OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN...

124
OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Tyas Ayu Puspita 038114132 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Transcript of OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN...

Page 1: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Tyas Ayu Puspita

038114132

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

i

Page 2: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Tyas Ayu Puspita

038114132

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

ii

Page 3: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

Skripsi Berjudul

OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN

GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH

DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

Yang diajukan oleh :

Tyas Ayu Puspita

038114132

Telah disetujui oleh

Pembimbing

Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.

Tanggal ....................................

iii

Page 4: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

Pengesahan Skripsi Berjudul

OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN

NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

Oleh :

Tyas Ayu Puspita NIM : 038114132

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

pada tanggal : 17 Februari 2007

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan Rita Suhadi, M.Si., Apt. Pembimbing: (Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.) Panitia Penguji: 1. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. ............................. 2. Rini Dwi Astuti, S.Farm., Apt. ............................ 3. Christine Patramurti, M.Si, Apt. ............................

iv

Page 5: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

Kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus yang selalu menyertaiku Bapak dan Mama yang tak henti mendukung setiap langkah hidupku De’ Nares dan Danu yang selalu menyayangiku Seseorang yang selalu ada menemaniku Teman dan Sahabat yang mewarnai hidupku Almamaterku

Pengetahuan yang sejati adalah... Ketika itu didasarkan pada takut akan Tuhan.. Ketika itu dapat membawa kemuliaan bagi DIA.. Ketika itu dapat berguna untuk memulihkan dunia.. Ketika itu dapat berguna untuk menolong sesama.. Segala pengetahuan di bumi suatu saat akan berlalu Namun satu hal yang pasti Selagi hal itu ada, ku tak kan henti tuk mengusahakannya Supaya lewat pengetahuan yang ada padaku Dunia boleh melihat kebesaran-Nya

Kata Persembahan

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku

Filipi 4 : 13

v

Page 6: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah menganugerahkan segala kemurahan, kekuatan, dan penyertaanNya

sehingga skripsi berjudul Optimasi Campuran Natrium sitrat–Asam Fumarat dan

Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent

Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi

Basah Dengan Metode Desain Faktorial dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

(S. Farm.), Program Studi Ilmu Farmasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., Selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing dan penguji

yang telah banyak membantu dan mendampingi dalam penyusunan skripsi ini

dari awal sampai akhir.

3. Ibu Rini Dwi Astuti, S.Farm., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak

memberi masukan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih

sempurna.

4. Ibu Christine Patramurti, M.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak

memberi masukan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih

sempurna.

vi

Page 7: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

5. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, S.Si., Apt., selaku dosen yang telah banyak

memberi bimbingan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini dari awal

sampai akhir.

6. Dr. Sudibyo Martono, M.S., selaku dosen yang telah membantu dalam

penyediaan bahan berupa kurkumin baku sintesis.

7. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. dan Bapak Yohanes Dwiatmaka,

M.Si., Apt. yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama

pengerjaan skripsi ini.

8. Made Dwi Rantiasih dan Lucia Esti Purwandari yang telah menjadi rekan

sekerja dalam pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir sekaligus sebagai

teman dan sahabat yang selalu mendukung dan memberikan banyak masukan

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Para laboran: Bapak Musrifin, Bapak Iswandi, Mas Agung, Mas Otok, Mas

Wagiran, Mas Sigit, dan Mas Andri, serta Bapak Kiran, laboran Laboratorium

Galenika Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, yang telah banyak

membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang masih

harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

Penulis

vii

Page 8: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, .............................

Penulis

Tyas Ayu Puspita

viii

Page 9: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

INTISARI

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian tentang optimasi

campuran asam berupa natrium sitrat dan asam fumarat, dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek natrium sitrat–asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. Sifat fisik granul effervescent yang diuji meliputi kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan area komposisi formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak yang optimum. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni menggunakan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.

Hasil pengolahan data dengan desain faktorial menunjukkan hasil bahwa natrium bikarbonat merupakan faktor yang diprediksi dominan dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent. Waktu larut granul effervescent diprediksi dominan dipengaruhi oleh faktor interaksi antara campuran asam dan natrium bikarbonat. Sedangkan campuran asam antara natrium sitrat dan asam fumarat diprediksi berpengaruh dominan dalam menentukan kandungan lembab granul effervescent. Dari contour plot super imposed ditemukan area optimum kombinasi campuran asam dan natrium bikarbonat dengan sifat fisik granul effervescent yang dikehendaki dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

Kata kunci : natrium sitrat, asam fumarat, natrium bikarbonat, ekstrak rimpang temulawak, granul effervescent, desain faktorial.

ix

Page 10: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

ABSTRACT

The research were about optimization of acid combination between

natrium citrate and fumaric acid, and sodium bicarbonate as excipients in granules effervescent of tumeric extract. The aims of this research were to observe which effect of sodium citrate–fumaric acid, sodium bicarbonate, or their interaction that was dominant in determining physical properties of effervescent granules of tumeric extract. They were effervescent granules’s flow rate, dissolution time, and moisture content. This research was also aimed to find out the optimum composition area of effervescent granules of tumeric extract. This research was pure experimental research using design factorial method with two factors and two levels.

The result of calculation data with design factorial shown that natrium bicarbonate was predicted as the dominant factor in determining effervescent granules’s flow rate. Dissolution time of effervescent granules predicted dominantly determined by interaction factor between acid combination and sodium bicarbonate. Acid combination between sodium citrate and fumaric acid was predicted dominantly determined effervescent granules’s moisture content. It was found out the optimum composition area from acid combination and sodium bicarbonate with desired physical properties in effervescent granules of tumeric extract. Key words: sodium citrate, fumaric acid, sodium bicarbonate, tumeric extract, effervescent granules, factorial design.

x

Page 11: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

PRAKATA....................................................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii

INTISARI......................................................................................................... ix

ABSTRACT ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1. Permasalahan ....................................................................................... 3

2. Keaslian Penelitian............................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................... 6

A. Temulawak................................................................................................. 6

1. Nama tanaman...................................................................................... 6

xi

Page 12: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

2. Uraian tanaman .................................................................................... 6

3. Khasiat ................................................................................................. 7

4. Kandungan kimia ................................................................................. 8

B. Maserasi ..................................................................................................... 8

C. Ekstrak ...................................................................................................... 9

D. Kurkumin ................................................................................................... 10

E. Granul Effervescent .................................................................................... 11

F. Bahan-bahan Pembuatan Granul Effervescent ........................................... 14

1. Sumber asam ........................................................................................ 14

2. Sumber karbonat .................................................................................. 15

3. Bahan pengisi ....................................................................................... 15

4. Bahan pengikat..................................................................................... 15

G. Pemerian Bahan ......................................................................................... 16

1. Natrium sitrat anhidrat ......................................................................... 16

2. Asam fumarat ....................................................................................... 16

3. Natrium bikarbonat .............................................................................. 16

4. Laktosa ................................................................................................. 17

5. Aspartam .............................................................................................. 18

6. Polivinilpirolidon (PVP) ...................................................................... 18

H. Sifat Fisik Granul ...................................................................................... 19

1. Sifat alir................................................................................................ 19

2. Kandungan lembab .............................................................................. 19

3. Waktu larut........................................................................................... 19

xii

Page 13: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

I. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri.......................................... 19

J. Desain Faktorial ......................................................................................... 21

K. Landasan Teori........................................................................................... 23

L. Hipotesis..................................................................................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 26

B. Variabel dan Definisi Variabel................................................................... 26

C. Definisi Operasional .................................................................................. 27

D. Bahan Penelitian......................................................................................... 29

E. Alat Penelitian............................................................................................ 29

F. Skema Kerja Penelitian.............................................................................. 30

G. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 31

1. Determinasi tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ...... 31

2. Pengumpulan dan penyiapan simplisia rimpang temulawak ............... 31

3. Pembuatan serbuk rimpang temulawak ............................................... 31

4. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak .............................................. 32

5. Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak........................................ 32

6. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak ...................................... 35

7. Penentuan level rendah dan level tinggi

natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat .......................... 35

8. Formulasi dan pembuatan granul effervescent ..................................... 37

9. Pencampuran bahan ............................................................................. 37

10. Pembuatan granul effervescent............................................................. 37

xiii

Page 14: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

11. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent .......................................... 38

12. Penentuan rumus dan contour plot sifat fisik granul effervescent ....... 39

H. Analisis Hasil ............................................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 40

A. Hasil Determinasi Simplisia Temulawak................................................... 40

B. Penyiapan dan Pembuatan Serbuk Simplisia rimpang Temulawak........... 40

C. Hasil Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak........................................ 42

D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak ...................................... 44

1. Pemeriksaan organoleptis .................................................................... 45

2. Uji daya lekat ....................................................................................... 45

3. Uji viskositas........................................................................................ 46

4. Uji kandungan lembab ......................................................................... 46

5. Uji kualitatif menggunakan KLT densitometri .................................... 48

6. Uji kuantitatif menggunakan KLT densitometri .................................. 51

E. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent ......................................... 54

F. Uji Sifat Fisik Granul Effervescent ............................................................ 58

1. Kecepatan alir ...................................................................................... 59

2. Waktu larut........................................................................................... 62

3. Kandungan lembab .............................................................................. 65

G. Optimasi Formula Granul Effervescent...................................................... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 74

A. Kesimpulan ................................................................................................ 74

B. Saran........................................................................................................... 74

xiv

Page 15: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75

LAMPIRAN..................................................................................................... 78

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 104

xv

Page 16: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

DAFTAR TABEL

I. Notasi Formula Desain Faktorial ...................................................... 22

II. Jumlah natrium sitrat, asam fumarat, dan natrium bikarbonat

untuk masing-masing formula granul effervescent ........................... 36

III. Formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ................ 37

IV. Hasil uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak ............................ 44

V. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak rimpang temulawak........... 45

VI. Nilai Rf dan warna bercak hasil KLT densitometri .......................... 51

VII. Hubungan kadar kurkumin baku dengan area kromatogram

untuk pembuatan kurva baku ............................................................ 52

VIII. Hasil perolehan kembali dan koefisien variasi kurkumin ................. 53

IX. Hasil uji sifat fisik granul effervescent.............................................. 59

X. Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent ........ 59

XI. Hasil perhitungan perolehan kembali dan

koefisien variasi kurkumin................................................................ 81

XII. Data uji viskositas ekstrak rimpang temulawak................................ 82

XIII. Data uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak ............................... 83

XIV. Data uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ................. 83

XV. Kadar kurkumin dalam sampel ......................................................... 84

XVI. Data uji kecepatan alir granul effervescent ....................................... 91

XVII. Nilai respon kecepatan alir masing-masing formula......................... 91

XVIII. Nilai efek terhadap kecepatan alir granul effervescent ..................... 92

xvi

Page 17: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

XIX. Nilai b grafik hubungan peningkatan level campuran asam

dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir ............................... 92

XX. Data uji waktu larut granul effervescent............................................ 94

XXI. Nilai respon waktu larut masing-masing formula............................. 95

XXII. Nilai efek terhadap waktu larut granul effervescent.......................... 95

XXIII. Nilai b grafik hubungan peningkatan level campuran asam

dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut.................................... 96

XXIV. Data uji kandungan lembab granul effervescent ............................... 98

XXV. Nilai respon kandungan lembab masing-masing formula................. 98

XXVI. Nilai efek terhadap kandungan lembab granul effervescent ............. 99

XXVII. Nilai b grafik hubungan peningkatan level campuran asam

dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab ....................... 99

xvii

Page 18: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

DAFTAR GAMBAR

1. 1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-dione

atau kurkumin ............................................................................................ 10

2. Skema kerja penelitian ............................................................................... 30

3. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi

sinar UV 254 nm ........................................................................................ 49

4. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi

sinar UV 365 nm ........................................................................................ 50

5. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin ............................................... 52

6. Kurva hubungan kadar kurkumin baku dengan

area kromatogram untuk pembuatan kurva baku ....................................... 53

7. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level

campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap

kecepatan alir granul effervescent .............................................................. 60

8. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level

campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap

waktu larut granul effervescent .................................................................. 64

9. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level

campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap

kandungan lembab granul effervescent ...................................................... 66

10. Contour plot kecepatan alir granul effervescent......................................... 70

11. Contour plot waktu larut granul effervescent............................................. 71

12. Contour plot kandungan lembab granul effervescent................................. 72

xviii

Page 19: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

13. Contour plot super imposed sifat fisik granul effervescent........................ 73

14. Foto tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ........................ 78

15. Foto rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)......................... 78

16. Kromatogram kurva baku .......................................................................... 80

17. Foto ekstrak rimpang temulawak............................................................... 82

18. Kromatogram sampel ................................................................................. 85

19. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ....................................... 102

20. Contoh hasil larutan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak ...... 102

xix

Page 20: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto tanaman dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ... 78

2. Data kurva baku larutan kurkumin baku.................................................... 79

3. Data perhitungan nilai recovery dan koefisien variasi............................... 81

4. Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak.............................................. 82

5. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak ............................................ 86

6. Perhitungan level natrium sitrat-asam fumarat dan natrium bikarbonat.... 87

7. Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.................. 91

8. Surat pengesahan determinasi .................................................................... 103

xx

Page 21: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

1

1, 6, 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional di masyarakat bukan merupakan hal yang

baru. Obat tradisional mulai muncul dan berkembang sejak jaman nenek moyang.

Obat tradisional merupakan potensi dalam perkembangan dunia kefarmasian

khususnya di Indonesia, namun sampai saat ini penggunaan obat tradisional masih

terbatas khususnya dalam bidang bentuk sediaan. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang formulasi obat mendorong

pengembangan obat tradisional dalam hal bentuk sediaan. Pengembangan

formulasi obat dari bahan alam dapat menghasilkan suatu bentuk sediaan obat

yang aman, berkhasiat, dan mudah diterima oleh masyarakat.

Penelitian tentang pengembangan bentuk sediaan obat tradisional telah

banyak dilakukan. Natalia (2006) telah melakukan penelitian tentang Optimasi

Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah. Dalam

penelitian tersebut, dilakukan pengembangan formulasi ekstrak rimpang

temulawak menjadi suatu bentuk sediaan granul effervescent karena hal ini dirasa

penting mengingat temulawak memiliki khasiat dan kegunaan yang sangat

beragam, salah satunya yaitu merangsang penciutan volume kandung empedu.

Pemilihan bentuk sediaan effervescent didasarkan pada kelebihan bentuk sediaan

ini. Penggunaan sediaan effervescent memungkinkan penyiapan larutan dalam

1

Page 22: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

2

waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat, selain itu rasa

menyegarkan akibat CO2 yang dihasilkan dari reaksi effervescent merupakan

keunggulan sediaan ini. Dalam penelitian tersebut telah dilakukan optimasi

terhadap kombinasi sumber asam yaitu natrium sitrat dan asam fumarat sebagai

eksipien granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

Kandungan asam dan basa karbonat dalam sediaan effervescent sangatlah

penting mengingat fungsinya yang terkait dengan kecepatan larut sediaan

effervescent sebelum dikonsumsi. Asam dan basa karbonat dalam sediaan

effervescent dengan adanya air akan bereaksi menghasilkan gas CO2 yang

berfungsi dalam disintegrasi. Mengingat pentingnya kedua jenis eksipien tersebut,

bukan hanya sumber asam saja namun juga sumber karbonat, maka perlu

dilakukan optimasi terhadap campuran sumber asam dan sumber karbonat dalam

pembuatan granul effervescent. Komposisi sumber asam dan sumber karbonat

yang optimum akan menghasilkan granul effervescent dengan kualitas yang

dikehendaki. Granul effervescent yang dihasilkan diharapkan memenuhi

persyaratan uji sifat fisik seperti kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan

lembab granul effervescent.

Dalam penelitian ini optimasi dilakukan terhadap campuran natrium sitrat-

asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul

effervescent. Sumber asam yang digunakan dalam penelitian merupakan

kombinasi dari natrium sitrat dan asam fumarat karena dalam pembuatan granul

effervescent dengan menggunakan satu jenis asam saja akan menimbulkan

kesukaran. Apabila natrium sitrat saja yang digunakan maka akan menghasilkan

Page 23: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

3

campuran yang lekat dan sukar menjadi granul. Selain itu granul effervescent yang

dihasilkan tidak akan stabil karena mudah terjadi reaksi effervescent dini. Hal ini

disebabkan sifat higroskopis dari natrium sitrat. Oleh karena itu dengan kombinasi

kedua sumber asam ini diharapkan dapat dihasilkan granul effervescent yang

stabil dan mudah larut dalam air. Sumber karbonat yang dipilih dalam penelitian

ini adalah natrium bikarbonat karena merupakan sumber karbondioksida utama

dalam sistem effervescent (Mohrle, 1980).

Optimasi formula dilakukan dengan metode desain faktorial dengan dua

faktor dan dua level. Area komposisi formula granul effervescent yang optimum

dapat diketahui lewat contour plot super imposed. Selain itu juga dapat diketahui

efek yang dominan antara natrium sitrat–asam fumarat, natrium bikarbonat, atau

interaksi keduanya yang menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak.

1. Permasalahan

Permasalahan yang akan diteliti adalah:

a. efek manakah yang diprediksi dominan dalam menentukan sifat fisik granul

effervescent ekstrak rimpang temulawak, campuran natrium sitrat–asam

fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya?

b. apakah ditemukan area komposisi formula campuran natrium sitrat–asam

fumarat dan natrium bikarbonat yang optimum dengan sifat fisik granul yang

dikehendaki pada contour plot super imposed dalam pembuatan granul

effervescent ekstrak rimpang temulawak?

Page 24: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

4

2. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang penggunaan ekstrak rimpang temulawak dalam granul

effervescent telah dilakukan. Natalia (2006) telah melakukan penelitian tentang

Optimasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan Granul

Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi

Basah. Penelitian lain terkait penggunaan ekstrak rimpang temulawak dalam

sediaan effervescent juga telah dilakukan oleh Anggraeni (2005) mengenai

Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Secara

Granulasi Basah: Aplikasi Desain Faktorial. Optimasi Campuran Natrium Sitrat–

Asam Fumarat dan Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan

Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial belum pernah

dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan campuran

natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam

pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

b. Manfaat Praktis

Menghasilkan sediaan berupa granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak yang berkhasiat, mudah digunakan, praktis, dan dapat diterima oleh

masyarakat.

Page 25: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

5

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. mengetahui efek natrium sitrat–asam fumarat, natrium bikarbonat, atau

interaksi keduanya yang diprediksi dominan dalam menentukan sifat fisik

granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

b. menentukan area komposisi formula campuran natrium sitrat–asam fumarat

dan natrium bikarbonat yang optimum pada contour plot super imposed dalam

pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

Page 26: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Temulawak

1. Nama tanaman

a. Nama tanaman: Curcuma xanthorrhiza Roxb.

b. Sinonim: C. zerumbed majus Rumph.

c. Nama daerah: temulawak (Sumatera); koneng gede, temu raya, temu besar, aci

koneng, koneng tegel, temulawak (Jawa); temolabak (Madura); tommo (Bali);

tommon (Sulawesi Selatan); karbanga (Ternate).

d. Nama asing: Kiang huang (China), harida, haldi (IP), halud (Bengali), kurkum

(Arab), zardcchobacch (Persia), menjal (Tanil), kunong-huyung (Indochina).

e. Nama simplisia: Curcumae Rhizoma (rimpang temulawak) (Dalimartha,

2000).

2. Uraian tanaman

Terna tahunan (perennial) ini tumbuh merumpun dengan batang semu

yang tumbuh dari rimpangnya. Batang semu berasal dari pelepah-pelepah daun

yang saling menutup membentuk batang. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2 m.

Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, berbentuk bulat memanjang atau lanset, panjang

31-84 cm, lebar 10-18 cm, berwarna hijau, pada sisi kiri dan kanan ibu tulang

daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah keunguan. Perbungaan

termasuk tipe exantha, yaitu jenis temu yang bunganya keluar langsung dari

rimpang yang panjangnya mencapai 40-60 cm. Bunga majemuk berbentuk bulir,

6

Page 27: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

7

bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran

dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam

warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah. Bunga mekar pada pagi

hari dan berangsur-angsur layu pada sore hari. Sejauh ini, temulawak belum

pernah dilaporkan menghasilkan buah atau biji. Rimpang dibedakan atas rimpang

induk (empu) dan rimpang cabang. Rimpang induk bentuknya jorong atau

gelondong, berwarna kuning tua atau cokelat kemerahan, bagian dalam berwarna

jingga cokelat. Rimpang cabang keluar dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil,

tumbuhnya ke arah samping, bentuknya bermacam-macam, dan warnanya lebih

muda. Akar-akar di bagian ujung membengkak, membentuk umbi yang kecil

(Dalimartha, 2000).

3. Khasiat

Temulawak mempunyai khasiat laktagoga, kolagoga, antiinflamasi,

tonikum, dan diuretik. Minyak atsiri temulawak, juga berkhasiat fungistatik pada

beberapa jenis jamur dan bakteriostatik. Rimpang temulawak digunakan juga

digunakan untuk pengobatan radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice),

radang ginjal, radang kronis kandung empedu (kolesistitis kronik), meningkatkan

aliran empedu ke saluran cerna, perut kembung, tidak nafsu makan (anoreksia)

akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu, rematik, memulihkan

kesehatan setelah melahirkan, sembelit, diare, batu empedu (kolelitiasis),

kolesterol darah tinggi (hiperkolesterolemia), haid tidak lancar, flek hitam di

wajah, jerawat, wasir, dan produksi ASI sedikit (Dalimartha, 2000).

Page 28: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

8

4. Kandungan kimia

Temulawak mengandung fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri

(3-12%). Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara 48-

54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh

maka kadar patinya semakin rendah dan kadar minyak atsirinya semakin tinggi

(Dalimartha, 2000). Kurkuminoid dalam temulawak terdiri dari kurkumin dan

desmetoksikurkumin (Afifah, 2003). Rimpang temulawak mengandung 1,6-2,2%

kurkumin (Karden, 2003).

B. Maserasi

Istilah maserasi berasal dari bahasa Latin macerare, yang artinya

”merendam” (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka

larutan yang terpekat didesak keluar (Anonim, 1986).

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif

yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah

mengembang dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa

air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka

untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang

diberikan pada awal penyarian.

Page 29: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

9

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Anonim, 1986).

Proses perkolasi memerlukan keterampilan operator yang lebih banyak daripada

proses maserasi dan dari kedua proses, perkolasi mungkin lebih mahal dalam

pelaksanaannya, karena memerlukan peralatan yang khusus dan waktu yang lebih

banyak diperlukan oleh operator (Ansel, 1989). Maserasi merupakan metode

ekstraksi yang paling banyak digunakan. Keuntungan maserasi dibandingkan

dengan perkolasi dan ekstraksi countercurrent adalah sampel yang kecil dapat

disiapkan dengan cara yang sama dengan batch produksi dan teknis. Namun

kerugian metode ini yaitu bahwa proses ini tidak sepenuhnya dapat mengekstraksi

senyawa (List dan Schmidt, 1989).

C. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung (Anonim, 1979). Pada ekstrak tumbuhan jika bahan

pengekstraksinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak,

yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi:

1. ekstrak encer (extractum tenue): sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu

dan dapat dituang.

2. ekstrak kental (extractum spissum): sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan

tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sekitar 30%.

Page 30: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

10

3. ekstrak kering (extractum siccum): sediaan ini memiliki konsistensi kering dan

mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan

sisanya terbentuk suatu produk, yang sebaiknya menunjukkan kandungan

lembab tidak lebih dari 5%.

4. ekstrak cair (extractum fluidum): sediaan ini dibuat sedemikian hingga 1

bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair (Voigt, 1994).

D. Kurkumin

Salah satu kandungan dalam rimpang temulawak yaitu kurkuminoid yang

termasuk dalam golongan diarilheptanoid (Tonnesen dan Karlsen, 1985).

Kurkuminoid dalam rimpang temulawak terdiri dari kurkumin dan

desmetoksikurkumin (Afifah, 2003). Kurkuminoid dalam rimpang temulawak

sebesar 8000-20.000 ppm, sedangkan kurkumin sebesar 100-10.000 ppm (Duke,

1992).

O O

HO

H3CO OCH3

OH

Gambar 1. 1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-dione atau kurkumin

Kurkumin berupa serbuk kristal berwarna orange kekuningan dan

memiliki titik lebur 183oC. Kurkumin larut dalam alkohol dan asam asetat glasial

(Anonim, 1976). Kelarutan kurkumin dalam air yaitu sebesar 0,1 g/l (Anonim,

2006). Warna larutan kurkumin tidak selalu konstan, terkait dengan degradasi

Page 31: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

11

kurkumin atau perubahan kurkumin dalam pelarut. Pada suasana asam, warna

larutan kurkumin adalah kuning namun warnanya berubah menjadi orange

kemerahan dalam suasana basa (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Pada suasana basa,

kurkumin akan terdegradasi menjadi asam ferulat dan asam vanilat (Majeed,

Vladimir, Uma, Rajendran, 1995). Kurkumin juga dapat terdegradasi dengan

adanya cahaya (Tonnesen, Henegouwen, dan Karlsen, 1986).

E. Granul Effervescent

Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar

sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, bila ditambah dengan

air asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga

menghasilkan buih (Ansel, 1989). Granul effervescent dapat dibuat dengan dua

metode yaitu metode basah dan metode kering (Aulton, 2002). Metode basah yang

dimaksud yaitu metode granulasi basah, sedangkan metode kering yaitu granulasi

kering (Linberg, Engfors, Ericsson, 1992). Pada prinsipnya, proses granulasi

dalam pembuatan granul effervescent sama dengan granul konvensional (Mohrle,

1980).

Teknik granulasi basah meliputi pencampuran bahan kering dengan cairan

penggranul untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Massa tersebut

diperkecil ukuran partikelnya sehingga memiliki distribusi ukuran partikel yang

optimum kemudian dikeringkan untuk menghasilkan granul yang kompresibel.

Granulasi basah dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu dengan

Page 32: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

12

menggunakan panas, menggunakan cairan nonreaktif, dan dengan cairan reaktif

(Mohrle, 1980).

1. Granulasi basah

Teknik granulasi basah meliputi pencampuran bahan kering dengan cairan

penggranul untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Massa tersebut yang

mungkin secara alami plastis dan kohesif, diperkecil ukuran partikelnya sampai

mencapai distribusi ukuran partikel yang optimum dan kemudian dikeringkan

untuk menghasilkan granul yang kompresibel. Cara lain yaitu dengan

mengeringkan massa granul yang terbentuk baru kemudian diperkecil ukuran

partikelnya (Mohrle, 1980). Metode granulasi basah dapat dilakukan dengan 3

macam cara:

a. dengan panas

Metode klasik dalam pembuatan granul effervescent meliputi penghilangan

air dari bahan hidrat pada suhu yang rendah untuk membentuk massa granul.

Proses ini sulit dikontrol untuk mencapai hasil yang reprodusibel (Mohrle, 1980).

b. dengan cairan nonreaktif

Pada metode granulasi basah dengan menggunakan cairan nonreaktif,

cairan penggranul yang biasa digunakan seperti etanol dan isopropanol. Cairan ini

ditambahkan pada bahan-bahan yang telah dicampur sebelumnya sampai cairan

terdistribusi merata pada campuran. Bahan pengikat larut alkohol yang biasa

digunakan seperti PVP dapat dilarutkan dalam cairan penggranul sebelum

ditambahkan pada serbuk (Mohrle, 1980).

Page 33: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

13

Keuntungan dari metode granulasi basah dengan menggunakan cairan

nonreaktif adalah tidak semua bahan dalam formulasi perlu kontak dengan cairan

penggranul atau panas pada proses pengeringan. Pada beberapa formulasi,

dilakukan granulasi terpisah antara komponen asam dan basa untuk menghindari

berbagai reaksi. Salah satu kerugian dari cara ini yaitu masih diperlukannya

beberapa proses setelah granul dikeringkan. Kerugian lain yaitu uap dari cairan

penggranul seringkali berbahaya sehingga harus dihilangkan dan dikumpulkan

(Mohrle, 1980).

c. dengan cairan reaktif

Granulating agent yang paling efektif untuk campuran effervescent adalah

air. Dalam proses ini air digunakan sebagai pengikat. Air selalu ditambahkan

dalam bentuk semprotan halus pada bahan-bahan yang dipilih dalam formulasi

ketika dilakukan pencampuran pada ribbon blender. Bahan-bahan tersebut harus

lebih dapat melepaskan air yang diserap daripada menyerap dan mengikatnya.

Salah satu kerugian dalam proses ini adalah bahwa formula yang mengandung

bahan yang rentan terhadap air dan atau panas dapat terdegradasi dengan proses

ini (Mohrle, 1980).

2. Granulasi kering

Granulasi kering dapat dilakukan dengan peralatan khusus seperti roller

compactor atau chilsonator. Prosedur lain dalam granulasi basah yaitu dengan

slugging, dimana slug atau tablet besar dikempa menggunakan peralatan tablet

khusus kemudian dibuat granul dengan karakteristik yang diinginkan (Mohrle,

1980).

Page 34: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

14

F. Bahan-bahan Pembuatan Granul Effervescent

Pemilihan bahan dalam pembuatan granul effervescent lebih rumit

dibandingkan dengan bahan dalam pembuatan granul konvensional. Hal ini terkait

dengan kandungan lembab. Sumber asam dan sumber karbonat dalam granul

effervescent dengan adanya air akan bereaksi membebaskan CO2, hal ini akan

menyebabkan granul hancur. Reaksi ini dapat berlangsung dengan adanya

sejumlah kecil air yang terikat atau diserap oleh bahan penyusun granul. Jika hal

ini terjadi setelah pembuatan granul, akan menyebabkan produk menjadi tidak

stabil. Oleh karena itu, bahan penyusun granul dipilih dalam bentuk anhidrat yang

sedikit atau tidak menyerap lembab atau bentuk hidrat (mengikat air dalam

molekulnya) yang stabil. Kelarutan bahan merupakan sifat lain yang penting

dalam pembuatan granul effervescent. Jika bahan tidak larut, maka reaksi

effervescent tidak akan terjadi dan granul tidak akan hancur secara cepat (Mohrle,

1980).

1. Sumber asam

Keasaman yang diperlukan untuk reaksi effervescent dapat diperoleh dari

tiga sumber utama, yaitu food acid, asam anhidrat, dan garam asam. Beberapa

garam asam tertentu seperti natrium dihidrogen fosfat, dinatrium dihidrogen

pirofosfat, garam asam sitrat, dan natrium asam sulfit digunakan dalam produk

effervescent (Mohrle, 1980).

Bentuk asam anhidrat dapat digunakan dalam produk effervescent. Ketika

dicampur dengan air, asam anhidrat akan terhidrolisis menjadi bentuk asam yang

bersesuaian, yang kemudian dapat bereaksi dengan sumber karbonat untuk

Page 35: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

15

menghasilkan reaksi effervescent. Air tidak boleh digunakan dalam proses

produksi yang melibatkan bentuk anhidrat karena anhidrat akan terlebih dahulu

berubah menjadi bentuk asam yang bersesuaian sebelum produk digunakan

(Mohrle, 1980).

2. Sumber karbonat

Sumber karbonat digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber

timbulnya gas karbondioksida pada produk effervescent. Sumber karbonat yang

biasa digunakan dalam produk effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO3)

dan natrium karbonat (Na2CO3) (Mohrle, 1980).

3. Bahan pengisi

Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil diperlukan bahan

pengisi, untuk memungkinkan suatu pengempaan. Bahan pengisi ini menjamin

granul memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1994). Pengisi juga

dapat ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa

langsung atau untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1986).

4. Bahan pengikat

Pengikat yaitu bahan yang dapat membantu untuk mengikat bahan-bahan

lain menjadi satu. Beberapa bahan memerlukan pengikat untuk membantu

menghasilkan granul. Sifat bahan pengikat yang digunakan untuk granul

effervescent adalah memiliki kelarutan yang baik dalam air (water soluble),

contohnya adalah polyvinylpyrrolidone atau polyvinylpyrrolidone-poly (vinyl

acetate)-copolymer (Linberg, et. al, 1992).

Page 36: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

16

G. Pemerian Bahan

1. Natrium sitrat anhidrat

Natrium sitrat berbentuk anhidrat, mengandung tidak kurang dari 99,0%

dan tidak lebih dari 100,5% C6H5Na2O7 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian

berupa hablur, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih. Kelarutan dalam bentuk

hidrat mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, tidak larut

dalam etanol (Anonim, 1995).

2. Asam fumarat

Meskipun keasamannya kuat namun asam fumarat tidak umum digunakan

dalam sediaan effervescent karena kelarutannya yang rendah dalam air. Asam

fumarat tidak higroskopis dan paling ekonomis diantara food acid (Mohrle, 1980).

Asam fumarat merupakan sumber asam yang memiliki sifat kompresi yang paling

baik (Mohrle, 1980).

Asam fumarat berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

berupa serbuk kristal. Kelarutan dalam air yaitu 4,5 g/L dan dalam etanol (100%)

adalah 36 g/L pada suhu 20 oC (Linberg, et. al, 1992).

3. Natrium bikarbonat

Natrium bikarbonat merupakan sumber karbondioksida utama dalam

sistem effervescent. Natrium bikarbonat larut dalam air, tidak higroskopis, murah,

dan banyak tersedia. Natrium bikarbonat merupakan sumber karbonat yang

memiliki sifat kompresi yang paling baik (Mohrle, 1980).

Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian, berupa

Page 37: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

17

serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara

perlahan-lahan terurai. Kelarutan, larut dalam air, tidak larut dalam etanol

(Anonim, 1995).

4. Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Laktosa memiliki rumus

molekul C12H22O11. Pemerian berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau

putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara namun mudah

menyerap bau. Kelarutan, mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air

mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam

eter (Anonim, 1995).

Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak

bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk

hidrat maupun anhidrat. Laktosa bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila

terkena udara sehingga meningkatkan kelembaban sediaan. Sediaan seperti itu

harus dikemas secara hati-hati untuk mencegah terkena udara lembab (Banker dan

Anderson, 1986).

5. Aspartam

Aspartam merupakan dipeptida metil ester yang terdiri dari dua asam

amino, yaitu fenilalanin dan asam aspartat. Senyawa ini mudah larut dalam air dan

sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut lemak atau minyak yang berfungsi

sebagai pemanis (cit., Anggraeni, 2005). Aspartam merupakan pemanis non

kalori, yang memiliki tingkat kemanisan 200 kali sukrosa dan banyak digunakan.

Page 38: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

18

Aspartam stabil ketika kering namun dapat terhidrolisis dengan adanya lembab

(Allen, 2002).

Penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan masih diijinkan di

Indonesia berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan

Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, namun wajib

mencantumkan peringatan fenilketonuria: mengandung fenilalanin, yang ditulis

dan terlihat jelas pada label jika makanan atau minuman atau sediaan

menggunakan pemanis buatan aspartam (Anonim, 2004). Batas penggunaan

aspartam sebagai bahan pemanis tambahan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

RI No: 208/Men.Kes./PER/IV/1985 tentang Pemanis Buatan adalah 0-40 mg/kg

BB/hari (Anonim, 1985).

6. Polivinilpirolidon (PVP)

PVP adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on. Dalam berbagai bentuk

polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul berkisar antara 10.000

hingga 700.000. Pemerian, berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau

lemah atau tidak berbau, dan higroskopis. Kelarutan, mudah larut dalam air,

dalam etanol P, dalam kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-

rata, praktis tidak larut dalam eter P (Anonim, 1979).

PVP merupakan bahan pengikat pada granul effervescent yang efektif.

Bahan ini biasanya ditambahkan pada serbuk untuk digranulasi baik kering dan

kemudian dibasahi dengan cairan penggranul, atau dalam larutan dengan air,

alkohol, atau hidroalkoholik (Mohrle, 1980).

Page 39: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

19

H. Sifat Fisik Granul

1. Sifat alir

Metode yang paling sederhana untuk menentukan sifat alir secara langsung

yaitu dengan mengukur kecepatan dimana serbuk keluar melalui hopper. Hopper

harus dipilih untuk menghasilkan model yang baik untuk pengukuran sifat alir

(Staniforth, 2002). Menurut Guyot, apabila waktu yang diperlukan oleh 100 gram

granul untuk mengalir lebih lama dari 10 detik (T > 10 detik) dapat dikatakan

bahwa dalam fabrikasi pada skala industri akan dijumpai kesulitan dalam hal

regularitas berat sediaan (cit., Fudholi, 1983).

2. Kandungan lembab

Kandungan lembab dapat mempengaruhi sifat fisika kimia sediaan padat.

Keseimbangan kandungan lembab dapat mempengaruhi aliran dan karakteristik

kompresi serbuk, kekerasan granul dan tablet, serta stabilitas obat (Wedke,

Serajudin, dan Jacobson, 1989). Persyaratan kandungan lembab untuk granul

effervescent antara 0,4%-0,7 % (Fausett, Gayser, dan Dash, 2000).

3. Waktu larut

Granul effervescent yang baik diharapkan terlarut dalam waktu sampai 1

atau 2 menit membentuk larutan yang jernih. Dengan kata lain residu yang tidak

larut harus seminimal mungkin (Mohrle, 1980).

I. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri

Kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri merupakan metode penetapan

kadar suatu senyawa dengan mengukur kerapatan noda senyawa yang

Page 40: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

20

bersangkutan, yang terlebih dahulu dipisahkan dengan cara kromatografi lapis

tipis. Penetapan kadar suatu senyawa menggunakan KLT densitometri ada dua

cara. Cara yang pertama yaitu penotolan dilakukan bersamaan antara senyawa

baku dan senyawa yang bersangkutan, kemudian dielusi. Kadar senyawa

bersangkutan ditentukan dengan membandingkan harga AUC (area under curve)

terhadap senyawa baku. Cara yang kedua yaitu dengan membuat kurva baku

hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC (Wardani, 2003).

Alat TLC Scanner memiliki sumber sinar yang dapat digerakkan di atas

bercak-bercak pada lempeng KLT atau lempeng KLT dapat digerakkan menyusuri

berkas sinar yang berasal dari sumber sinar. Teknik pengukurannya dapat

didasarkan atas sinar yang diserap (absorbansi), sinar yang dipantulkan

(reflaktansi), atau sinar yang difluoresensikan (fluoresensi). Sinar yang datang

sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan. Banyaknya sinar yang diserap

sebanding dengan jumlah zat pada bercak yang terkena sinar tersebut.

Penelusuran bercak dapat pula dilakukan secara horisontal maupun

vertikal (scanning horizontal atau scanning vertical). Penelusuran bercak secara

horisontal dapat dilakukan satu per satu atau apabila bercak yang diperoleh pada

pelat segaris, dapat dilakukan penelusuran semua bercak sekaligus.

Berdasarkan jalannya sinar, penelusuran dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu penelusuran lurus dan zig-zag (naik turun). Pada penelusuran lurus, sinar

yang mengenai bercak berjalan lurus dari kiri ke kanan. Pada penelusuran zig-zag,

sinar mengenai bercak berjalan zig-zag dari kiri ke kanan. Penelusuran bercak

Page 41: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

21

akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang gelombang

maksimum (Wardani, 2003).

Dalam penetapan kadar kurkumin yang terdapat sebagai kurkuminoid,

harus dipilih metode penetapan yang dapat memisahkan kurkumin dari turunan

desmetoksinya. Metode penetapan kadar kurkumin dalam kurkuminoid secara

KLT densitometri memiliki selektivitas, sensitivitas, dan ketelitian yang cukup

tinggi, pengerjaannya mudah dan cepat, serta biaya yang dibutuhkan relatif murah

(Martono, 1996).

J. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah desain yang dipilih untuk menentukan pengaruh

secara simultan dari beberapa faktor dan interaksinya. Desain faktorial merupakan

aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara

variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas (Bolton, 1990).

Dalam desain faktorial terdapat beberapa istilah seperti faktor, level, efek,

dan interaksi. Faktor adalah variabel yang menentukan variabel lain. Level adalah

nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan

variasi level dari faktor. Efek faktor atau interaksi adalah rata-rata respon pada

level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat

atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang ingin diukur harus dapat

dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Page 42: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

22

Tabel I. Notasi Formula Desain Faktorial Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - + a + - - b - + - ab + + +

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor (A dan B) diperlukan 4

percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan faktor).

Keempat percobaan tersebut yaitu, (1) A dan B masing-masing pada level rendah,

(a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B

pada level tinggi, (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi.

Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1 XA + b2 XB + b12 XA XB

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

XA, XB = level bagian A dan B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Besarnya efek dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata respon pada

level tinggi dengan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1990). Konsep

perhitungan efek adalah sebagai berikut:

Efek faktor A = { } { }2

(1)baab +−+

Efek faktor B = { } { }2

(1)abab +−+

Efek faktor interaksi = { } { }2

baab(1) +−+

Page 43: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

23

Interaksi dapat diketahui dari grafik hubungan respon dan level faktor. Jika

kurva menunjukan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi

antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang

tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam

menentukan respon (Bolton, 1990).

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan yaitu mempunyai efisiensi

yang maksimal dalam memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan

respon. Keuntungan utamanya yaitu dapat mengidentifikasi efek masing-masing

faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis dalam arti dapat

mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor

secara terpisah (Muth, 1999).

K. Landasan Teori

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mempunyai khasiat laktagoga,

kolagoga, antiinflamasi, tonikum, dan diuretik. Rimpang temulawak mengandung

zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), selulosa, dan

mineral. Rimpang temulawak mengandung 1,6-2,2% kurkumin. Salah satu khasiat

kurkumin dalam rimpang temulawak yaitu berperan dalam penciutan kandung

empedu manusia.

Ekstrak rimpang temulawak diperoleh dengan cara ekstraksi serbuk

rimpang temulawak. Salah satu metode ekstraksi yang paling sederhana adalah

maserasi. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau

pelarut lain. Zat-zat yang larut dalam cairan penyari akan tersari sebagai ekstrak.

Page 44: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

24

Granul effervescent merupakan granul yang mengandung asam dan

karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan cepat pada penambahan air

dengan melepaskan gas CO2. Keuntungan granul effervescent sebagai bentuk

sediaan obat adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang

mengandung dosis obat yang tepat. Kerugian dalam granul effervescent ialah

kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Sistem

effervescent tidak stabil dengan adanya lembab.

Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan granul effervescent

adalah metode granulasi basah dengan menggunakan cairan non reaktif.

Keuntungan dari metode ini adalah tidak semua bahan dalam formulasi perlu

kontak dengan cairan penggranul atau panas pada proses pengeringan. Namun

kerugiannya yaitu masih diperlukannya beberapa proses setelah granul

dikeringkan. Selain itu uap dari cairan penggranul, biasanya etanol atau

isopropanol, seringkali berbahaya sehingga harus dihilangkan dan dikumpulkan.

Sumber asam dan sumber karbonat dalam granul effervescent dengan

adanya air akan bereaksi membebaskan CO2, hal ini akan menyebabkan granul

hancur. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi 2 jenis

asam. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan ketika hanya

digunakan satu jenis asam saja. Dalam hal ini dipilih kombinasi natrium sitrat dan

asam fumarat. Natrium sitrat mudah larut dalam air namun di sisi lain sangat

higroskopis. Asam fumarat memiliki sifat tidak higroskopis. Sehingga kombinasi

sumber asam yang dipilih diharapkan dapat memperbaiki sifat dari campuran

Page 45: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

25

asam secara keseluruhan. Sumber basa karbonat yang paling umum digunakan

dalam sediaan effervescent yaitu natrium bikarbonat.

Metode desain faktorial digunakan dalam optimasi formula granul

effervescent dengan campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium

bikarbonat. Dengan campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium

bikarbonat pada konsentrasi tertentu, diharapkan dapat dihasilkan granul

effervescent yang memenuhi persyaratan uji sifat fisik seperti kecepatan alir,

kandungan lembab, dan waktu larut granul effervescent. Hasil uji diolah

berdasarkan rumus desain faktorial, Y = b0 + b1 XA + b2 XB + b12 XA XB. Area

komposisi formula granul effervescent yang optimum dapat ditentukan lewat

contour plot super imposed. Selain itu dapat diketahui pula efek yang dominan

antara natrium sitrat–asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya

dalam menentukan sifat fisik granul effervescent.

L. Hipotesis

Diduga terdapat efek yang dominan antara natrium sitrat–asam fumarat,

natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik granul

effervescent ekstrak rimpang temulawak. Selain itu diduga ditemukan area

komposisi formula campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat

yang optimum dalam menghasilkan granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak dengan sifat-sifat fisik yang dikehendaki.

Page 46: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam jenis penelitian

eksperimental murni menggunakan desain faktorial dengan dua faktor dan dua

level.

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. variabel bebas:

a. natrium sitrat-asam fumarat

Level tinggi: 960 mg (natrium sitrat 640 mg dan asam fumarat 320 mg)

Level rendah: 600 mg (natrium sitrat 400 mg dan asam fumarat 200 mg)

b. natrium bikarbonat, level rendah 357 mg dan level tinggi 571 mg.

2. variabel tergantung

Sifat fisik granul, meliputi kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab.

3. variabel pengacau terkendali

Umur tanaman temulawak, sifat fisik ekstrak, RH lingkungan, dan suhu

ruangan.

4. variabel pengacau tak terkendali

Kandungan lembab awal bahan-bahan tambahan pembuatan granul

effervescent.

26

Page 47: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

27

C. Definisi Operasional

1. Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali

yang mengandung ekstrak rimpang temulawak sebagai bahan obat dengan

natrium sitrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat

sebagai sumber basa yang bereaksi cepat pada penambahan air dengan

menghasilkan gas CO2.

2. Ekstrak rimpang temulawak adalah ekstrak yang diperoleh dari serbuk

rimpang temulawak yang diekstraksi dengan cara maserasi dengan pelarut

etanol 96%.

3. Eksipien adalah bahan tambahan dalam pembuatan granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak yang berupa sumber asam (natrium sitrat–asam fumarat),

sumber karbonat (natrium bikarbonat), dan bahan-bahan tambahan lain yang

digunakan dalam pembuatan granul tersebut.

4. Sifat fisik granul effervescent adalah parameter yang menentukan bahwa

granul yang dihasilkan memenuhi persyaratan, meliputi kecepatan alir > 10

gram/detik, kandungan lembab 0,4%-0,7%, dan waktu larut ≤ 120 detik.

5. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor. Penelitian ini menggunakan 2

level yaitu level tinggi dan level rendah, level tinggi campuran asam adalah

960 mg (natrium sitrat 640 mg dan asam fumarat 320 mg) dan level rendah

campuran asam adalah 600 mg (natrium sitrat 400 mg dan asam fumarat 200

mg) sedangkan untuk natrium bikarbonat sebesar 357 mg dan 571 mg.

Page 48: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

28

6. Faktor adalah besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon. Penelitian

ini menggunakan dua faktor yaitu natrium sitrat–asam fumarat sebagai faktor

pertama dan natrium bikarbonat sebagai faktor kedua.

7. Respon adalah sifat atau hasil percobaan yang diamati. Dalam penelitian ini

terdapat 3 respon yaitu kecepatan alir, kandungan lembab dan waktu larut.

8. Interaksi berarti bahwa efek faktor 1 yang diukur saat pada level rendah faktor

2 berbeda dengan efek faktor 1 ketika diukur pada level tinggi faktor 2,

demikian juga sebaliknya.

9. Kecepatan alir adalah kecepatan granul dengan bobot 100 gram untuk

mengalir melewati corong Hopper. Kandungan lembab adalah jumlah lembab

yang terdapat dalam granul effervescent. Waktu larut adalah waktu yang

dibutuhkan granul untuk larut dalam 200 ml air dengan pengadukan sebanyak

10 kali.

10. Komposisi optimum adalah komposisi natrium sitrat–asam fumarat dan

natrium bikarbonat yang menghasilkan granul effervescent dengan kecepatan

alir > 10 gram/detik, kandungan lembab 0,4%-0,7%, dan waktu larut ≤ 120

detik.

11. Contour plot adalah grafik yang memuat nilai respon sifat fisik granul

effervescent berdasarkan persamaan desain faktorial.

12. Contour plot super imposed adalah grafik yang merupakan gabungan masing-

masing contour plot sifat fisik granul effervescent yang digunakan untuk

menentukan area komposisi optimum campuran asam (natrium sitrat-asam

fumarat) dan natrium bikarbonat.

Page 49: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

29

D. Bahan Penelitian

1. Bahan pembuatan ekstrak

Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dari Samigaluh,

Kulon Progo dengan umur tanaman 2 tahun, etanol 96% (kualitas teknis),

aquadest, dan heksan (kualitas teknis).

2. Bahan pembuatan granul effervescent

Ekstrak rimpang temulawak, laktosa (kualitas farmasi), asam fumarat

(kualitas farmasi), natrium sitrat anhidrat (kualitas farmasi), natrium bikarbonat

(kualitas farmasi), aspartam (kualitas farmasi), PVP (kualitas farmasi), dan etanol

70%.

3. Bahan untuk KLT Densitometri

Kloroform (pro analisis), etanol (pro analisis), aquadest, kurkumin baku

hasil sintesis Curcumin Research Center Fakultas Farmasi Universitas Gajah

Mada, TLC Aluminium sheets precoated silica gel 60 F254 (20 x 20 cm) tebal 0,2

mm (E. Merck).

E. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

(Pyrex), bejana stainless, neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat pengukur

waktu alir (Laboratoriun FTS Padat USD), alat penguji kekentalan (Viscotester

VT-04 RION), stopwatch digital (Illuminator, Casio), pengayak granul

(Laboratory Sieve, IML), oven (Laboratorium Teknologi Sediaan Padat USD),

evaporator (Buchi Rotavapor No.105108, Switzerland), lemari pendingin

Page 50: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

30

(Refrigerator, Toshiba), Dual Wavelength Chromatoscanner Shimadzu CS-930

digabungkan dengan data recorder Shimadzu DR-2, Direct Reading Microbalance

Shimadzu Type LM-20 (Readability 0,001 mg).

F. Skema Kerja Penelitian

Pengumpulan bahan

Pembuatan sebuk rimpang temulawak

Pembuatan ekstrak rimpang temulawak

Pembuatan granul

Pembuatan granul asam Pembuatan granul basa

Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak

Pencampuran granul asam dan basa

Uji sifat fisik granul effervescent

Analisis data

Kesimpulan

Gambar 2. Skema kerja penelitian

Page 51: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

31

G. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Determinasi tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dilakukan

di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta menggunakan buku acuan Atlas Tumbuhan Obat Indonesia

Jilid 2 (Dalimartha, 2000) untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan

dalam penelitian ini adalah benar Curcuma xanthorrhiza Roxb.

2. Pengumpulan dan penyiapan simplisia rimpang temulawak

Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) diperoleh dari

Samigaluh, Kulon Progo. Rimpang dicuci dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran kemudian dilakukan sortasi basah untuk memisahkan

rimpang temulawak dari kemungkinan adanya campuran rimpang lain atau dari

bagian tanaman lain. Rimpang dikupas kulitnya lalu diiris tipis-tipis (± 3mm).

Pengeringan rimpang temulawak dilakukan di bawah sinar matahari dengan

ditutup kain hitam sampai kering ditandai dengan mudah dipatahkan atau hancur

bila diremas. Setelah simplisia kering, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan

kemungkinan pengotor yang masih tertinggal dan simplisia yang rusak. Untuk

menyempurnakan pengeringan maka dilakukan pengeringan dengan oven sebelum

simplisia diserbuk, menggunakan suhu 50oC sampai simplisia kering ditandai

dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas.

3. Pembuatan serbuk rimpang temulawak

Simplisia yang sudah kering diserbuk dengan mesin penyerbuk kemudian

diayak dengan derajat kehalusan (8/24) (Anonim, 1986).

Page 52: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

32

4. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak

Ekstrak diperoleh dengan proses maserasi serbuk rimpang temulawak

dengan cairan penyari berupa etanol 96%. Maserasi dilakukan dengan membasahi

serbuk temulawak dengan cairan penyari dengan perbandingan serbuk dan cairan

penyari yaitu 1:5 (Ansel, 1989) selama 4 hari (Voigt, 1994). Serbuk rimpang

temulawak sejumlah 12 kg dibasahi dengan 60 l etanol 96%. Setelah 4 hari, sari

diserkai dengan kain dan diambil cairan ekstraknya. Cuci sisa serbuk rimpang

temulawak yang telah diperas dengan pelarut dan serkai kembali dengan kain

sehingga volume total maserat yang diperoleh mencapai volume awal yaitu 60 l.

Untuk memisahkan amilum, ekstrak yang diperoleh dibiarkan selama 2 hari di

tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya, kemudian endapan yang terbentuk

(amilum) dipisahkan (Anonim, 1979). Ekstrak yang diperoleh dimurnikan dengan

heksan dengan perbandingan volume 1:1 untuk menghilangkan resin dengan cara

ekstraksi pelarut. Fase etanol diambil dan dilakukan penguapan menggunakan

waterbath dengan suhu 50–60oC sampai tersisa 1/9 bagian dari bobot awal serbuk

yang diekstraksi.

5. Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak

a. Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi: warna, bau, rasa, dan konsistensi

ekstrak.

b. Uji daya lekat

Uji daya lekat dilakukan menggunakan dua buah gelas objek seluas 2,5 x

2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang lebih 50 mg ekstrak diletakkan

Page 53: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

33

pada titik tengah tersebut, kemudian ditutup dengan gelas objek yang lain dan

ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit. Kedua gelas objek yang saling

berlekatan dipasang pada alat uji dengan beban seberat 80 gram. Dicatat waktu

yang diperlukan sampai kedua gelas objek terpisah (Voigt, 1994).

c. Uji kandungan lembab

Uji kandungan lembab dilakukan menggunakan metode gravimetri.

Kurang lebih 10 g ekstrak yang telah ditimbang seksama, dipanaskan pada suhu

105 oC selama 5 jam kemudian ditimbang. Pemanasan dilanjutkan dan timbang

setiap 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih

dari 0,25% (Anonim, 1995).

d. Uji viskositas

Uji ini dilakukan menggunakan viscotester electric. Ekstrak dimasukkan

ke dalam bejana stainless steel dan dipilih rotor yang sesuai dengan konsistensi

ekstrak. Rotor dipasang pada alat uji dan diatur sehingga rotor tercelup dalam

ekstrak dan alat uji kemudian dihidupkan. Dicatat skala yang ditunjukkan oleh

jarum sesuai nomor rotor yang dipakai.

e. Uji kualitatif menggunakan KLT densitometri

Timbang seksama lebih kurang 25 mg ekstrak rimpang temulawak

kemudian larutkan dalam 10,0 ml etanol p.a. Lakukan pemisahan secara

kromatografi lapis tipis diikuti deteksi bercak menggunakan sinar UV 254 nm dan

365 nm. Hitung nilai Rf kurkumin sampel kemudian bandingkan dengan nilai Rf

kurkumin baku (Martono, 1996).

(cm)an pengembangJarak (cm)bercak rambatan Jarak Rf =

Page 54: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

34

f. Uji kuantitatif menggunakan KLT densitometri

1). Penyiapan larutan baku kurkumin, perolehan kembali (recovery) dan

koefisien variasi (CV)

Timbang kurkumin sintesis seksama lebih kurang 25 mg, larutkan dalam

etanol p.a. ad 25,0 ml (larutan induk = 1,0 g/l). Buat pengenceran larutan induk

dengan etanol hingga diperoleh seri larutan baku yang mengandung kurkumin

0,12; 0,14; 0,18; 0,23; dan 0,35 μg/μl (masing-masing 4 kali) dengan cara

mengambil 1,2; 1,4; 1,8; 2,3; dan 3,5 ml larutan induk kemudian diencerkan

dengan etanol p.a. ad 10,0 ml. Semua larutan baku harus terlindung dari cahaya.

Larutan ditotolkan sebanyak 1μl pada lempeng silica-gel 60 F254 kemudian segera

dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan campuran

kloroform:etanol:aquadest (25:0,96:0,04). Pengembangan dilakukan setinggi 6,5

cm. Segera keluarkan lempeng silica-gel, dikeringkan dan secepatnya discanning

dengan densitometer pada λ 420 nm. Hitung persamaan garis regresi linier untuk

digunakan sebagai kurva baku. Kemudian dihitung kadar kurkumin (yang

diperoleh kembali) dengan menggunakan persamaan garis regresi kurva baku

hasil perhitungan. Selanjutnya dihitung nilai perolehan kembali dan koefisien

variasinya.

2). Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak

Hasil pemisahan sampel ekstrak rimpang temulawak yang telah dipisahkan

secara kromatografi lapis tipis di-scanning densitometri seperti pada larutan baku.

Kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak dihitung berdasarkan

kromatogram yang memiliki Rf sama dengan Rf kurkumin baku menggunakan

Page 55: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

35

persamaan regresi linier dari kurkumin baku. Selanjutnya dihitung kadar rata-rata

dan standar deviasinya (SD) (Martono, 1996).

6. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak

Dosis kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebagai perangsang

penciutan volume kandung empedu dalam penelitian “Efek Kurkumin Pada

Kandung Empedu Manusia” adalah 20 mg untuk sekali minum (Lelo, 1998).

Dosis kurkumin dihitung berdasarkan kadar kurkumin dalam ekstrak yang

ditetapkan secara KLT densitometri. Dosis ekstrak rimpang temulawak dihitung

sebagai dosis kurkumin dalam ekstrak.

Kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak = 6.11 %.

Maka berat ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah:

mg 327,33 mg100mg 6,11

mg 20=x

6. Penentuan level rendah dan level tinggi natrium sitrat–asam fumarat dan

natrium bikarbonat

Berdasarkan desain faktorial dengan dua faktor (natrium sitrat–asam

fumarat dan natrium bikarbonat) dan dua level. Dari penelitian sebelumnya

diperoleh level rendah untuk natrium sitrat sebesar 200 mg, asam fumarat 200 mg,

sedangkan level tinggi untuk natrium sitrat sebesar 1000 mg, asam fumarat 1000

mg (Natalia, 2006). Dari contour plot super imposed respon kecepatan alir dan

waktu larut granul pada penelitian tersebut dapat ditemukan area optimum.

Selanjutnya, dari area tersebut dapat diambil satu titik yang kemudian digunakan

untuk menentukan level tinggi dan level rendah penelitian ini. Titik yang diambil

untuk menentukan level campuran natrium sitrat dan asam fumarat yaitu titik

Page 56: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

36

x1 : x2 = 915 : 457,5 (x1 adalah faktor natrium sitrat dan x2 adalah faktor asam

fumarat).

Menurut Wehling dan Fred, 2004, komposisi asam yang paling baik dalam

sediaan effervescent adalah 25-40% dari bobot total. Bobot granul total yang

ditentukan yaitu 2400 mg. Jadi jumlah campuran asam yang digunakan yaitu 600-

960 mg. Dengan demikian dapat ditentukan campuran natrium sitrat dan asam

fumarat yang digunakan pada level rendah adalah 600 mg, sedangkan untuk level

tinggi sebesar 960 mg.

Dengan perbandingan antara natrium sitrat dan asam fumarat yang

diperoleh dari titik yang diambil dari contour plot super imposed respon

kecepatan alir dan waktu larut granul pada penelitian Natalia (2006), dapat

ditentukan masing-masing jumlah natrium sitrat dan asam fumarat untuk tiap level

campuran asam. Sedangkan jumlah natrium bikarbonat yang digunakan untuk

level tinggi dan rendah dapat dihitung secara stoikiometri terhadap jumlah

campuran natrium sitrat dan asam fumarat pada masing-masing level. Jumlah

natrium sitrat, asam fumarat, dan natrium bikarbonat hasil perhitungan untuk tiap

formula adalah sebagai berikut:

Tabel II. Jumlah natrium sitrat, asam fumarat, dan natrium bikarbonat untuk masing-masing formula granul effervescent

Formula Natrium sitrat (mg)

Asam fumarat(mg)

Natrium bikarbonat (mg)

1 400 200 357 a 640 320 357 b 400 200 571 ab 640 320 571

Page 57: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

37

7. Formulasi dan pembuatan granul effervescent

Pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dibuat dalam 4

formula dengan variasi sumber asam dan basa.

Tabel III. Formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak Bahan (mg) Formula 1 Formula a Formula b Formula ab

Ekstrak rimpang temulawak 327 327 327 327

Natrium sitrat 400 640 400 640 Asam fumarat 200 320 200 320

Natrium bikarbonat 357 357 571 571 Aspartam 50 50 50 50 Laktosa 1061 1061 1061 1061

PVP 21 21 21 21

8. Pencampuran bahan

Bahan-bahan dicampur sesuai dengan formula masing-masing dan dibuat

dalam bentuk granul. Pencampuran bahan dan seluruh proses granulasi dilakukan

pada ruangan tertutup dengan suhu 25oC dan kelembaban relatif 50-53%.

9. Pembuatan granul effervescent

Granul yang dibuat ada 2 macam yaitu granul asam dan granul basa.

Granul asam dibuat dengan campuran ekstrak rimpang temulawak, sumber asam

(natrium sitrat–asam fumarat), laktosa, dan PVP (dalam etanol 70% dengan

konsentrasi 3%) sebagai cairan pengikat. Granul basa dibuat dengan campuran

sumber basa (natrium bikarbonat), laktosa, aspartam, dan larutan PVP sebagai

pengikat. Massa granul basah diayak dengan ayakan ukuran mesh no. 12, lalu

granul dikeringkan. Granul asam dan granul basa dikeringkan dengan oven

dengan suhu 45oC selama 3 hari sampai bobot konstan. Setelah kering, granul

Page 58: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

38

diayak dengan ayakan 30/40 kemudian dilakukan pencampuran antara granul

asam dan granul basa. Granul yang diperoleh kemudian diuji sifat fisiknya.

10. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent

a. Kecepatan alir

Granul ditimbang seberat 100 gram kemudian dituang secara perlahan-

lahan ke dalam corong pengukur lewat tepi corong. Buka tutup corong, biarkan

granul mengalir keluar. Dicatat waktu yang dibutuhkan granul sampai semua

granul mengalir keluar dengan menggunakan stopwatch (Voigt, 1994).

b. Waktu larut

Penentuan waktu larut granul effervescent dilakukan dengan cara

melarutkan sejumlah granul sesuai dengan bobot formula masing-masing ke

dalam 200 ml air (Wehling, 2004), kemudian dicatat waktu mulai dimasukkan

kedalam air sampai semua granul habis terlarut. Syarat waktu larut granul adalah

≤ 120 detik (Mohrle, 1980).

c. Uji kandungan lembab

Penentuan kandungan lembab granul dilakukan menggunakan oven. Oven

dipanaskan pada suhu 105oC selama 5 menit. Ditimbang granul sejumlah 5 gram

untuk masing-masing formula kemudian dimasukkan ke dalam oven. Atur waktu

pengeringan hingga selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,25% (Ansel,

1989). Persen kandungan lembab yang ditunjukkan merupakan hasil bagi antara

selisih bobot granul dengan bobot granul akhir dikalikan 100% (Voigt, 1994).

% 100 x akhirbobot

akhirbobot - awalbobot granul lembabKandungan =

Page 59: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

39

11. Penentuan rumus dan contour plot sifat fisik granul effervescent

Penentuan rumus sifat fisik granul effervescent dilakukan dengan metode

desain faktorial dengan menggunakan rumus:

Y = b0 + b1 XA + b2 XB + b12 XA XB

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

XA, XB = level bagian A dan B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Dari persamaan yang diperoleh, maka dapat dibuat contour plot sifat fisik granul

effervescent serta contour plot super imposed untuk menentukan area optimum.

H. Analisis Hasil

Berdasarkan rumus Y = bo + b1XA + b2XB + b12XAXB dapat dibuat contour

plot sifat fisik granul effervescent. Dari contour plot tersebut kemudian

digabungkan menjadi contour plot super imposed untuk mengetahui komposisi

optimum kombinasi antara natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat.

Page 60: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Simplisia Temulawak

Determinasi simplisia temulawak bertujuan untuk memastikan kebenaran

rimpang yang digunakan dalam penelitian. Kesalahan penggunaan tanaman dapat

menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Determinasi tanaman dilakukan di

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma. Determinasi dilakukan dengan pembuatan herbarium basah tanaman

temulawak yang kemudian akan dicocokkan dengan buku acuan ”Atlas

Tumbuhan Obat Indonesia” (Dalimartha, 2000). Hasil determinasi menunjukkan

bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah benar-benar tanaman

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).

B. Penyiapan dan Pembuatan Serbuk Simplisia rimpang Temulawak

Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) diperoleh dari

Samigaluh, Kulon Progo. Pencucian rimpang temulawak dengan air mengalir

dimaksudkan untuk menghilangkan tanah atau kotoran lain yang menempel pada

rimpang. Sortasi basah dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan rimpang

temulawak dari kemungkinan adanya campuran rimpang lain atau dari bagian

tanaman lain yang tidak diinginkan.

Rimpang yang telah dikupas kulitnya kemudian diiris tipis-tipis (± 3mm).

Pengirisan ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengeringan,

40

Page 61: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

41

pengepakan, dan penyerbukan. Pengirisan rimpang perlu dilakukan dengan

ketebalan tertentu (± 3mm) karena pengirisan dengan ketebalan terlalu besar akan

memperlama waktu pengeringan. Sebaliknya, semakin tipis irisan rimpang

menyebabkan waktu pengeringan semakin cepat. Namun, irisan yang terlalu tipis

dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah

menguap sehingga dapat mempengaruhi komposisi bau dan rasa. Oleh karena itu,

pengirisan yang terlalu tipis sebaiknya dihindari.

Pengeringan rimpang temulawak dilakukan di bawah sinar matahari

dengan ditutup kain hitam. Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia

yang tidah mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Pengeringan akan menyebabkan kadar air dalam simplisia berkurang dan reaksi

enzimatik terhenti sehingga penurunan mutu dan perusakan simplisia dapat

dicegah. Penutupan dengan kain hitam dilakukan untuk mencegah kontak

langsung rimpang dengan sinar matahari karena hal ini dapat menyebabkan zat-

zat yang mudah rusak akibat sinar matahari dapat berkurang.

Sortasi kering dilakukan setelah simplisia kering yang ditandai dengan

mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Hal ini dilakukan untuk memisahkan

kemungkinan pengotor yang masih tertinggal dan simplisia yang rusak. Untuk

menyempurnakan pengeringan maka dilakukan pengeringan dengan oven sebelum

simplisia diserbuk, menggunakan suhu 50oC sampai simplisia kering ditandai

dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Simplisia yang sudah kering

diserbuk dengan tujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas

permukaan kontak antara simplisia dan cairan penyari menjadi lebih besar.

Page 62: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

42

Semakin luas permukaan kontak antara simplisia dan cairan penyari maka

penyarian akan semakin baik. Penyerbukan simplisia yang terlalu halus

sebaliknya, harus dihindari karena ukuran partikel sebuk yang terlalu kecil

menyebabkan ruang antar sel berkurang sehingga cairan penyari akan sulit untuk

menembus ruang antar sel tersebut.

C. Hasil Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak

Ekstraksi bertujuan untuk mengambil zat-zat yang larut dalam cairan

penyari. Metode yang digunakan dalam ekstraksi adalah maserasi menggunakan

cairan penyari berupa etanol 96%. Hal ini dilakukan karena zat aktif berupa

kurkumin larut dalam etanol. Selain itu, keuntungan penyarian menggunakan

etanol yaitu dapat mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri sehingga ekstrak yang

dihasilkan stabil dan awet (Anonim, 1986).

Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana. Keuntungan

metode ekstraksi maserasi ini adalah praktis, tidak membutuhkan cairan penyari

yang banyak, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Metode maserasi

memungkinkan proses ekstraksi berjalan sekaligus dalam jumlah yang besar.

Selain itu, dengan metode ini dapat dilakukan standarisasi ekstrak yang

dihasilkan. Proses ekstraksi yang terstandar akan menghasilkan ekstrak yang

reprodusibel, artinya jika proses ekstraksi dilakukan dengan cara yang dimaksud

maka akan dihasilkan ekstrak yang kurang lebih sama karakteristiknya. Dalam hal

ini, jika ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi maka ekstrak yang diperoleh

Page 63: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

43

akan mengandung jumlah kurkumin yang kurang lebih sama. Hal ini terkait

dengan kelarutan jenuh kurkumin dalam cairan penyari.

Dalam proses ekstraksi, cairan penyari akan menembus dinding sel dan

kemudian melarutkan zat aktif yaitu kurkumin. Perbedaan konsentrasi kurkumin

di dalam sel dengan cairan penyari di luar sel, menyebabkan zat aktif dapat tersari

keluar dari dalam sel (Anonim, 1986). Setelah cairan penyari terjenuhkan dengan

kurkumin maka proses penyarian akan berhenti. Kejenuhan sistem penyari inilah

yang digunakan untuk menghasilkan ekstrak yang terstandar.

Dalam pembuatan ekstrak rimpang temulawak ini, perendaman dilakukan

selama 4 hari (Voigt, 1994) dengan perbandingan antara serbuk simplisia dan

cairan penyari sebesar 1 : 5 (Ansel, 1989). Maserat yang diperoleh perlu

didiamkan selama 2 hari untuk memisahkan amilum yang ikut tersari saat proses

maserasi (Anonim, 1979). Pemurnian menggunakan metode ekstraksi pelarut

dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa non polar yang ikut tersari saat

proses maserasi, sebagai contoh yaitu resin. Pemurnian ini dilakukan diawal

sebelum ekstrak dipekatkan karena pada tahap ini ekstrak masih memiliki

konsistensi cair sehingga mudah untuk dilakukan ekstraksi pelarut. Pelarut untuk

pemurnian yang dipilih adalah heksan karena merupakan pelarut non polar yang

dapat melarutkan senyawa-senyawa non polar yang terdapat dalam ekstrak.

Heksan tidak bercampur dengan etanol sehingga kedua fase ini dapat dipisahkan

menggunakan corong pisah. Fase heksan yang mengandung senyawa-senyawa

non polar kemudian dibuang dan selanjutnya dilakukan penguapan ekstrak untuk

Page 64: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

44

fase etanol. Penguapan dilakukan menggunakan penangas air dengan suhu 50–

60oC sampai tersisa 1/9 bagian dari bobot awal serbuk yang diekstraksi.

D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak

Uji standarisasi dilakukan terhadap ekstrak rimpang temulawak yang

diperoleh dari maserasi serbuk rimpang temulawak dengan pelarut etanol 96%.

Uji yang dilakukan meliputi pemeriksaan organoleptis, uji daya lekat, uji

viskositas, uji kandungan lembab, dan uji kualitatif (nilai Rf kurkumin) dan

kuantitatif (penetapan kadar kurkumin) menggunakan KLT densitometri. Hasil uji

akan digunakan untuk standarisasi untuk mendapatkan kriteria-kriteria fisik yang

sesuai dengan ekstrak rimpang temulawak yang diperoleh. Kriteria-kriteria ini

nantinya akan digunakan untuk acuan sifat ekstrak rimpang temulawak pada

produksi selanjutnya. Sifat-sifat fisik ekstrak yang berbeda akan menghasilkan

sifat fisik granul effervescent yang berbeda pula. Dengan standarisasi ekstrak

diharapkan jika menggunakan ekstrak rimpang temulawak dengan standar sifat-

sifat fisik yang sama maka akan menghasilkan granul effervescent dengan sifat-

sifat fisik yang kurang lebih juga sama. Berikut merupakan hasil uji standarisasi

ekstrak rimpang temulawak:

Tabel IV. Hasil uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak Uji

Daya lekat (detik) 0,34 ± 0,01 Viskositas (dPaS) 1,68 ± 0,06

Kandungan lembab (%) 32,88 ± 7,56 Nilai Rf kurkumin 0,54 ± 0,01

Penetapan kadar kurkumin (%) 6,11 ± 0,39

X

Page 65: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

45

1. Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan sebagai pemeriksaan awal yang

sederhana untuk mengetahui kualitas ekstrak secara organoleptis. Pemeriksaan

organoleptis ini meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa yang diuji menggunakan

pancaindera. Hasil pemeriksaan organoleptis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel V. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak rimpang temulawak Pemeriksaan organoleptis Deskripsi

Bentuk Konsistensi agak kental Warna Coklat kehitaman

Bau Khas aromatis Rasa Pahit

2. Uji daya lekat

Daya lekat suatu ekstrak menggambarkan kemampuan ekstrak tersebut

untuk melekat. Daya lekat ekstrak rimpang temulawak diukur dari waktu

lekatnya. Semakin lama waktu lekat maka akan semakin besar kemampuan

ekstrak tersebut untuk melekat. Sebaliknya, semakin cepat waktu lekatnya maka

semakin kecil kemampuannya untuk melekat.

Uji daya lekat diperlukan karena ekstrak rimpang temulawak yang akan

digunakan dalam pembuatan granul effervescent akan berpengaruh pada daya ikat

massa granul saat dilakukan granulasi basah. Uji daya lekat dilakukan

menggunakan alat uji buatan Laboratorium Teknologi Sediaan Padat USD.

Besarnya waktu lekat menunjukkan lamanya ekstrak tersebut melekat di antara

dua gelas objek pada alat uji. Hasil uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak

menunjukkan rata-rata waktu lekat ekstrak sebesar 0,34 detik dengan nilai SD

sebesar 0,01.

Page 66: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

46

3. Uji viskositas

Viskositas ekstrak menggambarkan kekentalan ekstrak tersebut. Uji

viskositas ekstrak rimpang temulawak diperlukan karena viskositas ekstrak

berpengaruh pada formulasi granul effervescent. Semakin kental ekstrak yang

digunakan maka akan semakin sulit dalam formulasi karena ekstrak akan sulit

untuk bercampur homogen dengan bahan-bahan yang lain saat proses granulasi.

Uji viskositas ekstrak rimpang temulawak dilakukan menggunakan

viscotester (tipe VT-04 E). Alat ini memiliki prinsip kerja berdasarkan hambatan

pemutaran rotor karena kekentalan bahan yang diuji. Viskositas bahan yang diuji

dapat dilihat pada skala viscotester pada saat rotor diputar. Bentuk dan ukuran

rotor disesuaikan dengan viskositas bahan yang diuji. Semakin kental suatu

ekstrak maka akan semakin besar daya hambatnya terhadap putaran rotor. Dalam

uji viskositas ekstrak rimpang temulawak ini digunakan rotor nomor 3 karena

rotor ini dapat berputar dengan baik dalam ekstrak rimpang temulawak yang diuji.

Dari hasil pengujian, ekstrak rimpang temulawak mempunyai viskositas rata-rata

sebesar 1,68 dPaS dan nilai SD sebesar 0,06.

4. Uji kandungan lembab

Uji kandungan lembab ekstrak dilakukan untuk mengetahui kandungan

pelarut yang tersisa setelah ekstrak dipekatkan. Pelarut yang digunakan dalam

penyarian rimpang temulawak adalah etanol 96%. Pengujian kandungan lembab

dalam ekstrak rimpang temulawak menggunakan metode gravimetri. Prinsip dari

metode ini yaitu bahwa bobot yang hilang akibat pemanasan bahan uji dianggap

sebagai lembab yang terkandung dalam bahan tersebut. Salah satu kelemahan

Page 67: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

47

penggunaan metode ini dalam menetapkan kandungan lembab bahan-bahan dari

tumbuhan adalah kemungkinan rusaknya bahan-bahan organik akibat pemanasan

yang dapat terurai menjadi CO2 dan H2O. Air hasil penguraian bahan organik

tersebut kemudian dihitung sebagai kandungan lembab. Selain itu, senyawa-

senyawa mudah menguap atau yang dapat menguap pada suhu pemanasan yang

digunakan dalam penetapan kandungan lembab, juga dihitung sebagai kandungan

lembab ekstrak yang diuji.

Uji kandungan lembab dilakukan dengan pemanasan 105oC dan ditimbang

tiap jam sampai selisih bobot kedua penimbangan tidak lebih dari 0,25%. Suhu

yang digunakan untuk pemanasan harus dapat menguapkan sisa pelarut yang

terdapat dalam ekstrak. Sisa pelarut dalam ekstrak tersebut kemungkinan adalah

etanol dan air karena cairan penyari yang digunakan yaitu etanol 96%. Dengan

demikian digunakan suhu di atas 100oC agar semua sisa pelarut dapat menguap

karena titik didih air adalah 100oC.

Dalam uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ini terdapat

suatu kesulitan dalam penentuan waktu penguapan sampai selisih bobot kedua

penimbangan tidak lebih dari 0,25%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena

pengurangan bobot ekstrak yang dihitung sebagai kandungan lembab tidak

sepenuhnya berasal dari sisa pelarut yang menguap. Senyawa-senyawa yang

memiliki rantai hidrokarbon, dengan adanya pemanasan dapat terurai menjadi

CO2 dan H2O. Air hasil peruraian senyawa hidrokarbon tersebut dapat terhitung

sebagai kandungan lembab ekstrak. Faktor tersebut kemungkinan menjadi sebab

Page 68: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

48

tidak tercapainya selisih bobot kedua penimbangan yang tidak lebih dari 0,25%

walaupun pemanasan sudah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Pencapaian selisih bobot kedua penimbangan yang tidak lebih dari 0,25%

dalam uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ini sulit untuk dilakukan

karena faktor-faktor di atas. Karena itu, penghentian pemanasan dilakukan sampai

jam ke-14. Pada jam tersebut selisih bobot kedua penimbangan merupakan selisih

yang terkecil. Pada jam-jam berikutnya, selisih bobot penimbangan ternyata

menjadi lebih besar. Pencapaian selisih bobot kedua penimbangan yang tidak

lebih dari 0,25% dalam uji kandungan lembab ini tidak mungkin dilakukan karena

jika hal ini dilakukan, kandungan lembab yang terhitung bukan merupakan

kandungan lembab ekstrak sebenarnya (Voigt, 1994). Dari hasil pengujian,

ekstrak rimpang temulawak mempunyai kandungan lembab rata-rata sebesar

32,88% dan nilai SD sebesar 7,56.

5. Uji kualitatif menggunakan KLT densitometri

Hasil pemisahan kurkumin dan turunannya menunjukkan bahwa kurkumin

terpisah sempurna dari turunannya yaitu demetoksi kurkumin. Deteksi bercak

dilakukan menggunakan sinar UV 254 nm dan 365 nm. Pada kedua deteksi, warna

bercak kurkumin sampel sama dengan warna bercak kurkumin baku, sedangkan

nilai Rf kurkumin pada sampel juga sama dengan nilai Rf kurkumin baku. Hal ini

menunjukkan bahwa bercak yang dimaksud benar-benar adalah bercak dari

kurkumin. Berikut merupakan foto hasil pemisahan menggunakan KLT

densitometri, deteksi bercak dengan sinar UV λ 254 nm dan 365 nm.

Page 69: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

49

Gambar 3. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi

sinar UV 254 nm

S1 S2 S3 X1 X2 X3 S4 S5

Keterangan: S1 : Kurkumin baku 0,12 µg/µl S2 : Kurkumin baku 0,14 µg/µl S3 : Kurkumin baku 0,18 µg/µl X1 : Kurkumin sampel replikasi 1 X2 : Kurkumin sampel replikasi 2 X3 : Kurkumin sampel replikasi 3 S4 : Kurkumin baku 0,23 µg/µl S5 : Kurkumin baku 0,35 µg/µl

Page 70: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

50

Gambar 4. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi

sinar UV 365 nm

S1 S2 S3 X1 X2 X3 S4 S5

Keterangan: S1 : Kurkumin baku 0,12 µg/µl S2 : Kurkumin baku 0,14 µg/µl S3 : Kurkumin baku 0,18 µg/µl X1 : Kurkumin sampel replikasi 1 X2 : Kurkumin sampel replikasi 2 X3 : Kurkumin sampel replikasi 3 S4 : Kurkumin baku 0,23 µg/µl S5 : Kurkumin baku 0,35 µg/µl

Page 71: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

51

Berikut merupakan nilai Rf dan warna bercak hasil pemisahan dengan

KLT densitometri:

Tabel VI. Nilai Rf dan warna bercak hasil KLT densitometri Warna bercak Bercak Rf

Visual UV λ 254 nm UV λ 365 nmKurkumin

baku 0,54 ± 0,00 Kuning Coklat kekuningan

Kuning kehijauan

Kurkumin sampel 0,54 ± 0,01 Kuning Coklat

kekuningan Kuning

kehijauan Demetoksi kurkumin 0,39 ± 0,01 Kuning Coklat

kekuningan Kuning

kehijauan

Rf kurkumin baku dan kurkumin sampel sama-sama menunjukkan nilai 0,54.

Selain itu pada ketiga deteksi bercak, warna yang sama juga ditunjukkan oleh

bercak kurkumin baku dan sampel. Hal ini menunjukkan bahwa bercak yang

dimaksud pada sampel benar-benar merupakan bercak kurkumin.

6. Uji kuantitatif menggunakan KLT densitometri

a. Pembuatan kurva baku

Prinsip dasar penetapan kadar menggunakan KLT densitometri adalah

mengukur kerapatan noda senyawa yang bersangkutan, yang terlebih dahulu

dipisahkan dengan cara kromatografi lapis tipis (Wardani, 2003). KLT

densitometri dapat digunakan untuk menetapkan kadar kurkumin. Pengukuran

kerapatan bercak kurkumin didasarkan atas jumlah sinar yang diserap. Sinar yang

digunakan dalam penetapan kadar kurkumin yaitu sinar UV dengan panjang

gelombang 420 nm (Martono, 1996). Kurkumin dapat menyerap sinar tersebut

karena memiliki gugus kromofor dan auksokrom sebagai berikut:

Page 72: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

52

O O

HO

H3CO OCH3

OH

Keterangan: : gugus kromofor : gugus auksokrom

Gambar 5. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin

Hubungan antara kadar kurkumin baku dengan area kromatogram untuk

pembuatan kurva baku ditampilkan sebagai berikut:

Tabel VII. Hubungan kadar kurkumin baku dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku

Kadar kurkumin (µg/µl) Area (x 105) 0,12 0,27107 0,14 0,32107 0,18 0,50799 0,23 0,70440 0,35 1,20423

Hasil analisis hubungan antara kadar kurkumin dan area kromatogram

dengan persamaan regresi korelasi, diperoleh persamaan garis regresi untuk kurva

baku Y = 4,1110X – 0,2369 dengan nilai koefisien relasi r = 0,9995. Hal ini

memenuhi persyaratan linearitas yaitu > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003). Dengan

demikian kurva baku tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk penetapan kadar

kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak. Berikut merupakan grafik kurva

baku:

Page 73: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

53

0.1

0.3

0.5

0.7

0.9

1.1

1.3

0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Kadar

Are

a kr

omat

ogra

m

(µg/µl)

Gambar 5. Kurva hubungan kadar kurkumin baku dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku

b. Perolehan kembali (recovery) dan koefisien variasi (CV)

Berikut merupakan hasil perolehan kembali dan koevisien variasi

kurkumin pada kadar masing-masing kadar:

Tabel VIII. Hasil perolehan kembali dan koefisien variasi kurkumin Kadar kurkumin

(µg/µl) Recovery rata-rata

(%) CV (%)

0,12 98,67 0,34 0,14 101,38 0,35 0,18 99,65 1,62 0,23 99,48 0,74 0,35 100,94 0,96

Dengan hasil tersebut, metode analisis ini cukup valid dan dapat

digunakan untuk menetapkan kadar kurkumin dalam sampel. Hal ini didasarkan

pada nilai recovery 98-102% dan CV kurang dari 2% (Mulja dan Hanwar, 2003).

c. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak

Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak bertujuan untuk mengetahui

kandungan kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak. Kadar kurkumin yang

Page 74: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

54

diperoleh akan digunakan dalam penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak

yang akan digunakan dalam pembuatan granul effervescent. Hasil penetapan kadar

kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak memperlihatkan kadar kurkumin

rata-rata sebesar 6,11% dalam ekstrak dengan nilai SD sebesar 0,39.

E. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent

Ekstrak rimpang temulawak yang diperoleh kemudian dibuat menjadi

suatu sediaan effervescent yaitu granul effervescent. Pemilihan sediaan

effervescent didasarkan pada penggunaannya yang mudah dan praktis, serta

kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis

obat yang tepat. Bentuk sediaan granul sendiri lebih mudah dan murah dalam

pembuatannya jika dibandingkan dengan bentuk sediaan tablet. Sediaan ini

diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bentuk sediaan obat yang berasal

dari bahan alam.

Suatu sediaan effervescent mengandung sumber asam dan sumber

karbonat. Kedua bahan ini sangat penting dalam sediaan effervescent karena

dengan adanya air, sumber asam dan sumber karbonat ini akan bereaksi

membebaskan CO2. Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi 2

jenis asam. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan ketika

hanya digunakan satu jenis asam saja. Dalam hal ini kombinasi sumber asam yang

digunakan yaitu natrium sitrat dan asam fumarat. Natrium sitrat bersifat mudah

larut dalam air namun di sisi lain juga sangat higroskopis. Asam fumarat memiliki

sifat tidak higroskopis. Kombinasi sumber asam ini diharapkan dapat

Page 75: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

55

memperbaiki sifat sumber asam secara keseluruhan. Syarat suatu sediaan

effervescent yang harus larut dalam air membentuk larutan jernih dipengaruhi oleh

kelarutan bahan-bahan penyusunnya. Adanya air akan menyebabkan sumber asam

dan sumber karbonat bereaksi membentuk CO2. Reaksi effervescent ini dapat

terjadi jika bahan-bahan penyusunnya memiliki sifat higroskopis yaitu dapat

menyerap air dari lingkungannya sebelum diaplikasikan. Hal ini menyebabkan

reaksi effervescent terjadi secara prematur dan menyebabkan reaksi effervescent

tidak lagi optimal saat diaplikasikan. Sifat kombinasi sumber asam yang

dihasilkan diharapkan memiliki kelarutan yang baik dalam air dan kurang

higroskopis.

Natrium bikarbonat dipilih karena merupakan sumber karbonat paling

umum digunakan dalam sediaan effervescent. Keberadaan sumber karbonat sangat

penting dalam sediaan effervescent sehingga reaksi effervescent dapat terjadi.

Dengan demikian optimasi dilakukan tidak hanya untuk kombinasi sumber asam

namun juga antara sumber asam dan sumber karbonat sehingga granul

effervescent yang dihasilkan memenuhi persyaratan sifat-sifat fisik granul

effervescent. Berikut merupakan reaksi yang terjadi antara sumber asam dengan

sumber karbonat yang disebut reaksi effervescent.

Reaksi antara natrium sitrat dan natrium bikarbonat:

NaHCO3 + C6H6Na2O7 + Na3C6H5O7 + CO2 + H2O

Natrium bikarbonat Natrium sitrat

Page 76: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

56

Reaksi antara asam fumarat dan natrium bikarbonat

2 NaHCO3 + C4H4O4 + Na2C4H2O4 + 2 CO2 + 2 H2O

Natrium bikarbonat Asam fumarat

Penentuan level sumber asam (natrium sitrat dan asam fumarat) dan

natrium bikarbonat sebagai sumber karbonat mengacu pada penelitian Natalia

(2006) tentang Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium Sitrat dan Asam

Fumarat Secara Granulasi Basah: Dengan Desain Faktorial. Penelitian ini

menggunakan 2 level yaitu level tinggi dan level rendah. Level tinggi campuran

asam adalah 960 mg (natrium sitrat 640 mg dan asam fumarat 320 mg) dan level

rendah campuran asam adalah 600 mg (natrium sitrat 400 mg dan asam fumarat

200 mg) sedangkan untuk natrium bikarbonat sebesar 357 mg dan 571 mg.

Dalam formulasi granul effervescent, pembuatan granul asam dan basa

dilakukan secara terpisah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya reaksi

effervescent prematur, yaitu jika asam dan basa bercampur ditambah dengan

kehadiran air. Reaksi effervescent prematur dapat menyebabkan reaksi

effervescent tidak lagi optimal saat diaplikasikan. Granul asam tersusun atas

ekstrak rimpang temulawak, sumber asam berupa natrium sitrat dan asam fumarat,

laktosa sebagai bahan pengisi, dan PVP sebagai bahan pengikat. Granul basa

mengandung sumber karbonat berupa natrium bikarbonat, aspartam sebagai

pemanis, laktosa sebagai bahan pengisi, dan PVP sebagai bahan pengikat. Ekstrak

rimpang temulawak ditambahkan pada granul asam karena zat aktif yang

Page 77: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

57

terkandung dalam ekstrak berupa kukumin stabil dalam asam. Kurkumin dalam

suasana basa dapat terurai menjadi asam ferulat dan asam vanilat. Penambahan

kurkumin dalam granul asam bertujuan untuk menghindari hal tersebut. Laktosa

sebagai bahan pengisi dan PVP sebagai bahan pengikat ditambahkan baik pada

granul asam maupun basa. Aspartam sebagai bahan pemanis tidak ditambahkan

pada granul asam melainkan granul basa karena dari hasil orientasi, jika aspartam

ditambahkan pada granul asam, larutan yang dihasilkan setelah granul

effervescent dilarutkan tidak akan membentuk larutan jernih. Hal ini kemungkinan

disebabkan aspartam terikat oleh ekstrak sehingga menghalangi kelarutannya.

Pemanis perlu ditambahkan untuk menutupi rasa pahit dari ekstrak rimpang

temulawak. PVP sebagai bahan pengikat terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol

70% sebelum dicampur dengan bahan-bahan yang lain. Hal ini dilakukan karena

metode yang digunakan adalah granulasi basah yang membutuhkan cairan

penggranul untuk membentuk massa granul yang akan dicetak. PVP dapat larut

dalam etanol dan air, namun etanol dipilih dengan tujuan memperkecil keberadaan

air dalam granul yang dapat memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Dengan

etanol, proses pengeringan granul basah menjadi granul kering juga dapat

berlangsung lebih cepat karena etanol mudah menguap. Konsentrasi etanol

sebesar 70% digunakan agar lebih efisien dibandingkan jika digunakan etanol

96%. Kandungan air dalam etanol 70% tidak menjadi masalah yang begitu berarti

terkait dengan kemungkinan terjadinya reaksi effervescent dini karena granul

asam dan granul basa dibuat secara terpisah.

Page 78: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

58

Granul effervescent dibuat menggunakan metode granulasi basah. Bahan-

bahan granul asam dan granul basa masing-masing dicampur sampai membentuk

massa granul yang siap dicetak. Setelah massa granul dicetak, granul dikeringkan

dengan oven pada suhu 45oC selama 3 hari. Pengeringan dilakukan sampai bobot

konstan dengan tujuan untuk meminimalkan sisa cairan penggranul yang dapat

memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Granul yang sudah kering diayak

menggunakan ayakan 30/40 (Allen, 2002). Granul kemudian diuji sifat fisiknya

yang meliputi uji kecepatan alir, uji waktu larut, dan uji kandungan lembab

granul.

Semua proses pembuatan granul dan uji sifat fisik dilakukan pada ruangan

dengan kelembaban relatif 50-53% dengan suhu ruangan 25oC. Kelembaban

relatif lingkungan perlu dibuat minimal untuk menghindari kemungkinan

terjadinya reaksi effervescent dini.

F. Uji Sifat Fisik Granul Effervescent

Pengujian sifat fisik granul effervescent meliputi uji kecepatan alir, uji

waktu larut, dan uji kandungan lembab granul. Semua proses uji sifat fisik

dilakukan dalam ruangan dengan kelembaban relatif 50-53% dengan suhu

ruangan 25oC. Berikut merupakan hasil uji sifat fisik granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak:

Page 79: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

59

Tabel IX. Hasil uji sifat fisik granul effervescent

Formula Kecepatan alir (g/s)

Waktu larut (detik)

Kandungan lembab (%)

1 79,29 ± 1,68 77,22 ± 1,92 0,59 ± 0,05 a 96,14 ± 3,22 53,03 ± 2,59 0,54 ± 0,12 b 84,47 ± 2,53 53,12 ± 0,96 0,74 ± 0,09 ab 87,86 ± 1,03 82,60 ± 3,11 0,41 ± 0,21

Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel X. Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent Efek Kecepatan alir Waktu larut Kandungan lembab

Campuran asam 10,12 2,64 |-0,19| Natrium bikarbonat 13,75 2,74 0,01

Interaksi |-13,46| 26,84 |-0,14|

1. Kecepatan alir

Pengujian sifat alir granul dilakukan dengan metode langsung yaitu

dengan kecepatan alir Hopper. Metode ini merupakan metode uji sifat alir yang

paling sederhana dan hasilnya mudah untuk diinterpretasikan (Gordon, et. Al,

1980). Granul perlu diuji sifat alirnya dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan alir granul terkait dengan fabrikasi pada skala industri dalam hal

keseragaman bobot granul saat pengemasan. Persyaratan sifat alir granul dalam

hal kecepatan alir granul adalah > 10 g/s. Menurut Guyot, apabila waktu yang

diperlukan oleh 100 gram granul untuk mengalir lebih lama dari 10 detik atau

kecepatan alir < 10 g/s, dapat dikatakan bahwa dalam fabrikasi pada skala industri

akan dijumpai kesulitan dalam hal regularitas berat granul (cit., Fudholi, 1983).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir granul meliputi ukuran, bentuk,

Page 80: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

60

densitas (Staniforth, 2002), kandungan lembab, tekstur permukaan granul (Banker

dan Anderson, 1986), dan kerapuhan granul.

Dari hasil uji kecepatan alir granul, semua formula memiliki kecepatan alir

yang memenuhi persyaratan (> 10 g/s) sehingga dapat disimpulkan bahwa granul

effervescent pada semua formula memiliki sifat alir yang baik. Hubungan

pengaruh peningkatan level campuran asam (natrium sitrat dan asam fumarat) dan

natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak, dibuat grafik sebagai berikut:

60

70

80

90

100

500 600 700 800 900 1000

Campuran asam (mg)

kece

pata

n al

ir (g

/s)

Level rendah natrium bikarbonat Level tinggi natrium bikarbonat

60

70

80

90

100

300 350 400 450 500 550 600

Natrium bikarbonat (mg)

kece

pata

n al

ir (g

/s)

Level rendah campuran asam Level tinggi campuran asam

Gambar 6. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul effervescent

Pada peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level tinggi,

peningkatan kecepatan alir lebih besar terjadi pada penggunaan natrium

bikarbonat level rendah dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level

tinggi. Grafik yang semakin curam maka akan semakin besar efeknya dalam

menentukan kecepatan alir. Kecuraman grafik dapat ditunjukkan lewat nilai slope

(b). Dalam peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level tinggi,

grafik natrium bikarbonat level rendah memiliki nilai b sebesar 0,0468 yang lebih

Page 81: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

61

besar nilainya daripada nilai b pada grafik natrium bikarbonat level tinggi yaitu

sebesar 0,0094.

Pada peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level rendah ke level

tinggi, campuran asam level tinggi lebih besar efeknya dalam mempengaruhi

kecepatan alir dibandingkan dengan penggunaan campuran asam level rendah,

yaitu menurunkan kecepatan alir. Dalam peningkatan jumlah natrium bikarbonat

dari level rendah ke level tinggi, grafik campuran asam level tinggi memiliki nilai

b sebesar |-0,0387| yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik

campuran asam level rendah yaitu sebesar 0,0242.

Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh peningkatan level

campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul

effervescent menunjukkan adanya interaksi antara campuran asam dan natrium

bikarbonat dalam menentukan kecepatan alir pada level yang diteliti.

Ketidaksejajaran garis pada grafik dapat dilihat dari besar nilai slope (b). Jika dua

buah garis memiliki nilai b yang tidak sama maka hal ini menunjukkan adanya

ketidaksejajaran garis. Adanya interaksi juga dapat dilihat dari hasil perhitungan

efek interaksi dimana efek interaksi dalam menentukan kecepatan alir yaitu

sebesar |-13.46|.

Berdasarkan hasil perhitungan efek terhadap kecepatan alir granul

effervescent ekstrak rimpang temulawak, memperlihatkan bahwa efek natrium

bikarbonat diprediksi lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir. Dalam hal

ini natrium bikarbonat diprediksi dominan dalam menaikkan kecepatan alir karena

nilai efek natrium bikarbonat positif. Efek campuran asam juga bernilai positif

Page 82: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

62

berarti campuran asam berefek menaikkan kecepatan alir namun diprediksi kurang

dominan dibandingkan efek natrium bikarbonat maupun efek interaksi. Efek

interaksi bernilai negatif, berarti bahwa interaksi berefek menurunkan kecepatan

alir namun diprediksi kurang dominan dibandingkan efek natrium bikarbonat.

Dengan demikian dapat diprediksi bahwa yang paling dominan dalam

menentukan kecepatan alir adalah natrium bikarbonat.

Natrium bikarbonat diprediksi dominan dalam menentukan (menaikkan)

kecepatan alir, diduga disebabkan kerapuhan granul basa lebih kecil dibandingkan

dengan granul asam yang dihasilkan. Semakin besar kerapuhan maka kecepatan

alir akan semakin kecil karena serbuk yang dihasilkan akibat kerapuhan granul

akan menurunkan kecepatan alir. Serbuk yang memiliki ukuran partikel lebih

kecil daripada granul mempunyai luas permukaan spesifik yang lebih besar

daripada granul. Hal ini menyebabkan kohesi antar partikel serbuk menjadi besar

sehingga serbuk akan sulit untuk mengalir.

2. Waktu larut

Pengujian waktu larut bertujuan untuk mengetahui kemampuan larut

granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. Uji waktu larut dilakukan dengan

melarutkan granul effervescent ke dalam 200 ml air, kemudian dihitung waktu

larutnya sampai semua granul effervescent terlarut. Persyaratan waktu larut granul

effervescent menurut Mohrle (1980) adalah sampai 1 atau 2 menit membentuk

larutan jernih atau residu yang tidak larut harus seminimal mungkin.

Proses larutnya granul effervescent diawali dari penetrasi air ke dalam

granul yang dipermudah oleh adanya PVP sebagai bahan pengikat yang bersifat

Page 83: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

63

hidrofilik. Adanya air akan menyebabkan sumber asam (natrium sitrat dan asam

fumarat) dan natrium bikarbonat bereaksi menghasilkan gas CO2 yang berperan

dalam proses larutnya granul effervescent. Dalam penelitian, proses larutnya

granul effervescent ekstrak rimpang temulawak memerlukan adanya pengadukan.

Tidak adanya pengadukan akan menyebabkan granul yang larut karena reaksi

effervescent terakumulasi pada bagian atas larutan, sehingga larutan yang

dihasilkan tidak dapat homogen. Pengadukan diperlukan agar larutan memiliki

homogenitas yang baik. Selain itu pengadukan juga diperlukan untuk membantu

mempercepat terjadinya reaksi effervescent pada granul sehingga granul memiliki

waktu larut yang baik. Granul asam dan granul basa yang dibuat terpisah

menyebabkan suatu kesulitan tersendiri pada reaksi effervescent. Agar reaksi ini

dapat terjadi harus ada kontak antara sumber asam pada granul asam dan sumber

karbonat pada granul basa. Pengadukan akan menyebabkan kontak antara granul

asam dan basa meningkat sehingga granul effervescent dapat larut dengan baik.

Dalam hal ini, pengadukan yang diperlukan yaitu sebanyak 10 kali.

Dari hasil uji waktu larut granul, semua formula memiliki waktu larut

yang memenuhi persyaratan (≤ 120 detik) sehingga dapat disimpulkan bahwa

granul effervescent pada semua formula memiliki waktu larut yang baik.

Hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam (natrium sitrat dan asam

fumarat) dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul effervescent ekstrak

rimpang temulawak, dibuat grafik sebagai berikut:

Page 84: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

64

40

50

60

70

80

90

500 600 700 800 900 1000

Campuran asam (mg)

Wak

tu la

rut (

detik

)

Level rendah natrium bikarbonat Level tinggi natrium bikarbonat

40

50

60

70

80

90

300 350 400 450 500 550 600

Natrium bikarbonat (mg)

Wak

tu la

rut (

detik

)

Level rendah campuran asam Level tinggi campuran asam

Gambar 8. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul effervescent

Pada peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level tinggi,

natrium bikarbonat level tinggi lebih besar efeknya dalam mempengaruhi waktu

larut dibandingkan dengan penggunaan natrium bikarbonat level rendah, yaitu

menaikkan waktu larut. Dalam peningkatan jumlah campuran asam dari level

rendah ke level tinggi, grafik natrium bikarbonat level tinggi memiliki nilai b

sebesar 0,0819 yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik natrium

bikarbonat level rendah yaitu sebesar |-0,0672|.

Pada peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level rendah ke level

tinggi, campuran asam level tinggi lebih besar efeknya dalam mempengaruhi

waktu larut dibandingkan penggunaan campuran asam level rendah, yaitu

menaikkan waktu larut. Dalam peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level

rendah ke level tinggi, grafik campuran asam level tinggi memiliki nilai b sebesar

0,1382 yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik campuran asam level

rendah yaitu sebesar |-0, 1126|.

Page 85: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

65

Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh peningkatan level

campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul effervescent

menunjukkan adanya interaksi antara campuran asam dan natrium bikarbonat

dalam menentukan waktu larut pada level yang diteliti. Adanya interaksi juga

dapat dilihat dari hasil perhitungan efek interaksi dimana efek interaksi dalam

menentukan kecepatan alir yaitu sebesar 26,84.

Berdasarkan hasil perhitungan efek terhadap waktu larut granul

effervescent ekstrak rimpang temulawak, memperlihatkan bahwa efek interaksi

diprediksi lebih dominan dalam menentukan waktu larut. Dalam hal ini interaksi

diprediksi dominan dalam menaikkan waktu larut karena nilai efek interaksi

positif. Efek campuran asam dan natrium bikarbonat juga bernilai positif berarti

campuran asam dan natrium bikarbonat berefek menaikkan waktu larut namun

diprediksi kurang dominan dibandingkan efek interaksi. Dengan demikian dapat

diprediksi bahwa yang paling dominan dalam menentukan waktu larut adalah

interaksi antara campuran asam dan natrium bikarbonat.

3. Kandungan lembab

Uji kandungan lembab granul effervescent ekstrak rimpang temulawak

diperlukan untuk mengetahui kandungan lembab dalam granul. Hal ini dilakukan

karena kandungan lembab dalam granul dapat berpengaruh pada sifat alir,

kekerasan granul, kerapuhan granul, dan waktu larut granul effervescent.

Kandungan lembab dalam granul effervescent harus dibuat seminimal mungkin

untuk menghindari terjadinya reaksi effervescent secara prematur yang dapat

mempengaruhi stabilitas granul. Jika reaksi effervescent prematur terjadi maka

Page 86: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

66

reaksi effervescent tidak akan terjadi secara optimal saat aplikasi. Kandungan

lembab dalam sediaan yang dibuat dari bahan alam juga dapat mempengaruhi

stabilitasnya secara mikrobiologi. Adanya air dalam bahan alam dapat

berpengaruh terhadap tumbuhnya jamur dan bakteri sehingga kualitas sediaan

akan menurun.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kandungan lembab granul

effervescent antara lain, suhu pengeringan granul, waktu pengeringan granul, dan

kelembaban relatif lingkungan. Oleh karena itu, seluruh proses pembuatan granul

dan uji sifat fisik granul effervescent dilakukan pada ruangan dengan kelembaban

relatif 50-53% untuk meminimalkan kandungan lembab granul. Dari hasil uji

kandungan lembab granul, formula 1, a, dan ab memiliki kandungan lembab yang

memenuhi persyaratan (0,4-0,7%), sedangkan formula b memiliki kandungan

lembab > 0,7%.

Hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam (natrium sitrat dan

asam fumarat) dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul

effervescent ekstrak rimpang temulawak, dibuat grafik sebagai berikut:

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

500 600 700 800 900 1000

Campuran asam (mg)

Kan

dung

an le

mba

b (%

)

Level rendah natrium bikarbonat Level tinggi natrium bikarbonat

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

300 350 400 450 500 550 600

Natrium bikarbonat (mg)

Kan

dung

an le

mba

b (%

)

Level rendah campuran asam Level tinggi campuran asam

Gambar 9. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul effervescent

Page 87: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

67

Pada peningkatan jumlah campuran asam pada level rendah dan level

tinggi, penurunan kandungan lembab lebih besar terjadi pada penggunaan natrium

bikarbonat level tinggi dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level

rendah. Dalam peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level

tinggi, grafik natrium bikarbonat level tinggi memiliki nilai b sebesar |-0,0009|

yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik natrium bikarbonat level

rendah yaitu sebesar |-0,0002|.

Pada peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level rendah ke level

tinggi, campuran asam level rendah lebih besar efeknya dalam mempengaruhi

kandungan lembab dibandingkan penggunaan campuran asam level tinggi, yaitu

menaikkan kandungan lembab. Dalam peningkatan jumlah natrium bikarbonat

dari level rendah ke level tinggi, grafik campuran asam level rendah memiliki

nilai b sebesar 0,0007 yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik

campuran asam level tinggi yaitu sebesar |-0,0006|.

Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh peningkatan level

campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul

effervescent menunjukkan adanya interaksi antara campuran asam dan natrium

bikarbonat dalam menentukan kandungan lembab pada level yang diteliti. Adanya

interaksi juga dapat dilihat dari hasil perhitungan efek interaksi dimana efek

interaksi dalam menentukan kecepatan alir yaitu sebesar |-0,14|.

Berdasarkan hasil perhitungan efek terhadap kandungan lembab granul

effervescent ekstrak rimpang temulawak, memperlihatkan bahwa efek campuran

asam diprediksi lebih dominan dalam menentukan kandungan lembab. Dalam hal

Page 88: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

68

ini campuran asam diprediksi dominan dalam menurunkan kandungan lembab

karena nilai efek campuran asam negatif. Efek natrium bikarbonat bernilai positif

berarti natrium bikarbonat berefek menaikkan kandungan lembab namun

diprediksi kurang dominan dibandingkan efek campuran asam maupun interaksi.

Efek interaksi bernilai negatif berarti interaksi berefek menurunkan kandungan

lembab namun diprediksi kurang dominan dibandingkan efek campuran asam.

Dengan demikian dapat diprediksi bahwa yang paling dominan dalam

menentukan kandungan lembab adalah campuran asam.

Kandungan lembab granul effervescent dalam hal ini diduga dipengaruhi

oleh kandungan lembab awal campuran asam dan natrium bikarbonat yang

digunakan. Campuran asam antara natrium sitrat dan asam fumarat dominan

dalam menentukan (menurunkan) kandungan lembab granul effervescent.

Kandungan lembab campuran asam yang digunakan diduga lebih kecil

dibandingkan kandungan lembab natrium bikarbonat. Walaupun ketiga bahan

yang digunakan tersebut merupakan bahan anhidrat namun diduga kandungan

lembab yang berbeda tersebut terkait dengan proses penyimpanan dan distribusi

bahan. Dalam proses pengeringan granul, jika diasumsikan bahwa jumlah

penguapan lembab antara granul asam dan basa adalah sama, maka kandungan

lembab akhir granul effervescent dimungkinkan dipengaruhi oleh kandungan

lembab awal bahan.

Page 89: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

69

G. Optimasi Formula Granul Effervescent

Optimasi formula granul effervescent dilakukan untuk melihat kombinasi

sumber asam (natrium sitrat dan asam fumarat) dan natrium bikarbonat yang

optimum sehingga dapat menghasilkan granul effervescent ekstrak rimpang

temulawak yang memenuhi persyaratan uji fisik granul. Hasil pengukuran sifat

fisik granul effervescent yang telah diperoleh kemudian dibuat contour plot untuk

masing-masing sifat fisik. Dari contour plot tersebut dipilih area yang memenuhi

persyaratan uji sifat fisik granul effervescent. Area-area yang memenuhi

persyaratan pada masing-masing uji sifat fisik granul kemudian digabungkan

dalam contour plot super imposed. Dari contour plot super imposed ini dapat

dilihat area yang optimum dari campuran asam dan natrium bikarbonat yang

merupakan formula optimum granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

Dari hasil perhitungan desain faktorial kecepatan alir, didapatkan

persamaan Y = 5,1343 + 0,1092.X1 + 0,1290.X2 - 1,7474.10-4.X1.X2.

Y merupakan respon kecepatan alir granul effervescent (g/s), X1 merupakan level

campuran asam, dan X2 merupakan level natrium bikarbonat. Dari persamaan

tersebut, dapat dibuat contour plot untuk kecepatan alir granul effervescent.

Page 90: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

70

357

387

417

447

477

507

537

567

600 650 700 750 800 850 900 950

Campuran asam (mg)

Nat

rium

bik

arbo

nat (

mg)

82 g/s 85 g/s 88 g/s 91 g/s 94 g/s

Gambar 10. Contour plot kecepatan alir granul effervescent

Dengan contour plot tersebut dapat ditentukan area optimum granul

effervescent yang memenuhi persyaratan kecepatan alir granul yaitu > 10 g/s.

Dengan demikian area > 10 g/s dipilih sebagai area optimum untuk menghasilkan

kecepatan alir yang dikehendaki. Dari contour plot di atas, semua area memenuhi

persyaratan kecepatan alir, maka semua area tersebut dipilih sebagai area

optimum kecepatan alir.

Persamaan desain faktorial untuk respon waktu larut granul effervescent

adalah Y = 306,9726 – 0,3159.X1 -0,5306.X2 + 6,9669.10-4.X1.X2. Y merupakan

respon waktu larut granul effervescent (detik), X1 merupakan level campuran

asam, dan X2 merupakan level natrium bikarbonat. Dari persamaan tersebut, dapat

dibuat contour plot sebagai berikut:

Page 91: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

71

357

387

417

447

477

507

537

567

600 650 700 750 800 850 900 950

Campuran asam (mg)

Nat

rium

bik

arbo

nat (

mg)

57 detik 64 detik 71 detik 78 detik

Gambar 11. Contour plot waktu larut granul effervescent

Dengan contour plot tersebut dapat ditentukan area optimum granul

effervescent yang memenuhi persyaratan waktu larut granul yaitu ≤ 120 detik.

Dengan demikian area ≤ 120 detik dipilih sebagai area optimum untuk

menghasilkan waktu larut yang dikehendaki. Dari contour plot di atas, semua area

memenuhi persyaratan waktu larut, maka semua area tersebut dipilih sebagai area

optimum waktu larut.

Persamaan desain faktorial untuk respon kandungan lembab granul

effervescent adalah Y = -0,3552 + 1,1472.10-3X1 + 2,8923.10-3.X2 - 3,6306.10-

6.X1.X2. Y merupakan respon kandungan lembab granul effervescent (%), X1

merupakan level campuran asam, dan X2 merupakan level natrium bikarbonat.

Dari persamaan tersebut, dapat dibuat contour plot untuk kandungan lembab

granul effervescent.

Page 92: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

72

Gambar 12. Contour plot kandungan lembab granul effervescent

Dengan contour plot tersebut dapat ditentukan area optimum granul

effervescent yang memenuhi persyaratan kandungan lembab granul yaitu 0,4-

0,7%. Granul yang kandungan lembabnya terlalu kecil dapat menyebabkan granul

terlalu rapuh sedangkan granul dengan kandungan lembab terlalu tinggi akan

berpengaruh pada stabilitas granul effervescent. Area 0,4-0,7% dipilih sebagai

area optimum untuk menghasilkan kandungan lembab granul yang dikehendaki.

Area optimum untuk masing-masing uji sifat fisik granul effervescent

kemudian digabungkan menjadi satu dalam contour plot super imposed berikut

ini:

Page 93: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

73

Gambar 13. Contour plot super imposed sifat fisik granul effervescent

Dari contour plot super imposed di atas dapat ditemukan area komposisi

formula campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat yang

optimum dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.

Page 94: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Natrium bikarbonat merupakan faktor yang diprediksi dominan dalam

menentukan kecepatan alir granul effervescent. Waktu larut granul

effervescent diprediksi dominan dipengaruhi oleh interaksi antara campuran

asam dan natrium bikarbonat. Campuran asam antara natrium sitrat dan asam

fumarat diprediksi berpengaruh dominan dalam menentukan kandungan

lembab granul effervescent.

2. Ditemukan area komposisi formula campuran natrium sitrat–asam fumarat dan

natrium bikarbonat yang optimum dalam pembuatan granul effervescent

ekstrak rimpang temulawak dengan sifat fisik yang dikehendaki.

B. Saran

Perlu dikembangkan sediaan berupa tablet effervescent berdasarkan

komposisi optimum formula granul effervescent yang dihasilkan.

74

Page 95: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

75

DAFTAR PUSTAKA Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka

Penyakit, 1-3, 12-13, Agromedia Pustaka, Jakarta. Allen, L., 2002, The Art Science and Technology of Pharmaceutical

Compounding, 2nd Edition, 99, 118, American Pharmaceutical Association, Washington D.C.

Anggraeni, P. D., 2005, Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Secara Granulasi Basah : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Anonim, 1976, The Merck Index, 9th Edition, 348, Merck and Co., Inc., USA. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-9, 50, 338, 354, 400, 510, 782,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1985, Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 208/Men.Kes./PER/IV/1985

tentang Pemanis Buatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 10-11, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-6, 601, 771, 1004, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor : HK. 00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan, http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/Kep.Ka. BPOM-Pemanis.pdf., Diakses pada 20 April 2006.

Anonim, 2006, Product Information Curcumin, http://www.caymanchem.com,

Diakses pada 19 September 2006. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 212-217,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Aulton, M. E., 2002, Pharmaceuticals the Science of Dosage Form Design, 2nd

Edition, 307-312, 618-619, 662-666, ECBS, Philadelphia.

Page 96: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

76

Banker dan Anderson, 1986, Tablet, in Lachman, L., The Theory and Practice of

Industrial Pharmacy, terjemahan Siti Suyatmi, Edisi 3, 647-677, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd

Edition, 308-553, Marcell Dekker, Inc., New York. Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, 182-186, Trubus

Agriwidyo, Jakarta. Duke, 1992, Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Databases,

http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/duke/plantdisp.xsql?taxon= 332, Diakses pada 23 Januari 2006.

Fassihi, A. K., dan Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow

Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, 22, 1947-1968, Marcell Dekker, New York.

Fausett, H., Gayser Jr., C., dan Dash, A., K., 2000, Evaluation of Quick

Disintegrating Calcium Carbonate Tablets, http://www.pharmascitech.com/, Diakses pada 23 Januari 2006.

Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika 7, 9,

586-593. Gordon, R. E., Rosarske, T. W., dan Fonner, D. E., 1980, Granulation Technology

and Tablet Characterization, in Lieberman, H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol 2, 2nd Edition, 299-308, Marcell Dekker, Inc., New York.

Lelo, A., Rasyid, A., Zain-Hamid, 1998, Efek Kurkumin Pada Kandung Empedu

Manusia : Dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul, dan Bubuk, Majalah Kedokteran Hewan Unibraw, XIV, No. 3, 131-132.

Linberg, N., Engfors, H., Ericsson, T., 1992, Effervescent Pharmaceuticals, in

Swarbricck, J., Boylan, J.C., (e d s.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol 5, 45-71, Marcell Dekker, Inc., New York.

List, P. H., Schmidt, P. C., 1989, Phytopharmaceutical Technology, 107-112,

CRC Press Inc., USA. Karden, M., 2003, Temulawak, http://warintek.progressio.or.id/obat/

temulawak.htm, Diakses pada 11 November 2005.

Page 97: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

77

Majeed, M., Vladimir, B., Uma, S., Rajendran, M. S., 1995, Curcuminoids Antioxidant Phytonutrients, Nutriscience Publishers, New Jersey.

Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin Secara Kromatografi Lapis Tipis-

Densitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, 2, 4, 11-21. Mohrle, R., 1980, Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Volume 1, 284-362,

Penerbit Warner Lambert Company, Morris Planis, New Jeresy. Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang

Baik, Majalah Farmasi Airlangga, III, 2, 31-36. Muth, J. E., De., 1999, Basic Statisitca and Pharmaceutical Statistical

Application, 265-294, Marcel Dekker, Inc., New York. Staniforth, J., 2002, Powder Flow, in Aulton, M. E., Pharmaceuticals the Science

of Dosage Form Design, 2nd Edition, 205-208, ECBS, Philadelphia. Tonnesen, H. H., dan Karlsen, J., 1985, Studies on Curcumin and Curcuminoids,

Alkaline Degradation of Curcumin, Original Papers, Departement of Galenical Pharmacy, Institute of Pharmacy, University of Oslo, Norway.

Tonnesen, H. H., Vries, H., Henegouwen, G. B., dan Karlsen, J., 1986, Studies on

Curcumin and Curcuminoid, Investigation of the Photobiological Activity of Curcumin Using Bacterial Indicator System, Journal of Pharmaceutical Sciences, 76, 5, 371-373.

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, 83-85, 165-167,

179, 202, 206-208, 223, 564, 568, 577-578, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wardani, T., 2003, Pengaruh Penambahan EM-4 (Effective Microorganism-4)

Terhadap Kadar Kurkumin Pada Maserasi Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Wedke, D. A., Serajudin, A. T. M., dan Jacobson, H., 1989, Preformulation

Testing, in Lieberman, H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol 1, 2nd Edition, 53-57, Marcell Dekker, Inc., New York.

Wehling dan Fred, 2004, Effervescent Composition Including Stevia,

http://www.pharmcast.com/patents100/yr2004/110204/6811793, Diakses pada 2 November 2004.

Page 98: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

78

Lampiran 1. Foto tanaman dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.)

Gambar 14. Foto tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Gambar 15. Foto rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Page 99: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

79

Lampiran 2. Data pembuatan kurva baku kurkumin

Tabel VII. Hubungan kadar kurkumin baku dan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku

Kadar kurkumin (µg/µl) Area (x 105) 0,12 0,27107 0,14 0,32107 0,18 0,50799 0,23 0,70440 0,35 1,20423

a = -0,2369

b = 4,1110

r = 0,9995

Persamaan garis regresi Y = 4,1110X-0,2369

Page 100: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

80

Gambar 16. Kromatogram kurva baku

Gambar 6. Kurva hubungan kadar kurkumin baku dengan area kromatogram untuk pembuatan kurva baku

0.1

0.3

0.5

0.7

0.9

1.1

1.3

0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Kadar

Are

a kr

omat

ogra

m(x

105 )

(µg/µl)

Page 101: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

81

Lampiran 3. Data perhitungan nilai perolehan kembali dan koefisien variasi

Tabel XI. Hasil perhitungan perolehan kembali dan koefisien variasi kurkumin

Area (x 105)

Kadar (µg/µl)

Kadar (µg/µl)

CV (%)

Recovery (%)

Recovery (%)

XX

0,25323 0,1192 99,33 0,25030 0,1185 98,75 0,25113 0,1187

0,1188 0,34 98,92

98,67

0,34572 0,1417 101,21 0,35675 0,1420 101,43 0,34986 0,1427

0,1421 0,35 101,98

101,38

0,50084 0,1795 99,72 0,51193 0,1822 101,22 0,48841 0,1764

0,1794 1,62 98,00

99,65

0,71065 0,2305 100,22 0,70359 0,2288 99,48 0,69668 0,2271

0,2288 0,74 98,74

99,48

1,21533 0,3233 100,94 1,22949 0,3567 101,91 1,20151 0,3499

0,3533 0,96 99,97

100,94

Page 102: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

82

Lampiran 4. Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak

Gambar 17. Foto ekstrak rimpang temulawak

1. Uji viskositas

Tabel XII. Data uji viskositas ekstrak rimpang temulawak Replikasi Viskositas (dPas)

1 2 3 4 5 6

1,75 1,70 1,60 1,60 1,70 1,70

SD

1,68 0,06

X

Page 103: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

83

2. Uji daya lekat

Tabel XIII. Data uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak Replikasi Daya lekat (detik)

1 2 3 4 5 6

0,34 0,35 0,34 0,35 0,34 0,32

SD

0,34 0,01

X

3. Uji kandungan lembab

Tabel XIV. Data uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak Replikasi Bobot (gram)

1 2 3 4 5 6 Cawan 84,3736 85,4820 76,4438 87,1474 96,2843 89,8713Ekstrak 10,0648 10,0358 10,0336 10,0094 10,0150 10,0270

Cawan + ekstrak 94,4384 95,5178 86,4774 97,1568 106,2993 99,8983Setelah 5 jam 92,2311 93,9559 85,1770 n.a.* n.a. n.a.

6 jam 91,9894 93,7800 85,0150 n.a. n.a. n.a. 7 jam 91,7317 93,6401 84,8546 n.a. n.a. n.a. 8 jam 91,6044 93,5560 84,7600 n.a. n.a. n.a. 9 jam 91,5218 93,4804 84,6592 n.a. n.a. n.a. 10 jam 91,4527 93,4076 84,5980 n.a. n.a. n.a. 11 jam 91,3528 93,3212 84,4858 n.a. n.a. n.a. 12 jam 91,2880 93,2639 84,4305 n.a. n.a. n.a. 13 jam 91,2281 93,1907 84,3698 n.a. n.a. n.a. 14 jam 91,1986 93,1683 84,3429 n.a. n.a. n.a.

Ekstrak jam ke-14 6,8250 7,6863 7,8991 7,4875 7,8543 7,6513 Kandungan lembab

(%) 47,4696 30,5674 27,0221 33,6815 27,5098 31,0496

Kandungan lembab (%) 32,8833

SD 7,5545

X

*n.a. = not available

Page 104: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

84

4. Uji kualitatif menggunakan KLT densitometri (Perhitungan nilai Rf)

Rf = (cm)an pengembangjarak (cm)bercak rambatan jarak

Tabel VI. Nilai Rf dan warna bercak hasil KLT densitometri Warna bercak Bercak Rf

Visual UV 254 nm UV 365 nm Kurkumin

baku 0,54 ± 0,00 Kuning kecoklatan

Kuning kecoklatan

Fluoresensi Kuning

Kurkumin sampel 0,54 ± 0,01 Kuning

kecoklatan Kuning

kecoklatan Fluoresensi

Kuning Desmetoksi kurkumin 0,39 ± 0,01 Kuning

kecoklatan Kuning

kecoklatan Fluoresensi

kuning

5. Uji kuantitatif (penetapan kadar kurkumin) menggunakan KLT

densitometri

Tabel XV. Kadar kurkumin dalam sampel Sampel AUC (105) Kadar (%) X (%) SD CV (%)

1 1,13544 6,22 2 1,04244 6,03 3 1,04803 5,99 4 0,98238 5,51 5 1,09248 6,21 6 1,16177 6,70

6,11 0,39 6,34

Page 105: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

85

Gambar 18. Kromatogram sampel

Page 106: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

86

Lampiran 5. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak

Dosis kurkumin dalam ekstrak temulawak sebagai perangsang penciutan

volume kandung empedu dalam penelitian “Efek Kurkumin Pada Kandung

Empedu Manusia” adalah 20 mg untuk sekali minum (Lelo, 1998).

Kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak = 6,11 %.

Maka berat ekstrak rimpang temula

Dalam 40 gram serbuk rimpang temulawak menjadi 4,4 gram (1/9 berat

serbuk

dalam rimpang kering temulawak sebesar:

wak yang digunakan adalah:

327,33mg mg100

6,11mg20mg

=x

mula-mula) ekstrak rimpang temulawak, sehingga dalam kadar kurkumin

%68,0serbuk gram 900

kurkumin 6,11gram= .

Page 107: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

87

Lampiran 6. Perhitungan level natrium sitrat-asam fumarat dan natrium

bikarbonat

Dari penelitian sebelumnya, level rendah untuk natrium sitrat sebesar 200

mg, asam fumarat 200 mg, sedangkan level tinggi untuk asam sitrat sebesar 1000

mg, asam fumarat 1000 mg (Natalia, 2006). Dari penelitian tersebut, jika dilihat

contour plot super imposed dari respon kecepatan alir dan waktu larut granul,

dapat ditentukan level tinggi dan level rendah untuk natraium sitrat-asam fumarat.

Titik yang diambil untuk menentukan level campuran natrium sitrat dan

asam fumarat adalah titik yang terdapat dalam area contour plot super imposed.

Titik yang diambil x1 : x2 = 915 : 457,5. Jadi, perbandingan antara natrium sitrat

dan asam fumarat yaitu 2:1.

Menurut Wehling dan Fred, 2004, komposisi asam yang paling baik dalam

sediaan effervescent adalah 25-40% dari bobot total. Bobot granul total yang

ditentukan yaitu 2400 mg. Jadi komposisi asam yang digunakan yaitu 600-960

mg. Dengan demikian campuran natrium sitrat dan asam fumarat yang digunakan

pada level rendah yaitu 600 mg, sedangkan untuk level tinggi sebesar 960 mg.

1. Perhitungan level natrium sitrat dan asam fumarat:

a. Level rendah campuran asam

Natrium sitrat

mg 400 mg 600 x 32

=

Asam fumarat

mg 200 mg 600 x 31

=

Page 108: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

88

b. Level tinggi campuran asam

Natrium sitrat

mg 640 mg 960 x 32

=

Asam fumarat

mg 320 mg 960 x 31

=

2. Perhitungan level natrium bikarbonat:

Reaksi antara natrium sitrat dan natrium bikarbonat:

NaHCO3 + C6H6Na2O7 + Na3C6H5O7 + CO2 + H2O

Reaksi antara asam fumarat dan natrium bikarbonat

2 NaHCO3 + C4H4O4 + Na2C4H2O4 + 2 CO2 + 2 H2O

Berdasarkan kedua reaksi diatas maka dapat dihitung jumlah natrium

bikarbonat yang digunakan sebagai level rendah dan level tinggi.

a. Natrium bikarbonat untuk campuran asam level rendah

1). Jumlah natrium bikarbonat untuk 400 mg natrium sitrat adalah

mol natrium sitrat = mol natrium bikarbonat

sitratnatriumBMberat gram =

bikarbonatnatriumBMberat gram

258,070,400 =

84,01X

X = 0,130 gram = 130 mg

Page 109: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

89

2) Jumlah natrium bikarbonat untuk 200 mg asam fumarat adalah

mol asam fumarat = ½ mol natrium bikarbonat

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛fumarat asamBM

berat gram = ½ x bikarbonatnatriumBM

berat gram

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

148200,0 = ½ x

84,01X

X = 0,227 gram = 227 mg

Sehingga jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam adalah

= 130 mg + 227 mg

= 357 mg (digunakan sebagai level rendah)

b. Natrium bikarbonat untuk campuran asam level tinggi

1). Jumlah natrium bikarbonat untuk 640 mg natrium sitrat adalah

mol natrium sitrat = mol natrium bikarbonat

sitratnatriumBMberat gram =

bikarbonatnatriumBMberat gram

258,070,640 =

84,01X

X = 0,208 gram = 208 mg

2) Jumlah natrium bikarbonat untuk 320 mg asam fumarat adalah

mol asam fumarat = ½ mol natrium bikarbonat

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛fumarat asamBM

berat gram = ½ x bikarbonatnatriumBM

berat gram

Page 110: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

90

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

148320,0 = ½ x

84,01X

X = 0,363 gram = 363 mg

Sehingga jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam adalah

= 208 mg + 363 mg

= 571 mg (digunakan sebagai level tinggi)

Page 111: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

91

Lampiran 7. Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak

1. Kecepatan alir

Tabel XVI. Data uji kecepatan alir granul effervescent Kecepatan alir (g/s) Replikasi

1 a b ab 1 2 3 4 5 6

78,13 81,97 77,52 80,00 78,13 80,00

100,00 94,34 94,40 91,74 99,40 97,09

81,97 81,97 84,04 88,50 84,03 86,21

88,50 89,29 86,96 86,96 88,50 86,96

X SD

79,29 1,68

96,14 3,22

84,47 2,53

87,86 1,03

Tabel XVII. Nilai respon kecepatan alir masing-masing formula formula asam basa interaksi respon

1 - - + 79,29 a + - - 96,14 b - + - 84,47 ab + + + 87,86

Perhitungan nilai efek

Efek faktor A = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2

= ( )2

)47,8486,87(29,7914,96 −+−

= 10,12

Efek faktor B = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2

= 2

)29,7986,87()29,7947,84( −+−

= 13,75

Page 112: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

92

Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2

=2

)29,7914,96()47,8486,87( −−−

= -13,46

Tabel XXIII. Nilai efek terhadap kecepatan alir granul effervescent

Efek Kecepatan alir Campuran asam 10,12

Natrium bikarbonat 13,75 Interaksi |-13,46|

Tabel XIX. Nilai slope (b) grafik hubungan peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir

Natrium bikarbonat Nilai b

Level rendah 0,0468

Hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam

terhadap kecepatan alir Level tinggi 0,0094 Campuran

asam Nilai b

Level rendah 0,0242

Hubungan pengaruh peningkatan level

natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir Level tinggi |-0,0387|

Persamaan Umum

Y = b0 + b1.X1 + b2.X2 + b1.2.X1.X2

Formula-1

79,29 = b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2...............................................(1)

Formula-a

96,14 = b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2...............................................(2)

Formula-b

84,47 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2…………….........…..............(3)

Page 113: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

93

Formula-ab

87,86 = b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2…....………………...…........(4)

Eliminasi persamaan (1) dan (2)

(1) 79,29 = b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2

(2) 96,14 = b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2 -

-16,85 = -360b1 - 128520 b1.2……………….......................................(5)

Eliminasi persamaan (3) dan (4)

(3) 84,47 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2

(4) 87,86 = b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2 -

-3,39 = -360 b1 – 205560 b1.2…………………............................... (6)

Eliminasi persamaan (5) dan (6)

(5) -16,85 = -360b1 - 128520 b1.2

(6) -3,39 = -360 b1 – 205560 b1.2 -

-13,46 = 77040 b1.2

b1.2 = -1,7474.10-4

Substitusi nilai b1.2 yang diperoleh ke persamaan (5)

-16,85 = -360b1 - 128520 b1.2

-16,85 = -360b1 - 128520 (-1,7474.10-4)

b1 = 0,1092

Substitusi nilai b1 dan b1,2 ke persamaan (1) dan (3)

(1) 79,29=b0 + 600 (0,1092) + 357 b2 + 214200 (-1,7474.10-4)

51,20 = b0 + 357b2..............................................................................(7)

Page 114: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

94

(3)84,47= b0 + 600 (0,1092) + 571 b2 + 342600 (-1,7474.10-4)

78,82 = b0 + 571b2............................................................................(8)

Eliminasi persamaan (7) dan (8);

51,20 = b0 + 357b2

78,82 = b0 + 571b2 -

-27,61 = -214 b2

b2 = 0,1290

Substitusi nilai b2 ke persamaan (7)

51,20 = b0 + 357 (0,1290)

b0 = 5,1343

Jadi persamaan design factorial untuk nilai kecepatan alir adalah:

Y = 5,1343 + 0,1092.X1 + 0,1290.X2 - 1,7474.10-4.X1.X2

2. Waktu larut

Tabel XX. Data uji waktu larut granul effervescent Waktu larut (detik) Replikasi

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 76,59 52,14 51,86 85,12 2 76,57 57,97 54,53 76,82 3 74,88 50,28 53,53 84,72 4 78,68 52,5 52,53 81,44 5 80,25 52,94 53,66 83,78 6 76,35 52,32 52,62 83,72 77,22 53,03 53,12 82,60

SD 1,92 2,59 0,96 3,11 X

Page 115: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

95

Tabel XXI. Nilai respon waktu larut masing-masing formula formula asam basa interaksi respon

1 - - + 77,22 a + - - 53,03 b - + - 53,12 ab + + + 82,60

Perhitungan nilai efek

Efek faktor A = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2

= ( )2

)12,5360,82(22,7703,53 −+−

= 2,64

Efek faktor B = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2

= 2

)03,5360,82()22,7712,53( −+−

= 2,74

Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2

=2

)22,7703,53()12,5360,82( −−−

= 26,84

Tabel XXII. Nilai efek terhadap waktu larut granul effervescent

Efek Waktu larut Campuran asam 2,64

Natrium bikarbonat 2,74 Interaksi 26,84

Page 116: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

96

Tabel XXIII. Nilai slope (b) grafik hubungan peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut

Natrium bikarbonat Nilai b

Level rendah |-0,0672|

Hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam

terhadap waktu larut Level tinggi 0,0819 Campuran

asam Nilai b

Level rendah |-0, 1126|

Hubungan pengaruh peningkatan level

natrium bikarbonat terhadap waktu larut Level tinggi 0,1382

Persamaan Umum

Y = b0 + b1.X1 + b2.X2 + b1.2.X1.X2

Formula-1

77,22 = b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2...........................................................(1)

Formula-a

53,03 = b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2.........................................................(2)

Formula-b

53,12 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2……………..........….............(3)

Formula-ab

82,60= b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2…....………………...….....................(4)

Eliminasi persamaan (1) dan (2)

(1) 77,22 = b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2

(2) 53,03 = b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2 -

24,20 = -360b1 - 128520 b1.2………………................................................(5)

Page 117: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

97

Eliminasi persamaan (3) dan (4)

(3) 53,12 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2

(4) 82,60 = b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2 -

-29,48 = -360 b1 – 205560 b1.2………………….................................(6)

Eliminasi persamaan (5) dan (6)

(5) 24,195 = -360b1 - 128520 b1.2

(6) -29,48 = -360 b1 – 205560 b1.2 -

53,67 = 77040 b1.2

b1.2 = 0,6967.10-4

Substitusi nilai b1.2 yang diperoleh ke persamaan (5)

24,20 = -360b1 - 128520 b1.2

24,20 = -360b1 - 128520 (0,6967.10-4)

b1 = -0,3159

Substitusi nilai b1 dan b1,2 ke persamaan (1) dan (3)

(1) 77,22 = b0 + 600 (-0,3159) + 357 b2 + 214200 (0,6967.10-4)

117,55 = b0 + 357b2.............................................................................(7)

(3)53,12= b0 + 600 (-0,3159) + 571 b2 + 342600 (0,6967.10-4)

3,99 = b0 + 571b2.............................................................................(8)

Eliminasi persamaan (7) dan (8);

117,55 = b0 + 357b2

3,99 = b0 + 571b2 -

113,55 = -214 b2

b2 = -0,5306

Page 118: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

98

Substitusi nilai b2 ke persamaan (7)

117,55 = b0 + 357 (-0,5306)

b0 = 306,9728

Jadi persamaan design factorial untuk waktu larut adalah:

Y = 306,9728 - 0,3159.X1 -0,5306.X2 + 0,6967.10-4.X1.X2

3. Kandungan lembab

Tabel XXIV. Data uji kandungan lembab granul effervescent Kandungan lembab (%) Replikasi

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 0,5768 0,6232 0,6343 0,5779 2 0,5576 0,6418 0,7795 0,4721 3 0,6546 0,5467 0,6826 0,4700 4 0,5765 0,4040 0,7172 0,2452 5 0,6319 0,3679 0,8910 0,6095 6 0,5355 0,6242 0,7415 0,0720 0,5882 0,5346 0,7410 0,4078

SD 0,0454 0,1203 0,0887 0,2082 X

Tabel XXV. Nilai respon kandungan lembab masing-masing formula formula asam basa interaksi respon

1 - - + 0,5882 a + - - 0,5346 b - + - 0,7410 ab + + + 0,4078

Perhitungan nilai efek

Efek faktor A = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2

= ( )2

)7410,04078,0(5882,05363,0 −+−

= -0,1934

Page 119: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

99

Efek faktor B = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2

= 2

)5346,04078,0()5882,07410,0( −+−

= 0,0130

Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2

=2

)5882,05346,0()7410,04078,0( −−−

= -0,1399

Tabel XXVI. Nilai efek terhadap kandungan lembab granul effervescent

Efek Kandungan lembab Campuran asam |-0,1934|

Natrium bikarbonat 0,0130 Interaksi |-0,1399|

Tabel XXVII. Nilai slope (b) grafik hubungan peningkatan level campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab

Natrium bikarbonat Nilai b

Level rendah |-0,0002|

Hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam

terhadap kandungan lembab Level tinggi |-0,0009|

Campuran asam Nilai b

Level rendah 0,0007

Hubungan pengaruh peningkatan level

natrium bikarbonat terhadap kandungan

lembab Level tinggi |-0,0006|

Persamaan Umum

Y = b0 + b1.X1 + b2.X2 + b1.2.X1.X2

Formula-1

0,5882= b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2..................................................(1)

Page 120: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

100

Formula-a

0,5346= b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2................................................(2)

Formula-b

0,7410 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2………...….........…...............(3)

Formula-ab

0,4078= b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2…....………………...….........(4)

Eliminasi persamaan (1) dan (2)

(1) 0,5882 = b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2

(2) 0,5346 = b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2 -

0,0535 = -360b1 - 128520 b1.2……………….......................................(5)

Eliminasi persamaan (3) dan (4)

(3) 0,7410 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2

(4) 0,4078 = b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2 -

0,3332 = -360 b1 – 205560 b1.2………………….................................(6)

Eliminasi persamaan (5) dan (6)

(5) 0,0535 = -360b1 - 128520 b1.2

(6) 0,3332 = -360 b1 – 205560 b1.2 -

-0.2797 = 77040 b1.2

b1.2 = -0,3631.10-5

Substitusi nilai b1.2 yang diperoleh ke persamaan (5)

0,0535 = -360b1 - 128520 b1.2

0,0535 = -360b1 - 128520 (-0,3631.10-5)

b1 = 0,0012

Page 121: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

101

Substitusi nilai b1 dan b1,2 ke persamaan (1) dan (3)

(1) 0,5882=b0+ 600(0,0012)+ 357 b2+214200(-0,3631.10-5)

0,6774 = b0 + 357b2.............................................................................(7)

(3) 0,7410=b0+600(0,0012)+571 b2+342600(-0,3631.10-5)

1,2963 = b0 + 571b2...........................................................................(8)

Eliminasi persamaan (7) dan (8);

0,6774 = b0 + 357b2

1,2963 = b0 + 571b2 -

-0,6189 = -214 b2

b2 = 0,0029

Substitusi nilai b2 ke persamaan (7)

0,6774 = b0 + 357 (0,0029)

b0 = -0,3552

Jadi persamaan design factorial untuk nilai kandungan lembab adalah:

Y= -0,3552 + 0,0012.X1 + 0,0029.X2 - 0,3631.10-5.X1.X2

Page 122: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

102

Formula b Formula ab

Formula aFormula 1

Gambar 19. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak

Gambar 20. Contoh hasil larutan granul effervescent

ekstrak rimpang temulawak

Page 123: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

103

Lampiran 8. Surat pengesahan determinasi

Page 124: OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM FUMARAT DAN …repository.usd.ac.id/16782/2/038114132_Full.pdf · optimasi campuran natrium sitrat–asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai

104

BIOGRAFI PENULIS

Tyas Ayu Puspita lahir di Surakarta pada

tanggal 2 Desember 1984, merupakan putri pertama

dari 3 bersaudara, pasangan Dharsono, S.H., M.M.

dan Sri Rahayu. Penulis skripsi berjudul “Optimasi

Campuran Natrium Sitrat–Asam Fumarat dan

Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien Dalam

Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara

Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial”

ini pernah menempuh pendidikan di TK Lakhsmi 7 Surakarta pada tahun 1989

selama dua tahun. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Kristen Manahan

Surakarta pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1997, kemudian di SLTP Negeri

I Surakarta hingga tahun 2000. Setamat SLTP, penulis melanjutkan studi di SMU

Negeri I Surakarta pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Setelah selesai

menempuh pendidikan SMU, penulis melanjutkan pendidikan ke Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis pernah memiliki

pengalaman bekerja di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma sebagai

asisten praktikum Farmasetika Dasar tahun 2005-2006 dan FTS Solid tahun 2006.