Avanda Fahri Atahrim
-
Upload
ujang-ruhiyat-ii -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of Avanda Fahri Atahrim
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 1/152
Analisis Pengaruh Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri
Kab/Kota Di Provinsi Jawa Tengah
DISUSUN OLEH :
AVANDA FAHRI ATAHRIM
(108084000034)
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 6/152
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Avanda Fahri Atahrim
Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 11 Nopember 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jln. Margonda Raya KM 11 Kedondong RT 001/016 No.10
Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Depok.
Email : [email protected] dan [email protected]
Latar Belakang Pendidikan :
1995-1996 TK aisyah
1996-2002 SDN Beji timur 2 Depok
2002-2005 SMPN 1 Depok
2005-2008 MAN 13 Jakarta Selatan
2008-2013UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 7/152
v
ABSTRACT
Economic growth in the industrial sector is still the main goal and an important
indicator of the success of regional economic development. Central Java provincial hasfluctuated economic growth rate and still low if compared to other provinces in Java. The
purpose of this study is to determine the progress of government expenditure allocation of
industrial sector and examines its effect on economic growth in the industrial sector in
Central Java province. In reviewing the effect of government spending, the analysis
conducted with other related variables that is Labor.
Data that used are GDRP (Growth Domestic Regional Product), expendeture
govermentand labor data in the industrial sector from 2001 to 2011. This data consists of the
time series data (2001-2011) and cross section data (35 districts/cities) in Central Java
Province published by BPS Central Java Province and Ministry of Finance. This research
used panel data method with Random Effects Model approach.
Research results show that government expenditure and amount of labor in the
industrial sector have significant positive impact on regional economic growth. Finally, the
role of local government through government expenditure to stimulate labor absorption is
expected to be able to increasing regional economic activity in order to achieve economic
growth and increasing per capita income of people.
Keywords: industrial sector Economic Growth, industrial sector Government Expenditure,
industrial sector Labor.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 8/152
vi
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi sektor industri masih merupakan tujuan utama dan indikator
penting keberhasilan pembangunan ekonomi daerah. Provinsi Jawa Tengah mempunyai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif dan masih rendah dibandingkan propinsi- propinsi lainnya di Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
pengalokasian pengeluaran pemerintah sektor industri serta mengkaji pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah. Dalam mengkaji pengaruh
pengeluaran pemerintah analisis dilakukan bersama dengan variabel terkait lain yaitu Tenaga
Kerja.
Data yang digunakan adalah Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor
industri dan jumlah tenaga kerja sektor industri dari tahun 2001-2011. Data ini terdiri atas
data time series (2001-2011) dan data cross section (35 kabupaten/kota) di Provinsi Jawa
Tengah yang diterbitkan oleh BPS Propinsi Jawa Tengah dan KEMENKEU. Metode
penelitian yang digunakan Data panel dengan pendekatan Random Effect Model .
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor industri dan
tenaga kerja sektor industri berpengaruh postif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah. Akhirnya, peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat
merangsang penyerapan tenaga kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi
daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri, Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri,
Tenaga Kerja Sektor Industri.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 9/152
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri
Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah”.
Terselesaikannya skripsi ini bukan semata-mata hasil dari penulis seorang tetapi juga
berkat bantuan, dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah mengatur segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibukuku tercinta Tasmiatun yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian dan
doa kepada penulis. Dan untuk Bapakku Suripto atas kerja keras, motivasi dan doanya.
Terima kasih juga atas didikan serta nasihat-nasihat yang kalian berikan selama ini.
3.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Lukman, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
sekaligus dosen pembimbing I. Terima kasih telah memberikan bimbingan kepada
penulis dalam pengerjaan skripsi.
5. Fitri Amalia, S.pd, M.Si selaku dosen pembimbing II. Terima kasih telah memberikan
bimbingan dan support kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.
6. Utami Baroroh, M.Si selaku sekertaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
yang telah memberikan arahan, motivasi dan petunjuk selama penulis berada di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Pheni Chalid, Phd selaku pembimbing akademik yang telah memberi motivasi, ide dan
gagasan bagi penulis dan terima kasih atas kontribusinya selamanya.
8. Seluruh dosen, staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas
seluruh ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
9.
Kedua kakakku, Meyika Kurniawan dan Anid Dwi Pratiwi serta kakak iparku Anny
Andini dan Muh. Fajri tak lupa keponakan jagoan kecilku yang selalu memberi rasa
damai di rumah yaitu Darren Galih yang selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis di setiap saat.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 10/152
viii
10. Anak-anak kosan : Fahri, Wanda, Arief, Sony, andhika danes, andika, Iqbal, Riza, Egy,
Hasan, Uki, Syafran, Dimas, Adi, Fahdi, Feline, Wisnu, Angga, Huza, Hafiz Dan Para
Member Ceban Lita, Fika Dan Devita. Terima kasih atas semua bantuan, petuah dan
wejangan kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran guna menjadikan skripsi ini lebih baik lagi dan dapat
bermanfaat bagi orang banyak.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Juli 2013
Penulis
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 11/152
ix
DAFTAR ISI
Cover
Cover Dalam
LEMBAR PENGESAHAN SKRPSI ........................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… ... 14
A. Landasan Teori ............................................................................... 14
1. Pertumbuhan ekonomi .................................................................. 14
a. Teori pertumbuhan ekonomi .................................................... 18
b. Faktor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ......................... 21
c.
industri ...................................................................................... 22
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 12/152
x
d. Peranan sektor industri terhadap pertumbuhan ........................ 24
e. Pembangunan daerah ................................................................ 25
f. Pendapatan Regional ............................................................... 26
2. Tenaga kerja .................................................................................... 29
a) Definisi tenaga kerja ........................................................... 29
b) Teori tenaga kerja ............................................................... 29
c)
Hubungan tenga kerja dengan pertumbuhan ekonomi ........ 32
3. Pengeluaran pemerintah ................................................................. 32
a)
Definisi pengeluaran pemerintah ........................................ 32
b) Teori pengeluaran pemerintah ............................................ 33
c) Hubungan pengeluaran pemerintah terhadap
Pertumbuhan ekonomi ....................................................... 40
B. Penelitian terdahulu ............................................................... 40
C.
Kerangka pemikiran ............................................................... 49
D.
Hipotesis ................................................................................ 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 55
B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 55
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 56
D. Metode Analisis Data ...................................................................... 57
1. Estimasi Model Regresi dengan Panel Data ............................ 59
2. Pemilihan Metode Data Panel .................................................. 62
3. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik ................................ 64
E Pengujian Statistik…………………………………………………… 66
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 13/152
xi
1. Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ................................................... 66
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................................... 67
3. Koefisien Determinasi (Uji ) ................................................... 68
F. Definisi Operasional Variabel……………………………………. 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 72
A. Gambaran kondisi Umum daerah ................................................... 72
1. Aspek geografi ........................................................................ 72
2.
Kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Tengah ..................... 73
3.
Tenaga kerja sektor industri .................................................... 75
4. Pengeluaran pemerintah sektor industri .................................. 77
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................ 79
1. Memilih Metode Data Panel ...................................................... 79
a. Uji Chow ............................................................................ 79
b.
Uji hausman ........................................................................ 80
2. Hasil estimasi data panel ........................................................... 81
3.
Asumsi Klasik ......................................................................... 81
a.
Uji Normalitas ....................................................................... 81
b. Uji Multikolineritas ............................................................... 82
c. Uji Autokorelasi .................................................................... 83
d. Uji Heterokedastis ................................................................. 84
4. Pengujian Statistik……………………………………………… 84
a. Uji signifikasi parsial (Uji T) ............................................... 84
b. Uji signifikasi Simultan (Uji F) ............................................ 85
c.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R 2 ............................... 86
C.
Interprestasi Data Panel .................................................................. 86
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 14/152
xii
D. Analisis Ekonomi ........................................................................... 94
1. Tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri ... 96
2. Pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sektor industri . 99
BAB V Kesimpulan dan Implikasi .................................................. 103
1. Kesimpulan ............................................................................... 103
2. Implikasi ................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 105
LAMPIRAN ....................................................................................... 109
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 15/152
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDB Atas Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2007-2011
(Persen) ........................................................................................ 3
Tabel 1.2 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga
Konstan Sektor Industri di Pulau JawaTahun 2008 – 2011 (Juta)......... 4
Tabel 1.3 Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga
konstan Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2006 – 2011 (Persen) ........................................................................ 5
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................... 46
Tabel 3.1 Operasional Variabel ....................................................... 71
Tabel 4.1 Produk domestik Regional Bruto atas harga konstan sektor
industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011
(Jutaan) ................................................................................... 74
Tabel 4.2 Data Tenaga kerja sektor industri menurut kab/kota di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 (Jiwa) ......................................... 76
Tabel 4.3 Pengeluaran pemerintah sektor industri menurut Kab/kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2001 – 2011 (Jutaan) ................................................ 77
Tabel 4.4 Hasil Uji Chow ............................................................................. 80
Tabel 4.5 Hasil Uji Hausman ........................................................................ 80
Tabel 4.6 Hasil Random effect model ............................................................ 81
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 81
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................. 82
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 16/152
xiv
Tabel 4.9 hasil uji heterokedastis ................................................................... 82
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji T) ................................................ 84
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Data Panel .......................................................... 86
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 17/152
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner .......... 35
Gambar 2.2 kurva Teori Peacock dan Wiseman ...................................................... 37
Gambar 2.3 Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah .................................. 38
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir ............................................................... 52
Gambar 4.1 Hasil Uji Jarque bera .............................................................. 131
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 18/152
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Laju Pertumbuhan sektor industri, 109
Pengeluaran Pemerintah sektor industri Dan
Tenaga Kerja sektor industri
Lampiran 2 Data Observasi 113
Lampiran 3 Uji Chow 124
Lampiran 4 Uji Hausman 125
Lampiran 5 Pooled Least Square 126
Lampiran 6 Fixed Effect Model 127
Lampiran 7 Random Effect Model 129
Lampiran 8 Uji Normalitas 131
Lampiran 9 Uji Autokorelasi 132
Lampiran 10 Uji Heterokedastis 133
Lampiran 11 Uji Multikolineritas 134
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 19/152
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan dari tesis berjudul Pengaruh Belanja Modal Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat yang diteliti
Anasmen dan skripsi berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Investasi,
Aglomerasi, Tenaga Kerja Dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang diteliti oleh
Dyke Susetyo.
Pembangunan ekonomi menjadi hal yang sangat penting karena ketika
berbicara mengenai pembangunan ekonomi berarti di dalamnya terdapat
sebuah proses pembangunan yang melibatkan pertumbuhan ekonomi yang
diikuti dengan beberapa perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain
mencakup perubahan struktur ekonomi (dari pertanian ke industri atau jasa)
dan perubahan kelembagaan, baik melalui regulasi maupun reformasi
kelembagaan itu sendiri (Mudrajad Kuncoro, 2006: 254).
Pertumbuhan ekonomi memilki kaitan yang erat dengan industri karena
hampir semua negara – negara di dunia memajukan sektor industri demi
memilki nilai efisiensi yang tinggi, nilai guna serta menciptakan daya saing
tinggi terhadap negara – negara sekitarnya. Namun indonesia juga tidak mau
ketinggalan begitu saja terbukti perkembangan industrialisasi di Indonesia dari
tahun ke tahun meningkat yang dibarengi juga dengan pertumbuhan ekonomi
ditambah indonesia merupakan salah satu negara yang memilki jumlah
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 20/152
2
penduduk yang besar sekaligus memiliki pasar domestik yang amat besar untuk
memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dengan asumsi bahwa sektor industri
dapat memimpin sektor-sektor perekonomian lainnya menuju pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu, di Indonesia sektor industri dipersiapkan agar
mampu menjadi penggerak dan memimpin (the leading sector) terhadap
perkembangan sektor perekonomian lainnya, selain akan mendorong
perkembangan industri yang terkait dengan yang lainnya.
Industrialisasi memiliki peran strategis untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produksi
fisik masyarakat melalui perluasan lapangan usaha dan memperluas
kesempatan kerja. Pembangunan di sektor industri merupakan bagian dari
usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi yang tidak
seimbang karena bercorak pertanian kearah ekonomi yang lebih kokoh dan
seimbang antara pertanian dan industri (Kemenperin, 2012:7). Untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi dibutuhkan kerjasama yang baik antar
sektor perekonomian. Kerjasama yang baik antar sektor mengakibatkan setiap
kegiatan sektor produksi memiliki daya menarik (backward linkage) dan daya
mendorong ( forward linkage) terhadap sektor lain.
Sektor industri pengolahan memiliki peranan yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia sebagai pembentukan dalam PDB yang memiliki
kontribusi yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain hal ini
perlu mendapat perhatian yang ekstra bagi para pelaku pemegang kebijakan
yaitu pemerintah guna menciptakan perkembangan sektor industri yang
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 21/152
3
dinamis dan tepat sasaran. Perkembangan kontribusi PDB indonesia pada
menurut lapangan kerja di Indonesia dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDB Atas Harga Konstan 2000Menurut Lapangan Usaha di Indonesia
Tahun 2007-2011 (Persen)
No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
1 Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan15.70 15.30 15.10 14.89 14.60 15,03
2 Pertambangan Dan Penggalian 11.20 10.90 10.60 11.16 11.95 10.97
3 Industri Pengolahan 27.10 27.90 26.40 24.80 24.33 26.09
4 Listrik, Gas Dan Air 0.90 0.80 0.80 0.76 0.77 0,81
5 Kontruksi 7.70 8.50 9.90 10.25 10.16 9.506
Perdagangan Besar, Eceran. Rumah
Makan Dan Hotel14.90 14.0 13.30 13.69 13.80 13.94
7 Angkutan Dan Komunikasi 6.70 6.30 6.56 6.56 6.62 6.50
8Keuangan, Asuransi, Persewaan, Dan
Jasa Perusahaan7.70 7.40 7.20 7.24 7.21 7.35
9 Jasa – Jasa Lain 10.10 9.70 10.20 10.24 10.56 10.16
Total 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Indonesia dalam angka, diolah
Dari Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa kontribusi tertinggi Indonesia
masih berada di sektor industri pengolahan, hal ini hampir 26,09 % memiliki
kontribusi terhadap PDB, Diikuti oleh sektor pertanian sebesar 14,70 % dan
sektor Industri perdagangan sebesar 13,94 %. Dari tabel 1.1 pula kita dapat
melihat sektor pertanian cenderung menurun dari tahun ke tahun, yaitu pada
tahun 2007 sebesar 15,70 % turun menjadi 15,30 % pada 2008 dan mengalami
penurunan pada tahun ke tahun sampai pada tahun 2011 sebesar 14,60 %.
Sedangkan sektor industri pengolahan sempat mengalami penurunan pada tahun
2009 dan tahun 2010 namun kembali meningkat pada tahun 2011. Jika di pulau
Jawa ditunjukkan dengan PDRB pada sektor industri pengolah dengan 6 Provinsi
yang memiliki letak yang saling berdekatan satu sama lain. Berikut tabel PDRB
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 22/152
4
sektor industri pengolah di pulau Jawa tahun 2008 – 2011 dalam Jutaan dapat
dilihat dibawah ini.
Tabel 1.2 : Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga
Konstan Sektor Industri di Pulau Jawa
Tahun 2008 – 2011 (Juta)
Propinsi 2008 2009 2010 2011 Rata- rata
DKI Jakarta 58.367.314 58.447.652 60.567.510 62.044.551 59.856.756
Jawa Barat 130.702.671 131.432.856 135.549.749 144.010.048 135.423.831
Jawa Tengah 53.158.962 57.444.185 61.390.101 65.528.810 59.380.514
Yogyakarta 540.334 545.867 549.574 594.845 557.655
Jawa Timur 81.033.880 83.299.893 86.900.779 92.171.191 85.851.435Banten 41.496.752 43.432.000 44.911.000 47.034.000 34.113.463
Sumber : BPS Pusat,
Pada tabel 1.2 dilihat bahwa rata – rata pertumbuhan ekonomi di sektor
industri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana yang terlihat di
tabel tersebut. adapun rata – rata tabel yang memilki pertumbuhan sektor industri
tertinggi di Pulau Jawa berada di Provinsi Jawa Barat dengan rata – rata
pertumbuhan sektor industri sebesar Rp. 135.423.831 (Juta), disusul di posisi
kedua oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata – rata pertumbuhan ekonomi sektor
industri Rp. 85.851.435 (Juta) dan posisi ketiga ditempati oleh Provinsi DKI
Jakarta sebesar Rp. 59.856.756 (Juta) setelah itu posisi berikutnya ditempati oleh
Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 59.380.514 (Juta), Provinsi Banten sebesar Rp.
34.113.463 (Juta) dan posisi terakhir ditempati oleh Provinsi yogyakarta dengan
rata – rata pertumbuhan ekonomi sektor industri sebesar Rp. 557.655 (Juta).
Bila melihat dari tabel 1.2 posisi Provinsi Jawa Tengah menempati posisi
ke empat berada di bawah Provinsi DKI Jakarta yang memiliki rata – rata
pertumbuhan ekonomi sektor industri yang tidak jauh beda. hal ini yang agak
mengherankan terlebih Provinsi DKI Jakarta yang sebagai ibukota negara tentu
memilki kelebihan lain dibandingkan dengan provinsi – provinsi di pulau Jawa.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 23/152
5
Bila melihat Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur menempati posisi
pertama dan kedua hal ini bisa dikatakan juga karena pada tahun 2011 dengan
jumlah penduduk provinsi itu menempati posisi pertama dan kedua terbanyak
sebesar 43.053.732 (Jiwa) dan 34.476.757 (Jiwa) di pulau Jawa sehingga hal itu
memilki keunggulan tersendiri bagi provinsi tersebut yang memilki pasar
domestik amat besar untuk melayani kebutuhan setiap penduduknya, Namun yang
sangat mengherankan dimana posisi Provinsi Jawa Tengah hanya menempati
posisi keempat padahal bila diukur melalui jumlah penduduk Provinsi Jawa
Tengah menempati posisi ketiga pada tahun 2011 yaitu sebesar 32.282.657 (jiwa)
tapi pertumbuhan ekonomi sektor industri Provinsi Jawa Tengah sangat kecil
dibandingkan Provinsi Jawa Timur yang memilki jumlah penduduk yang tidak
terlalu jauh berbeda namun memilki jumlah pertumbuhan ekonomi industri yang
besar hal ini memicu pertanyaan dalam penelitian ini. Adapun distribusi PDRB
terhadap sektor yang ada yang di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat tabel berikut
Tabel 1.3 : Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto AtasHarga kostan Menurut Lapangan Usaha di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2006 – 2011 (Persen)
No Lapangan usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1Pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan20,57 20,03 19,57 19,30 18,69 17,87
2 Pertambangan dan penggalian 1,11 1,12 1,10 1,11 1,12 1,11
3 Industri Pengolahan 31,98 31,97 32,94 32,51 33,06 33,06
4 Listrik, Gas dan Air bersih 0,83 0,84 0,84 0,86 0,86 0,85
5 Bangunan 5,61 5,61 5,74 5,83 5,89 5,91
6Perdagangan, Hotel dan
Restoran21,11 21,30 20,96 21,38 21,42 21,73
7Pengangkutan dan
komunikasi4,95 5,06 5,11 5,20 5,24 5,37
8Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan3,58 3,62 3,70 3,79 3,76 3,79
9 Jasa – Jasa 10,25 10,36 10,04 10,03 10,18 10,32
Total 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan tabel 1.3 hal ini menunjukkan Di Provinsi Jawa Tengah,
industri pengolahan mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2006
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 24/152
6
ke tahun 2011 industri pengolahan mengalami kenaikan sekitar (1,08 %) dan hal
ini berpengaruh positif terhadap PDRB di tahun 2011. Kenaikan yang terjadi
membuat pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah menjadi baik dan
berdampak pada pembangunan kabupaten/kota yang positif.
Pembangunan kabupaten/kota yang positif diraih oleh sektor industri
karena memiliki tingkat kontribusi tertinggi di PDRB Provinsi Jawa Tengah maka
mendorong pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana
pendukung guna menunjang pertumbuhan sektor industri itu. Terlebih sektor
industri dikenal juga sebagai sektor pemimpin yang bisa memilki hubungan dalam
perekonomian dengan saling kait mengkaitkan dengan sektor – sektor lain seperti
sektor pertanian sebagai bahan baku industri, sektor transportasi sebagai alat
pengangkutan hasil industri, sektor jasa keuangan sebagai sarana permodalan
dalam industri, dan lain-lain.
Menurut Sadono Sukirno (2011:120) pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari
perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya.
Pada tabel (Lampiran 1, hal 108) dapat dijelaskan bahwa laju pertumbuhan
ekonomi sektor industri yang tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011
tertinggi ada di Kabupaten Brebes sebesar 9,61 (Persen) dan pertumbuhan
ekonomi sektor industri terendah ada di Kabupaten Blora pada tahun 2011
sebesar 1,23 (Persen) Pertumbuhan jumlah penduduk yang disertai dengan
pendidikan bisa menciptakan tenaga kerja yang berkualitas.
Pertumbuhan ekonomi sebaiknya dapat memperlihatkan trend yang
meningkat dan berkelanjutan dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 25/152
7
yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan struktur perekonomian
daerah menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan
ekonomi juga diperlukan untuk memacu pembangunan dibidang-bidang lainnya
sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan
pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan sosial ekonomi (BPS Provinsi
Jawa Tengah, 2011:80).
Menurut todaro (2004:92) ada tiga faktor atau komponen utama yang
berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, ketiganya adalah
akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Akumulasi
modal (capital accumulation) meliputi semua jenis investasi baru baik yang
dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta yang ditanamkan dengan bentuk tanah,
peralatan fisik, dan modal sumber daya. Akumulasi modal akan terjadi apabila
sebagian dari pendapatan ditabungkan (diinvestasikan) kembali dengan tujuan
untuk memperbesar output atau pendapatan di kemudian hari.
Akumulasi modal yang dilakukan oleh pemerintah menggambarkan
seberapa besar peran pemerintah dalam sistem perekonomian suatu daerah.
Menurut Arsyad Lincolin (2010:150) bahwa perekonomian yang ideal adalah
perekonomian yang menerapkan mekanisme pasar, artinya bahwa jalannya
perekonomian sepenuhnya menjadi wewenang pasar karena hanya mekanisme
pasar yang mampu mengalokasikan sumber daya secara efisien. Namun dalam
hal-hal tertentu menunjukan bahwa mekanisme pasar memiliki kelemahan yaitu
gagal mencapai alokasi yang efisien disebabkan oleh adanya common goods,
unsur ketidaksempurnaan pasar, barang publik, ekternalitas, incomplete market ,
kegagalan informasi, unemployment dan uncertaint. Maka pemerintah daerah
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 26/152
8
selaku pengambil kebijakan di daerah selanjutnya akan lebih memilih mengadopsi
kebijakan pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik potensi daerah itu
sendiri, tentunya tuntutan pengenalan potensi daerah dapat dijadikan penggerak
pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan daerahnya.
Keberadaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
bersumber dari bantuan pusat dan Pendapatan Asli Daerah merupakan bentuk dari
akumulasi modal pemerintah yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Peranan strategis dari investasi pemerintah ini sasaran
penggunaannya untuk membiayai pembangunan di bidang sarana dan prasarana
yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta dan pemenuhan pelayanan
masyarakat (Raharjo: 2006:6).
Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh pemerintah daerah menuntut
adanya suatu kebijakan yang tepat dari pemerintah. Upaya-upaya peningkatan
pendapatan asli daerah dapat dilakukan pada kondisi dan item tertentu saja, karena
secara umum upaya tersebut justru dapat meningkatkan beban yang harus
ditanggung masyarakat.
Salah satu sudut pandang kebijakan yang dapat dilakukan adalah melalui
kebijakan pengeluaran pemerintah. Kebijakan yang dituangkan dalam APBD
memerlukan perhatian terutama dalam hal pendistribusian anggaran, sehingga
dapat terciptanya sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah. Kebijakan
pengeluaran pemerintah yang secara efektif dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Perkembangan besarnya pengeluaran pemerintah sektor industri pada tahun
2008 -2011. Kabupaten/kota yang tertinggi berada di Kabupaten Banyumas pada
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 27/152
9
tahun 2011 sebesar Rp. 10.703 Jutaan dan yang terendah pada Kabupaten
Magelang sebesar Rp. 1.169 Jutaan (Lampiran 1, hal 108). Dari data yang
dijabarkan pengeluaran pemerintah sektor industri kecenderungan dari tahun ke
tahun semakin meningkat sedangkan laju pertumbuhan ekonomi sektor industri
selalu fluktuatif dari tahun ke tahun di semua kab/kota Provinsi Jawa Tengah.
Mengutip teori Wagner adalah suatu perekonomian, Apabila pendapatan perkapita
naik secara relatif maka pengeluaran pemerintah pun meningkat
(Mangkoesubroto, 2008: 179).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Darma Rika Swaramarinda dan
Susi Indriani (2011) yang meneliti peranan variabel pengeluaran konsumsi,
pengeluaran investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran investasi pemerintah
berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi hal ini karena pengeluaran
investasi pemerintah memilki peran ekonomi dan mendorong berkembangnya
kegiatan ekonomi masyarakat dan anggaran pembangunan dialokasikan terutama
untuk membiayai proyek – proyek yang tidak dibiayai sendiri oleh masyarakat.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah
sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah. Penduduk yang bertambah dari
waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada
pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah
tenaga kerja dan penambahan tersebut memungkinkan suatu daerah untuk
menambah produksi untuk memenuhi pasar domestik yang meningkat. Namun di
sisi lain, Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi
yang dihadapi oleh masyarakat yang tingkat pertumbuhan ekonominya masih
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 28/152
10
rendah. Hal ini berarti bahwa kelebihan jumlah penduduk tidak seimbang dengan
faktor produksi lain yang tersedia dimana penambahan penggunaan tenaga kerja
tidak akan menimbulkan penambahan dalam tingkat produksi.
Gambaran mengenai jumlah tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2011 di capai tenaga kerja tertinggi berada di Kota Jepara dengan jumlah
227.589 (Jiwa) dan tenaga kerja terendah berada di Kota Magelang pada tahun
2011 sebesar 7.098 Jiwa (Lampiran 1, hal 108). Semakin banyak penduduk yang
bekerja, berarti penduduk memiliki penghasilan. Dengan begitu kesejahteraan
penduduk akan meningkat yang berarti akan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Menurut Hukum Okun
menyatakan tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan pertumbuhan
ekonomi dengan asumsi laju pertumbuhan yang tinggi akan menyebabkan
penurunan tingkat pengangguran sedangkan laju pertumbuhan yang rendah atau
negatif akan diikuti oleh tingkat pengangguran yang meningkat (dornbuch, 2006:
13).
Di dalam peneltian dilakukan oleh Ramesh Chandra Paudel (2010)
menunjukkan tenaga kerja memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan
ekonomi dan juga ditemukan bahwa ada hubungan kointegrasi antara
pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam
jangka panjang, antara variabel itu, tenaga kerja memiliki kontribusi utama
terhadap pertumbuhan ekonomi Sri Lanka.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA
DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 29/152
11
EKONOMI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2002 – 2011 KABUPATEN/KOTA DI
PROVINSI JAWA TENGAH”
B.
Rumusan Masalah
Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi masih menjadi indikator
untuk menilai keberhasilan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi saat ini
juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian telah
berdampak pada peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Tingkat
pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa tengah berdasarkan
laju PDRB sektor industri atas dasar harga konstan 2000 periode tahun
2008 -2011 ternyata menunjukan fluktuatif (lihat lampiran 1).
variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain
pertumbuhan tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor
industri. Peranan pemerintah daerah dalam pertumbuhan ekonomi
dimaksudkan agar dapat mempengaruhi jalannya perekonomian, dengan
demikian dapat diusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan yang
tidak diinginkan (Raharjo, 2006:11).
Peranan pemerintah daerah di dalam kegiatan ekonomi tercermin
pada APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah), dimana variabel
pengeluaran pemerintah sektor industri dapat diartikan sebagai besarnya
investasi oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk membangun sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Berdasarkan data yang ada
ternyata Pengeluaran pemerintah sektor industri digunakan untuk investasi
guna mencapai sasaran-sasaran program mendukung perkembangan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 30/152
12
kegiatan industri yang telah ditetapkan dalam RKPD (Rencana Kerja
Pemerintah Daerah). Variabel-variabel eksternal yang menunjang dan
bersinergi demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor industri adalah
Tenaga kerja sektor industri. Keadaan yang ada di Provinsi Jawa Tengah
ternyata menunjukkan kontribusi dan kurang optimalnya variabel ini dalam
menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.
Atas dasar permasalahan diatas maka rumusan masalah penelitiannya
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh secara parsial tenaga kerja sektor industri,
pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi
sektor industri di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ?.
2. Bagaimana pengaruh secara simultan tenaga kerja sektor industri,
pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi
sektor industri di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara parsial tenaga kerja
sektor industri , pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap
pertumbuhan ekonomi sektor industri di kab/kota Provinsi Jawa
tengah.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara simultan tenaga
kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri
terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kab/kota Propinsi
Jawa tengah.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 31/152
13
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Teoritis
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi
bagi para kalangan investor, praktisi, akademisi, institusi dan
masyarakat pada umumnya yang ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai pengaruh tenaga kerja sektor industri, pengeluaran
pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor
industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah
2. Praktis
Penulisan ini diharapkan sebagai kontribusi sederhana terhadap
pemerintah dan kalangan ekonom di Indonesia mengenai besarnya
pengaruh tenaga kerja sektor industri , pengeluaran pemerintah
sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri
kab/kota di Provinsi Jawa Tengah
3. Kebijakan
Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para kalangan yang terkait
untuk memutuskan secara tepat dan menindak lanjuti hal-hal yang
harus dilakukan. Sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat
indonesia.
\
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 32/152
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2011:120) pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur
prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode
lainnya. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan
meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan
faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan
menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin
berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat
perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan
keterampilan mereka.
Adapun penelitian yang mengkaitkan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan tenaga kerja yaitu teori fungsi produksi Cobb Douglas dalam
teori ini menjelaskan adanya pembagian pendapatan nasional diantara modal
dan tenaga kerja tetap konstan selama periode yang jangka panjang. Dengan
kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan,
pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada
tingkat yang nyaris sama. Jika pembagian faktor yang konstan maka ada
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 33/152
15
faktor-faktor selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut
harus mempunyai unsur dimana.
Pendapatan Modal = MPK x K = αY
Dan
Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1-α)Y
Dimana α adalah konstanta antara nol dadn satu yang mengukur bagian
modal dari pendapatan. Yaitu α menentukan betapa bagian pendapatan yang
masuk ke modal dan berapa yang masuk ke tenaga kerja. Cobb menunjukan
fungsi dengan unsur ini adalah
F(K,L) = A K αL1-α
Dimana A adalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur
produktivitas yang ada. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi produksi cobb-
douglas. Bila lihat dari unsur dalam fungsi produksi ini. Pertama, fungsi
produksi cobb-douglas memiliki skala konstan. Yaitu, jika modal dan tenaga
kerja meningkat dalam propornsi yang sama, maka output meningkat menurut
proporsi yang sama. Dinyatakan produk marjinal untuk fungsi produksi cobb-
douglas. Produk marjinal tenaga kerja adalah
MPL = (1-α) k α L-α
Dan
MPK = α K α-1L1-α
dari persamaan ini, dengan mengetahui bahwa α berada antara nol, kita
melihat apa yang menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor berubah.
Kenaikan dalam jumlah modal meningkat MPL dan mengurangi MPK.
Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga kerja mengurangi MPL dan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 34/152
16
meningkatkan MPK. Maka produk marjinal fungsi produksi cobb-douglas
bisa ditulis sebagai:
MPL = (1-α) Y/L
MPK = α Y/K
MPL proposional terhadap output per pekerja dan MPK proporsional
terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-
rata dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi
adalah cobb-douglas, maka produktivitas marjinal sebuah faktor proporsional
terhadap produktivitas rata-rata. (Mankiw, 2007:55)
Teori diperkuat oleh jurnal penelitian yang diteliti oleh Rindang
Bangun Prasetyo Dan Muhammad Firdaus berjudul Pengaruh Infrastruktur
Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia (2009) yang menegaskan
hal yang sama di dalam penelitian elastisitas variabel tenaga kerja lebih
besar dari modal. Hal ini mengindikasikan perekonomian di indonesia lebih
banyak bersifat padat karya dibandingkan padat modal.
Sedangkan pengeluaran pemerintah, peneliti mengutip teori
mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah tersebut, teori Peacock &
Wiseman dianggap sebagai teori sering disebut sebagai The Displacement
Effect , dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah
senantiasa memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka
membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran
pemerintah yang semakin besar tersebut. Peacock dan Wiseman
mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai
suatu tingkat toleransi pajak, suatu tingkat dimana masyarakat dapat
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 35/152
17
memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah. Tingkat toleransi ini merupakan
kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak. Teori Peacock
dan Wiseman adalah sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi menyebabkan
pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah,
dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah
juga semakin meningkat. Peningkatan pada PDB dalam keadaan normal
menyebabkan penerimaan penerimaan pemerintah yang semakin besar,
begitu juga dengan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal
tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus
memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Salah satu cara
umtuk meningkatkan penerimaannya tersebut dengan menaikkan tarif pajak
sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang.
Keadaan ini disebut efek pengalihan ( Displacement effect ) yaitu adanya
gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas
pemerintah.
Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan
Wiseman. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial
memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum
gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal
ini akan diikuti oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah
terhadap PDB. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase
pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan
kembali ke keadaan semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 36/152
18
gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang
(Guritno Mangkoesoebroto, 2008: 176).
Adapun untuk menguatkan teori ini di dalam jurnal penelitian yang
diteliti oleh Dwi Suryanti yang berjudul Analisis Pengaruh Tenaga Kerja,
Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Subosukawonosraten (2010) menyimpulkan bahwa pengeluaran
pemerintah digunakan sepenuhnya untuk kegiatan ekonomi yang
memberikan dorongan bagi perkembangan bagi ekonomi terlebih bila
belanja modal pemrintah daerah mengindikasikan besarnya pembangunan
maupun perbaikan infrastruktur.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Adapun ekonomi klasik menurut Arsyad (2010:115) pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dua faktor utama yakni
pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk . Unsur pokok dari
sistem produksi suatu negara ada tiga:
a) Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling
mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah
sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum
bagi pertumbuhan suatu perekonomian.
b) Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif
dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk
akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
c) Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan
tingkat pertumbuhan output.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 37/152
19
Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas
sektor- sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan,
pelatihan dan manajemen yang lebih baik.
2) Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow dan Swan .
Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk,
akumulasi kapital, dan besarnya output yang saling berinteraksi.
Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya
unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan
menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya
substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L).
Adapun model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow
Neo Classical Growth Model ) maka fungsi produksi agregat standar
adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan dibawah ini:
Yi = i ( K, L)
Dalam kerangka ekonomi regional, menderivasikan rumus diatas
menjadi sebagai berikut:
Yi = ai K i + (1- ai )ni
Dimana:
Yi = besarnya output
ai = bagian yang dihasilkan dari faktor modal
K i = tingkat pertumbuhan modal
(1- ai ) = bagian yang dihasilkan diluar faktor modal
ni = tingkat pertumbuhan tenaga kerja
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 38/152
20
Teori Neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar
kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan
pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Hal khusus yang
perlu dicatat adalah bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S. Hal ini
berarti kebiasaan masyarakat yang suka memegang uang tunai dalam
jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa
untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth),
diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan
pengusaha diinvestasikan kembali.
3) Teori David Ricardo
Menurut Lincoln Arsyad (2010:100), proses pertumbuhan
ekonomi masih memacu antara laju pertumbuhan penduduk dan laju
pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah
faktor produksi tanah (sumber daya alam) tidak bisa bertambah sehingga
akhirnya faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatua masyarakat.
Perekonomian yang diciri-cirikan Ricardo sebagai berikut:
a) Tanah terbatas
b) Tenaga kerja meningkat atau menurun sesuao tingkat upah diats
atau dibawah tingkat uapah minimal.
c) Akumulasi modal terjadi apabila tingkat keuntungan yang
diperoleh pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal
yang diperlukan untuk menarik meraka melakukan investasi.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 39/152
21
d) Sektor pertanian dominan
Dari faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada satu
kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian kearah
tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the lawa of diminishing
return. Pada akumulasi modal juga berlaku hukum tersebut.
Dimana The law od dimishing return yang kan menang.
Keterbatasan faktor produksi tanah akan membatas pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh sampai
batas yang dimungkinkan oleh sumber-sumber alamnya. Apabila
sumber daya alam ini telah diekspolitasi secara penuh maka
perekonomian berhenti tumbuh, masyarakat akan mencapai
stationernya.
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumnbuhan Ekonomi
1) Sumber Daya Alam
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu
perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah, sebagaimana
dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam
2) Akumulasi Modal
Akumulasi modal terjadi apabila sebgaian dari pendapatan
ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memprbesar
output dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang
bersifat langsung harus dilengkapi berbagai investasi penunjang
yang biasa disebut dengan investasi infraktruktur ekonomi dan
sosial.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 40/152
22
3) Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja
Pertumbuhan dan angkatan kerja secara tradisional dianggap
sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan
ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang berarti akan menambah jumlah
tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih
besar berarti ukuran pasar domestik lebih besar.
4) Kemajuan Teknologi
Dalam pengertian sederhana, kemajuan teknologi digambarkan
dengan ditemukannya cara – cara baru atau perbaikan atas cara – cara
lama dalm menangani pekerjaan – pekerjaan (misalnya dalam proses
produksi) yang lebih efisien dan efektif.
c. Industri
a. Pengertian Industri
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi
manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering
disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing ). Padahal, pengertian
industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam
bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan
kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-
beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat
perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 41/152
23
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan
usaha tersebut.
Menurut Badan Pusat Statistik (2011:34) industri mempunyai dua
pengertian:
1. Pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan
di bidang ekonomi bersifat produktif.
2. Dalam pengertian secara sempit, industri hanyalah mencakup
industri pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan
tangan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih
nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir.
Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja (Siahaan, 2000:34),
adalah sebagai berikut
1. Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja
kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang
sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan
pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman,
industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
2. Industri kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5
sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang
relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 42/152
24
masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
batubata, dan industri pengolahan rotan.
3. Industri sedang yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar
20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang
cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan
pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.
Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
4. Industri besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100
orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun
secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus
memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih
melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya:
industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat
terbang.
d. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok
kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk
hanya sekedar mencapai fisik saja. Industrialisasi juga tidak terlepas dari
usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan
sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk
meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 43/152
25
Negara – negara maju maupun negara berkembang didunia sektor
industri mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin (leading
sector ). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya
pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat
pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor
jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan
sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri.
Sektor jasa pun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut,
misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga
pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti akan
mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan
sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja
yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan
masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan
permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu
tumbuh sehat.
e. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentuka institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri
alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar pasar baru, alih ilmu
pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana
kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 44/152
26
jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad,
2010:154).
f. Pengertian pendapatan regional
Menurut Tarigan (2005:96) pendapatan regional adalah
tingkat pendapatan masyrakat pada suatu wilayah tertentu . Tingkat
pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun
pendapatan rata – rata masyarakat pada wilayah tersebut.
Beberapa istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah:
1) Produk domestik regional bruto (PDRB)
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari
seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah atau propinsi.
Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output)
dikurangi dengan biaya antara (intermiede cost). Komponen –
komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah dan
keutungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan
menghitung niali tambah bruto dari masing – masing sektor dan
kemudian menjumlahkan akan menghasilkan produk domestik
regional bruto (PDRB).
Berikut tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menghitung pendapatan regional dengan metode langsung :
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 45/152
27
1. Pendekatan pengeluaran
Pengeluaran adalah cara penentuan pendapatan regional
dengan cara menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari
barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri. Kalau dilihat
dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang
dan jasa itu digunakan untuk: konsumsi rumah tangga, konsumsi
swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap bruto (investasi) perubhan stok dan
ekspor neto(total ekspor dikurangi dengan total impor).
Rumus pendekatan pengeluaran:
Y= C + I + G (X – M)
Dimana;
Y = PDRB
I = Investasi
G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = ekspor dikurangi impor
2. Pendekatan produksi
PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau
nilai barang akhir yang dihasilkan oleh unit produksi disuatu wilayah
dalan suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB
adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi
seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Metode
ini yang digunakan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dan negara-negara berkembang. Adapun perhitungan
PDRB dengan metode produksi:
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 46/152
28
Y = P1Q1 + P2Q2 + .... + PnQn
Dimana:
Y = PDRB
P1,P2,...Pn = harga satuan produk pada satuan masing
sektor ekonomi
Q1,q2,...Qn = jumlah produk pada satuam masing sector
ekonomi
3. Pendekatan pendapatan
PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka NTB adalah jumlah dari gaji, sewa tanah, bunga modal, dan
keuntungan dimana pajak penghasilan dan pajak langsung belum dipotong.
Dalam pengertian PDRB ini termasuk pola komponen penyusutan dan
pajak tidak langsung netto.
Rumus pendekatan pendapatan:
Y = Yw +Yr + Yi + Yp
Dimana:
Y = pendapatan regional
Yi = pendapatan bunga
Yw = pendapatan upah/gaji
Yp = pendapatan laba/profit
Yr = pendapatan sewa
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 47/152
29
1. Tenaga Kerja
a. Definisi Tenaga Kerja
Tenaga Kerja Adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau
lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan
sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah
mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan
mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan mereka yang tidak melakukan
kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak
bekerja atau mencari pekerjaan (Disnaker, 2006:54).
1) Teori tenaga kerja
a) Teori fungsi produksi cobb douglas
Dalam teori ini menjelaskan adanya pembagian pendapatan
nasional diantara modal dan tenaga kerja tetap konstan selama periode
yang jangka panjang. Dengan kata lain, ketika perekonomian
mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja
dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris
sama. Jika pembagian faktor yang konstan maka ada faktor-faktor
selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut harus
mempunyai unsur dimana.
Pendapatan Modal = MPK x K = αY
Dan
Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1-α)Y
Dimana α adalah konstanta antara nol dadn satu yang mengukur
bagian modal dari pendapatan. Yaitu α menentukan betapa bagian
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 48/152
30
pendapatan yang masuk ke modal dan berapa yang masuk ke tenaga
kerja. Cobb menunjukan fungsi dengan unsur ini adalah
F(K,L) = A K α
L1-α
Dimana A adalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur
produktivitas yang ada. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi produksi
cobb-douglas. Bila lihat dari unsur dalam fungsi produksi ini.
Pertama, fungsi produksi cobb-douglas memiliki skala konstan. Yaitu,
jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam propornsi yang sama,
maka output meningkat menurut proporsi yang sama. Dinyatakan
produk marjinal untuk fungsi produksi cobb-douglas. Produk marjinal
tenaga kerja adalah
MPL = (1-α) k α L-α
Dan
MPK = α K α-1L1-α
dari persamaan ini, dengan mengetahui bahwa α berada antara nol,
kita melihat apa yang menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor
berubah. Kenaikan dalam jumlah modal meningkat MPL dan
mengurangi MPK. Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga
kerja mengurangi MPL dan meningkatkan MPK. Maka produk
marjinal fungsi produksi cobb-douglas bisa ditulis sebagai:
MPL = (1-α) Y/L
MPK = α Y/K
MPL proposional terhadap output per pekerja dan MPK proporsional
terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja
rata-rata dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi
produksi adalah cobb-douglas, maka produktivitas marjinal sebuah
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 49/152
31
faktor proporsional terhadap produktivitas rata-rata. (Mankiw,
2007:55)
b)
Hukum Okun
Salah satu teori yang menjelaskan hubungan tenaga kerja dan
pertumbuhan ekonomi adalah Hukum Okun. Hukum okun
menjelaskan antara output dan tingkat pekerja dengan asumsi bahwa
output dan pekerja bergerak sama, jadi perubahan pada output akan
menghasilkan perubahan yang sama pada tenaga kerja juga.
Persamaan Hukum Okun adalah sebagai berikut:
Q∗−Q
Q= α U −U*
Dimana :
Q* = output potensial
Q = output aktual
U = tingkat pengangguran
U* =Tingkat pengangguran pembanding
α = koefisien Okun
Hukum Okun ini menerangkan mengenai hubungan output
aktual dan potensial (GDP) dan pengangguran. Dimana Hukum Okun
menyatakan bahwa untuk setiap penurunan 2% yang berhubungan
dengan GDP potensial, angka pengangguran meningkat sekitar 1%
dan Hukum Okun menyatakan hubungan yang sangat penting anatara
pasar output dan pasar tenaga kerja yang menggambarkan antara
pergerakan jangka pendek pada GDP nyata dan perubahan angka
pengangguran (dornbush, 2006: 13).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 50/152
32
b. Hubungan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro (2004:93) pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu
faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja
yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan
pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya
lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah
benar laju pertumbuhan penduduk yang benar – benar cepat akan
memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari
pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian
daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan
pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh
tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor
penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.
2. Pengeluaran Pemerintah
a. Definisi Pengeluaran Pemerintah
Menurut (Mangkoesubroto, 2008:169) pengeluaran pemerintah
mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah
menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran
pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai
indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 51/152
33
pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah, semakin
besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Proporsi
pengeluaran pemerintah terhadap penghasilan nasional (GNP) adalah
suatu ukuran terhadap kegiatan pemerintah dalam suatu perekonomian.
1) Teori – teori pengeluaran pemerintah
a) Teori pengeluaran pemerintah Rostow
Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang
menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan
tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal perkembangan
ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi
besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana.
Pada tahap menengah investasi pemerintah tetap diperlukan untuk
menghindari terjadinya kegagalan pasar yang disebabkan oleh
investasi swasta yang sudah semakin besar pula. Pada tingkat
ekonomi yang lebih lanjut, aktivitas pemerintah beralih pada bentuk
pengeluaran pengeluaran untuk aktivitas-aktivitas sosial
(Mangkoesoebroto, 2008:170).
b) Teori Hukum Wagner
Teori Hukum Wagner menyatakan bahwa dalam suatu
perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara
relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Menurut
Wagner mengapa peranan pemerintah semakin besar, disebabkan
karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 52/152
34
masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi kebudayaan dan
sebagainya (Mangkoesubroto, 2008: 179).
Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut :
>
− 1>
− 2
− 2> ⋯ >
−
−
Keterangan:
Gpc = Pengeluaran pemerintah perkapita
YpC = Produk atau pendapatan nasional perkapita
t = Indeks waktu
menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan
pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan
perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat
pendapatan masyrakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan
ekonomi serta perkembangan demokrasi dan ketidak efisienan
birokrasi yang mengiringi pemerintah.
Hukum Wagner yang menjelaskan tentang perkembangan
pengeluaran pemerintah ditunjukkan dalam gambar berikut ini,
dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk
eksponensial dengan kurva berbentuk cembung dan bergerak naik
dari kiri bawah menuju kanan atas, sebagaimana yang ditunjukkan
Kurva 1, dan bukan seperti ditunjukkan oleh Kurva 2 yang memiliki
bentuk linear.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 53/152
35
Gambar 2.1
Kurva Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner
Kurva 1
Gpc/Ypc
Kurva 2
0 Waktu
Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 172)
c) Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes
Teori ini menguraikan bahwa pendapatan total perekonomian
dalam jangka pendek, sangat ditentukan oleh keinginan rumah
tangga, perusahaan dan pemerintah untuk membelanjakan
pendapatannya. Dengan demikian pengeluaran agregat dapat
dibedakan kepada empat komponen: konsumsi rumah tangga,
investasi swasta, pengeluaran pemerintah dan ekspor.
Keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada
keadaan Y=C+I+G. Dengan demikian pendapatan nasional adalah Y.
Apabila perekonomian ini berubah menjadi terbuka maka akan
timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor dan impor. Ekspor
akan menambah pengeluaran agregat manakala impor akan
mengurangi pengeluaran agregat. Apabila perekonomian menjadi
tertutup ke ekonomi terbuka, pengeluaran agregat akan bertambah
sebanyak ekspor neto yaitu, sebanyak (X-M). Maka pendapatan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 54/152
36
nasional untuk perekonomian terbuka yaitu Y=C+I+G+(X-M).
Dapat disimpulkan G dalam sebagai pengeluaran pemerintah
memiliki peran terhadap pencapaian kegiatan perekonomian melalui
kebijakan pemerintah guna mengatasi pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi yang lambat sehingga pemerintah perlu
menambah pengeluaran untuk pembangunan infrakstruktur,
pelabuhan dan mengembangkan pendidikan (Sadono Sukirno:
2007:211) .
d) Teori Peacock dan Wiseman
Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa
pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan
masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk
membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut.
Peacock dan Wiseman menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi
menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun
tarif pajak tidak berubah. Dan meningkatnya penerimaan pajak
menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh
karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan
penerimaan pemerintah semakin besar. Begitu juga dengan
pengeluaran pemerintah yang menjadi semakin besar (Guritno
Mangkoesoebroto, 2008: 173).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 55/152
37
Gambar 2.2
Teori Peacock dan Wiseman
Pengeluaran pemerintah/GDP C D F Pengeluaran pemerintah
A G B Pengeluaran swasta
0 t t+1 Tahun
Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 174)
Dalam keadaan normal, dari tahun t ke t+1, pengeluaran
pemerintah dalam persentase terhadap GNP meningkat sebagaimana
yang ditunjukan garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang maka
pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC dan kemudian
meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen CD. Setelah perang
selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke G.
Hal ini disebabkan setelah perang, pemerintah membutuhkan
tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang
digunakan dalam pembiayaan pembangunan. Kenaikan tarif pajak
tersebut dimaklumi oleh masyarakat sehingga tingkat toleransi pajak
meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih besar
tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat.
Secara grafik, perkembangan pengeluaran pemerintah versi
Peacock dan Wiseman bukanlah berpola seperti kurva mulus berslope
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 56/152
38
positif sebagaimana tersirat dalam pendapat Rostow dan Musgrave.
Melainkan berslope positif dengan bentuk patah-patah seperti tangga.
Gambar 2.3
Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah/GDP Wagner, Solow, Musgrave
Peacock dan Wiseman
0 Tahun
Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 175)
Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan
Wiseman. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial
memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran
sebelum gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan
gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase
pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan tetapi setelah terjadinya
gangguan, persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan
menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Jadi
menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam jangka pendek,
tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang (Guritno Mangkoesoebroto,
2008: 176).
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 57/152
39
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
APBD terdiri atas:
1) Anggaran pendapatan, terdiri atas
a) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan
penerimaan lain-lain
b) Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
c) Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana
darurat.
2) Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.
3) Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran.
b.
Hubungan Antara Pengeluaran Pemerintah Dengan Pertumbuhan
Ekonomi
Pengeluaran pemerintah ( goverment expenditure) adalah bagian dari
kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya
perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan
pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen
APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 58/152
40
kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat
output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi
(Sadono Sukirno, 2008:275).
B. Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa penelitian sebelumnya
sebagai bahan perbandingan, diantaranya adalah:
1. Ramesh Chandra Paude/ and Nelson Perera
Penelitian ini berjudul “Labor Force, Foreign Debt, Trade
Openness, and Economic Growth from Sri Lanka” dalam penelitian ini
variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel
independen ialah tenaga kerja., utang luar negeri, dan perdagangan
(ekspor – impor) yaitu total perdagangan adalah jumlah dari total ekspor
dan impor. Dengan menggunakan metode vector autoregressive model.
Dalam pendekatan regresi maka memilki hubungan kointegrasi
yaitu :
LGDPR – 0.07LFD + 0.29LRTT + 1.3LLF
Hasil diatas membuktikan bahwa variabel-variabel ini memiliki
hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang. Elastisitas utang luar negeri adalah 0,07, yang menunjukkan
bahwa pinjaman luar negeri tidak memberikan keuntungan . cara
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sri Lanka, perdagangan memiliki
kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, yang ditunjukkan
oleh nya elastisitas 0,29. Diantara variabel-variabel ini, tenaga kerja
memiliki hubungan yang positif tertinggi dengan pertumbuhan ekonomi.
Tenaga kerja membuat kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 59/152
41
ekonomi seperti yang ditunjukkan oleh nya dengan elastisitas sebesar
1.32.
2. Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus
Penelitian ini berjudul “pengaruh infrakstruktur pada pertumbuhan
ekonomi wilayah di indonesia” dalam penelitian variabel dependen adalah
pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen ialah tenaga kerja,
investasi, variabel listrik yang terjual, variabel panjang jalan, dan variabel
dummy krisik. Dengan menggunakan metode data panel
Model penelitian sebagai berkut:
PDRBit =a0+a1MDLit+a2TNK+a3PDK+a4LST+a5JLNit+a6PAM+a7DKS+ uit
Hasil penelitian menunjukkan variabel tenaga kerja, investasi, variabel
listrik yang terjual, variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisis
terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu berpengaruh signfikan dan memilki
nilai positif jika dibandingkan Elastisitas variabel tenaga kerja lebih besar
dari pada modal, hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian di
Indonesia lebih banyak yang bersifat padat karya daripada padat modal.
3. Mehdi safdari
Penelitian berjudul “ importance of quality of labour force on
economic growth in Iran. Dengan variabel independent adalah
pertumbuhan ekonomi (GDP) dan variabel dependen ialah tenaga kerja
(L), tingkat pendidikan universitas (HC), modal (K), ekspor migas(XOIL)
, non ekspor migas(XNONOIL) , inflasi (NP), pengeluaran konsumsi
pemerintah (GCO) dan biaya penelitian pemerintah (reseach). Dengan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 60/152
42
metode vector autoreggresion.
Model yang digunakan adalah
GDP =F (L+HC+K+XOILR+LR+XNOILR+NP+GC) reseach)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tenaga
Kerja, Universitas lulusan bekerja modal, fisik, Ekspor Minyak, Non
Migas Ekspor, Inflasi, konsumsi Pemerintah pengeluaran dan Biaya
penelitian pemerintah memiliki positif berpengaruh pada tingkat
pertumbuhan produk domestik bruto.
4. Ardyan wahyu sandhika dan mulyo herdarto
Penelitian berjudul “ analisis pengaruh aglomerasi, tenaga kerja,
jumlah penduduk dan modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten
kendal”. Dengan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi dan
variabel independent ialah aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan
modal. Metode analisis yang digunakan ordinary least square (OLS).
Bentuk regresi adalah sebagai berikut:
Y= β o+ β 1AGLOt+ β 2log LABt+ β 3log JP+ β 4KAP+ uit
Berdasarkan analisisi maka dapat disimpulkan antara lain sebagai
berikut: Hasil analisis menunjukan hubungan signifikan dan berpengaruh
positif antara variabel aglomerasi, tenaga kerja dan modal terhadap
pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal dan Hasil analisis menunjukan
hubungan signifikan dan berpengaruh negatif antara variabel jumlah
penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 61/152
43
5. Darma Rika Swaramarinda dan Susi Indriani
Penelitian ini berjudul “pengaruh pengeluaran konsumsi dan
investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia dengan
variabel dependent adalah pertumbuhan ekonomi dan variabel independen
adalah pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran investasi
pemerintah. Metode yang digunakan OLS.
Model ekonometrik penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:
Yt = β0 +βtGct +β2Git+єt
Hasil menununjukan secara empiris maupun ekonomi mengenai
hubungan antara pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif. Hal ini
dikarenakan pengeluaran konsumsi pemerintah berupa belanja pegawai
konsumsi pegawai atau masyarakat terhadap barang-barang meningkat
yang kemudian menaikkan fungsi konsumsi yang menyumbang kontribusi
terhadap bruto nasional sedangkan Pengeluaran investasi pemerintah
mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat sehingga
anggaran pembangunan dialokasikan terutama untuk membiayai proyek-
proyek yang tidak dapat dibiayai sendiri oleh masyarakat.
6. Ibrahem Mohamed Al Bataineh
Dalam penelitian “The impact of goverment expenditures on
economic growth in Jordan for period 1990 - 2010”. Dengan variabel
dependen adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), dan variabel independen
adalah pengeluaran rutin (re), belanja modal (cap), pembayaran transfer
(tra) dan pembayaran bunga (int). Dengan metode OLS.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 62/152
44
Model ekonometrik penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:
GDP= a + β1re + β2cap + β3tra + β4int
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah pada
tingkat agregat memilki dampak positif terhadap pertumbuhan GDP yang
sesuai dengan teori keynesian serta juga menemukan pembayaran transfer
dan pembayaran bunga tidak memilki pengaruh terhadap pertumbuhan
GDP.
7. Dwi Suryanto
Penelitian ini berjudul “analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,
Wonogiri, Sragen, Klaten) Tahun 2004-2008”. Dengan variabel dependen
adalah pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel independen ialah tenaga
kerja, pengeluaran pemerintah dan dummy. Metode yang digunakan data
panel dengan metode Least Square Dummy Variabel.
persamaan panel data yang digunakan adalah Least Square Dummy
Variabel (LSDV) dengan spesifiksi model sebagai berikut :
Yit = ao+a1Tk it +a2tpit + a3git + b1d1 + b2d2 + b3d3+ b4d4 + b5d5 + b6d6 + uit
Hasil penelitian menunjukan bahwa tenaga kerja dan tingkat
pendidikan dan pengeluraan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun variabel dummy bernilai negatif
hal ini menjelaskan perbedaan pertumbuhan antara pusat pertumbuhan
dengan daerah pendukung bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri,
dan Kabupaten Sragen lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 63/152
45
ekonomi di Kota Surakarta. Sedangkan Kabupaten Karanganyar tidak
berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sebagai pusat
pertumbuhan.
8. Adrian sutawijaya zulfahmi
Penelitian ini berjudul “pengaruh ekspor dan investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 1980 – 2006”. Dengan variabel
dependen ialah pertumbuhan ekonmi sedangkan variabel investasi
pemerintah, investasi swasta, ekspor MIGAS dan ekspor non MIGAS.
Metode yang digunakan adalah Ordinari least square (OLS).
Spesifikasi model diformulasikan dalam bentuk logaritma natural brikut:
LnYt = α + α1LnIPt + α2LnIGt + α3LnXMGt + α4LnXNMGt + uit
Hasil penelitian menunjukan Tiga dari empat variabel independen,
yaitu investasi swasta, investasi pemerintah dan ekspor non migas
berpengaruh positif terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan
ekonomi, yang secara statitistik sangat signifikan. Sedangkan variabel
independen yang tidak berpengaruh berpengaruh secara statistik terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah variabel ekspor migas.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 64/152
46
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
penelitian
Variabel Metode
penelitian
Hasil
1. Ramesh
Chandra
Paudel
(2009)
Foreign
Debt, Trade
Openness,
Labor Force
and
Economic
Growth:
Evidence
from Sri
Lanka
Variabel
dependen:
pertumbuhan
ekonomi (GDP),
variabel
independen:
utang asing,
tenaga kerja,
perdagangan
( ekspor – impor)
Vector
Autoregress
ivw Model
(VAR).
Dengan
hubungan
kointegrasi
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa utang
asing, tenaga kerja
dan perdagangan
(ekspor – impor)
memilki hubungan
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi
2. Rin
dang
Bangun
Prasetyo
dan
Muhamad
Firdaus
(2009)
“Pengaruh
Infrakstruktu
r Pada
Pertumbuhan
Ekonomi
Wilayah Di
Indonesia”.
Dependen:
Pertumbuhan
ekonomi.
Independen:
tenaga kerja ,
modal , variabel
listrik yang
terjual , variabel panjang jalan,
dan variabel
dummy krisis
Metode
Data panel
Hasil penelitian
menunjukkan
variabel tenaga
kerja, modal ,
variabel listrik
yang terjual ,
variabel panjang
jalan, dan variabeldummy krisis
terhadap
pertumbuhan
ekonomi yaitu
berpengaruh
signfikan dan
memilki nilai
positif
3. Mehdi
Safdari
(2012)
importance
of quality of
labour force
on economic
growth in
Iran
variabel
dependen adalah
pertumbuhan
ekonomi (GDP)
dan variabel
independent ialah
tenaga kerja (L),
tingkat
pendidikan
universitas (HC),
modal (K),
ekspormigas(XOIL) ,
Metode
Vector
Autoreggre
sion
(VAR)
Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan
bahwa variabel
Tenaga Kerja,
Universitas
lulusan bekerja
modal, fisik,
Ekspor Minyak,
Non Migas
Ekspor, Inflasi,
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 65/152
47
non ekspor migas
(XNONOIL) ,
inflasi (NP),
pengeluaran
konsumsi pemerintah
(GCO) dan biaya
penelitian
pemerintah
(reseach)
konsumsi
Pemerintah
pengeluaran dan
Biaya penelitian
pemerintah
memiliki positif
berpengaruh pada
tingkat
pertumbuhan
produk domestik
bruto.
4. Ardyan
wahyu
sandhikadan Mulyo
Herdarto
(2012)
analisis
pengaruh
aglomerasi,tenaga kerja,
jumlah
penduduk
dan modal
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
kabupaten
kendal
variabel
dependen adalah
pertumbuhanekonomi dan
variabel
independent ialah
aglomerasi,
tenaga kerja,
jumlah penduduk
dan modal
Met
ode
ordinaryleast square
(OLS)
Hasil penetian
menunjukan
menunjukanhubungan
signifikan dan
berpengaruh
positif antara
variabel
aglomerasi, tenaga
kerja dan modal
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
kabupaten Kendalsedangkan
variabel jumlah
penduduk memilki
hubungan
signifikan dan
berpengaruh
negatif.
5. Darma
Rika
Swaramari
nda dan
Susi
Indriani(2011)
Pengaruh
Pengeluaran
Konsumsi
Dan
Investasi
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Di
Indonesia
tahun 1997 –
2007
Dependen:
Pertumbuhan
ekonomi
Independen:
pengeluaran
pemerintah
konsumsi dan
pembamgunan
Metode
OLS
hasil menunjukkan
bahwa variabel
pengeluaran
konsumsi
pemerintah dan
pengeluaran
investasi
pembangunan
memilki signifikan
dan berdampak
positif terhadaap
pertumbuhan
ekonomi
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 66/152
48
6. Ibrahem
Mohamed
Al Bataineh
(2012)
The impact
of
goverment
expenditures
on economic
growth in
Jordan
Dependen:
pertumbuhan
ekonomi (GDP).
Independen:
Pengeluaran
rutin, belanja
modal,
pembayaran
transfer, dan
pembayaran
bunga
Metode
OLS
Hasil penelitian
menunjukan
pengeluaran
pemerintah pada
tingkat aggregatmemilki dampak
positif terhadap
pertumbuhan dan
pembayaran
transfer serta
pembayarann
bunga tidak
memilki pengaruh
terhadap
pertumbuhan GDP
7. Dwi
Suryanto
(2010)
analisis
Pengaruh
Tenaga
Kerja,
Tingkat
Pendidikan,
dan
Pengeluaran
Pemerintah
TerhadapPertumbuhan
Ekonomi Di
SUBOSUK
AWONOSR
ATEN
Dependen:
Pertumbuhan
ekonomi,
Independen:
tenaga kerja,
pengeluaran
pemerintah dan
dummy
Metode
data panel
Least
Square
Dummy
Variabel
(LSDV)
Hasil penelitianmenunjukan
bahwa tenaga
kerja dan tingkat
pendidikan dan
pengeluraan
pemerintah
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi. Namun
variabel dummy
bernilai negatif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
8. Adrian
Sutawijaya
Zulfahmi
(2010)
Pengaruh
Ekspor Dan
Investasi
TerhadapPertumbuhan
Ekonomi
Indonesia
Tahun
1980 – 2006
variabel
dependen ialah
pertumbuhan
ekonmisedangkan
variabel investasi
pemerintah,
investasi swasta,
ekspor MIGAS
dan ekspor non
MIGAS
Metode
Ordinari
least square
(OLS)
Hasil pengujian
adalah :
Investasi swasta,
investasi pemerintah,
ekspor migas,
ekspor non migas
secara bersama –
sama berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
di Indonesia.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 67/152
49
Dari semua jurnal penelitian terdahulu perbedaan terletak pada
menunjuk sektor tertentu yakni sektor industri, tahun yang digunakan namun
persamaan dari penelitian ini terletak pada pengaruh pertumbuhan ekonomi
yang yang berproksi dengan PDRB atau jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan setiap daerah per tahunnya. Namun ada yang mendekati dengan
penelitian ini yakni pada penelitian Dwi Suryanto (2010) yang berjudul
“Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten
(Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten)”
baik dari segi variabel , dan ada beberapa daerah bagian dari Provinsi Jawa
Tengah yang diteliti serta metode penelitian data panel menunjukan hasil
tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
C.
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Sukirno, 2011:120). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari
perkembangan suatu perekonomian. Kenaikan kapasitas itu sendiri
ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-
penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada (M.P. Todaro, 2000: 144).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah tenaga
kerja, menurut Michael P.Todaro yaitu ada tiga komponen utama dalam
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 68/152
50
pertumbuhan ekonomi adalah akumuasi modal, pertumbuhan penduduk
yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah tenaga kerja dan kemajuan
teknologi. Jika dengan Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih
besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal
tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk
yang benar – benar cepat akan memberikan dampak positif atau negatif dari
pembangunan ekonominya.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari
pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian
daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan
pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh
tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor
penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi (Michael
P.Todaro2008: 93)
Dan juga faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu
pengeluaran pemerintah. Menurut Wagner dalam suatu perekonomian
apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran
pemerintah juga akan meningkat. Terutama ada lima hal yang
menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan
peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat
pendapatan masyrakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi
serta perkembangan demokrasi dan ketidak efisienan birokrasi yang
mengiringi pemerintah. (Mangkoesoebroto, 2008:179). Pengeluaran
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 69/152
51
pemerintah memilki dua macam yakni pengeluaran pemerintah konsumsi
dan pengeluran pemerintah pembangunan. jika dalam pengeluaran sektor
industri memiliki sasaran umum berupa investasi fisik dan sosial baik itu
dari menciptakan tenaga kerja berkualitas sesuai perkembangan industri,
meningkat edukasi industri kecil menegah dalam menrapkan tekonologi
modern serta terciptanya sktruktur industri yang kuat antara industri hulu
dan hilir dengan pendekatan kluster sehingga bersaing tinggi dan
terberntuknya kertekaitan industri hulu dan industi hilir.
Seperti halnya kemajuan ekonomi yang dramatis yang dicapai
Jepang, Taiwan dan negara Asia lainnya dalam dekade terakhir
menggambarkan pentingnya modal manusia dalam pertumbuhan. Walaupun
miskin modal/sumberdaya alam dan mendapat diskriminasi dari negara-
negara Barat, namun karena investasi di bidang modal manusia yang tinggi
mereka berhasil mencapai pertumbuhan yang sangat cepat sehingga dijuluki
Asian Tigers.
Oleh karena itu berdasarkan pada hubungan keterkaitan antara
pertumbuhan ekonomi sektor industri, tenaga kerja sektor industri dan
pengeluaran pemerintah sektor industri, maka persamaan yang dapat ditulis
adalha sebagi berikut:
Pertumbuhan ekonomi sektor Industri = F {tenaga kerja sektor industri,
pengeluaran sektor industri} ..... ( 2 )
Berdasarkan pada persamaan dan hubungan keterkaitan antara
tenaga kerja sektor industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri
terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri, maka kerangka berfikir
dapat ditulis sebagi berikut:
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 70/152
52
Gambar 2.4
Kerangka Berfikir
Faktor pertumbuhan ekonomi sektor industri
Tenaga kerja sektor industri
(X1)
Pengeluaran pemerintah
sektor Industri(X2)
Pertumbuhan ekonomi sektor
industri
( Y)
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 71/152
53
D. Hipotesis Penelitian
Adapun penelitian yang mengkaitkan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan tenaga kerja pada teori neo klasik tradisional (Michael
P.Todaro, 2008:128) “bahwa pertumbuhan output selalu bersumber dari satu
atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja
(melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan),
penambahan modal (melalui tabungan dan investasi) serta penyempurnaan
teknologi”. Teori diperkuat oleh jurnal penelitian yang diteliti oleh Mehdi
Safdari (2012) yang berjudul Importance of Quality of Labour Force on
Economic Growth in Iran menyimpulkan tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan namun pentingnya tenaga kerja berkualitas disertai
pendidikan guna meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang.
Sedangkan pengeluaran pemerintah, peneliti mengutip Teori Keynes
adalah bahwa pengeluran pemerintah merupakan bagian dari bentuk
pendapatan nasional dimana formulasi pendapatan nasional yaitu Y = C + I
+ G + (X-M) . Adapun untuk menguatkan teori ini didalam jurnal penelitian
yang diteliti oleh Andrian Sutawijaya Zulfahmi (2010) berjudul “pengaruh
ekspor dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 1980 –
2006”. Menyimpulkan setiap peningkatan investasi pemerintah sebesar 1%
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,084% dengan asumsi
faktor lainnya konstan. Hal ini sejalan dengan tujuan investasi yang
dilakukan pemerintah, di mana investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 72/152
54
lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum
Berdasarkan teori keterkaitan yang telah dijelaskan pada bagian
kerangka berfikir diatas dan dukungan dari penelitian terdahulu, maka
penelitian mengambil hipotesis:
1) Diduga ada pengaruh signifikan secara parsial tenaga kerja sekrtor
industri, pengeluaran sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi
sektor industri.
2) Diduga ada pengaruh signifikan secara simultan antara tenaga kerja
sektor industri, pengeluaran sektor industri terhadap pertumbuhan
ekonomi sektor industri.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 73/152
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur dengan
berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang nyata mengenai
fenomena yang diteliti. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian adalah pertumbuhan
ekonomi sektor industri kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dari
tahun 2001 – 2011 . Penelitian mengenai analisis pengaruh tenaga kerja
sektor industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap
pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah.
penelitian inin menggunakan data PDRB harga konstan 2000 sektor
industri Kabupaten/kota sebagai variabel dependen (variabel tidak
bebas) untuk mewakili pertumbuhan ekonomi sektor industri
kabupaten/kota Propinsi Jawa Tengah .
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tenaga
kerja sektor industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri di
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2001 – 2011.
B. Metode Penentuan Sampel
Di dalam penelitian ini menggunakan tidak diperlukan sampel.
Karena keselurahan objek dapat dijangkau peneliti. Populasi yang diteliti
adalah PDRB atas dasar harga konstan sektor industri, tenaga kerja sektor
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 74/152
56
industri, dan pengeluaran sektor industri di 35 Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah dari tahun 2001 – 2011.
C.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder dari
tahun dari tahun 2001 – 2011, yang terdiri dari satu variabel dependen yaitu
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam hal ini PDRB Harga Konstan
2000 sektor industri dan dua variabel independen yaitu tenaga kerja sektor
industri, dan pengeluaran pemerintah sektor industri di Kabupaten/Kota Di
Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan sumber data berasal dari:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan untuk
mendukung penelitian kepustakaan diatas adalah penelitian lapangan.
Dari penelitian lapangan diperoleh data sekunder. Data sekunder
diperoleh dengan mempelajari dokumen, laporan dan informasi
lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
2. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data
yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder
adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
melalui media perantara atau pihak lain. Penelitian kepustakaan
meliputi kegiatan pencarian, pengumpulan dan pengkajian data dari
sumber relevan dan dapat mendukung dalam penulisan skripsi ini.
Seperti literature beberapa buku, artikel, jurnal ekonomi dan bahan
lain seperti surat kabar, internet dan media massa lain yang
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 75/152
57
mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dibahas khususnya
berkaitan dengan penelitian skripsi ini.
D. Metode Analisis
Untuk menguji pengaruh dari tenaga kerja sektor industri tenaga
kerja sektor industri, dan pengeluaran sektor industri terhadap pertumbuhan
ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah, penulis menggunakan
analisis panel data Analisis dengan menggunakan panel data adalah
kombinasi antara derat waktu (time series) dan data cross section (Nachrowi,
2006:309).Sesuai dengan model data panel persamaan model dengan
menggunakan data cross section dapat ditulis sebagai berikut:
Yi = β 0+ β 1Xi + εi; I = 1,2,…N
Dimana N adalah banyaknya data cross-section, Sedangkan
persamaan model dengan time-series adalah:
Dimana T adalah banyaknya data time-series, Mengingat data panel
merupakan gabungan dari time-series dan cross-section, maka model dapat
ditulis dengan:
Yit= β 0+ β 1Xit+ εit
I = 1,2,….N ; t = 1,2,….T
N =banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N х T = banyaknya data panel
Penelitian ini mengenai pengaruh tenaga kerja sektor industri dan
pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi
sektor industri di Provinsi Jawa Tengah, menggunakan data time-series
selama 11 tahun yang diwakili data tahunan dari 2001 – 2011 dan data cross-
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 76/152
58
section sebanyak 35 data kabupaten / kota di Provinsi Jawa tengah yang
menghasilkan 385 observasi dengan fungsi persamaan data panelnya dapat
ditulis sebagai berikut:
Yit = β o + β 1 TK it + β 2 PPI it + μit
Dimana:
Y = PDRB harga konstan 2000 sektor industri kab/Kota
Jawa Tengah
TK = Tenaga kerja sektor industri Kab/Kota Jawa Tengah
PPI = Pengeluaran pemerintah sektor industri Kab/Kota
Jawa Tengah
β o = intersep
β 1, β 2, = koefisien regresi variabel bebas
i = unit cross section
t = unit time
= error t
Adanya perbedaan satuan dan besaran variabel bebas dalam persamaan
menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma
natural. Oleh karena itu fungsi logaritma digunakan didalam persamaan (3.4)
untuk memecahkan persamaan yang pangkatnya tidak diketahui.
Menurut Gujarati (2007:637) Keunggulan penggunaan data panel
dibandingkan data time series dan data cross section adalah:
1. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam
tiap individu.
2. Dengan data panel, data lebih informasif, lebih bervariasi, mengurangi
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 77/152
59
kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan (degree of
freedom), dan lebih efisien.
3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan
dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section.
4. Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diukur oleh data time-series atau cross section.
5. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks.
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.
1. Model Regresi dengan Panel Data
Model regresi dengan data panel secara umum mengakibatkan
kesulitan dalam spesifikasi modelnya. Residualnya akan mempunyai tiga
kemungkinan yaitu residual time series, cross section maupun gabungan
keduanya. Dari tiga pendekatan metode data panel, dua pendekatan yang
sering digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel
adalah pendekatan fixed effect model dan pendekatan random effect model.
Untuk menentukan metode antara pooled least square dan fixed effect
dengan menggunakan uji F sedangkan uji Hausmant digunakan untuk
memilih antara random effect atau fixed effect. Selain itu, dalam teknik
estimasi model regresi data panel, terdapat uji F, uji Chow Test dan uji
Hausman. Dibawah ini akan dijelaskan tiga pendekatan yang digunakan
dalam data panel :
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 78/152
60
a) Pooled Least Square (PLS)
Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM).
Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa data gabungan yang
ada menunjukkan kondisi sesungguhnya dimana nilai intercept dari
masing – masing variabel adalah sama dan slope koefisien dari
variabel – variabel yang digunakan adalah identik untuk semua unit
cross section.
Di dalam pendekatan ini, unit cross section maupun time series
semua diperlakukan sama lalu diregresikan menggunakan metode
ordinary least square yang akan menghasilkan persamaan dengan
intercept dan koefisien-koefisien variabel independen yang konstan
untuk setiap unit.
Kelemahan dalam model common effect ini yaitu adanya
ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sebenarnya. Dimana
kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan satu waktu akan sangat
berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Wing
Wahyu Winarno, 2007:14)
b) Fixed Effect Model
Kendala yang dimiliki oleh pooled least square adalah asumsi
yang menganggap intercept dan koefisien slope yang sama untuk
setiap unit cross section maupun time series. Mengatasi hal itu,
pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan variabel-variabel
dummy untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam
intercept dari setiap unit cross-section maupun time series. Pendekatan
ini disebut dengan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 79/152
61
Variabel. Adapun kemungkinan asumsi intercept dan koefisien slope
yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Intercept untuk setiap unit cross section berbeda-beda,
koefisien slope konstan.
b. Intercept untuk setiap unit cross section maupun time series
berbeda-beda.
c. Intercept dan koefisien slope untuk semua individu atau unit
cross section berbeda-beda
Banyaknya penggunaan variabel dummy dapat menjadi
kelemahan bagi model ini karena menyebabkan rendahnya degree of
freedom, adanya variabel-variabel yang tidak berubah terhadap waktu,
kemungkinan adanya multikolinearitas, serta asumsi error yang
digunakan, yang pada akhirnya mempengaruhi koefisien dari
parameter yang diestimasi.
c) Random Effect Model
Model ini dibentuk untuk mengatasi kelemahan pada fixed effect
model dengan memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar
unit cross section maupun time series ke dalam error term. Pendekatan
ini disebut Random Effect Model atau Error Component Model dan
mengasumsikan bahwa komponen error antar unit cross section dan
time series tidak berkorelasi satu sama lain.
Asumsi utama dari random effect model ini adalah bahwa
komponen error individu tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya,
tidak berautokerlasi antar unit cross section dan time series dan juga
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 80/152
62
mengasumsikan bahwa error secara individual tidak berkorelasi
dengan error kombinasinya. Pendekatan ini mencoba untuk
meningkatkan efisiensi proses permodelan Ordinary Least Square,
penganggu-penganggu antar unit cross section dan time series
diperhitungkan sehingga metode yang digunakan adalah Generalized
Least Square (GLS).
2. Pemilihan Metode Data Panel
Dalam pengolahan data panel mekanisme uji menentukan metode
pemilihan data panel yang tepat yaitu dengan cara membandingkan metode
pendekatan PLS dengan metode pendekatan FEM terlebih dahulu. Jika hasil
yang diperoleh menunjukkan model pendekatan PLS yang diterima, maka
pendekatan PLS yang akan dianalisis. Jika model FEM yang diterima, maka
dilakukan perbandingan lagi dengan model pendekatan REM. Untuk
melakukan model mana yang akan diapakai, maka dilakukan pengujian
diantaranya:
a. Uji Chow Test
yaitu uji yang akan digunakan untuk mengetahui apakah model
Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan
dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji restriced
F-Test atau uji Chow-Test.
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
0 : Model PLS (Restriced)
1: Model Fixed Effect (Unrestriced)
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan
menggunakan F statistic seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 81/152
63
ℎ =(RRSS − URSS)/(N − 1)
URSS/(NT − N − K)
Dimana:
RRSS = Restriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled
least square/common intercept )
URSS = Unrestriced Residual Sum Square (merupakan Sum
Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode
fixed effect )
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti ditribusi Fstatistic yaitu FN-1, N-K jika
nilai F-test atau Chow Statistik (F-statistik) hasil pengujian lebih besar
dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan penolakan
terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah
model fixed effect.
b. Uji Hausman Test
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed
effect atau random effect yang akan dipilih. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
0 : Model mengikuti Random Effect
1: Model mengikuti Fixed Effect
Dasar penolakan Ho dengan menggunakan pertimbangan statistic
Chi-Square. Jika Chi-Square statistic > Chi-Square tabel maka 0
ditolak (model yang digunakan adalah Fixed Effect ).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 82/152
64
3. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik,
jika terjadi penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik
nonparametrik sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan
statistic parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model
regresi tersebutharus terbebas dari multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas serta data yang dihasilkan harus berdistribusi normal.
Maka digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik adalah
sebagai berikut :
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak berlaku (Suliyanto, 2005 : 63).
Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi residual antara lain Jarque-Bera (J-B) Test dan metode
grafik. Dalam metode ini akan menggunakan J-B Test, apabila J-B
hitung < nilai 2 (Chi-Square) tabel, maka nilai residual terdistribusi
normal.
2) Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau
independen. Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang
siginifikan diantara dua atau lebih variabel independen dalam model
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 83/152
65
regresi. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas ini
dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi antar variabel.
Beberapa kaidah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas
dalam suatu model empiris, yaitu sebagai berikut:
a) Nilai 2 yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris
sangat tinggi, tetapi tingkat signifikan variabel bebas
berdasarkan t statistic sangat sedikit.
b) Tolerance and variance inflation factor (VIF). VIF mencoba
melihat bagaimana varian dari suatu penaksir meningkat
seandainya ada multikolienaritas dalam suatu model empiris.
Misalkan 2 dari hasil estimasi regresi secara parsial mendekati
satu, maka nilai VIF akan mempunyai nilai tak hingga. Dengan
demikian nilai kolinearitas meningkat, maka varian dari
penaksir akan meningkat dalam limit yang tak terhingga.
3) Uji Autokorelasi
Menurut (Suliyanto, 2005:64) uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara serangkaian data observasi
yang diuraikan menurut data time series atau data cross section”.
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series.
Cara mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi salah
satunya adalah dengan uji Durbin – Watson. Keunggulan dari uji D-W
dalam mendeteksi masalah autokorelasi adalah karena uji ini
didasarkan pada residual yang ditaksir.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 84/152
66
4) Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah variasi individual tidak sama untuk
semua pengamatan. Salah satu uji penting dalam regresi linear klasik
adalah bahwa gangguan yang muncul dalam regresi populasi adalah
homokedastisitas yaitu semua gangguan memiliki varians yang sama
atau varians setiap gangguan yang dibatasi oleh nilai tertentu
mengenai pada variabel – variabel independen berbentuk konstan
yang sama dengan 2. Dan jika suatu populasi yang dianalisis
memiliki gangguan varians tidak sama maka mengindikasikan
terjadinya gangguan heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada
tidaknya heterokedastisitas dilihat dari nilai Sum Squared Resid
Weighted statistic dan Sum Squared Resid Unweighted statistics.
Apabila nilai Sum Squared Resid Weighted statistic > Sum Squared
Resid Unweighted Statistics maka model teridentifikasi mengandung
gejala heterokedastisitas.
E. Pengujian Statistik
1. Uji Pengujian Signifikansi (Uji t)
Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak terikat
secara individual dan menganggap variabel lain konstan. Hipotesis yang
digunakan:
1. H0 : 1 ≤ 0 tidak ada pengaruh antara variabel tenaga kerja
sektor industri dengan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri .
H1 : 1 > 0 ada pengaruh positif antara tenaga kerja sektor
industri dengan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 85/152
67
2. H0 : 2 ≤ 0 tidak ada pengaruh antara variabel Pengeluaran
pemerintah sektor industri dengan pertumbuhan ekonomi sektor
industri.
H1 : 2 < 0 ada pengaruh positif antara variabel Pengeluaran
pemerintah sektor industri dengan Pertumbuhan ekonomi sektor
industri.
Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus:
= β1 – ∗ ( )
Dimana:
1 = parameter yang diestimasi
i* = nilai i pada hipotesis
SE( i) = standar error i
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang
digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya salah satu
variabel independen mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
2. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya salah satu
variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
2. Pengujian Signifikansi (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 86/152
68
mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari
nilai. F tabel maka variabel-variabel independen secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan :
H0 = β1 = β2 = 0
H1: minimal ada satu koefisien regresi tidak sama dengan nol
Nilai F hitung dirumuskan sebagai berikut
Dimana :
=R2/(K − 1)
(1 − R2)/(N − K)
K = jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstanta
N = jumlah observasi
Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut :
1) H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang
artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2) H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, yang
artinya variabel penjelas secara serentak dan bersama-sama
mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted )
Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan
dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model
( goodnes of fit ) digunakan koefisien determinasi (2). “Koefisien
deteminasi (2) intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 87/152
69
menerangkan variasi variabel terikat” (Mudrajad Kuncoro, P.hd, 2006:
220).
Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:
R 2 =Σ(Y1 −Y)2
Σ(Y1 −Y)2
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai 2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Mudrajad,2006 : 220).
F. Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini definisi operasional yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi sektor industri (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi sektor industri adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan
jasabyang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat diKab/Kota Provinsi Jawa
Tengah sektor industri tahun 2001-2011. Satuan Jutaan (Rupiah).
2. Tenaga Kerja sektor industri (L)
Tenaga Kerja menurut BPS adalah kerja bila mereka
melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 88/152
70
paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang
lalu di Kab/Kota Provinsi Jawa Tengah sektor industri tahun 2001-
2011. Satuan Jiwa.
3. Pengeluaran pemerintah sektor industri (PPi)
kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah
menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan di
sektor industri guna menunjang kegiatan industri serta
meningkatkan prasarana dan sarana industri demi kesejahteraan
masyarakat dalam tahun 2001-2011. Satuan Jutaan (Rupiah).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 89/152
71
TABEL Operasional Variabel
No variabel Definisi SimbolSumber
Data
Tahun
DataSkala Satuan
1
Pertumbuhan
ekonomi sektor
industri
Jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan selama
satu tahun
PDRBBPS Provinsi
Jawa Tengah
2001-
2011 Nominal
Jutaan
Jutaan
2Tenaga kerja
industri
Penduduk usia 15
– 16 yang meng
hasilkan barang
atau jasa
TK
BPS
Provinsi
Jawa
Tengah
2001-
2011 Nominal Jiwa
3
PengeluaranPemerintah
Sektor
industri
Kebijakan fiskal
yang digunakanuntuk mendukung
kegiatan hal – hal
yang berkaitan
industri
PPIKEMENKE
U
2001-
2011 Nominal
Jutaan
Rupiah
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 91/152
73
Selain itu, keadaan iklim di Jawa Tengah termasuk dalam kategori iklim tropis
basah.
2.
Kondisi Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 6,0% ( year
on year / yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2010, yaitu sebesar
5,8%. Meskipun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah meningkat, tetapi masih
lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
6,5%.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto
adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermiede cost).
Komponen – komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah dan
keutungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan
menghitung niali tambah bruto dari masing – masing sektor dan kemudian
menjumlahkan akan menghasilkan produk domestik regional bruto (PDRB)..
Sektor dalam PDRB Jawa Tengah yang memberikan kontribusi cukup
tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yaitu sektor pertanian,
industri pengolahan, serta perdagangan, hotel dan restoran, dengan kontribusi
tertinggi pada sektor industri pengolahan. Apabila dibandingkan dengan
provinsi lainnya se Pulau Jawa - Bali, angka pertumbuhan ekonomi Jawa
Tengah tahun 2011 berada di peringkat keenam. Pada tabel dibawah ini bisa
dilihat perkembangan PDRB atas harga konstan sektor industri kabupaten/kota
di Provinsi Jawa tengah.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 92/152
74
Tabel 4.1 Produk domestik Regional Bruto atas harga konstan sektor industri
kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011(Jutaan Rupiah)
No Kab/ KotaPDRB sektor Industri Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (jutaan Rupiah)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kab. Cilacap 7703346 8548864 9231399 9963465 10904122 11481971 11583445 12387609 12197894 12600215 13035198
2 Kab. Banyumas 538676 555090 578401 602635 617386 637418 659537 681529 702273 733231 781051
3 Kab.Purbalingga 160563 165705 171096 178341 187909 199967 213149 226128 241343 257831 277887
4 Kab.Banjarnegara 302810 312675 321321 325862 329889 338493 353362 366595 374322 379956 394672
5 Kab. kebumen 209561 216821 224579 224663 223916 233872 256538 267407 278186 293230 306216
6 Kab. Purworejo 172101 180179 192361 202877 220886 233649 263428 275014 286029 297732 314879
7 Kab. Wonosobo 162978 166267 169434 171598 174839 179686 184539 189240 193795 197825 205659
8 Kab. Magelang 527402 546283 573201 598422 624775 653952 685408 715344 738830 766616 794598
9 Kab. Boyolali 564490 567377 570773 561277 563954 582759 609253 638448 666424 691493 733294
10 Kab. Klaten 753926 797268 821704 855226 896705 841653 869903 891042 920432 978880 1044666
11 Kab. Sukoharjo 1045253 1086068 1124808 1162044 1202242 1248116 1303211 1359291 1408382 1480403 1568341
12 Kab. Wonogiri 83185 87297 95116 103068 107776 117307 123304 129129 134461 144317 151990
13 Kab.Karanganyar 1670038 1179899 1911514 2065453 2201053 2320190 2460945 2563118 2658292 2769047 2946327
14 Kab. Sragen 409238 429441 449252 473230 500203 532376 568751 607878 638637 683322 738328
15 Kab. Grobogan 76877 79647 82577 85445 88705 91130 95161 99068 102486 108826 114916
16 Kab. Blora 89483 92114 95787 99929 106826 112851 119311 126589 131884 135952 137635
17 Kab. Rembang 63285 64711 66668 69647 73250 77118 81794 84635 86908 89830 95039
18 Kab. Pati 577889 614661 6470747 686367 722697 763160 806904 844437 870458 928761 979557
19 Kab. Kudus 5112626 5407457 5715468 6226357 6557621 6689910 6901300 7107442 7421852 7651696 7938351
20 Kab. Jepara 836712 859932 873110 901598 931381 977008 1033625 1083963 1130177 1203937 1257831
21 Kab. Demak 229611 241039 249598 260160 279777 283160 289798 295966 302523 315523 336270
22 Kab. Semarang 1835889 1886452 1969962 2103627 2108699 2177770 2282474 2375117 2467389 2585787 2729084
23 Kab.Temanggung 335053 347638 365240 386711 400966 419532 433190 450026 459175 476539 506463
24 Kab. Kendal 1505890 1529126 1613583 1641119 1716524 1756426 1869692 1926518 1959314 2153337 2228766
25 Kab. Batang 523920 535594 548021 565348 580360 583043 593025 606302 619607 649547 686721
26 Kab. Pekalongan 647840 665271 680089 702043 716467 740214 769243 792495 803973 837955 89472
27 Kab. Pemalang 567067 590818 580891 607140 630560 657076 689361 722815 751959 788340 829796
28 Kab. Tegal 579214 619147 668408 729093 781586 841243 899472 954554 1019360 1075036 1130962
29 Kab. Brebes 347494 357120 377762 403146 440160 476796 525893 569684 633770 686356 752324
30 Kota Magelang 28804 29176 30051 28693 29588 30972 32233 35139 35628 37094 39623
31 Kota Surakarta 920386 962964 1027498 1089912 1105952 1134134 1173423 1200607 1235953 1277210 1312946
32 Kota Salatiga 132366 130308 137034 143573 150764 159333 168536 171322 175970 180163 190657
33 Kota Semarang 3958867 4116601 4257540 4385583 4508130 4724893 4998706 5236515 5465109 5732672 6047908
34 Kota Pekalongan 288082 306032 322248 330239 354605 366068 382475 394036 407309 425217 444914
35 Kota Tegal 175089 182624 197661 214440 226920 238177 248922 259875 268711 278467 289215
Jawa Tengah 35057666 36941202 39150335 41269198 42903429 4328901 46636885 50870785 53158962 57444185 63390101
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 93/152
75
Pada tabel 4.1 terlihat perkembangan PDRB sektor industri Provinsi Jawa
tengah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni pada tahun 2001
sebesar Rp. 35.057.666 (Jutaan) terus meningkat pada tahun 2004 sebesar Rp.
41.269.198 (Jutaan) selanjut terus meningkat pada tahun 2011 mencapai
sebesar Rp. 63.390.101 (Jutaan). Ini menunjukan perkembangan perekonomian
Provinsi Jawa Tengah berjalan baik terlebih sektor industri memiliki kaitan
kebelakang dan kaitan ke depan terhadap sektor lainnya. Jika dilihat
kabupaten/ kota yang memiliki PDRB tertinggi tahun 2011 berada di
kabupaten cilacap sebesar Rp. 13.035.198 (Jutaan) sedangkan PDRB terendah
tahun 2011 ada di kota Magelang sebesar Rp. 39.623 (Jutaan).
3. Tenaga kerja sektor industri
Tenaga Kerja Adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih)
yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan
tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang
termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama
seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus
rumah tangga, dan mereka yang tidak melakukan kegiatan yang dapat
dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan
(Disnaker, 2006:54).
Kondisi tenaga kerja sektor industri di Provinsi Jawa Tengah masih
menempati di urutan kedua setelah sektor pertanian yang mendominasi namun
sektor pertanian memiliki tren menurun dari tahun ke tahun hal ini berbeda
dengan sektor industri yang cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.2 tenaga kerja sektor industri
Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah dibawah ini.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 94/152
76
Tabel 4.2 Data Tenaga kerja sektor industri menurut kab/kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2001 – 2011 (Jiwa)
No Kab/ KotaTenaga Kerja sektor Industri (Jiwa)
2001 2003 2005 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kab. Cilacap 68370 103136 133388 118185 110124 107079 102759 108407 113855 92218 164730
2Kab. Banyumas
97592 135304 141326 105465 123428 123815 136619 142410 132072 151234 177488
3Kab.Purbalingga
71136 53127 85113 89134 84378 102815 87130 80759 86492 102565 136373
4 Kab.Banjarnegara 51724 55216 51150 54587 43348 38344 48069 59603 53268 71033 39965
5 Kab. kebumen 101751 116625 103889 95586 78723 116690 122600 113040 117505 118494 171125
6 Kab. Purworejo 17336 33428 41882 41406 44650 60120 46253 40982 48282 44718 31245
7 Kab. Wonosobo 19531 43225 31245 37826 28672 28602 37412 43919 47438 35955 23879
8 Kab. Magelang 63422 75439 84220 62936 63791 82762 80497 84716 87823 99502 945869 Kab. Boyolali 28578 63570 59065 56724 66442 82343 81753 75687 72494 78863 88100
10 Kab. Klaten 122514 142625 149196 133225 151001 157760 124663 115580 126081 127913 161421
11 Kab. Sukoharjo 81087 110721 92376 99559 116731 111696 103644 103946 93651 108310 121628
12 Kab. Wonogiri 50694 36132 22226 26249 29036 32902 25349 28139 27853 32913 48953
13 Kab.Karanganyar 84070 81049 89691 79848 87954 88849 81981 74036 64931 77896 88430
14 Kab. Sragen 50394 51765 57754 47718 40582 72066 53544 67998 61502 65804 57673
15 Kab. Grobogan 15650 25012 24188 23716 29630 33063 37774 41555 32221 35713 51152
16 Kab. Blora 11704 18195 10154 19972 19809 24046 12956 15899 14947 20240 16431
17 Kab. Rembang 18909 23031 18760 18041 20432 17790 21095 24846 27792 29639 28833
18 Kab. Pati 59424 64119 74396 75259 68228 67021 86000 90575 83466 93075 86044
19 Kab. Kudus 149821 139190 147030 145025 156517 168966 169619 164280 151515 156381 144368
20 Kab. Jepara 135306 224527 229228 231088 256280 239221 240485 223814 237572 251474 227589
21 Kab. Demak 45114 68770 73299 57399 64917 61156 74118 704411 65677 75821 52059
22 Kab. Semarang 68211 96327 102073 88506 113298 93567 102742 112496 102040 128091 98736
23 Kab.Temanggung 15912 18254 21758 20757 30417 74365 88393 62945 72244 61783 77862
24 Kab. Kendal 48954 44080 52496 48540 45160 62339 62891 61536 59645 53249 68091
25 Kab. Batang 41651 41946 54613 55968 51872 62088 72475 80152 73089 77261 95917
26 Kab. Pekalongan 107301 120442 117730 122722 143625 142554 141232 140900 150417 142369 146094
27
Kab. Pemalang
38346 73561 58905 57417 51878 63417 75317 76151 66225 66922 92969
28 Kab. Tegal 81186 102666 107120 83032 120853 107117 132511 111789 102188 97409 123313
29 Kab. Brebes 27552 43452 33709 26260 64997 37785 44204 32744 34049 25851 41406
30 Kota Magelang 7367 7100 6705 7638 8352 8928 7095 6778 6033 8050 7098
31 Kota Surakarta 41410 51759 63240 48279 59472 46647 58236 44222 42065 46189 49748
32 Kota Salatiga 6670 15572 12274 15768 14428 15470 15715 14161 12365 12388 20572
33 Kota Semarang 105804 111942 157231 148169 144312 138101 130695 122577 127304 156423 151878
34 Kota Pekalongan 41404 40438 39071 35106 45210 39269 44034 47479 49221 53099 43830
35 Kota Tegal 18835 15450 14262 15958 17568 17441 15784 14683 13350 16447 17138
Jawa Tengah 1994730 2447195 2560763 2395072 2598120 2728200 2767651 3335223 2658681 2817302 3048735
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 95/152
77
Pada tabel 4.2 menerangkan jumlah tenaga kerja sektor industri di provinsi
Jawa tengah tahun 2001 – 2011 perkembangan tenaga kerja mengalami turun
naik terutama pada tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan dari 3.335.223
(Jiwa) ke 2.658.681 (Jiwa) namun ke tahun berikutnya mengalami kenaikan
pada tahun 2011 mencapai 3.048.735 (Jiwa). Yakni jumlah tenaga kerja sektor
industri kabupaten/ kota yang tertinggi tahun 2011 berada di kota jepara
sebesar 227.589 (Jiwa) dan tenaga kerja sektor industri yang terendah berada di
kota magelang tahun 2011 sebesar 7.098 (Jiwa).
4. Pengeluaran pemerintah sektor industri
Menurut (Mangkoesubroto, 2008:169) pengeluaran pemerintah
mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan
suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan tersebut.
Tabel 4.3 Pengeluaran pemerintah sektor industri menurut Kab/kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2001 – 2011 (Jutaan Rupiah)
No kab/ kotaPengeluaran Pemerintah Sektor Industri (Jutaan Rupiah)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kab. Cilacap 1227 1289 1345 1392 1466 1838 2772 3518 4075 4211 7763
2 Kab. Banyumas 3920 2664 4651 4958 5694 4763 7091 9504 10685 11062 10703
3 Kab.Purbalingga 1784 1840 1920 1879 2080 1853 2468 595 1009 2475 3480
4 Kab.Banjarnegara 1520 1535 1621 1812 2207 2385 2704 2805 2040 1950 3000
5 Kab. kebumen 1870 1672 1715 2071 1963 2388 1121 1335 1378 1571 1461
6 Kab. Purworejo 2116 3928 4229 3762 4170 5938 6483 6890 5439 5441 6370
7 Kab. Wonosobo 2080 2344 2740 2884 2136 2045 2030 2757 4380 4899 5241
8 Kab. Magelang 2112 2070 1267 1290 1321 1457 1761 2469 2245 1143 1169
9 Kab. Boyolali 6927 7980 8438 5779 9201 8888 1132 5915 6274 7537 4450
10 Kab. Klaten 4450 3400 3658 4591 4695 5441 6561 6549 7689 8070 8670
11 Kab. Sukoharjo 6195 6780 6961 6440 5080 5426 6540 6790 6837 7501 8592
12 Kab. Wonogiri 4366 4501 4846 6130 6501 3430 4519 5669 5736 6175 7398
13 Kab.Karanganyar 5120 5280 5377 6128 5357 5741 6390 6880 7650 8493 9230
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 96/152
78
No Kab/KotaPengeluaran pemerintah sektor Industri (Jutaan Rupiah)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
14 Kab. Sragen 2359 2535 2634 3237 4951 5250 6754 7816 5610 6083 7358
15 Kab. Grobogan 2668 2883 3190 3430 6110 2245 4813 3117 8646 5410 6083
16 Kab. Blora 1608 2950 3070 5013 5109 4074 4286 4890 5200 5308 4906
17 Kab. Rembang 3361 3509 4065 4441 5625 5210 5630 4690 4350 4557 4920
18 Kab. Pati 4701 4900 7828 7142 8261 9289 4210 3884 7390 8455 7318
19 Kab. Kudus 2395 2560 1923 2372 2040 2724 2980 2551 3961 2870 4197
20 Kab. Jepara 2229 2385 2566 3076 3785 4303 4460 4458 4201 4752 3450
21 Kab. Demak 1506 1252 1615 2223 2802 5743 2943 2876 7607 7820 6594
22 Kab. Semarang 6418 4050 4591 2562 2666 2894 3388 3867 6692 5767 5643
23 Kab.Temanggung 4473 5635 3392 3446 4631 5367 3094 2525 6175 5716 6329
24 Kab. Kendal 4247 3486 6154 8980 4980 2254 6374 4576 3250 6890 5430
25 Kab. Batang 5250 4940 1135 1008 1005 803 1483 1333 3354 3889 5816
26 Kab. Pekalongan 1154 1287 1926 1914 1121 1826 2469 4163 3209 4890 2980
27 Kab. Pemalang 3486 3243 1056 3426 1879 3355 1795 2926 1680 2650 2795
28 Kab. Tegal 4125 1735 10677 9211 5750 10795 8600 8670 6718 4048 4525
29 Kab. Brebes 1371 1260 1290 1649 1120 1548 1399 1155 2310 4035 4927
30 Kota Magelang 1604 1109 1260 980 1322 1457 1761 2469 2245 2732 2169
31 Kota Surakarta 8470 8550 10988 11508 14392 17656 6380 5326 5918 6500 6225
32 Kota Salatiga 3589 4287 3451 3627 3683 5642 5760 3509 3609 3209 3870
33 Kota Semarang 1190 2904 3212 12632 13436 17203 4968 6303 7405 6031 6016
34 Kota Pekalongan 3490 4739 3054 4720 5599 6926 5817 5473 5507 5745 4130
35 Kota Tegal 3740 3153 4267 2847 1319 2294 1143 7468 1839 1128 1620
Jawa Tengah 113381 118635 132112 150565 155463 162458 144086 153268 174322 181022 186839
Bila dilihat dari tabel 4.3 pengeluaran pemerintah sektor industri Provinsi
Jawa Tengah mengalami fluktuatif dari tahun 2006 sebesar Rp. 162.458
(Jutaan) ke tahun 2006 dengan sebesar Rp. 172.458 (Jutaan) namun mengalami
penurunan tahun 2007 menjadi Rp. 144.086 (Jutaan) dan sempat mengalami
kenaikan tahun 2008 namun kembali turun pada tahun 2009 selanjutnya adanya
peningkatan sampai pada tahun 2011 sebesar 186.839 (Jutaan).
Adapun Kab/Kota yang memiliki pengeluaran industri pada tahun 2011
berada di Kabupaten banyumas sebesar Rp. 10.703 (Jutaan) dan yang terendah
pada Kabupaten Magelang sebesar Rp. 1.169 (Jutaan).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 97/152
79
Adapun Sasaran umum urusan industri di provinsi Jawa Tengah yakni:
Sasaran umum yang hendak dicapai dalam pembangunan di urusan
perindustrian adalah menciptakan industri yang tangguh dan berdaya saing
tinggi (dikutip dalam RKPD, 2012:173) yaitu :
a) Berkembangnya IKM serta industri besar dan sedang dengan kinerja
yang efisien dan kompetitif serta memiliki ketergantungan rendah pada
bahan baku impor
b) Terwujudnya efisiensi industri-industri unggulan melalui klaster
c) Terciptanya struktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir
dengan berbasis pada pendekatan klaster sehingga berdaya saing tinggi
dan terbentuknya keterkaitan antara industri hulu dan hilir
d) Meningkatnya jumlah IKM yang menerapkan teknologi modern dan
terlindungi dari kemungkinan pembajakan HaKI
e) Tersedianya tenaga kerja berkualitas antara mendukung perkembangan
industri ikm serta industri besar dan sedang.
1. Memilih Metode Data Panel
a. Uji Chow
Untuk mengetahui model data panel yang akan digunakan, maka
digunakan uji F-restriced atau uji Chow dengan membandingkan F
statistic dan F tabel.
Dengan pengujian hipotesa sebagai berikut:
0 : Model PLS (Restriced)
1: Model Fixed Effect (Unrestriced)
Dari hasil regresi berdasarkan metode FEM dan PLS diperoleh F-
statistik di bawah ini:
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 98/152
80
Tabel 4.4
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: UntitledTest cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 319.223532 (34,348) 0.0000Cross-section Chi-square 1336.569632 34 0.0000
Sumber : Lampiran 3 hal 124
Berdasarkan hasil dari uji Chow diperoleh nilai statistic sebesar
319.223532 dengan df (34,348), dengan menggunakan F tabel = 5%,
diperoleh nilai sebesar (1.87) yang berarti menolak pooled least squared
(PLS) dan menerima fixed effect model ( FEM).
b. Uji Hausman
Untuk mengetahui apakah model fixed effect atau random effect
yang dipilih, maka digunakan uji Hausman Test dengan cara
membandingkan Chi-Square statistic dan Chi-Square tabel. Dengan pengujian hipotesis sebagai berikut:
0 : Model mengikuti Random Effect Model
1: Model mengikuti Fixed Effect Model
Dari hasil regresi berdasarkan metode Random Effect Model
diperoleh nilai Chi-Square statistic sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman TestPool: UntitledTest cross-section random effects
Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 5.578124 2 0.0615
Sumber : Lampiran 4 hal 125
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 99/152
81
Berdasarkan pada hasil uji hausman yang telah dilakukan,
didapatkan Chi-Square statistik sebesar 5.578124 dengan probabilitas
0.0615 pada d.f 2, dengan menggunakan Chi-Square tabel diperoleh
nilai sebesar 5.99146. Hasil tes menyatakan bahwa Chi-Square statistik
lebih kecil dari pada Chi-Square tabel, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 ditolak dan model terbaik yang dapat digunakan untuk model
penelitian adalah Random Effect Model .
2. Hasil Estimasi Model Data Panel
a.
Pendekatan Random Eff ect Model (REM)
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
pendekatan Random Effect Model dengan metode pendekatan panel least
square pada uji F-Resticed. Dari hasil pengolahan E-views 7.0
mendapatkan hasil seperti tampilan berikut:
Tabel 4.6
Regresi Data Panel Random Eff ect Model
R-squared 0.615950
Adjusted R-squared 0.610798
Sumber : Lampiran 7 hal 129
3. Uji asumsi klasik
a. Uji normalitas
Salah satu asumsi dalam model regresi linear adalah distribusi
probabiliotas gangguan μ i memilki rata-rata yang diharapkan samadengan
nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian konstan. Uji normalitas
bertujuan untuk melihat bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak.
Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, dilakukan uji
jarque-bera. Hasil uji jarque-bera dapat dilihat gambar berikut ini.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 100/152
82
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Lampiran 8 hal 131
Untuk melihat nilai residual berdistribusi normal atau tidak diliohat
dari nilai jarque-bera (JB Test) < nilai χ2 (Chi Square) tabel. Dengan df =
(n-k) = 385 – 3 = 382, maka diperoleh nilai χ2
(Chi Square) tabel
124,34211. Dibandingkan dengan nilai jarque-Bera pada gambar sebesar
5.536930, dapat disimpulakn bahwa probalitas gangguan μi regresi tersebut
berdistribusi normal karena nilai Jarque-Beralebih kecil dibandingkan nilai
χ2 (Chi Square) tabel.
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan
korelasi antar variabel independen. Untuk melihat adanya keberadaan
multikolinieritas, salah satunya dengan cara melihat R-Square nya,
apabila nilai R-Square nya tinggi tapi sedikit rasio t yang signifikan maka
diduga terdapat gejala multikolinieritas (Gujarati.2007: 68). Asumsi
keberadaan multikolinieritas boleh diabaikan apabila pada hasil regresi
0
10
20
30
40
50
-1000000 -500000 0 500000 1000000
Series: Standardized Residuals
Sample 2001 2011Observations 385
Mean -7.11e-10Median 8214.553
Maximum 929988.7
Minimum -1193559.Std. Dev. 356508.8
Skewness 0.072084Kurtosis 2.430461
Jarque-Bera 5.536930
Probability 0.062758
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 101/152
83
awal, paling sedikit ada satu variabel independen yang berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.8
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel t-Statistik Prob Signifikansi
Tenaga kerja industri 2.550947 0.0111 Signifikan
Pengeluaran
Pemerintah industri2.485158 0.0134 Signifikan
Sumber : Lampiran 11 hal 133
Dalam model yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat
multikolinieritas karena semua variabel independen berpengaruh secara
signifikan.
c. Uji Autokorelasi
Uji yang dikenal untuk mendeteksi autokolerasi adalah uji durbin-
watson (Gujarati.2007:121). Adapun untuk melihat ada tidaknya
autokolerasi dalam hasil regresi dapat melihat nilai durbin-watson
statistiknya. Apabila nilai DW lebih kecil dari nilai dL, berarti memiliki
autokolerasi.
Dari hasil pengolahan di dapat nilai Durbin Watson yaitu
0.147109 Sedangkan dengan n = 385 dan k = 2 diperoleh dari tabel DW,
dL = 1.7483 dan dU = 1.7887. Nilai DW statistik (0.147109) lebih
kecil dari nilai dL (1.7483) , maka dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi ini terdapat autokolerasi. Akan tetapi Menurut Shochrul R.
Ajija, Dyah W. Sari, Rahmat H. Setianto dan Martha R. Primanti dalam
bukunya yang berjudul “Cara Cerdas Menguasai Eviews” , apabila
mengunakan regresi panel data maka tidak harus dilakukan pengujian
asumsi klasik (2011: 52).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 102/152
84
d. Uji Heterokedastisitas
Untuk melihat gejala Heterokedastisitas dalam penelitian ini,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengestimasi model ke
cross section weight (GLS), kemudian langkah selanjutnya
membandingkan nilai sum squared di weight statistics dengan nilai sum
squared di unweight statistics. Apabila nilai sum squared di weight
statistics lebih kecil dari pada nilai sum squared di unweight statistics,
maka terdeteksi Heterokedastisitas.
Tabel 4.9Hasil Uji Heterokedastisitas
Weight Statistics
Sum squared resid 5.46E+13
Unweight Statistics
Sum squared resid 1.74E+13
Sumber : Lampiran 10 hal 133
Dapat dilihat pada tabel diperoleh hasil regresi sum squared
statistics lebih besar dari pada sum squared unweigh statistics. Dapat
diartikan bahwa hasil regresi tidak terdapat gejala Heterokedastisitas.
4. Pengujian statistik
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Tabel 4.10
Tabel nilai t-statistik
Variabel Coefficient t-Statistic prob
Signifikansi
C 1108161. 3.227847 0.0014
Tenaga Kerja
industri1.084649 2.550947 0.0111 Signifikan
Pengeluraan
pemerintah
industri
6.293698 2.485158 0.0134 Signifikan
Sumber : Lampiran 7 hal 129
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 103/152
85
Jika ditulis dalam persamaan maka hasilnya adalah :
Estimation Equation:
Pertumbuhan ekonomi industri = β o + β 1 TK it + β 2 PPi it + μit
Substituted Coefficients:
Pertumbuhan ekonomi industri = 1108161. + 1.084649*TK + 6.293698*PPi
Pada variabel Tenaga Kerja industri diperoleh nilai t-statistik
(2.55) > t.tabel (1.65) dan nilai probabilitas (0.0111) dengan tingkat
keyakinan sebesar 95%. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel
tenaga kerja industri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi industri
karena nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t tabel.
Pada variabel Pengeluaran pemerintah industri diperoleh nilai t-
statistik (2.48) > t.tabel (1.65) dan nilai probabilitas (0.0134) dengan tingkat
keyakinan sebesar 95%. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel
pengeluaran pemerintah industri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
industri karena nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t tabel.
b. Uji simultan (Uji F)
Hasil regresi pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tahun 2001-2011 dengan
menggunakan taraf keyakinan 95 persen ( = 5 persen), dengan degree of
freedom for numerator (dfn) = 2 ( k-1=3-1 ) dan degree of freedom for
dominator (dfd) = 382 ( n-k = 385 – 3 ), maka diperoleh F tabel sebesar 3,04.
Dari hasil regresi diperoleh F statistic sebesar 3.095801 dan nilai probabilitas
statistiknya 0.046376 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen
(Tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri berpengaruh
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 104/152
86
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Pertumbuhan ekonomi
sektor industri ).
c.
Uji koefisien determinan (Adjusted R 2
)
Hasil koefisien determinan pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen secara
statistic. Dari hasil regresi pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Jawa Tengah tahun 2001-
2011 adalah 0.610798. hal ini berarti bahwa 61 persen pertumbuhan ekonomi
sektor industri di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh
variabel tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah. Sedangkan 39 persen
dijelaskan oleh variabel lain diluar model atau faktor – faktor lain diluar
penelitian ini.
C. Interprestasi data
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan Data Panel
Variabel Pertumbuhan ekonomi sektor industri
Coeficient t-Statistik Prob
C 1108161. 3.227847 0.0014
TK 1.084649 2.550947 0.0111
PPi 6.293698 2.485158 0.0134
Random Effects
(Cross section)
Individual
Effect
_CILA-C 9599598. 10707759
_BANY-C -698550.8 409610.2
_PURB-C -1006502. 101659
_BANJ-C -829434.1 278726.9
_KEBU-C -990871.7 117289.3
_PURW-C -941017.7 167143.3
_WONO-C -980059.0 128102
_MAGE-C -546853.7 561307.3
_BOYO-C -608457.0 499704
_KLAT-C -412759.7 695401.3
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 105/152
87
_SUKO-C 8873.6 1117034.7
_WONGC -1058202. 49959
_KARA-C 1063055. 2171216
_SRAG-C -650910.8 457250.2
_GROB-C -1073901. 34260
_BLOR-C -1036150. 72011
_REMB-C -1080610. 27550
_PATI-C -464812.2 643348.8
_KUDU-C 5302590. 6410751
_JEPA-C -367758.7 1475919.7
_DEMA-C -981755.3 126405.7
_SEMA-C 981041.5 2089202.5
_TEMA-C -772086.3 336074.7
_KEND-C 606801.5 1714962.5
_BATA-C -603020.4 505140.6
_PEKA-C -517440.0 590721
_PEMA-C -519653.1 588507.9
_TEGA-C -419677.2 688483.8
_BREB-C -652948.9 455212.1
_KOMA-C -1091210. 16951
_KOSU-C -89548.71 1018612.2
_KOSA-C -987503.6 120657.4
_KOSE-C 3544323. 4652484
_KOPE-C-818752.9 289408.1
_KOTG-C -905836.0 202325
R-squered 0.615950
Adjusted
R-squered0.610798
F-statistic 3.095801
Prob
(F-statistic)0.046376
1. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Cilacap akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 10.707.759
(Jutaan).
2. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 106/152
88
maka Kabupaten Banyumas akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 409.610,2
(Jutaan).
3. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Purbalingga akan mendapat pengaruh individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 101.659
(Jutaan).
4. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka kabupaten Banjarnegara akan mendapat pengaruh individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp.
278.726,9 (Jutaan).
5. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Kebumen akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 117.289,3
(Jutaan).
6. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Purworejo akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 167.143,3
(Jutaan).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 107/152
89
7. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Wonogiri akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 128.102 (Jutaan).
8. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Magelang akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 561.307,3
(Jutaan).
9. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Boyolali akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 499.704 (Jutaan).
10. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Klaten akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi menurun sebesar Rp. 695.401,3 (Jutaan).
11. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kab/kota maupun antar waktu, maka
kabupaten Sukoharjo akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 1.117.034,69
(Jutaan).
12. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 108/152
90
maka Kabupaten Wonogiri akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 49.959 (Jutaan).
13. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kab/kota maupun antar waktu, maka
kabupaten Karanganyar akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan industri meningkat sebesar Rp. 2.171.216 (Jutaan) .
14. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kota Sragen akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 457.250,2
(Jutaan).
15. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka kabupaten Grobogan akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 34.260 (Jutaan).
16. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Blora akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 72.011 (Jutaan).
17. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Rembang akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri sebesar menurun Rp. 27.550 (Jutaan).
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 109/152
91
18. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka kabupaten Pati akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 643.348,8
(Jutaan).
19. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka kabupaten Kudus akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 6.410.751
(Jutaan).
20. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Jepara akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri sebesar menurun Rp. 1.475.919,7
(Jutaan).
21. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka kabupaten demak akan mendapat pengaruh individu
terhadap pertumbuhan ekonomi indsutri menurun sebesar Rp.
126.405,7 (Jutaan).
22. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Semarang akan mendapat pengaruh individu terhadap
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 110/152
92
pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 2.089.202,5
(Jutaan).
23. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Temanggung akan mendapat pengaruh individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp.
336.074,7 (Jutaan).
24. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka kabupaten Kendal akan mendapat pengaruh individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp.
1.714.962,5 (Jutaan).
25. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Batang akan mendapat pengaruh individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp.
505.140,6 (Jutaan).
26. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Pekalongan akan mendapat pengaruh individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 590.721
(Jutaan)
27. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Pemalang akan mendapat pengaruh individu terhadap
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 111/152
93
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 588.507,9
(Jutaan).
28. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Tegal akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 688.483,8
(Jutaan).
29. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kabupaten Brebes akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 455.212,1
(Jutaan).
30. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kota Magelang akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 14.201 (Jutaan).
31. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kota Surakarta akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 1.018.612,29
(Jutaan).
32. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kota Salatiga akan mendapat pengaruh individu terhadap
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 112/152
94
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 120.657,4
(Jutaan).
33. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kota Semarang akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 4.652.484
(Jutaan).
34. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kota Pekalongan akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 289.408,1
(Jutaan).
35. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran
pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
maka Kota Tegal akan mendapat pengaruh individu terhadap
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 202.325 (Jutaan).
D. Analisis ekonomi
Pada analisis regresi data panel pengaruh tenaga kerja dan
pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di
Jawa Tengah tahun 2002 – 2011, dengan model yang digunakan Random
Effect Model (REM).
Interpretasi dari hasil regresi data panel analisis pengaruh tenaga
kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor
industri di Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 adalah :
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 113/152
95
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat nilai Adjusted R 2 sebesar
0.610798. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel bebas dalam model mampu
menjelaskan variasi pengaruh dari variabel terikat sebesar 61 persen,
sedangkan sisanya sebesar 39 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
di luar model tersebut.
Dengan nilai konstanta sebesar 1108161, maka dapat dijelaskan
sebagai berikut: apabila variabel bebas (tenaga kerja sektor industri,
pengeluaran pemerintah sektor industri) dianggap konstan maka nilai
pertumbuhan sektor industri Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.108.161 (Jutaan).
Dari hasil pengujiam regresi tenaga kerja diketahui bahwa
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri. Dengan
nilai koefisien 1.084649. Hal ini berarti Peningkatan tenaga kerja industri
sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi industri
mengalami penigkatan sebesar Rp. 1.084.649.
Sedangkan hasil pengujiam regresi pengeluaran pemerintah diketahui
bahwa berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri.
Dengan nilai koefisien 6.293698. Peningkatan pengeluaran pemerintah
industri sebesar 1 Juta maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan
ekonomi industri sebesar Rp. 6.293.698.
1. Tenaga kerja terhadap pertumbuhan sektor industri
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 114/152
96
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja dapat
juga diartikan penduduk usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh
penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika
ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi
dalam aktivitas tersebut.
Hasil regres ditemukan bahwa tenaga kerja memberikan pengaruh yang
positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri dilihat dari
probabilitas sebesar 0.0111 dan nilai koefisien sebesar 1.084649. Hal ini berarti
Peningkatan tenaga kerja industri sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi industri mengalami penigkatan sebesar Rp. 1.084.649,
Dengan menganggap variabel yang lain konstan. Semakin bertambah tenaga
kerja industri maka akan semakin bertambah pertumbuhan ekonomi industri.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Ramesh
Chandra Paudel di negara Srilanka (2009),”. Ini juga diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan Ardyan Wahyu Sandhika dan Mulyo Herdanto di Kabupaten
Kendal (2012).
Hasil penelitian menunjukan tenaga kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri sesuai dengan teori
penelitian ini adalah teori artur okun, yang lebih dikenal dengan hukum Okun
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 115/152
97
yang menyatakan tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan dengan
pertumbuhan output (GNP), artinya bila laju pertumbuhan ekonomi yang naik
maka meningkatkan pertumbuhan tenaga kerja atau mengurangi pengangguran
sebaliknya jika laju pertumbuhan ekonomi yang rendah atau negatif akan
diikuti tingkat pengangguran yang meningkat.
Dan diperkuat oleh Rindang Bangun Prasetyo dan Muhamad Firdaus
(2009) dalam penelitian yang berjudul “pengaruh infrastruktur pada
pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia” menyimpulkan bahwa
perekonomian di indonesia lebih banyak bersifat padat karya daripada padat
modal sehingga perlunya investasi dalam pembinanaan sumber daya manusia
(pendidikan) akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka
produksi, bahkan akan lebih besar jika terus bertambahnya manusia demi
menunjang perkembangan berkelanjutan dalam pembangunan dari segi
ketrampilan dan pengetahuan sehingga terciptanya kualitas modal manusia
baik tenaga kerja terampil dan terlatih yang bisa memanfaatkan barang-barang
modal secara efektif yang bisa meningkat produktivitas.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan laju pertumbuhan
tenaga kerja. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah
penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami penurunan terutama di
Sektor Pertanian sebesar 7,56 persen dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 116/152
98
3,29 persen. Sedangkan sektor-sektor yang mengalami kenaikan adalah Sektor
Lainnya (Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi,
Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan dan Lainnya) sebesar 7,98 persen,
Sektor Industri sebesar 3,74 persen dan Sektor perdagangan sekitar 0,89
persen). Jika dibandingkan dengan Agustus 2010 hampir semua sektor
mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali Sektor Pertanian mengalami
penurunan jumlah pekerja sebesar 4,27 persen. Sektor Pertanian, Perdagangan,
Industri dan Sektor Jasa Kemasyarakatan secara berurutan menjadi penampung
terbesar tenaga kerja pada bulan Agustus 2010.
Perubahan struktur ekonomi yang di Provinsi Jawa Tengah 2001-2011
sesuai model perubahan struktural yang memusatkan perhatiannya pada
mekanisme yang memungkinkan negara-negara terbelakang untuk
mentransformasikan struktur ekonomi mereka dari pola perekonomian
pertanian ke perekonomian modern lebih berorientasi ke industri manufaktur.
Hasil penelitian ini sesuai dengan perkembangan data yang didapat oleh
penulis, ini membuktikan dari data tenaga kerja dibeberapa kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi sektor industri. Bila dalam masa yang akan datang
pertumbuhan industri bisa bertambah besar terlebih sektor industri sebagai
sektor pemimpin yang memilki saling kait mengkaitan dengan sektor lain baik
itu sektor pertanian sebagai bahan baku, sektor transportasi sebagai
pengangkutan, sektor prasarana: listrik, gas, air minum dan jalan raya maupun
sektor keuangan dan jasa yang semua saling mendukung satu sama lain.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 117/152
99
2. Pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sektor industri
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.
Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang
dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut
(Mangkoesubroto, 2008:169).
Hasil regres ditemukan bahwa Pengeluaran pemerintah industri
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi industri
dengan nilai probabilitas sebesar 0.0134 dan koefisien sebesar 6.293.698.
Peningkatan pengeluaran pemerintah industri sebesar 1 Juta maka akan
menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi industri sebesar Rp.
6.293.698. Dengan menganggap variabel yang lain konstan. Semakin
bertambah pengeluaran pemerintah yang efektif maka akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sektor industri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
oleh Ibrahem Mohamed Al Bataineh in Jordan (2012). Dan diperkuat juga
oleh Adrian Sutawijaya (2010) dan Dwi Suryanto meneliti pertumbuhan
ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN tahun 2004-2008 menyimpulkan
pengeluran pemerintah merupakan investasi yang dihasilkan berupa sarana
dan prasarana publik yang tidak disediakan swasta namun diharapkan
mengalokasikan belanja aparatur daerah (yang memberi dampak secara tidak
langsung terhadap pembangunan) dengan belanja modal (yang memberi
dampak langsung terhadap pembangunan). Dari kesimpulan semuanya jurnal
menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh
yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 118/152
100
Dalam penelitian ini sesuai dengan Teori Wagner. Teori Wagner
menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita
meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.
Menurut Wagner mengapa peranan pemerintah semakin besar, disebabkan
karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat,
hukum, pendidikan, rekreasi kebudayaan dan sebagainya (Mangkoesubroto,
2008: 179).
Menurut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2012 dalam
program kebijakan pengeluaran pemeritah sektor industri berdasarkan
kondisi capaian terdapat 4 capaian target kinerja urusan perindustrian telah
tercapai sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) yang telah direncanakan, yaitu pengembangan produk unggulan
daerah dengan penurunan kandungan bahan baku impor pada IKM,
pengembangan klaster industri; pembinaan terhadap IKM serta pendidikan
dan latihan penyaluran tenaga terampil bidang industri. Sedangkan capaian 2
target kinerja diperhitungkan akan tercapai yaitu untuk pembinaan dan
bimbingan teknis terhadap 1.000 unit usaha IKM serta pengembangan produk
unggulan daerah 35 jenis produk. Walaupun sebagian besar capaian kinerja
yang telah ditetapkan sebagaimana indikator tersebut diatas telah tercapai,
namun tetap harus memperhatikan kondisi realitas dan dinamika kebutuhan
masyarakat, wilayah, pembangunan serta dampak pemberlakuan ACFTA.
Sementara jika dilihat dalam masa yang akan datang. Dengan jumlah
penduduk yang relatif besar, akses sumber daya alam yang relatif mudah
menyebabkan sektor sekunder (industri, listrik dan air bersih dan gas dan
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 119/152
101
konstruksi) dan tersier (Jasa, pedagangan, dan pengangkutan dan
komunikasi) berkembang cukup pesat. Ditambah Sektor primer terutama
ditopang oleh sub sektor pertanian tanaman pangan sehingga Jawa Tengah
menjadi salah satu lumbung pangan nasional sehingga pertumbuhan ekonomi
ke arah yang positif.
Diprediksikan pertumbuhan ke arah positif antara lain karena
meningkatnya pergerakan sektor riil yang secara langsung bermanfaat bagi
pelaku usaha dan masyarakat. Dukungan infrastruktur dan investasi yang
mulai beroperasi di tahun mendatang antara lain mulai beroperasinya proyek-
proyek investasi besar Jawa Tengah seperti Pabrik Semen di Rembang,
Pabrik Gula di Blora, Jalan Tol Semarang – Bawen, Peningkatan layanan
Pelabuhan Tanjung Mas dan Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api lintas
Solo-Yogyakarta, Yogyakarta-Kutoarjo, Bandara Ahmad Yani, Waduk
Serbaguna Jatibarang, Pembangunan Peningkatan pelabuhan/ terminal
Kendal, Pengembangan Bandara Dewandaru Karimunjawa, termasuk
pembangunan infrastruktur yang mendukung proyek-proyek tersebut.
Ekspor Jawa Tengah pada Tahun mendatang diperkirakan masih
tertuju pada pasar ekspor antara lain Amerika, Jepang dan China dengan
komoditas berupa TPT, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur
pabrik serta hasil pertanian, sedangkan secara nilai ekspor diprediksikan
dapat meningkat apabila tidak terjadi kondisi yang bersifat ekstrim. Ke
depan yang harus diperhatikan adalah upaya untuk membuka pasar ekspor
yang baru, disamping mampu memberikan nilai tambah pada barang ekspor
untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi pasar bebas melalui
peningkatan kualitas produk barang yang dihasilkan. Ekspor pada sektor
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 121/152
103
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
1. Pengaruh secara parsial
a) Tenaga kerja sektor industri berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tahun
2001-201.
b) Pengeluaran pemerintah sektor industri berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2001-2011
2. Secara bersama – sama tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah
mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor
industri di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah 2001-2011. Hal
ini dilihat dari tingkat kepercayaan 95 persen.
B. Implikasi
Dari kesimpulan di atas, penulis mencoba mengungkapkan beberapa
implikasi diantaranya sebagai berikut :
1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang Berbasis pada
Sumber Daya Lokal.
Pemerintah daerah Provinsi Jawa tengah perlunya menciptakan ikm
dengan kinerja yang efisien dan kompetitif serta memiliki
ketergantungan rendah terhadap bahan baku impor dengan diversifikasi
dengan peningkatan standar mutu produk berbasis ekspor maupun
peningkatan penguatan kandungan lokal produk industri sehingga dapat
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 122/152
104
subsitusi impor yang disamping juga pengembangan industri padat karya
dipedesaan.
2. Penataan Struktur Industri.
Untuk penataan struktur industri perlu terciptanya struktur industri yang
kuat antara industri hulu dan hilir melalui fasilitasi peningkatan jaringan
produksi, pengembangan informasi produk industri hulu dan hilir,
peningkatan kualitas sarana dan prasarana penunjang industri dan
pengembangan kemitraan usaha antara industri skala kecil dan menengah
dengan industri skala besar, fasilitasi pengembangan akses bahan baku
industri dan pelayanan teknis di bidang industri; mewujudkan efisiensi
industri unggulan di Jawa Tengah melalui pengembangan klaster industri
penghela dan klaster pendukung lainnya
3. Peningkatan SDM, Pelatihan dan Bantuan Peralatan Industri.
pengembangan SDM industri yang berkualitas, profesional dan
mempunyai kemampuan teknis tinggi guna mendukung peningkatan
produktivitas industri melalui penyelenggaraan pendidikan dan latihan,
bimbingan teknis, magang kerja, akses pasar kebutuhan industri dan
bantuan peralatan produksi tepat guna serta peningkatan koordinasi dan
sinergitas program pengembangan industri.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 123/152
105
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, R. Shocrul, Dkk.” Cara Cerdas Menguasai E Views”. Jakarta: Salemba
Empat, Jakarta, 2011
Al Bataineh, Ibrahem Mohamed.”The Impact Of Goverment On Economic
Growth In Jordan” Journal of contemporary research in business vol 4
No.6 Hal 132 – 145, 2012.
Anasmen. “ Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Terhada p Pertumbuhan
Ekonomi Di Provinsi Sumatera Barat : 2000-2006”. Tesis,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2009.
Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”. Edisi kelima, Yogyakarta: STIM
YKPN, Yogyakarta, 2010.
Bangun, Rindang Prasetyo. dan Firdaus, Muhammad.” Pengaruh Infrastruktur
Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia.” Institut Pertanian
Bogor, ( Mei 2009): hal 222 – 236.
BPS,“kependudukan dan ketengakerjaan tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2006- 2011”. Jawa Tengah : BPS Jawa Tengah, 2012.
____,“kependudukan dan ketengakerjaan tiap kabupaten/kota di Provinsi JawaTengah tahun 2000- 2006”. Jawa Tengah : BPS Jawa Tengah, 2012.
____,“P enyusunan Data sosial ekonomi (suseda di Provinsi Jawa
Tengah)”.berbagai edisi pernerbitan ”. Jakarta : BPS Jawa Tengah, 2007.
____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi Banten tahun 2006 - 2011”.
Banten : BPS Banten, 2012.
____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi DI Yogyakarta tahun 2006 -
2011”. DI Yogyakarta : BPS DI Yogyakarta, 2012.
____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 -
2011”. DKI Jakarta : BPS DKI Jakarta, 2012.
____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi Jawa Barat tahun 2006 -
2011”. Jawa Timur: BPS Jawa Timur, 2012.
____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi Jawa Timur tahun 2006 -
2011”. Jawa Timur: BPS Jawa Timur, 2012.
____,“Stastistik industri sedang dan industri besar di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2006 - 2010 ”. Jakarta : BPS Jawa Tengah, 2011
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 124/152
106
____,“Tinjauan Produk domestik regional bruto tiap kabupaten/kota di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2006- 2011”. Jawa Tengah: BPS Jawa Tengah, 2012.
Cahyono, Eko Fajar dan Kaluge, David.” Analisis Pengaruh Infrakstruktur PublikTerhadap Produk domestik Bruto Perkapita di Indonesia”: Universitas
Brawijaya malang (Maret 2010) hal 1 -19.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. “ Konsep Ketenagakerjaan”. Jakarta:
Disnakertrans, Jakarta, 2006.
Djalal, Nachrowi. “Ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan”,
Jakarta:FEUI, Jakarta, 2006.
Dornbush, Rudiger. “ Makroekonomi” . edisi keempat. Jakarta: penerbit erlangga,
Jakarta, 2006
Dumairy .” Perekonomian Indonesia”. Jakarta: Erlangga, Jakarta, 1997.
Fafurida, “ Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman
Pangan di Kabupaten Kulonprogo: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang,vol. 2, no 2 (September 2009):h. 144-155.
Gama , Ayu Savitri ,”Disparitas Dan Konvergensi Produk Domestik Regional
Bruto (Pdrb) Per Kapita Antar Kabupaten/ Kota Di Provinsi Bali”:
Jurnal Ekonomi dan Sosial Vol. 2 No. 1 (januari 2009): Hal 38 – 48.
Gujarati, Damodar. “ Ekonometrika Dasar”. Edisi Ketiga, Jakarta: Erlangga,
Jakarta, 2007.
Iwan, “ Energi Ganjal Pertumbuhan Industri Jateng .” Suara, Merdeka, 21 oktober
2011.http://www.suaraharianmerdeka.com2011/08/21/masalah-industri-
dan-energiganjal-pertumbuhan-industri-jateng.html diakses pada 12
november 2012
Kemenperin,” Rencana Strategis Kementrian Perindutrisan Tahun 2010- 2014”
http://www.kemenperin.go.id/2012/p01d06-wone.html. Artikeldiakses pada 5 Desember 2012.
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Edisi keempat,
Jakarta : Erlangga, Jakarta, 2006.
Kuncoro, Mudrajat.” Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan”.
Edisi ke empat, Yogyakarta : YKPN AMP UPP, Yogyakarta, 2006.
Mangkoesoebroto, Guritno, “Ekonomi Publik Edisi 3”. Yogyakarta: BPFE,
Yogyaarta, 2008.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 125/152
107
Mankiw, Gregory. N.”Makro Ekonomi, edisi keenam”. Jakarta: Erlangga,
Jakarta, 2007.
Paudel, Ramesh Chandra.” Foreign Debt, Trade Openness, Labor Force and
Economic Growth: Evidence from Sri Lanka”: ICFAI Journal ofApplied Economics Vol. 8 No.1 Hal 57-64, 2009.
Raharjo, Adi. “ Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta Dan Angkata
Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1982-2003 Di Kota
Semarang”. Tesis, Fakultas ekonomi, Universitas Diponegoro, 2006.
RKPD, “Rencana Kerja Pembangunan Daerah” . Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Tengah: 2012.
Safdari, Mehdi. “ Importance of Quality of Labour Force on Economic Growth in
Iran.” University of Qom, ( April 2012) hal 1 -6.
Sahoo, Pravakar.dkk.”infrastruktur Development and Economic Growth in
China”: Indian Council for International Economic Realtion
(ICRIE R): Oktober 2010 Hal 1 – 39.
Sameulson, Paul A dan Wiliam, D Nordhaus.“ MakroEkonomi”, Edisi
Kempatbelas. jakarta: Erlangga, Jakarta, 2001.
Sandhika, Ardyan Wahyu dan Hendarto, Mulyo.” Analisis Pengaruh Aglomerasi,
Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk, Dan Modal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Kendal ”. DIPONEGORO Journal of Economic vol 1
no 1. (2012): hal. 1-6.
Siahaan,Bisuk. “ Industrialiaasi di Indonesia: sejak periode Rehabilitasi sampai
awal Reformasi “, Bandung: ITB, Bandung, 2000.
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran dari Klasik
Hingga Keynesian Baru”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007.
_____________. “Ekonomi Pembangunan:Proses, masalah dan Dasar Kebijakan”. Edisi ketiga, Jakarta: Kencana Persada Media Group, Jakarta,
2011.
_____________. “makroekonomi: Teori Pengantar”.edisi Ketiga, Jakarta:
Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
Suliyanto.”Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran”. Yogyakarta: Ghalia
Indonesia. Yogyakarta, 2005.
Suparmoko, Maria.”ekonomi publik”, edisi pertama, Yogyakarta: penerbit Andi
yogyakarta, 2002.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 126/152
108
Susetyo, Dyke. “Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Aglomerasi, Tenaga Kerja
dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro, 2011.
Suryanto, Dwi. “ Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Subosukawonosraten Tahun 2004-2008”. Universitas Diponegoro, 2010.
Swaramarinda, Darma Rika Dan Indriani, Susi. “ Pengaruh Pengeluaran
Konsumsi Dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia”. Econosains Universitas Negeri Jakarta volume IX, nomor 2
(agustus 2011): h. 95 - 105.
Tarigan, Robinson. “ Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara, Jakarta: 2005.
Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”. Edisi Ketujuh.
Jakarta : Penerbit Erlangga, Jakarta, 2004.
Winarno, Wing Wahyu. “ Analisis Ekonometrika dan Statistik: Eviews”.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007.
Zulfahmi, Adrian Sutawijaya.” Pengaruh Ekspor Dan Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1980-2006 ”. Jurnal organisasi
dan manajemen volume 6 no. 1 (maret 2010): hal. 15 – 27.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 127/152
109
LAMPIRAN 1
Laju PDRB Harga Kostan 2000 Sektor Industri, Tenaga Kerja Sektor
Industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri MenurutKabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2011
No Kab/Kota Tahun
PertumbuhanEkonomi Sektor
Industri(Persen)
Tenaga KerjaSektorIndustri(Jiwa)
PengeluaranPemerintah
Sektor Industri((Jutaan))
1 Kab. Cilacap 2008 6,49 108.407 3.518
2009 1,55 113.855 4.075
2010 3,29 92.218 4.211
2011 3,45 164730 7763
2 Kab. Banyumas 2008 3,33 142.410 9.504
2009 3,03 132.072 10.685
2010 4,4 151.234 11.062
2011 6,52 177488 10703
3 Purbalingga 2008 6,08 80.759 5.95
2009 6,72 86.492 1.009
2010 6,83 102.565 2.475
2011 7,77 136.373 3480
4 Kab. Banjarnegara 2008 3,74 59.603 2.805
2009 2,1 53.268 2.040
2010 1,5 71.033 1.950
2011 3,87 39.965 3000
5 Kab. Kebumen 2008 4,23 113.040 1.335
2009 4,03 117.505 1.378
2010 5,4 118.494 1.571
2011 4,42 171.125 1461
6 Kab. Purworejo 2008 4,39 40.982 6.890
2009 4 48.282 5.439
2010 4,09 44.718 5.441
2011 5,75 31.245 6370
7 Kab. Wonosobo 2008 2,54 43.919 2757
2009 2,4 47.438 4.380
2010 2,07 35.955 4.899
2011 3,96 23.879 5241
8 Kab. Magelang 2008 4,36 84.716 2.469
2009 3,28 87.823 2.245
2010 3,76 99.502 1.143
2011 3,65 94.586 1169
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 128/152
110
No Kab/Kota Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Industri(Persen)
Tenaga
Kerja Sektor
Industri(Jiwa)
Pengeluaran
Pemerintah
Sektor Industri(Jutaan)
9 Kab. Boyolali 2008 4,79 75.687 5.915
2009 4,38 72.494 6.274
2010 3,76 78.863 7.537
2011 6,04 88100 4.450
10 Kab. Klaten 2008 2,43 115.580 6.549
2009 3,29 126.081 7.689
2010 6,35 127.913 8.070
2011 6,72 161.421 8.670
11 Kab. Sukoharjo 2008 4,3 103.946 6.790
2009 3,61 93.651 6.837
2010 5,94 108.310 7.501
2011 5,94 121.628 8.572
12 Kab. Wonogiri 2008 4,72 28.139 5.669
2009 4,12 27.853 5.736
2010 7,33 32.913 6.175
2011 5,31 48.953 7.398
13 Kab. Karanganyar 2008 4,15 74.036 6.880
2009 3,71 64.931 7.650
2010 4,16 77.896 8.493
2011 6,4 88.430 9.230
14 Kab. Sragen 2008 6,87 67.998 7.816
2009 5,06 61.502 5.610
2010 6,99 65.804 6.083
2011 8,04 57.673 7.358
15 Kab. Grobogan 2008 4,1 41.555 3.117
2009 3,45 32.221 8.646
2010 6,81 35.713 5.410
2011 5,59 51.152 6.08316 Kab. Blora 2008 6,1 15.899 4.890
2009 4,18 14.947 5.200
2010 3,08 20.240 5.308
2011 1,23 16.431 4.906
17 Kab. Rembang 2008 3,47 24.846 4.690
2009 2,68 27.792 4.350
2010 3,36 29.639 4.557
2011 5,79 28.833 4.920
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 129/152
111
No Kab/Kota Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Industri(persen)
Tenaga Kerja
Sektor
Industri(Jiwa)
Pengeluaran
Pemerintah
Sektor Industri(Jutaan)
18 Kab. Pati 2008 4,65 90.575 3.884
2009 3,08 83.466 7.390
2010 6,69 93.075 8.455
2011 5,46 86.044 7.318
19 Kab. Kudus 2008 2,98 164.280 2.151
2009 4,42 151.515 3.961
2010 3,09 156.381 2.870
2011 3,74 144.368 4.197
20 Kab. Jepara 2008 4,87 223.814 4.458
2009 4,26 237.572 4.201
2010 6,52 251.474 4.7522011 4,47 227.589 3.450
21 Kab. Demak 2008 2,12 70.411 2.876
2009 2,21 65.677 7.607
2010 4,29 75.821 7.820
2011 6,57 52.059 6.594
22 Kab. Semarang 2008 4,05 112.496 3.876
2009 3,88 102.040 6.692
2010 4,79 128.091 5767
2011 5,54 98.736 5.643
23 Kab. Temanggung 2008 3,88 62.945 2.525
2009 2,03 72.244 6.175
2010 3,78 61.783 5.716
2011 6,27 77.862 6.329
24 Kab. Kendal 2008 3,03 61.536 4.576
2009 1,7 59.645 3.250
2010 7,9 53.249 6.890
2011 3,5 68.091 5.430
25 Kab. Batang 2008 2,23 80.152 1.330
2009 2,19 73.089 3.354
2010 4,83 77.261 3.889
2011 5,72 95.917 5.816
26 Kab. Pekalongan 2008 3,02 140.900 4.163
2009 1,44 150.417 3.209
2010 4,22 142.369 4.890
2011 1,9 146.094 2.980
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 130/152
112
No Kab/Kota Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi Sektor
Industri(persen)
Tenaga Kerja
Sektor
Industri(Jiwa)
Pengeluaran
Pemerintah
Sektor Industri(Jutaan)
27 Kab. Pemalang 2008 4,85 76.151 2.926
2009 4,03 66.225 1.680
2010 4,83 66.922 2.650
2011 5,25 92.969 2.795
28 Kab. Tegal 2008 6,12 111.789 8.670
2009 6,78 102.188 6.718
2010 5,46 97.409 4.048
2011 5,2 123.313 4.525
29 Kab. Brebes 2008 8,32 32.744 1.115
2009 11,2 34.049 2.310
2010 8,29 25.851 4.0352011 9,61 41.406 4.927
30 Kota Magelang 2008 9,01 6.778 2.469
2009 1,39 6.033 2.245
2010 4,11 8.050 2.732
2011 6,81 7.098 2.169
31 Kota Surakarta 2008 2,31 44.222 5.326
2009 2,94 42.065 5.918
2010 3,33 46.189 6.500
2011 2,79 49.748 6.225
32 Kota Salatiga 2008 1,65 14.161 3.509
2009 2,71 12.365 3.609
2010 2,38 12.388 3.209
2011 5,82 20.572 3.870
33 Kota Semarang 2008 4,75 122.577 6.303
2009 4,36 127.304 7.405
2010 4,89 156.423 6.031
2011 5,49 151.878 6.061
34 Kota Pekalongan 2008 3,02 47.479 5.473
2009 3,36 49.221 5.507
2010 4,39 53.099 5.745
2011 4,63 43.830 4.130
35 Kota Tegal 2008 4,21 14.683 7.468
2009 3,28 13.350 1.839
2010 3,5 16.447 1.128
2011 3,85 17.138 1.620
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 131/152
113
LAMPIRAN 2
DATA OBSERVASI
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_CILA 2001 7703346 68370 1227
2002 8548864 103136 1289
2003 9231399 133388 1345
2004 9963465 118185 1392
2005 10904122 110124 1466
2006 11481971 107079 1838
2007 11583445 102759 2772
2008 12387609 108407 3518
2009 12197894 113855 4075
2010 12600215 92218 4211
2011 13035198 164730 7763
_BANY 2001 538676 97592 3920
2002 555090 135304 2664
2003 578401 141326 4651
2004 602635 105465 4958
2005 617386 123428 5694
2006 637418 123815 4763
2007 659537 136619 7091
2008 681529 142410 95043
2009 702273 132072 10685
2010 733231 151234 11062
2011 781051 177488 10703
_PURB 2001 160563 71136 1784
2002 165705 53127 1840
2003 171096 85113 1920
2004 178341 89134 18792005 187909 84378 2080
2006 199967 102815 1853
2007 213149 87130 2468
2008 226128 80759 595
2009 241343 86492 1009
2010 257831 102565 2475
2011 277887 136373 3480
_BANJ 2001 302810 51724 1520
2002 312675 55216 1535
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 132/152
114
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_BANJ 2003 321321 51150 1621
2004 325862 54587 18122005 329889 43348 2207
2006 338493 38344 2385
2007 353362 48069 2704
2008 366595 59603 2805
2009 374322 53268 2040
2010 379956 71033 1950
2011 394672 39965 3000
_KEBU 2001 209561 101751 1870
2002 216821 116625 16732003 224579 103889 1715
2004 224663 95586 2071
2005 223916 78723 1963
2006 233872 116690 2388
2007 256538 122600 1121
2008 267407 113040 1335
2009 278186 117505 1378
2010 293230 118494 1571
2011 306216 171125 1461 _PURWO 2001 172101 17336 2116
2002 180179 33428 3928
2003 192361 41882 4229
2004 202877 41406 3762
2005 220886 44650 4170
2006 233649 60120 5938
2007 263428 46253 6483
2008 275014 40982 6890
2009 286029 48282 5439
2010 297732 44718 5441
2011 314879 31245 6370
_WONO 2001 162978 19531 2080
2002 166267 43225 2344
2003 169434 31142 2740
2004 171598 37826 2884
2005 174839 28672 2136
2006 179686 28602 2045
2007 184539 37412 2030
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 133/152
115
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_WONO 2008 189240 43919 2757
2009 193795 47438 43802010 197825 35955 4899
2011 205659 23879 5241
_MAGE 2001 527402 63422 2112
2002 546283 75439 2070
2003 573201 84220 1267
2004 598422 62936 1290
2005 624775 63791 1321
2006 653952 82762 1457
2007 685408 80497 17612008 715344 84716 2469
2009 738830 87823 2245
2010 766616 99502 1143
2011 794598 94586 1169
_BOYO 2001 564490 28578 6927
2002 567377 63570 7980
2003 570773 59065 8438
2004 561277 56724 5779
2005 563954 66442 92012006 582759 82343 8888
2007 609253 81753 1132
2008 638448 75687 5915
2009 666424 72494 6274
2010 691493 78863 7537
2011 733294 88100 4450
_KLAT 2001 753926 122514 3643
2002 797268 142625 3400
2003 821704 149196 3658
2004 855226 133225 4591
2005 896705 151001 4695
2006 841653 157760 5441
2007 869903 124663 6561
2008 891042 115580 6549
2009 920432 126081 7689
2010 978880 127913 8070
2011 1044666 161421 8670
_SUKO 2001 1045253 81087 6195
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 134/152
116
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_SUKO 2002 1086068 110721 6780
2003 1124808 92376 69612004 1162044 99559 6440
2005 1202242 116731 5080
2006 1248116 111696 5426
2007 1303211 103644 6540
2008 1359291 103946 6790
2009 1408382 93651 6837
2010 1480403 108310 7501
2011 1568341 121628 8592
_WONG 2001 83185 50694 43662002 87297 36132 4501
2003 95116 22226 4846
2004 103068 26249 6130
2005 107776 29036 6501
2006 117307 32902 3430
2007 123304 25349 4519
2008 129129 28139 5669
2009 134461 27853 5736
2010 144317 32913 61752011 151990 48953 7398
_KARA 2001 1670038 84070 5120
2002 1779899 81049 5280
2003 1911514 89691 5377
2004 2065453 79848 6128
2005 2201053 87954 5357
2006 2320190 88849 5741
2007 2460945 81981 6390
2008 2563118 74036 6880
2009 2658292 64931 7650
2010 2769047 77896 8493
2011 2946327 88430 9230
_SRAG 2001 409238 50394 2359
2002 429441 51765 2535
2003 449252 57754 2634
2004 473230 47718 3237
2005 500203 40582 4951
2006 532376 72066 5250
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 136/152
118
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_PATI 2001 577889 59424 4701
2002 614661 64119 49002003 647047 74396 7828
2004 686367 75259 7142
2005 722697 68228 8261
2006 763160 67021 9289
2007 806904 86000 4210
2008 844437 90575 3884
2009 870458 83466 7390
2010 928761 93075 8455
2011 979557 86044 7318 _KUDU 2001 5112626 149821 2395
2002 5407457 139190 2560
2003 5715468 147030 1923
2004 6226357 145025 2372
2005 6557621 156517 2040
2006 6689910 168966 2724
2007 6901300 169619 2980
2008 7107442 164280 2551
2009 7421852 151515 39612010 7651696 156381 2870
2011 7938351 144368 4197
_JEPA 2001 836712 135306 2229
2002 859932 224527 2385
2003 873110 229228 2566
2004 901598 231088 3076
2005 931381 256280 3785
2006 977008 239221 4303
2007 1033625 240485 4460
2008 1083963 223814 4458
2009 1130177 237572 4201
2010 1203937 251474 4752
2011 1257831 227589 3450
_DEMA 2001 229611 45114 1506
2002 241039 68770 1252
2003 249598 73299 1615
2004 260160 57399 2223
2005 279777 64917 2802
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 137/152
119
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_DEMA 2006 283160 61156 5743
2007 289798 74118 29432008 295966 704411 2876
2009 302523 65677 7607
2010 315523 75821 7820
2011 336270 52059 6594
_SEMA 2001 1835889 68211 6418
2002 1886452 96327 4050
2003 1969962 102073 4891
2004 2103627 88506 2562
_SEMA 2005 2108699 113298 26662006 2177770 93567 2894
2007 2282474 102742 3388
2008 2375117 112496 3867
2009 2467389 102040 6692
2010 2585787 128091 5643
2011 2729084 98736 5767
_TEMA 2001 335053 15912 4473
2002 347638 18254 5635
2003 365240 21758 33922004 386711 20757 3446
2005 400966 30417 4631
2006 419532 74365 5367
2007 433190 88393 3094
2008 450026 62945 2525
2009 459175 72244 6175
2010 476539 61783 5716
2011 506463 77862 6329
_KEND 2001 1505890 48954 4247
2002 1529126 44080 3486
2003 1613583 52496 6154
2004 1641119 48540 8980
2005 1716524 45160 4980
2006 1756426 62339 2254
2007 1869692 62891 6374
2008 1926518 61536 4576
2009 1959314 59645 3250
2010 2153337 53249 6890
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 138/152
120
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_KEND 2011 2228766 68091 5430
_BATA 2001 523920 41651 52502002 535594 41946 4940
2003 548021 54613 1135
2004 565348 55968 1008
2005 580360 51872 1005
2006 583043 62088 803
2007 593025 72475 1483
2008 606302 80152 1333
2009 619607 73089 3354
2010 649547 77261 38892011 686721 95917 5816
_PEKA 2001 647840 107301 1154
2002 665271 120442 1287
2003 680089 117730 1926
2004 702043 122722 1914
2005 716467 143625 1121
2006 740214 142554 1826
2007 769243 141232 2469
2008 792495 140900 41632009 803973 150417 3209
2010 837955 142369 4890
2011 894272 146094 2980
_PEMA 2001 567067 38346 3486
2002 590818 73561 3243
2003 580891 58905 1056
2004 607140 57417 3426
2005 630560 51878 1879
2006 657076 63417 3355
2007 689361 75317 1795
2008 722815 76151 2926
2009 751959 66225 1680
2010 788340 66922 2650
2011 829796 92969 2795
_TEGA 2001 579214 81186 4125
2002 619147 102666 1735
2003 668408 107120 10677
2004 729093 83032 9211
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 139/152
121
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_TEGA 2005 781586 120853 5750
2006 841243 107117 107952007 899472 132511 8600
2008 954554 111789 8670
2009 1019360 102188 6718
2010 1075036 97409 4048
2011 1130962 123313 4525
_BREB 2001 347494 27552 1371
2002 357120 43452 1260
2003 377762 33709 1290
2004 403146 26260 16492005 440160 64997 1120
2006 476796 37785 1548
2007 525893 44204 1399
_BREB 2008 569684 32744 1155
2009 633770 34049 2310
2010 686356 25851 4035
2011 752324 41406 4927
_KOMA 2001 28804 7367 1604
2002 29176 7100 11092003 30051 6705 1260
2004 28693 7638 980
2005 29588 8352 1322
2006 30972 8928 1457
2007 32233 7095 1761
2008 35139 6778 2469
2009 35628 6033 2245
2010 37094 8050 2732
2011 39623 7098 2169
_KOSU 2001 920386 41410 8470
2002 962964 51759 8550
2003 1027498 63240 10988
2004 1089912 48279 11508
2005 1105952 59472 14392
2006 1134134 46647 17656
2007 1173423 58236 6380
2008 1200607 44222 5326
2009 1235953 42065 5918
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 140/152
122
Wilayah TahunPDRBindustri
Tenaga kerjaindustri
Pengeluaran pemerintah
industri
_KOSU 2010 1277210 46189 6500
2011 1312946 49748 6225 _KOSA 2001 132366 6670 3589
2002 130308 15572 4287
2003 137034 12274 3451
2004 143573 15768 3627
2005 150764 14428 3683
2006 159333 15470 5642
2007 168536 15715 5760
2008 171322 14161 3509
2009 175970 12365 36092010 180163 12388 3209
2011 190657 20572 3870
_KOSE 2001 3958867 105804 1190
2002 4116601 111942 2904
2003 4257540 157231 3212
2004 4385583 148169 12632
2005 4508130 144312 13436
2006 4724893 138101 17203
2007 4998706 130695 49682008 5236515 122577 6303
2009 5465109 127304 7405
2010 5732672 156423 6031
2011 6047908 151878 6016
_KOPE 2001 288082 41404 3490
2002 306032 40438 4739
2003 322248 39071 3054
2004 330239 35106 4720
2005 354605 45210 5599
2006 366068 39269 6926
2007 382475 44034 5817
2008 394036 47479 5473
2009 407309 49221 5507
2010 425217 53099 5745
2011 444914 43830 4130
_KTEG 2001 175089 18835 3740
2002 182624 15450 3153
2003 197661 14262 4267
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 142/152
124
LAMPIRAN 3
UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 319.223532 (34,348) 0.0000
Cross-section Chi-square 1336.569632 34 0.0000
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 143/152
125
LAMPIRAN 4
UJI HAUSMAN
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 5.578124 2 0.0615
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 144/152
126
LAMPIRAN 5
POOLED LAST SQUARE
Dependent Variable: SER01Method: Panel Least SquaresDate: 05/22/13 Time: 15:15
Sample: 2001 2011Periods included: 11Cross-sections included: 35Total panel (balanced) observations: 385
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 341590.2 277323.2 1.231741 0.2188TK? 12.01627 3.710509 3.238444 0.0013PPI? -8.231686 4.049371 -2.032831 0.0428
R-squared 0.108117 Mean dependent var 1219568.Adjusted R-squared 0.103448 S.D. dependent var 2151568.
S.E. of regression 2037244. Akaike info criterion 31.89986Sum squared resid 1.59E+15 Schwarz criterion 31.93066Log likelihood -6137.722 Hannan-Quinn criter. 31.91207F-statistic 23.15373 Durbin-Watson stat 0.091867
Prob(F-statistic) 0.000000
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 145/152
127
LAMPIRAN 6
FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: P?Method: Pooled Least SquaresDate: 05/22/13 Time: 15:05Sample: 2001 2011Included observations: 11Cross-sections included: 35Total pool (balanced) observations: 385
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1115754. 40324.35 27.66948 0.0000TK? 0.982476 0.409153 2.401245 0.0169PPI? 6.335850 2.557365 2.477492 0.0137
Fixed Effects (Cross) _CILA-C 9633423. _BANY-C -695333.7 _PURB-C -1008247. _BANJ-C -834464.8 _KEBU-C -989984.3 _PURW-C -947596.2 _WONO-C
-987354.2 _MAGE-C -548064.7 _BOYO-C -611240.6 _KLAT-C -407847.4 _SUKO-C 11648.69 _WONGC -1066000. _KARA-C 1066878. _SRAG-C -654937.1 _GROB-C -1081808. _BLOR-C -1045466. _REMB-C -1089479. _PATI-C -466274.4
_KUDU-C 5327275. _JEPA-C -353470.2 _DEMA-C -980127.3 _SEMA-C 986620.2 _TEMA-C -777241.7 _KEND-C 606537.7 _BATA-C -606056.8 _PEKA-C -513058.6 _PEMA-C -522289.9 _TEGA-C -418016.2 _BREB-C -658852.0
_KOMA-C -1101553.
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 146/152
128
_KOSU-C -92692.94 _KOSA-C -996927.3 _KOSE-C 3561443. _KOPE-C -824689.9
_KOTG-C -914751.5
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.872292 Mean dependent var 1219568. Adjusted R-squared 0.869426 S.D. dependent var 2151568.S.E. of regression 376213.7 Akaike info criterion 28.60487Sum squared resid 4.93E+13 Schwarz criterion 28.98479Log likelihood -5469.437 Hannan-Quinn criter. 28.75555F-statistic 339.2083 Durbin-Watson stat 0.159454Prob(F-statistic) 0.000000
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 147/152
129
LAMPIRAN 7
RANDOM EFFECT MODEL
Dependent Variable: P?Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)Date: 05/22/13 Time: 16:38
Sample: 2001 2011Included observations: 11Cross-sections included: 35Total pool (balanced) observations: 385Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1108161. 343312.9 3.227847 0.0014TK? 1.084649 0.425195 2.550947 0.0111PPI? 6.293698 2.532515 2.485158 0.0134
Random Effects(Cross)
_CILA-C 9599598.
_BANY-C -698550.8
_PURB-C -1006502.
_BANJ-C -829434.1 _KEBU-C -990871.7 _PURW-C -941017.7
_WONO-C -980059.0
_MAGE-C -546853.7 _BOYO-C -608457.0 _KLAT-C -412759.7 _SUKO-C 8873.696
_WONGC -1058202. _KARA-C 1063055.
_SRAG-C -650910.8 _GROB-C -1073901. _BLOR-C -1036150. _REMB-C -1080610. _PATI-C -464812.2 _KUDU-C 5302590. _JEPA-C -367758.7
_DEMA-C -981755.3 _SEMA-C 981041.5 _TEMA-C -772086.3 _KEND-C 606801.5
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 148/152
130
_BATA-C -603020.4 _PEKA-C -517440.0 _PEMA-C -519653.1 _TEGA-C -419677.2
_BREB-C -652948.9 _KOMA-C -1091210. _KOSU-C -89548.71 _KOSA-C -987503.6 _KOSE-C 3544323. _KOPE-C -818752.9 _KOTG-C -905836.0
Effects SpecificationS.D. Rho
Cross-section random 2022962. 0.9666Idiosyncratic random 376213.7 0.0334
Weighted Statistics
R-squared 0.615950 Mean dependent var 68277.06Adjusted R-squared 0.610798 S.D. dependent var 380028.9S.E. of regression 377971.6 Sum squared resid 5.46E+13F-statistic 3.095801 Durbin-Watson stat 0.147109Prob(F-statistic) 0.046376
Unweighted Statistics
R-squared 0.018519 Mean dependent var 1219568.
Sum squared resid 1.74E+13 Durbin-Watson stat 0.004601
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 149/152
131
LAMPIRAN 8
UJI NORMALITAS
0
10
20
30
40
50
-1000000 -500000 0 500000 1000000
Series: Standardized Residuals
Sample 2001 2011
Observations 385
Mean -7.11e-10Median 8214.553
Maximum 929988.7
Minimum -1193559.Std. Dev. 356508.8
Skewness 0.072084Kurtosis 2.430461
Jarque-Bera 5.536930Probability 0.062758
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 150/152
132
LAMPIRAN 9
UJI AUTOKORELASI
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 2022962. 0.9666Idiosyncratic random 376213.7 0.0334
R-squared 0.615950 Mean dependent var 68277.06Adjusted R-squared 0.610798 S.D. dependent var 380028.9S.E. of regression 377971.6 Sum squared resid 5.46E+13F-statistic 3.095801 Durbin-Watson stat 0.147109
Prob(F-statistic) 0.046376
8/17/2019 Avanda Fahri Atahrim
http://slidepdf.com/reader/full/avanda-fahri-atahrim 151/152
133
LAMPIRAN 10
UJI HETEROKEDASTIS
Effects SpecificationS.D. Rho
Cross-section random 2022962. 0.9666Idiosyncratic random 376213.7 0.0334
Weighted Statistics
R-squared 0.615950 Mean dependent var 68277.06Adjusted R-squared 0.610798 S.D. dependent var 380028.9
S.E. of regression 377971.6 Sum squared resid 5.46E+13F-statistic 3.095801 Durbin-Watson stat 0.147109Prob(F-statistic) 0.046376
Unweighted Statistics
R-squared 0.018519 Mean dependent var 1219568.Sum squared resid 1.74E+15 Durbin-Watson stat 0.004601