lapsus fr barton

28
1 BAB I LAPORAN KASUS STATUS ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM TNI AL DR. MINTOHARDJO Nama : Ghayatrie Healthania NIM : 030.10.114 Pembimbing : dr. Tjahja Nurrobi , Sp. OT A. Identitas  No. Rekam Medik : 120227  Nama : Tn. AB Jenis kelamin : laki-laki Usia : 22 tahun Alamat : Ds Bendungan RT 05/02 Sidoarjo Jatim Agama : Islam Status marital : Belum Menikah Tanggal masuk RS : 1 November 2014 Tanggal pemeriksaan : 11 November 2014 B. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal Pulau Numfor pada tanggal 11  November 2014 pukul 16.00 WIB. Keluhan Utama  Nyeri pada pergelangan tangan kiri post kecelakaan sejak Riwayat Penyakit Sekarang . Os datang ke IGD RSAL Mintoharjo dengan keluhan nyeri lengan bawah tangan kiri. Os datang dalam keadaan sadar diantar oleh keluarganya. Os juga mengeluhkan lengan bawahnya bengkak tapi masih dapat digerakkan.

Transcript of lapsus fr barton

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 1/28

1

BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM TNI AL DR. MINTOHARDJO

Nama : Ghayatrie Healthania

NIM : 030.10.114

Pembimbing : dr. Tjahja Nurrobi , Sp. OT

A.  Identitas

 No. Rekam Medik : 120227

 Nama : Tn. AB

Jenis kelamin : laki-laki

Usia : 22 tahun

Alamat : Ds Bendungan RT 05/02 Sidoarjo Jatim

Agama : Islam

Status marital : Belum Menikah

Tanggal masuk RS : 1 November 2014

Tanggal pemeriksaan : 11 November 2014

B.  Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal Pulau Numfor pada tanggal 11

 November 2014 pukul 16.00 WIB.

Keluhan Utama

 Nyeri pada pergelangan tangan kiri post kecelakaan sejak

Riwayat Penyakit Sekarang

.

Os datang ke IGD RSAL Mintoharjo dengan keluhan nyeri lengan bawah tangan

kiri. Os datang dalam keadaan sadar diantar oleh keluarganya. Os juga mengeluhkan

lengan bawahnya bengkak tapi masih dapat digerakkan.

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 2/28

2

Os mengaku mengalami kecelakaan lalu lintas sejak 4 jam smrs. Os mengendarai

sepeda motor boncengan bersama temannya. Os mengaku mengendarai motor dengan

kecepatan sedang. Namun saat di pertigaan , tiba- tiba dari arah kiri ada motor ngebut dan

menabrak os sampai os mental ke aspal. Os mengaku tidak terlalu ingat bagaimana cara

dia jatuh karena os terlalu kaget. Setelah terjatuh os merasakan nyeri pada lengan bawah

kirinya. Os juga mengaku terdapat sedikit luka lecet di bibirnya. Os menyangkal adanya

 bunyi krek pada lengan bawahnya. OS tidak pingsan, pusing atau muntah. BAB dan BAK

tidak ditemukan kelainan. Oleh warga sekitar os di bawa ke RS Haji untuk di beri

 pertolongan. Di RS Haji os mengaku di foto rontgen dan dikatakan tulang lengan

 bawahnya patah. Tangan os lalu di beri elastic perban. Lalu os dirujuk ke RSAL untuk

mendapat pengobatan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu

OS mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan seperti ini sebelumnya. Riwayat

diabetes mellitus, hipertensi, alergi, penyakit paru dan jantung disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

OS menyangkal dalam anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus dan

hipertensi.

Riwayat Pengobatan

Pasien mengaku sesaat setelah kecelakaan pasien langsung di bawa ke rs haji untuk di

 beri pertolongan pertama sebelum di bawa ke rs al.

Riwayat Kebiasaan

OS tidak merokok dan minum alkohol.

C.  Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umuma. Keadaan umum : Tampak sakit ringan

 b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 3/28

3

Suhu : 36,2oC

 Nadi : 80 x/menit, reguler

RR : 20x/menit

2. Status Generalis

a.  Kepala : Normosefali, deformitas (-), rambut hitam, distribusi rambut merata.

 b.  Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

c.  Telinga : Normotia, deformitas (-), NT auricular (-/-), sekret (-/-)

d.  Hidung : Septum lurus ditengah, sekret -/-, konka eutrofi, mukosa tidak hiperemis,

 pernafasan cuping hidung (-)

e.  Mulut : Mulut kering (-), papil eutrofi, lidah kotor (-), halitosis (-), trismus (-)

f. 

Tengorokan: T1/T1 tenang, uvula ditengah, faring tidak hiperemis

g.  Leher : KGB dan Tiroid tidak membesar

h.  Thorax

-  Paru

Inspeksi : Gerak dinding dada simetris saat bernafas, retraksi sela iga (-/-), tipe

 pernapasan torakoabdominal

Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kuat pada kedua hemithoraks

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

-  Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V di garis midclavicula kiri.

Perkusi : Batas jantung kanan ICS III dan ICS V parasternalis kanan

Batas jantung atas pada ICS III sternalis kiri

Batas jantung kiri pada ICS V di garis midclavicula kiri

Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

i.  Abdomen

Inspeksi : Tampak datar, tidak tampak efloresensi yang bermakna, smiling

umbilicus (-)

Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 4/28

4

 Nyeri tekan (-) pada 9 regio

Perkusi : Terdengar suara timpani pada 4 regio

Auskultasi : Bising usus 2x/menit

 j.  Ekstremitas: Akral hangat keempat ekstremitas, oedem (-) pada keempat ekstremitas,

CRT ≤ 2s. 

3. Status Lokalis

Pada regio antebrachii: tidak di lakukan..

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2014.

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 15,7 g/dL 14-16 g/dL Normal

Leukosit 11,900/uL 5.000 - 10.000/uL Meningkat

Trombosit 282.000/uL 150.000 - 450.000/uL Normal

Eritrosit 5,68 juta/uL 4,2 - 5,8 juta/uL Normal

Hematokrit 47% 42-48% Normal

HEMOSTASIS 

Masa perdarahan 2 menit 1-3 menit Normal

Masa pembekuan 10 menit 5-15 menit Normal

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 5/28

5

2. Radiologi

Gambar 1. Kesan: Nampak fraktur 1/3 radius distal kiri

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 6/28

6

E.  Diagnosis Klinis

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Closed Fraktur 1/3 radius distal kiri ( Barton Fractur)

G.  Penatalaksanaan

Penjadwalan operasi ORIF pada region antebrachii.

H.  Laporan dan temuan operasi

1.  Laporan operasi

Operasi dilakukan pada tanggal 11 November 2014 di OK I RS TNI AL Dr. Mintohardjo.

Ahli bedah : dr. T. Nurrobi Sp. OT

Laporan :

a)  Asepsis antisepsis.

 b)  Pasang duk pada tempat sayatan dari arah dalam keluar

c)  Lakukan sayatan dengan hand mest .

d)  Robek subkutis dengan mengunakan cuter sampai terlihat tulang yang fraktur

e)  Lakukan pengeboran tulang

f)  Pasang plat

g)  Jahit ligament dan fascia.

h)  Jahit intrakutan.

i)  Jahit kulit.

 j)  Tutup luka dengan kassa dan diberi Elastic perban.

k)  Operasi selesai.

I. 

Follow up

12 November 2014

S : nyeri pada luka bekas op

O :

Kesadaran : compos mentis

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 7/28

7

TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,5 C

 Nadi : 78x/menit RR : 20x/menit

Status generalis:

Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar.

Thorax : S1S2 reguler, mumur (-), gallop (-)

Abdomen : Tampak mendatar, teraba supel

 Nyeri tekan (-) pada 9 regio abdomen

Bising usus 2x/menit

Ekstremitas : Akral hangat (+) pada keempat ekstremitas, oedem (-) pada keempat

ekstremitas, CRT < 2s.

Status lokalis: tempat luka bekas op tertutupi oleh elastic perban

A : Post ORIF os 1/3 radius distal kiri

P : - Infus RL 20 tpm

-  Inj. Ceftriaxon 2 x 1 g

-  Inj. Ketorolac 3 x 1 amp

J.  Prognosis

Ad vitam : Bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 8/28

8

BAB III

PEMBAHASAN

Os datang ke IGD RSAL Mintoharjo dengan keluhan nyeri lengan bawah tangan kiri..

Berdasarkan anamnesis diketahui nyeri bersifat lokal terbatas pada regio Lengan bawah. Keluhan

ini didahului oleh kecelakaan sebelumnya. Kecelakaan terjadi saat mengendarai motor dengan

kecepatan yang tidak terlalu tinggi, OS ditabrak dengan pengendara motor lain dari sebelah kiri

dengan kecepatan yang kurang lebih tinggi. Mechanisme of injuty pasien ini hanya didapatkan os

ditabrak dari posisi kiri sehingga kemungkinan tabrakan tersebut dapat mencederai lengan bawah

os.

OS menyangkal mendengar bunyi „krek‟ sehingga menyingkirkan kemungkinan terdapat

fraktur yang luas. OS juga tidak pingsan, mual dan muntah menandakan tidak terjadi cedera

mengenai daerah kepala sesuai dengan yang dikatakan pasien. OS juga menyangkal terdapat

gangguan BAB dan BAK menandakan tidak terdapat cedera pada medulla spinalis.

OS juga mengeluhkan nyeri . Nyeri terjadi akibat kerusakan struktur dari jaringan sekitar yang

mendesak saraf. Hal ini jg menyebabkan bengkak karena akumulasi perdarahan di lokasi cedera.

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 9/28

9

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

LATAR BELAKANG

Ekstremitas (anggota gerak) mempunyai fungsi lokomotris. Dibedakan antara

ekstremitas atas dan bawah karena manusia sebagai insan yang berdiri tegak memerlukan

anggota gerak bawah yang kokoh dan; sedangkan anggota gerak atas mempunyai fungsi yang

halus, sehingga bentuk dan susunan anggota gerak yang terdiri dari tulang/otot dan persendian

mempunyai gerakan yang berbeda pula sesuai dengan fungsi tiap bagian tersebut.

Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai

salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur.

Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga.

Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan oleh

gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat

diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan

 posisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.

Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak, Fraktur yang

mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius distal, dan

ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-

stick. Fraktur tulang radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal.

ANATOMI

Anatomi Radius

Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii), berbentuk roda, letak

melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi

dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut

circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah

dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 10/28

10

radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea (=crista interossea),

margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral

membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada

facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius

membentuk facies articularis carpi.1 

Gambar 2. Tulang Radius

(dikutip dari atlas anatomi Sobotta )

Anatomi Ulna

Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya terdapat

 pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura semiulnaris),

menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian

dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus,

dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian

lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di

sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus ulnae membentuk

facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo

 posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk

circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta silcus

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 11/28

11

m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan

dengan radius.1 

Gambar 3. Tulang Ulna

(dikutip dari atlas anatomi Sobotta )

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh

ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang

diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes

interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang

kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila

 patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang

dekat dengan patah tersebut.

Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,

m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu

 bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan

 bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.(1)

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 12/28

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 13/28

13

terjadi pada bagian tengah dari tulang radius atau pada bagian distal tulang radius dan ulna atau

 pada bagian distal atau keduanya.2 

3.1 

PENYEBAB FRAKTURTulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:

1.  Peristiwa trauma

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat

 berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena

kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti

rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang

 jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur

mungkin tidak ada.

2.  Fraktur kelelahan atau tekanan

Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada

atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.

3.  Fraktur patologik

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor)

atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget). 

Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang

 berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada

tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus

kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda

motor adalah penyebab yang paling lazim.

Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya

 berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak. Tscherne (1984) menekankan

 pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak:

G0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa

G1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam

G2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat

G3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman sindroma kompartemen.3 

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 14/28

14

Klasifikasi open fracture menurut Gustilo and Anderson  :

G1 : ada nya kulit yang terbuka kurang dari 1 cm biasanya dari luar kedalam, kontusio otot

minimal, fraktur simple transverse atau short oblique.

G2 : laserasi > 1 cm dengan kerusakan jaringan yang luas, kerusakan komponen minimal hingga

sedang, fraktur simple transverse atau short oblique dengan kontinuatif yan minimal.

G3 : kerusakan jaringan lunak yang luas termasuk otot, kulit, struktur neurovascular seringkali

merupakan cidera energy yang besar dengan kerusakan komponen yang berat.

IIIA : laserasi jaringan yang luas , tulang tertutup secara adekuat , fraktur segmental, periosteal

stripping yang minimal.

IIIB : cidera jaringan lunak yang meluas dengan periosteal stripping dan tulang terekspos ,

membutuhkan penutupan flap jaringan lunak,sering berhubungan dengan kontaminasi yang

massif.

IIIC : cidera vascular yang membutuhkan perbaikan.4 

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 15/28

15

Gambar 5 : Gustilo and Anderson Clasification

Gejala klinis

1.   Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang

untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2.  Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak

secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 16/28

16

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi

dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat

melekatnya otot.

3.  Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot

yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu

sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4.  Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus

dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5.  Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan

 perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau

hari setelah cedera.5 

A.  Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksan fisik pasien, beberapa hal yang penting untuk dievaluasi adalah (1) kulit

yang melindungi pasien dari kehilangan cairan dan infeksi, (2) fungsi neuromuskular (3) status

sirkulasi, (4) integritas ligamentum dan tulang.

Cara pemeriksanya dapat dilakukan dengan Look, Feel, Move. Pada Look, kita menilai warna

dan perfusi, luka, deformitas, pembengkakan, dan memar. Penilaian inspeksi dalam tubuh perlu

dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal aktif, begitu pula dengan bagian pungung.

Bagian distal tubuh yang pucat dan tanpa pulsasi menandakan adanya ganguan vaskularisasi.

Ekstremitas yang bengkak pada daerah yang berotot menunjukan adanya crush injury

dengan ancaman sindroma kompartemen. Pada pemerikasan Feel, kita mengunakan palpasi

untuk memeriksa daerah nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi. Pada periksan Move kita

memeriksa Range of Motion dan gerakan abnormal. Menilai gerak aktif dan gerak pasif.

B. 

Pemeriksaan Penunjang

1.  Pemeriksaan Rongent

Dalam pemeriksaan radiologi untuk cedera dan fraktur diberlakukan rule of two yaitu:

a. Dua sudut pandang

 b. Dua Sendi

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 17/28

17

c. Dua ekstrimitas

d. Dua waktu

2.  CT Scan

3.  MRI

4.  Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)

C.  Diagnosis

Untuk mendiagnosis fraktur, pertama diperlukan anamnesis baik dari pasien dan

 pengantar pasien. Anamnesis meniputi terutama mechanism of the injury, nyeri, kekakuan,

 bengkak, deformitas, kelemahan, ketidakstabilan sendi dan kehilangan fungsi. Dibantu dengan

 pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti Rontgen untuk melihat bagian yang

fraktur. Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada sistem

skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi.

Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan

trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat

rentan.

Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :

  Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau menimbulkan

keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.

  Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.

  Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.

Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view. Posisi

ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi lengan

 bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi). Sinar datang dari arah depan

sehingga disebut AP (Antero-Posterior). 

Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk menilai sebuahfraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP bertujuan untuk menilai kemiringan

dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan untuk menilai permukaan artikulasi distal radius

 pada posisi normal volar (posisi anatomis) 

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 18/28

18

JENIS FRAKTUR

  Fraktur Distal Radius

Fraktur Distal Radius dibagi dalam :

1)  Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna

distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal. Dislokasi mengenai

ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang dan

lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan

tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur

Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu

dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.7 

Gambar 6. Fraktur Galeazzi

2)  Fraktur Colles

Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di korpus distal,

 biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser ke arah dorsal dan

 proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan malam” (dinner-fork ).

Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna. 7 

Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke posterior,

dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat

disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 19/28

19

dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior dari

fragmen distal(1,6)

3)  Fraktur Smith

Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada

 punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat

deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke

arah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop

kebun” ( garden spade).7

Gambar 7. Fraktur Colles dan fraktur Smith

Gambar 8. Gambaran radiologi fraktur Smith

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 20/28

20

Gambar 9. Gambaran radiologi fraktur Colles

4) 

Fraktur Monteggia

Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan saat jatuh atau

 pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan angulasi anterior

yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius7 

Gambar 10. Fraktur Monteggia

5.  Barton fraktur adalah fraktur yang meliputi adanya displace , artikuler sublukasi dari distal

radius dengan displacement carpus bersama dengan ligament fraktur artikuler. Fraktur Barton

sering dikira fraktur Smith tapi yang membedakan adalah garis frakturnya obliq kearah volar

dari radius ke wrist joint.8 

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 21/28

21

Gambar 11. Fraktur Barton

CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan menentukan

apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fraktur atau fraktur dislokasi.

Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak,

kerusakan ligament dan adanya pendarahan. 

Gambar 11. Gambaran CT Scan Fraktur Radius Ulna

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 22/28

22

D.  Penatalaksanaan

Tujuan utama dalam penanganan awal fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan

 pasien dan yang kedua adalah mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstrimitas seperti

semula. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat

adalah (1) survey primer yang meliputi Airway, Breathing, Circulation, (2) meminimalisir rasa

nyeri (3) mencegah cedera iskemia-reperfusi, (4) menghilangkan dan mencegah sumber- sumber

 potensial kontaminasi. Ketika semua hal diatas telah tercapai maka fraktur dapat direduksi dan

reposisi sehingga dapat mengoptimalisasi kondisi tulang untuk proses persambungan tulang dan

meminimalisasi komplikasi lebih lanjut.

Survey Primer

Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan dan

mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disabilty Limitation,

Exposure):

1.  A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan

nafas. Ini meliputi pemeriksan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau

fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas. harus memproteksi tulang

cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran

atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definif.

2.  B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin ventilasi

yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru-paru yang baik, dinding dada dan

diafragma.

3.  C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di sini adalah

volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi permasalahan

utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur dapat

menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3  –   4 unit darah dan membuat syok kelas II.

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 23/28

23

Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah mengunakan penekanan langsung dan

meningikan lokasi atau ekstrimitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh.

Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi

gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang

terbuka, penggunan balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan. Pengantian

cairan yang agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan pendarahan.

4.  D : Disability. Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat terhadap

keadan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,

tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.

5.  E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaianya, seiring dengan cara mengunting,

guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien

diselimuti agar pasien tidak hipotermia.9

Prinsip penanganan fraktur yaitu 4 R yang terdiri dari:

1.  Recognition

Merupakan tahap mengenali terutama mechanism of injury, jenis fraktur dan penanganan

yang sesuai.

2.  Reposition

Merupakan tahap menggembalikan fraktur ke posisi semula (posisi anatomis)

3.  Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan

fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.

4.  Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut

dapat kembali normal.(2)

 

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 24/28

24

Gambar 12 . Proses penyembuhan fraktur

Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai

 berikut :

1.  Fase hematoma

Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian

terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan hematoma

akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur. Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai

 beberapa milimeter dari garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur

tersebut. 

2.  Fase proliferatif

Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel

lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh proliferasi ini dan

diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas

sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing

fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu

dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut

sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 25/28

25

 beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago

ini tidak mutlak dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium. 

3.  Fase pembentukan callus

Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat

resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra selluler yang

terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium,

membentuk tulang immature atau  young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada

akhir stadium ter dapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut

external callus. 

4.  Fase konsolidasi

Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas

osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-

lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan sedah lengkap. Pada fase ini terjadi

 pergantian fibrous callus menjadi primary callus. Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga

sudah tampak jaringan yang radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun

 pada umur-umur lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur  primary bone callus

diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang

normal.

5.  Fase remodeling

Pada fase ini  secondary bone callus  sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan

tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang.

Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan,

mengelilingi daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal

medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot

dan sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan

kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.(11)

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 26/28

26

E.  Komplikasi 

Komplikasi segera

- Kulit dan otot: berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan), kontusio, avulsi.

- Vascular: terputus, perdarahan, kontusio.

- Organ dalam:jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur costae), buli-buli.

- Neurologis: otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer.

- Trauma multiple, syok

Komplikasi dini

- Nekrosis kulit-otot, sidrm kompartemen, thrombosis, infeksi sendi, osteomielitis.

- ARDS, emboli paru, tetanus.

Komplikasi lama

- Tulang: malunion, nonunion, delayed union, osteomielitis.

- Sendi: ankilosis, penyeakit degenerative sendi pasca trauma.

- Miositis osifikan.

- Distrofi reflex.

- Kerusakan saraf.

- Batu ginjal dan neurosis pasca trauma.

F. 

Prognosis

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada

setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut.

Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang disebabkan oleh

terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma,

kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase

konsolidasi.(18)

 

Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada lokasi

fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur menurut Perkins:

Sebuah fraktur spiral pada ekstremitas atas menyatu dalam 3 minggu, untuk konsolidasi

di kali 2, untuk ekstremitas bawah di kali 2 lagi, untuk fraktur transverse kalikan 2 lagi. Sebuah

cara baru menjelaskan.

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 27/28

27

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesa didapatkan, pria umur 22 tahun datang dengan keluhan nyeri serta

 bengkak pada lengan bawah sebelah kanan setelah kecelakaan tabrakan motor 4 jam smrs. Pada

saat kecelakaan , pingsan (-), mual(-), muntah(-), kepala pusing (-).

Dari pemeriksaan fisik, kesaradaran compos mentis, tampak sakit ringan, Tanda vital

normal, status generalis dalam batas normal , status lokalis tidak dinilai karena os sudah di balut

lengannya,

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dapat didiagnosa

Close Fraktur 1/3 Radius distal Sinistra..

8/10/2019 lapsus fr barton

http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 28/28

DAFTAR PUSTAKA

1.  Snell RS. Anatomy and Physiologi. Ed 6th. New York: Mc Graw Hill: 2003

2.  Swartz MH. Physical Diagnosis history and examnation: The muskuloskeletal system.

Phyladelphia:WB Saunders; 2001.

3.  Koval KJ. Zuckerman JD. Handbook of Fractures. Second ed. LWW. 2002.pg 7

4.  Gustilo Anderson Clasification . Kim PH. Available at :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3462875/

5.  Broken bone: Types of fractures, symptoms and prevention . Available at :

http://www.webmd.boots.com/a-to-z-guides/bone-fractures-types-symptoms-prevention

6.  Distal Radial Fracture Imaging .Porrino JA. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/398406-overview7.  Salomon L. Apley‟s system of orthopaedics and fractures: Injuries of the forearm and

wrist. Ed 8th

. London: Arnold; 2001.

8.  Barton Fracture. Knipe H. available at : http://radiopaedia.org/articles/barton-fracture

9.  Koval KJ. Zuckerman JD. Handbook of Fractures. Second ed. LWW. 2002.pg 3-5

10.  Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar, Radiologi

Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai Penerbitan FKUI. Jakarta.

2009. Hal 31-43.