MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

69
i MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN SKRIPSI PERANCANGAN TUGAS AKHIR 477D5106 PERIODE I TAHUN 2017/2018 Sebagai salah satu syarat untuk ujian Sarjana Arsitektur Oleh: MUHAMMAD FAJAR RAHMAN PUTRA D511 12 001 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS HASANUDDIN 2017

Transcript of MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

Page 1: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

i

MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN

SKRIPSI PERANCANGAN TUGAS AKHIR – 477D5106

PERIODE I TAHUN 2017/2018

Sebagai salah satu syarat untuk ujian Sarjana Arsitektur

Oleh:

MUHAMMAD FAJAR RAHMAN PUTRA D511 12 001

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERITAS HASANUDDIN

2017

Page 2: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

ii

Page 3: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

iii

ABSTRACT

South Sulawesi society classified as three tribes, They consist of Bugis Tribe , Makassar Tribe, and Toraja Tribe, all of them had a very different traditions and cultures, as we can see base on their equipment (technology) and productive instrument, weapon, beverage, tradition clothes, houses, rituals and tradition ceremony events that they always had. As cultures and traditions richness, its necessary needed a cultural museum of South Sulawesi design that supports a storages, treatments, safety and the outcome utility of human cultures, natures and an environment to support protection efforts and preservation efforts of South Sulawesi cultures. A cultural museum of South Sulawesi, consists of Café, Workshop, Souvenir Shop, Library, Cinema, that supports a cultural Museum of South Sulawesi. The existence of the museum is expected to be a support system of society and tourists to improve the importance of south Sulawesi cultures knowledge awareness.

Keyword: Museum, Cultures, South Sulawesi.

Page 4: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

iv

ABSTRAKSI

Penduduk Sulawesi Selatan secara garis besar dibedakan menjadi tiga suku yaitu Suku Bugis, Suku Makassar, dan Suku Toraja, ketiga suku tersebut memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-berbeda, hal itu dapat kita lihat misalnya dari peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) seperti alat-alat produktiv, senjata, makanan, pakaian adat, tempat bernaung, ritual-ritual dan upacara-upacara adat yang biasanya dilakukan. Melihat banyaknya kekayaan tradisi dan budaya itu maka diperlukanlah perancangan sebuah Museum Kebudayaan Sulawesi Selatan yang di dalamnya mewadahi kegiatan penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya Sulawesi Selatan.Museum kebudayaan ini dilengkapi dengan café, workshop, toko souvenir, perpustakaan, ruang cinema sebagai penunjang bangunan. Keberadaan museum ini diharapkan mampu mewadahi masyarakat sekitar serta wisatawan dalam meningkatkan pengetahuannya tentang kebudayaan Sulawesi selatan.

Kata kunci: Museum, budaya, Adat, Sulawesi Selatan

Page 5: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

v

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena

dengan berkah dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi

yang berjudul “MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN” ini

dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu karya ilmiah

tidaklah mudah, oleh itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan

skripsi ini terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan

masukan, saran, dan kritikan yang membangun guna kesempurnaan skripsi

ini

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai rintangan,

mulai dari pengumpulan literatur, pengumpulan data sampai pada

peengolahan data maupun dalam tahap penulisan namun dengan

kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan dasar tanggung jawab

selaku mahasiswa dan juga bantuan berbagai pihak, baik material maupun

moril maka skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini izinkanlah Penulis

menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Ir. Hi. Abdul Rahman Intang yang

juga merupakan Alumnus Teknik Arsitektur UH yang menjadikan penulis

ingin mengikuti jejak beliau memilih Jurusan Arsitektur dalam

menempuh pendidikan Strara 1 dan Ibunda Hj. Indo Ape, S.T. yang

telah mencurahkan seluruh cinta, kasih saying, cucuran keringat dan air

mata, untaian doa serta pengorbanantiada henti, yang hingga kapanpun

penulis takkan mampu membalasnya. Maafkan jika ananda sering

menyusahkan, merepotkan, serta melukai perassan ibunda dan

Page 6: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

vi

ayahanda, keselamatan dunia akhirat semoga selalu untukmu. Semoga

Allah selalu menyapamu dengan cinta-Nya.

2. Seluruh Keluarga besarku yang senantiasa memberikan motivasi

kepada penulis untuk menyelesaikan studi yang telah mencurahkan

kasih sayang, dorongan moril, dan materi serta saudara-saudari yang

penulis sayangi, Mutmaiinah Rahman Putri, S.T., M.Eng., M.Sahid

Jaya Rahman Putra, S.H., Muhammad Dzulfaqar Rahman Putra, dan

Zuhratunnisaa Rahman Putri yang selalu menemani penulis dalam

duka, canda, dan tawa. Semoga kalian menjadi orang yang

dibanggakan.

3. Bapak Dr. Eng. Rosady mulyadi, S.T.,M.T. selaku ketua Departemen

Arsitektur Fakultas Teknik, serta Bapak Dr. Edward syarif, S.T.,MT.

selaku sekretaris Departemen Arsitektur.

4. Bapak Dr. Eng. Nasruddin Junus, S.T.,M.T. selaku Penasehat

Akademik.

5. Ibu Ir. Ria Wikantari Rosalia, M.Arch., Ph.D selaku Dosen

Pembimbing I, dan Ibu Rahmi Amin Ishak, S.T.,M.T. selaku Dosen

Pembimbing II , atas segala bimbingan, ilmu, dan saran kepada Penulis

dalam penyuunan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Abdul Mufti Radja, S.T., M.T., Ph.D selaku Kepala Studio

Perancangan Tugas Akhir ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff Departemen Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin yang telah membantu dan memberikan ilmunya

selama Penulis belajar di Departemen Arsitektur.

8. Saudara-saudari Arsitektur 2012 terkhusus KIAMAT 2012 yang tidak

bisa penulis tuliskan namanya satu persatu.Terima kasih atas rasa

solidaritas, loyalitas, dan cerita yang tak ada duanya!.

9. Saudara Campong, Algani, dan Caca. Terima kasih telah membantu

dalam menyelesaikan maket tugas akhir Penulis dan Saudara Wawan

terima kasih telah mengajarkan dasar-dasar penggunaan software

autocad.

Page 7: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

vii

10. Teman-teman seperjuangan melewati tahap evaluasi I dan Evaluasi II

Tugas Akhir, Yudi, Ahmad, Fahri, Aqsha, Elsye dan Rosmini, terima

kasih atas canda dan tawanya sehingga penulis tidak pernah merasa

bosan berstudio akhir.

11. Teman-teman Posko KKN Gel.93 Desa Wage Sabbangparu, Cakra,

Aye, Zulmi, Zulbo, Intan, Kiki, Gita yang turut menjadi bagian dalam

cerita hidup penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

12. Serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyusunan Skripsi Tugas Akhir ini.

Selain itu penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang

sedalam-dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan

kekhilafan dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis

menginjakkan kaki pertama kali di Universitas Hasanuddin hingga

selesainya studi Penulis. Semua itu adalah murni dari Penulis sebagai

manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Akhirnya Penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoaga

semua ini dapat bernilai ibadah di sisi-Nya.Amin!.

Sekian dan terima kasih

Wassalamu Alaikum WaRahmatullahi Wa Barakatuh

Makassar, 07 Agustus 2017

Penulis

Page 8: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….i

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………. ii

ABSTRACT ............................................................................................. iii

ABSTRAKSI ............................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI ...........................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan ............................................ 3

D. Batasan Pembahasan ................................................................ 4

E. Lingkup Pembahasan ................................................................ 5

F. Metode Pembahasan ................................................................. 5

G. Sistemeatika Pembahasan ...................................................... 5

BAB II TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI ............................... 7

A. Tinjauan Umum Museum .......................................................... 7

1. Latar Belakang Sejarah Museum ........................................... 7

2. Pengertian dan Istilah-Istilah Permuseuman .......................... 9

3. Fungsi Museum.................................................................... 11

4. Klafikasi dan Jenis Museum ................................................. 12

5. Peranan Museum di Indonesia ............................................. 14

6. Strategi pengembangan museum di Indonesia .................... 15

7. Proporsi pengadaan museum .............................................. 16

8. Perkembangan museum di Indonesia .................................. 16

9. Permasalahan museum di Indonesia ................................... 17

B. Tinjauan Umum Kebudayaan .................................................. 18

1. Pengertian Kebudayaan ....................................................... 18

Page 9: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

ix

2. Unsur-Unsur Budaya ............................................................ 20

3. Wujud dan Komponen Budaya ............................................. 20

4. Hubungan antara Unsur – Unsur Kebudayaan ..................... 22

5. Perubahan Sosial Budaya .................................................... 26

6. Penetrasi Kebudayaan ......................................................... 27

C. Tinjauan Umum Teknologi dan Peralatan Hidup Masyarakat

Suku Sulawesi Selatan .......................................................... 28

D. Tinjauan Umum Suku Bugis ................................................... 31

1. Sejarah Singkat Suku Bugis ................................................. 31

2. Bahasa Suku Bugis .............................................................. 31

3. Kesenian Suku Bugis ........................................................... 32

4. Rumah Adat Suku Bugis ...................................................... 39

E. Tinjauan Umum Suku Makassar ............................................. 40

1. Sejarah Singkat Suku Makassar .......................................... 40

2. Bahasa Suku Makassar ....................................................... 40

3. Kesenian Suku Makassar ..................................................... 41

4. Rumah Adat Suku Makassar ................................................ 41

F. Tinjauan Umum Suku Toraja ................................................... 41

1. Sejarah Suku Toraja ............................................................ 41

2. Bahasa Suku Toraja ............................................................. 43

3. Kesenian Suku Toraja ......................................................... 44

4. Rumah Adat Suku Toraja ..................................................... 46

G. Studi Literatur Bangunan Sejenis ......................................... 48

1. Museum Sonobudoyo .......................................................... 48

2. Museum Nasionalo Republik Indonesia ............................... 49

3. Museum La Galigo Benteng Rotterdam Makassar ............... 50

4. Museum Buntu kalando di Toraja ......................................... 51

5. Museum Guggenheim Bilbao ............................................... 52

6. The Art Gallery of Alberta Museum ...................................... 53

7. Royal Ontario Museum......................................................... 54

Page 10: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

x

BAB III TINJAUAN KHUSUS MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI

SELATAN............................................................................................... 56

A. Tinjauan Umum Kota Makassar .............................................. 56

1. Kondisi Fisik Kota Makassar ................................................ 56

2. Kondisi Non Fisik Kota Makassar ......................................... 57

3. Pola Tata Guna Lahan ......................................................... 58

B. Tinjauan terhadap Museum Kebudayaan Sulawesi Selatan . 60

1. Status Kelembagaan dan Struktur Organisasi Museum ....... 60

2. Pengadaan Benda Koleksi ................................................... 62

3. Potensi Jumlah Pengunjung ................................................. 66

C. Tinjauan Pengadaan Museum Kebudayaan Sulawesi Selatan

di Kota Makassar. ................................................................... 66

1. Kondisi Museum di Kota Makassar ...................................... 66

2. Pentingnya Pengadaan Museum Kebudayaan Sulawesi

Selatan di Makassar ............................................................. 82

BAB IV Pendekatan Konsep Perancangan Museum kebudayaan

Sulawesi Selatan................................................................................... 84

A. Pendekatan Perancangan Makro ............................................ 84

1. Pendekatan Pemilihan/penentuan Lokasi ............................ 84

2. Pendekatan Pemilihan Tapak............................................... 85

3. Pendekatan Pengolahan Tapak ........................................... 85

B. Pendekatan Perancangan Mikro ............................................. 89

1. Analisa Pelaku Kegiatan Museum Kebudayaan Sulawesi

Selatan ................................................................................. 89

2. Analisa Kegiatan Museum Kebudayaan Sulawesi Selatan ... 89

3. Jenis Kegiatan ..................................................................... 91

4. Waktu kegiatan di Museum .................................................. 93

5. Bentuk Ruang ...................................................................... 93

6. Ruang Luar .......................................................................... 94

7. Struktur Bangunan ............................................................... 96

8. Utilitas Bangunan ................................................................101

Page 11: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

xi

BAB V KONSEP PERANCANGAN MUSEUM KEBUDAYAAN

SULAWESI SELATAN ..........................................................................106

A. Konsep Perancangan Makro ..................................................106

1. Konsep Penentuan Lokasi .................................................106

2. Konsep Penentuan Tapak ...................................................109

3. Konsep Pengolahan Tapak .................................................112

B. Konsep Perancanagan Mikro .................................................120

1. Konsep Pola Kegiatan .........................................................120

2. Konsep Kebutuhan Ruang ..................................................124

3. Konsep Besaran Ruang ......................................................128

4. Konsep Tata Ruang Luar ....................................................136

5. Konsep Sistem Struktur Bangunan .....................................138

6. Konsep Sistem Utilitas Bangunan .......................................141

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................151

Page 12: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Karya Seni Dari Peradaban Mesir Kuno ................................. 25

Gambar 2 Perubahan Sosial Budaya ..................................................... 27

Gambar 3 Perahu Phinisi ........................................................................ 29

Gambar 4. Sepeda ................................................................................. 30

Gambar 5 Alat musik Kecapi .................................................................. 32

Gambar 6 Alat Musik Sinrili ..................................................................... 32

Gambar 7 Alat Musik Gendang ............................................................... 33

Gambar 8 Alat Musik Seruling ................................................................ 33

Gambar 9 Alat Musik Basi-Basi .............................................................. 34

Gambar 10 AlatMusik Rebana ................................................................ 34

Gambar 11 Alat MUsik Alosu .................................................................. 35

Gambar 12 Alat Musik Ana’ Baccing ....................................................... 35

Gambar 13 Alat MUsik Puik-Puik ............................................................ 35

Gambar 14 Baju Bodo ............................................................................ 39

Gambar 15 Bentuk Rumah Adat Suku BUgis.......................................... 40

Gambar 16 Rumah Adat Balla Lompoa .................................................. 41

Gambar 17 Tongkionan Toraja ............................................................... 47

Gambar 18 Alang Toraja......................................................................... 48

Gambar 19 Museum Sonobudoyo .......................................................... 49

Gambar 20 Museum Nasianal RI ............................................................ 50

Gambar 21 Museum La Galigo ............................................................... 51

Gambar 22 Museum Buntu Kalando di Toraja ........................................ 52

Gambar 23 Museum Guggenheim ......................................................... 53

Gambar 24 The Art Gallery of Alberta Museum ...................................... 54

Page 13: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

xiii

Gambar 25 Royal Ontario Museum ........................................................ 55

Gambar 26 Peta Kota Makassar ............................................................. 56

Gambar 27 Penentuan Fungsi Tata Ruang Kota Makassar .................... 59

Gambar 28 Struktur Organisasi .............................................................. 61

Gambar 29 Struktur Organisasi Museum Kota Makassar ....................... 62

Gambar 30 Denah Lantai 1 Gedung No. 2 Musem La galigo .................. 69

Gambar 31 Denah Lantai 2 Gedung No. 2 Museum La Galigo ............... 72

Gambar 32 Denah Lantai 1 Gedung No.10 Museum La Galigo .............. 73

Gambar 33 Denah Lantai 2 Gedung No,10 Museum La Galigo .............. 74

Gambar 34 Denah Lantai I Bangunan Museum Kota Makassar ............. 78

Gambar 35 Denah Lantai 2 Museum Kota Makassar .............................. 81

Gambar 36 Pola Kegiatan Pengelola ...................................................... 90

Gambar 37 Pola Kegiatan Pengunjung ................................................... 91

Gambar 38 Peta Administratif Kota Makassar .......................................108

Gambar 39 Peta Kec. Tamalate Makassar ............................................109

Gambar 40 Alternatif Pmilihan Tapak ....................................................110

Gambar 41 Tapak Terpilih .....................................................................111

Gambar 42 Eksisting tapak ....................................................................112

Gambar 43 Batas-Batas Tapak..............................................................112

Gambar 44 Orientasi Matahari ...............................................................113

Gambar 45 View dari Luar dan Dalam Tapak ........................................114

Gambar 46 Penzoningan Dalam Tapak .................................................115

Gambar 47 Tingkat Kebisingan..............................................................116

Gambar 48 Sirkulasi Pada Tapak ..........................................................119

Page 14: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Urutan Sejarah Permuseuman di Indonesia ................................. 8

Tabel 2 Analisa Penentuan Lokasi Berdasarkan Sistem Pembobotan ..108

Tabel 3 Analisa Penentuan Tapak Berdasarkan Sistem Pembobotan ...111

Tabel 4 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan Pelaku ....................124

Tabel 5 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Zona dan Koleksi ...................127

Tabel 6 Besaran Ruang Kegiatan Penerimaan ......................................128

Tabel 7 Besaran Ruang Kegiatan Pengelola .........................................129

Tabel 8 Besaran Ruang Kegiatan Dokumentasi ....................................130

Tabel 9 Besaran Ruang Kegiatan Pedidikan .........................................131

Tabel 10 Besaran Ruang Kegiatan Pameran .........................................131

Tabel 11 Besaran Ruang Kegiatan Penunjang ......................................132

Tabel 12 Besaran Ruang Kegiatan Super Secure .................................133

Tabel 13 Besaran Ruang Kegiatan Pemeliharaan Koleksi .....................133

Tabel 14 Besaran Ruang Kegiatan Service ...........................................134

Tabel 15 Besaran Ruang Total Bangunan Museum Kebudayaan ..........134

Tabel 16 Perhitungan Luasan Parkiran ..................................................135

Page 15: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Sulawesi selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia

yang beribukotakan Makassar dan didiami oleh sebanyak 8.342.047

jiwa penduduk yang secara garis besar dibedakan menjadi empat suku

yaitu Suku Bugis, Suku Makassar, Suku Toraja, dan Suku Mandar.

Keempat suku yang ada di Sulawesi Selatan tersebut memiliki tradisi

dan budaya yang berbeda hal itu dapat kita lihat misalnya dari peralatan

dan perlengkapan hidup (teknologi) seperti alat-alat produktiv, senjata,

makanan, pakaian adat, dan tempat bernaung ataupun ritual-ritual dan

upacara-upacara adat yang biasanya dilakukan, namun di era

globalisasi dan di masa pembangunan bangsa yang semakin

berkembang ini terdapat kecenderungan untuk terjadinya degradasi

atau penurunan nilai budaya pada suku-suku tersebut.

Penurunan nilai budaya ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah masuknya budaya-budaya asing ke Indonesia

khususnya Sulawesi Selatan yang merupakan dampak dari globalisasi,

seperti budaya barat dan budaya korea yang mempengaruhi gaya hidup

masyarakat terkhusus untuk generasi muda sehingga cenderung

melupakan budaya yang ada di daerahnya masing-masing, dari hal

tersebut dapat dilihat bahwa masih begitu kurangnya kesadaran

terhadap pentingnya pendidikan dan pelestarian budaya, yang apabila

tidak ditanggapi secara serius maka akibat terburuk yang akan terjadi

adalah kepunahan nilai-nilai budaya dalam lingkup masyarakat itu

sendiri yang artinya hilangnya jati diri masyarakat tersebut.

Bertitik tolak pada permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa perlu

adanya usaha-usaha nyata untuk melanjutkan pelestarian produk

budaya Sulawesi selatan dengan menyediakan sarana yang sesuai

dilihat dari kapasitasnya sebagai sarana pendidikan dan pelestarian

Page 16: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

2

budaya yaitu Museum Kebudayaan Sulawesi selatan yang di dalamnya

mewadahi tiga suku yaitu, Suku bugis, Suku Makassar, dan Suku Toraja

yang terletak di Makassar, sehingga museum ini diharapkan mampu

menjadi bangunan yang dapat mewadahi masyarakat sekitar serta

wisatawan dalam meningkatkan pengetahuanya tentang produk

kebudayaan Sulawesi selatan yang diusung di dalamnya, mengingat

jumlah wisatawan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) baik itu

wisatawan domestik ataupun wisatawan mancanegara yang berkunjung

di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu

berjumlah 2,063,236 wisatawan pada tahun 2009 dan kemudian

meningkat menjadi 9,435,431 wisatawan pada tahun 2014.

Melihat jumlah wisatawan yang semakin lama semakin meningkat

tersebut tentunya dengan keberadaan Museum Kebudayaan ini akan

sangat membantu pemerintah untuk memperkenalkan kekayaan

kebudayaan Sulawesi Selatan kepada para wisatawan yang

berkunjung, selain itu keberadaan museum kebudayaan ini juga

diharapkan dapat membantu para wisatawan yang memiliki waktu

terbatas untuk dapat menjelajahi kebudayaan tiga suku di Sulawesi

Selatan tanpa harus pergi ke daerah asli di mana suku itu berada. Dalam

wujud perancangannya bangunan Museum Kebudayaan Sulawesi

selatan ini juga diharapkan mampu menunjukkan karakter budaya yang

diusungnya dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik dengan

kata lain bangunan merupakan ekspresi dari kebudayaan yang diusung

di dalamnya.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah dalam merancang Museum

Kebudayaan Sulawesi Selatan di antaranya yaitu:

1. Non Arsitektural

a) Bagaimana karakteristik kebudayaan suku Bugis, Makassar, dan

Toraja?

Page 17: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

3

b) Bagaimana agar keberadaan museum memenuhi fungsi edukasi,

rekreasi, ekonomi, dan pengembangan kepariwisataan?

c) Bagaimana manajemen dan sistem pengelolaan museum?

2. Arsitektural

a) Bagaimana menentukan lokasi dan site yang strategis sesuai

dengan master plan kotamadya Makassar yang mendukung

kegiatan operasional museum kebudayaan?

b) Bagaimana identifikasi macam kegiatan yang terjadi dalam

museum kebudayaan yang akan menentukan kebutuhan ruang

dan tata ruang?

c) Bagaimana menentukan bentuk dan penampilan bangunan yang

melahirkan sistem struktural yang relevan serta dapat

mencerminkan dari fungsi-fungsi yang diwadahi

d) Bagaimana sistem utilitas dan mekanikal elektrikal serta sistem

pengamanan yang sesuai dengan rancangan museum

kebudayaan.

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan Pembahasan

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan landasan

konseptual perancangan Museum Kebudayaan Sulawesi Selatan

yang dapat menunjang dan memperkenalkan kekayaan kebudayaan

lokal.

2. Sasaran Pembahasan

a. Non-Arsitektural

1) Mengidentifikasi karakteristik kebudayaan suku Bugis,

Makassar, dan Toraja.

2) Menguraikan fungsi Museum Kebudayaan Sulawesi Selatan

sebagai wadah pelestarian, edukasi, dan wisata untuk ketiga

suku tersebut.

Page 18: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

4

3) Menjelaskan tentang manajemen dan sistem pelolaan

museum.

b. Arsitektural

1) Menganalisis dan menentukan tata fisik makro meliputi:

a) Lokasi

b) Site/tapak bangunan

c) Pola tata lingkungan

2) Menganalisis dan menentukan tata fisik mikro meliputi:

a) Pengelompokan tata ruang (zoning)

b) Kebutuhan, jenis, besaran, dan persyaratan ruang

c) Bentuk ruang

d) Penampilan bangunan

e) Sistem struktur

f) Sistem mekanikal dan elektrikal bangunan

g) Tata ruang dalam

h) Tata lansekap bangunan

D. Batasan Pembahasan

Bangunan Museum Kebudayaan adalah wadah pelestarian,

edukasi, dan wisata tentang kebudayaan yang di mana perancangan

dari bangunan tersebut diharapkan mampu untuk menunjang kota

tempat bangunan tersebut berada.

Perancangan dibatasi pada orientasi perencanaan fungsi Museum

Produk Kebudayaan Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan potensi

fisik yang ada dengan menyesuaikan pada lokasi terpilih meliputi

perancangan fisik bangunan termasuk sarana, prasarana, fasilitas

penunjang dan lingkungan fisik dengan penekanan pada penciptaan

lingkungan kondusif.

Page 19: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

5

E. Lingkup Pembahasan

1. Pembahasan yang dilakukan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan

disiplin ilmu lainnya yang dapat melengkapi landaasan konsepatual

perancangan Museum Kebudayaan Sulawesi Selatan.

2. Pembahasan diarahkan dengan tuntutan dibutuhkan wadah

pelestarian budaya, edukasi, dan wisata tentang kebudayaan Suku

Bugis, Suku Makassar, dan Suku Toraja. Wujud Kebudayaan yang

akan diwadahi tersebut berupa artefak atau karya yang merupakan

wujud paling konkret dari kebudayaan.

F. Metode Pembahasan

Metode pembahasan menggunakan metode deskriptif dan analitis,

di mana dilakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara

dan studi literatur, kemudian dianalisa dan disintesa dengan

mengidentifikasikan unsur yang menunjang, mengelompokkan dan

mengaitkan antara permasalahan dan untuk ditransformasikan ke

dalam konsep perencanaan dalam mendapatkan hasil yang maksimal

dalam bentuk perencanaan fisik bangunan Museum Kebudayaan sesuai

dengan tujuan .

G. Sistemeatika Pembahasan

Sistematika Pembasan disusun sebagai berikut :

Bab I : Merupakan tahap pendahuluan yang membahas

tentang latar belakang masalah, pengertian judul,

permasalahan, tujuan dan sasaran pembahasan,

batasan dan lingkup permasalahan serta metode dan

sistematika pembahasan.

Bab II : Merupakan tinjauan umum terhadap Museum

Kebudayaan Sulawesi Selatan, meliputi tinjauan

pustaka, standar-standar, studi literature bangunan

sejenis.

Page 20: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

6

Bab III : Mengemukakan tinjauan khusus terhadap Museum

Kebudayaan Sulawesi Selatan di kota Makassar.

Bab IV : Berisi pendekatan konsep perancangan Museum

Kebudayaan Sulawesi Selatan yang membahas

tentang konsep perancangan makro dan mikro sebagai

dasar untuk perancangan desain fisik.

Bab V : Konsep perancangan Museum Kebudayaan Sulawesi

Selatan yang menjadi dasar acuan perancangan yang

akan dibuat dalam bentuk desain fisik bangunan

Page 21: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

7

BAB II

TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Museum

1. Latar Belakang Sejarah Museum

Museum dikenal pertama kali oleh bangsa Yunani pada zaman

renaissance. Museum dikenal sebagai gedung yang mengandung

nilai-nilai sejarah estetika. Lambat laun oleh golongan atas dijadikan

sebagai tempat penyelidikan bagi ilmu pengetahuan dan

penyimpanan barang antik dan berharga.

Abad ke-15 dan abad ke-16, seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, penyelidikan, kebudayaan besar dan tumbuhnya

perdagangan antar bangsa, sehingga museum lebih berkembang

dan dikenal. Perkembangannya dewasa ini, disesuaikan dengan

peranannya sebagai lembaga pelayanan masyarakat yang secara

aktif memberikan informasi pendidikan, penelitian dan rekreasi

melalui koleksi yang dipamer.

Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani kuno “Mouseion”

yang artinya kuil atau rumah ibadah tempat menyembah 9 Dewi

Muze, dewa utama dalam pantheon Yunani klasik. Kesembilan dewi

inilah yang menguasai seni dan ilmu pengetahuan. Kuil atau tempat

ibadah pemujaan dewi-dewi Muze inilah disebut “muze”, kemudian

dalam bahasa Yunani menjadi “mouseion”. Lalu ditransfer ke dalam

bahasa latin dan Inggris menjadi kata museum. Orang pertama yang

menggunakan istilah museum sebagai tepat penyimpanan benda-

benda berharga dan bersejarah adalah Ptolomaus Philadelpus (285

– 247 SM), bangsawan Alexandria yang kemudian menjadi raja

Mesir. Sampai pada zaman Renaissance, museum merupakan

sesuatu yang diagungkan. Tempat menyimpan barang-barang antik

dan berharga milik pribadi orang-orang kaya dan bangsawan (Get

Van Wengen).

Page 22: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

8

Pada perkembangan saat ini, fungsi museum tidak terbatas

hanya sebagai tempat menyimpan barang-barang antik dan

berharga milik bangsawan, tetapi berfungsi pula sebagai tempat

penyimpanan dan memamerkan benda-benda bersejarah, ilmu

pengetahuan dan karya seni. Urutan sejarah permuseuman di

Indonesia, (Hamzury: 1996, Museum di Indonesia) dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1 Urutan Sejarah Permuseuman di Indonesia

(Hamzury: 1996, Museum di Indonesia)

No. Nama Museum Pendiri Lokasi Tahun Jenis Lokasi

a. De amboche

rariteintakamer

Rampius

Ambon

1962 Kumpulan

barang aneh

bagi ilmu

pengetahuan.

b. Batavia genoot

chap van

kunstan

Enrekang

wateschappen

Pemerintah

Belanda

Jakarta

24/4/1778

Kesenian /

ilmu

pengetahuan

yang dianggap

keramat.

c. Museum Aceh

H.M.A.

Swart

Aceh

31/7/1951

Barang antik

dan berharga

d. Stedilijk

histrish/

Von Faper Surabaya 1992 Senjata dan

barang antik

Page 23: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

9

museum negeri

Empu Tantular

e. Museum

Sesomo

Budoyo

Jaya

Institut

Yogyakarta 1924 Barang

kerajinan

Museum di Indonesia dikenal sejak abad ke-17 pada zaman

sejarah penjajahan Belanda yaitu sebagai gedung tempat

pengumpulan hadiah antara pejabat bangsa Belanda dengan wujud

benda kuno atau peninggalan sejarah seperti alat-alat persenjataan

tradisional, karya seni, patung purba, dan lain-lain.

2. Pengertian dan Istilah-Istilah Permuseuman

Untuk lebih mengetahui pengertian museum , berikut pendapat

beberapa ahli permuseuman tentang rumusan museum (Depdikbud,

1996; 8) :

a. AC. Parker (ahli permuseuman Amerika) :

Museum dalam pengertian modern adalah lembaga secara aktif

mengabdikan diri kepada tugas menafsirkan dunia, manusia dan

alam.

b. Douglas A. Allan :

Museum dalam pengertian sederhana yaitu sebuah gedung yang

menyimpan kumpulan benda-benda untuk penelitian studi dan

kesenangan.

c. Moh. Amir Sutarga :

Museum merupakan salah satu medium komunikasi visual dan

merupakan sarana bagi pencerminan histories bagi manusia.

d. Ensiklopedia Indonesia :

Page 24: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

10

Museum adalah badan yang memelihara kenyataan,

memamerkan keberadaan benda-benda, selama kebenaran itu

tergantung dari bukti-bukti yang berupa benda-benda tersebut

(merupakan definisi museum dalam generasi assembly of ICOM

XI di Copenhagen, 1974).

e. ICOM (International Council of Museum) :

Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak

mencari keuntungan, melayani masyarakat dan

perkembangannya, terbuka untuk umum yang memperoleh,

merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan-

tujuan studi dan kenikmatan, setiap benda-benda pembuktian

alam, manusia dan kebudayaan.

Dari beberapa definisi di atas, yang menjadi pegangan dalam

dunia permuseuman internasional adalah definisi yang dirumuskan

oleh ICOM di Copenhagen pada tahun 1974.

Adapun beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam biang

permuseuman antara lain (Munir, 1986; 7 – 11) :

a. Museulog; adalah cabang pengetahuan yang berkaitan dengan

studi tentang tujuan dan organisasi museum.

b. Museografi; adalah lembaga teknik yang berhubungan dengan

museologi. Itu mencakup metode dan praktek operasi museum,

dalam bermacam-macam aspek museum.

c. Artefak; adalah sebuah benda yang diproduksi dan dibentuk oleh

para ahli, atau benda alam yang sengaja dipilih dan digunakan

oleh makhluk hidup.

d. Lembaga yang terorganisasi; suatu tubuh yang diatur semestinya

dengan pertanggungjawaban yang tampak jelas.

e. Perawatan; memelihara peninggalan secara cukup mengenai

asal usul, identifikasi dan pemilihan museum dan aplikasi dari

metode profesional mutakhir yang disepekati untuk keselamatan

dan meminimalkan mereka dari kerusakan dan kehancuran.

Page 25: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

11

f. Edukasional; museum hadir dengan maksud menyediakan

pendidikan, inspirasi dan kekayaan estetik bagi semua orang,

pembangunan individual dan kerja sama dengan lembaga

edukasional untuk umum yang lain.

g. Publik; museum tidak hanya terbuka untuk umum tapi hadir

hanya untuk keperluan-keperluan umum atau publik.

h. Koleksi; terdiri dari benda-benda yang secara umum

mempunyai arti.

3. Fungsi Museum

Fungsi museum diantaranya memelihara dan mengembangkan

kebudayaan sebagai unsur pribadi bangsa, pendokumentasian

karya-karya seniman maupun benda-benda bernilai sejarah sebagai

bukti warisan sejarah bangsa untuk pengembangan dan pelestarian

budaya, sekaligus sebagai bahan studi generasi penerus, sehingga

diharapkan dapat melahirkan karya-karya yang lebih baik dengan

mempelajari warisan-warisan tersebut.

Museum melalui kegiatan dokumentasinya bukanlah hanya

sebagai tempat penyimpanan dan pelestarian saja, akan tetapi

berfungsi sebagai media pendidikan, penelitian, obyek wisata

budaya dan obyek pembinaan serta pengenalan bangsa. Dengan

berbagai kegiatan yang ada bermaksud memberikan informasi dan

pesan.

Museum sebagai wadah dokumentasi yang meliputi koleksi seni

budaya dan sumber informasi, pendidikan dirasakan penting

fungsinya yang ditunjang oleh motivasi-motivasi primer dari pihak-

pihak yang terlibat diantaranya yaitu :

a) Pihak penyelenggara

Ingin mengabadikan benda-benda koleksi bernilai dan

memanfaatkannya bagi masyarakat luas.

b) Pihak pengunjung

Page 26: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

12

Ingin mengetahui, mempelajari keragaman lewat bentuk

pameran sambil berekreasi.

Secara umum termasuk dalam program pembinaan,

penyelamatan dan warisan budaya bangsa, mengingat peninggalan

benda-benda dan budaya suku bangsa merupakan salah satu aspek

dari warisan bangsa.

Pemeliharaan dan pembinaan peninggalan sejarah dan tradisi

suatu suku bangsa, selain mempertahankan keutuhan dari tradisi

tersebut juga mencegah kemusnahannya. Disamping itu untuk

memelihara agar bisa dipertahankan dan diwariskan kepada

generasi muda serta manfaatnya bagi pengembangan pendidikan

dan kebudayaan serta kepariwisataan.

Peningkatan dan penyempurnaan fasilitas dan sarana bagi

pembinaan dan pengembangan pelestarian budaya.Penempatan

usaha pengamanan dan perlindungan kebudayaan dimaksudkan

untuk menyelamatkan dan mengembangkan warisan tradisi budaya

suku bangsa agar terhindar dari perubahan terhadap kehidupan

masyarakat.Inventarisasi dan dokumentasi peninggalan sebagai

bukti realitas dan eksistensi bagi suatu budaya yang ada pada

masyarakat.

4. Klafikasi dan Jenis Museum

Klasifikasi museum ditinjau dari segi koleksinya, terbagi atas :

(Depdikbud, 1988 : 7 – 11)

a). Museum Umum, yaitu koleksinya terdiri dari kumpulan bukti

material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan

berbagai seni, disiplin ilmu dan teknologi.

b). Museum Khusus, yaitu koleksinya hanya terbatas pada salah satu

cabang ilmu pengetahuan. Museum khusus ini jumlahnya lebih

banyak dibandingkan dengan museum umum. Materi yang

diperagakan juga akan lebih mudah dikenal. Karena penamaan

Page 27: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

13

jenis-jenis museum khusus ini tentunya dikaitkan dengan koleksi

yang diperagakan di dalamnya.

Dalam simposium Internasional Council of Museums pada tahun

1962 di Swiss, dirumuskan jenis dan macam museum khusus yang

berpangkal dari penjenisan ilmu dan peradaban manusia sebagai

berikut :

a). Museum ilmu alam, misalnya : kebun raya, taman margasatwa,

museum biologi, akuarium dan herbarium.

b). Museum teknologi dan industri, misalnya museum perkapalan,

museum penerbangan, museum telekomunikasi dan sebagainya.

c). Museum purbakala, yaitu museum yang koleksinya merupakan

hasil-hasil kebudayaan purbakala.

d). Museum antropologi dan etnografi, yaitu pengungkapan tentang

monografi suatu bangsa yaitu lingkungan alam sosial dan

kebudayaan yang melengkapi kehidupan bangsa tersebut.

e). Museum seni, misalnya : museum patung, museum keramik,

museum wayang, museum tari, museum musk dan sebagainya.

f). Museum sejarah, misalnya : museum perjuangan, museum

maritim dan sebagainya.

Menurut kedudukannya, museum dapat dibagi atas :

a). Museum nasional adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan

dengan bukti material dan atau lingkungannya dari seluruh

Indonesia yang bersifat nasional. Misalnya, museum nasional.

b). Museum propinsi adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan

dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah

propinsi yang bersangkutan.

c). Museum lokal, adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda-benda yang berasal dari atau yang mewakili

Page 28: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

14

dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya

dari wilayah kabupaten atau kotamadya tertentu.

Menurut pengelolaannya, museum dapat dibagi atas :

a). Museum pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan

dikelola oleh pemerintah, baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah.

b). Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan

dikelola oleh pihak swasta (non pemerintah).

5. Peranan Museum di Indonesia

Dalam pembinaan dan pengembangan kesadaran masyarakat

melalui pendidikan, museum mempunyai peranan penting guna

mengajak masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan

pembangunan, karena melalui dari museum, masyarakat akan

memahami informasi secara edukatif. Selain itu, keberadaan

museum juga merupakan perwujudan dari perhatian masyarakat

terhadap sejarah kebudayaan masa silam. Dalam hal ini museum

berfungsi sebagai wadah pelindung sekaligus sebagai sumber ilmu

pengetahuan. Karena di dalamnya terdapat usaha penyimpanan,

pengawetan, penyelidikan dan penyuguhan karya-karya

kebudayaan yang tersimpan di dalamnya kepada masyarakat (Tap

MPR No.IV / 1999 tentang GBHN).

Oleh karena itu museum sangatlah berperan dalam

menumbuhkan kebanggaan dan kepribadian suatu bangsa. Secara

rinci peranan museum antara lain :

Memajukan dan mendorong pengembangan kebudayaan

nasional guna mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Menghindarkan bangsa dari kemiskinan terhadap nilai sejarah

dan hasil kebudayaannya serta usaha untuk mendekatkan

manusia dengan lingkungannya.

Page 29: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

15

Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat guna

dapat menyelidiki dan meneliti sendiri benda-benda yang

dianggapnya mempunyai nilai sejarah bagi kehidupan manusia.

Memberi kenikmatan dari hasil koleksi bagi khalayak ramai

dengan suasana reaktif dalam museum.

6. Strategi pengembangan museum di Indonesia

Strategi dasar yang menjadi usaha pembangunan permuseuman

di Indonesia dengan melihat prospek pengembangan dan keadaan

museum pada umumnya.

a) Pembinaan permuseuman

Non Fisik

Dengan pengelolaan museum melalui usaha latihan,

kursus, apresiasi dan peningkatan tenaga pembina agar

dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan

aspirasi masyarakat sekarang dan akan datang, serta

pentingnya manfaat museum.

Fisik

(a) Meningkatkan pelayanan permuseuman dengan usaha

pengadaan museum-museum baru yang memperhatikan

misi pokoknya serta aspirasi masyarakat sesuai dengan

tingkat sosialnya.

(b) Peningkatan kualitas penyajian materi koleksi atau

penyempurnaan program dan tata pameran yang kreatif

yang dapat menarik minat masyarakat.

(c) Memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan

nilai museum seperti faktor lokasi, faktor publikasi dan lain

sebagainya.

(d) Pengelolaan museum secara makro dapat berupa :

Page 30: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

16

Distribusi museum secara merata yang disesuaikan

dengan tujuan dan tingkat pelayanan serta didasarkan

pada segi potensi pengembangannya.

Koordinasi dalam berbagai segi operasional agar

diperoleh tingkat pelayanan yang lebih efektif melalui

program yang terencana, terpadu dan terkendali dalam

berbagai kegiatan antara museum-museum yang telah

ada.

7. Proporsi pengadaan museum

Proporsi pengadaan museum didasarkan pada potensi

pendukung dan kondisi permuseuman saat ini, maka diharapkan

adanya distribusi dalam hal pengadaan museum untuk masa yang

akan datang terutama mengingat kondisi geografis negara kita yang

terdiri dari ribuan pulau.

8. Perkembangan museum di Indonesia

Menurut sejarah, tumbuhnya museum di Indonesia dapat

diurutkan sebagai berikut :

a) Di Indonesia museum mulai dikenal sejak abad ke-17 yakni pada

zaman penjajahan Belanda yakni sebagai gedung tempat

pengumpulan benda kuno atau peninggalan sejarah seperti alat-

alat persenjataan tradisional, karya seni, patung purba dan lain

sebagainya.

b) Tahun 1862 oleh Rumphius, didirikan museum De Ambonsche

Rariteitenkamer. Koleksinya adalah kumpulan barang-barang

aneh bagi ilmu pengetahuan.

c) Sebagai usaha untuk memajukan kesenian dan ilmu

pengetahuan yang dianggap keramat serta mempunyai nilai

sejarah yang tinggi maka di Jakarta pada tanggal 24 April 1778

oleh pemerintah Belanda didirikan museum Bataviaasch

Page 31: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

17

Genoothschap Va Kunsten en Weteschappen (sekarang

Museum Nasional).

d) Museum Aceh diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh

Jenderal H.M.A. Stewart tanggal 31 Juli 1915.

e) Tahun 1922 seorang warga Surabaya keturunan Jerman

bernama Von Faber merintis berdirinya museum Stedelijk

Historish Museum Surabaya, sekarang museum Mpu Tantular.

f) Pada tahun 1935 didirikan museum Sasono Budoyo di

Yogyakarta oleh Java Institute yang merupakan satu-satunya

museum di Indonesia yang menyimpan benda-benda kerajaan

pada waktu itu.

sampai saat ini telah berdiri kurang lebih 262 buah museum

dalam segala bentuk dan fungsinya, baik itu museum negeri propinsi

yang berada di bawah Depdiknas maupun museum-museum

pemerintah yang bernaung di bawah departemen di luar dari

Depdiknas, misalnya Departemen Perhubungan, Departemen

Pertambangan dan lain sebagainya. Museum pemerintah di bawah

Departemen di luar Depdiknas berjumlah 130 buah (Suyati HS,

2000; 1).

Hal ini dikarenakan oleh perhatian pemerintah yang terus

meningkat terutama dalam penyempurnaan kelembagaan,

pembinaan dan pembangunan fasilitas, sejalan dengan kegiatan

pembangunan secara umum.

9. Permasalahan museum di Indonesia

Sesuai pendapat para ahli permuseuman yang menganggap

keseimbangan antara kepadatan penduduk dengan jumlah museum

sangat penting, terutama dalam rangka pelestarian kepribadian

bangsa di negara-negara berkembang yang pertumbuhan

ekonominya belum maju, menunjukkan bahwa perbandingan antara

kepadatan penduduk dengan jumlah museum sangat tidak

Page 32: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

18

seimbang, dengan asumsi sebuah museum berfungsi untuk kurang

lebih dua juta orang.

Di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, Jepang dan

Rusia terdapat asumsi bahwa sebuah museum berfungsi untuk

kurang lebih lima puluh ribu orang. Melihat dari hal tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa pengunjung museum di negara

berkembang seharusnya lebih banyak, tetapi dalam kenyataannya

jumlah pengunjung menunjukkan angka yang sangat minim

dibanding dengan jumlah penduduk. Keadaan ini menggambarkan

kurangnya perhatian masyarakat terhadap permuseuman. Hal ini

disebabkan berbagai faktor, diantaranya faktor penarik misalnya

pelayanan dari museum yang ada.

Perkembangan permuseuman sejak zaman kemerdekaan tahun

1945 sampai saat ini jumlah museum semakin meningkat. Namun

bila dikaitkan dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk

saat ini maka dapat dirasakan kurangnya jumlah museum. Melihat

dari perbandingan jumlah penduduk Indonesia, maka dapat

dikatakan bahwa jumlah museum yang ada masih jauh dari keadaan

ideal. Dengan kenyataan tersebut, diperkirakan usaha dalam

penambahan jumlah museum yang sesuai dengan kondisi geografis

dan masyarakat Indonesia yang tersebar diberibu pulau dalam

wawasan Nusantara, sehingga museum dalam pelayanannya

kepada masyarakat diperkirakan untuk satu museum dapat melayani

kurang lebih seratus ribu penduduk.

B. Tinjauan Umum Kebudayaan

1. Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau

akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang

Page 33: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

19

berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.

Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata

culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa

Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan

masyarakat, beberapa definisi tentang budaya yang dikemukakan

oleh beberapa ahli yaitu :

a. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski

mengemukakanbahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan olehkebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-

Determinism.

b. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun

temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian

disebut sebagai superorganic.

c. Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan

pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan

struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi

segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas

suatu masyarakat.

d. Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai

anggota masyarakat.

e. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah

sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai

definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide

atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang

Page 34: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

20

diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,

berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya

pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,

religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk

membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

2. Unsur-Unsur Budaya

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai

komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur

pokok, yaitu:

1) alat-alat teknologi

2) sistem ekonomi

3) keluarga

4) kekuasaan politik

b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang

meliputi:

1) sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para

anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam

sekelilingnya

2) organisasi ekonomi

3) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk

pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

4) organisasi kekuatan (politik)

3. Wujud dan Komponen Budaya

a. Wujud

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan

menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

1) Gagasan (Wujud ideal)

Page 35: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

21

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk

kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,

peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat

diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam

kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika

masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam

bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada

dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga

masyarakat tersebut.

2) Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering

pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari

aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,

mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya

menurut pola-pola tertentu yangberdasarkan adat tata

kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-

hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

3) Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari

aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam

masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat

diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret

diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan

kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu

tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.

Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan

memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)

manusia.

b. Komponen

Page 36: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

22

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat

digolongkan atas dua komponen utama:

1) Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan

masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan

material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu

penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata,

dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-

barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,

pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2) Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang

diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa

dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

4. Hubungan antara Unsur – Unsur Kebudayaan

Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan

antara lain:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,

memakai,

serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi

muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan

masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan,

atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil

yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup

dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi

tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan

fisik), yaitu:

1) alat-alat produktif

2) senjata

Page 37: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

23

3) Wadah

4) alat-alat menyalakan api

5) makanan

6) pakaian

7) tempat berlindung dan perumahan

8) alat-alat transportasi

b. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini

terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional

saja, di antaranya:

1) berburu dan meramu

2) beternak

3) bercocok tanam di ladang

4) menangkap ikan

c. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting

dalamstruktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem

kekerabatan suatumasyarakat dapat dipergunakan untuk

menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang

bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri

dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau

hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah,

ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek

dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada

beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya

relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri,

dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal

kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas,

keluarga bilateral, dan keluarga unilateral. Sementara itu,

organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh

masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

Page 38: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

24

berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi

masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai

makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk

organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak

dapat mereka capai sendiri.

d. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan

manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik

lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan

tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan

bicaranya atau orang lain.Melalui bahasa, manusia dapat

menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama

masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan

segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi

yang dapat dibagi menjadi fungsi umumdan fungsi khusus. Fungsi

bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,

berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan

adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah

untukmengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,

mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan

untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal

dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati

dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai

cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian

mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang

kompleks.

Page 39: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

25

Gambar 1 Karya Seni Dari Peradaban Mesir Kuno

( Sumber : Budaya – Wikipedia )

f. Sistem kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan

fisikmanusia dalam menguasai dalam menguasai dan

mengungkap rahasiarahasia alam sangat terbatas. Secara

bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi

dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia

sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu,

baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia

tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada

penguasa alam semesta. Agama dan sistem kepercayaan lainnya

seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa

Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang

berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang

penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy

and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama

sebagai berikut: sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui

dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima

sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan

sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan

kebahagiaan sejati. Agama biasanya memiliki suatu prinsip,

seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam"

Page 40: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

26

dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam

sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.

Agama juga mempengaruhi kesenian.

g. Sistem ilmu dan pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-

harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia.

Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi,

wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan

yang bersifat empiris (trial and error). Sistem pengetahuan

tersebut dikelompokkan menjadi:

1) pengetahuan tentang alam

2) pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di

sekitarnya

3) pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang

sifat dan tingkah laku sesama manusia pengetahuan tentang

ruang dan waktu

5. Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan

melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial

budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola

budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya

merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap

masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat

dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya

merupakan penyebab dari perubahan. Ada tiga faktor yang dapat

mempengaruhi perubahan sosial:

a). tekanan kerja dalam masyarakat

b). keefektifan komunikasi

Page 41: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

27

c). perubahan lingkungan alam.

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya

perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak

dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es

berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian

memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan

Gambar 2 Perubahan Sosial Budaya ( Sumber : Budaya – Wikipedia )

6. Penetrasi Kebudayaan

penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu

kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat

terjadi dengan dua cara:

a). Penetrasi damai (penetration pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya,

masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.

Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak

mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya

masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak

mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.

Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan

Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya

dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa

menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk

Page 42: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

28

bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara

kebudayaan asli Indonesia dan India. Asimilasi adalah

bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk

kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya

dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah

kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

b). Penetrasi kekerasan (penetration violante)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan

merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia

pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga

menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak

keseimbangan dalam masyarakat.

C. Tinjauan Umum Teknologi dan Peralatan Hidup Masyarakat Suku

Sulawesi Selatan

Dengan terciptanya peralatan untuk hidup yang berbeda, maka

secara perlahan tapi pasti, tatanan kehidupan perorangan,

dilanjutkan berkelompok, kemudian membentuk sebuah

masyarakat, akan penataannya bertumpu pada sifat-sifat peralatan

untuk hidup tersebut. Peralatan hidup ini dapat pula disebut sebagai

hasil manusia dalam mencipta. Dengan bahasa umum, hasil ciptaan

yang berupa peralatan fisik disebut teknologi dan proses

penciptaannya dikatakan ilmu pengetahuan dibidang teknik. Sejak

dahulu, suku Bugis di Sulawesi Selatan terkenal sebagai pelaut yang

ulung. Mereka sangat piawai dalam mengarungi lautan dan

samudera luas hingga ke berbagai kawasan di Nusantara dengan

menggunakan perahu Pinisi.

a). Perahu Phinisi

Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional

masyarakat Sulawesi Selatan yang sudah terkenal sejak

berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalamnaskah

Page 43: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

29

Lontarak I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar

abad ke-14M. Menurut naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama

kali dibuat olehSaweri gading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu.

Bahan untuk membuat perahu tersebut diambil dari pohon

welengreng (pohon dewata) yang terkenal sangat kokoh dan

tidak mudah rapuh. Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebih

dahulu dilaksanakan upacara

khusus agar penunggunya bersedia pindah ke pohon lainnya.

Hingga saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai

produsen Perahu Pinisi.

Gambar 3 Perahu Phinisi (http://www.gocelebes.com/kapal-pinisi/)

b). Sepeda dan Bendi

Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional

ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu

bangsa indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah

dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama

tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.

Page 44: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

30

Gambar 5 Bendi (http://adyah2011.blogspot.co.id/2013/11/)

Gambar 4. Sepeda (http://adyah2011.blogspot.co.id/2013/11/)

c). Koleksi peralatan menempa besi dan hasilnya

Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari

kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka

anda dapat mengkajinya melalui koleksi trdisional menempa

besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjatatajam, baik

untuk penggunan sehari – hari maupun untuk perlengkapan

upacara adat.

d). Koleksi Peralatan Tenun Tradisional

Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui

bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan

berawal dari jaman prasejarah,yakni ditemukan berbagai jenis

benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerahseperti leang

– leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung

pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat – serat tumbuhan-

Page 45: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

31

tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai

Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat

pemintal tenun dengan bahan baku benang kapas. Dari sinilah

mulai tercipta berbagai jenis corak kain saung dan pakaian

tradisional.

D. Tinjauan Umum Suku Bugis

1. Sejarah Singkat Suku Bugis

Suku Bugis tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero.

Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari

daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi,

yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja

pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo

saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi

menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.

Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau

pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We

Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading.

Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan

beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra

terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio.

Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah

yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi

masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi

masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di

Sulawesi seperti Buton.

2. Bahasa Suku Bugis

Bahasa yang digunakan oleh Suku Bugis adalah bahasa Bugis

yang tersebar di beberapa kabupaten. Biasanya masing-masing

kabupaten memiliki dialek tersendiri dalam penggunaan bahasa

Page 46: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

32

bugis. Selain itu masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional

yang memakai aksara Lontara.

3. Kesenian Suku Bugis

a. Alat Musik

1) Kacapi (kecapi) Salah satu alat musik petik tradisional

Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis Makassar dan

Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau

diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya

menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena

penemuannya dari tali layar perahu.

Gambar 5 Alat musik Kecapi (http://amalfahri.blogspot.co.id)

2) Sinrili, Alat musik yang mernyerupai biola tetapi biola di

mainkan dengan membaringkan di pundak sedangkan Singrili

di mainkan dalam keedaanpemain duduk dan alat diletakkan

tegak di depan pemainnya.

Gambar 6 Alat Musik Sinrili

(http://amalfahri.blogspot.co.id)

3) Gendang musik, perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar

yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.

Page 47: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

33

Gambar 7 Alat Musik Gendang (http://amalfahri.blogspot.co.id)

4) Suling-Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a) Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada.

Suling jenis ini telahpunah

b) Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan

piola (biola) kecapidan dimainkan bersama penyanyi

c) Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih

terplihara didaerahKecamatan Lembang. Biasanya

digunakan pada acara karnaval (barisberbaris) atau acara

penjemputan tamu.

Gambar 8 Alat Musik Seruling (http://amalfahri.blogspot.co.id)

5) Basi – Basi/Klarinet

Basi-basi adalah sebutan dari daerah Bugis. Klarinet adalah

sebutan dari daerah Makasar. Alat musik ini merupakan alat

musik sejenis alat musik tiup yang dipasang rangkap.

Page 48: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

34

Gambar 9 Alat Musik Basi-Basi (http://amalfahri.blogspot.co.id)

6) Rebana / Terbang

Rebana adalah sebutan dari daerah Bugis. Terbang

merupakan sebutan dari daerah Makasar. Alat musik ini

merupakan alat musik gendang yang menggunakan

membran. Bahannya dibuat dari kayu seperti kayu batang

pohon cendana, pohon nangka, pohon kelapa dan kayu jati.

Bahan yang digunakan mempengaruhi karakter bunyi yang

dihasilkannya karena kayu tersebut berfungsi sebagai tabung

suara atau ruang resonansi.

Gambar 10 AlatMusik Rebana (http://amalfahri.blogspot.co.id)

7) Alosu

Alosu merupakan alat musik berupa kotak anyaman yang di

dalamya diisi biji-bijian. Cara memainkannya dengan

digoyang-goyangka

Page 49: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

35

Gambar 11 Alat MUsik Alosu (http://amalfahri.blogspot.co.id)

8) Anak Becing

Alat musik ini merupakan alat musik yang terbuat dari batang

logam. Bentuknya seperti pendayung. Cara memainkannya

dengan cara di gerak-gerakkan.

Gambar 12 Alat Musik Ana’ Baccing (http://amalfahri.blogspot.co.id)

9) Puik – Puik/Puwi-Puwi

Puik – Puik merupakan alat musik tiup semacam

terompet. Alat musik ini juga serupa dengan alat musik

serunai dari Sumatera.Di Jawa Barat dengan nama

Tarompet, di Jawa Timur dengan nama Sronen, di

Sulawesi Selatan dengan nama Puwi-puwi.

Gambar 13 Alat MUsik Puik-Puik (http://amalfahri.blogspot.co.id)

Page 50: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

36

b. Seni Tari

1) Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari

meminta hujan.

2) Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa

orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa

menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan

kehormatan

3) Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan

perempuan-perempuan yang sedang menenun benang

menjadi kain. Melambangkan kesabaran danketekunan

perempuan-perempuan Bugis.

4) Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh

calabai(waria), namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan

bahkan dikategorikan telahpunah.

5) Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa ,tari

Pa’galung, dan Tari Pabbatte (biasanya di gelar padasaat

Pesta Panen)

c. Pakaian Adat Suku Bugis

1) Baju Bodo

Baju bodo merupakan pakaian adat masyarakat Bugis-

Makassar, terdiri dari berbagai macam warna yang dikenakan

oleh perempuan utamanya dalam acara-acara adat seperti

acara pengantin dan acara-acara adat yang lain. Tapi sudah

tahu belum kalau ternyata perempuan yang memakai baju

bodo ini tidak asal memilih warna.Menurut orang-orang tua

kita, dahulu kala ada peraturan mengenai pemakaian baju

bodo ini. Masing-masing warna manunjukkan tingkat usia

perempuan yang mengenakannya.

Warna jingga, dipakai oleh perempuan umur 10 tahun.

Warna jingga dan merah darah digunakan oleh perempuan

umur 10-14 tahun.

Page 51: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

37

Warna merah darah untuk 17-25 tahun.

Warna putih digunakan oleh para inang dan dukun.

Warna hijau diperuntukkan bagi puteri bangsawan

Warna ungu dipakai oleh para janda.

Selain peraturan pemakaian baju bodo itu, dahulu juga

masih sering didapati perempuan Bugis-Makassar yang

mengenakan Baju Bodo sebagai pakaian pesta, utamanya

pada pesta pernikahan. Akan tetapi saat ini, baju adat ini

sudah semakin terkikis oleh perubahan zaman. Baju bodo kini

terpinggirkan, digantikan oleh kebaya modern, gaun malam

yang katanya modis, atau busana-busana yang lebih simpel

dan mengikuti trend. Meskipun demikian, di daerah-daerah

tertentu atau kampung-kampung bugis di luar kota yang jauh

dari pengaruh budaya luar, baju bodo masih banyak

dikenakan untuk acara-acara pernikahan dan acara-acara

lain. Baju bodo juga tetap dikenakan oleh mempelai

perempuan dalam resepsi pernikahan ataupun akad nikah.

Begitu pula untuk passappi’-nya (Pendamping mempelai,

biasanya anak-anak). Juga digunakan oleh pagar ayu.

2) Baju Bella Dada

Pakaian adat pria Bugis-Makassar terdiri atas Baju, celana

atau Paroci, kain sarung atau Lipa' Garusu' dan tutup kepala

atau Passapu'. Baju yang dikenakan pada bagian atas

berbentuk jas tutup dan baju belah dada. Model baju yang

tampak adalah berlengan panjang dengan leher berkerah dan

saku baju terletak dikanan dan kiri baju serta dibubuhi kancing

yang terbuat dari warna emas atau perak dan dipasang pada

leher baju. Model tersebut sama untuk kedua jenis baju adat

pria Bugi-Makassar baik untuk Baju Bella dan Jas Tutu',

perbedaan hanya terlihat pada warna dan bahan yang

digunakan Bahan untuk Jas Tutu' biasanya tebal dan

Page 52: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

38

berwarna gelap biru atau coklat tua, sedangkan untuk Baju

Bella' terbuat dari bahan yang lebih tipis, yaitu berasal dari

kain Lipa' Sa'be atau Lipa Garusu' yang polos, warna terang

dan mencolok mendominasi pakaian ini seperti merah dan

hijau.

Khusus untuk hiasan kepala atau tutup kepala (Songko')

bahan yang biasa digunakan berasal dari kain Passapu' yang

terbuat dari serat daun lontar yang diayam. Tutup kepala pria

Bugi-Makassar yang berhias benang ems disebut Mbiring dan

yang tidak berhiaskan benang emas disebut Passapu' Guru.

Biasaynya yang mengenakan passapu' Guru adalah mereka

yang berstatus sebagai guru mengaji dikampung. Pemakaian

tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan

simbol-simbol tertentu yang melambangkan satus sosial

pemakainya.

Kelengkapan busana adat pria Bugis-Makassar sebagai

aksesori pakaian adat adalah Badik, gelang, Salempang atau

Rante Sembang, Passapu' Embara', dan hiasan Pada tutup

kepala atau Sigara'. Badik yang selalu digunakan ialah

badik denang kepala dan sarung terbuat dari emas yang

dikenal dengan sebutan Passatimpo atau Tatapareng, Jenis

Badik ini adalah benda pusaka yang dikeramatkan oleh

pemiliknya.bahkan dapat digantungi sejenis jimat yang

disebut maili. Agar Badik tidak mudah lepas dan tetap pada

tempatnya, maka diberi pengikat yang disebut Talibannang.

Adapun gelang yang menjadi perhiasan para pria Bugi-

Makasar, biasanya berbentuk ular naga dan terbuat dari emas

atau disebut Ponto Naga.

Page 53: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

39

Gambar 14 Baju Bodo (http://amalfahri.blogspot.co.id)

4. Rumah Adat Suku Bugis

Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan

rumah panggung dari suku yang lain (Sumatera dan Kalimantan).

Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tambahan di

samping bangunan utama dan bagian depan, orang bukis

menyebutnya lego.

Berikut adalah bagian-bagian utamanya :

1) Tiang utama (alliri), biasanya terdiri dari 4 batang setiap

barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan

dibuat. tetapi padaumumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi

totalnya ada 12 batang alliri.

2) Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari

alliri di setiap barisnya.

3) Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas

dari alliripaling tengah tiap barisnya.

Mengapa orang bugis suka dengan arsitektur rumah yang

memiliki kolong Konon, orang bugis, jauh sebelum islam masuk ke

tanah bugis (tana ugi’), orang bugis memiliki kepercayaan bahwa

alam semesta ini terdiri atas tiga bagian,bagian atas (botting langi),

bagian tengah (alang tengnga) dan bagian bawah (paratiwi).

Page 54: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

40

Mungkin itulah yang mengilhami orang bugis (terutama yang tinggal

di kampung) lebih suka dengan arsitektur rumah yang tinggi

Gambar 15 Bentuk Rumah Adat Suku BUgis (https://zulfaworld.wordpress.com/2014/03/19/kebudayaan-suku-bugis/)

E. Tinjauan Umum Suku Makassar

1. Sejarah Singkat Suku Makassar

Suku bangsa ini sendiri lebih suka menyebut diri mereka sebagai

orang Mangasara. Sebagian besar berdiam di Kabupaten Gowa,

Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros dan Pangkajene di Provinsi

Sulawesi Selatan. Sama seperti suku bangsa bugis, masyarakat ini

juga memiliki kebiasaan merantau melintasi laut. Sebagian di antara

mereka merantau ke berbagai daerah lain di Indonesia, serta

terkenal pula sebagai pelaut dan pedagang antar pulau yang gigih.

Jumlah populasinya sekitar 2.000.000 jiwa.

2. Bahasa Suku Makassar

Bahasa Makassar atau Mangasara dapat dibagi atas beberapa

dialek, antara lain dialek Lakiung, Turatea, Bantaeng, Konjo dan

Selayar. Sama seperti bahasa Bugis, bahasa Makassar juga pernah

mengalami perkembangan dalam kesusasteraan tertulis yang

dikenal sebagai aksara lontarak, yaitu sistem huruf yang bersumber

dari tulisan sansekerta. Salah satu naskah yang terpenting adalah

Sure Galigo atau La Galigo, yaitu sebuah kumpulan mitologi tentang

asal usul masyarakat dan kebudayaan Bugis. Selain itu bahasa

Page 55: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

41

Makassar juga berkembang dalam berbagai bentuk puisi klasik,

seperti kelong (pantun) dan sinriti (prosa liris yang dinyanyikan).

3. Kesenian Suku Makassar

Kesenian yang dimiliki Suku Makassar tidak berbeda dengan

kesenian yang dimiliki Suku Bugis, baik berupa tari-tarian, alat musik

dan juga pakaian adat.

4. Rumah Adat Suku Makassar

Tiap daerah atau tiap suku pasti mempunyai rumah adat khas,

begitu pula dengan Suku Makassar. Rumah dalam bahasa Makassar

disebut "Balla". Rumah ini berbentuk rumah panggung dengan kayu

sebagai penyangganya.

Gambar 16 Rumah Adat Balla Lompoa (http://suku-dunia.blogspot.co.id/2015/11/kebudayaan-suku-makassar.html)

F. Tinjauan Umum Suku Toraja

1. Sejarah Suku Toraja

Teluk Tonkin, terletak antara Vietnam utara dan Cina selatan,

dipercaya sebagai tempat asal suku Toraja. Telah terjadi akulturasi

panjang antara ras Melayu di Sulawesi dengan imigran Cina.

Awalnya, imigran tersebut tinggal di wilayah pantai Sulawesi, namun

akhirnya pindah ke dataran tinggi. Sejak abad ke-17, Belanda mulai

menancapkan kekuasaan perdagangan dan politik di Sulawesi

melalui Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Selama dua

abad, mereka mengacuhkan wilayah dataran tinggi Sulawesi tengah

Page 56: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

42

(tempat suku Toraja tinggal) karena sulit dicapai dan hanya memiliki

sedikit lahan yang produktif. Pada akhir abad ke-19, Belanda mulai

khawatir terhadap pesatnya penyebaran Islam di Sulawesi selatan,

terutama di antara suku Makassar dan Bugis.

Belanda melihat suku Toraja yang menganut animisme sebagai

target yang potensial untuk dikristenkan. Pada tahun 1920-an, misi

penyebaran agama Kristen mulai dijalankan dengan bantuan

pemerintah kolonial Belanda. Selain menyebarkan agama, Belanda

juga menghapuskan perbudakan dan menerapkan pajak daerah.

Sebuah garis digambarkan di sekitar wilayah Sa'dan dan disebut

Tana Toraja. Tana Toraja awalnya merupakan subdivisi dari

kerajaan Luwu yang mengklaim wilayah tersebut. Pada tahun 1946,

Belanda memberikan Tana Toraja status regentschap, dan

Indonesia mengakuinya sebagai suatu kabupaten pada tahun 1957.

Misionaris Belanda yang baru datang mendapat perlawanan kuat

dari suku Toraja karena penghapusan jalur perdagangan yang

menguntungkan Toraja. Beberapa orang Toraja telah dipindahkan

ke dataran rendah secara paksa oleh Belanda agar lebih mudah

diatur. Pajak ditetapkan pada tingkat yang tinggi, dengan tujuan

untuk menggerogoti kekayaan para elit masyarakat. Meskipun

demikian, usaha-usaha Belanda tersebut tidak merusak budaya

Toraja, dan hanya sedikit orang Toraja yang saat itu menjadi Kristen.

Pada tahun 1950, hanya 10% orang Toraja yang berubah agama

menjadi Kristen.

Penduduk Muslim di dataran rendah menyerang Toraja pada

tahun 1930-an. Akibatnya, banyak orang Toraja yang ingin beraliansi

dengan Belanda berpindah ke agama Kristen untuk mendapatkan

perlindungan politik, dan agar dapat membentuk gerakan

perlawanan terhadap orang-orang Bugis dan Makassar yang

beragama Islam. Antara tahun 1951 dan 1965 setelah kemerdekaan

Indonesia, Sulawesi Selatan mengalami kekacauan akibat

Page 57: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

43

pemberontakan yang dilancarkan Darul Islam, yang bertujuan untuk

mendirikan sebuah negara Islam di Sulawesi. Perang gerilya yang

berlangsung selama 15 tahun tersebut turut menyebabkan semakin

banyak orang Toraja berpindah ke agama Kristen. Pada tahun 1965,

sebuah dekret presiden mengharuskan seluruh penduduk Indonesia

untuk menganut salah satu dari lima agama yang diakui: Islam,

Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha. Kepercayaan asli

Toraja (aluk) tidak diakui secara hukum, dan suku Toraja berupaya

menentang dekret tersebut. Untuk membuat aluk sesuai dengan

hukum, ia harus diterima sebagai bagian dari salah satu agama

resmi. Pada tahun 1969, Aluk To Dolo dilegalkan sebagai bagian dari

Agama Hindu Dharma.

2. Bahasa Suku Toraja

Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja,

dengan Sa'dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi dan

digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa Toraja pun

diajarkan di semua sekolah dasar di Tana Toraja. Ragam bahasa di

Toraja antara lain Kalumpang, Mamasa, Tae' ,Talondo', Toala', dan

Toraja-Sa'dan, dan termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-

Polinesia dari bahasa Austronesia. Pada mulanya, sifat geografis

Tana Toraja yang terisolasi membentuk banyak dialek dalam bahasa

Toraja itu sendiri.

Setelah adanya pemerintahan resmi di Tana Toraja, beberapa

dialek Toraja menjadi terpengaruh oleh bahasa lain melalui proses

transmigrasi, yang diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu

adalah penyebab utama dari keragaman dalam bahasa Toraja. Ciri-

ciri yang menonjol dalam bahasa Toraja adalah gagasan tentang

duka cita kematian. Acara kematian di Toraja telah membuat bahasa

mereka dapat mengekspresikan perasaan duka cita dan proses

Page 58: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

44

berkabung dalam beberapa tingkatan yang rumit. Bahasa Toraja

mempunyai banyak istilah untuk menunjukkan kesedihan,

kerinduan, depresi, dan tekanan mental.

3. Kesenian Suku Toraja

a) Upacara Kelahiran (Aluk Ma’lolo)

Dalam upacara Aluk Ma’lolo, tali pusar dari bayi yang baru

lahirdikubur di bawah tangga rumah yang letaknya di sebelah

timur. Pada penguburan tersebut lalu dipanjatkan doa agar saat

tumbuh dewasa bisa menjadi orang yang bijaksana. Tujuan dari

upacara Aluk Ma’lolo adalah agar setelah tumbuh dewasa nanti

ia tidak lupa dengan kampung halamannya,apalagi saat

merantau dan juga selalu bersikap sopan tingkah laku ataupun

ucapan dengan tidak mau mengucapkan kata yang mengandung

arti pembodohan. Ada kepercayaan suku toraja bahwa nasib

seseorang sudah ditentukan sebelum dia lahir oleh dewa yang

disebut 'dalle'.Namun nasib tersebut masih bisa dikembangkan

hingga bayi itu bisa mendapat kebahagiaan saat ia dewasa.

Upacara Aluk Ma'lolo ini dilaksanakan pada pagi hari dan

dilakukan di sebelah timur rumah Tongkonan.

b) Upacara adat Kematian (Rambu Solo)

1) Pengertian

Rambu Solo adalah sebuah upacara pemakaman secara adat

yang mewajibkan keluarga almarhum membuat sebuah pesta

sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang

telah pergi dan dilakukan pada tengah hari. Tujuan

diadakannya upacara rambu solo adalah untuk menghormati

dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia

menuju alam roh,yaitu kembali kepada keabadian bersama

para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan

2) Prosesi

Page 59: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

45

Secara garis besar upacara pemakaman terbagi kedalam 2

prosesi, yaitu Prosesi Pemakaman (Rante) dan Pertunjukan

Kesenian. Prosesiprosesi tersebut tidak dilangsungkan

secara terpisah, namun saling melengkapi dalam keseluruhan

upacara pemakaman. Prosesi Pemakaman atau Rante

tersusun dari acara-acara yang berurutan. Prosesi

Pemakaman Rante) ini diadakan di lapangan yang terletak di

tengah kompleks Rumah Adat Tongkonan, antara lain:

Ma’Tudan Mebalun, yaitu proses pembungkusan jasad

Ma’Roto, yaitu proses menghias peti jenazah dengan

menggunakan benang emas dan benang perak.

Ma’Popengkalo Alang, yaitu proses perarakan jasad yang

telah dibungkus ke sebuah lumbung untuk disemayamkan.

Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad

dari area Rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman

yang disebut Lakkian.

Prosesi yang kedua adalah Pertunjukan Kesenian. Prosesi

ini dilaksanakan tidak hanya untuk memeriahkan tetapi juga

sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi orang yang

sudah meninggal. Dalam Prosesi Pertunjukan kesenian

Anda bisa menyaksikan:

Perarakan kerbau yang akan menjadi kurban

Pertunjukan beberapa musik daerah, yaitu Pa’Pompan,

Pa’Dali-dali, dan Unnosong.

Pertunjukan beberapa tarian adat, antara lain Pa’Badong,

Pa’Dondi, Pa’Randing, Pa’katia, Pa’Papanggan, Passailo

dan Pa’Silaga Tedong.

Pertunjukan Adu Kerbau, sebelum kerbau-kerbau tersebut

dikurbankan.

Penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban.

Page 60: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

46

Ma’Palao atau Ma’Pasonglo, yaitu proses perarakan jasad

dari area Rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman

yang disebut Lakkian.

4. Rumah Adat Suku Toraja

a) Rumah Tongkonan

Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di

atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah,

hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja

tongkon ("duduk").Tongkonan merupakan pusat kehidupan

sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan

sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh

karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena

Tongkonan melambangan hubungan mereka dengan leluhur

mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama

dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku

Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar

upacara yang besar.

Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang

melelahkan dan biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga

besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat

kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat

"pemerintahan". Tongkonan pekamberan adalah milik anggota

keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan

tradisi lokal sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di

tongkonan batu. Eksklusifitas kaum bangsawan atas tongkonan

semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari

pekerjaan yang menguntungkan di daerah lain di Indonesia.

Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu

membangun tongkonan yang besar.

Page 61: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

47

Gambar 17 Tongkionan Toraja

(http://worldin1001view.com/)

b) Alang

Alang merupakan tempat penyimpanan padi, didaerah lain

sering disebut lumbung. Didirikan dengan tiang yang agak tinggi

untuk menghindari gangguan binatang dan serangga yang dapat

merusak keranjang padi. Padi merupakan makanan utama yang

diyakini memiliki roh sehingga memerlukan pemeliharaan yang

khusus, demikian pula dengan tempat penyimpanannya.

Menurut keyakinan “Aluk Todolu”, padi memiliki roh sehingga

tidak dapat dicampur dengan bahan makanan lain. Padi diyakini

sebagai tanaman makanan yang dijaga oleh dewa pemelihara

padi (diata diata pare). Padi juga digunakan untuk sajian pada

sesuatu yang dipuja dan disembah. Padi tidak dapat disimpan di

rumah tinggal karena dianggap rumah adalah tempat yang tidak

bersih, sehingga dibangunlah Alang (lumbung padi).

Page 62: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

48

Gambar 18 Alang Toraja (http://travel.detik.com/)

G. Studi Literatur Bangunan Sejenis

1. Museum Sonobudoyo

Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan

Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini

menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang

dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik

Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung

perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa

macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris),

dan topeng Jawa.

Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit. Museum Sonobudoyo

Unit I terletak di Jalan Trikora No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II

terdapat di nDalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-

alun Utara Keraton Yogyakarta. Museum yang terletak di bagian

utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga

menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan

aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik

gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara

ringkas dari jam 08.00-10.00 malam pada hari kerja untuk para turis

asing maupun turis domestik.

Page 63: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

49

Gambar 19 Museum Sonobudoyo (http://www.sonobudoyo.com/en)

2. Museum Nasionalo Republik Indonesia

Museum Nasional dimulai pada tanggal 24 April 1778 dengan

dibentuknya sebuah wadah perkumpulan intelektual dan ilmuwan

Belanda yang berada di Hindia Belanda, tepatnya di kota Batavia,

yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen (Perkumpulan (-warga) Batavia untuk Seni dan Ilmu

Pengetahuan). Lembaga ini memiliki tujuan untuk mempromosikan

penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang sejarah, arkeologi, etnografi, dan mempublikasikan berbagai

penemuan-penemuan di bidang tersebut.

Salah seorang pendiri, J.C.M. Radermacher menyumbangkan

bangunan, koleksi buku-buku dan benda-benda budaya yang

merupakan awal berharga untuk sebuah museum dan perpustakaan

bagi masyarakat. Karena semakin meningkatnya jumlah koleksi,

Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles pada awal abad ke 19

membangun tempat baru di Jalan Majapahit no. 3, di pavilyun

gedung Harmonie dan menamakannya Literary Society. Kemudian

pada periode berikutnya tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda

memutuskan untuk membangun gedung museum baru yang tidak

hanya berfungsi sebagai kantor tetapi juga sebagai tempat

perawatan dan memamerkan koleksi-koleksi yang ada.

Museum ini dibuka secara resmi pada tahun 1868. Museum ini

dikenal sebagai Gedung Gajah atau Gedung Arca, karena terdapat

Page 64: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

50

patung gajah yang terbuat dari perunggu di halaman depan yang

merupakan pemberian dari Raja Siam (Thailand) pada bulan Maret

1871. Patung Gajah yang sama juga diberikan kepada negara

Singapura dan hingga kini masih berada di Raffles Museum

Singapura. Sedangkan disebut sebagai gedung arca karena di sini

terdapat berbagai jenis dan bentuk patung/ arca dari berbagai

babakan periode sejarah nusantara.

Gambar 20 Museum Nasianal RI (https://ariesaksono.wordpress.com)

3. Museum La Galigo Benteng Rotterdam Makassar

Museum Lagaligo benteng Rotterdam terbagi kedalam beberapa

ruangan antara lain: Ruang Pra-sejarah yang memuat benda-benda

prasejarah, kemudian ruang Agraris yang memuat alat-alat yang

dipakai pada masa pertanian Tradisional Sulsel, Trus ruang Maritum

yang menyimpan alat-alat kelautan dan kemaritiman Sulsel yang

terkenal ulung dalam mengarungi Samudera. Ruang selanjutnya

adalah ruang Tata Kota, disini tersimpan alat-alat yang dipakai pada

zaman Kota Klasik Makassar.

Ruang selanjutnya adalah ruangan tempat Foto orang-orang

besar Sulsel, diantaranya Foto Sultan Hasanuddin, Arung Palakka,

Syeikh Yusuf, Amanna Gappa, Andi Jemma, Pembesar Kompeni

Speelman, foto Perjanjian Bongaya dll. Ruag selanjutnya adalah

ruang foto Kepala Daerah Sulsel. kemudian ruang lainnya adalah

Ruang Senjata Tajam/Api diantaranya badik, keris, Pedang, Tombak

Page 65: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

51

khas empat suku besar Sulawesi bagian selatan, senjata api klasik

VOC pun tersedia ditempat ini, diantaranya Pistol emas, Meriam

berbagai ukuran, serta peluru pistol, bedil dan meriam berbagai

ukuran. Masih bayak ruangan-runangan sejarah pada musium ini,

dan yang tak kalah bersejarahnya adalah Bekas penjara pangeran

Diponegoro. Fasilitas Museum lagaligo tergolong lengkap, jika anda

suka membeli cindera mata, maka di dalam kawasan benteng

Rotterdam terdapat stand yang menjual cindera mata khas Sulawesi,

diantaranya Lipa’ Sabbe, Songkok Guru, Buku-buku sejarah Sulsel,

Hiasan dinding antik serta cindera mata lainnya

Gambar 21 Museum La Galigo (https://fitrisunfatayati.wordpress.com)

4. Museum Buntu kalando di Toraja

Museum Buntu Kalando merupakan bekas istana dengan gaya

bangunan berbentuk klasik tradisional. Di depan museum terdapat

lima buah lumbung padi sebagai ciri istana/ rumah adat

Toraja. Museum Buntu Kalando didirikan dan diresmikan pada

tanggal 29 Juli 1980. Pendirian museum ini adalah atas anjuran

beberapa tokoh masyarakat agar beberapa benda-benda

peninggalan budaya yang bernilai sejarah mempunyai wadah

sebagai tempat pemeliharaan dan perawatan dalam rangka

pelestarian budaya nasional. Fungsi lain dari museum ini adalah

sebagai pusat pelayanan masyarakat adat. Koleksi museum Buntu

Kalando berjumlah 701 terdiri dari koleksi geografi, arkeologi,

numismatik/ heraldik, keramik, dan seni rupa.

Page 66: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

52

Gambar 22 Museum Buntu Kalando di Toraja (http://www.torajaland.com/)

5. Museum Guggenheim Bilbao

Guggenheim Museum Bilbao adalah museum seni modern dan

kontemporer, yang dirancang oleh arsitek Kanada-Amerika Frank

Gehry, dan terletak di Bilbao, Basque Country, Spanyol. Museum ini

diresmikan pada 18 Oktober 1997 oleh mantan Raja Juan Carlos I

dari Spanyol. Dibangun di samping Sungai Nervion, yang berjalan

melalui kota Bilbao ke Laut Cantabria, itu adalah salah satu dari

beberapa museum milik Solomon R. Guggenheim Foundation dan

fitur pameran permanen dan mengunjungi karya-karya seniman

Spanyol dan internasional. Ini adalah salah satu museum terbesar di

Spanyol. Salah satu karya yang paling dikagumi arsitektur

kontemporer, bangunan telah dipuji sebagai "momen sinyal dalam

budaya arsitektur", karena merupakan "salah satu momen yang

langka ketika kritikus, akademisi, dan masyarakat umum semua

benar-benar bersatu tentang sesuatu. museum ini bangunan yang

paling sering disebut sebagai salah satu karya yang paling penting

selesai sejak tahun 1980 di Dunia Arsitektur Survey 2010 di antara

para ahli arsitektur.

Page 67: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

53

Gambar 23 Museum Guggenheim

6. The Art Gallery of Alberta Museum

The Art Gallery of Alberta Museum (Art Gallery Edmonton)

adalah galeri seni publik yang terletak di pusat kota Edmonton,

Alberta, Kanada. koleksi dari lebih dari 6.000 karya seni termasuk

lukisan historis dan kontemporer, patung, karya instalasi dan foto-

foto oleh seniman Kanada dan internasional. Selain koleksi tetapnya,

tuan rumah AGA mengunjungi pameran dan menawarkan program

pendidikan publik. Awalnya dirancang pada tahun 1968 sebagai

bangunan Brutalist oleh Don Bittorf, galeri baru-baru ini menjalani

renovasi yang dirancang oleh Randall Stout Arsitek. Secara resmi

dibuka kembali untuk umum pada tanggal 31 Januari 2010.

direnovasi 85.000 kaki persegi (7.900 m2) ruang meliputi hampir dua

kali lipat ruang pameran dari bangunan aslinya; restoran, toko galeri,

dan 150 kursi teater; dan ruang galeri khusus untuk koleksi

permanen AGA ini.

Page 68: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

54

Gambar 24 The Art Gallery of Alberta Museum

7. Royal Ontario Museum

Royal Ontario Museum (ROM, Prancis: Musée royal de l'Ontario)

adalah museum seni, budaya dunia dan sejarah alam di Toronto,

Kanada. Ini adalah salah satu museum terbesar di Amerika Utara,

yang terbesar di Kanada, dan menarik lebih dari satu juta

pengunjung setiap tahun, museum terbesar kedua di Kanada setelah

Montreal Museum of Fine Arts. Museum ini utara dari Taman Ratu,

di University of Toronto kabupaten, dengan pintu masuk utama di

Bloor Street West. Museum stasiun kereta bawah tanah Komisi

Transit Toronto dinamai ROM, dan sejak tahun 2008, itu dihiasi

menyerupai koleksi lembaga. Stasiun St. George dekat pintu masuk

baru museum juga. Didirikan pada tanggal 16 April 1912 dan dibuka

pada 19 Maret 1914, museum telah mempertahankan hubungan

dekat dengan Universitas Toronto sepanjang sejarahnya, sering

berbagi keahlian dan sumber daya. Museum ini berada di bawah

kendali langsung dan manajemen dari University of Toronto sampai

tahun 1968, ketika menjadi lembaga independen dari pemerintah

Ontario. Hari ini, museum ini terbesar lembaga bidang penelitian

Kanada, dengan kegiatan penelitian dan konservasi yang

Page 69: MUSEUM KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN - Unhas

55

menjangkau seluruh dunia, dengan lebih dari enam juta item dan

empat puluh galeri, koleksi beragam museum budaya dunia dan

sejarah alam berkontribusi reputasi internasional. Museum ini berisi

koleksi penting dari dinosaurus, mineral dan meteorit, Timur Dekat

dan seni Afrika, Seni dari Asia Timur, sejarah Eropa, dan sejarah

Kanada. Merumahkan koleksi terbesar di dunia dari fosil dari

Burgess Shale dengan lebih dari 150.000 spesimen. Museum ini

juga berisi koleksi desain dan seni rupa, termasuk pakaian, interior,

dan desain produk, terutama Art Deco.

Gambar 25 Royal Ontario Museum