Makalah Teori Von Thunen

17
IMPLIKASI TEORI VON THUNEN PADA PULAU SEBATIK KAWASAN PERBATASAN KALIMANTAN TIMUR-MALAYSIA Evaluasi II Analisa Lokasi dan Keruangan NORUL FAJARIYAH 3611100006 DESI ARIANI 3611100007 SITA ANDIASTUTI 3611100038 NIZAR HARSYA W. 3611100046 SEKAR KURNIA N. 3611100066 YASSER BASUWENDRO 3611100068 ANDITA RIZKI RAHAYU 3611100070 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 Dosen Pembimbing : Ema Umilia, ST., MT.

description

Teori Von Thunen untuk Lahan Pertanian

Transcript of Makalah Teori Von Thunen

TEORI LOKASI VON THÜNEN

i | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

IMPLIKASI TEORI VON THUNEN

PADA PULAU SEBATIK

KAWASAN PERBATASAN

KALIMANTAN TIMUR-MALAYSIA

Evaluasi II Analisa Lokasi dan Keruangan

NORUL FAJARIYAH 3611100006

DESI ARIANI 3611100007

SITA ANDIASTUTI 3611100038

NIZAR HARSYA W. 3611100046

SEKAR KURNIA N. 3611100066

YASSER BASUWENDRO 3611100068

ANDITA RIZKI RAHAYU 3611100070

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2014

Dosen Pembimbing :

Ema Umilia, ST., MT.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

i | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper dengan lancar yang membahas tentang

teori-teori lokasi klasik dengan salah satu teorinya yang kemudian kami ambil sebagai judul

yaitu “Teori von Thunen”.

Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain

sehingga paper ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian laporan ini yaitu:

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg, Ibu Ema Umilia, ST., MT., dan Ibu Belinda

Ulfa Aulia, ST. MSc. selaku dosen Mata Kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan,

2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi,

3. Teman-teman yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan paper ini.

Sekian, semoga paper ini dapat bermanfaat secara luas. Penulis menyadari bahwa

paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, 24 Februari 2014

Penulis

TEORI LOKASI VON THÜNEN

ii | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

1.3 Sistematika Penulisan ................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Pemikiran Teori von Thunen ............................................................. 3

2.2 Konsep Teori Land Use - von Thunen ........................................................ 3

2.2.1 Asumsi-asumsi Teori von Thunen ............................................................ 5

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Implikasi Teori von Thunen di Kawasan Perbatasan Indonesia .................. 7

3.1.1 Gambaran Umum Pulau Sebatik .............................................................. 7

3.1.2 Implikasi Teori Land Use di Kawasan Perbatasan .................................. 10

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

TEORI LOKASI VON THÜNEN

iii | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Sewa Lahan Teori von Thunen ....................................................... 6

Gambar 2.2 Model Zona Sepusat Teori von Thunen ..................................................... 7

Gambar 2.3 Pola Penggunaan Lahan Teori von Thunen .............................................. 8

Gambar 3.1 Peta Pulau Sebatik, Kalimantan Timur ..................................................... 10

Gambar 3.2 Wilayah Kecamatan Sebatik dan Sebatik Barat ........................................ 10

Gambar 3.3 Penggunaan Lahan di Pulau Sebatik ......................................................... 11

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbandingan Asumsi Teori von Thunen di Pulau Sebatik ............................ 12

TEORI LOKASI VON THÜNEN

1 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan

ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka,

serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau

kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Ibrahim, 1998). Dalam mempelajari lokasi

berbagai kegiatan, ahli ekonomi regional atau geografi terlebih dahulu membuat asumsi

bahwa ruang yang dianalisis adalah datar dan kondisinya di semua arah adalah sama.

Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan ‘gangguan’ ketika manusia

berhubungan atau bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu hal yang

banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang

bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan

atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-

masing karena lokasi yang berdekatan (berjauhan) tersebut.

Walaupun teori yang menyangkut pola lokasi ini tidak berkembang, tetapi telah ada

sejak awal abad ke-19. Secara empiris dapat diamati bahwa pusat-pusat pengadaan dan

pelayanan barang dan jasa yang umumnya adalah perkotaan (central places), terdapat

tingkat penyelidikan pelayanan yang berbeda-beda. Pelayanan masing-masing kota untuk

tingkat yang berbeda bersifat tumpang tindih, sedangkan untuk yang setingkat walaupun

tumpang tindih tetapi tidak begitu besar. Keadaan ini bersifat universal dan dicoba dijelaskan

oleh beberapa ahli ekonomi salah satunya yaitu J.H. von Thunen yang melihat perbedaan

penggunaan lahan dari sudut perbedaan jarak ke pasar yang tercermin dalam sewa tanah.

Teori von Thunen ini termasuk teori lokasi klasik yang tradisional dan dikemukakan sebelum

masa modern.

Teori von Thunen ini dapat digunakan sebagai dasar pendekatan pengembangan

wilayah kawasan perbatasan, khususnya melalui pengembangan transportasi. Wilayah

kawasan perbatasan di Indonesia umumnya merupakan wilayah yang memiliki jarak paling

jauh dari pusat kota dan berfungsi sebagai penyedia bahan baku. Berdasarkan teori ini,

kegiatan ekonomi/produksi yang paling cocok untuk wilayah ini adalah kegiatan

ekonomi/produksi komoditas yang paling efisien menurut besaran biaya produksi dan biaya

transportasi jika berada di dekat penyedia bahan baku dan jauh dari pasar (pusat kota).

Kawasan perbatasan yang dipilih untuk studi kasus makalah ini adalah kawasan perbatasan

Pulau Sebatik, Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Kota Tawau, Malaysia.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

2 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengeksplorasi dan memberikan deskripsi mengenai prinsip, teori dan konsep analisa

lokasi dan keruangan oleh Von Thunen

2. Mengidentifikasi peran teori Von Thunen terhadap fenomena lokasi dan keruangan

yang terbentuk dalam wilayah yang ada di Indonesia

1.3 Sistematika Penulisan

Adapun penyusunan makalah ini akan dibahas sesuai dengan sistematika penulisan

yang disajikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika pelaporan dalam

mengidentifikasi peran teori lokasi Von Thunen di kawasan perbatasan Pulau Sebatik,

Kalimantan Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mendeskripsikan konsep, teori, serta asumsi-asumsi saat teori von Thunen

dikemukakan

BAB II PEMBAHASAN

Bab ini mengekslporasi implikasi teori von Thunen terdahap sudatu daerah di

Indonesia

BAB III KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai

implikasi teori lokasi Von Thunen.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

3 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Pemikiran Teori von Thunen

Johan Heinrich von Thunen (1783-1850) adalah seorang ahli dalam ekonomi

pertanian yang berasal dari Jerman dan merupakan orang pertama yang membuat model

analisis dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak (Prof. Syafrizal, 2008). Teori

von Thunen dikenal dengan teori land use yang merupakan teori lokasi yang dicetuskan

pertama kali di Jerman dimana pada saat tidak ada industri, jalan raya maupun jalan kereta.

Pada saat itu kondisi perekonomian pada umumnya berupa pertanian dengan sistem tuan

tanah. Tanah pada saat itu dikuasai oleh raja dan para bangsawan yang menyewakan

tanahnya pada petani dengan sewa tanah dapat dibayar oleh para petani dengan

menggunakan hasil pertaniannya. Pasa saat itu penggunaan lahan didominasi oleh

pertanian dan memiliki struktur ruang monocentric. Hasil produksi pertanian yang dihasilkan

petani juga dijual di kota sebagai daerah pusat perdagangan, dimana petani bertempat

tinggal secara menyebar di wilayah tersebut dan melakukan kegiatan komoditi. Dengan

adanya area pertanian yang terletak tidak strategis maka petani yang berada di lokasi jauh

dari pusat pasar harus menempuh jarak yang jauh untuk menjual hasil panennya. Padahal

pada saat itu transportasi yang digunakan berupa gerobak yang ditarik sapi, kuda atau

keledai, sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan tinggi dan tidak sebanding dengan

upah yang didapat. Dengan begitu menunjukan bahwa mahalnya kota sebagai pusat pasar.

Berdasarkan struktur ruang yang sederhana tersebut, von Thunen menyusun teori lokasi

untuk kegiatan pertanian sebagai contoh kasusnya atas dasar perbedaan sewa tanah.

2.2 Konsep Teori Land Use - Von Thunen

Dalam teori lokasi yang dicetuskan oleh von Thunen, terdapat pertimbangan-

pertimbangan dari segi efisiensi tenaga kerja, maupun ekonomi. Dari beberapa teori lokasi

yang ada, teori von Thunen merupakan teori lokasi yang memelopori teori penentuan lokasi

berdasar segi ekonomi yang didasarkan pada sewa tanah.

Von Thunen berpendapat bahwa suatu pola produksi pertanian berhubungan dengan

pola tata guna lahan di wilayah sekitar pusat pasar atau kota. Harga sewa suatu lahan akan

berbeda-beda nilainya tergantung tata guna lahannya. Lahan yang berada di dekat pusat

pasar atau kota memiliki sewa lahan yang lebih mahal dibandingkan lahan yang jauh dari

pusat pasar. Karena semakin jauh jarak dari pusat pasar maka meningkatkan biaya

tranportasi. Sehingga von Thünen mengembangkan teori dasar konsep marginal

produktivitas secara matematis, yaitu penggunaan lahan pertanian didasarkan pada rumus

sebagai berikut:

TEORI LOKASI VON THÜNEN

4 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

R = Y (p − c) – Yfm ,

R= sewa tanah;

Y= hasil per unit tanah;

c= pengeluaran produksi per unit komoditas;

p= harga pasar per unit komoditas;

F= harga pengangkutan;

m= jarak ke pasar.

Dari pendekatan tersebut dapat dikatakan bahwa sewa lahan berbanding lurus

dengan keuntungan yang didapatkan. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan

dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.

Gambar 2.1 Kurva Sewa Lahan Teori von Thunen

Sumber : Center for Spatially Integrated Social Science

Berdasarkan perbandingan antara harga jual dengan biaya produksi tersebut,

masing-masing jenis produksi memiliki kemampuannya untuk membayar sewa lahan. Makin

tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu

berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa

diagram cincin. Diagram cincin von Thunen tersebut biasa dikenal dengan istilah “Model

Zona Sepusat”. Dimana pertanian intensif seperti sayur-sayuran, buah, susu dan lain-lain

yang merupakan hasil pertanian yang harus didistribusi secara cepat maka pertanian jenis

ini terdapat di dekat pusat kota, kemudian hutan yang merupakan penghasil kayu dimana

kayu memiliki kesulitan untuk didistribusikan sehinggi lokasinya di lingkaran kedua. Pada

lingkaran ketiga merupakan lahan pertanian ekstensif seperti padi, dimana padi dapat

bertahan lama daripada pertanian intensif dan lebih mudah untuk didistribusikan sehingga

terletak jauh dari pusat kota. Serta cincin yang paling luar merupakan lokasi pertenakan

dengan dasar bahwa hewan ternak dapat berjalan sendiri sehingga tidak membutuhkan

biaya transportasi.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

5 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

Gambar 2.2 Model Zona Sepusat Teori von Thunen

Sumber : Von Thunen model Exercise (SPINlab Universiteit Amsterdam)

2.2.1 Asumsi-asumsi Teori Land Use von Thunen

Model von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era industrialisasi.

Dalam teori ini, von Thunen melakukan pengamatan di daerah pertanian pada abad ke-19

dengan beberapa asumsi yaitu (Prof. Sjahrizal, 2008):

1. Isolated stated, terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan

dengan daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah pemasok

kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian.

2. Single market, daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan

produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari

daerah lain.

3. Single destination, daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke

daerah lain kecuali ke daerah perkotaan. Daerah pedalaman merupakan daerah

berciri sama (homogenous) dan cocok untuk tanaman dan peternakan dalam

menengah.

4. Homogenous, daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogen) dan

cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah

5. Maximum oriented, daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk

memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaiakan hasil

tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan.

6. One moda transportation, satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu

adalah angkutan darat berupa gerobagk yang dihela oleh kuda.

7. Equidistant, biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan

jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

6 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan

berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah pertanian.

Gambar 2.3 Pola Penggunaan Lahan Teori von Thunen

Sumber : The Geography of Transport Systems

Gambar model von Thunen di atas dapat dibagi menjadi dua bagian. Pada sisi kiri

menampilkan isolated area yang terdiri dari dataran yang teratur. Semakin mendekati pusat

kota, sewa lahan semakin mahal. Sisi sebelah kanan merupakan modified conditions atau

kawasan dengan kondisi yang telah dimodifikasi. Pengertian modifikasi dapat dilihat bahwa

pada kawasan tersebut terdapat sungai yang dapat dilayari sehingga transportasi tidak

hanya melalui darat. Seperti pada isolated state, daerah di sekitar pusat kota dan sungai

sewa lahannya tinggi. Sungai sebagai jalur transportasi sehingga merupakan daerah yang

strategis. Oleh karena itu penggunaan lahan di sekitarnya akan sangat diminati oleh

masyarakat.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

7 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

BAB III

PEMBAHASAN

Teori von Thunen ini dapat digunakan sebagai dasar pendekatan pengembangan

wilayah kawasan perbatasan, khususnya melalui pengembangan transportasi. Wilayah

kawasan perbatasan di Indonesia umumnya merupakan wilayah yang memiliki jarak paling

jauh dari pusat kota dan berfungsi sebagai penyedia bahan baku. Berdasarkan teori ini,

kegiatan ekonomi/produksi yang paling cocok untuk wilayah ini adalah kegiatan

ekonomi/produksi komoditas yang paling efisien (dihitung menurut besaran biaya produksi

dan biaya transportasi) jika berada di dekat penyedia bahan baku dan jauh dari market

(pusat kota).

3.1 Implikasi Teori von Thunen pada Kawasan Perbatasan (Studi Kasus: Pulau

Sebatik, Kalimantan Timur)

3.1.1 Gambaran Umum Kawasan Perbatasan Pulau Sebatik, Kalimantan Timur

Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau terluar Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pulau ini merupakan pintu gerbang Indonesia di wilayah Kalimantan. Tepatnya di

bagian utara Provinsi Kalimantan Timur, yang berbatasan langsung dengan negeri Sabah,

Malaysia. Pulau Sebatik merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Nunukan. Pulau

ini terletak di bagian utara Kalimantan Timur yang dimiliki oleh dua negara, sebelah utara

dan timur pulau ini berbatasan langsung dengan Malaysia. Wilayah administraftif dibagi

menjadi Kecamatan Sebatik dan Sebatik Barat dengan total luas wilayah sekitar 246,61 km2.

Adapun batas-batas administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Negara bagian Sabah, Malaysia Timur

Sebelah Selatan : Selat Sebatik

Sebelah Timur : Laut Sulawesi

Sebelah Barat : Kecamatan Nunukan

TEORI LOKASI VON THÜNEN

8 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

Gambar 3.1 Peta Pulau Sebatik, Kalimantan Timur

Sumber: http://lyeta12.blogspot.com diakses pada tanggal 22 Februari 2014

Kecamatan Sebatik dan Sebatik Barat terbagi menjadi enam Desa Swasembada,

yaitu Desa Tanjung Karang 2.086 Ha, Desa Sungai Pancang 3.567 Ha, Desa Sungai

Nyamuk 6.843 Ha, Desa Tanjung Aru 2.183 Ha, Desa Setabu 4.698 Ha, dan Desa

Bambangan 4.980 Ha. Pusat pemerintahan kecamatan berada di Desa Tanjung Karang

yang terletak di sebelah Tenggara pulau. Wilayah Kecamatan Sebatik dan Sebatik Barat

dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2 Wilayah Kecamatan Sebatik dan Sebatik Barat

TEORI LOKASI VON THÜNEN

9 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

Sumber: karyanunukan.wordpress.com diakses pada tanggal 24 Februari 2014

Perekonomian masyarakat Sebatik bertumpu pada sektor pertanian dengan luas

sawah 1.282 Ha; sektor perkebunan (kakao 9.262 Ha, kelapa 535 Ha, kopi 204 Ha, cengkeh

14,5 ha, lada 12 Ha); perikanan (1.800 orang sebagai nelayan tradisional); sektor Jasa

(bank 2, supermaket 1, pasar 6, pertokoan 260, hotel 5, rumah makan 20, wartel 5, jasa

angkut laut 2). Penggunaan lahan di Pulau Sebatik lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

3.3.

Gambar 3.3 Penggunaan Lahan di Pulau Sebatik

Sumber: Deputi Bidang Penginderaan Jauh, 2010

Kawasan perbatasan Kalimantan memiliki aksesibilitas yang tinggi terhadap kota-

kota di Malaysia seperti Kota Tawau, sedangkan aksesibilitas antar kota-kota di Kalimantan

Timur sendiri masih sangat rendah. Wilayah Kecamatan Sebatik dapat dicapai dari Ibukota

Kabupaten Nunukan hanya dapat melalui laut, dengan menggunakan perahu motor

atau speed boat dengan lama perjalanan sekitar 20 menit dengan tujuan Bambangan

atau perjalanan 1 jam dengan tujuan Sungai Nyamuk. Perjalanan dari Bambangan

dilanjutkan dengan jalan darat menuju Desa Sungai Nyamuk dan melewati desa-desa

lainnya menggunakan mobil angkutan umum jenis Kijang dengan waktu sekitar 1,5 jam.

Kondisi jalan di Pulau Sebatik beraspal sepanjang 12 km dari Desa Pancang hingga

Tanjung Karang. Jalan batu sepanjang 48 km terdapat di Desa Tanjung Karang dan Setabu;

TEORI LOKASI VON THÜNEN

10 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

Jalan lainnya dengan kondisi jalan tanah sepanjang 47,7 km terdapat di lima desa. Jumlah

jalan tanah sebagian besar terdapat di Desa Setabu. Saat ini, sedang dibangun ruas jalan

antara Kampung Bambangan dan Desa Pancang melalui Kampung Ajikuning, yang dapat

mempersingkat waktu tempuh antara Bambangan – Sungai Nyamuk menjadi sekitar 20

menit, dari sebelumnya sekitar 1,5 jam. Ruas jalan ini melewati daerah sekitar perbatasan

antara Indonesia dan Malaysia. Dermaga Sungai Nyamuk dimana selain bisa menjangkau

Nunukan bisa menjangkau Tawau, Malaysia. Sedangkan untuk menempuh perjalanan ke

Tawau cukup perjalanan 15 menit menggunakan speedboat, dan jam keberangkatan pun

dari pagi hingga sore. Oleh karena itu, tidak mengherankan masyarakat Sebatik memilih

melakukan aktivitas ekonomi ke Tawau dibanding ke Nunukan atau kota-kota lainnya di

Kalimantan Timur.

Secara ekonomi masyarakat Sebatik sangat bergantung kepada Malaysia,

khususnya Kota Tawau. Letak Sebatik yang secara geografis terpisah menyebabkan

interaksi masyarakat Pulau Sebatik terbatas, dimana masyarakat Pulau Sebatik menjual

atau membeli kebutuhan sehari-hari ke Tawau Sabah Malaysia, dikarenakan harga

kebutuhan lebih murah, kualitas barang bagus dan aksesibilitas serta transportasi mudah

dan murah.

3.1.2 Implikasi Teori von Thunen terhadap Kawasan Perbatasan Pulau Sebatik

Teori von Thunen menitikberatkan pada dua hal utama tentang pola keruangan

pertanian yaitu pada jarak pertanian ke pasar serta sifat produk pertanian (keawetan, harga,

dan beban angkutan). Teori tersebut merupakan teori yang digunakan pada wilayah

pertanian yang terletak di wilayah yang tidak strategis. Petani yang berada di lokasi jauh dari

pusat pasar atau kota harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menjual hasil

panennya. Oleh karena itu, jika melihat pada pemaparan tersebut untuk mengetahui teori

von Thunen masih bisa diterapkan di Sebatik. Hal ini dapat dilihat pada kondisi wilayah di

Sebatik yang sesuai dengan kondisi yang dilihat oleh von Thunen dengan asumsi-

asumsinya. Perbandingan asumsi von Thunen dengan kondisi riil di Pulau Sebatik dapat

dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Perbandingan Asumsi Teori Von Thunen pada Kawasan Perbatasan Pulau Sebatik

No. Asumsi von Thunen Kondisi di Kawasan Perbatasan Pulau

Sebatik

1.

Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya, yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian (isolated stated)

Pulau Sebatik merupakan daerah terpencil karena merupakan pulau terluar di Indonesia. Daerah pedalaman menghasilkan produk pertanian untuk kebutuhan pokok masyarakat Sebatik

2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi daerah

Pulau Sebatik menghasilkan produk pertanian yang kemudian dijual ke kota.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

11 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain (single market)

Dengan hasil pertanian tersebut, Pulau Sebatik tidak memerlukan penjualan hasil pertanian dari daerah lain

3.

Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke daerah perkotaan (single destination)

Pulau Sebatik menghasilkan produk pertanian dan sebagian besar dijual ke kota terdekat, yaitu Kota Tawau, Malaysia, karena tidak ada kota lain yang dapat diakses dengan mudah dari Pulau Sebatik

4.

Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogen) dan cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah (homogenous)

Penggunaan lahan di Pulau Sebatik sebagian besar berupa lahan pertanian, hutan, dan perkebunan

5.

Petani berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan (maximum oriented)

Petani Sebatik berusaha memperoleh keuntungan yang maksimum dari hasil tanamannya dengan menjual ke Kota Tawau, Malaysia yang aksesnya mudah sehingga ongkos perjalanan dapat ditekan

6.

Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda (one mode transportation)

Transportasi yang dapat digunakan di Pulau Sebatik terdapat transportasi darat dan laut

7.

Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh, di mana petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar (equidistant)

Biaya transportasi oleh petani dimasukkan ke dalam harga jual sehingga petani mendapatkan keuntungan lebih dan karena hasil produksi pertanian lebih banyak dijual ke Kota Tawau yang memiliki akses mudah, semua hasil dalam bentuk segar

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Penggunaan lahan di Pulau sebatik didominasi oleh wilayah pertanian berupa

pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan dan tambak. Hasil produksi

pertanian di Sebatik dipasarkan ke Tawau Malaysia, sehingga dapat dikatakan bahwa Kota

Tawau merupakan central market Pulau Sebatik. Dengan begitu untuk memperoleh

keuntungan yang maksimal, petani harus mempertimbangkan keawetan, harga, dan beban

angkutan untuk mendistribusikan hasil produksinya. Sewa lahan di Pulau sebatik ditentukan

dengan jarak dengan pusat kota dan aksesbilitas seperti model modified conditions Teori

von Thunen dimana terdapat sungai sebagai aksesibilitas. Semakin dekat dengan pusat

kota dan jalur transportasi, sewa lahan akan semakin tinggi dan semakin jauh dari pusat

kota dan aksesbilitas, sewa lahan semakin rendah.

Penggunaan lahan pertanian di Sebatik ditentukan berdasarkan jarak dari Tawau,

Malaysia dan keberadaan aksesibilitasnya. Penggunaan lahan untuk persawahan, ladang

dan perkebunan berada di daerah yang memiliki aksesibilitas tinggi sehinga memudahkan

dalam pendistribusian hasil produksi. Semakin dekat dengan aksesibilitas, petani tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi yang besar. Keawetan hasil produksi juga dapat terjaga

sehingga petani dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil produksinya.

TEORI LOKASI VON THÜNEN

12 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teori von Thunen mendasarkan bahwa dalam menentukan pemilihan lokasi atau

penggunaan lahan adalah tinggi rendahnya sewa tanah. Biasanya sewa tanah ini

akan semakin tinggi bila mendekati pusat kota dan akan semakin rendah bila jauh

dari pusat kota. Kemampuan dalam membayar sewa tanah akan ditentukan oleh

besarnya hasil produksi yang diperoleh serta biaya-biaya yang harus dikeluarkan

baik untuk kegiatan produksi maupun ongkos angkut hasil produksi ke pasar.

Teori penggunaan lahan von Thunen di kawasan perbatasan masih terdapat

implikasinya. Penggunaan lahan di kawasan perbatasan Pulau Sebatik sesuai

dengan model modified state yang jalur transportasi tidak hanya jalan juga terdapat

sungai. Masyarakat Sebatik yang menjual hasil produksi ke Tawau, Malaysia harus

mempertimbangkan keawetan, harga, dan beban angkutan untuk memperoleh

keuntungan maksimal. Penggunaan lahan pertanian di Sebatik ditentukan

berdasarkan jarak dari Tawau dan keberadaan aksesibilitasnya. Penggunaan lahan

untuk persawahan, ladang dan perkebunan berada di daerah yang memiliki

aksesibilitas tinggi sehinga memudahkan dalam pendistribusian hasil produksi

TEORI LOKASI VON THÜNEN

13 | A n a l i s a L o k a s i d a n K e r u a n g a n

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, H.M. Yacon. (1998). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: UI

Prof. Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang.

Crosier, Scott. Johann-Heinrich von Thunen: Balancing Land-Use Allocation with Transport

Cost. Center for Spatially Integrated Social Science. http://www.csiss.org/classics/content/9

diakses pada tanggal 22 Februari 2014

Deputi Bidang Penginderaan Jauh. (2010). http://www.lapanrs.com/gis/peta/469 diakses

pada tanggal 24 Februari 2014

https://people.hofstra.edu/geotrans/eng/ch6en/conc6en/vonthunen.html diakses pada

tanggal 22 Februari 2014

http://karyanunukan.wordpress.com/2014/01/12/tinggal-menunggu-tandatangan-bupati-dan-

ketua-dprd/ diakses pada tanggal 24 Februari 2014

http://lyeta12.blogspot.com/2011/12/penerapan-teori-lokasi-von-thunen-pada.html diakses

pada tanggal 22 Februari 2014