobil wholesales pada bulan Oktober tumbuh melambat 1,0 persen (mtm) setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 30,2 persen (mtm). Penjualan mobil masih lebih rendah 49,0 persen dibandingkan Oktober 2019.

Melihat perkembangan proses pemulihan ekonomi negara lain dan berbagai perkembangan indikator domestik, proses pemulihan ekonomi akan lebih cepat ketika wabah Covid-19 dapat dilakukan dengan lebih baik. Oleh karenanya langkah-langkah untuk meningkatkan kebijakan penanganan Covid-19 harus dilakukan, diantaranya melalui:

• Konsistensi penegakan aturan protokol kesehatan pada area ramai, seperti area perkantoran, area sekolah, tempat wisata, pusat perbelanjaan dan transportasi umum.

• Memutus mata rantai persebaran virus Covid-19 dengan meningkatkan jumlah 3T (Testing, Tracing, Treatment).

• Penyusunan Peraturan Daerah (Perda) Penanggulangan Covid-19 seluruh Kab/Kota sebagai payung hukum penanganan Covid-19 secara lebih rinci dan disesuaikan dengan karakteristik daerah.

• Satgas Covid-19 daerah melakukan aksi tanggap dan cepat untuk meminimalisir munculnya cluster persebaran baru.

• Melaksanakan evaluasi pengendalian Covid-19 secara berkala.

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

Indikator Makro Inflasi Oktober 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik

Neraca Perdagangan (USD miliar)

URAIAN 2019 2020

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Neraca Perdagangan 0,12 -1,40 -0,08 -0,64 2,51 0,72 -0,37 2,02 1,25 3,24 2,35 2,39 3,61

Migas -0,84 -1,09 -1,00 -1,18 -0,95 -0,96 -0,29 -0,01 -0,95 -0,25 -0,35 -0,47 -0,45

Nonmigas 1,01 -0,30 0,94 0,54 3,46 1,66 -0,08 2,10 1,36 3,52 2,71 2,91 4,06

Ekspor Total 14,88 13,94 14,43 13,63 14,06 14,07 12,16 10,45 12,01 13,70 13,10 13,96 14,39

Ekspor Migas 0,86 1,03 1,13 0,81 0,80 0,66 0,56 0,56 0,57 0,68 0,60 0,67 0,63

Ekspor Nonmigas 14,02 12,91 13,30 12,82 13,26 13,41 11,60 9,89 11,44 13,02 12,50 13,29 13.76

Impor Total 14,76 15,34 14,51 14,27 11,55 13,35 12,54 8,44 10,76 10,46 10,74 11,57 10,78

Impor Migas 1,76 2,13 2,14 1,99 1,75 1,60 0,86 0,66 0,68 0,95 0,95 1,17 1,08

Impor Nonmigas 13,00 13,21 12,37 12,28 9,80 11,75 11,68 7,78 10,08 9,51 9,79 10,40 9,70 Impor Menurut Gol. Barang 14,76 15,34 14,51 14,27 11,55 13,35 12,54 8,44 10,76 10,46 10,74 11,57 10,78

Barang Konsumsi 1,44 1,67 1,65 1,47 0,88 1,27 1,22 0,93 1,41 1,11 1,19 1,12 1,03

Bahan Baku 10,88 11,17 10,40 10,58 8,88 10,28 9,36 6,11 7,58 7,39 7,75 8,32 7,90

Barang Modal 2,44 2,50 2,45 2,23 1,83 1,80 1,96 1,39 1,77 1,97 1,79 2,13 1,85

Cadangan Devisa 126,7 126,6 129,2 131,7 130,4 121,0 127,9 130,5 131,7 135,1 137,0 135,2 133,7

Sumber: Badan Pusat Statistik

Andil Inflasi Inflasi MtM Inflasi YoY Inflasi Umum 0,07 0,07 1,44 Makanan, Minuman, dan Tembakau 0,07 0,29 2,25 Pakaian dan Alas Kaki 0,01 0,09 1,05 Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga -0,01 -0,04 0,56 Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 0,00 -0,03 1,33 Kesehatan 0,01 0,15 2,93 Transportasi -0,02 -0,14 -0,79 Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,00 -0,02 -0,44 Rekreasi, Olahraga, dan Budaya 0,00 0,02 0,92 Pendidikan 0,00 0,04 1,29 Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 0,02 0,19 2,11 Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya -0,01 -0,11 6,62

Inti 0,03 0,04 1,74 Harga Diatur Pemerintah -0,03 -0,15 0,46 Bergejolak 0,07 0,40 1,32

Komponen Energi -0,01 -0,12 -0,75 Komponen Bahan Makanan 0,07 0,38 1,33

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Oktober 2020

Pertumbuhan Ekonomi 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1 2020:2 2020:1 Produk Domestik Bruto (persen, YoY) 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 2,97 -5,32 -3,49 Konsumsi Rumah Tangga 5,1 5,0 5,2 5,0 5,0 2,8 -5,5 -4,0 Konsumsi LNPRT 9,1 17,0 15,3 7,4 3,5 -5,1 -7,8 -2,1 Konsumsi Pemerintah 4,8 5,2 8,2 1,0 0,5 3,7 -6,9 9,8 PMTB 6,6 5,0 4,6 4,2 4,1 1,7 -8,6 -6,5 Ekspor Barang dan Jasa 6,6 -1,6 -1,7 0,1 -0,4 0,2 -11,7 -10,8 Impor Barang dan Jasa 11,9 -7,5 -6,8 -8,3 -8,0 -2,2 -17,0 -21,9

Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 2,3 1,8 5,3 3,1 4,3 0,0 2,2 2,1 Pertambangan dan Penggalian 14,0 2,3 -0,7 2,3 0,9 0,4 -2,7 -4,3 Industri Pengolahan 3,2 3,9 3,5 4,1 3,7 2,1 -6,2 -4,3 Listrik dan Gas 3,2 4,1 2,2 3,7 6,0 3,9 -5,5 -2,4 Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 0,6 8,9 8,3 4,9 5,4 4,6 4,6 6,0 Konstruksi 4,4 5,9 5,7 5,6 5,8 2,9 -5,4 -4,5 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 4,0 5,2 4,6 4,4 4,2 1,6 -7,6 -5,0 Transportasi dan Pergudangan 1,4 5,5 5,9 6,7 7,6 1,3 -30,8 -16,7 Akomodasi dan Makan Minum 0,9 5,9 5,5 5,4 6,4 1,9 -22,0 -11,9 Informasi dan Komunikasi 1,7 9,1 9,6 9,2 9,7 9,8 10,8 10,6 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,6 7,2 4,5 6,1 8,5 10,6 1,1 -0,9 Real Estate 2,6 5,4 5,7 6,0 5,9 3,8 2,3 2,0 Jasa Perusahaan 3,2 10,4 9,9 10,2 10,5 5,4 -12,1 -7,6 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,4 6,4 8,9 1,9 2,1 3,2 -3,2 1,9

Jasa Pendidikan 2,3 5,6 6,3 7,8 5,5 5,9 1,2 2,4 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,9 8,6 9,1 9,2 7,8 10,4 3,7 15,3 Jasa lainnya 3,0 10,0 10,7 10,7 10,8 7,1 -12,6 -5,5

PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 14.838 3.783 3.963 4.067 4.018 3.922 3.687 3.894

Sumber: Badan Pusat Statistik