(AAN - UNP
Transcript of (AAN - UNP
PENELITIAN DAN/\ "NBP FAKULTAS ILMU SO511 F 1 ;"'-l;;'k (AAN UNI\TI\"": "E 1E91 'AD f NG
J I? f 1. " f I ' 70;' 1 032
MODEL PENGEME.!~NNC;AN EKOWS AT19 PE <IS (R MANDEH BER I?. ISIS BENCAKA I'SIJNAE?I
Peneli ti
Ilr. Dedi Hermon, 37P NTDN. 0024097~104
Penel i - ian ini dibiayai oleh DIPA LJni\.ersitas Fsrreri Padang Melalui ?NIX!' FJS UNP
No. 2592i1UN35.1 5/PG';Ol7 Tanggal 10 sptember
PROGRAM STUD1 MAGISI'ER PENDIDIFL4F GEOGRAFT F,4KULTAS 'LMU S O S I I Z Z
UN'IVER I NEGERI PAD \VG 2fI15
1
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DANA PNBP FAKULTAS ILMU SOSIAL
MODEL PENGEMBANGAN EKOWISATA PESISIRMANDEH BERBASIS BENCANA TSUNAMI
Peneliti
Dr. Dedi Hermon, MP NIDN. 0024097404
Penelitian ini dibiayai oleh:DIPA Universitas Negeri Padang Melalui PNBP FIS UNP
No. 2592j/UN35.1.6/PG/2015 Tanggal 10 September
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
2
HALAMAN PENGESAHANPENELITIAN HIBAH PASCASARJANA
Judul Penelitian : Model Pengembangan Ekowisata Pesisir MandehBerbasis Bencana Tsunami
Nama Rumpun Ilmu : Magister Pendidikan Geografi (S2)
Ketua Penelitian
A. Nama Lengkap : Dr. DEDI HERMON, MP
B. NIDN : 0024097404
C. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
D. Program Studi : Geografi FIS UNP
E. Nomor HP : 081386334039
F. Surel (e-mail) : [email protected]
Lokasi Kegiatan : Pantai Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan
Waktu Pelaksanaan : Juli – November 2015
Biaya Kegiatan : Rp 15.000.000,- (Lima Belas Juta Juta Rupiah)
Padang, 18 Mei 2015
Dekan FIS UNP Peneliti
Prof. Dr. Syafri Anwar, M.Pd Dr. Dedi Hermon, MPNIP. 19621001 198903 1 002 NIP. 19740924 200312 1 004
MenyetujuiKetua Lembaga Penelitian
Dr. Alwen Bentri, M.PdNIP/NIK 196107221986021002
3
RANGKUMAN
Tujuan penelitian ini adalah merumuskan model strategi pengembanganekowisata pesisir berbasis bencana tsunami. Rumusan zona-zona bahaya bencanatsunami menggunakan metode analisis Geography Information System(GIS)dengan alat analisis GIS-Global Mapper untuk memodifikasi dan mensimulasikankontur dengan ketinggian gelombang tsunami 10-20 m, sedangkan untukmerumuskan zona bahaya tsunami dilakukan dengan GIS-ERDAS 9.1 dan GIS-ArcGIS 9.1 (Hermon, 2012b; Hermon, 2014c; Hermon, 2015). Rumusan modelstrategi pengembangan ekowisata berbasis bencana tsunami dilakukan denganmetode A’WOT, analisis yang memadukan Analytic Hirarchy Process (AHP)dengan SWOT Analysis(Kangas et al., 2001; Hermon, 2010a; Pelz, 2014; danHermon 2014d).Kawasan Mandeh umumnya termasuk pada zona berbahayabencana tsunami tinggi dan zona berbahaya bencana tsunami sedang. Zonaberbahaya tsunami tinggi meliputi kawasan pesisir Pulau Marak, kawasan pesisirbagian barat Pulau Sironjong Kecil, kawasan pesisir bagian utara Teluk CarocokTarusan, kawasan pesisir bagian barat, utara, dan selatan Pulau Cubadak, dankawasan pesisir bagian barat Semenanjung Pagang. Sedangkan zona berbahayabencana tsunami sedang meliputi kawasan pesisir bagian timur Pulau SironjongKecil, kawasan pesisir bagian timur Pulau Cubadak, Pulau Sironjong Gadang,Pulau Setan Kecil, Pulau Setan Gadang, Pulau Pagang, dan kawasan pesisir TelukCarocok Tarusan bagian Selatan. Model strategi pengembangan ekowisataberbasis bencana tsunami menunjukkan bahwa IFE (evaluasi faktorinternal/kekuatan dan kelemahan) mempunyai nilai sebesar 1,678 dan EFE(evaluasi faktor eksternal/peluang dan ancaman)mempunyai nilai sebesar 2,371.Nilai EFE lebih tinggi dibandingkan dengan IFE, hal ini menunjukan bahwapengembangan ekowisata pantai Mandeh berbasis bencana tsunami di KabupatenPesisir Selatan memiliki kekuatan dan peluang yang cukup besar untukdikembangkan.
4
Padang, Desember 2015Ketua Lembaga PenelitianUniversitas Negeri Padang
Dr. Alwen Bentri, M.Pd
PENGANTAR
Kegiatan penelitian dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan sertaterapannya. Dalam hal ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusahamendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian internal dari kegiatan TriDharma Perguruan Tinggi, baik yang secara langsung dibiayai dengan dana UniversitasNegeri Padang, BOPTN maupun dari sumber lain yang relevan atau bekerja sama denganinstansi terkait.
Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerja samadengan Fakultas dan Program Pascasarjana telah mendanai skema Dosen-DosenPascasarjana yang berjudul Model Pengembangan Ekowisata Pesisir Pantai MandehBerbasis Bencana Tsunami atas nama Dr. Dedi Hermon, MP, yang dibiayai oleh DIPAUniversitas Negeri Padang melalui PNBP FIS UNP sesuai surat penugasan pelaksanaanpenelitian desentralisasi Nomor 2592j/UN35.1.6/PG/2015 tanggal 10 September 2015.
Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagaipermasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitiantersebut diatas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas NegeriPadang telah dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya pentingdalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan. Hasil penelitian ini telah ditelaah olehtim pembahas usul dan laporan penelitian. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagipengembangan ilmu pada umumnya, dan peningkatan mutu staf akademik UniversitasNegeri Padang.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepadaberbagai pihakyang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama pada pimpinan lembaga terkait yangmenjadi objek penelitian, responden yang menjadi sampel penelitian, dan tim pereviewLembaga Penelitian Universitas Negeri Padang. Secara khusus, kami menyampaikan terimakasih kepada Dekan FIS Universitas Negeri Padang yang telah berkenan memberikanbantuan pendanaan bagi penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yangterjalin selama ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yangdiharapkan dan semoga kerjasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi di masayang akan datang.
Terima kasih.
5
NIP. 19610722 198602 1002
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekowisata pesisir merupakan wisata pantai dengan mengandalkan
keunggulan-keunggulan kawasan pesisir yang harus berwawasan lingkungan
dengan mengutamakan prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan. Prinsip
pariwisata ini diharapkan mampu mempertahankan kualitas lingkungan pesisir,
mempertahankan budaya masyarakat pesisir, memberdayakan masyarakat pesisir,
dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat pesisir serta pemerintah
(Fandeli, et al, 2005). Fennel dan Eagles (1990), Damanik dan Weber (2006), dan
Primadany (2010) menjelaskan bahwa potensi kekayaan sumber daya alam pesisir
menjadi tumpuan baru sebagai modal utama pembangunan nasional.Penataan
kawasan pesisir untuk pengembangan ekowisata, harus berbasis ekosistem dan
budaya masyarakat pesisir. Hal ini disebabkan karena industri ekowisata pesisir
merupakan salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), jika tidak
dikelola secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan akan menyebabkan
kerusakan lingkungan dan ekosistem pesisir.
Gunn (1994); Fandeli dan Nurdin (2005) menjelaskan bahwa ekowisata
mempunyai nilai penting bagi konservasi ekosistem pesisir, dikarenakan ada
beberapa hal antara lain: (1) memberikan nilai ekonomi bagi daerah yang
mempunyai tujuan untuk melaksanakan kegiatan konservasi pada daerah yang
dilindungi, (2) memberikan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk program
konservasi di daerah yang dilindungi, (3) meningkatkan pendapatan secara
6
langsung dan tidak langsung kepada masyarakat disekitar lokasi ekowisata, (4)
mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan (5)
mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati.
Kawasan Mandeh merupakan kawasan wisata yang terletak di
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan yang berbatas langsung
dengan Kota Padang. Kawasan ini memiliki luas ± 18.000 ha dengan 7 kampung
di 3 nagari yang dihuni oleh 9.931 jiwa penduduk dengan mata pencaharian
bertani, berternak dan nelayan. Kawasan Mandeh (Mandeh Regional) terdiri
atasTeluk Carocok Tarusan. Pulau Marak, Pulau Cubadak, Pulau Setan Gadang,
Pulau Setan Kecil, Pulau Sironjong Gadang, Pulau Sironjong Kecil, dan Pulau
Pagang. Kawasan Mandeh memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan menjadi kawasan ekowisata pesisir. Mengingat kawasan Mandeh
terletak di kawasan pesisir barat pulau Sumatera, sehingga kawasan Mandeh
memiliki ancaman bencana tsunami yang sangat besar, karena adanya potensi
gempa besar (>8 SR) di blok Siberut (Hermon, 2012a). Tsunami diprediksikan
akan melanda kawasan Mandeh dan kawasan pesisir Sumatera Barat dengan
ketinggian 10-20 m (Hermon, 2014a). Potensi bencana tsunami ini perlu dikaji
secara mendalam sebelum mengembangkan kawasan Mandeh menjadi kawasan
ekowisata, walaupun kawasan Mandeh memiliki potensi yang sangat besar untuk
menjadi kawasan ekowisata yang berdampak posistif terhadap perekonomian
masyarakat dan pemerintah setempat, maupun masyarakat lokal (Hermon, 2010b
dan Hermon, 2014b). Dengan demikian, diperlukan suatu model strategi
pengembangan kawasan Pantai Mandeh menjadi kawasan ekowisata pesisir yang
7
berbasis bencana tsunami, sehingga keberlanjutan ekowisata yang berwawasan
lingkungan dapat diwujudkan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat risiko bencana tsunami kawasan Mandeh
2. Bagaimana model pengembangan ekowisata pesisir pantai Mandeh
berbasis bencana tsunami
1.3. Tujuan Penelitian
1. Bagaimana tingkat risiko bencana tsunami kawasan Mandeh
2. Bagaimana model pengembangan ekowisata pesisir pantai Mandeh
berbasis bencana tsunami
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pemegang kebijakan
yakni sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan pengembangan ekowisata
Pantai Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan dan di daerah-daerah lain yang
memiliki kesamaan permasalahannya.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya
kelautan yang besar. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki ± 17.480 pulau dengan luas
lautnya mencapai 5,8 juta km² dan garis pantai sepanjang ± 95,181 km².1.
Sebagaimana diatur dalam United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS, 1982), Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan satu kesatuan
wilayah yurisdiksi, yang berdaulat serta mempunyai hak dan wewenang penuh
yang diakui dunia internasional, untuk mengatur, mengelola dan memanfaatkan
kekayaan laut yang dimilikinya bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
Indonesia juga memiliki hak berdaulat atas sumber kekayaan alam dan berbagai
kepentingan yang berada di atas, di bawah permukaan dan di lapisan bawah dasar
laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km² .yang mengelilingi laut
kedaulatan selebar 200 mil laut. Wilayah laut teritorial Indonesia berbatasan
langsung dengan wilayah laut Malaysia, Singapura, Philipina, Palau, India,
Thailand, Vietnam dan Australia. Sedangkan terkait ZEE, Indonesia berbatasan
dengan Philipina, Palau, India, Thailand dan Australia.
Pesisir memiliki potensi kekayaan alam yang besar yang dapat
dikembangkan dan dikelola dengan baik. Namun akhir-akhir ini terdapat
kecenderungan bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil rentan mengalami
kerusakan akibat aktivitas sekelompok orang/perorangan dalam memanfaatkan
9
sumber dayanya atau akibat bencana alam. Sementara itu, kesadaran nilai strategis
dari pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan,
terpadu, dan berbasis masyarakat relatif kurang. Sistem pengelolaan pesisir
tersebut belum mampu mengeliminasi faktor-faktor penyebab kerusakan dan
belum memberi kesempatan kepada sumber daya hayati untuk dapat pulih
kembali secara alami atau sumber daya nonhayati disubstitusi dengan sumber
daya lain. Oleh karena itu diperlukannya hukum yang mengatur, sesuai dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum. Pengembangan
sistem Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai bagian dari
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup harus diberi
dasar hukum yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum
bagi upaya pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan
wilayah pesisir untuk pengembangan ekowisata sesuai dengan perundang
undangan diharapkan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan
kelestarian sumberdaya.
Ekowisata sebagai suatu bentuk pariwisata berbasis sumber daya alam
berkelanjutan yang fokus utama pada pengalaman dan pembelajaran tentang
alam,, dan secara etis dapat dikelola agar memiliki dampak yang rendah, tidak
konsumtif, dan berorientasi lokal (kontrol, manfaat, skala) Fennel (1999).
ekowisata sebagai perjalanan ke tempat asli yang biasanya merupakan area yang
dilindungi yang diusahakan memiliki dampak yang rendah dan biasanya berskala
kecil Honey (1999). ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengadopsi
prinsip-pinsip pariwisata berkelanjutan. Janianton dan Helmut (2006). Dari
berbagai definisi tersebut terdapat tiga perspektif utama dalam melihat ekowisata,
10
yaitu ekowisata sebagai produk, ekowisata sebagai pasar, dan ekowisata sebagai
pendekatan pengembangan. Ekowisata sebagai produk merupakan semua atraksi
yang berbasis pada sumberdaya alam. Ekowisata sebagai pasar merupakan
perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Ekowisata
sebagai pendekatan pengembangan merupakan metode pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Artinya kegiatan
ekowisata ini menekankan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan
pelestarian lingkungan yang menjadi ciri khas dari ekowisata. Dapat disimpulkan
bahwa ekowisata merupakan bentuk pengelolaan pariwisata berbasis lingkungan
yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus
menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi
alam itu sendiri (Panos, dikutip oleh Ward, 2000).
11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lakasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada objek wisata Pantai Mandeh Kabupaten
Pesisir Selatan.
3.2. Teknik Analisis Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Barat. Zona-zona bahaya tsunami untuk kawasan Mandeh
dianalisis dengan menggunakan Peta Topografi 1:250.000 dengan alat analisis
GIS-Global Mapper 5.1 guna menyusun modifikasi dan simulasi kontur untuk
ketinggian tsunami 10-20 m. Sedangkan untuk menyusun zona-zona berbahaya
tsunami digunakan GIS-ERDAS 9.1 dan GIS-ArcGIS 9.1 (Hermon, 2012b;
Hermon, 2014c; Hermon, 2015). Perumusan model strategi pengembangan
kawasan ekowisata pesisir kawasan Mandeh menggunakan pendekatan sistem
(systemic approach) dengan menggunakan metode A’WOT(Kangas et al., 2001;
Hermon, 2010a; Pelz, 2014; dan Hermon 2014d). A’WOT merupakan analisis
terpadu antara AHP (Analytic Hierarchy Process) dengan SWOT Analysis.
Analisis ini dilakukan setelah tersusun faktor internal (Evaluasi Faktor
Internal/IFE) dan eksternal (Evaluasi Faktor Eksternal/EFE) dalam
pengembangan ekowisata berbasis bahaya bencana tsunami, maka masing-masing
faktor ditentukan bobot dan rangkingnya. Pemberian bobot masing-masing faktor
mulai dari sangat penting (1.0) sampai dengan tidak penting (0,0). Setelah bobot
ditentukan kemudian rating ditentukan dari pengaruh. Nilai Rating memiliki
rentang 1-5. Rating 1 berarti tidak berpengaruh sedangkan rating 5 berarti sangat
berpengaruh.
12
Analisis ini didasarkan pada pemikiran yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strenghs) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT
ini membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan).Untuk menentukan posisi pengembangan
ekowisata pada pantai Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan maka hasil EFE dan
IFE maka dimasukan dalam kuandran pada Gambar 1.
Gambar 1. Kuandran Analisis Pengembangan
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran I
Kuadran III
Kuadran IV
Peluang
Kuadran I
KekuatanKelemahan
Ancaman
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kawasan Mandeh umumnya termasuk pada zona berbahaya bencana
tsunami tinggi dan zona berbahaya bencana tsunami sedang. Zona berbahaya
tsunami tinggi meliputi kawasan pesisir Pulau Marak, kawasan pesisir bagian
barat Pulau Sironjong Kecil, kawasan pesisir utara Teluk Carocok Tarusan,
kawasan pesisir bagian barat, utara, dan selatan Pulau Cubadak, dan kawasan
pesisir bagian barat Semenanjung Pagang. Sedangkan zona berbahaya bencana
tsunami sedang meliputi kawasan pesisir bagian timur Pulau Sironjong Kecil,
kawasan pesisir bagian timur Pulau Cubadak, Pulau Sironjong Gadang, Pulau
Setan Kecil, Pulau Setan Gadang, Pulau Pagang, dan kawasam pesisir Teluk
Carocok Tarusan bagian Selatan.
14
Gambar 2. Zona Berbahaya Bencana Tsunami Kawasan Mandeh(Hasil Analisis Peta Topografi Skala 1:250.000 dengan GIS-Global Mapper 5.1,
GIS-ERDAS 9.1, dan GIS-ArcGIS 9.1, 2016)Besarnya ancaman bahaya bencana tsunami pada kawasan Mandeh,
sehingga pengembangan ekowisata pantai Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan
harus berbasis bencana tsunami untuk keberlajutan kawasan ekowisata dan
kelestarian ekosistem kawasan Mandeh.
Gambar 3. Zona Risiko Bencana Tsunami Kawasan Mandeh(Hasil Analisis Peta Topografi Skala 1:250.000 dengan GIS-Global Mapper 5.1,
GIS-ERDAS 9.1, dan GIS-ArcGIS 9.1, 2016)
Hasil analisis evaluasi faktor internal (IFE) dan evaluasi faktor eksternal
(EFE) (Gambar 4), menunjukan bahwa nilai IFE memberikan variasi yang
signifikan pada setiap faktor. Pada kriteria kekuatan, faktor objek wisata yang
menarik mempunyai nilai IFE 0,537, yang diikuti dengan faktor ekosistem yang
15
unik (0,279), sosial budaya yang menarik (0,085), masyarakat yang terbuka
(0,055), dan budaya melayu yang unik (0,043). Sedangan pada kriteria
kelemahan, faktor ancaman bencana tsunami mempunyai nilai IFE 0,547, yang
diikuti dengan faktor atraksi budaya yang kurang (0,279), aksesibilitas yang rumit
(0,091), dan sarana prasarana penunjang yang sangat kurang (0,082).
Gambar 4. Nilai IFE dan EFE dari Pengembangan Ekowisata KawasanMandeh Berbasis Bencana Tsunami
Nilai EFE juga bervariasi pada setiap faktor, dimana pada kriteria
peluang, faktor ekowisata respon bencana tsunami memiliki nilai EFE terbesar,
yaitu 0,447, yang diikuti dengan faktor pergerakan ekonomi yang cepat (0,214),
peningkatan PAD (0,203), terangkatnya nilai-nilai budaya (0,083), dan
tumbuhnya industri pariwisata (0,053). Selain itu pada kriteria ancaman, faktor
bahaya bencana tsunami memiliki nilai EFE tertinggi, yaitu sebesar 0,769, yang
diikuti oleh faktor kerusakan ekosistem (0,127), dan hilangnya nilai-nilai budaya
(0,104).
16
Tabel 1.Total Nilai IFE dan EFE untuk Pengembangan EkowisataKawasan Mandeh Berbasis Bencana Tsunami
Faktor Pengembang Ekowisata Bobot Rating SkorFaktor Internal (IFE)1. Kekuatan
a. Ekosistem yang unikb. Objek wisata yang menarikc. Masyarakat yang ramah dan terbukad. Sosial dan budaya yang menarike. Budaya melayu yang unik
0.2790.5370.0550.0850.043
55344
1.3952.6850.1650.3400.1724.757
2. Kelemahana. Aksesbilitasb. Sarana dan prasarana penunjang kurangc. Atraksi budaya yang kurangd. Ancaman Bencana Tsunami yang Besar
0.0910.0820.2790.547
3433
0.2730.3280.8371.6413.079
Total Skor IFE 1,.678Faktor Eksternal (EFE)1. Peluang
a. Meningkatkan PADb. Meningkatnya perekonomian Masyarakatc. Terangkatnya nilai-nilai budaya melayud. Tumbuhnya industri pariwisatae. Ekowisata respon bencana tsunami
0.2030.2140.0830.0530.447
45454
0.8121.0700.3320.2651.7884.267
2. Ancamana. Bahaya bencana tsunami yang besarb. Kerusakan ekosistemc. Hilangnya nilai-nilai budaya
0.7690.1270.104
221
1.5380.2540.1041.896
Total Skor EFE 2.371Sumber : Hasis Analisis (2016)
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai IFE dan nilai EFE positif dan
nilai EFE lebih tinggi (2,371) dibandingkan dengan nilai IFE (1,678), sehingga
bahwa pengembangan ekowisata kawasan Mandeh berbasis bencana tsunami di
Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi yang besar
17
untuk dikembangkan. Hubungan antara nilai IFE dan nilai EFE dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Kwadran Pengembangan Ekowisata Pantai MandehBerbasis Bencana Tsunami
Upaya pencapaian keberhasilan dalam pengembangan ekowisata pantai
Mandeh berbasis bencana tsunami Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera
Barat dapat dilakukan secara optimal dengan melakukan pola-pola mitigasi dan
adaptasi yang efektif terhadap ancaman bencana tsunami. Gold (1980), Hidayati
et al., (2003), Dirawan (2006), Hermon (2012a), dan Hermon (2014d)
menjelaskan bahwa pengelolaan ekowisata yang berkelanjutan memiliki
kesamaan dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development), sehingga ekowisata yang berkelanjutan harus memenuhi kriteria:
(a) secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan ekowisata tidak
18
menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Konservasi pada
kawasanekowisata harus diupayakan secara maksimal untuk melindungi
sumberdaya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan ekowisata, (b) secara
sosial dan kebudayan dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk
lokal menyerap usaha ekowisata tanpa menimbulkan konflik sosial, (c) secara
ekonomis, keuntungan yang diperoleh dari kegiatan ekowisata dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan (4) secara keruangan harus
mengkaji dampak suatu bencana terhadap keberlanjutan ekowisata tersebut.
19
V. PENUTUP
Kawasan Mandeh memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan menjadi kawasan ekowisata pesisir, karena memiliki potensi
ekonomi dan sosial yang baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan ekowisata pesisir kawasan Mandeh harus memperhatikan
ancaman bahaya bencana tsunami dan kerusakan ekosistem pesisir. Ancaman
bahaya bencana tsunami dapat ditanggulangi dengan menerapkan pola-pola
mitigasi yang efektif agar proses adaptasi dapat dilakukan secara maksimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin, I. M. 1997. Proses Pengembangan Wisata Alam dan DampakLingkungan Terutama pada Aspek Sosial-Ekonomi (StudiKasus;:Pantai Bali). Disertasi. PSL IPB. Bogor
Damanik J, dan H.F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata, dari Teori keAplikasi. Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM dan ANDI Press.Yogyakarta
Dirawan G.D. 2006. Strategi Pengembangan Ekowisata: Studi Kasus SuakaMargasatwa Mampie Lampoko. Disertasi. PSL IPB. Bogor
Douglas R.W. 1982. Forest Recreation. Pergamon Press Oxford University. NewYork.
Hermon, D. 2010a. Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan PengembanganPermukiman pada Kawasan Rawan Longsor di Kota Padang SumateraBarat. Tesis. PSL IPB. Bogor
Hermon, D. 2010b. Geografi Lingkungan: Perubahan Lingkungan Global. UNPPress. Padang
Hermon, D. 2012a. Mitigasi Bencana Hidrometeorologi: Banjir, Longsor,Degradasi Lahan, Ekologi, Kekeringan, dan Puting Beliung. UNPPress. Padang
Hermon, D. 2012b. Dinamika Cadangan Karbon akibat Perubahan Tutupan Lahanuntuk Permukiman di Kota Padang Sumatera Barat. J. Forum Geografi.UMS. Solo
Hermon, D. 2014a. Geografi Bencana Alam. Radja Grafindo. Jakarta
Hermon, D. 2014b. Dampak Gempa dan Isu Tsunami terhadap DinamikaPenduduk dan Perubahan Lingkungan di Kota Padang. ProsidingSeminar Internasional Serumpun. Riau-Malaysia
Hermon, D. 2014c. Impacts of Land Cover Change on Climate Trend in PadangIndonesia. J. International Journal Geography. UGM. Yogyakarta
Hermon, D. 2014d. Arahan Mitigasi Bencana Longsor Kawasan Gunung PadangKota Padang Sumatera Barat. J. Geografi. UNP. Padang
21
Hermon, D. 2014e. Desain Kebijakan Tanggap Darurat dan Pemulihan BencanaLetusan Gunung Sinabung. Prosiding Seminar Nasional Study andResearch of Geography 2014. Padang
Hermon, D. 2015. Estimates of Changes in Carbon Stoks Based on Land CoverChanges in the Leuser Ecosystem Area (LEA) Indonesia. J. ForumGeografi. UMS. Solo
Eriyatno. 2007. Riset Kebijakan Metode Penelitian untuk Pasca Sarjana. IPBPress. Bogor
Eriyatno. 2012. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. JilidSatu Edisi Keempat. Guna Widya. Surabaya
Eriyatno dan L. Larasati. 2013. Ilmu Sistem. Meningkatkan Integrasi danKoordinasi Manajemen. Jilid Dua. Edisi Pertama. Guna Widya.Surabaya
Fandeli, D. 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. Fakultas KehutananUniversitas Gajah Mada. Yogyakarta
Fandeli, C dan M. Nurdin. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasidi Taman Nasional. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.Yogyakarta
Fennel, D and P.F.J. Eagles. 1990. Ecotourism in Costa Rica: A ConceptualFramework.Journal of Park and Recreacion Administration8 (1):3-34
Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. Third Edition.London:Taylor and Francis Ltd.Washington DC
Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. Mac Graw Hill BookCompany. New York
Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UniversitasIndonesia. Jakarta
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.Grasindo. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Muhammadi,E. Aminullah, dan B. Susilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis.(Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen). UMJ Press. Jakarta
Mulyaninrum. 2004. Strategi Pengembangan Wisata Alam Berkelanjutan dalamPerspektif Ekonomi. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 10 Tahun 2009 tentenf Kepariwisataan. Sekretariat Negara.Jakarta
Primadany, S.R., R. Mardiyono, 2010. Analisis Strategi PengembanganPariwisata Daerah (Studi pada Dinas Kebudayaan dan PariwisataDaerah Kabupaten Nganjuk). Jurnal Administrasi Publik. 1 (4) : 135-143
Saragih, B and S. Satywan. 2001. Lake Toba; The Need for an IntegrtaedManagement System. Annual Tourism Research 23 (1): 110-121.
22
Linberg K., dan D.E. Hawkins. 1993. Ecotourisme: Petunjuk untuk PerencanadanPengelola. The Ecotourism Society. North Bennington
Yoeti, O.A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradaya Pratama.Jakarta
Pelz, W. 2014. SWOT Analyse-Definition, Beispiele, und Tipps. Institut fürManagement-Innovation