blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2013/05/PPIC_FIX_Tugas-Kelompok1.docx · Web viewKode level yang...

20
MAKALAH PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL RESUME JURNAL “The Development of A Materials Requirements Planning Model Applicable in Small & Medium Enterprise Manufacturing Companies in Zimbabwe” Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi, STP., MP Kelompok 7 Nama NIM Foto Nama NIM Foto 1. M. Anugerah Huse 0911030031 5. Rengganis Fitriyani 1151003011110 29 2. Ita Winda Sari H 1151003001110 63 7 6. Karina Meidayanti 115100301111 031 3. Grico M Simangunso ng 1151003001110 67 7. Reny Nurul Utami 115100301111 037 4. Niken Yulia A. J 1151003011110 03 KELAS C JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2013/05/PPIC_FIX_Tugas-Kelompok1.docx · Web viewKode level yang...

MAKALAH

PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL

RESUME JURNAL

“The Development of A Materials Requirements Planning Model Applicable in Small & Medium Enterprise Manufacturing Companies in Zimbabwe”

Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi, STP., MP

Kelompok 7

Nama

NIM

Foto

Nama

NIM

Foto

1. M. Anugerah Huse

0911030031

5. Rengganis Fitriyani

115100301111029

2. Ita Winda Sari H

115100300111063

7 6. Karina Meidayanti

115100301111031

3. Grico M Simangunsong

115100300111067

7. Reny Nurul Utami

115100301111037

4. Niken Yulia A. J

115100301111003

KELAS C

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

BAB I

PENDAHULUAN

Industri Zimbabwe saat ini sedang berjuang untuk mengambil langkah menuju ekonomi dengan turn-around strategy. Pengurangan biaya adalah satu-satunya jalan untuk mempertahankan bisnis. Situasi yang menghawatirkan akan dialami oleh UKM di Zimbabwe (tercatat mulai 2006-2010). Peneliti mengumpulkan data dengan mengkaji kasus masalah LE company. Masalah dari LE company adalah perencanaan dan kontrol persediaan yang sulit dan mahal yang menyebabkan lead-time yang tertunda, meningkatnya beban kerja, kekurangan persediaan, meningkatnya pengerjaan ulang, peningkatan penjadwalan dan perencanaan ulang. Peneliti bertujuan untuk menentukan penerapan ekonomis MRP pada di Zimbabwe. Peneliti telah mengamati berbagai metode perencanaan dan pengendalian seperti perenccanaan kebutuhan kapasitas (CRP), perencanaan agregat, jadwal induk produksi (MPS), MRP, perencanaan sumber daya material (MRP II), Enterprise Resource Planning, dan pengendalian kegiatan produksi (PAC). Metode tersebut dianggap cocok dan tidak akan ditangani kecuali MRP, karena MRP adalah inti dari berbagai perencanaan dan mekanisme kontrol.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep MRP

MRP didefinisikan sebagai sistem informasi yang terdiri dari prosedur logis untuk mengelola persediaan bahan baku dalam lingkungan manufaktur. Tujuan utama dari sistem MRP adalah berapa banyak item dalam jumlah/material (BOM) harus dibuat atau dibeli kapan. Stuktur MRP untuk informasi yang relevan secara singkat diringkas dalam Gambar 2.1.

Analisis MRP membutuhkan masukan dari BOM, MPS dan status persediaan yang akurat seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Pada penggunaan MRP terdapat daerah kritis yang meliputi akurasi data, pengguna pengetahuan dan integritas sistem untuk dipertimbangkan. Proses MRP ditujukkan pada Gambar 2.2.

MRP mengasusmsikan bahwa MPS yang dimasukkan layak dalam kaoasitas yang memadai. MPS memeriksa vendor dan kapasitas produksi sebelumnya. Ini menentukan jumlah dari setiap item akhir yang akan diproduksi dalam suatu periode tertentu, biasanya dipecah menjadi target mingguan.

Manfaat dari MRP adalah peningkatan produktivitas, peningkatan jadwal produksi, peningkatan layanan pelanggan, dan peningkatan kinerja pengiriman. Sedangkan kelemahan dari MRP adalah Software MRP mahal, pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan ekerja mahal, dan jika data yang digunakan tidak akurat, maka biayanya akan mahal.

1.1 Model MRP Generik

Titik awal MRP adalah BOM seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3

BOM mungkin memiliki tingkat jumalah acak dan biasanya akan tergantung pada barang-barang ditingkat bawah dari cabang hierarki. Sistem MRP sangat sederhana, dengan membuat BOM, akan memungkinnkann seseorang untuk menurunkan permintaan komponen bahan berdasarkan permintaan untuk item induk. Sistem MRP didorong oleh MPS, dimana telah dijelaskan bahwa MPS berasal dari perkiraan mengevaluasi, pesanan pelanggan, dan persyaratan pusat distribusi yang mencatat permintaan independen untuk item tingkat atas. Tabel 2.1 dibawah ini menunjukkan urutan 100 bangku A yang akan didistribusikan.

Tabel 2.2, 2.3, & 2.4 menunjukkan rincian proses dassar MRP dengan model manual.

2. Bagaimana MRP Bekerja?

Dalam MRP, waktu biasanya direpresentasikan sebagai serangkaian interval satu minggu, meskipun sistem yang beroperasi pada periode perencanaan harian sudah tersedia. Kode level yang digunakanmengacu pada tingkat terendah darisemua BOM pada komponen tersebut. Waktu menunggu standar adalah dalam beberapa minggu.

3. Perencanaan dengan MRP Menyeluruh

Empat aspek perencanaan menyeluruh:

· Perencanaan regeneratif dan perubahan bersih

· Frekuensi perencanaan menyeluruh

· Penggunaan pengkodean level rendah

· Penjadwalan dalam perencanaan menyeluruh

3.1 Perencanaan Regeneratif dan Perubahan Netto

Seluruh proses regeneratif dilakukan dalam proses pengolahan di komputer dan dengan pengolahan data yang luas. Karena itu, sistem regeneratif biasanya dioperasikan dalam siklus perencanaan mingguan atau bulanan. MRP terus disimpan dalam komputer agarapabila ada kegiatan yang tidak direncanakan, seperti tatanan baru dalam MPS maka masih bisa dipergunakan. Jika suatu kejadian direncanakan, misalnya, saat pesanan selesai tepat waktu, maka rencana bahan asli harus masih berlaku.

Perubahan netto dapat beroperasi dalam dua cara. Salah satu tipe memiliki sistem perubahan netto secara online di mana sistem bereaksi seketika terhadap perubahan yang tidak direncanakan. Perbedaan antara keduanya adalah diantaranya sistem regeneratif melihat MPS sebagai dokumen, edisi baru yang dirilis secara periodik. Kemudian sistem perubahan netto melihat MPS sebagai dokumen, dalam keadaan perubahan terus-menerus. MPS akan diproses sesuai perubahan yang telah terjadi selama proses terakhir.

3.2 Frekuensi Perencanaan Menyeluruh

Sistem regeneratif biasanya kembali direncanakan secara mingguan atau bulanan. Sistem perubahan netto mendukung lebih sering dilakukannya perencanaankembali, baik on-line atau batched secara bertahap harian atau mingguan. Ada trade-off antara biaya pengolahan data dan pemeliharaan prioritas berlaku pada manufaktur dan pesanan pembelian. Siklus perencanaan kembali seharusnya tidak lebih dari seminggu.

3.3 Penggunaan Pengkodean Level Rendah

Kode level rendah menentukan urutan persyaratan pengolahan. Komponen umum mungkin untuk banyak struktur produk BOM. Dalam sistem regeneratif, jika pengolahan MRPitu hanya untuk mengikuti jalan melalui hirarki BOM di perencanaan makaakan didapat pengkodean tingkat rendah yakni mekanisme pengolahan data untuk mengatasi inefisiensi.Prosedur ini digunakan untuk menetapkan setiap kode komponen yang yang diratakan pada setiap BOM. Kode level rendah juga merupakan fitur yang berguna dalam sistem perubahan netto ketika sistem ini dioperasikan secara batch.

3.4 Penjadwalan dalam Perencanaan Menyeluruh

Menyelesaikan penjadwalan produksi sulit ketika sistem MRP merupakan perencanaan kembali secara menyeluruh, biasanya akan menyesuaikan baik tanggal jatuh tempo atau jumlah urutan yang direncanakan. Jika mengidentifikasi kebutuhan untuk membuat perubahan tanda terima sesuai yang dijadwalkan, yakni dengan mengirimkan pesan pengecualian bagi perencana bahan untuk melaksanakan perubahan.Penjadwalan mungkin melibatkan retiming dari tatanan yang direncanakan atau mungkin memerlukan modifikasi dari ukuran pesanan atau mungkin keduanya. Hal ini merupakan contoh sepele dan solusinyasendiri bisa didapat lebih mudah.

4. Perencanaan MenyeluruhDengan MRP

Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, sistem MRP harus bereaksi terhadap perubahan. Dalam perencanaan menyeluruh, sistem itu sendiri bukan merupakan perencanaan yang digunakan sebagai sebuah alternatif bagi perencana untuk mengelola proses perencanaan kembali, melainkan disebut bottom-up perencanaan.

4.1 Pedoman Persyaratan

Dengan pengelompokan memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi sumber-sumber permintaan kebutuhan kotor komponen tertentu. Langkah mengidentifikasi kebutuhan masing-masing kebutuhan kotor dengan sumbernya pada tingkat berikutnya yang lebih tinggi langsung dalam BOM disebut pengelompokan level satu.

4.2 Pesanan yang Direncanakan Perusahaan

Pesanan yang direncanakan perusahaanmemungkinkan untuk digunakan sistem MRP dalam merencanakan material. Sebuah pesanan terkadang berbeda dari perintah yang biasa direncanakan dan prosedur MRP tidak akan mengubahnya dengan cara apapun. Teknik ini dapat membantu perencana dalam bekerja dengan sistem MRP untuk menanggapi masalah kapasitas bahan tertentu dan jika terjadi kegagalan pemasok atau pabrik dalam memberikan perintah maka dialokasikan lead-time.

5. Waktu Pernyataan di Sistem MRP

Sistem penyimpanan membatasi horison waktu yang dapat dipertimbangkan dan rincian waktu yang mungkin berasal dari pesanan. Sistem bucket-less memungkinkan visibilitas harianuntuk urutan persyaratan.

5.1 Penyimpanan dan Sistem MRP Bucket-Less

Dalam pendekatanpenyimpanan, jumlah yang telah ditetapkan sel data disediakan untuk mengumpulkan informasi kuantitas per periode. Hal ini digambarkan dengan struktur matriks yang digunakan dalam perhitungan persyaratan. Sel-sel data ini dikenal sebagai waktu simpan. Periode waktu mingguan dianggap menjadi rincian kebutuhan untuk perencanaan jangka pendek dan menengah per MRP, sedangkan simpanan bulanan dianggap terlalu kasar. Namun, simpanan normal dalam waktu satu minggu mungkin terlalu kasar untuk memfasilitasi perencanaan jangka pendek yang lebih rinci. Tidak ada alasan mengapa sistem MRP tidak dapat mengakomodasi waktu berbagai ukuran bucket selama rentang horison perencanaan. Dalam pendekatan non-bucketed setiap elemen data waktu bertahap memiliki label waktu tertentu yang terkait dengan itu dan tidak terakumulasi ke dalam simpanan. Oleh karena itu, pendekatan bucket-less lebih fleksibel.

5.2 Horison Perencanaan

Horison perencanaan mengacu pada rentang waktu dari tanggal keluar hingga beberapa waktu di masa mendatang.Perencanaan materi yang dihasilkan adalah faktor utama dalam menentukan horison perencanaan yang merupakan kumulatif manufaktur terlama dan waktu pengadaan untuk sebuah jadwal induk barang. Horison perencanaan sering diperpanjang lebih lama dari kumulatif waktu tunggu terlama untuk tujuan memperoleh visibilitas dari kebutuhan kapasitasmanufaktur di masa depan. Semakin lama horison perencanaan, semakin sulit untuk membuat perkiraan tentang pasar dan kemungkinan adanya permintaan untuk produk dan item level akhir. Perlunya untuk menempatkan sebuah MPS lebih dari horison perencanaan adalah kelemahan sistem MRP.

6. Peran Persediaan Pengaman dalam Sistem MRP

DeGarmo, E. P., J T. Black, and R. A. Kohser, (1997) menyatakan bahwa persediaan pengaman merupakan sejumlah persediaan yang akan dipertahankan dalam inventaris, untuk melindungi fluktuasi yang tak terduga dalam permintaan. Namun, mengingat tingginya biaya dalam inventory, penggunaan persediaan pengaman (safety stock) akan menjadi mahal. Persediaan pengaman dapat dimasukkan ke dalam analisis MRP.

7. Keadaan Penerapan MRP yang Sekarang

Kriteria pengukuran yang efektif menggunakan MRP adalah sebagai berikut :

· MRP harus menggunakan perencanaan tidak lebih dari seminggu

· Frekuensi dari perencanaan ulang harus mingguan atau lebih sering

· Jika orang-orang secara efektif menggunakan sistem perencanaan, seharusnya daftar dari kekurangan harus sudah dieliminasi.

· Kinerja pengiriman adalah 95% atau lebih baik untuk supplier, toko manufaktur dan MPS

· Setidaknya dua dari tiga tujuan bisnis telah diperbaiki : persediaan, produktivitas, dan layanan pelanggan.

Berbagai survei yang diambil selama bertahun-tahun menunjukkan beberapa masalah dalam implementasi sistem MRP, yaitu sebagai berikut :

· Hanya sebagian kecil dari pengguna MRP yang menganggap diri mereka dengan sukses mengoperasikan sistem MRP mereka.

· MPS tidak terkomputerisasi oleh pengguna MRP sesering yang diharapkan

· CRP mempunyai pengoperasian yang relatif rendah oleh pengguna MRP

· Dalam beberapa kasus yang relatif sedikit, PAC yang terkomputerisasi dilaksanakan

7.1 Alasan Kegagalan dari Instalasi MRP

· Kurangnya komitmen dari top manajemen untuk proyek

· Kurangnya pendidikan dalam MRP untuk orang-orang yang akan menggunakan sistem ini

· MRP yang tidak realistis

· Data yang tidak akurat

· Kecenderungan penerimaan pesanan yang tidak terduga

· Perubahan harga yang tidak realistis dari bahan baku pada pasar yang kompetitif

7.2 MRP dalam Perusahaan Besar

Sebagian besar perusahaan yang sejak MRP diimplementasikan telah diperpanjang hingga pendekatan sistem MRP II. Hal ini terjadi karena keberhasilan MRP. Perusahaan-perusahaan besar yang bertujuan mempertahankan sistem umpan balik juga sering berlatih tentang sistem closed-loop MRP.

7.3 MRP dalam SME (UKM) Manufaktur

Sebuah UKM manufaktur ditandai dengan beberapa pekerjaan yang dapat dikontrol. Ini menjadikan pelaksanaan MRP lebih mudah meskipun asumsi persyaratan yang memadai dapat melemah dibeberapa UKM. Kemajuan teknologi yang mengarah pada ekstensi MRP menuju MRP II, menjadi penghalang berdirinya UKM untuk mampu melakukan implementasi. MRP II tentu saja tidak mungkin untuk memulai dalam aturan UKM karena dirancang untuk mendukung pengelolaan banyak pekerjaan pada perusahaan manufaktur.

8. Manual dan Manipulasi yang Terkomputerisasi dari Data MRP

Beberapa program komputer MRP mengaktifasi program komputer yang menjalankan aplikasi lain. Pelayan pemesanan, faktur, penagihan, pembelian, penjadwalan produksi, kapasitas perencanaan dan manajemen gudang adalah beberapa contohnya. Kekuatan manipulasi manual adalah cara matematika sederhana. Pemula tanpa komputer mampu menghasilkan MRP dengan biaya overhead yang minimal.

Kekuatan pusat program komputer MRP adalah tepat waktu dan mempunyai kemampuan untuk melakukan perencanaan ulang dengan hasil yang akurat. Berbagai perangkat lunak MRP yang telah dirancang Vis-a- vis MRP plus, MRP21, MRP demo_version, MRP pabrik, ERP plus, SAP, SAGE dan MRP Excel. Yang paling sederhana dari berbagai perangkat lunak tersebut adalah Excel MRP yang menggunakan spreadsheet dan aplikasi database visual basic. Sisanya telah dikembangkan dalam database MS Access.

9. Ukuran Lot dalam Sistem MRP

Untuk barang yang dibeli, supplier dapat menyuplai hanya dalam kelipatan jumlah tertentu. Sejumlah perwakilan prosedur kebijakan yang akan ditinjau meliputi : The lot for lot method, The fixed order quantity method, The economic order quantity method, The method of fixed order periods, The periodic order quantity method, The method of part period balancing, The Wagner Whitin algorithm. Jenis metode ukuran lot masih banyak lagi, seperti metode Gaither (1981), metode Gaither yang telah dimodifikasi (1983), The Silver Meal Technique (1973) atau metode yang diusulkan oleh Groff (1979).

9.1 The Lot for Lot Method

Metode ini melibatkan perubahan langsung dari kebutuhan ke jumlah pesanan. Untuk setiap kebutuhan yang dipesan dalam setiap periodenya terdapat waktu tunggu.

9.2 The Fixed Order Quantity Method (Metode Kuantitas Pemesanan yang Tetap)

Metode ini sering digunakan. Kebutuhan diperiksa dan jumlah pemesanan harus tetap sesuai dengan yang telah ditetapkan.

9.3 The Economic Order Quantity Method (Metode Kuantitas Tatanan Ekonomi yang Tetap)

Ada biaya setup yang dikeluarkan dengan menempatkan pesanan. Rumus economic order quantity (EOQ) hanya bentuk matematika sederhan dan mencerminkan total biaya minimum dari carrying stock dan setup. EOQ = (2SD/C), S= setup cost per batch, C = inventory carrying cost per item per unit time, Q = the batch size (EOQ), D = demand.

9.4 The Method of Fixed Order Periods (Metode Periode Pemesanan yang Tetap)

Metode ini mirip dengan metode kuantitas tetap dalam arti bahwa ia menetapkan waktu yang tetap antara jenis pesanan dan jumlah pesanan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan di masa itu.

9.5 The Periodic Order Quantity Method (Metode Kuantitas Pesanan Per Periodik)

Ini adalah variasi dari metode periode pemesanan yang tetap di mana ide-ide dari EOQ digunakan untuk menghitung waktu antara pesanan. Waktu antara pesanan dihitung dengan membagi permintaan per periode menggunakan EOQ.

9.6 The Method of Part Period Balancing (Metode Tiap Bagian Periode Keseimbangan)

Salah satu metode untuk menyamakan biaya setup / penempatan pemesanan dengan biaya persediaan. Hal ini didasarkan pada pengamatan bahwa jumlah setup / biaya pemesanan dan biaya persediaan pada rumus EOQ diminimalkan pada titik di mana dua biaya sama.

9.7 The Wagner Whitin Algorithm (Algoritma Wagner Whitin)

Algoritma ini menggunakan pendekatan pemrograman dinamis untuk menentukan kuantitas pesanan optimal.

10. Penjadwalan Status Persediaan Produk LE'S

Dua jenis produk yang terpilih ditunjukkan pada tabel 11.1 di bawah ini dengan periode per minggu. Produk-produk ini berupa bagian-perakitan Mono pompa poros Flex Adaptor dan perakitan Belt Conveyor Fastener, dalam berbagai ukuran mereka. Status persediaan ditunjukkan pada tabel 11.2 untuk bagian-perakitan Flex poros Adaptor

Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem Komputerisasi MRP, perencanaan top-down Regenerative, dan representasi waktu bucketed merupakan kombinasi terbaik untuk menentukan MRP. Namun, alangkah lebih baik jika menggunakan sistem manual karena paling terjangkau oleh entitas terkecil tanpa komputer. Maka, dua model yang dikembangkan yaitu manual MRP Template & MRP Database Excel seperti yang akan dijelaskan di bawah.

11. MRP Domain Expertise

Prosedur permintaan LE’s bertipe sistem JIT. Hal ini jelas merupakan suatu hal yang menarik customer-driven sistem di mana produksi dimulai hanya ketika pesanan dari pelanggan telah diterima. Informasi mengalir ke belakang seperti yang ditunjukkan dalam gambar 12,2. Namun, sebuah sistem mrp merubah le’s jit pull-system domain ke push demand-driven system seperti yang ditunjukkan dalam gambar 12.1. Dengan demikian, urutan prosedur yang cocok digunakan ialah mengikuti sebuah penjadwalan peramalan deskriptif.

12. Spesifikasi Software MRP

Telah ada software MRP yang dirancang di pasar. Peneliti berhasil menciptakan perangkat lunak berikut dan hanya berlaku untuk organisasi manufaktur. Diantaranya:

1. MRP Plus oleh Horizon software

2. MRP21 oleh DBA software

3. MRP demo_version oleh Merlin software

4. MRP DOS oleh Weiss

5. MRP versi Excel oleh Tony Rise

Dari keseluruhan software yang ada, MRP versi Excel sangat menguntungkan untuk organisasi UKM di Zimbabwe karena kesederhanaan, ketersediaan dengan biaya minimum, fleksibilitas, otomatisasi dan cara komunikasi antara program dengan pengguna yang mudah.

12. 1 Parameter Fungsional

Adapun pengguna MRP manipulasi parameternya ditentukan berdasarkan kebutuhan bersih dari kebutuhan kotor setelah penentuan BOM dan status persediaan. Setelah lead ditentukan, pesanan direncanakan dan diatur sesuai jadwal pada waktu yang ditetapkan. sistem MRP berbasis Excel memiliki fitur domain seperti, VBA gratis, tidak ada macro, semua formula dan Pivot Tables dan tidak ada yang disembunyikan.

Material dan persediaan bahan baku dan komponennyaa dialokasikan ke produk dan dijadwalkan diawal dan akan kembali dialokasikan secara dinamis sebagai perubahan jadwal. Kemudian tindakan laporan bertujuan untuk mengidentifikasi pesanan pembelian yang harus ditempatkan atau dikejar untuk memenuhi jadwal. Kemudian, spreadsheet terakhir dari sistem alamat pertanyaan MRP digunakan untuk mementukan dan memperhitungkan bahan baku yang digunakan oleh lebih dari satu produk dan persediaan diseluruh produk sehingga persedian dapat merata.

12. 2 Masalah Kinerja

Sistem manual menyadari kelemahan dalam kinerja karena data tidak dapat cepat diregenerasi. MRP Excel adalah memasukan jadwal produksi executable yang hanya dihasilkan dari rasionalisasi laporan pesanan pembelian. Selain itu, seperti yang sebelumnya berasal, MRP Excel harus menjadi sistem perencanaan top-down regeneratif dengan representasi waktu bucketed.

13. Pengembangan Model Sistem Mrp untuk Le Co

Model MRP ditunjukkan dalam angka 14,1-4 dihasilkan menggunakan sistem perencanaan top-down regeneratif. Untuk alasan perdagangan-off antara biaya re-perencanaan dan pola aliran permintaan, regenerasi data diminimalkan untuk satu minggu. Representasi waktu bucketed dalam minggu. Horison waktu melebihi LE Perusahaan maksimum lead-waktu 6 minggu untuk sewenang-wenang 10 minggu.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

MRP Model Excel dikembangkan karena dianjurkan oleh peneliti untuk Perusahaan LE, yang berkaitan dan berurusan dengan perencanaan persediaan yang ada dan masalah kontrol. Model sistem Excel berbasis MRP dipengaruhi minimal dan dapat diterima payback period dihitung dari 2 tahun & 1,7 bulan setelah investasi kenudian produk dianalisis. Selain itu juga memiliki kapasitas yang banyak untuk menahan hiperinflasi tak terduga karena mendapatkan 37% sebagai Internal Rate of Return nol Net Present Value. UKM lainnya produsen dapat menggunakan model yang sama dan peneliti yang tersedia untuk membantu mereka dengan data konfigurasi dan setup.

2. Saran

Dalam jurnal ini, terlihat bahwa peneliti lebih mengarah kepada teori. Tidak begitu jelas penjelasan mengenai metode atau langkah-langkah yang digunakan dalam penentuan penerapan ekonomis MRP di Zimbabwe. Jadi, diharapkan para pembaca harus menganalisis sendiri dah harus memahami jurnal dengan lebih baik.