KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

90
KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR LIMFE DENGAN PEMERIKSAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) TESIS Disusun Oleh : FADHILATURRAHMI NIM : 167041039 MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK PATOLOGI ANATOMIK DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Transcript of KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

Page 1: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA

ASPIRAT KELENJAR LIMFE DENGAN PEMERIKSAAN

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

TESIS

Disusun Oleh :

FADHILATURRAHMI

NIM : 167041039

MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK PATOLOGI ANATOMIK

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

MEDAN – 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA

ASPIRAT KELENJAR LIMFE DENGAN PEMERIKSAAN

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar

Magister Kedokteran Klinik Patologi Anatomik

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

FADHILATURRAHMI

NIM : 167041039

MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK PATOLOGI ANATOMIK

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

MEDAN – 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

i

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

ii

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

iii

HASIL PENELITIAN

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Judul Penelitian : Keberadaan atypical mycobacterium pada aspirat

kelenjar limfe dengan pemeriksaan polymerase chain

reaction (PCR)

Nama : Fadhilaturrahmi

NIM : 167041039

Program studi : Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi

Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Jangka Waktu : 8 (delapan bulan)

Lokasi Penelitian : Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dan Unit Patologi

Anatomik RSUP H. Adam Malik Medan

Pembimbing : 1. Dr. dr. H. Delyuzar, M. Ked (PA), Sp. PA (K)

2. Prof. dr. H. M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp. PA (K)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

iv

LEMBAR PANITIA UJIAN

Judul Penelitian : Keberadaan atypical mycobacterium pada aspirat kelenjar limfe

dengan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)

Nama : Fadhilaturrahmi

NIM : 167041039

Akan diuji pada

Hari/Tanggal :

Pembimbing : 1. Dr. dr. H. Delyuzar, M. Ked (PA), Sp. PA (K)

2. Prof. dr. H. M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp. PA (K)

Penguji : 1. dr. T.Ibnu Alferraly,M.Ked(PA), Sp.PA,D.Bioeth

2. dr. H. Soekimin, Sp. PA (K)

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fadhilaturrahmi

NIM : 167041039

Departemen : Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Judul KTI : Keberadaan Atypical Mycobacterium pada aspirat kelenjar

limfe dengan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)

Jenis KTI : Hasil Penelitian

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Karya tulisan ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri tanpa ada tindakan

plagiarisme dalam bentuk apapun sesuai dengan peraturan yang berlaku

untuk memenuhi tugas sebagai peserta didik dalam Pendidikan Magister

Kedokteran Klinis Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

2. Seluruh sumber yang saya kutip maupun yang saya rujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

3. Apabila diketahui dan terbukti pada kemudian waktu bahwa karya tulis

ilmiah ini tidak sesuai dengan surat pernyataan ini maka saya bersedia

menerima sanksi sebagaimana yang berlaku.

Medan, Agustus 2019

Yang menyatakan

Peneliti,

Fadhilaturrahmi

NIM. 167041039

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian magister dengan judul

“Keberadaan Atypical Microbacterium pada aspirat kelenjar limfe dengan

pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) ”.

Tesis ini adalah salah satu syarat yang harus dilaksanakan penulis dalam

rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Magister Kedokteran Patologi

Anatomik (M.Ked (PA)) dalam Program Magister Kedokteran Klinik pada Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum

dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy

Safruddin Rambe, Sp. S (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Magister

Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M. Ked (Oph),

Sp. M (K) yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti

pendikan Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

4. Sekretaris Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Dr. dr. Riza Z. Tala, M. Ked (OG), Sp. OG (K).

5. Pembimbing I (Dr. dr. H. Delyuzar, M. Ked(PA), Sp. PA (K)) dan

Pembimbing II (Prof. dr. H. M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp. PA (K)) yang telah

membimbing penulis mulai dari persiapan hingga penyelesaian tesis ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

vii

6. Penguji I (dr. T. Ibnu Alferraly, M. Ked (PA), Sp PA, D. Bioeth ) dan Penguji

II (dr. H. Soekimin, Sp. PA(K)) yang telah bersedia menguji, mengoreksi, dan

memberikan saran – saran pada penulisan tesis ini.

7. Kepala Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, dr. T. Ibnu Alferraly, M. Ked (PA), Sp. PA, D. Bioeth atas

bantuannya selama penulis menjalankan pendidikan Program Magister

Kedokteran Klinik di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

8. Dosen Pembimbing fasilitator, Dr. dr. Betty, M. Ked (PA), Sp. PA atas

bimbingan dan masukan-masukan selama penulis menjalani Program

Magister Kedokteran Klinik di Departemen Patologi Anatomi Fakultas

Kedokteran Sumatera Utara.

9. Dewan Guru lainnya, yakni dr. Joko S. Lukito, Sp. PA (K), Dr. dr. Lidya

Imelda Laksmi, M. Ked (PA), Sp. PA, dr. T. Kemala Intan, M. Pd, M.

Biomed, dr. Jessy Chrestella, M. Ked (PA), Sp. PA, dan dr. Causa Trisna

Mariedina, M. Ked (PA), Sp. PA, atas bimbingan dan masukan-masukan

selama penulis menjalani Program Magister Kedokteran Klinik di

Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

10. Kepala Instalasi dan staff Patologi Anatomik RSUP Haji Adam Malik Medan,

dr. Jamaluddin Pane, Sp. PA, dr. Sumondang M. Pardede, Sp. PA, dr. Sutoyo,

M. Ked (PA), Sp. PA, dr. Stephan Udjung, Sp. PA, dan dr. Lely Hartati, M.

Ked (PA), Sp. PA yang telah memberikan tempat dan mengizinkan penulis

untuk mengambil sampel data penelitian ini.

11. Kedua orangtua, alm. H. Ismail daud dan Hj. Rafidah Husein, adinda dr.

Fadhlun Jamali, drg. Fadhliatul Huda, Fadhlan Nur Rahman, S. Ked, atas

dukungannya selama penulis menjalani pendidikan Program Magister

Kedokteran Klinik di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Sumatera Utara.

12. Suami tercinta, Aulia, B. Buss, dan anak-anak tercinta Muhammad Al

Fayyadh, Muhammad Al Fathih, Muhammad Al Farid atas doa dan dukungan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

viii

materil maupun moril selama penulis menjalani pendidikan Program Magister

Kedokteran Klinik di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Sumatera Utara.

13. Ayah mertua H. Zulkarnaen, Ibu mertua H. Dahliani Usman, Kakanda Siti

Rahmah, Rini Susanti, Teguh Syahputra, SH atas doa dan dukungannya.

14. Keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan

dukungannya.

15. Para senior dr. Dedy Suryadi, M. Ked (PA), Sp. PA, dr. Indri Mahrani, M.

Ked (PA), Sp. PA, dr. Roza Rita, M. Ked (PA), Sp. PA, dr. Adeodata Lily

wibisono, M. Ked (PA), dr. Tri Puji Asmiati, M. Ked (PA), dr. Adeline leo,

M. Ked (PA), dr. Ricky Alianto, M. Ked (PA), dr. Tania Maretna, M. Ked

(PA), dr. Rini Syahrani, M. Ked (PA), dr. Rizmeyni Azima, dr. Anna

Mariana, dr. Indra Yacob, dr. Fitrikalinda, dan teman seangkatan saya dr. M.

Taufik siregar, juga junior saya dr. Irwandi, dr. Megawati Tambunan, dr.

Febri Susanto, serta teman-teman PPDS di Departemen Patologi Anatomik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semangat, dukungan dan

persahabatannya selama ini.

16. Pegawai di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Sumatera

Utara, Rizka Khairunnisa Margolang, Bang Yusni Abdillah, Kak Nafiah,

Inggit Prasasti, M. Husin Kurniawan, atas bantuannya selama ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih perlu

mendapatkan koreksi dan masukan untuk kesempurnaannya. Segala masukan dan

saran akan penulis terima dengan besar hati. Semoga penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis, Agustus 2019

Fadhilaturrahmi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

ix

DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUAN ............................................................................... i

HASIL PENELITIAN ........................................................................................... iii

LEMBAR PANITIA UJIAN ................................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xiii

ABSTRAK ............................................................................................................ xiv

ABSTRACT ...........................................................................................................xv

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian.................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

2.1 Lymphadenopathy .............................................................................................. 5

2.1.1 Defenisi ........................................................................................................ 6

2.1.2 Histologi Kelenjar Getah Bening (KGB) ....................................................... 6

2.1.3 Peranan Kelenjar Getah Bening pada respon imun ........................................ 9

2.1.4 Fungsi Kelenjar Getah Bening ...................................................................... 9

2.2 Lymphadenitis ....................................................................................................10

2.3 Lymphadenitis Tuberculosis ...............................................................................11

2.4 Mycobacterium bovis .........................................................................................15

2.5 Atypical Mycobacterium.....................................................................................16

2.6 Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus (SIBAJAH) ..............................................21

2.7 Polymerase Chain Reaction (PCR).....................................................................22

2.8 Kerangka Teori ..................................................................................................26

2.9 Kerangka Konsep ...............................................................................................27

BAB III. BAHAN DAN METODE ........................................................................28

3.1 Jenis penelitian ...................................................................................................28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................28

3.2.1 Tempat Penelitian ........................................................................................28

3.2.2 Waktu Penelitian..........................................................................................28

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi .......................................................................................................29

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

x

3.3.2 Sampel .........................................................................................................29

3.3.3 Besar sampel ................................................................................................29

3.3.4 Pengambilan sampel .....................................................................................30

3.4 Kriteria Penelitian ..............................................................................................30

3.4.1 Kriteria inklusi .............................................................................................30

3.4.2 Kriteria Ekslusi ............................................................................................31

3.5 Variabel .............................................................................................................31

3.6 Kerangka operasional .........................................................................................32

3.7 Defenisi Operasional ..........................................................................................33

3.8 Prosedur kerja ....................................................................................................35

3.8.1 Biopsi Aspirasi Jarum Halus ........................................................................35

3.8.2 Polymerase Chain Reaction (PCR) ...............................................................35

3.9 Analisa Data ......................................................................................................40

3.9 Etichal Clearance ..............................................................................................40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................41

4.1 Hasil penelitian ..................................................................................................41

4.1.1 Karakteristik Sampel .................................................................................41

4.1.2 Distribusi jenis kelamin berdasarkan hasil PCR .........................................42

4.1.3 Distribusi lokasi pengambilan sampel berdasarkan hasil PCR ....................44

4.1.4 Distribusi diagnosis sitologi yang dikonfirmasi dengan PCR .....................45

4.1.5 Distribusi hasil diagnosis lymphadenitis TB berdasarkan gambaran tipe

sitomorfologi dikonfirmasi dengan PCR ..................................................................46

4.2 Pembahasan .......................................................................................................47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................50

5.1 Simpulan ...........................................................................................................50

5.2 Saran ..................................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................51

LAMPIRAN 1 ........................................................................................................60

LAMPIRAN 2 ........................................................................................................61

LAMPIRAN 3 ........................................................................................................62

LAMPIRAN 4 ........................................................................................................65

LAMPIRAN 5 ........................................................................................................68

LAMPIRAN 6 ........................................................................................................71

LAMPIRAN 7 ........................................................................................................73

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem lymphatic manusia...................................................................... 6

Gambar 2.2 Struktur skematis kelenjar getah bening ................................................. 8

Gambar 2.3 Kriteria Mayor sitologi tuberculosis ......................................................12

Gambar 2.4 Gambaran Massa amorf eosinofilik disertai adanya partikel coklat

gelap. ....................................................................................................12

Gambar 2.5 Riwayat alami dan spektrum tuberculosis .............................................15

Gambar 2.6 Alat yang digunakan untuk sitologi biopsi aspirasi jarum halus .............21

Gambar 2.7 Polymerase Chain Reaction ..................................................................24

Gambar 2.8 Kerangka teori ......................................................................................26

Gambar 2.9 Kerangka konsep ..................................................................................27

Gambar 3.1 Kerangka Operasional ...........................................................................32

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyakit yang lazim disebabkan oleh spesies Atypical Mycobacterium ....19

Tabel 4.1 Karakteristik demografi penderita lymphadenitis .....................................43

Tabel 4.2 Jenis kelamin berdasarkan PCR ................................................................43

Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan lokasi pengambilan sampel ...................................44

Tabel 4.4 Diagnosis sitologi berdasarkan PCR .........................................................45

Tabel 4.5 Lymphadenitis TB berdasarkan gambaran tipe morfologi dikonfirmasi

dengan PCR .............................................................................................................46

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

xiii

DAFTAR SINGKATAN

APC

BAL

: Antigen Presenting Cell

: Broncho Alveolar LAvage

DNA : Deoxyribonucleic acid

KGB : Kelenjar Getah Bening

MAI : Mycobacterium Avium Intercellulare

MAC : Mycobacterium Avium Complex

MDR : Multi Drug Resistant

MDR TB : Multi Drug Resistant Tuberculosis

NTM : Non Tuberculosis Mycobacterium

PCR : Polymerase Chain reaction

RR : Rifampisin Resistant

SIBAJAH : Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus

SDGs : Sustainability Development Goals

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

xiv

ABSTRAK

KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT

KELENJAR LIMFE DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

1Fadhilaturrahmi, 1Delyuzar, 1M. Nadjib Dahlan Lubis

Departmen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

Medan, Indonesia

Latar Belakang: Lymphadenitis adalah infeksi kelenjar getah bening (KGB). Hal ini

bisa disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis maupun Atypical

Mycobacterium. Infeksi karena Atypical Mycobacterium ini insidennya semakin

meningkat diseluruh dunia, namun sulit untuk mengatasi infeksi yang disebabkan

oleh Atypical Mycobacterium ini. Gejala-gejala klinis dari infeksi ini sering sama

dengan tuberculosis sehingga sering didiagnosis dengan tuberculosis.

Tujuan: Untuk mengetahui apakah terdapat Atypical Mycobacterium pada sedian

biopsi aspirasi jarum halus yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan polymerase chain

reaction (PCR) di Indonesia khususnya di Medan.

Bahan dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

pemeriksaan PCR dengan pendekatan potong lintang. Populasi pada penelitian ini

adalah semua pasien dengan pembengkakan KGB. Sampel pemeriksaan diperoleh

dari aspirat pasien biopsi aspirasi jarum halus.

Hasil: Jumlah kasus lymphadenitis seluruhnya 66 kasus. Rerata usia 26,1 ± 15,1.

Dimana dengan pemeriksaan PCR, Atypical Mycobacterium ini keseluruhannya

mewakili hanya 7 kasus dan jenis kelamin laki-laki mendominasi 4 kasus (12,9%),

lokasi pengambilan sampel paling banyak pada daerah cervical 7 kasus (13,2%).

Simpulan: Terdapat adanya Atypical Mycobacterium pada aspirat kelenjar limfe.

Pemeriksaan PCR dapat dianjurkan untuk konfirmasi diagnosis lymphadenitis pada

kasus sangkaan kuat lymphadenitis tuberculosis karena bisa jadi pasien yang tidak

sembuh dengan obat anti tuberculosis (OAT) bisa jadi disebabkan oleh karena adanya

Atypical Mycobacterium

Katakunci:Atypical Mycobacterium, nontuberculous Mycobacterium, lymphadenitis,

tuberculosis, polymerase chain reaction (PCR).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

xv

ABSTRACT

THE EXISTENCE OF ATYPICAL MYCOBACTERIUM IN LYMPH NODE

ASPIRATION WITH POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

1Fadhilaturrahmi, 1Delyuzar, 1M. Nadjib Dahlan Lubis

Departmen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

Medan, Indonesia

Background: Lymphadenitis is an infection of the lymph nodes. This can be caused

by infection with Mycobacterium tuberculosis or Atypical Mycobacterium. This

infection due to Atypical Mycobacterium is increasing throughout the world, but it is

difficult to overcome this infection caused by Atypical Mycobacterium. The clinical

symptoms of this infection are often the same as tuberculosis and are often diagnosed

with tuberculosis.

Objective: To determine whether there is Atypical Mycobacterium in a series of fine

needle aspiration biopsies confirmed by polymerase chain reaction (PCR) in

Indonesia, especially in Medan.

Material and Methods: This study was a descriptive study with PCR examination

with a cross sectional approach. The population in this study were all patients with

KGB swelling. The examination sample was obtained from the aspirate of a fine

needle aspiration biopsy patient.

Results: The total number of lymphadenitis cases was 66 cases. The average age is

26.1 ± 15.1. Where by PCR, this Atypical Mycobacterium represented only 7 cases

and male sex dominated 4 cases (12.9%), the location of sampling was mostly in the

cervical region 7 cases (13.2%).

Conclusion: There is an Atypical Mycobacterium in the lymph node aspirate. PCR

examination can be recommended to confirm the diagnosis of lymphadenitis in cases

of strong suspected tuberculosis lymphadenitis because it may be that patients who do

not recover with anti-tuberculosis drugs may be caused by the presence of Atypical

Mycobacterium

Keywords:Atypical Mycobacterium, nontuberculous Mycobacterium, lymphadenitis,

tuberculosis, polymerase chain reaction (PCR).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lymphadenopathy merupakan suatu keadaan dimana terjadi perubahan

ukuran, jumlah dan konsistensi pada kelenjar getah bening (KGB). Ini adalah

komponen utama dari sistem pertahanan tubuh terhadap antigen presenting cell

(APC) dan berfungsi sebagai tempat utama di mana sel-sel penyaji antigen

berinteraksi dengan sel-sel limfoid untuk menghasilkan adaptive immune response

terhadap berbagai antigen asing termasuk mikroba, sel tumor, kompleks imun dan

benda asing.1 Penyebab lymphadenopaty pada dasarnya disebabkan oleh respon imun

terhadap agen infeksi, atau inflamasi pada infeksi yang melibatkan KGB. Selain itu

mungkin disebabkan oleh infiltrasi sel-sel neoplastik yang dibawa oleh sirkulasi

limfatik atau darah ke KGB. 2

Lymphadenitis adalah infeksi kelenjar getah bening. Hal ini bisa disebabkan

oleh infeksi, virus dan bakteri.3 Lymphadenitis dapat disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis dan Atypical Mycobacterium.4,5

Di seluruh dunia, tuberculosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab utama

kematian. Jutaan orang menderita TB setiap tahun. TB yang resistan terhadap obat

selalu menjadi masalah kesehatan pada masyarakat. Pada tahun 2017, sebanyak

558.000 orang (kisaran, 483.000-639.000) resisten terhadap rifampisin (Rifampisin

Resistant/ RR), obat lini pertama yang paling efektif, dan dari jumlah ini, 82%

memiliki multidrug resistant TB (MDR TB). Tiga negara yang menyumbang hampir

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

2

setengah dari kasus MDR / RR-TB yang ada di dunia: India (24%), Cina (13%) dan

Federasi Rusia (10%).6 Indonesia sendiri sedang melakukan beberapa survei

resistansi OAT (obat anti tuberculosis) untuk mendapatkan data resistansi OAT. 7

Infeksi karena Atypical Mycobacterium semakin dikenal di seluruh dunia.

Sulit untuk mengatasi infeksi Atypical Mycobacterium, dalam hal ini diperlukan

terapi jangka panjang dengan kombinasi obat-obatan. Namun, infeksi berulang atau

kambuhnya infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium yang sebenarnya sulit

diketahui.8 Sehingga Atypical Mycobacterium ini mudah salah didiagnosis sebagai

Mycobacterium tuberculosis dan kadang-kadang pasien sering dikatakan mengalami

multidrug-resistant (MDR).9 Sering juga kita dapatkan pada pasien yang didiagnosis

lymphadenitis tidak respon dengan pemberian antibiotik yang ditargetkan untuk

bakteri hal ini kemungkinan bisa disebabkan oleh adanya infeksi Atypical

Mycobacterium. 10,11

Pembesaran KGB adalah target utama untuk sitologi biopsi aspirasi jarum

halus (SIBAJAH).12 SIBAJAH pada KGB bisa dijadikan tindakan sebagai diagnosis

awal pada pasien dengan lymphadenopathy, karena bisa didapatkan hasil segera

dengan trauma minimal dan komplikasi yang lebih sedikit serta biaya yang lebih

hemat. 13

Untuk mengatasi keterbatasan dalam membedakan Mycobacterium

tuberculosis dari Atypical Mycobacterium dikembangkan analisis dengan

menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).14 Teknik PCR

memungkinkan diagnosis langsung secara cepat, sensitif, dan spesifik dalam

identifikasi kuman.15

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

3

Sepanjang pengetahuan peneliti di Indonesia sendiri untuk mengetahui

keberadaan Atypical Mycobacterium pada aspirat kelenjar limfe belum pernah

dilakukan. Berdasarkan hal itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

kemungkinan gambaran PCR pada Atypical Mycobacterium.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, maka peneliti

ingin mengetahui: “Bagaimana keberadaan Atypical Mycobacterium pada aspirat

pembesaran kelenjar limfe ? ”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui apakah terdapat Atypical Mycobacterium pada sediaan biopsi

aspirasi jarum halus yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan PCR di Indonesia

khususnya di Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui angka kejadian Atypical Mycobacterium pada aspirasi

jarum halus.

2. Untuk mengetahui kejadian Atypical Mycobacterium berdasarkan usia,

jenis kelamin dan lokasi KGB.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada klinisi bahwa

lymphadenitis yang tidak sembuh dengan pengobatan anti mikroba

spektrum luas ataupun obat anti tuberculosis (OAT) kemungkinan

disebabkan oleh Atypical Mycobacterium sehingga dapat membantu

memberikan pengobatan yang tepat pada pasien.

2. Diharapkan data yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan

sebagian data awal untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lymphadenopathy

2.1.1 Definisi

Lymphadenopathy merupakan suatu keadaan dimana terjadi perubahan

ukuran, jumlah dan konsistensi pada kelenjar getah bening (KGB). Tubuh memiliki

sekitar 600 KGB, tetapi hanya di daerah cervical, submandibular, axilla dan inguinal

biasanya teraba pada orang sehat. Ini adalah komponen utama sistem pertahanan

tubuh terhadap antigen presenting cell (APC) dan berfungsi sebagai tempat utama

dimana sel-sel penyaji antigen berinteraksi dengan sel-sel limfoid untuk

menghasilkan adaptive immune response terhadap berbagai antigen asing termasuk

mikroba, sel tumor, kompleks imun dan benda asing.1 Penyebab lymphadenopathy

pada dasarnya disebabkan oleh respon imun terhadap agen infeksi, atau inflamasi

pada infeksi yang melibatkan KGB. Selain itu mungkin disebabkan oleh infiltrasi sel-

sel neoplastik yang dibawa oleh sirkulasi limfatik atau darah ke KGB. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

6

Gambar 2.1 Sistem lymphatic manusia1

2.1.2 Histologi kelenjar getah bening (KGB)

Kelenjar getah bening (KGB) adalah struktur berbentuk buncis dan bersimpai,

yang umumnya berdiameter 2-10 mm dan tersebar di seluruh tubuh sepanjang

pembuluh limfe. KGB ini ditemukan pada axilla dan inguinal, di sepanjang

pembuluh besar leher dan banyak dijumpai dalam thorax dan abdomen, khususnya

dalam mesenterium. KGB membentuk sederetan saringan yang penting untuk

pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme dan penyebaran sel-sel tumor. Semua

limfe yang berasal dari cairan jaringan disaring oleh sekurang-kurangnya satu KGB

sebelum masuk ke sirkulasi. Organ ini mempunyai permukaan konveks yang

merupakan tempat masuk pembuluh limfe dan lekukan konkaf yaitu hilum, tempat

masuknya arteri dan saraf, serta keluarnya vena dan pembuluh limfe dari organ. Suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

7

simpai jaringan ikat mengelilingi KGB dan menjulurkan trabekula ke bagian dalam

organ.16

Sel terbanyak di KGB adalah limfosit, makrofag dan sel plasma dan sel

retikular. Sel dendritik folikular terdapat di dalam nodul limfoid. Berbagai susunan

sel dan stroma serabut retikular yang menyangga sel membentuk korteks, medula dan

parakorteks. Korteks yang terletak di bawah simpai terdiri atas komponen berikut

yaitu banyak sel retikular, makrofag, dan limfosit. Nodul limfoid dengan atau tanpa

centrum germinale, yang terbentuk terutama dari limfosit B yang terbenam di dalam

populasi sel difus lainnya. Area yang tepat dibawah simpai yang disebut sinus

subkapsular tempat jaringan limfoid memiliki banyak jejaring serat retikular.

Pembuluh limfe yang mengandung antigen dan limfosit, beredar di sekitar ruang-

ruang sinus tersebut setelah di alirkan melalui pembuluh limfe aferen. 16

Parakorteks tidak memiliki batas yang tegas dengan korteks dan medula.

Parakorteks dapat dibedakan dari korteks luar dengan sedikitnya nodul limfoid sel B

dan akumulasi sel T nya yang dapat ditentukan dengan metode imunohistokimia.

Venula di parakorteks menjadi bagian dari titik masuk yang penting bagi pergerakan

limfosit dari darah ke dalam nodul limfoid.1,16

Medulla di KGB memiliki dua komponen utama yaitu korda medularis

merupakan perpanjangan jaringan limfoid yang bercabang dan menyerupai korda

serta berasal dari parakorteks. Korda tersebut mengandung terutama limfosit B, sel

plasma dan makrofag. Korda medularis dipisahkan oleh ruang lebar yang sering

terhubung dengan serat dan sel retikular yang disebut sinus medular. Korda tersebut

mengandung limfe, limfosit, sering sejumlah besar makrofag dan terkadang bahkan

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

8

granulasi jika KGB mengalirkan area infeksi. Sinus tersebut bersifat terus menerus

dengan sinus kortikal dan bergabung di hilum untuk mengalirkan limfe ke pembuluh

limfe aferen di KGB tersebut. 1,16

Pembuluh limfe aferen menerobos simpai dan mencurahkan cairan limfenya

ke dalam sinus subkapsular. Dari tempat tersebut cairan limfe melalui sinus kortikal

dan kemudian ke dalam sinus medular. Selama pasase tersebut limfe memasuki

korteks dan korda medularis dan di saring serta modifikasi oleh sel-sel imun. Cairan

limfe ditampung oleh pembuluh limfe aferen di hilum dan katup di kedua pembuluh

limfe memastikan terjadinya aliran limfe dalam satu arah. 16

Gambar 2.2 Struktur skematis kelenjar getah bening. Separuh kiri gambar ini memperlihatkan region

dan komponen structural limfoid, melalui sinus yang tidak terlapisi (tampak merah muda) pada

jaringan limfoid dan keluar melalui pembuluh darah aferen pada hilum. Katup di pembuluh limfe

memastikan aliran limfe satu arah. Separuh kanan menggambarkan bagian sirkulasi darah dengan

arteri kecil dan vena yang masuk dan meninggalkan hilum.16

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

9

2.1.3 Peranan Kelenjar getah bening pada respon imun

Kelenjar getah bening (KGB) tersebar di seluruh tubuh dan limfe yang

terbentuk dalam jaringan harus melalui sedikitnya satu nodus sebelum memasuki

aliran darah. limfe yang tiba di KGB mengandung antigen sebagai molekul terlarut,

bagian mikroorganisme yang sebagian hancur atau antigen yang di internalisasi dan

diangkut oleh makrofag. Limfe juga mengandung mikroorganisme dan sitokin

terutama bila limfe berasal dari area infeksi atau peradangan. Antigen yang belum

difagositosis sebelumnya dapat di internalisasi oleh sel dendritik, makrofag, dan sel B

di KGB. Semua antigen memiliki kesempatan untuk disajikan oleh limfosit B ke sel T

pembantu dan ke limfosit T sitotoksik agar sel-sel tersebut dapat memulai suatu

respon imun. 16

KGB merupakan tempat penting untuk proliferasi limfosit terutama proliferasi

sel B di centrum germinale serta transformasi limfosit B menjadi sel plasma. Karena

hal tersebut limfe yang meninggalkan KGB dapat mengandung banyak antibodi. Bila

limfe kembali ke sirkulasi darah antibodi-antibodi tersebut akan dihantarkan ke

seluruh tubuh.16

2.1.4 Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai

mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau

metabolisme. KGB juga berfungsi sebagai tempat untuk pematangan limfosit dan

sebagai tempat produksi antibodi. 17,18

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

10

2.2. Lymphadenitis

Lymphadenitis adalah infeksi kelenjar getah bening. Hal ini bisa disebabkan

oleh infeksi, virus dan bakteri. Lymphadenitis reaktif adalah respons non spesifik

dan dikategorikan ke dalam tipe akut dan kronis.1,3,19 Penyebab paling sering

pembesaran KGB adalah reaksi inflamasi dan imun, selain neoplasma ganas primer

dan tumor metastasis. Tumor metastasis adalah penyebaran sel tumor diluar tumor

primer. Dimana tumor menyebar dari dua cara yaitu melalui limfatik dan melalui

aliran darah. 19

Neoplasma ganas yang sering terjadi pada KGB adalah Limfoma merupakan

istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam sistem limfatik

yang menyebabkan pembesaran KGB. Sistem limfatik sendiri merupakan jaringan

pembuluh dengan katup dan kelenjar-kelenjar ditempat-tempat tertentu yang

mengedarkan cairan getah bening melalui kontraksi otot yang berdekatan dengan

kelenjar. KGB menyaring benda asing dari KGB dan juga menyangkut lemak diserap

dari usus halus ke hati. Limfoma Hodgkin terjadi karena mutasi sel B pada system

limfatik. dan merupakan jenis yang paling bisa disembuhkan dan biasanya menyerang

KGB yang terletak dileher dan kepala. Umumnya pasien didiagnosis pada saat usia

20 tahun sampai 30 tahun. limfoma Non- Hodgkin terjadi karena adanya mutasi DNA

pada sel B dan sel T pada sistem limfatik. dan ini lebih sering terjadi pada usia lebih

dari 60 tahun. 20

Lymphadenitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri dapat

melibatkan KGB regional dan mungkin menjadi supuratif. Sering disebabkan oleh

staphylococcus aureus dan streptococcus A.4 Di awal fase gambaran cairan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

11

banyak dijumpai neutrofil dan makrofag. Neutrofil akhirnya membentuk mikroabses.

Sebagai inflamasi akut fase awal, infiltrat menjadi lebih kaya dengan adanya limfosit,

sel plasma, dan makrofag.21 Pada infeksi yang berat, bagian dalam folikel dapat

mengalami nekrosis dan menyebabkan pembentukan suatu abses. 22 Jika peradangan

tidak membaik lymphadenitis akut berubah menjadi lymphadenitis kronis.19

Lymphadenitis kronis non spesifik merupakan suatu radang kronis dari KGB yang

terjadi sekunder terhadap radang menahun ditempat lain.19,23

2.3 Lymphadenitis tuberculosis

Lymphadenitis tuberculosis adalah bentuk paling sering dari tuberculosis di

luar paru.4,22,24,25,26 Lymphadenitis tuberculosis merupakan lymphadenitis bakteri

yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis.22,27 Pada tahun 1992

pertama kali Das et al, mengusulkan pengkategorian tiga kelompok utama gambaran

kriteria mayor sitologi tuberculosis dan sekarang dipakai pada banyak penelitian.

Tiga kelompok tersebut dikategorikan menjadi tipe I adalah granuloma epiteloid

tanpa nekrosis, tipe II adalah granuloma epiteloid dengan nekrosis dan tipe III adalah

nekrosis tanpa granuloma epiteloid. 28 Pada tahun 2008 Lubis meneliti secara sitologi

dapat dijumpai struktur berupa massa eosinofilik disertai adanya partikel coklat gelap

pada pasien-pasien yang secara klinis tidak diobati dengan tatalaksana TB.29

Delyuzar juga membuktikan bahwa massa eosinofilik yang mengandung

partikel coklat gelap akurat dipakai sebagai kriteria baru diagnostik sitologi TB

dengan sensitifitas dan spesifisitas yang tingi bila dikonfirmasi dengan pemeriksaan

PCR. 30

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

12

Gambar 2.3 Kriteria mayor sitologi tuberculosis, A. Tipe I adalah granuloma epiteloid tanpa nekrosis.

B. tipe II adalah granuloma epiteloid dengan nekrosis. C. tipe III adalah nekrosis tanpa granuloma

epiteloid.28

Gambar 2.4 massa eosinofilik disertai adanya partikel coklat gelap. 29

Tuberculosis Ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Namun, sampai saat

ini penyakit tersebut masih merupakan masalah kesehatan yang sangat penting

terutama di negara berkembang. Hingga saat ini TB masih menjadi tujuan utama

didunia dan menjadi tujuan dalam Sustainability development goals ( SDGs). Pada

tahun 2017 sekitar 558.000 orang (483.000-639.000) resisten terhadap rifampisin

(RR-TB) dan jumlah tersebut 82% terjangkit TB yang resisten terhadap berbagai obat

atau biasa kita sebut dengan multi drug resistant tuberculosis (MDR TB). Resistensi

terhadap obat terus menjadi krisis bagi kesehatan masyarakat diseluruh dunia.6

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

13

Indonesia sendiri telah melakukan beberapa survei resistansi OAT (Obat anti

tuberculosis) untuk mendapatkan data resistansi OAT. 7

Indonesia adalah salah satu negara tropis. Sepanjang sejarah, wilayah tropis

lebih mudah terjangkit penyakit menular dibandingkan dengan wilayah beriklim

sedang. Penyebab utamanya adalah faktor lingkungan dimana wilayah tropis

memiliki kelembaban cukup tinggi dan pertumbuhan biologis sebagai pendukung

keanekaragaman hayati yang tinggi termasuk patogen, vektor, dan hospes. Hal ini

diperparah oleh faktor kesadaran masyarakat dan pengendalian penyakit menular atau

penyakit tropis yang kurang optimal.31

Pasien dengan lymphadenitis TB biasanya menunjukkan gejala sistemik

seperti demam, malaise, keringat malam, kehilangan berat badan dan biasanya akan

terjadi pembesaran KGB dengan pertumbuhan yang lambat dan tidak nyeri, namun

ini tergantung pada organ yang terlibat.27

TB merupakan manifestasi lokal dari penyakit sistemik. Ini dapat terjadi

selama infeksi TB primer. Infeksi primer terjadi pada paparan awal basil tuberkel.

Basil berkembang biak di paru-paru disebut focus Ghon, basil ke kelenjar getah

bening menuju hilus. Disini akan terlihat reaksi peradangan. Peradangan tersebut

akan diikuti oleh pembesaran KGB dihilus dan membentuk kompleks primer. Infeksi

dapat menyebar ke KGB. Dari KGB regional, organisme dapat terus menyebar

melalui sistem limfatik ke KGB lain untuk mencapai aliran darah menyebar ke

hampir semua organ tubuh. 25,31,33

TB primer adalah suatu bentuk penyakit yang terjadi pada pasien yang

sebelumnya tidak pernah terpajan dan tidak pernah tersensitisasi. Sekitar dua persen

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

14

pasien dengan TB menunjukkan bukti keterlibatan saluran pernapasan bagian atas.

Meskipun tempat yang paling sering adalah laring dan struktur lain seperti tonsil,

faring, dan mukosa bukal mungkin juga terlibat. Namun sebagian besar infeksi terjadi

didalam paru. Secara khas, basil yang terhirup tertanam di rongga udara bagian distal

dari bagian bawah lobus atas, atau bagian atas lobus bawah, biasanya dekat ke pleura.

Ketika sensitisasi terjadi, maka terbentuk daerah konsolidasi radang berwarna abu-

abu keputihan berukuran 1 cm hingga 1,5 cm disebut fokus Ghon. Pada sebagian

besar kasus, bagian tengah fokus ini mengalami nekrosis kaseosa. Basil tuberculosis,

baik bebas maupun di dalam fagosit, mengalir melalui saluran limfe ke kelenjar

getah bening regional, yang juga seringkali mengalami kaseosa. Kombinasi lesi

parenkim dan keterlibatan KGB disebut sebagai kompleks Ghon. Selama minggu

pertama, juga ditemukan penyebaran melalui aliran limfe dan hematogen ke bagian

tubuh lain. TB sekunder adalah penyakit yang muncul pada pejamu yang sebelumnya

tersensitisasi. Penyakit ini dapat terjadi segera sesudah tuberculosis primer, namun

seringkali timbul akibat reaktivasi lesi primer yang dorman beberapa dekade setelah

infeksi awal, terutama ketika daya tahan pejamu melemah. Tuberculosis sekunder

dapat juga berasal dari reinfeksi eksogen karena menurunnya proteksi yang

ditimbulkan oleh penyakit primer atau karena menghirup sejumlah besar basil yang

virulen. Tuberculosis paru progresif bisa terjadi. Lesi apeks membesar dengan

meluasnya daerah kaseosa. Erosi ke dalam bronkus mengevakuasi nekrosis

perkejuan, sehingga terjadi kavitas iregular dengan dinding yang tidak beraturan dan

dilapisi oleh materi kaseosa yang tidak dibatasi dengan baik oleh jaringan ikat.

Tuberculosis milier sistemik terjadi ketika organisme menyebar melalui sistem arteri

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

15

secara sistemik ke hampir semua organ tubuh21 dan bila tanda-tanda sistemik muncul

harus dicurigai adanya infeksi Mycobacterium bovis yang tempat utamanya adalah

tonsil atau pharynx. 1

Gambar 2.5 Riwayat alami dan spektrum tuberculosis

(Dikutip dari buku Robbins basic Pathology. 9th Edition) 21

2.4 Mycobacterium bovis

Mycobacterium bovis adalah Mycobacterium lain yang dapat menyebabkan

penyakit TB pada manusia. Mycobacterium bovis pada manusia, menyebabkan

penyakit TB yang dapat menyerang paru-paru, kelenjar getah bening, dan bagian

tubuh lainnya.20

Mycobacterium bovis menyumbang kurang dari 230 kasus TB per tahun di

Amerika Serikat. Orang-orang paling sering terinfeksi Mycobacterium bovis adalah

orang yang makan atau minum produk susu yang terkontaminasi, tidak dipasteurisasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

16

Infeksi juga dapat terjadi dari kontak langsung dengan luka seperti yang terjadi saat

penyembelihan atau berburu atau dengan menghirup bakteri di udara yang

dihembuskan oleh hewan yang terinfeksi Mycobacterium bovis. Penularan langsung

dari hewan ke manusia melalui udara dianggap langka tetapi Mycobacterium bovis

dapat menyebar langsung dari orang ke orang ketika orang dengan penyakit di paru-

paru pada saat batuk atau bersin. Orang yang berisiko lebih tinggi termasuk orang

yang bekerja di peternakan sapi, rusa atau produk dari hewan-hewan ini seperti susu,

atau daging. Orang yang minum susu mentah (tidak dipasteurisasi) atau

mengonsumsi produk susu yang terbuat dari susu mentah juga berisiko lebih besar.20

Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis mirip dengan gejala TB

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ni bisa termasuk demam,

berkeringat malam, dan penurunan berat badan. Gejala lain mungkin terjadi

tergantung pada bagian tubuh yang terkena penyakit.20

2.5 Atypical Mycobacterium

Atypical Mycobacterium pertama kali diisolasi tahun 1885 tidak lama setelah

ditemukan Mycobacterium tuberculosis pada tahun 1882 oleh Koch’s, kemudian hal

ini baru dianggap sebagai kuman patogen pada manusia sekitar tahun 1950-an.8,34

Atypical Mycobacterium ini merupakan organisme oportunistik yang berada pada

lingkungan baik di air maupun ditanah.35,36,37 Tidak ada bukti klinis penularan dari

hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia lain.10,34 Istilah Atypical

Mycobacterium juga dikenal dengan Nontuberculous Mycobacteria (NTM)8,34,37,38

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

17

yang digunakan untuk spesies Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis dan

Mycobacterium leprae.14

Insiden Atypical Mycobacterium ini terus meningkat didunia dan menjadi

masalah bagi kesehatan manusia.39,40,41,42,43 dan menjadi penyebab penyakit pada

paru dan diluar paru.44 Namun, diketahui bahwa prevalensi penyakit bervariasi

tergantung pada etiologinya. Atypical Mycobacterium dapat menginfeksi individu

yang imunokompeten atau immunocompromised. 14

Infeksi Atypical Mycobacterium terjadi akibat reaksi antara manusia dan

Mycobacterium. Mycobacterium ini hanya akan menimbulkan infeksi pada manusia

dalam beberapa kondis tertentu. Infeksi ditentukan oleh virulensi organisme,

tingginya paparan, dan respon imun penjamu. Untuk menimbulkan infeksi,

dibutuhkan gangguan sistem pertahanan penjamu. 15

Meskipun jumlah kasus penyakit akibat Atypical Mycobacterium lebih sedikit

dibandingkan akibat Mycobacterium tuberculosis pada negara sedang berkembang,

Mycobacterium ini berperan dalam terjadinya banyak infeksi serius pada orang-orang

yang immunocompromised di Amerika Serikat dan Eropa. Berikut ini dilampirkan

tabel 2.1 mengenai penyakit yang lazim disebabkan oleh spesies Atypical

Mycobacterium pada manusia.42

Atypical Mycobacterium biasanya diklasifikasikan berdasarkan kecepatan

pertumbuhan pada media solid dan produksi pigmen yang diinkubasi pada cahaya

(photochromogen) atau kondisi gelap (scotochromogen; klasifikasi Runyon).

Photochromogen (kelompok I) termasuk Mycobacterium kansasii, Mycobacterium

marinum, dan Mycobacterium simiae; scotochromogen (kelompok II) termasuk

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

18

Mycobacterium scrofulaceum, Mycobacterium szulgai, Mycobacterium xenopi,

Mycobacterium gordonae, dan Mycobacterium flavescens; nonchromogen (kelompok

III) termasuk Mycobacterium avium- intracellulare, Mycobacterium

paratuberculosis, Mycobacterium ulcerans, Mycobacterium gastri, Mycobacterium

terrae, Mycobacterium trivial, dan Mycobacterium malmoense; dan yang tumbuh

cepat (kelompok IV) termasuk Mycobacterium forfuitum, Mycobacterium phlei,

Mycobacterium abscessus, Mycobacterium chelonae, dan Mycobacterium

smegmatis.42

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

19

Tabel 2.1 Penyakit yang lazim disebabkan oleh spesies Atypical Mycobacterium pada

manusia Sindrom Spesies

Penyakit pulmonal kronik M. avium-intracellulare (MAC) complex

M. kansasii

M. abscessus

M. xenopi

M. fortuitum complex

M. simiae

M. malmoense

M. szulgai

Kulit dan jaringan lunak M. marinum (infeksi di kolam renang atau fish tank granuloma)

M. fortuitum complex

M. chelonae

M. abscessus

M. ulcerans (Buruli ulcer)

M. haemophilum

Infeksi skeletal M. fortuitum complex

MAC complex

M. kansasii

M. marinum

M. terrae

Lymphadenitis MAC complex

M. scrofulaceum

M. fortuitum complex

M. malmoense

M. kansasii

M. haemophilum

M. genavense

Disseminated disease MAC complex

M. kansasii

M. scrofulaceum

M. fortuitum complex

M. chelonae

M. haemophilum

Walaupun spesies Atypical Mycobacterium bervariasi berdasarkan geografi,

Mycobacterium avium complex (MAC) merupakan infeksi yang paling sering.4,14,39,41

MAC tercatat sebagai Mycobacterium yang terbanyak di Asia Timur. Sementara di

Indonesia sendiri belum ada data epidemiologi yang mencatat prevalensi penyakit

yang disebabkan Mycobacterium ini.37,45MAC merupakan penyebab utama pada

lymphadenitis anak dan penyebab paling sering penyakit paru pada orang dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

20

Mycobacterium avium, Mycobacterium fortuitum, Mycobacterium chelonae,

Mycobacterium kansasii, Mycobacterium gordonae dan Mycobacterium xenopi

adalah spesies Atypical Mycobacterium yang paling banyak ditemukan pada air,

seperti air danau, air sungai serta tanah dan debu. Mycobacterium phlei dan

Mycobacterium smegmatis tersebar luas di tanah dan debu dan pada tanaman. Ini

hanya kadang-kadang dikaitkan dengan penyakit pada manusia pada individu

imunokompeten. 46,47,48,49,50

Gambaran klinis penyakit yang disebabkan oleh Atypical Mycobacterium ini

ditentukan oleh lokasi yang terinfeksi, status imunologi pasien, keparahan riwayat

klinis dimana tingkat keparahan penyakit tergantung pada tingkat paparan.14

Gambaran klinis Atypical Mycobacterium mirip dengan gejala tuberculosis34

sehingga sering salah didiagnosis dengan TB dan kadang-kadang pasien juga sering

dikatakan multidrug resistant. Gejala klinis seperti batuk, malaise, penurunan berat

badan. Hal ini sering tumpang tindih dengan diagnosis TB.9,39,41,43,44 Namun

walaupun demikian dalam hal terapi pengobatan keduanya adalah berbeda.25

Korelasi yang jelas telah ditetapkan bahwa macrolides (clarithromycin dan

azithromycin) sebagai terapi untuk sebagian besar infeksi Atypical Mycobacterium

ini. Walaupun macrolide merupakan terapi pilihan namun dapat mengalami

resistansi. Resistensi macrolide disebabkan oleh mutasi gen rRNA gen 23S. Dalam

kasus ini resistensi macrolide, moxifloxacin dan linezolid dapat diuji menjadi terapi

pengganti diuji.39,51

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

21

2.6 Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus (SIBAJAH)

Pembesaran KGB adalah target utama untuk sitologi biopsi aspirasi jarum

halus (SIBAJAH).12 Hal ini bisa dijadikan sebagai diagnosis awal dengan trauma

minimal, komplikasi sedikit serta biaya yang lebih hemat.13 Keuntungan yang lain

dari SIBAJAH adalah waktu penyelesaian yang cepat dengan mudah menyediakan

sel untuk imunofenotip dan tes diagnostik molekuler, kurang morbiditas. Komplikasi

kelenjar getah bening SIBAJAH jarang terjadi, yang paling sering adalah hematoma.

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan SIBAJAH cukup kecil dan ringan untuk

dibawa-bawa dalam satu wadah.12

Pada tahun 1930 Martin dan Ellis adalah orang yang mempopulerkan teknik

ini dan dianggap sebagai terobosan baru dalam diagnostik.12,52 Secara umum

lymphadenitis TB dapat dideteksi dengan SIBAJAH sebagai diagnosis awal namun

untuk mendapatkan hasil optimal bisa dengan analisis molekuler menggunakan

teknik polymerase chain reaction (PCR).4

Gambar 2.6. Alat yang digunakan untuk sitologi biopsi aspirasi jarum halus (Dikuti dari buku

Cytology Diagnostic Principles and Clinical Correlates. 4th Edition).12

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

22

2.7 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Penting untuk mengidentifikasi dan membedakan Mycobacterium

tuberculosis dan Atypical Mycobacterium. Sulitnya membedakan kedua

Mycobacterium agar dapat memberikan pengobatan yang tepat maka diperlukan

metode analisis molekuler untuk mendeteksi dan membedakan Mycobacterium

tuberculosis dengan Atypical Mycobacterium yaitu teknik polymerase chain reaction

(PCR) dikarenakan prevalensi infeksi Atypical Mycobacterium meningkat, ini adalah

metode yang terbaik dalam menentukan secara bersamaan keberadaan

Mycobacterium tuberculosis dan Atypical Mycobacterium.53

PCR adalah metode untuk amplifikasi atau perbanyakan primer

oligonukleotida diarahkan secara enzimatik urutan deoxyribonucleic acid (DNA).17,54

Isolasi DNA adalah langkah pertama dalam metode molekuler untuk ekstraksi DNA.

Spesimen DNA diekstraksi oleh setiap kit yang berbeda dan memiliki DNA yang

berbeda.55,56 PCR didasarkan pada prasyarat untuk menyalin untai DNA yang ada oleh

DNA polymerase; untai terdenaturasi DNA yang ada untuk digunakan sebagai

template dan primer. Primer adalah oligonukleotida pendek, panjangnya 12 hingga

100 basa, memiliki urutan basa yang saling melengkapi dengan daerah yang

diinginkan dari untai DNA yang ada. Enzim membutuhkan primer untuk mengetahui

di mana harus mulai menyalin. Jika urutan basa DNA dari gen yang diteliti diketahui,

dua oligonukleotida sintetik yang saling melengkapi dengan urutan yang mengapit

daerah yang diinginkan dapat disiapkan.56

Siklus PCR terdiri dari tiga langkah: denaturasi, annealing, dan ekstensi.

Untuk memulai PCR, campuran reaksi dipanaskan untuk memisahkan dua untai DNA

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

23

target (denaturasi) dan kemudian didinginkan untuk memungkinkan primer

diannealing ke DNA target dengan cara spesifik-urutan. DNA polymerase kemudian

memulai ekstensi setiap primer pada ujung 3′ (ekstensi). Produk ekstensi primer

dipisahkan dari DNA target dengan pemanasan. Setiap produk ekstensi, serta target

asli dapat berfungsi sebagai templat untuk putaran annealing dan ekstensi primer

berikutnya. Pada akhir setiap siklus, produk-produk PCR secara teori digandakan,

setelah siklus PCR, urutan target dapat diperkuat 2 n- fold. Seluruh prosedur

dilakukan dalam thermal cycler yang dapat diprogram yang secara tepat mengontrol

suhu di mana langkah-langkah terjadi, lamanya waktu reaksi diadakan pada suhu

yang berbeda, dan jumlah siklus. Idealnya, setelah 20 siklus PCR, satu juta kali fold

amplifikasi tercapai, dan setelah 30 siklus, satu miliar kali fold. Dalam prakteknya,

amplifikasi mungkin tidak sepenuhnya efisien karena kegagalan untuk

mengoptimalkan kondisi reaksi atau adanya penghambat DNA polymerase.56

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

24

Gambar 2.7 Polymerase chain reaction (PCR)

(Dikutip dari Polymerase Chain Reaction and other Nucleid acid amplification technology)56

Pengembangan polymerase chain reaction (PCR) adalah terobosan besar

yang telah merevolusi kegunaan strategi berbasis DNA untuk diagnosis dan

pengobatan. Metode ini juga dapat dengan cepat mendeteksi dan mengkarakterisasi

berbagai macam jenis Mycobacterium, termasuk Mycobacterium tuberculosis dan

Atypical Mycobacterium.55 Spesimen klinis yang hanya terdiri dari jaringan dalam

jumlah kecil saja sudah cukup; dalam sebagian besar keadaan, tidak perlu persiapan

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

25

jaringan khusus. PCR dengan demikian membuat teknik DNA rekombinan dapat

diakses oleh laboratorium klinis. Kemajuan tunggal ini telah menghasilkan

peningkatan kuantum dalam penggunaan analisis gen langsung untuk diagnosis

penyakit manusia.54,56

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

26

2.8 Kerangka Teori

Gambar 2.8 Kerangka Teori

Kontaminasi lewat

kulit, oral, dan

inhalasi

Replikasi

Inhalasi

Atypical

Mycobacterium

Mycobacterium

tuberculosis

Pasien tidak sembuh

Resistensi OAT

Lymphadenitis

non TB

Kelenjar limfe

Fagositosis oleh makrofag

alveolus

Lymphadenitis

TB

Lingkungan (air,

produk makanan,

hewan peliharaan dan tanah) dan

manusia

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

27

2.9 Kerangka Konsep

G

Gambar 2.9 Kerangka Konsep

Diagnosis sitologi:

Lymphadenitis TB

Lymphadenitis Demografi:

Usia

Jenis kelamin

Lokasi

Hasil PCR: Mycobacterium

tuberculosis

Atypical

Mycobacterium

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

28

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui

keberadaan Atypical Mycobacterium pada sitologi aspirasi jarum halus dengan

pemeriksaan PCR dengan pendekatan cross sectional dimana setiap sampel pada

penelitian ini diamati satu kali dan hanya pada satu waktu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Patologi Anatomik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara beralamat di jalan Universitas No. 1 Medan,

Rumah Sakit ataupun klinik swasta di kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak September 2018 sampai Juni 2019, yang

meliputi penulusuran kepustakaan, pembacaan proposal, pengumpulan data,

pengolahan data serta penulisan dan pelaporan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

29

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien dengan pembengkakan

kelejar getah bening di kota Medan. Populasi terjangkau adalah semua pasien yang

datang ke Departemen Patologi Anatomik FK. USU, Rumah sakit atau klinik swasta

di kota Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh jumlah penderita yang memenuhi

kriteria inklusi di Departemen Patologi Anatomik FK. USU, Rumah sakit atau klinik

swasta di kota Medan.

3.3.3 Besar sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus:

n= (Zα)2 .p . q

-------------

d 2

dimana: n= besar sampel minimum

Zα= 1,96

p= proporsi penelitian 57

q= 1- p

d= kesalahan absolute yang dapat ditolerir 10%

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

30

maka:

n= (1,96)2 . 0,058 . 0,942

----------------------------

0,12

= 20,99 sampel

= 21 sampel

Berdasarkan rumus di atas hasil perhitungan untuk menentukan jumlah sampel

minimum dari penelitian ini adalah sebanyak 21 sampel.

3.3.4 Tehnik Pengambilan Sampel

Pengumpulan sampel dikumpul dengan consecutive sampling. Semua subjek

dengan lymphadenitis yang datang berurutan dan memenuhi kriteria inklusi

dimasukkan kedalam sampel pemeriksaan. Sampel pemeriksaan diperoleh dari

aspirat pasien biopsi aspirasi jarum halus.

3.4 Kriteria Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Semua pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening yang didiagnosis

lymphadenitis tuberculosis

2. Semua pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening yang di diagnosis

sebagai lymphadenitis

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

31

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening yang didiagnosis sebagai

limfoma

2. Pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening yang didiagnosis sebagai

metastasis carcinoma

3.5 Variabel

Variabel pada penelitian ini adalah:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Lokasi

4. Diagnosis sitologi

5. PCR

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

32

3.6. Kerangka Operasional

Penderita pembesaran kelenjar getah bening

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Lymphadenitis TB Lymphadenitis non TB Limfoma dan

Metastasis

PCR

M.

avium

M.

Paratuber

culosis

M.

Kansasi

M.

Bovis

M.

Chelona

e

M.

Fortuitum

M.

Gordonae

M.

Phlei

M.

smeg

matis

M.

Xenopi

Inklusi Data klinis memadai

Usia Jenis kelamin

Lokasi

M.TB

Konfirmasi lymphadenitis TB Konfirmasi Atypical Mycobacterium

Ekslusi

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

33

3.7 Definisi Operasional

1. Lymphadenitis.

Lymphadenitis tuberculosis merupakan lymphadenitis bakteri yang

disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis

Limfadenitis adalah radang kronis dari kelenjar limfe yang sering

terjadi sekunder terhadap suatu radang menahun ditempat lain.

2. Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan dan dinyatakan dalam

rerata. 58

3. Jenis kelamin adalah sifat jasmani dan rohani yang membedakan dua

makhluk sebagai laki-laki dan perempuan.59 Dikategorikan menjadi:

1 = Perempuan

2 = Laki-laki

4. Lokasi kelanjar getah bening adalah kelenjar getah bening yang biasa

teraba pada orang sehat adalah cervical, sub mandibular, axilla, dan

inguinal.1 Dikelompokkan menjadi:

1 = Cervical

2 = Sub mandibular

3 = Axilla

4 = Inguinal

5. Diagnosis sitologi adalah diagnosis yang didapatkan dari hasil sitologi

biopsi aspirasi jarum halus. Dikelompokkan menjadi:

1 = Lymphadenitis TB

2 = Lymphadenitis non TB

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

34

6. Diagnosis sitologi berdasarkan tiga gambaran sitomorfologi tuberculosis:

1. Tipe I = Granuloma epiteloid tanpa nekrosis

2. Tipe II = Granuloma epiteloid dengan nekrosis

3. Tipe III = Nekrosis tanpa granuloma epiteloid

7. PCR adalah suatu cara memeriksakan DNA dari bakteri yang mengandung

Mycobacterial tuberculosis dan Atypical Mycobacterium dengan

amplifikasi dan deteksi dalam satu tahapan.

Dikelompokkan menjadi:

1 = Mycobacterium tuberculosis bila tertampil pada 165

base pair (bp)30

2 = Mycobacterium bovis bila tertampil pada 162-375 bp60

3 = Mycobacterium avium bila tertampil pada 193-257 bp61

4 = Mycobacterium chelonae bila tertampil pada 129 bp62

5 = Mycobacterium fortuitum bila tertampil pada 105 bp62

6 = Mycobacterium gordonae bila tertampil pada 281 bp62

7 = Mycobacterium kansasi bila tertampil pada 221 bp62

8 = Mycobacterium paratuberculosis bila tertampil pada 162 bp60

9 = Mycobacterium phlei bila tertampil pada 162 bp60

10 = Mycobacterium smegmatis bila tertampil pada 162 bp60

11 = Mycobacterium xenopi bila tertampil pada 88 bp62

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

35

3.8 Prosedur Kerja

3.8.1 Biopsi Aspirasi Jarum halus

Sebelum melakukan sapirasi jarum halus penulis membuat inform consent.

Cara melakukan aspirasi jarum halus pada KGB dengan mempergunakan disposable

syringe 10cc dengan jarum halus no. 23 atau berdiameter 0,65 mm dan panjang 3 atau

9 cm. disposable syringe dilekatkan pada alat comeco syringe pistol holder.

Dilakukan aspirasi pada lesi dengan melakukan maneuver kemudian di buat sediaan

dan di warnai dengan May Grunewald Giemsa (M.G.G).

3.8.2 Polymerase chain reaction (PCR)

Bila sediaan ini memenuhi kriteria di atas maka sampel ini bisa dimassukkan

kedalam penelitian. Selanjutnya sediaan untuk PCR dengan metode konvensional

untuk menetukan atypical mycobacterium. Referensi mycobacterial sesuai dengan

ATCC (American Type Culture Collection), amplifikasi PCR sesuai dengan

Mycobacterium avium ATCC 19074 forward GCC GCC GAA ACG ATC TAC,

reserve AGG TGG CGT CGAGGA AGA, Mycobacterium bovis ATCC 19210

dengan ACA AGA CAT GCA TCC CGT, Mycobacterium chelonae ATCC 14472

dengan AAG CGA GTA ACC ACT ACA GA AAC, Mycobacterium fortuitum

ATCC 6841 dengan GGG TAA GAC CCA GTG TCT CAA CC, Mycobacterium

gordonae ATCC 14470 dengan CAT GTG TCC TGT GGT CCT, Mycobacterium

kansasi ATCC 12478 dengan CAC GCG GGA TGC GTT TAC GGTG,

Mycobacterium paratuberculosis ATCC 19698 dengan GGC GTT GAG GTC GAT

CGC CCA CGT GAC, Mycobacterium phlei ATCC 11758 dengan TCC CAG CCA

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

36

TGC AAC CAG, Mycobacterium smegmatis ATCC 19420 dengan CGA CCA GCA

GGG TGT ATT, Mycobacterium xenopi ATCC 19250 dengan TCC GAC GAA GTC

GTA ACA AGG.

Berikut dilakukan proses isolasi DNA biological fluids :

1. Sampel di dalam t. microtube + PBS 200 ul

2. Selanjutnya centrifuge 16.000 rcf selama 5 menit setelah itu buang

supernantan

3. Lalu tambahkan 200 ul Buffer GT setelah itu langsung vortex

4. Selanjutnya tambahkan 20 ul Proteinkinase K selanjutnya langsung vortex

5. Setelah di vortex inkubasi 600C selama 10 menit sambil tabung dibolak balik

setiap 3 menit lalu tambahkan 200 ul Buffer GB lalu di vortex

6. Inkubasi 70 0C selama 10 menit sambil tabung di bolak balik setiap 3 menit,

sementara itu Elution buffer inkubasi 700C 100 ul/ sampel

7. Tambahkan 200 ul Etanol absolute lalu vortex

8. Rangkai GD colum dengan collection tube, pindahkan cairan ke dalam

rangkaian

9. Centrifuge 16.000 rcf lalu buang collection tube selanjutnya rangkai lagi GD

colum dengan collection tube yang baru

10. Tambahkan 400 W1 buffer lalu centrifuge 16.000 rcf 30 detik lalu tambahkan

600 ul wash buffer dan rangkai lagi dengan menggunakan collection tube

yang sama

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

37

11. Buang cairan pada collection tube lalu rangkai lagi GD colum dan centrifuge

16.000 rcf selama 3 menit

12. Buang collection tube tempatkan GD colum pada t. microtube

13. Tambahkan 50 elution buffer biarkan selama 3 menit lalu centrifuge 16.000

rcf selama 30 detik

Proses melakukan PCR dengan alat :

1. Tabung PCR

2. Mikropippet

3. Pipit tipis

4. Sarung tangan

5. Vortex

6. Mesin centrifuge

7. Thermal cycler (mesin PCR)

Bahan yang digunakan :

Mastermix 12,5 mL, Mycobacterium Avium 28,4 nMol, primer avium forward

dengan konsentrasi 1 microMol, primer avium reverse dengan konsentrasi 1

microMol, primer tuberculosis forward dengan konsentrasi 1 microMol, primer

tuberculosis reverse dengan konsentrasi 1 microMol, nuclease free water 4,5 uL,

DNA 4 uL. Mastermix datang dalam bentuk serbuk untuk mengencerkannya lihat

nanomol lalu di encerkan 284 microliter TE buffer sehingga konsentrasi primernya

100 microMolar.

Mastermix 875 mL, primer mycobacterium bovis 0,5 microMol,

Mycobacterium Paratuberculosis 0,15 microMol, Mycobacterium Gordonae 0,2

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

38

microMol, Mycobacterium Smegmatis 0,2 microMol, Mycobacterium Kansasi 0,2

microMol, Mycobacterium Kansasi 0,3 microMol, nuclease free water 376 uL, DNA

4 uL.

Mastermix 900 mL, primer Mycobacterium Fortuitum 0,2 microMol,

Mycobacterium Chelonae 0,2 microMol, Mycobacterium Phlei 0,2 microMol,

nuclease free water 504 uL, DNA 4 uL.

Cara kerja :

1. Dilakukan pembuatan mastermix PCR buffer sebanyak 12,5 uL, primer avium

Forward 1 uL, primer avium reverse 1 uL, primer TB forward 1 uL, primer

TB 1 uL, nuclease free water 4,5 uL. Semua campuran di vortex sebentar lalu

di masukkan ke tabung PCR masing-masing 21 uL

2. Dilakukan pembuatan Mastermix 875 mL, primer mycobacterium bovis 0,5

microMol, Mycobacterium Paratuberculosis 0,15 microMol, Mycobacterium

Gordonae 0,2 microMol, Mycobacterium Smegmatis 0,2 microMol,

Mycobacterium Kansasi 0,2 microMol, Mycobacterium Kansasi 0,3

microMol, nuclease free water 376 uL, DNA 4 uL.

3. Dilakukan pembuatan Mastermix 900 mL, primer Mycobacterium Fortuitum

0,2 microMol, Mycobacterium Chelonae 0,2 microMol, Mycobacterium Phlei

0,2 microMol, nuclease free water 504 uL, DNA 4 uL.

4. tag DNA polymerase sebanyak 4 uL, lalu template DNA dimasukkan kedalam

campuran mastermix

5. Tabung dimasukkan kedalm thermal cycler

6. Kemudian di sentrifuse selama 3 menit dengan kecepatan 13.000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

39

a. Kemudian di masukkan ke dalam alat PCR

b. Hot start 950C 10 menit 1 cycle

c. Denaturasi 950C 45 detik 35 cycle

d. Annealing 600C 45 detik

e. Ekstensi 720C 45 detik

f. Ekstensi 720C 7 menit

g. Soaking 40C

h. Cycle 35 2-4

7. Sementara menunggu buat agar 2 % caranya :

a. Agar 2 gram dalam 100 ml

b. Masukkan ke dalam microwave (power 630) selama 5 menit, setelah

masak biar di luar hangat-hangat kuku

c. Lalu kita ambil 1 micro ethidium bromide campurkan kedalam agar

sambil digoyang- goyang lalu tuangkan kedalam tray, selanjutnya

tunggu beku selama lebih kurang 45 menit

d. Tuangkan agar beserta tray ke dalam chamber lalu tuang TAE sampai

agar tenggelam lalu masukkan 5 micro marker 100 Bp

e. Selanjutnya di elektroforesis dengan voltase 80, mega amper 400

dengan waktu 1 jam 10 menit

f. Setelah itu agar di masukkan ke dalam geldoc lalu tekan UV

g. TBE 0,5 x 100 cc

h. Lalu dicampur dan di panaskan lalu setetah itu ditambahkan ETBR 2

uL, setelah itu dibiarkan di suhu kamar selama 2 jam

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

40

i. Setelah selesai PCR produk bisa langsung di elfo dengan agar 2% bila

belum sempat bisa disimpan di freezer.

j. Agar di pindahkan kea lat elfo dan di basahi dengan TBE 0,5 x hingga

seluruhnya terbenam. PCR produk di isikan ke dalam shell sebanyak 2

uL

k. Setelah itu di lakukan elektroforesis 100 mV selama 30 menit dan lalu

di periksa di bawah kamera ultra violet.

3.9 Analisa Data

Pada penelitian ini data yang diperoleh peneliti kemudian akan diolah dengan

menggunakan statistik deskriptif menggunakan perangkat lunak statistik dan

dipresentasikan dalam bentuk tabel.

3.10 Etichal Clearance

Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Komite Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan No: 544/ TGL/ KEPK FK

USU-RSUP HAM/ 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini didapati penderita yang didiagnosis sebagai lymphadenitis

adalah sebanyak 66 penderita, 50 penderita diantaranya merupakan lymphadenitis

tuberculosis dan 16 penderita merupakan lymphadenitis.

Karakteristik penderita lymphadenitis dan distribusi berdasarkan usia, jenis

kelamin, lokasi, diagnosis sitologi dan hasil PCR dapat dilihat pada tabel-tabel

berikut ini:

4.1.1 Karakteristik Sampel

Pada penelitian ini didapatkan rerata usia penderita lymphadenitis 26,1 tahun

dengan simpangan baku 15,1. Penderita lymphadenitis berdasarkan jenis kelamin

didominasi oleh perempuan sebesar 35 kasus (53,0 %) sementara laki-laki hanya

sebesar 31 kasus (47,0%). Penderita lymphadenitis berdasarkan lokasi pengambilan

sampel yang paling banyak pada daerah cervical sebanyak 53 kasus (80,3 %), pada

daerah sub mandibula sebanyak 7 kasus (10,5%) sementara di axilla masing-masing

hanya 3 kasus (4,6%). Berdasarkan hasil diagnosis sitologi yang didiagnosis

lymphadenitis TB adalah sebanyak 50 kasus (75,8%) dan yang didiagnosis dengan

lymphadenitis adalah 16 kasus (23,2%). Diagnosis sitologi berdasarkan tipe TB yang

paling banyak adalah TB tipe III sebanyak 28 kasus (56.0%) dan yang paling banyak

Universitas Sumatera Utara

Page 59: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

42

kedua adalah TB tipe II sebanyak 14 kasus (28.0%) dan TB tipe I hanya sebanyak 8

kasus (16,0%). Sementara yang negatif sebanyak 16 kasus (24,2%). Hasil yang

didapatkan berdasarkan hasil PCR, Mycobacterium tuberculosis sebanyak 31 kasus

(47%), dan yang Atypical Mycobacterium didapatkan total keseluruhan 7 kasus

(10,6%) yaitu Mycobacterium avium yang bersamaan dengan Mycobacterium

tuberculosis sebanyak 3 kasus (4.5%), Mycobacterium kansasi yang bersamaan

dengan Mycobacterium tuberculosis sebanyak 1 kasus (1,5%) dan ada 2 kasus (3%)

didapatkan Mycobacterium kansasi, Mycobacterium avium, Mycobacterium xenopi

yang bersamaan dengan Mycobacterium tuberculosis. Sementara yang dijumpai

Mycobacterium kansasi tanpa ada Mycobacterium jenis lain ada 1 kasus (1,5%) dan

yang negatif sebanyak 28 kasus (42,4%).

Universitas Sumatera Utara

Page 60: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

43

Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Penderita Lymphadenitis

Variabel Nilai

Usia (tahun); rerata ± SB 26,1 ± 15,1

Jenis kelamin (n=66); n%

Laki-laki 31 (47)

Perempuan 35 (53)

Lokasi (n=66); n%

Cervical 53 (80,3) Submandibula 7 (10,6)

Aksila 3 (4,5)

Inguinal 3 (4,5) Diagnosis sitologi (n=66); n%

Lymphadenitis TB 50 (75,8) Lymphadenitis 16 (24,2)

Tipe TB (n=66); n%

Tipe I 8 (12,1) Tipe II 14 (21,2)

Tipe III 28 (42,4)

Negatif 16 (24,2)

PCR (n=66); n%

M. tuberculosis (+) 31 (47)

Atypical mycobacterium 7 (10,6)

M. tuberculosis (+), M. avium (+) 3 (4,5)

M. tuberculosis (+), M. kansasi (+) 1 (1,5)

M. tuberculosis (+), M. kansasi (+), M. avium (+), M.

xenopi (+)

2 (3)

M. kansasi (+) 1 (1,5)

Negatif 28 (42,4)

4.1.2 Distribusi jenis kelamin berdasarkan hasil PCR

Distribusi jenis kelamin berdasarkan hasil PCR dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Jenis Kelamin berdasarkan hasil PCR

Jenis

kelamin

PCR

n (66)

M. tuberculosis

n (31)

Atypical

Mycobacterium n (7)

Negatif

n (28)

n % n % n %

Perempuan 19 54,3 3 8,6 13 37,1

Laki-laki 12 38,7 4 12,9 15 48,4

Universitas Sumatera Utara

Page 61: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

44

Pada penelitian ini berdasarkan hasil PCR dijumpai pada pada perempuan

Mycobacterium tuberculosis sebanyak 19 kasus (54,3%), dan yang Atypical

Mycobacterium sebanyak 3 kasus (8,6%) sementara hasil PCR yang negatif adalah

sebanyak 13 kasus (37,1%). Berdasarkan hasil PCR untuk jenis kelamin laki-laki,

didapatkan Mycobacterium tuberculosis 12 kasus (38,7%), Atypical Mycobacterium

ada 4 kasus (12,9%) dan yang negatif adalah sebanyak 15 kasus (48,4%).

4.1.3 Distribusi lokasi pengambilan sampel berdasarkan hasil PCR

Distribusi berdasarkan lokasi dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi lokasi pegambilan sampel berdasarkan hasil PCR

Lokasi

PCR

n (66)

M. tuberculosis

n (31)

Atypical

mycobacterium

n (7)

Negatif

n (28)

n % n % n %

Cervical 27 50,9 7 13,2 19 35,8

Submandibula 3 42,9 0 0 4 57,1

Aksila 1 33,3 0 0 2 66,7

Inguinal 0 0 0 0 3 100

Pada penelitian ini berdasarkan hasil PCR didapatkan pada daerah cervical

didapatkan Mycobacterium tuberculosis sebanyak 27 kasus (50,9%), begitu juga

dengan Atypical Mycobacterium didapatkan 7 kasus (13,2%) dan yang negatif

sebanyak 19 kasus (35,8%). Pada sub mandibula didapatkan Mycobacterium

tuberculosis sebanyak 3 kasus (42,9%) sementara untuk Atypical Mycobacterium

tidak ada kasus yang didapat. Dan yang negatif berdasarkan hasil PCR sebanyak 4

Universitas Sumatera Utara

Page 62: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

45

kasus (57,1%). Pada daerah axilla didapatkan Mycobacterium tuberculosis ada 1

kasus (33,3%) sementara yang atypical mycobacterium tidak didapatkan. Dan negatif

dijumpai 2 kasus (66,7%). Pada daerah inguinal tidak didapatkan Mycobacterium

tuberculosis dan Atypical Mycobacterium. Sementara pada daerah inguinal

didapatkan hasil negatif sebanyak 3 kasus (100%).

4.1.4 Distribusi diagnosis sitologi yang dikonfirmasi dengan PCR

Diagnosis sitologi yang setelah itu dikonfirmasi lagi dengan PCR dapat dilihat

pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Diagnosis sitologi yang dikonfirmasi dengan PCR

Diagnosis

sitologi

PCR

n (66)

M. tuberculosis

n (31)

Atypical

Mycobacterium

n (7)

Negatif

n (28)

n % n % n %

Lymphadenitis

TB

24 48 5 10 21 42

Lymphadenitis 7 43,8 2 12,5 7 43,8

Pada penelitian ini diagnosis sitologi dengan lymphadenitis tuberculosis lalu

dikonfirmasi dengan PCR didapatkan Mycobacterium tuberculosis sebanyak 24 kasus

(48%) dan yang Atypical Mycobacterium sebanyak 5 kasus (10%). Sementara yang

negatif sebanyak 21 kasus (42%). Diagnosis sitologi dengan lymphadenitis

dikonfirmasi dengan PCR didapakan Mycobacterium tuberculosis 7 kasus (43,8%)

Universitas Sumatera Utara

Page 63: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

46

dan Atypical Mycobacterium didapatkan 2 kasus (12,5%) sementara negatif

didapatkan 7 kasus (43,8%).

4.1.5 Distribusi hasil yang didiagnosis lymphadenitis tuberculosis berdasarkan

gambaran tipe sitomorfologi dikonfirmasi dengan PCR

Diagnosis sitologi yang didiagnosis lymphadenitis tuberculosis berdasarkan

tipe dikonfirmasi dengan PCR dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Lymphadenitis tuberculosis berdasarkan gambaran tipe sitomorfologi

dikonfirmasi dengan PCR

Tipe TB

PCR

n (66)

M. tuberculosis

n (31)

Atypical

mycobacterium

n (7)

Negatif

n (28)

n % n % n %

Tipe I 2 25 0 0 6 75

Tipe II 7 50 1 7,1 6 42,9

Tipe III 15 53,6 4 14,3 9 32,1

Negatif 7 43,8 2 12,5 7 43,8

Pada penelitian ini didapatkan Mycobacterium tuberculosis paling banyak tipe

III sebanyak 15 kasus (53,6%), Atypical Mycobacterium sebanyak 4 kasus (14,3%)

dan negatif pada tipe III sebanyak 9 kasus (32,1%). Pada tipe II didapatkan

Mycobacterium tuberculosis sebanyak 7 kasus (50%) dan Atypical Mycobacterium

sebanyak 1 kasus (7,1%) dan yang negatif sebanyak 6 kasus (42,9%). Pada tipe I

didapatkan Mycobacterium tuberculosis sebanyak 2 kasus (25%) dan Atypical

Universitas Sumatera Utara

Page 64: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

47

Mycobacterium tidak didapatkan sementara yang negatif didapatkan 6 kasus (75%).

Dan yang negatif lymphadenitisTB setelah dikonfirmasi dengan PCR didapatkan 7

kasus (43,8%) Mycobacterium tuberculosis 2 kasus (12,5%) Atypical Mycobacterium

dan negatif ada 7 kasus (43,8%).

4.2 Pembahasan

Lymphadenitis sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan

Atypical Mycobacterium.4,5 Namun jarang sekali dilakukan isolasi untuk

Mycobacterium tuberculosis ini dengan Atypical Mycobacterium.5 Keseluruhan

penderita yang didiagnosis secara sitologi dengan lymphadenitis adalah sebanyak 66

penderita, 50 diantaranya merupakan lymphadenitis tuberculosis dan 16 penderita

adalah lymphadenitis kronik. Penderita lymphadenitis pada penelitian ini paling

banyak dijumpai pada perempuan 35 kasus (53%) dibandingkan dengan laki-laki 31

kasus (47%) (tabel 4.1), hal ini sesuai dengan penelitian Rezeki et al., pada

penelitiannya yang diambil dari spesimen blok paraffin penederita perempuan lebih

banyak dari pada laki-laki yaitu 1,1: 1.5 dan pada penelitian Desere et al.,63

didapatkan juga bahwa perempuan lebih banyak 80 kasus dibandingkan dengan laki-

laki 54 kasus sampel yang diambil dari kultur. Lokasi pengambilan sampel paling

banyak dijumpai pada daerah cervical hal ini sesuai dengan penelitian Kaur et al.,64

di India sebanyak 80% kasus dan sesuai dengan penelitian Rezeki et al., di Bandung

juga menyatakan bahwa daerah cervical lebih banyak ditemukan.5

Penderita berdasarkan diagnosis sitologi didapatkan lebih banyak yang

didiagnosis Lymphadenitis TB 50 kasus (75,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 65: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

48

Mohaputra et al., di India berdasarkan aspirasi biopsi jarum halus dan kultur33 dan

sesuai juga dengan penelitian DSuryadi et al., juga menyatakan bawa lymphadenitis

tuberculosis lebih banyak didapatkan 38,14% yang didapatkan dari diagnosis

sitologi.17 Lymphadenitis tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ diluar paru,

dimana merupakan proses peradangan pada kelenjar limfe atau KGB akibat aktivitas

Mycobacterium ini.

Pada penelitian ini diagnosis sitologi berdasarkan gambaran sitomorfologinya

yang terbanyak adalah tipe III. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Das et al., yang

mengatakan bahwa tipe II lebih banyak didapatkan pada aspirasi biopsi jarum halus.28

Dan Kaur et al., juga mengatakan bahwa yang terbanyak adalah tipe II. 64

Penelitian ini berdasarkan hasil PCR didapatkan paling banyak

mycobacterium tuberculosis sebanyak 31 kasus (47%). Hal ini sesuai penelitian Bensi

et al., di Brazil dengan kultur dari sputum didapatkan lebih banyak mycobacterium

tuberculosis 91 kasus sementara Atypical Mycobacterium didapatkan hanya 26

kasus.65 Begitu juga dengan penelitian Lima et al., yang mengatakan bahwa

Mycobacterium tuberculosis lebih banyak didapatkan daripada Atypical

Mycobacterium. Dimana sampel penelitia Lima et al., didapatkan dari sputum,

bronchoalveolar lavage (BAL), urin, dari lesi dikulit yang aspirasi biopsi, cairan

pleura dan dari biopsi tulang. 66

Pada distribusi jenis kelamin berdasarkan hasil PCR didapatkan jenis kelamin

perempuan lebih banyak didapatkan 19 kasus (54,3%), sementara Atypical

Mycobacterium lebih banyak pada laki-laki 4 kasus (12,9%). Hal ini tidak sejalan

Universitas Sumatera Utara

Page 66: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

49

dengan penelitian Lima et al., yang mendapatkan ternyata laki-laki lebih banyak

didapatkan pada Mycobacterium Tuberculosis 17 kasus (45,9%).66 Sementara pada

penelitian Prevots et al., di Amerika dimana sampel diambil dari sputum dan BAL

menemukan bahwa prevalensi Atypical Mycobacterium ini dominan pada

perempuan.67 Sementara penelitian Satyanarayan et al., di Virginia distribusi jenis

kelamin adalah sama 50%.68 Tanaka et al., di Jepang dari penelitiannya yang diambil

dari sputum dan BAL menemukan bahwa dominasi pada perempuan 84%. Semua

penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian penulis dimana laki-laki lebih

banyak dari perempuan. 69

Distribusi lokasi pengambilan sampel berdasarkan hasil PCR penulis belum

mendapatkan data terpublikasi mengenai lokasi pengambilan sampel pada aspirat

kelenjar limfe untuk melihat Atypical Mycobacterium ini. Begitu juga dengan tipe

gambaran sitomorfologi diagnosis tuberculosis yang dikonfirmasi dengan PCR untuk

melihat Atypical Mycobacterium sepengetahuan penulis belum juga menemukan data

yang terpublikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

50

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat adanya Atypical Mycobacterium pada aspirat kelenjar limfe

sebanyak 7 kasus (10,6%) dimana 3 kasus (4,5%) terdapat Mycobacterium

tuberculosis dan Mycobacterium avium, 1 kasus (1,5%) terdapat

Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium kansasi, 2 kasus (3%)

terdapat Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium kansasi,

Mycobacterium avium dan Mycobacterium xenopi. Sementara ada 1 kasus

(1,5%) hanya terdapat Mycobacterium kansasi.

2. Rerata usia pada penelitian ini adalah 26,1 ± dengan simpangan baku 15,1.

Jenis kelamin yang mendominasi pada Atypical Mycobacterium ini adalah

laki-laki sebanyak 4 kasus (12,9%). Berdasarkan lokasi pengambilan sampel

paling banyak didapatkan pada daerah cervical 7 kasus (13,2%)

5.2 Saran

1. Karena belum ada pengumpulan data sistematis mengenai penyakit

Atypical Mycobacterium sehingga kita sebagai patolog masih

memerlukan informasi klinis.

2. Pemeriksaan PCR dapat dianjurkan untuk konfirmasi diagnosis

lymphadenitis pada kasus sangkaan kuat lymphadenitis tuberculosis

karena bisa jadi pasien yang tidak sembuh dengan obat anti tuberculosis

(OAT) kemungkinan disebabkan oleh karena adanya Atypical

Mycobacterium.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tentang gambaran

sitomorfologi Atypical Mycobacterium ini

Universitas Sumatera Utara

Page 68: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

51

DAFTAR PUSTAKA

1. Rubinstein E, Keynan Y. Lymphadenopathy. In: Cohen, Jonathan, Powderly,

William G, Opal, Steven M, editors.Infectious Disease. 4th Edition. Elsevier

2017. p 15, 136-145

2. Abba AA, Abim MZ. Clinical Approach to Lymphadenopathy. JK

Practitioner. 2011; 16 (1-2): 1-8

3. Miliauskas J. Lymph Nodes. In: Orell SR, Sterrett GF, editor. Fine Needle

Aspiration Cytology. 5th Edition. Australia: Elsevier. 2012; p 84

4. Monaco SE, Khalbuss WE, Pantanowitz. Hematologic Infections. In:

Rosenthal DL, editor. Cytopathology of Infectious Disease. New York:

Springer; 2011. p 231-40

5. Rezeki M, Parwati I, Hernowo BS, Tjandrawati A. Validitas Multiplex real

Time Polymerase Chain Reaction Untuk Diagnosis Limfadenitis Tuberculosis

pada Spesimen Blok Parafin. MKB. 2014; 46 (3): 162-7.

6. World Health Organization. Tuberculosis. Global Tuberculosis Report 2018.

Switzerland. 2018. WHO/CDS/TB/2018.25. United States of America.

7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. In: Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Petunjuk Teknis

Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberculosis Resistan Obat. Indonesia.

2014. p 1-3

8. Johnson MM, Odell JA. Nontuberculous mycobacterial pulmonary infections.

J Thorac Dis. 2014; 6(3): 210-220.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

52

9. Sengupta T, Das P, Saha T. Epidemiology and Drug Resistance of Non

Tuberculous Mycobacteria in India: a Mini Review. Biostat Biometric. 2017;

1(4): 1-4

10. Piersimoni C, Scarparo C. Extrapulmonary Infection Associated with

Nontuberculous Mycobacteria in Immunocompetent Persons. Emerging

Infectious Disease. 2009; 15(9): 1351-44

11. Rasyid SR, Wulan AJ, Prabowo AY. Diagnosis dan Tata Laksana

Limfadenopati. Majority. 2018; 7(3): 261-65

12. Wieczorek TJ, Wakely PE. Lymph Nodes. In: Cibas ES, Ducatman BS,

editors. Cytology Diagnostic Principles and Clinical Correlates. 4th Edition.

West Virginia: Elsevier. 2014. p 221-32, 333-70

13. Upadhyay GP, Thakker RM. Evaluation of needle aspiration cytology as the

initial diagnostic test in cases of cervical lymphadenopathy. International

Journal of Reasearch in Medical Sciences. 2016; 4(12): 5103-6

14. Procop GW. Tuberculosis and Infections by Nontuberculous Mycobacteria.

In: Procop GW, Pritt BS, editors. Pathology of Infectious Diaseases.

Philadelphia: Elsevier. 2015. p 415- 32

15. Chandra J, Triestianawati W, Kadarsih R. Infeksi Mikobakterium Atipikal.

MDVI. 2011; 38(2): 104-10

16. Mescher AL. Histologi dasar Junquera Text dan Atlas. In: Sistem imun dan

organ Limfoid. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2017. p. 236-9

17. Suryadi D, Delyuzar, Soekimin. Diagnostic Accuracy of Tuberculous

Lymphadenitis Fine Needle Aspiration Biopsy Confirmed by PCR as Gold

Universitas Sumatera Utara

Page 70: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

53

Standard. IOP Conference Series Earth and Environmental Science. 2018;

125: 1-5

18. Eliandy S, Lubis HMND, Delyuzar. Hubungan Gambaran bercak-bercak

gelap (darkspeck) pada latar belakang material nekrotik granular eosinofilik

dengan kadar CD4 penderita limfadenitis tuberculosis sevikalis yang disertai

HIV/AIDS. Majalah Patologi Indonesia. 2011 September; 20(03): 8-14

19. Mohan H. Disorder of leucocyte and lymphoreticular Tissue. In: Mohan H,

editor. Textbook of Pathology. 7th Edition.India. 2015; 139, 322

20. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Data dan Informasi. In: Data

dan Kondisi Penyakit Limfoma di Indonesia. 2015. p 1-3

21. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Sistem Hemopoiesis dan Limfoid. In: Kumar

V, Abbas AK, Aster JC, editors. Robbins basic Pathology. 9th Edition.

Philadelphia; Elsevier. p 427

22. Miranda RN, Khoury JD, Medeiros LJ. Bacterial (Suppurative)

lymphadenitis. In: Miranda RN, Khoury JD, Medeiros LJ, editor. Atlas of

Lymph Node Pathology. New York: Springer. 2013; p. 21-30.

23. Evans AG. Non spesific lymphadenopathy. In: Aster JC, Pozdnyakova O,

Kutok JL, editors. Hematopathology A Volume in The High Yield Pathology

Series. Elsevier; 2013. p 83-4

24. Misra RK, Rai P. Cymtomaorphological patterns of tubercular lymphadenitis

and its comparison with Ziehl-Neelsen staining and culture in easten up.

(Gorakhpur region) : Cytological study of 400 cases. Journal of cytology.

2017; 34 (3): 139-43.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

54

25. Gothi D, Jaswal A, Spalgais S. Lymph Node Tuberculosis. Ec Pulmonology

and respiratory medicine. 2016; 2(5): 194-211.

26. Shah SZ, Muhammad AT, Behan RB, Devrajani BR. Tuberculous

lymphadenitis and clinical symptoms multidisciplinary cross sectional survey

in 240 patients at the teaching hospital hyderabad, Sindh. Quarterly Medical

Chanel. 2017; 23(2): 46-51.

27. Ferry JA. Infectious Lymphadenitis. In: Kradin RL, editor. Diagnostic

Pathology of Infectious Disease. 2nd edition. Philadelphia: Elsevier. 2018. p

335-6

28. Das DK. Fine Needle aspiration cytology in the diagnosis of tuberculous

lesions. Laboratory Medicine 2000; 31(11): 625-32

29. Lubis HMDL, Lubis HML, Lisdine, Hastuti NW. Dark specks and

eosinophilic granular necrotic material as differentiating factors between

tuberculous and non tuberculous abscess. Indonesian Journal of Pathology;

2008; 17(2):49-52

30. Delyuzar, Amir Z, Kusumawati L. Cytological diagnostic of lymphadenitis

tuberculosis by eosinophilic material. ICTROMI. 2018; 125: 1-5

31. Irianti RT, Kuswandi, Yasin MN. Tuberkulosis. In: Irianti RT, editor. Anti-

Tuberkulosis. Yogyakarta. 2016. p. 2-3, 26.

32. Departement of Health Human and Division Of Tuberculosis Elimination

USA. In: Mycobacterium Bovis. USA. 2011. p 1-2

33. Mohapatra PR, Janmeja AK. Tuberculous lymphadenitis. Japi. 2009; 57: 585-

90.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

55

34. Restiawati NM, Burhan E. Diagnosis dan penatalaksanaan mycobacterium

other than tuberculosis (MOTT). J Respiratory Indo. 2011;31(3) : 156-64.

35. Padya L, Chin’ombe N, Magwenzi M, Mbanga J, Ruhanya V, Nziramasanga

P. Molecular identification of mycobacterium spesies of public health

importance in cattel in Zimbabwe by 16S RNA Gene sequencing. The open

microbiology Journal. 2015;9 : 38-42.

36. Costa AR, Falkinham JO, Lopes ML, Baretto R, Felicio JS, Sales LHM, et al.

Occurance of nontubercolous mycobacterial pulmonary infection in an

endemic area of tuberculosis. Plos Neglected Tropical diseases. 2013;

7(7): 1-9.

37. Juwita LR, Fauzar. Diagnosis dan tatalaksana penyakit paru nontuberculosis

mycobacteria. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3): 141-5.

38. Krantz AM, Varnam M, Fernandez C. Nontuberculous mycobacteria

lymphadenitis: A Case Report. Cureus. 2016; 7(10): 2-4.

39. Ryu YJ, Koh WJ, Daley CL. Diagnosis and treatment in nontuberculous

mycobacterial Lung disease: Clinicians perspectives. The Korean Academy of

Tuberculosis and respiratory disease. 2016; 79: 78-84.

40. Kim SY, Han SA, Kim DH, Koh WJ. Nontuberculous mycobacterial lung

disease ecology, mycrobiology, pathogenesis, and antibiotic resistance

mechanisms. Precision and future medicine. 2017; 1(3): 99-114.

41. Nishiuci Y, Iwamoto T, Maruyama F. Infection sources of a common non-

tuberculous mycobacterial pathogen, mycobacterium avium complex.

Frontiers in medicine. 2017; 4(27): 1-17.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

56

42. Lopez EC, Ellner J. Tuberculosis and Atypical Mycobacterial Infections. In:

Lopez EC, Editor. Bacterial and Mycobacterial Infection. Elsevier; 2018. p

245-247.

43. Rosai J. nLymph Nodes. In: Rosai J, editor. 10th Edition. Volume 1. New

york: Elsevier. 2011. p 1786

44. Winthrop KL, Henkle E, Walker A, Cassidy M, Hedberg K, Schafer S. On the

reportability of nontuberculous mycobacterial disease to public health

authorities. AnnalsATS. 2017; 14(3): 314-7

45. Simos S, Ingen JV, Hsueh PR, Hung NV, Dekhuijzen PN, Boeree MJ, et al.

Nontuberculous mycobacteria in respiratory tract infections, Eastern Asia.

Emerging Infectious Disease. 2011; 17(3): 343-9.

46. Honda JR, Virdi R, Chan ED. Global Environmental Nontuberculous

Mycobacteria and Their Contemporaneous Man-Made and Natural Niches.

Frontier in Microbiology. 2018; 8: 1-8

47. Abdallah AM, Rashid M, Adroub SA, Arnoux M, Ali S, Soolingen DV, et al.

Complete Genome Sequence Of Mycobacterium Phlei Type Strain

RIVM601174. American Society for Microbiology. 2012; 12(194): 3284-5

48. Bohsali A, Abdalla H, Velmurungun K, Briken V. The pathogenic

mycobacteria smegmatis and M. fortuitum induce rapid host cell apotosis via

a caspase-3 and TNF dependent pathway. BMC Microbiology. 2010; 10: 237.

49. Patel N, Raganathan B, Faris C, Kumar N. Case presentation – Atypical

mycobacterial cervical lymphadenitis. Journal of surgery: Open Access. 2016;

2(4): 1-4.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

57

50. Diel R, Lipman M, Hoefsloot W. High mortality in patiesn with

mycobacterium avium complex lung disease: a systematic review. BMC

Infectious Diseases. 2018; 18(206): 1-10.

51. Son E, Mukerji S. Atypical mycobacterial lymphadenitis in the head and neck

of pediatric patients. Texas Medical Branc Health. 2012: 1-6.

52. Martin HE, Ellis EB. Biopsy by Needle Puncture and Aspiration. Ann Surg.

1930; 92 (2): 169-181

53. Singh PR, Sharma V, Sharma N, Singh D, Kandpal J. Evaluation of D-PCR

using the RNA polymerase Gene (rpoB) Primers for rapid differential

identification of mycobacterium tuberculosis compelx and nontuberculous

mycobacteria. Scholars Research Library. 2013; 4(9): 45-48.

54. Wagner AJ, Beliner N, Benz EJ. Anatomy and Physiology of The Gene. In:

Wagner AJ, Beliner N, editors. Hemathology Basic Principles and Practice.

7th Edition. Elsevier; 2018. p 3-16

55. Mohammadi S, Esfahani BN, Moghim S, Mirhendi H, Zaniani FR, Safaei

HG, et al. Optimal DNA isolation method for detection of nontuberculous

mycobacteria by polymerase chain reaction. Advanced Biomedical Research.

2017; 6(133): 1-5.

56. Nolte S, Hirschhorn JW, Hill CE. Polymerase Chain Reaction And Other

Nucleic Acid Amplification Technology. In: Nolte S, Hirschhorn JW, editors.

Henry’s Clinical Prognosis and Management by Laboratory Methods. 3rd

Edition. Elsevier; 2017. p 1316-27

Universitas Sumatera Utara

Page 75: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

58

57. Mertaniasih NM, Kusumaningrum D, Koendhori EB, Soedarsono, Kusmiati

T, Dewi DN. Nontuberculous Mycobacterial Species and Mycobacterium

Tubeculosis Complex Coinfection in Patients with Pulmonary Tuberculosis in

Dr. Soetomo Hospital, Surabaya, Indonesia. The International Journal of

Mycobateriology. 2017; 6: 9-13.

58. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Usia [Internet]. Jakarta. Badan Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018.

[cited 2018 Desember 5]. Available from : http://kbbi.web.id.

59. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jenis Kelamin [Internet]. Jakarta. Badan

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. 2018. [cited 2018 Desember 5]. Available from :

http://kbbi.web.id./jenis-kelamin/

60. Mustafa AS, Abal AT, Chugh TD. Detection Of Mycobacterium Tuberculosis

Complex And Nontuberculous Mycobacteria By Multiplex Polymerase Chain

Reaction. Eastern Mediterranean Health Journal. 199; 5(1): 61-9

61. Miller JM, Jenny AL, Ellingson JJ. Polymerase Chain Reaction identification

of Mycobacterium avium in Formalin fixed, paraffin-embedded animal tissue.

J Vet Diagn Invest. 1999; 11: 436- 40.

62. Ngan GJ, Ng LM, Jureen R, Lin RT, Teo JW. Development of multiplex PCR

assays based on the 16S–23S rRNA internal transcribed spacer for the

detection of clinically relevant nontuberculous mycobacteria. The Society for

Applied Microbiology. 2011; 52: 546-54.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

59

63. Desere Y, Hailu E, Assefa T, Bekele Y, Mihret E, Assefa A, Et Al.

Comparison Of PCR With Standart Culture Of Fine Needle Aspiration

Samples In The Diagnosis Of Tuberculosis Lymphadenitis. J Infect Dev

Ctries. 2012; 6(1): 53-7.

64. Kaur K, Agarwal KC, Kumar R. Utility of polymerase chain reaction for

detection of Mycobacterium tuberculosis in suspected cases of tuberculosis

lymphadenopathy. Chrismed J Health Res. 2016;3:181-6.

65. Bensi EP, Panunto PC, Ramos MD. Incidence Of Tuberculous Mycobacteria,

Differentiated By Multiplex PCR In Clinical Specimen Of A Large General

Hospital. Clinics Sao Paulo. 2013; 68(2): 179-183.

66. Lima AS, Duarte RS, Montenegro LM, Schindler HC Rapid detection and

differentiation of mycobacterial species using a multiplex PCR system. Rev

Soc Bras Med Trop. 2013; 46(4)447-52.

67. Prevots DR, Shaw PA, Strickland D. Nontuberculous mycobacterial lung

disease prevalence at four integrated health care delivery systems. Am J

Respir Crit Care Med. 2010;182(7):970–976

68. Satyanarayana G, Heysell SK, Scully KW, Houpt ER. Mycobacterial

infections in a large Virginia hospital, 2001–2009. BMC Infect

Dis. 2011;11:113

69. Tanaka E, Amitani R, Niimi A, Suzuki K, Murayama T, Kuze F. Yield of

computed tomography and bronchoscopy for the diagnosis of Mycobacterium

avium complex pulmonary disease. Am J Respir Crit Care

Med. 1997;155(6):2041–2046.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

60

Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara

Page 78: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

61

Lampiran 2

Universitas Sumatera Utara

Page 79: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

62

Lampiran 3

No Nomor Slide Jenis

kelamin Umur Lokasi Diagnosis sitologi TB/ Bukan

TB

Hasil PCR Jenis

Mycobacterium

1 18110908A Perempuan 20 tahun Leher Lymphadenitis TB TB tipe III + Tuberculosis

(tb)

2 18110913A Laki-laki 5 tahun Leher Lymphadenitis TB TB tipe II + Tb

3 18110921A Perempuan 21 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

4 18110932A Perempuan 11 tahun Sub mandibular Lymphadenitis TB Tb tipe II -

5 18110945A Perempuan 38 tahun Leher Lymphadenitis Bukan TB + Tb

6 18110949A Perempuan 20 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III -

7 18110955A Perempuan 38 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

8 18120969A Perempuan 3 tahun Inguinal Lymphadenitis Bukan TB -

9 18120989A Laki-laki 34 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III -

10 18121000A Perempuan 45 tahun Axilla Lymphadenitis TB Tb tipe III -

11 18121005A Laki-laki 28 tahun Leher Lymphadenitis TB TB tipe II + Tb

12 18121006A Laki-laki 36 tahun Sub mandibular Lymphadenitis Bukan TB + Tb

13 18121009A Perempuan 28 tahun Submandibula Lymphadenitis Bukan tb + Tb

14 18121010A Perempuan 22 tahun Leher Lymphadenitis Bukan tb + Tb

15 18121023A Perempuan 28 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II + Tb

16 18121024A Perempuan 1 tahun Leher Lymphadenitis Bukan tb -

17 19010030A Perempuan 24 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

18 19010051A Perempuan 26 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III +, + Avium ,tb

19 19010056A Laki-laki 17 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III +,+ Avium , tb

20 19010059A Laki-laki 36 tahun Leher Lymphadenitis Bukan tb + Tb

21 19010079A Laki-laki 18 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

22 19010030A Perempuan 24 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II + Tb

23 19010051A Perempuan 26 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe 1 + Tb

24 19010084A Laki-laki 5 tahun Leher Lympadenitis TB Tb tipe III + Tb

Universitas Sumatera Utara

Page 80: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

63

25 19020107A Perempuan 18 tahun Leher Lymphadenitis Bukan tb + Tb

26 19020108A Perempuan 22 tahun Sub mandibula Lymphadenitis TB Tb tipe I + Tb

27 19020125A Perempuan 8 tahun Inguinal Lymphadenitis Bukan tb -,

28 19020130A Laki-laki 36 tahun Leher Lymphadenitis Bukan tb -

29 19030185A Laki-laki 1 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

30 19030189A Perempuan 61 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

31 19030196A Perempuan 43 tahun Sub mandibula lymphadenitis Bukan tb -

32 19030176A Perempuan 8 tahun Sub mndibula Lymphadenitis Bukan tb -

33 19030204A Perempuan 10 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II + Tb

34 19030205A Laki-laki 43 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

35 19030194A Laki-laki 22tahun Leher Lymphadenitis Bukan tb + Tb

36 19030221A Perempuan 23 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

37 19030228A Laki-laki 28 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III -

38 19040262A Laki-laki 7 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II -

39 19040272A Perempuan 23 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

40 19050303A Laki-laki 16 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II + Tb

41 19050335A Laki-laki 19 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III +,+ Tb , kansasi

42 19050258A Perempuan 15 tahun Leher Lymphadenitis Bukan tb +,+, +,+ Avium , tb,

kansasi , xenopi

43 19050356A Laki-laki 33 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II +, +, + Avium , tb , kansasi , xenopi

44 19050358A Laki-laki 10 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

45 19060373A Laki-laki 21 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Kansasi

46 19060380A Perempuan 45 tahun Leher Lymphadenitis Bukab tb + Avium ,tb

47 19060383A Laki-laki 53 tahun Axilla Lymphadenitis Bukan tb -

48 19060410A Laki-laki 20 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III -

49 19060423A Laki-laki 1 tahun Sub mandibulla Lymphadenitis TB Tb tipe III -

50 19070433A Perempuan 29 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

51 19070437A Perempuan 17 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

52 19070452A Laki-laki 5 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II + Tb

53 19070454A Laki-laki 18 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II -

Universitas Sumatera Utara

Page 81: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

64

54 19070455A Perempuan 39 tahun Axilla Lymphadenitis TB Tb tipe III + Tb

55 A72 Perempuan 32 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe I -

56 A73 Laki-laki 23 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe I -

57 18110893A Laki-laki 25 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II -

58 19070460A Perempuan 59 tahun Inguinal Lymphadenitis TB Tb tipe II -

59 A74 Laki-laki 48 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe I -

60 A81 Laki-laki 34 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe I -

61 A84 Perempuan 29 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III -

62 A85 Perempuan 52 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe II -

63 A86 Laki-laki 66 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe I -

64 A87 Laki-laki 43 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe I -

65 A88 Laki-laki 29 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III -

66 A93 Perempuan 32 tahun Leher Lymphadenitis TB Tb tipe III -

Universitas Sumatera Utara

Page 82: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

65

Lampiran 4

Avium

Keterangan:

Panah Merah: + avium

250 bp Panah Biru : + Tb 165

Bp

Universitas Sumatera Utara

Page 83: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

66

Mycobacterium fortuitum, phlei, chelonae

Universitas Sumatera Utara

Page 84: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

67

Mycobacterium bovis, smegmatis, xenopi, kansasi, paratuberculosis, gordonae

Keterangan:

Panah hijau: +

Xenopi 88 bp Panah hitam: +

kansasi 221 bp

Universitas Sumatera Utara

Page 85: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

68

Lampiran 5

Usia

Statistic Std. Error

Usia Mean 26.06 1.856

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 22.35

Upper Bound 29.77

5% Trimmed Mean 25.49

Median 24.00

Variance 227.381

Std. Deviation 15.079

Minimum 1

Maximum 66

Range 65

Interquartile Range 19

Skewness .478 .295

Kurtosis .017 .582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Usia .089 66 .200(*) .972 66 .139

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid perempuan 35 53.0 53.0 53.0

laki-laki 31 47.0 47.0 100.0

Total 66 100.0 100.0

Lokasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Aksila 3 4.5 4.5 4.5

Inguinal 3 4.5 4.5 9.1

Leher 53 80.3 80.3 89.4

Submandibula 7 10.6 10.6 100.0

Total 66 100.0 100.0

Diagnosis Sitologi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid lymphadenitis TB 50 75.8 75.8 75.8

lymphadenitis 16 24.2 24.2 100.0

Total 66 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Page 86: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

69

Tipe TB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tipe I 8 12.1 12.1 12.1

Tipe II 14 21.2 21.2 33.3

Tipe III 28 42.4 42.4 75.8

Bukan TB 16 24.2 24.2 100.0

Total 66 100.0 100.0

PCR

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid M. Avium, M. Tuberculosis 3 4.5 4.5 4.5

M. Kansasi 1 1.5 1.5 6.1

M. Tuberculosis 31 47.0 47.0 53.0

M. Tuberculosis, M. Kansasi 1 1.5 1.5 54.5

M. Tuberculosis, M. Kansasi, M. Avium, M. Xenopi 2 3.0 3.0 57.6

Negatif 28 42.4 42.4 100.0

Total 66 100.0 100.0

Mycobacterium

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Typical 31 47.0 47.0 47.0

Atypical 7 10.6 10.6 57.6

Negatif 28 42.4 42.4 100.0

Total 66 100.0 100.0

Jenis Kelamin * Mycobacterium Crosstabulation

Mycobacterium

Total Typical Atypical Negatif

Jenis Kelamin perempuan Count 19 3 13 35

% within Jenis Kelamin 54.3% 8.6% 37.1% 100.0%

laki-laki Count 12 4 15 31

% within Jenis Kelamin 38.7% 12.9% 48.4% 100.0%

Total Count 31 7 28 66

% within Jenis Kelamin 47.0% 10.6% 42.4% 100.0%

Universitas Sumatera Utara

Page 87: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

70

Lokasi * Mycobacterium Crosstabulation

Mycobacterium

Total Typical Atypical Negatif

Lokasi Aksila Count 1 0 2 3

% within Lokasi 33.3% .0% 66.7% 100.0%

Inguinal Count 0 0 3 3

% within Lokasi .0% .0% 100.0% 100.0%

Leher Count 27 7 19 53

% within Lokasi 50.9% 13.2% 35.8% 100.0%

Submandibula Count 3 0 4 7

% within Lokasi 42.9% .0% 57.1% 100.0%

Total Count 31 7 28 66

% within Lokasi 47.0% 10.6% 42.4% 100.0%

Diagnosis Sitologi * Mycobacterium Crosstabulation

Mycobacterium

Total Typical Atypical Negatif

Diagnosis Sitologi

lymphadenitis TB Count 24 5 21 50

% within Diagnosis Sitologi 48.0% 10.0% 42.0% 100.0%

Lymphadenitis Count 7 2 7 16

% within Diagnosis Sitologi 43.8% 12.5% 43.8% 100.0%

Total Count 31 7 28 66

% within Diagnosis Sitologi 47.0% 10.6% 42.4% 100.0%

Tipe TB * Mycobacterium Crosstabulation

Mycobacterium

Total Typical Atypical Negatif

Tipe TB

Tipe I Count 2 0 6 8

% within Tipe TB 25.0% .0% 75.0% 100.0%

Tipe II Count 7 1 6 14

% within Tipe TB 50.0% 7.1% 42.9% 100.0%

Tipe III Count 15 4 9 28

% within Tipe TB 53.6% 14.3% 32.1% 100.0%

Bukan TB Count 7 2 7 16

% within Tipe TB 43.8% 12.5% 43.8% 100.0%

Total Count 31 7 28 66

% within Tipe TB 47.0% 10.6% 42.4% 100.0%

Universitas Sumatera Utara

Page 88: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

71

Lampiran 6

INFORMASI DAN SURAT PERMOHONAN

KESEDIAAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu/Saudara

..............................

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi

sebagai subyek penelitian saya yang berjudul:

Keberadaan Atypical Mycobacterium pada aspirat kelenjar limfe dengan

pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)

Dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat Atypical Mycobacterium

pada sediaan biopsi aspirasi jarum halus yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan PCR

di Indonesia khususnya di Medan.

Dalam penelitian tersebut kepada Bapak/Ibu/Saudara akan dilakukan

pemeriksaan aspirasi biopsi dengan menyuntik untuk mengambil contoh sel yang

akan diperiksa dibawah mikroskop.

Sebagai informasi suntikan yang akan diterima dalam prosedur penelitian ini

hampir tidak ada bahanya, kalaupun ada keluhan hanya rasa sakit dan bengkak sedikit

dan sebaiknya melaporkan keluhan ini kepada peneliti.

Keuntungan yang didapat diperoleh apabila Bapak/Ibu/Saudara menjadi subjek

penelitian ini adalah dapat mengetahui penyebab pembengkakan pada kelenjar getah

bening terutama yang dicurigai tuberkulosis dan Atypical Mycobacterium.

Apabila terjadi hal-hal yang merugikan Bapak/Ibu/Saudara disebabkan karena

efek suntikan berupa bengkak bertambah besar segera setelah penyuntikan, maka

dapat menghubungi peneliti dr. Fadhilaturrahmi, No Hp. 081264154898.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

72

Jika Bapak/Ibu/Saudara bersedia, surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek

Penelitian, terlampir mohon ditanda tangani dan diserahkan pada alamat di bawah ini.

Perlu Bapak/Ibu/Saudara ketahui, bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan

Bapak/Ibu/Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama

penelitian berlangsung.

Fadhilaturrahmi

Departemen Patologi Anatomik FK USU

Jl. Universitas No. 1 Medan

Telp. 061-8211746

Demikian, mudah-mudahan keterangan ini dapat dimengerti dan atas

kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan

terima kasih.

Medan, Juni 2019

Fadhilaturrahmi

Universitas Sumatera Utara

Page 90: KEBERADAAN ATYPICAL MYCOBACTERIUM PADA ASPIRAT KELENJAR …

73

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan, resiko dan

hak-hak saya sebagai subyek penelitian yang berjudul:

Keberadaan Atypical Mycobacterium pada aspirat kelenjar limfe dengan

pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)

Atas nama: Fadhilaturrahmi, saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia

berpartisipasi dalam penelitian tersebut di atas.

Medan,Juni 2019

Peneliti

Fadhilaturrahmi

Universitas Sumatera Utara