PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI …
Transcript of PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI …
552 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI PEMBERDAYAAN
UKM PENGOLAHAN IKAN PASCA PRODUKSI
Ach. Muhib Zainuri1, Sigit Hadiantoro2, Wahyu Prihanta3
1 Teknik Mesin, 2 Teknik Kimia, 3 Kehutanan 1Politeknik Negeri Malang, 2Universitas Muhammadiyah Malang
1 [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk merancang
strategi pengembangan kawasan minapolitan dalam rangka peningkatan pendapatan ekonomi
nelayan di Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo. Permasalahan yang dijumpai dalam upaya
pengembangan minaindustri adalah masih rendahnya produktivitas dan pemasaran produk
perikanan pasca produksi, kelembagaan minabisnis yang tidak kondusif dan kondisi budaya
masyarakat perikanan di perkotaan yang cenderung subsistem. Metodologi yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah melalui diskusi kelompok fokus, analisis kebutuhan usaha perikanan pasca
produksi, dan mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pengolahan produk
perikanan. Metode kegiatan adalah ceramah dan praktek yang dilaksanakan pada tiga UKM, yaitu
UKM Jaya Utama, UKM Dhyva Abadi dan UKM Sari Ikan yang berlokasi di Kelurahan
Mayangan dan di Kelurahan Sukabumi. Topik ceramah dan praktek adalah (1) Kandungan nutrisi
pada ikan, (2) Teknologi pemrosesan ikan, (3) Teknik pemrosesan produk ikan menjadi makanan
yang higienis, dan (4) Sanitasi pada area produksi. Hasil dari kegiatan menunjukkan bahwa para
pelaku UKM pengolahan ikan pasca produksi sangat tertarik. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah
(1) Kegiatan telah mencapai sasaran yang diinginkan, (2) Pelaku UKM memiliki keterampilan
pemrosesan ikan, dan (3) Pelaku UKM sangat terbantu melalui pemberian hibah beberapa
peralatan.
Kata-kata kunci : minapolitan, minabisnis, minaindustri, UKM.
1. PENDAHULUAN
Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan
berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan
adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,
pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.
Sesuai dengan KEP.35/MEN/2013, Kota Probolinggo telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan
berbasis minapolitan perikanan tangkap. Kawasan tersebut diprioritaskan mendapat dukungan kegiatan
dan anggaran sebagai stimulus bagi pemerintah daerah dan dunia usaha.[1]
Pengembangan sentra wilayah minabisnis komoditas pada hakekatnya merupakan kegiatan awal
untuk mema-cu pembangunan bidang ekonomi di suatu wilayah minapolitan. Secara bertahap
berkembangnya kegiatan produksi komoditas perikanan tangkap diupayakan untuk dapat diikuti oleh
muncul dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi, baik horizontal maupun secara vertikal, serta
pengadaan jasa-jasa di sekitarnya sehingga menumbuhkan dinamika perekonomian wila-yah
minapolitan. Pembangunan sentra bisnis saat ini lebih didukung dengan mengerahkan kegiatan lintas
sektoral maupun subsektoral yang terfokus dan terintegrasi pada lokasi yang telah terpilih. Upaya ini
dilakukan untuk mendukung kegiatan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya ikan laut dan
masyarakat pelaku usaha minabisnis untuk mampu melakukan dan menjalin kegiatan-kegiatan
minabisnis dengan kekuatan sendiri secara berkesinambungan. Berdasarkan konsultasi dengan Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) telah ditetapkan Kota Probolinggo.
Pada tataran mikro, permasalahan yang dijumpai adalah (1) Masih rendahnya produktivitas dan
pemasa-ran, (2) Kelembagaan yang tidak kondusif dan (3) Sanitasi lingkungan permukiman yang masih
rendah. Di samping itu, kondisi budaya masyarakat perikanan di perkotaan yang cenderung subsistem
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 553
perlu mendapatkan perhatian yang serius apabila ingin merubah budaya tersebut menjadi budaya
minabisnis. Tanpa adanya pe-ningkatan pemahaman dan pengguna sumberdaya ikan di laut, akan sulit
meningkatkan produktivitas perikanan untuk mendukung pengembangan minaindustri.
I. SUMBER INSPIRASI
Konsep dasar pengembangan kawasan minapolitan adalah upaya menciptakan pembangunan inter-
regional berimbang, khususnya dengan meningkatkan keter-kaitan pembangunan kota-desa (rural-
urban linkage) yaitu pengembangan kawasan pedesaan yang terin-tegrasi di dalam sistem perkotaan
secara fungsional dan spasial.[2] Pengembangan ekonomi masyarakat lokal/ pedesaan sangat penting,
dengan diupayakan optimali-sasi pemanfaatan sumberdaya lokal melalui pengem-bangan ekonomi
komunitas, investasi social capital dan human capital, investasi di bidang prasarana dan sumberdaya
alam (natural capital). Pengembangan kawasan minapolitan dilakukan dengan disertai upaya
peningkatan capacity building di tingkat masyarakat maupun di tingkat pemerintahan agar menjamin
manfaat utama dapat dinikmati masyarakat lokal.
Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti perikanan dan politan
berarti kota, sehingga minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan
perikanan atau perikanan di daerah kota. Secara definitif minapolitan adalah kota perikanan yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani dan
mendorong kegiatan pembangu-nan perikanan di wilayah sekitarnya, dengan ciri utama kegiatan
perikanan dan pengolahan hasil perikanan. Sistem pembangunan sektor kelautan dan perikanan
berbasis wilayah dengan konsep minapolitan sejalan dengan Arah Umum Pembangunan Nasional dan
Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan dan Pengemba-ngan Kawasan sebagaimana tertuang di
dalam Buku I RPJM Nasional Tahun 2010-2014. Salah satu tujuan konsep Minapolitan adalah untuk
mengembangkan kawasan ekonomi unggulan menjadi lebih produktif.
A. Pembangunan Sentra Minapolitan
Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis manajemen ekonomi
kawasan dengan motor penggerak sektor kelautan dan perikanan dalam rangka peningkatan pendapatan
rakyat. Pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan konsepsi minapolitan dikembangkan
melalui pening-katan efisiensi dan optimalisasi keunggulan komparatif dan kompetitif daerah sesuai
dengan eksistensi kegiatan pra produksi, produksi, pengolahan dan/atau pemasaran, serta jasa
pendukung lainnya, yang dilakukan secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan. Minapolitan bertujuan
untuk: (a) Meningkatkan kemampuan ekono-mi masyarakat skala mikro dan kecil, (b) Meningkatkan
jumlah dan kualitas usaha skala menengah ke atas sehingga berdaya saing tinggi, dan (c) Meningkatkan
sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi regional dan nasional.
Pengembangan kawasan minapolitan adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan melalui
upaya-upaya penataan ruang kawasan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan
(urban function center) yang mempunyai fungsi utama ekonomi (minabisnis) yang terdiri dari sentra
produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung
lainnya. Hal ini selanjutnya akan dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis perikanan
(minapolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud meningkatkan pendapatan kawasan
(regional income).
Untuk membangun sentra minabisnis diperlukan sub-sub kegiatan mulai dari penyediaan mina-
input, teknologi penangkapan, penanganan pasca tangkap, pengolahan ikan hingga pemasaran, serta
prasarana dan kelembagaan pendukung yang merupakan perpaduan bidang kerja yang berada pada
kendali dari berbagai pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat, termasuk pengusaha swasta, perorangan
dan badan usaha. Agar pembangunan sentra mina-bisnis tersebut berhasil, kegiatan yang tersebar secara
parsial harus dapat dikoordinasikan dan dirangkai ke dalam suatu kegiatan yang saling terintegrasi
membentuk sistem minabisnis yang utuh. Untuk itu koordinasi perencanaan dan pengendalian sejak di
tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota hingga di tingkat lokasi, yang menjamin terfokusnya
berbagai sumberdaya untuk pengembangan sentra yang dimaksud merupakan aspek yang sangat
penting.
554 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
B. Lingkup dan Sasaran Kegiatan
Beberapa aspek lingkup kegiatan Pegabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim Ipteks bagi Wilayah
(IbW) melalui program kegiatan “Peningkatan Produktivitas Perikanan melalui Pemberdayaan UKM
Pengolahan Ikan Pasca Produksi” di Kec. Mayangan, Kota Probo-linggo ini adalah sebagai berikut.
o Penetapan lokasi dan sasaran jenis usaha.
Pemilihan lokasi didasarkan atas ketersediaan dan kesesuaian lahan serta minaklimatnya, kesiapan
prasarana, ketersediaan tenaga kerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan lokasi
yang bersangkutan (berdasarkan teknik mapping dan kajian carrying capacity). Pemilihan
komoditas utama dan penunjang serta jenis usahanya didasarkan atas potensi menghasilkan
keuntungan, potensi pemasarannya, kesiapan dan penerimaan masyarakat atas jenis usaha berbasis
komoditas ikan laut yang akan dikembangkan, serta keselarasan dengan kebijakan pemba-ngunan
daerah. Untuk menetapkan unggulan wilayah yang akan dipilih dilakukan kajian kuantitatif dan
kualitatif dengan memperhatikan faktor-faktor ekonomi dan sosial.
o Penentuan kegiatan yang dilakukan.
Penentuan kegiatan yang perlu dilakukan berdasarkan atas kajian kondisi saat ini dan kondisi yang
diinginkan, dirinci menurut komponen-komponen penting sistem minabisnis, yaitu: target
kelompok, ketersedian dan kesesuaian lahan dan prasarananya, ketersediaan sarana produksi,
kemampuan pengelo-laan, penanganan pasca panen, pengolahan ikan, pemasaran, serta dukungan
kelembagaan. Dari kajian tersebut dapat diketahui upaya dan kegiatan yang diperlukan untuk sentra
minabisnis dalam satuan volume yang jelas. Keseluruhan kegiatan tersebut selnjutnya diuraikan
menurut tahapan yang diperlukan, disesuaikan dengan kondisi fisik lokasi, kondisi sosial ekonomi
serta tingkat kemampuan masyarakat.
o Sinergisme kegiatan lintas sektoral.
Tahapan kegiatan tersebut selanjutnya diuraikan menurut program serta institusi yang harus
memberikan kontribusi terhadap pembangunan sentra minabisnis. Secara garis besar hal ini
disajikan dalam bentuk matriks keterpaduan pengembangan minapolitan. Kegiatannya antara lain
meliputi hal-hal berikut ini.
− Pengembangan perikanan tangkap. Pengemba-ngan minabisnis komoditas ikan laut hasil
penangkapan diidentifikasi menurut volume fisik yang jelas. Garis besar kegiatannya meliputi
persiapan penangkapan, pelatihan usaha berbasis komoditas ikan hasil penangkapan di laut,
penyediaan mina-input dan alat perikanan untuk penangkapan, pasca tangkap dan pengolahan
serta penyuluhan. Pembinaan teknis meiputi penangkapan, pasca tangkap, diversi-fikasi produk,
manajemen finansial dan strategi pemasarannya.
− Pembinaan pasca panen, pengolahan dan pema-saran. Peningkapan keterampilan teknis dalam
penanganan pasca panen seperti cara memanen, mengumpulkan dan menyeleksi hasil panen
serta peralatan yang diperlukan untuk memperta-hankan kualitas hingga cara pengolahan
produk untuk meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan kemampuan pemasaran,
khususnya yang menyangkut produk ikan hasil penangkapan. Untuk melaksanakan pembinaan
dengan sarana yang ada di wilayah terpilih secara lebih optimal, maka kerjasama dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Probolinggo mutlak dilakukan. Sinergi
kegiatan hanya dapat dicapai dengan koordinasi perencanaan dan pembagian tugas yang jelas.
− Pembinaan pengembangan usaha perikanan tangkap. Kelompok kegiatan yang menyangkut
peningkatan kemampuan mengelola usaha dan melaksanakan kemitraan dengan pedagang,
eksportir maupun industri pengolahan pangan dilakukan melalui pembinaan Kelompom Usaha
Bersama (KUB) ke arah terbentuknya koperasi nelayan, pembentukan Forum Komunikasi
Minabisnis (FORKAM), pelaksanaan temu-temu usaha, pelatihan kewirausahaan dan
peningkatan kemampuan penyuluh perikanan sebagai pusat konsultasi dan pelayanan
minabisnis.
Kawasan minapolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada suatu
wilayah sebagai sistem produksi perikanan dan pengeloaan sumberdaya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem minabisnis. Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 555
berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan.
Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang
terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau
kegiatan pendukung lainnya.
Ide dasar pembangunan minapolitan adalah (1) Pe-nguatan sinergi antara pertumbuhan ekonomi
dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, (2) Penemuan teknologi ramah lingkungan berikut
instrumen-instrumen yang dapat menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan (3) Perumusan
strategi yang tepat bagi pengembangan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan kawasan minapolitan dapat meliputi pengintegrasian sumber daya terkait yang
mendukung, termasuk pariwisata. Di satu sisi kawasan minapolitan merupakan salah satu sumber daya
tarik pariwisata daerah yang mampu mendiversifikasi produk pariwisata sehingga dapat menyajikan
banyak pilihan (diversifikasi) daya tarik wisata kepada wisatawan. Di sisi lain Kawasan Minapolitan
dapat didukung oleh pengembangan pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Penetapan Kota Probolinggo sebagai Kawasan Minapolitan, didasarkan pada letak perairan
Probolinggo yang berhadapan langsung Selat Madura sehingga memiliki potensi beragam jenis ikan
bernilai ekonomi tinggi, seperti: tuna, tongkol, cakalang dan udang. Pengembangan Kawasan
Minapolitan sebagai upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal di Kota Probolinggo
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian “Sasaran dan Program Pembangunan Daerah”
sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kota Probolinggo 2009 2014 khususnya bidang “Kelautan,
Perikanan dan Pariwisata”. Sasaran yang ingin dicapai yaitu: (1) Meningkatnya potensi ekonomi
sumber daya perikanan dan laut dengan program Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan
air tawar; dan (2) Meningkatnya pengu-sahaan objek wisata yang berbasis pada potensi sumber daya
alam daerah dengan program “Pengembangan Kemitraan”. Kedua bidang pembangunan tersebut dapat
dikembangkan secara sinergis dengan menggunakan basis sumber daya kelautan dan perikanan dengan
rumusan model dan strategi yang tepat, terarah dan jelas serta terpadu yang dapat memberikan
kemanfaatan kepada seluruh stakeholders terkait.
C. Karakteristik Produk Perikanan
Segera setelah ditangkap, produk perikanan akan mengalami serangkaian proses perombakan yang
mengarah ke penurunan mutu. Proses perombakan yang terjadi pada ikan dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu tahap pre-rigor, rigor mortis dan post-rigor mortis. Pre rigor adalah tahap di mana mutu
dan kesegaran ikan sama seperti ketika masih hidup. Rigor mortis adalah tahap di mana produk
perikanan memiliki kesegaran dan mutu seperti ketika masih hidup, namun kondisi tubuhnya secara
bertahap menjadi kaku. Hingga tahap rigor mortis, ikan dapat dikatakan masih segar. Namun
memasuki tahap post rigor mortis, proses pembusukan daging ikan telah dimulai.
Sifat ikan yang cepat rusak serta membusuk menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan
penurunan mutu hasil perikanan. Oleh karena itu cara penyimpanan dan pengolahan ikan menjadi hal
yang sangat penting diperhatikan. Bagi para UKM pengola-han ikan yang belum memiliki sarana
penyimpanan yang memadai, bila musim panen akan menghadapi masalah dengan banyaknya ikan
yang membusuk bila tidak habis terjual. Ikan dalam keadaan masih segar memiliki harga yang baik,
sedangkan ikan yang sudah rusak hanya akan dibuang dan mengakibatkan kerugian bagi para UKM.
Cara pengawetan dan pengolahan pada pasca panen perikanan dilakukan berdasarkan beberpa
petimbangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut.[3]
− Tubuh ikan mengandung protein dan air cukup tinggi, sehingga merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikro-organisme lainnya yang berakibat ikan cepat busuk.
− Daging ikan mempunyai sedikit tenunan pengikat (tendon), sehingga proses pembusukan pada
daging ikan lebih cepat dibandingkan dengan pembusukan pada produk ternak atau hewan darat
lainnya.
− Produksi ikan, terutama ikan laut, bersifat musiman. Dengan kondisi ini, pada suatu saat produksi
ikan sangat melimpah dan pada saat yang lainnproduksinya sangat rendah. Oleh karena itu
diperlukan cara pengawetan atau pengolahan yang mampu memproses ikan dengan cepat dan
556 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
efisien terutama pada saat produksi sedang melimpah agar hasil tangkapan dapat dimanfaatkan
secara optimal.
− Kebutuhan manusia akan ikan tidak akan pernah mengenal musim. Dengan dikembangkannya cara
pengawetan dan pengolahan, daya tahan dan masa simpan ikan mnjadi lebih lama sehingga dapat
memenuhi kebutuhan manuisa setiap saat.
Proses pembusukan ikan di daerah tropis berlang-sung lebih cepat jika dibandingkan dengan daerah
sub-tropis. Berbagai usaha dan cara untuk mengelola hasil perikanan, baik secara fisik, kimia maupun
biologis, telah lama diperkenalkan. Namun demikian pada waktu musim panen ternyata banyaknya
ikan sisa yang terbuang atau rusak tetap saja tinggi. Upaya menurunkan harga pada masa panen tidak
akan menolong meningkatkan pendapatan nelayan, oleh karena itu perlu teknologi pengolahan ikan
agar tetap memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Ikan merupakan sumber makanan yang kaya akan protein seperti halnya sumber makanan hewani
lainnya. Bahkan kualitas zat gizi yang dikandung ikan memiliki beberapa kelebihan.[4] Protein ikan
memiliki kandungan asam amino yang lengkap, di antaranya lysin yang memiliki kadar sangat tinggi
(8,1%). Lemak ikan juga lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang sangat baik bagi
kesehatan. Asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam ikan di antaranya adalah omega-
3 yang meliputi asam lemak EPA (asam eikosapentae-noat), asam linolenat dan DHA (asam
dokosahek-saenoat), yang mempunyai manfaat sangat penting bagi kesehatan. Selain omega-3 juga
dikenal asam lemak omega-6, misalnya asam linoleat dan asam arachidonat. Asam-asam yang telah
disebutkan ini merupakan asam lemak esensial yang sangat perlu dikonsumsi manusia. Ikan juga
banyak mengandung mineral, seperti iodium, besi, zink, fluor, fosfor, kalium, dan selenium. Selain itu
juga mengandung vitamin A, B1 (thiamin), B2 (ribofla-vin), dan B3 (niasin).
2. METODE KEGIATAN
Kota Probolinggo menghadapi permasalahan kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan
yang menghasilkan kemiskinan di perdesaan dan proses urbanisasi yang tidak terkendali semakin
mendesak produktifitas lahan. Berdasarkan fakta tersebut maka telah ditegaskan dalam RPJMD Kota
Probolinggo bahwa sasaran pokok pembangunan di antaranya adalah (1) Menurunnya jumlah
penduduk miskin serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka
dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga dan (2) Berkurangnya kesenjangan antar
wilayah. Salah satu konsep pengembangan perdesaan adalah pembangunan dengan konsep kawasan.
Dengan pembangunan kawasan ini diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di
sekitar kawasan.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo telah memaparkan dalam beberapa kali
tatap muka gambaran umum di wilayahnya. Berbagai keadaan topografi serta faktor pendukung
lingkungan yang berbeda-beda pula, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan potensi
sumberdaya alam yang ada. Potensi sumberdaya alam yang ada meliputi kawasan pesisir, kawasan
dataran rendah, serta potensi sumberdaya alam pada kawasan selatan atau wilayah dataran tinggi, yang
masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tentunya akan berbeda-beda pula cara
pemanfaatannya serta dalam pengelolaanya. Khususnya di kawasan pesisir merupakan tempat yang
paling potensial terdapat sektor utama adanya pengembangan budidaya perikanan perairan dan/ atau
perikanan tangkap yang menjanjikan. Sektor budidaya perikanan perairan dan/ atau perikanan tangkap
menjadi sektor yang dapat menyerap tenaga kerja di kawasan pesisir, meskipun bersifat musiman dan
tergantung pada kondisi alam. Minapolitan merupakan solusi dari beragam permasalahan
pengembangan budidaya perikanan perairan dan/ atau perikanan tangkap.
Keuntungan yang diperoleh para pelaku UKM produk olahan ikan akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan menjual ikan secara langsung (gbr. 1). Demikian pula keuntungan yang
diperoleh para nelayan melalui penjualan secara lelang masih sangat kecil dibandingkan dengan
mengolahnya ikan tangkapan menjadi berbagai macam produk.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 557
Gambar 1. Konsep minapolitan pengolahan ikan
Untuk menangani permasalahan pengolahan ikan oleh UKM secara menyeluruh, tim IbW Kec.
Mayangan Kota Probolinggo telah melakukan beberapa kegiatan. Hal yang telah dilakukan merupakan
alternatif cara untuk menyelesaikan persoalan pengolahan ikan yang menjadi target kegiatan bersama
pada tahun kedua. Beberapa yang telah dilakukan sebagai berikut ini.
o Pendidikan Masyarakat
Berupa kegiatan penyuluhan yang bertujuan meningkatkan pemahaman pengolahan ikan di
masyarakat (gbr. 2).
Gambar 2. Penyuluhan pengolahan ikan
o Difusi Ipteks
Salah satu permasalahan terpenting dalam pember-dayaan masyarakat pesisir adalah terbatasnya
infra- struktur produksi, pengolahan dan pemasaran hasil-hasil produksi yang diusahakan oleh
masyarakat pesisir di Kec. Mayangan, Kota Probolinggo. Untuk jenis-jenis komoditas produk
olahan hasil perikanan laut belum menjadi industri pengolahan hasil perikanan laut yang
berkembang. Belum optimalnya usaha pengolahan hasil perikanan laut yang dikelola masyarakat
pesisir di Kec. Mayangan Kota Probolinggo, perlu diatasi dengan pembangunan infrastruktur
berupa rumah produksi hasil perikanan laut (gbr. 3).
558 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 3. Pembangunan rumah produksi
o Pelatihan
Pelatihan yang dimaksud meliputi a) Penyuluhan tentang substansi kegiatan, diikuti dengan
demonstrasi untuk mengkonstruksikan atau merealisasikannya; b) Pelatihan mengoperasikan sistem
atau peralatan yang dihibahkan, misal meat mixer, spinner dan kompor gas.
D. Tahapan Kegiatan
Minapolitan berkaitan dengan pengembangan kawasan yang memiliki potensi sumber daya ikan
yang menonjol untuk dikembangkan sebagai produk unggulan daerah. Minapolitan merupakan konsep
pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Untuk itu pendekatan dalam pembangunan
minapolitan perlu didasarkan pada sistem manajemen kawasan dengan prinsip terintegrasi, efisiensi,
berkualitas dan akseleratif. Untuk itu diperlukan langkah-langkah dalam rangka menciptakan
kesejahteraan nelayan, pembudi-daya dan pengolah ikan. Langkah-langkah tersebut terdiri atas: (1)
Penguatan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil; (2) Penguatan usaha menengah
dan atas (UMA); dan (3) Pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan
sistem manajemen kawasan.
Tahapan kegiatan program IbW “UMKM Kelautan dan Perikanan” melalui penguatan ekonomi
masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil di Kec. Mayangan ini, meliputi: inventarisasi potensi
kawasan, strategi pengembangan kawasan minapolitan, penyusunan action plan, penetapan visi dan
misi PPP Mayangan, sosialisasi program, penguatan ekonomi masyarakat kelautan dan monitoring dan
evaluasi (gbr. 4).
Inventarisir potensi kawasan Fasilitas pokok & fungsional
Review kebijakan &
peraturan terkait
Strategi Pengembangan Kawasan
Minapolitan Pembangunan & pengembangan aspek
fisik, sosial dan budaya
Focus group discus-
sion (FGD)
Penyusunan action plan Pengelolaan ekosistem pesisir,
pemanfaatan sumber daya air & pe-
ngembangan kelembagaan UMKM
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 559
Gambar 4. Tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat
E. Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan
Berdasarkan isu dan permasalahan pembangunan pedesaan/kelurahan yang terjadi, pengembangan
kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah. Kawasan minapolitan
di sini diartikan sebagai sistem fungsional pedesaan/kelurahan yang ditunjukkan dari adanya hierarki
keruangan pedesaan/kelurahan yakni dengan adanya pusat minapolitan dan pedesaan/kelurahan di
sekitarnya membentuk kawasan minapolitan. Di samping itu, kawasan minapolitan ini juga dicirikan
dengan kawasan perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha
minabisnis di pusat minapolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan
pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.
Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa lepas dari pengembangan sistem pusat-pusat
kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat propinsi (RTRW Propinsi) dan
kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana tata ruang wilayah merupakan
kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait dengan rencana tata ruang wilayah
nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan minapolitan harus mendukung kawasan andalan.
Dengan demikian tujuan pemben-tukan kawasan Minapolitan untuk: (a) Meningkatkan kemampuan
ekonomi masyarakat skala mikro dan kecil, (b) Meningkatkan jumlah dan kualitas usaha skala
menengah ke atas sehingga berdaya saing tinggi, dan (c) Meningkatkan sektor kelautan dan perikanan
sebagai penggerak ekonomi regional dan nasional dapat diwujudkan.
Pentingnya pengembangan kawasan minapolitan diindikasikan oleh ketersediaan lahan perikanan
dan tenaga kerja, telah terbentuknya kemampuan (skills) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian
besar pembudidaya, jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi dan kesiapan
pranata (institusi). Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetitif bagi Kota Probolinggo
dibandingkan dengan kota/daerah lain di Indonesia yang sulit untuk ditiru. Mengingat pengembangan
kawasan minapolitan menggunakan potensi lokal, maka konsep ini mendukung perlindungan dan
pengembangan budaya sosial lokal (local social culture). Secara lebih luas, pengembangan kawasan
minapolitan diharapkan dapat mendukung terciptanya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini
ditunjukkan dengan keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia.
Penetapan visi & misi PPP Mayangan
dan penguatan ekonomi masyarakat
Pembentukan
organisasi pelaksana
& steering commitee
Sosialisasi program kegiatan Penguatan dan pengembangan ekonomi masy.
kelautan dan perikanan di Kec. Mayangan
Penguatan ekonomi masyarakat
kelautan & perikanan Implementasi & difusi ipteks (TTG)
Monitoring & Evaluasi Pendampingan, Pengembangan kapasitas
kelembagaan, koordinasi, dan peningkatan kapasitas stakeholder
560 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Melalui dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan
minapolitan dapat dengan mudah dilaksanakan. Dengan demikian perkembangan kota yang serasi,
seimbang dan terintegrasi dapat terwujud (gbr. 5).
Gambar 5. Sketsa kawasan minapolitan Kec. Mayangan
Dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan secara terintegrasi, perlu penyusunan Rencana
Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan yang akan menjadi acuan penyusunan program
pengembangan. Beberapa muatan yang harus terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut
o Penetapan pusat agropolitan/minapolitan yang berfungsi sebagai:
o Pusat perdagangan dan transportasi perikanan (aquacultural trade/transport center);
o Penyedia jasa pendukung perikanan (aquacultural support services);
o Pasar konsumen produk non-perikanan (non aquacultural consumers market);
o Pusat industri perikanan (aqua based industry);
o Penyedia pekerjaan non perikanan (non-aquacultural employment); dan
o Pusat minapolitan dan hinterland-nya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten).
o Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai:
o Pusat produksi perikanan (aquacultural produc-tion);
o Intensifikasi perikanan (aquacultural intensifica-tion);
o Pusat pendapatan pedesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non perikanan (rural income and demand for non-aquacultural goods and sevices); dan
o Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan (cash fish production and aquacultu-ral diversification).
o Penetapan sektor unggulan, dalam hal ini berarti:
o Merupakan sektor unggulan yang sudah berkem-bang dan didukung oleh sektor hilirnya;
o Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar sesuai dengan kearifan lokal; dan
o Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor.
o Dukungan infrastruktur, yang memiliki pengertian infrastruktur mendukung terbentuknya struktur ruang bagi pengembangan kawasan minapolitan, antara lain: jaringan jalan, irigasi, zona budidaya, zona pertanian, konservasi mangrove dan jaringan utilitas misalnya listrik, pelabuhan dan telekomunikasi, dan sebagainya (gbr. 5);
o Dukungan sistem kelembagaan, meliputi:
o Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan fasilitasi Pemerintah Pusat; dan
o Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan minapolitan.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 561
Melalui keterkaitan tersebut, pusat minapolitan dan kawasan produksi perikanan berinteraksi satu sama lain saling menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah (added value) produksi kawasan minapolitan. Pembangunan kawasan minapolitan merupakan perwujudan dari pemerataan pembangunan di segala bidang berbasis kawasan. Selain itu konsep minapolitan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan misi pembangunan Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan visi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo “Terwujudnya Percepatan Pendapatan Masyarakat Perikanan melalui Revitalisasi Infrasruktur dan Komoditi”.[8] Hal ini akan berimbas pada percepatan pembangunan pedesaan/kelurahan sehingga migrasi desa ke kota dapat ditekan sekecil mungkin.
3. KARYA UTAMA
Kota Probolinggo dengan panjang garis pantai hanya 7 km yang dikelilingi Selat Madura, lebih
berfungsi sebagai kota Pelabuhan yang menjadi penghubung berbagai aktivitas pelayaran laut dan
perdagangan antar pulau khususnya antara Jawa bagian Utara, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi
bagian Selatan dan Bali. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan di Kota Probolinggo mendukung
aktivitas perdagangan/niaga serta pelayanan jasa lainnya yang menaungi baik dalam lingkup sekitar
Kota Probolinggo sendiri, maupun lintas kabupaten/kota sekitarnya (di sebelah timur Kota): Jember,
Bondowoso, Situbondo, dengan kota-kota (di sebelah barat Kota): Pasuruan, Malang, Surabaya.
Gambar 6. PPP Mayangan
Pelabuhan perikanan berfungsi sebagai penggerak utama perekonomian sehingga berdampak positif
bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat nelayan. Untuk maksud tersebut,
maka pengembangan PPP Mayangan (gbr. 6) haruslah didasarkan pada hal sebagai berikut.
o Resources based, yaitu adanya ketersediaan sumber-daya ikan secara berkesinambungan;
o Market oriented, yaitu bahwa hasil tangkapan yang didaratkan haruslah memiliki nilai ekonomi penting dan industri pengolahan yang memberikan nilai tambah (added value) yang besar;
o Community based development, yaitu pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan peman-faatannya sehingga memberikan manfaat yang se-besar-besarnya bagi masyarakat khususnya stake-holder perikanan; dan
o Keterkaitan antar sektor, di mana keberadaan pelabuhan perikanan harus memberikan multiplier effect secara lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pelaku bagi pengem-bangan industri yang terkait baik industri hulu maupun hilir sehingga keberadaannya akan mampu mendorong pertumbuhan industri perikanan yang bermanfaat bagi peningkatan devisa negara (lewat komoditas ekspornya), alternatif saluran baru bagi produksi perikanan yang selama ini masih didominasi oleh pemasaran ikan segar dan memberikan insentif bagi masuknya investasi modal swasta ke dalam sektor perikanan.
F. Pembangunan Infrastruktur Rumah Produksi
Salah satu permasalahan terpenting dalam pemberdayaan masyarakat pesisir adalah terbatasnya
infrastruktur produksi, pengolahan dan pemasaran hasil-hasil produksi yang diu-sahakan oleh
masyarakat pesisir di Kec. Mayangan, Kota Probolinggo. Untuk jenis-jenis komoditas produk olahan
562 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
hasil perikanan laut belum menjadi industri pengolahan hasil perikanan laut yang berkembang. Belum
optimalnya usaha pengolahan hasil perikanan laut oleh masyarakat pesisir di Kec. Mayangan, Kota
Probolinggo perlu diatasi dengan pembangunan infrastruktur berupa rumah produksi hasil perikanan
laut.
Pembangunan infrastruktur rumah produksi yang dilaksanakan oleh tim IbW Kec. Mayangan pada
2015 ini dibuat pada kelompok UKM Jaya Utama yang beralamat di Jl. Ikan Tongkol No. 75, Kel.
Mayangan – Kota Probolinggo. Berdiri pada 2007, UKM Jaya Utama yang diketuai oleh Bpk. Moh.
Farid pada awalnya masih belum fokus menggeluti proses pengolahan hasil laut sebagai bidang
usahanya. Awal usahanya di bidang perdagangan ikan, dilanjutkan usaha pemiletan ikan, petis ikan,
terasi udang, ikan kering dan krupuk ikan, yang terus eksis hingga sekarang. Saat ini jenis usahanya
bertambah berupa olahan hasil laut, yaitu rempeyek tulang ikan dan rambak kulit yang terbuat dari
ikan punti.
Dengan pembangunan infrastruktur rumah produksi pada UKM Jaya Utama ini diharapkan terjadi
peningkatan kapasitas melalui bentuk pendampingan mengenai manajemen usaha bagi kelompok
nelayan secara intensif, dukungan sarana-prasarana dan penerapan inovasi teknologi tepat guna.
Aspek-aspek manajemen usaha yang penting ditingkatkan antara lain peningkatan motivasi
kewirausahaan, penanganan pasca panen, teknis produksi, pengendalian mutu, perencanaan usaha dan
perencanaan pemasaran produksi.
G. Pemberdayaan UKM bidang Kelautan dan Peri-kanan
Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil FGD dengan DKP, Dispobar dan
Bappeda Kota Probolinggo, dari 5 komoditas yaitu (1) Ikan tuna, (2) Ikan teri, (3) Ikan-ikan campuran
(baik pelagis maupun demersal), (4) Produk perikanan budidaya (Ikan Bandeng dan Udang), dan (5)
Rumput laut, maka telah ditetapkan 3 komoditas prioritas yang akan dikembangkan lebih lanjut yaitu:
(1) Ikan Tuna, (2) Ikan Teri, dan (3) Ikan-ikan campuran (pelagis dan demersal). Kondisi yang dialami
oleh UKM bidang kelautan dan perikanan di Kota Probolinggo adalah (1) Kurangnya akses
permodalan ke perbankan, (2) Lemahnya pemanfaatan teknologi dalam produksi, dan (3) Ketiadaan
penggunaan sarana IT dalam pemasaran produk UKM.
Khususnya pemanfaatan teknologi dalam produksi, tim IbW Kec. Mayangan Kota Probolinggo
melihat, pada umumnya nelayan dan kelompok-kelompok masyarakat pengolah ikan melakukan proses
penanganan pasca panen dan pengolahan hasil-hasil olahan perikanan secara terbatas dan tradisional.
Pemanfaatan ikan-ikan ekonomis rendah dan ikan hasil tangkapan samping masih belum optimal.
Sebagian besar ikan-ikan tersebut masih diolah secara sederhana menjadi produk olahan tradisional,
seperti: ikan asin, ikan pindang, ikan kering sehingga tidak memiliki nilai jual tinggi. Peralatan yang
masih sederhana merupakan salah satu faktor yang membatasi pelaku usaha, khususnya UKM untuk
melakukan proses produksi secara lebih cepat dan menghasilkan mutu yang lebih baik.
TABEL 1. BANTUAN PERALATAN PADA UKM
Nama UKM Produksi,
Kendala
dan Solusi
Bantuan
Peralatan
Produksi:
- Pempek
- Nugget
Kendala:
meat mixer
Solusi: ban-
tuan meat
mixer.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 563
Produksi:
- Rempeyek
tulang
ikan
- Eby
crispy
Kendala:
ketiadaan
spinner .
Solusi:
bantuan
spinner.
Produksi:
- Petis dan
terasi ikan
- Rempeyek
tulang
ikan
- Ikan
kriuk, dll.
Kendala:
kompor
LPG
jumlah
terbatas.
Solusi:
kompor
LPG
otomatis.
Peningkatan produktivitas pengolahan hasil kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan,
peningkatan nilai tambah produk olahan, berkembangnya sentra usaha pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan dan peningkatan utilitas unit pengolahan ikan di seluruh Kota Probolinggo merupakan tujuan
yang ingin dicapai oleh DKP Kota Probolinggo. Untuk mencapai sasaran tujuan tersebut, banyak upaya
yang dilakukan antara lain dengan pembinaan yang bersifat kemitraan dan memberi motivasi kepada
para pelaku usaha. Hal yang telah dilakukan oleh tim IbW Kec. Mayangan Kota Probolinggo adalah
berupa bantuan peralatan untuk mendukung kelancaran proses produksi. Tujuannya adalah agar para
pelaku usaha dapat meningkatkan proses produksi sehingga dapat menghasilkan produk perikanan yang
kompetitif baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa UKM yang telah mendapat bantuan
peralatan, yaitu: UKM Sari Ikan, UKM Dhyva Abadi dan UKM Jaya Utama (Tabel 1). Dari usaha
pengolahan hasil laut ini dapat mengggerakkan 10 kelompok, atau setara 100 orang dari rumah tangga
nelayan miskin di pesisir Mayangan.
4. ULASAN KARYA
Metode yang digunakan dalam kegiatan PPM skim IbW ini meliputi ceramah, tanya-jawab, penyuluhan, praktek penggunaan alat dan pengolahan ikan. Penyuluhan yang diberikan meliputi hal-hal sebagai berikut.
o Konsumsi ikan sebagai upaya meningkatkan status gizi masyarakat;
o Teknologi pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai ekonomi;
o Cara pengolahan pangan yang higienis;
o Lingkungan kerja yang sehat;
o Analisis hasil usaha pengolahan ikan;
o Cara pengemasan hasil olahan ikan untuk mendapatkan sertifikasi dari BPOM Propinsi Jawa Timur.
564 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Praktek pengolahan ikan yang diberikan adalah pembuatan pempek, pembuatan bakso ikan, abon ikan, terasi, eby crispy, krupuk tulang ikan, dan sebagainya. Praktek pengolahan langsung dibimbing oleh Tim Pelaksana PPM skim IbW bekerja sama dengan tenaga ahli dari DKP Kota Probolinggo.
Sebagai pelengkap juga diberikan tentang cara-cara pengemasan hasil olahan agar dapat dijual ke pasar, khususnya ke supermarket. Hal ini perlu karena sesuai dengan Undang-Undang Konsumen, pengemasan suatu produk harus mengikuti aturan yang baku. Untuk praktek pengolahan produk perikanan, bahan-bahan utama berupa ikan dan bahan pelengkap berupa bumbu dipersiapkan oleh tim PPM skim IbW.
Secara umum seluruh kegiatan diikuti oleh para peserta dengan sangat antusias. Ini terbukti dengan cepatnya peserta memahami materi yang diberikan dan segera dapat melakukannya sendiri. Suasana penyuluhan dilakukan dengan tidak terlalu serius tetapi kena sasaran dengan contoh-contoh yang mudah dipahami. Hal ini penting karena sebagian besar peserta hanya sempat mengenyam pendidikan dasar. Sehingga, para peserta lebih menyukai praktek daripada mendengarkan ceramah. Walaupun demikian, tim PPM skim IbW tetap menganggap penting ceramah yang diberikan sebab sangat menunjang proses pengolahan ikan yang akan dilaksanakan.
5. KESIMPULAN
Pengolahan ikan dalam rangka usaha diversivikasi produk, terutama bertujuan untuk mengolah
ikan menjadi suatu hasil olahan sebelum dikonsumsi. Hasil olahan ikan bila dijual memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menjual ikan langsung tanpa diolah. Beberapa
hasil olahan ikan yang banyak dijumpai di pasar, antara lain: ikan asin, ikan pindang, ikan asap,
bandeng presto, kerupuk ikan, empek-empek, siomay, bakso 'ikan, dan sebagainya. Cara pengolahan
ikan yang telah disebutkan sangat mungkin dilakukan oleh para isteri nelayan, meskipun hanya dalam
skala rumah tangga.
Pembuatan abon ikan merupakan salah satu alterna-tif pemanfaatan limbah hasil perikanan yang
selama ini banyak terbuang sia-sia. Beberapa keuntungan pembu-atan abon antara lain : proses
pembuatannya mudah, rasanya enak, dan tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Selain dari
sisa-sisa ikan yang kurang bermanfaat, abon ikan yang baik dibuat dari ikan segar yang berdaging
kenyal dan durinya mudah dipisahkan, misalnya ikan tongkol, cakalang, dan tengiri. Abon ikan yang
baik mempunyai rasa yang khas, tidak berbau amis atau anyir. Pengolahan abon dapat dilakukan
dalam skala kecil (rumah tangga) maupun dalam skala besar (industri).
Bakso ikan merupakan produk olahan yang sangat digemari. Ikan tongkol dan ikan tengiri
merupakan jenis ikan yang paling umum dibuat bakso ikfUl. Pembuatan bakso ikan relatif sangat
mudah, seperti membuat bakso pada umumnya. Konsumen bakso ikan kebanyakan adalah orang-orang
yang sudah harus mengurangi kadar kolesterol. Rasa bakso ikan sangat enak tidak kalah jika
dibandingkan dengan bakso daging sapi. Penjualannya dapat dilakokaan dengan menjual langsung
dalam kemasan, atau disajikan sebagai bakso kuah bersama mie.
Hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ini terutama adalah terbatasnya waktu yang tersedia,
sehingga dalam praktek hanya membuat sedikit, dan juga karena waktu pelaksanaan yang kurang
sesuai dengan saat datangnya musim panen ikan. Kendala lain adalah sulitnya merubah kebiasaan
masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Kebiasaari masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai
bentuk produk olahan perlu ditingkatkan, sebab bila masyarakat masih senang mengkonsumsi ikan
goreng atau ikan yang dimasak dengan bumbu, maka produk ikan olahan yang telah dibuat oleh para
peserta ini sulit mendapatkan pasar. Di samping itu para peserta sendiri mungkin lebih senang menjual
ikan secara langsung kepada konsumen, sebab cepat laku dan tidak repot.
6. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan PPM skim IbW dengan tema “Pemberdayaan UKM bidang Kelautan dan Perikanan”
sangat bermanfaat bagi stakeholder bidang kelautan dan perikanan. Hal ini dapat memberikan
dorongan/ motivasi pada para peserta untuk mengolah ikan menjadi produk olahan yang lebih bernilai
ekonomis.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 565
Dampak yang bisa dirasakan dari kegiatan PPM skim IbW bagi pengembangan kawasan dapat
dijarakan sebagai berikut.
o Menguatnya tema kawasan sebagai ‘kawasan minapolitan’ yang diunggulkan menjadi motor ekonomi (minabisnis) serta berkembangnya sektor-sektor lain dengan terbentuknya minapolis sebagai bagian dari sistem perkotaan yang dapat meningkatkan pendapatan kawasan;
o Meningkatnya keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan produk minabisnis yang menjadi unggulan kawasan; dan
o Meningkatnya perhatian terhadap pelestarian lingkungan di lokasi kawasan minapolitan yang berfungsi sebagai tempat informasi dan pendidikan lingkungan hidup.
Manfaat kegiatan yang bisa dirasakan oleh stakeholder kelautan dan perikanan di kawasan terpilih adalah sebagai berikut.
o Meningkatnya kesejahteraan dan pendapatan UKM Kelautan dan Perikanan di Kec. Mayangan melalui usaha produksi olahan ikan melalui pembangunan rumah produksi dan bantuan TTG; dan
o UKM sebagai peserta mendapat tambahan pengetahuan dan hard skills dalam mengolah ikan hasil tangkapan nelayan. Dengan memiliki keteram-pilan mengolah ikan ini, diharapkan penanganan ikan pasca produksi dapat dilakukan sehingga tidak banyak ikan yang terbuang atau busuk.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang “Perikanan” (Lembaran
negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433).
[2] Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.18/MEN/2011
tentang “Pedoman Umum Minapolitan”.
[3] Pemerintah Kota Probolinggo, 2009, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Probolinggo Tahun 2010 – 2014, Peraturan Walikota Probolinggo Tahun 2009.
[4] Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo, 2011, Kota Probolinggo dalam Angka, Katalog BPS:
1102001.3574, No. Publikasi: 35740.0902, ISSN : 0215.6008.
[5] Dinas Pemuda dan Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Probolinggo, 2012, Daya Tarik Wisata
Kota Probolinggo, booklet yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Timur.
[6] Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo, 2011, Kecamatan Mayangan dalam Angka 2011,
Katalog BPS: 11020013574030, No. Publikasi: 35740.1005, ISBN 979-487-707-7.
[7] Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2013, Pengembangan Kawasan Minapolitan, Sekretariat
Jenderal KKP, Jakarta.
[8] Pemerintah Kota Probolinggo, 2010, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo, Peraturan
Daerah Kota Probolinggo No. 2 Tahun 2010.
[9] Afriyanto, Eddy dan Evi Liviawaty, 1989, Pengawetan ikan dan Pengolahan Ikan, Yogyakarta,
Penerbit Kanisius.
[10] Widodo, Untung S., 1996, Peranan Ikan dalam Meningkatkan Status Gizi Masyarakat. Makalah
disajikan dalam seminar Hari Pangan Sedunia di BLPP Wonocatur, 18 Oktober 1996.