skripsi Rachmadina

download skripsi Rachmadina

of 54

Transcript of skripsi Rachmadina

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    1/54

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    2/54

    ABSTRACT

    RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND

    DEVELOPMENT OF PRESCHOOL CHILDREN IN TK AISYIYAH IVSAIL PEKANBARU

    By

    Rachmadina

    Children have a unique feature that is always growing and developing

    since the moment of conception until the end of adolescence. Nutrition plays an

    important role in brain growth of children, especially in the prenatal period and

    early years of life. Inadequate brain growth lead to behavioral and cognitive

    deficits, including delays in language and fine motor development, lower IQ, and

    poorer school performance. Criteria for growth and development can be seen in

    the characteristics of the kindergarten children who is in 3-6 years age group.

    The objective of this study is to investigate the relationship between nutrition

    status and development of preschool children in TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

    The study was conducted using cross sectional design in 38 children from

    November until December 2010. Nutritional status data obtained by

    anthropometric measurements using indicator BMI / U then compared with the

    WHO growth reference curves 2007 and development of children with the Denver

    II test. After an analysis by Chi-Square test, there was a significant relationship

    between nutritional status and development of preschool children.

    Keywords: nutritional status, preschool aged, children development

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    3/54

    ABSTRAK

    HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN

    PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

    DI TK AISYIYAH IV SAIL PEKANBARU

    Oleh

    Rachmadina

    Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang

    sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Gizi memegang peran

    penting dalam pertumbuhan otak anak, khususnya pada periode prenatal dan

    tahun-tahun awal kehidupan. Pertumbuhan otak yang tidak adekuat akan

    menyebabkan kelemahan pada perilaku dan kognitif, termasuk keterlambatan

    dalam berbahasa dan perkembangan motorik yang baik, IQ yang lebih rendah, dan

    kinerja di sekolah yang lebih buruk. Kriteria tumbuh kembang dapat dikatakan

    terlihat pada karakteristik anak taman kanak-kanak (TK) yaitu kelompok usia 3-6

    tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi

    dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

    Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional pada 38 anak.

    Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2010. Data

    status gizi diperoleh dengan pengukuran antropometri menggunakan indikator

    IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007

    dan perkembangan anak dengan tes Denver II. Berdasarkan analisis dengan Chi

    Square, didapatkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

    perkembangan anak usia prasekolah.

    Kata kunci: status gizi, usia prasekolah, perkembangan anak.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    4/54

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang

    sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.1 Keadaan tumbuh kembang

    fisik anak dapat dinilai dari status gizi anak yang merupakan refleksi kecukupan

    gizi anak tersebut.2 Salah satu indikator status gizi yaitu antropometri yang

    mengukur beberapa parameter, yaitu, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar

    lengan atas (LILA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak

    di bawah kulit.3

    Gizi memegang peran penting dalam pertumbuhan otak anak, khususnya

    pada periode prenatal dan tahun-tahun awal kehidupan. Anak-anak dengan gizi

    buruk pada periode ini tidak dapat berkembang dengan baik, secara fisik maupun

    mental. Anak-anak ini akan mempunyai otak yang lebih kecil dari anak normal

    pada usia yang sama, yang disebabkan oleh penurunan kecepatan pertumbuhan

    otak dan tidak berkembangnya sel-sel otak. Pertumbuhan otak yang tidak adekuat

    akan menyebabkan kelemahan pada perilaku dan kognitif, termasuk

    keterlambatan dalam berbahasa dan perkembangan motorik yang baik, IQ yang

    lebih rendah, dan kinerja di sekolah yang lebih buruk.4

    Menurut Sediaoetama, kriteria tumbuh kembang dapat dikatakan terlihat

    pada karakteristik anak taman kanak-kanak (TK) yaitu kelompok usia 3-6 tahun.

    Karakteristik anak ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik

    serta emosional anak.2

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    5/54

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    6/54

    Salah satu instrumen untuk skrining yang sering dipakai secara

    internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test).1 Dari

    beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat

    mengidentifikasi antara 85 hingga 100% bayi dan anak-anak prasekolah yang

    mengalami keterlambatan perkembangan.10

    Berdasarkan data status gizi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2009,

    dari 74.523 balita yang ditimbang di kota Pekanbaru, terdapat 0,01% balita

    dengan status gizi buruk dan 0,7% balita dengan status gizi kurang (berada

    dibawah garis merah). Kecamatan Sail merupakan kecamatan dengan persentase

    tertinggi status gizi kurang pada balita, dari 2.683 balita yang ditimbang, terdapat

    1,9% balita dengan gizi kurang.11 Laporan deteksi dini tumbuh kembang anak

    yang dilakukan pada tahun 2010 triwulan I dan II, Kelurahan Sukamaju

    merupakan kelurahan dengan persentase tertinggi anak usia prasekolah (PAUD

    dan TK) dengan status gizi kurang, dari 815 anak yang dideteksi, terdapat 3,9%

    anak dengan status gizi kurang.12

    Berdasarkan keterangan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana

    hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah

    IVSail Pekanbaru.

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

    usia prasekolah di TKAisyiyah IVSail Pekanbaru.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    7/54

    1.3 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara

    status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail

    Pekanbaru.

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia

    prasekolah sehingga dapat dilakukan pemberian nutrisi yang tepat untuk

    menunjang perkembangan anak.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian gangguan status gizi pada

    anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

    2. Mengetahui distribusi frekuensi dugaan keterlambatan perkembangan

    pada anak usia prasekolah dengan menggunakan DDST di TK

    Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

    3. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

    usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    8/54

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat dalam penelitian ini adalah:

    1. Peneliti

    Penelitian ini untuk menambah wawasan, pengetahuan dan

    pengalaman penulis tentang hubungan status gizi dengan

    perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail

    Pekanbaru serta sebagai pengalaman proses belajar dalam penerapan

    ilmu gizi khususnya tentang status gizi, kesehatan anak khususnya

    tetang perkembangan anak, metodologi penelitian dan biostatistik

    yang dilakukan.

    2. Guru dan Orangtua Anak

    Dapat menjadi sumber informasi tentang gambaran dari status gizi

    dan perkembangan anak usia prasekolah serta memberi masukan bagi

    guru dan orangtua anak sehubungan dengan menunjang upaya

    program khususnya status gizi anak TK serta perkembangannya.

    3. Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Universitas Riau

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan

    dasar untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    9/54

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pertumbuhan Anak

    2.1.1 Pengertian Pertumbuhan

    Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

    intraseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian

    atau keseluruhan, serta bersifat kuantitatif, sehingga dengan dapat diukur dengan

    ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur

    tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).1,13

    2.1.2 Ciri-ciri Pertumbuhan

    Secara garis besar terdapat empat kategori perubahan sebagai ciri

    pertumbuhan, yaitu :1

    1. Perubahan ukuran

    Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yaitu terjadi nya

    pertambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lain-lain. Organ

    tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan

    peningkatan kebutuhan tubuh.

    2. Perubahan proporsi

    Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak memperlihatkan perbedaan

    proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir,

    kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan umur-umur

    lainnya.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    10/54

    3. Hilangnya ciri-ciri lama

    Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan,

    seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya

    refleks-refleks primitif.

    4. Timbulnya ciri-ciri baru

    Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi

    tetap menggantikan gigi susu yang telah lepas, munculnya tanda-tanda seks

    sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada

    wanita dan lain-lain.

    2.1.3 Penilaian Pertumbuhan Anak

    Penilaian pertumbuhan perlu dilakukan untuk menentukan apakah

    pertumbuhan anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun

    statistik.13 Tanda-tanda pertumbuhan fisik anak dapat diamati dengan

    pertambahan besarnya ukuran-ukuran antopometrik, dan gejala/tanda lain pada

    rambut, gigi geligi, otot, kulit serta jaringan lemaknya, darah dan lain-lainnya.1

    Salah satu parameter untuk mengetahui pertumbuhan anak adalah

    penilaian antropometris yang juga merupakan salah satu komponen penilaian

    status gizi. Status gizi anak yang dapat diketahui dari penilaian antopometris

    merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam penilaian

    pertumbuhan anak.1,2,14

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    11/54

    2.2 Perkembangan Anak

    2.2.1 Pengertian Perkembangan

    Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan

    fungsi tubuh yang kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan

    sebagai hasil proses pematangan serta bersifat kualitatif.1,3 Dalam perkembangan

    terjadi sederatan perubahan fungsi tubuh yang berkelanjutan, selain itu juga

    terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil

    interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,

    antara lain meliputi perkembangan sistem neuromuskuler, bicara, emosi, dan

    sosial. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang

    utuh.1

    2.2.2 Ciri-ciri Perkembangan

    Seperti pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai ciri-ciri tertentu

    sebagai suatu pola yang tetap walaupun variasinya sangat luas. Ciri-ciri

    perkembangan adalah :1

    1. Perkembangan melibatkan perubahan

    Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka

    setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perubahan-perubahan ini

    meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,

    berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan

    suatu organ tubuh tertentu.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    12/54

    2. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

    Seorang tidak akan bisa melewati suatu tahap perkembangan sebelum ia

    melewati tahapan sebelumnya. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis

    karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

    3. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

    Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukup yang tetap,

    yaitu :

    a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju

    ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.

    b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar)

    lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai

    kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal.

    4. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

    Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan,

    tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu

    mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri

    sebelum berjalan dan sebagainya.

    5. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

    Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan

    yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja,

    sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.

    6. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

    Pada saat pertumbuhann berlangsung cepat, perkembang pun demikian,

    terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    13/54

    2.2.3 Perkembangan Anak Pada Usia Prasekolah

    a. Pertumbuhan Fisik

    Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak melambat, dengan

    penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan. Antar usia 2-

    5 tahun, rata-rata pertambahan berat badan sekitar 2kg dan tinggi sekitar 7cm tiap

    tahun. Bagian utama perut anak menjadi rata, dan tubuh menjadi lebih langsing.

    Ketajaman visual mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun.

    Seluruh 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun.15

    Perubahan proporsi tubuh pada anak usia prasekolah berubah secara

    dramatis. Batang tubuh dan kaki tumbuh dengan cepat, tetapi pertumbuhan

    tengkorak tidak secepat pada periode sebelumnya. Pertumbuhan kartilago berubah

    menjadi tulang dan tulang yang telah terbentuk tumbuh lebih besar dan keras.

    Perkembangan otot bertambah seiring dengan pertambahan berat badan, dimana

    otot yang lebih besar berkembang lebih pesat daripada otot yang kecil.16

    Pada usia 5 tahun besar otak telah mencapai 75% dari otak dewasa, dan

    90% pada usia 6 tahun. Selain itu pada usia prasekolah mielinisasi(selubung pada

    saraf pada otak yang terdiri dari material selubung berwarna putih disebut mielin)

    pada saraf otak terjadi secara sempurna. Selubung ini mempercepat transmisi dari

    impuls saraf, sehingga dapat menyebabkan kontrol aksi motorik menjadi lebih

    tepat dan akurat. Pernapasan pada anak usia prasekolah menjadi lebih lambat dan

    dalam, jantung berdenyut lebih lambat, khususnya pada anak laki-laki tekanan

    darah menjadi lebih tinggi.16

    Motorik Kasar dan Halus

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    14/54

    Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan dapat berlari dengan

    mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi

    yang luas dalam kemampuan motorik kasar anak termasuk gerakan melempar,

    menangkap, dan menendang bola; mengendarai sepeda; memanjat pada struktur

    arena bermain; menari; dan lain-lain. Gaya bahasa yang merupakan bagian dari

    kemampuan motorik kasar seperti tempo, intensitas, dan ketelitian juga

    berkembang secara signifikan.15

    Penyempurnaan fungsi motorik mencakup kemampuan naik tangga

    dengan kaki secara bergantian dijumpai sekitar usia 3 tahun dan turun tangga

    dengan cara yang sama sekitar usia 4 tahun. pada usia 3 tahun kebanyakan anak

    dapat berdiri sesaat pada 1 kaki dan pada usia 5 tahun mampu meloncat-loncat

    pada 1 kaki secara bergantian.17

    Kemandirian biasanya mulai terbentuk pada tahun ke tiga. Anak biasanya

    menjadi frustrasi karena keharusan merubah pilihan penggunaan tangan. Variasi

    dalam perkembangan motorik halus menggambarkan kecenderungan individual

    dan kesempatan untuk belajar.15

    b. Bahasa, Kognitif, dan Bermain

    Bahasa

    Perkembangan bahasa berkembang pesat antara usia 2-5 tahun. Kosa kata

    meningkat dari 50-100 menjadi lebih dari 2000 kata-kata. Kemajuan dalam

    struktur kalimat. Penggunaan kata pada kalimat bertambah sesuai dengan

    pertambahan usia (2 kata pada usia 2 tahun, 3 kata pada usia 3 tahun, dan

    seterusnya). Pada usia 2,5 tahun anak biasanya menggunakan kalimat yang

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    15/54

    menyatakan milik, sedang melakukan sesuatu, pertanyaan, dan kalimat negatif.

    Pada usia 4 tahun, mereka bisa berhitung hingga empat dan menggunakan kalimat

    yang menyatakan masa lampau, serta masa depan pada usia 5 tahun.

    Anak-anak

    tidak hanya meniru ucapan orang dewasa, tetapi mereka juga meringkas aturan

    tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkapn

    dan memodifikasinya terus-menerus.15

    Kognitif

    Jean Piaget menggolongkan anak usia prasekolah dalam tahap pre

    operasional. Tahap ini ditandai dengan pemikiran ajaib (magical thinking),

    egosentrisme, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Cara berpikir yang

    ajaib (magical thinking) ini termasuk kebingungan pada kejadian kebetulan untuk

    sebab dan akibat, animisme, kepercayaan yang tidak realistis terhadap kekuatan

    keinginan.15

    Bermain

    Pada masa prasekolah, bermain ditandai dengan meningkatnya kerumitan

    dan khayalan, mulai dari tulisan-tulisan sederhana dalam menirukan pengalaman-

    umum seperti berbelanja dan meletakkan bayi di kasur ( usia 2 atau 3 tahun)

    hingga skenario yang lebih besar yang melibatkan suatu kejadian seperti pergi ke

    kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3 atau 4 tahun) dan menciptakan

    skenario yang hanya terjadi di imajinasi seperti terbang ke bulan (usia 4 atau 5

    tahun).15

    Perubahan dalam sosialisasi, mulai dari interaksi yang minimal dengan

    teman bermain menjadi lebih kooperatif seperti membangun menara dari balok

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    16/54

    bersama-sama (usia 3 atau 4 tahun), selain itu juga anak sudah bisa

    mengorganisasi kelompok dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati.15

    c. Perkembangan Emosi

    Tantangan emosional dalam menghadapi anak usia prasekolah yaitu

    termasuk memberi batas dalam mengatur perasaan untuk memimpin diri sendiri,

    mengendalikan agresivitas dan rangsangan seksual, dan berinteraksi lebih luas

    dengan orang dewasa dan teman bermain. Pada usia 2 tahun, batas-batas tingkah

    laku lebih dominan diberikan dari external, pada usia 5 tahun, kontrol ini harus

    ditanamkan pada diri anak itu sendiri.15

    Anak-anak ini juga gampang kehilangan kontrol atas diri sendiri yang

    akan menimbulkan kemarahan. Rasa takut, kelelahan, dan perasaan tidak nyaman

    secara fisik bisa menumbulkan kemarahan. kemarahan normal timbul pada akhir

    tahun pertama dan meningkat kemunculannya pada usia 2 sampai 4 tahun.

    kemarahan yang berlangsung lebih dari 15 menit atau muncul lebih dari tiga kali

    dalam sehari bisa menggambarkan adanya masalah pada kesehatan, emosional

    atau sosial. Bermain dan kemampuan berbahasa dapat membantu perkembangan

    kontrol emosional, dengan mengizikan anak untuk mengekspresikan emosi dan

    menikmati kepuasan yang tabu pada kehidupan nyata.

    15

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    17/54

    2.2.4 Penilaian Perkembangan Anak

    Salah satu dari tujuan penilaian perkambangan anak adalah untuk

    mendeteksi dini jika terjadi keterlambatan sehingga dapat segera diberikan

    pertolongan (saran, fisioterapi, alat bantu penglihatan, atau alat bantu

    pendengaran) sedini mungkin. Ada dua bagian yang penting dalam penilaian

    perkembangan, yaitu, riwayat yang didapat dari orang tua dan hasil observasi

    pemeriksan sendiri. Riwayat dari orang tua biasanya dapat diandalkan dan dapat

    memperkuat hasil pemeriksaan klinis, akan tetapi orang tua sering membesar-

    besarkan kemampuan anaknya atau memberikan interprestasi yang salah pada

    gerakan-gerakan anak yang dilakukan tanpa sadar.18

    Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan

    perkembangan anak telah dibuat. Tes-tes perkembangan yang sering digunakan

    dalam menilai perkembangan anak, yaitu, tes intelegensi individual (tes IQ), tes

    prestasi, tes psikomotorik, tes proyeksi, dan tes perilaku adaptif.10

    Salah satu instrumen untuk skrining yang sering dipakai secara

    internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut

    sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada empat ranah

    perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive, language, dan gross

    motoruntuk anak sejak lahir hingga usia 6 tahun.

    1

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    18/54

    2.2.5 Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (Denver Developmental

    Screening Test/DDST)

    DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan

    perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi

    semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini

    mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas

    yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST

    secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85 hingga 100% bayi dan anak-anak

    prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up

    selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan

    di sekolah 5-6 tahun kemudian.10

    Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak

    dapat mengidentifikasi lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg

    melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan

    pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut

    dinamakan Denver II.10

    2.2.5.1 Aspek perkembangan yang dinilai

    Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan

    dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang

    meliputi : 10

    1. Personal sosial(perilaku sosial)

    Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

    berinteraksi dengan lingkungannya.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    19/54

    2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

    Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

    sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

    dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

    3. Language (bahasa)

    Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah

    dan berbicara spontan.

    4. Gross motor(gerakan motorik kasar)

    Aspek yang berhubungan dengan gerakan dan sikap tubuh.

    Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi

    panjang horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada

    umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining

    hanya berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama.10

    2.2.5.2 Alat yang digunakan

    Adapun alat-alat yang digunakan dalam melakukan DDST adalah : 10,19

    1. Alat peraga: wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil

    dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kismis/manik-manik,

    kubus (dengan rusuk 2,5 cm) warna merah-kuning-hijau-biru masing-

    masing 2 buah, botol kecil berwarna bening dengan diameter 2cm, bola

    tenis, bel kecil, kertas dan pensil.

    2. Lembar formulir DDST

    3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan

    tes dan cara penilaiannya.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    20/54

    2.2.5.3 Pemberian Skor untuk Setiap Item

    Pada setiap item perlu dicantumkan skor dengan ketentuan sebagai

    berikut:19

    1. L = Lulus/Lewat (P=Pass)

    Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh

    melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item

    tersebut (item yang bertanda L).

    2. G = Gagal (F=Fail)

    Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh

    melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item

    tersebut (item yang bertanda L).

    3. M = Menolak (R = Refusal)

    Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat

    dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.

    (khusus item tanpa tanda L).

    4. Tak = Tak ada kesempatan (No =No Opportunity)

    Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada

    hambatan (khusus item bertanda L).

    2.2.5.4 Interpretasi Hasil

    Interpretasi hasil tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan

    penilaian tes secara keseluruhan.19

    Penilaian Per Item

    Penilaian per item dibagi menjadi kategori sebagai berikut:

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    21/54

    a. Penilaian item Lebih (Advance)

    Nilai Lebih diberikan jika anak dapat Lulus/Lewat (L) dari item

    tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki kelebihan

    karena dapat melakukan tugas perkembangan yangs seharusnya

    dikuasai oleh anak yang lebih tua.

    b. Penilaian item OK atau normal

    Nilai OK dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut

    Anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk

    item di sebelah kanan garis usia.

    Anak Lulus/Lewat (L), Gagal (G), atau Menolak (M)

    melakukan tugas di daerah putih kotak (daerah 25%- 75%).

    c. Penilaian item P = Peringatan (C = Caution)

    Nilai Peringatan diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak

    (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada

    daerah yang gelap.

    d. Penilaian item T = Terlambat (D =Delayed)

    Nilai Terlambat diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak

    (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab

    tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda.

    e. Penilaian item Tak ada kesempatan (No opportunity)

    Nilai Tak ada kesempatan diberikan jika anak tidak ada

    kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    22/54

    2. Penilaian Keseluruhan Tes

    Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu,

    Normal, Suspek, dan Tidak dapat diuji. Penjelasan mengenai ketiga

    kategori tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Normal

    Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor Terlambat (0 T)

    dan/atau maksimal 1 Peringatan (1 P).

    b. Suspek

    Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor

    Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan (2 P). Dalam

    hal ini, T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan oleh

    penolakan (M).

    c. Tidak dapat diuji

    Interpretasi tidak dapat diuji diberikan jika terdapat satu atau lebih

    skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan (2 P).

    Dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan

    oleh kegagalan (G).

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    23/54

    2.3 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

    Anak

    Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

    tumbuh kembang anak, yaitu :13

    1. Faktor genetik

    Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah

    dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk faktor

    genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik,

    jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya

    dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir

    yang optimal.

    2. Faktor lingkungan

    Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau

    tidaknya potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisiko

    psikososial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi

    sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :

    a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di

    dalam kandungan (faktor pranatal) : gizi ibu pada waktu hamil,

    mekanis, toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas,

    dan anoksia embrio.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    24/54

    b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak setelah lahir (faktor post

    natal).

    1. Lingkungan biologis : ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi

    (makanan), perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,

    penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.

    2. Faktor fisik : cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,

    sanitasi, keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya

    dan kepadatan hunian), radiasi.

    3. Faktor psikososial : stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun

    hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta

    dan kasih sayang, dan kualitas interaksi anakorang tua.

    4. Faktor keluarga dan adat istiadat : pekerjaan/pendapatan

    keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin

    dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah ibu,

    adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi, dan

    kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi

    prioritas kepentingan anak, anggaran.

    2.4 Status Gizi

    2.4.1 Pengertian Status Gizi

    Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

    variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.3

    Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi

    seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    25/54

    maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia.

    Komponen penilaian status gizi meliputi asupan pangan, pemeriksaan biokimiawi,

    pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan, pemeriksaan antopometris,

    serta data psikososial.20

    2.4.2 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Status Gizi

    2.4.2.1 Faktor Langsung

    Status gizi secara langsung ditentukan oleh makanan dan penyakit,

    khususnya penyakit infeksi. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik

    tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya.

    Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan

    tubuhnya parti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya.21

    2.4.2.2 Faktor Tidak Langsung

    Status gizi secara tidak langsung ditentukan oleh beberapa hal, yaitu

    ketahanan pangan di keluarga, terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari hasil

    produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan dan daya beli

    keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.21

    2.4.3 Pengukuran Status Gizi Memakai Kurva Reference Pertumbuhan

    WHO 2007 Untuk Anak Usia 5 sampai 9 Tahun

    Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, sebagai indikator

    pertumbuhan. Antopometri dalam sudut pandang gizi adalah berhubungan

    dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    26/54

    berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain

    berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

    Antopometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai

    ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.3

    Kurva reference pertumbuhan WHO 2007 merupakan rekonstruksi dari

    National Center for Health Statistics (NCHS)/WHO reference 1977. Kurva

    reference pertumbuhan WHO 2007 menggunakan kumpulan data NCHS dan

    dilengkapi dengan data dari kurva standar pertumbuhan WHO 2005 untuk anak

    balita.22

    Kurva reference pertumbuhan WHO 2007 terdiri dari tiga indikator yaitu:

    1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

    Memberikan gambaran yang sifatnya umum, artinya seorang

    anak memiliki atau tidak memiliki masalah pertumbuhan atau

    masalah gizi. Artinya indikator BB/U tidak memberikan indikasi apakah status

    gizi seorang anak bersifat akut atau kronis , atau akut-kronis. Indikator BB/U

    menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah

    berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur

    juga dipengaruhi oleh tinggi badan.3

    2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

    Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau

    masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu

    tidak baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu

    singkat, baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa

    tidak dapat lagi dinormalkan. Pada anak balita kemungkinkan untuk mengejar

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    27/54

    pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah

    sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih

    bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam

    keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur.

    Indikator ini juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk.3

    3. Indeks Masaa Tubuh Menurut (IMT/U)

    Biasanya IMT tidak selalu meningkat dengan bertambahnya umur. Pada

    umumnya IMT/U menunjukkan hasil yang hampir sama dengan BB/TB atau

    BB/PB yang digunakan pada anak balita dimana indikator ini dapat

    mengidentifikasikan anak dengan berat badan rendah menurut panjang/tingginya

    yaitu kurus atau sangat kurus. Keadaan kurus biasanya disebabkan oleh penyakit

    yang baru saja terjadi atau kekurangan makan yang dapat menyebabkan

    penurunan berat badan yang banyak dalam waktu singkat meskipun kejadian ini

    dapat pula disebabkan oleh penyakit atau kekurangan gizi kronis. Indikator

    IMT/U juga bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.3

    Klasifikasi status gizi berdasarkan kurva reference pertumbuhan WHO

    2007 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    28/54

    Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Kurva Reference

    Pertumbuhan WHO 200722

    No. INDIKATOR STATUS GIZI STANDAR DEVIASI

    1. BB/U Gizi sangat kurang

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    29/54

    fungsi otak secara permanen. Bagi anak-anak yang kurang gizi menunjukkan

    perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.25

    Otak memiliki kebutuhan nutrisi yang spesifik dan keterbatasan. Misalnya,

    otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi utamanya, dan otak tidak

    mempunyai kemampuan untuk membuat cadangan lemak atau glikogen seperti

    organ lainnya. Dari hal ini dapat dilihat bahwa otak adalah organ mahal dalam

    pemeliharaannya. Selain itu otak juga mempunyai jaringan khusus yang fungsinya

    tergantung dari pembentukan potensial listrik dan konduktivitas nya melalui

    badan sel yang panjang dan celah sinaps antar badan sel. Ketergantungan ini dapat

    terlihat dari kebutuhan yang tinggi atas lemak-lemak khusus seperti, gangliosida,

    sphingolipids, DHA dan ion-ion seperti Ca2+. 26

    Korteks serebral, batang otak, ganglia basalis, dan serebelum berperan

    dalam mengendalikan gerakan kompleks yang pada manusia telah berkembang

    untuk tujuan-tujuan khusus. Pada otak terdapat korteks motorik yang dibagi

    menjadi tiga subarea, yaitu korteks motorik primer, area premotorik, dan area

    motorik pelengkap. Pada area premotorik tepat disebelah anterior korteks motorik

    primer yang dipakai untuk gerakan tangan dan jari-jari terdapat suatu daerah yang

    disebut oleh ahli bedah saraf sebagai area untuk keterampilan tangan.27

    Bagian otak utama yang berhubungan dengan bahasa terbentang sepanjang

    dan dekat fisura sylvii (sulkus lateralis serebri) hemisfer kategorikal. Suatu daerah

    pada ujung posterior girus temporalis superior yang disebut daerah Wernicke

    berperan dalam pemahaman informasi penglihatan dan pendengaran. Daerah ini

    berproyeksi melalui fasikulus arkuatus ke daerah Broca (area 44) di lobus

    frontalis. Daerah Broca mengolah informasi yang datang dari daerah Wernicke

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    30/54

    menjadi pola yang terinci dan terkoordinasi untuk vokalisasi lalu

    memproyeksikan pola tersebut melalui area artikulasi/pengucapan kata ke korteks

    motorik, yang mencetuskan gerakan-gerakan bibir, lidah, dan laring yang tepat

    untuk menghasilkan suara.28

    Emosi memiliki baik komponen mental maupun komponen fisik.

    Komponen tersebut termasukcognition yaitu kesdaran akan sensai dan penyebab

    timbulnya sensai tersebut, affectyaitu perasaan yang menyertai sensai, conation

    yaitu keinginan untuk melakukan suatu aksi, dan perubahan-perubahan fisik

    seperti hipertensi, takikardi, dan berkeringat. Hipotalamus dan sistem limbik

    sangat erat hubungannnya dengan emosi dan terjadinya emosi. Bersama dengan

    hipotalamus, sistem limbik juga berperan dalam perilaku seksual, kemarahan dan

    rasa takut, serta motivasi.28

    2.6 Kerangka Teori

    Perkembangan Anak Usia

    Prasekolah:

    1. Motorik Kasar

    2. Motorik Halus

    3. Personal Sosial

    4. Bahasa

    Faktor Genetik Faktor Lingkungan

    Memengaruhi

    Pertumbuhan Sel-sel

    Otak

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    31/54

    2.7 Kerangka Konsep

    Pranatal

    Lingkungan biologis :

    a) Ras/suku

    b) Jenis kelamin

    c) Umur

    e) Perawatan

    kesehatan

    f) Kepekaan

    terhadap penyakit

    g) Penyakit kronis

    h) Fungsi

    d Makanan

    Faktor

    Fisik

    Faktor

    Psikososial

    Faktor

    Keluarga

    dan Adat

    istiadat

    Postnatal

    Status

    Gizi

    Makanan

    / Asupan

    Penyakit Ketahanan

    Pangan

    Keluarga

    Harga Pangan

    dan Daya

    Beli Keluarga

    Pengetahuan

    Tentang Gizi

    dan Kesehatan

    Makanan

    Penyakit

    Ketahanan

    Pangan

    Keluarga

    Harga Pangan

    dan Daya

    Beli KeluargaPengetahuan

    Tentang Gizi

    dan Kesehatan

    LingkunganPranatal

    Lingkungan

    Biologis :

    Status Gizi

    Faktor

    Psikososial

    Faktor

    Keluarga

    dan Adat

    istiadat

    Faktor

    Fisik

    Perkembangan Anak

    Usia Prasekolah:

    1. Motorik Kasar

    2. Motorik Halus

    3. Personal Sosial

    4. Bahasa

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    32/54

    = variabel diteliti

    = variabel tidak diteliti

    = diteliti hubungannya

    = tidak diteliti hubungannya

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitikcross sectional study

    untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat perkembangan anak usia

    prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    33/54

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru pada bulan

    November sampai dengan Desember 2010.

    3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i TK Aisyiyah IV

    Sail Pekanbaru. Populasi terjangkaunya adalah populasi target yang berusia 5

    sampai kurang dari 6 tahun, anak sehat dan bersedia menjadi responden, orang tua

    nya bersedia mengisi informed consentpenelitian serta hadir di TK Aisyiyah IV

    Sail Pekanbaru pada waktu penelitian.

    3.3.2 Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah siswa TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

    Sampel penelitian diambil secara total sampling sehingga mencakup semua

    sampel yang ada.

    3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    1.4.1 Variabel Penelitian

    Penelitian ini menggunakan variabel independen (faktor risiko) dan

    variabel dependen (efek). Variabel independen adalah status gizi, sedangkan

    variabel dependen adalah perkembangan anak usia prasekolah.

    1.4.2 Definisi Operasional

    Definisi Operasional yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    34/54

    1. Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan

    kebutuhan gizi anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail

    Pekanbaru dengan pengukuran antropometri menggunakan indikator

    IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan

    WHO 2007. Status gizi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :

    a. Status gizi kurang jikaz-score dibawah -2 SD

    b. Status gizi normal jikaz-score -2SD sampai dengan 2SD

    c. Status gizi lebih jikaz-score diatas 2 SD

    Skala yang digunakan adalah skala ordinal.

    2. Perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver yaitu

    kemampuan kelompok umur 5 sampai kurang dari 6 tahun yang

    meliputi personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.

    Perkembangan anak dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu :

    a. Suspek

    b. Normal

    Skala yang digunakan adalah skala ordinal.

    3. Usia dihitung dari tanggal lahir dan dihitung sampai bulan.

    4. Usia prasekolah adalah anak dengan usia 2 sampai 6 tahun.

    5. Anak sehat adalah anak yang dari anamnesis dan pemeriksaan fisik

    dinyatakan sehat.

    3.5 Teknik Pengumpulan Data

    Pada penelitian ini status gizi anak usia prasekolah didapat dengan

    menggunakan indikator IMT/U yang mana pengambilan data berat badan

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    35/54

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    36/54

    5. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus

    lurus menempel pada dinding.

    6. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan

    mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.

    Data berat badan dan tinggi badan yang didapat kemudian digunakan

    untuk mencari data IMT, yaitu dengan membandingkan berat badan (kg) dengan

    panjang badan (m2). IMT/U yang didapat, dibandingkan dengan kurva reference

    pertumbuhan WHO 2007 untuk mendapatkanz-score.

    Perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver yang terdiri dari

    motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal sosial diukur melalui tes

    Denver II. Cara menilai perkembangan anak yaitu : 9

    1. Menetapkan umur anak dengan menggunakan patokan 30 hari

    untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan

    umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan

    atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.

    2. Garis umur ditarik vertikal pada formulir Denver II yang

    memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor.

    Tugas-tugas yang terletak disebelah kiri garis itu pada umumnya

    telah dapat dikerjakan oleh anak seusianya. Apabila gagal

    mengerjakan tugas-tugas tersebut (G), maka berarti suatu

    keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal

    dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal

    umur, maka berarti ini bukan suatu keterlambatan karena pada

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    37/54

    kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi.

    Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.

    3. Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode L dan nomor.

    Kalau terdapat kode L maka tugas perkembangan cukup ditanyakan

    pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas

    perkembangan dites sesuai petunjuk dibaliknya formulir.

    4. Penilaian dengan hasil sebagai berikut :18

    a. Suspek

    Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih

    skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan

    (2 P). Dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh

    kegagalan (G), bukan oleh penolakan (M).

    b. Normal

    Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor

    Terlambat (0 T) dan/atau maksimal 1 Peringatan (1 P).

    3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    3.6.1 Teknik Pengolahan Data

    Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan pengolahan data :

    1. Editing

    Langkah ini digunakan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh

    mencakup kelengkapan / kesempurnaan data, kekeliruan pengisian,

    data sampel yang tidak sesuai / tidak lengkap.

    2. Coding

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    38/54

    Data yang diperoleh diberikan kode tertentu untuk mempermudah

    pembacaan data.

    3. Tabulasi

    Setelah dilakukan koding dan tabulasi, data yang terkumpul

    dimasukkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan kategori masing

    masing, sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis.

    3.6.2 Analisis Data

    1. Analisis Univariat

    Analisis ini digunakan untuk menggambarkan data distribusi

    frekuensi dan persentase dari status gizi dan perkembangan anak pada usia

    prasekolah di TK Aisyiyah IVSail Pekanbaru. Hasil analisis ini disajikan

    dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

    antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah, dimana

    analisis akan dilakukan dengan uji Chi square tabel 3x2 dengan tingkat

    kemaknaan (p) yang digunakan adalah 20%), maka

    digunakan penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji Chi square.30

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    39/54

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

    Penelitian telah dilakukan di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Populasi

    target pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

    Populasi terjangkaunya adalah populasi target yang berusia 5 sampai kurang dari

    6 tahun, anak sehat dan bersedia menjadi responden, orang tua nya bersedia

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    40/54

    mengisi informed consentpenelitian serta hadir di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

    pada waktu penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan

    November - Desember 2010 didapatkan jumlah sampel sebanyak 38 orang.

    Karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.1 berikut :

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

    Variabel Frekuensi %

    Jenis kelamin

    Laki-laki

    Perempuan

    Pendidikan Ayah

    SDSMP

    SMA

    Perguruan Tinggi

    Pendidikan Ibu

    SD

    SMP

    SMA

    Perguruan Tinggi

    Pekerjaan Ayah

    Tidak bekerja

    Swasta

    TNI/ABRI/POLRI

    PNS

    Wiraswasta

    23

    15

    24

    23

    9

    2

    2

    24

    10

    1

    26

    0

    6

    5

    60,5

    39,5

    5,310,5

    60,5

    23,7

    5,3

    5,3

    63,1

    26,3

    2,6

    68,4

    0

    15,8

    13,2

    Lanjutan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

    Variabel Frekuensi %

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    41/54

    Pekerjaan Ibu

    Tidak bekerja

    Swasta

    TNI/ABRI/POLRI

    PNSWiraswasta

    Pendapatan/bulan

    Rp. 500.000 Rp. 1.000.000

    Rp. 1.000.000 Rp.3.000.000

    Lebih dari Rp. 3.000.000

    Jumlah Anak

    1

    2

    34

    Lebih dari 4

    23

    5

    0

    28

    13

    17

    8

    2

    22

    84

    2

    60,5

    13,2

    0

    5,321

    34,2

    44,8

    21

    5,3

    57,9

    2110,5

    5,3

    Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar (60,5%) responden

    berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terkahir ayah sebagian besar (60,5%)

    adalah SMA dan pendidikan terkahir ibu sebagian besar (63,1%) adalah SMA.

    Sebagian besar (68,4%) ayah responden bekerja di bidang swasta, sedangkan

    sebagian besar (60,5%) ibu responden tidak bekerja. Keluarga responden sebagian

    besar (44,8%) mempunyai pendapatan per bulan sebesar Rp.1.000.000

    Rp.3.000.000, dan kedua orang tua responden sebagian besar (57,9%) mempunyai

    2 orang anak.

    4.2 Status Gizi Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    42/54

    Berdasarkan data yang didapatkan melalui pengukuran antropometri

    dengan menggunakan indikator IMT/U kepada 38 responden kemudian

    dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007 maka didapatkan

    gambaran status gizi anak seperti terlihat pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi

    Status Gizi Frekuensi %

    Kurang

    Normal

    Lebih

    13

    22

    3

    34,2

    57,9

    7,9

    Total 38 100

    Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (57,9%)

    mempunyai status gizi normal dan sebagian kecil (7,9%) responden mempunyai

    status gizi lebih.

    4.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail

    Pekanbaru

    Berdasarkan data yang didapatkan dengan menggunakan tes Denver II,

    didapatkan gambaran perkembangan anak seperti yang terlihat pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak

    Perkembagan Anak Frekuensi %

    SuspekNormal

    1523

    39,560,5

    Total 38 100

    Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (60,5,7%)

    memiliki perkembangan yang normal.

    4.4 Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

    di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    43/54

    Untuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi dengan perkembangan

    anak usia prasekolah digunakan uji Chi Square. Pada penelitian ini uji Chi Square

    tabel 3x2 tidak memenuhi syarat, sehingga dilakukan penggabungan sel dan

    kembali di uji dengan uji Chi Square. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel

    4.4 berikut:

    Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan

    Anak Usia Prasekolah

    Status Gizi

    Perkembangan anak

    Total Value UjiStatistik

    Suspek Normalf % f % f %

    Kurang 12 31,6 1 2,6 13 34,2

    0,000Uji Chi

    squareNormal+Lebih 3 7,9 22 57,9 25 65,8

    Total 15 39,5 23 60,5 38 100

    Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa anak dengan status gizi kurang

    sebagian besar (31,6%) perkembangannya masuk dalam kategori suspek,

    sedangkan anak dengan status gizi normal dan lebih sebagian besar (57,9%)

    perkembangannya masuk dalam kategori normal. Dari hasil analisis statistik

    terlihat adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan

    anak usia prasekolah dengan nilai p = 0,000.

    BAB V

    PEMBAHASAN

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    44/54

    Telah dilakukan suatu penelitian cross sectional untuk mengetahui

    hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah

    IV Sail Pekanbaru. Seluruh sampel penelitian berjumlah 38 orang.

    5.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

    Berdasarkan data karakteristik responden, sebagian besar pendidikan

    terkahir ayah (60,5%) dan ibu (63,1%) responden cukup tinggi, yaitu tingkat

    SMA. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

    tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua

    dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak

    yang baik.13

    Sebagian besar (68,4%) ayah responden bekerja di bidang swasta dan ibu

    responden sebagian besar (60,5%) tidak bekerja. Pendapatan keluarga responden

    sebagian besar (44,8%) adalah Rp.1.000.000 Rp.3.000.000. Hal ini berarti

    sebagian besar keluarga responden memiliki pendapatan diatas upah minimum

    regional Provinsi Riau tahun 20120 yaitu sebesar Rp.1.016.000.31 Penghasilan

    keluarga akan menentukan dan memengaruhi daya beli keluarga, daya beli ini

    secara tidak langsung akan memengaruhi status gizi anak.

    21

    Pendapatan keluarga

    yang memadai juga akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua

    dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang

    sekunder.13

    Jumlah anak yang dimiliki oleh orang tua responden sebagian besar

    (57,9%) adalah hanya 2 orang anak saja. Jumlah anak yang banyak dalam

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    45/54

    keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan

    berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.13

    5.2 Status Gizi Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, sekitar 57,9%

    responden mempunyai status gizi normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Hamastuti (2004) tentang status gizi pada anak TK Roudlatul

    Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang yang menyatakan bahwa sebagian

    besar anak memiliki status gizi yang baik.

    Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi kurang juga mempunyai

    persentase yang cukup besar, yaitu 34,2%. Anak usia taman kanakkanak

    termasuk kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah

    menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses

    pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan zatzat gizi dalam jumlah yang

    relatif besar.2

    Status gizi anak secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan.21 Anak

    masa prasekolah mempunyai kapasitas lambung lebih kecil dan nafsu makan yang

    bervariasi. Pada masa ini anak sering kali sulit makan, karena anak sudah tahu

    rasa/mempunyai selera sendiri terhadap makanan tertentu, sering bosan terhadap

    makanan yang diberikan, anak banyak bermain, atau karena faktor kejiwaan,

    selain itu juga pada saat anak tumbuh gigi, sering tidak mau makan karena rasa

    sakit yang ditumbulkan oleh gigi yang tumbuh menembus gusi.32

    5.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail

    Pekanbaru

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    46/54

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 60,5% responden memiliki

    perkembangan yang masuk dalam kategori normal. Hasil ini juga sesuai dengan

    penelitian yang dilakukan Hamastuti (2004) tentang perkembangan anak di TK

    Roudlatul Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang yang menyatakan bahwa

    sebagian besar anak memiliki perkembangan yang normal.

    Berdasarkan hasil penelitian anak dengan perkembangan yang masuk

    dalam kategori suspek juga mempunyai persentase yang cukup besar yaitu 39,5%.

    Salah satu ciri-ciri perkembangan adalah perkembangan awal menentukan

    perkembangan selanjutnya.1 Jadi jika terjadi keterlambatan perkembangan pada

    masa prasekolah ini maka akan memengaruhi perkembangan anak pada masa

    selanjutnya, yaitu masa sekolah. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan

    anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan padafollow-

    up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami

    kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.10

    Gangguan perkembangan motorik pada anak dapat disebabkan oleh

    beberapa faktor, antara lain faktor keturunan, faktor lingkungan, dimana jika anak

    tidak mendapat kesempatan untuk belajar atau mengalami deprivasi maternal

    dapat mengalami keterlambatan motorik, faktor kepribadian (anak yang penakut),

    retasdasi mental, kelainan tonus otot, dan penyakit neuromuskular.

    33

    Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai

    faktor yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah,

    kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor

    keluarga.32 Perkembangan bahasa pada masa prasekolah merupakan dasar untuk

    keberhasilan berikutnya di sekolah. Meskipun sebagian besar anak belajar

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    47/54

    membaca dan menulis di sekolah dasar, tetapi dasar-dasar yang penting untuk

    kemampuan membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah.15

    Sektor perkembangan personal sosial adalah sektor yang berhubungan

    dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan

    lingkungannya.10 Sektor ini juga berkaitan dengan perkembangan anak dalam

    bermain dan perkembangan emosi anak. Pada masa prasekolah anak berinteraksi

    dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman yang semakin luas, selain itu

    pada anak juga timbul watak pemarah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan

    timbulnya kemarahan pada anak antara lain rasa takut, kelelahan, dan perasaan

    tidak nyaman secara fisik.15

    Adanya dugaan keterlambatan perkembangan pada responden jika ditinjau

    dari karakteristik responden bisa disebabkan oleh pendidikan terakhir ayah dan

    ibu yang kurang baik yang menyebabkan kurang nya pengetahuan ayah dan ibu

    dalam pengasuhan dan pemeliharaan kesehatan anak, pendapatan keluarga yang

    tidak cukup yang menyebabkan orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak

    dalam menunjang perkembangannnya, serta banyak nya jumlah saudara

    responden yang menyebabkan kurang nya kasih sayang dan stimulasi yang

    diterima responden.

    5.4 Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

    di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    48/54

    Hasil analisis statistik tentang hubungan status gizi dengan perkembangan

    anak didapatkan hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut, dengan

    nilai p = 0,000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamastuti

    (2004) yang mendapatkan hasil adanya hubungan antara status gizi dengan

    perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver. Penelitian oleh Sutrisno

    pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa status gizi dalam indeks TB/U dan tingkat

    kecukupan energi, protein, dan zat besi berhubungan secara bermakna terhadap

    perkembangan motorik kasar anak usia 2-3 tahun.

    Hasil penelitian ini menunjukkan 12 dari 13 anak dengan status gizi

    kurang perkembangannya masuk dalam kategori suspek. Status gizi merupakan

    hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh

    (nutrientinput) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut.3

    Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)

    dapat menyebabkan terganggunya struktur dan fungsi otak.25 Sementara

    keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan

    perkembangan otak.23 Pada penelitian ini dapat dilihat perkembangan anak yang

    masuk dalam kategori suspek salah satu penyebabnya adalah status gizi anak yang

    kurang.

    Status gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai pertumbuhan

    fisik anak. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, dan salah satu

    ciri dari perkembangan adalah perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan,

    dimana pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembangan pun

    demikian.1 Pada penelitian ini dapat dilihat status gizi kurang pada anak

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    49/54

    menggambarkan adanya hambatan pada pertumbuhan fisik anak dan

    menyebabkan adanya dugaan keterlambatan perkembangan pada anak (suspek).

    5.1 Keterbatasan Penelitian

    Sebelum tes skrining perkembangan dilakukan, peneliti telah menjelaskan

    kepada orangtua responden, bahwa yang akan dilakukan adalah tes untuk

    penyaringan terhadap kelainan perkembangan anak, bukan suatu tes IQ, dan jika

    anak tidak dapat melakukan tugas yang diberikan tidak perlu diberi pentunjuk,

    serta dapat menjawab dengan jujur pertanyaan yang diajukan peneliti (item yang

    tanda L). Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah ketika anak tidak

    mampu untuk melakukan tugas perkembangan, orang tua tetap memberi petunjuk

    kepada anak untuk melakukannya, hal ini dapat menyebabkan bias dalam

    interprestasi perkembangan anak, selain itu juga dalam item tugas perkembangan

    yang dapat ditanyakan kepada orang tua (item yang bertanda L) bisa saja

    didapatkan jawaban yang tidak akurat karena orang tua melebih-lebihkan

    kemampuan anak nya di rumah. Pada penelitian ini hanya dapat dinilai status gizi

    anak dan tidak spesifik menilai asupan zat gizi yang dikonsumsi anak.

    BAB VI

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    50/54

    SIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Simpulan

    Simpulan pada penelitian ini adalah:

    1. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengukuran antropometri dengan

    menggunakan indikator IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva

    reference pertumbuhan WHO 2007, dapat dilihat bahwa frekuensi status

    gizi kurang pada anak usia prasekolah adalah sebesar 34,2%.

    2. Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan tes Denver II,

    dapat dilihat bahwa frekuensi anak dengan perkembangan dalam kategori

    suspek adalah sebesar 39,5%.

    3. Berdasarkan uji statistik Chi square, dapat dilihat bahwa terdapat

    hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak

    usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru (p=0,000).

    6.2 Saran

    Saran pada penelitian ini adalah:

    1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh asupan zat-zat nutrien

    yang berperan secara spesifik pada otak terhadap perkembangan anak usia

    prasekolah.

    2. Diperlukan kerjasama multidisipliner dengan peneliti di bidang lain,

    dengan menggunakan metodologi penelitian yang dapat menggambarkan

    sejauh mana pengaruh faktor-faktor lain terhadap perkembangan anak usia

    prasekolah.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    51/54

    3. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk dapat

    melakukan skrining pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah

    minimal 1 bulan sekali, agar dapat dideteksi secara dini adanya gangguan

    pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    52/54

    1. Tanuwidjaya S. Konsep tumbuh dan kembang. Dalam: Moersintowati B

    dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta:

    Sagung Seto; 2008. h. 1-12.

    2. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi. Jakarta : Rineka Cipta; 2004. h.

    40-87

    3. Supariasa ID Nyoman, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC;

    2001. h. 26-85

    4. Bolton Nichole. The role nutrition plays on childrens brain development.

    2010. [diakses tanggal 29 September 2010]. Dikutip dari :

    (http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-

    development-a246146)

    5. Hasan R, Alatas H, editors. Ilmu kesehatan anak. Buku Kuliah 1. Jakarta :

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 1998. h. 387-418.

    6. Hamastuti MI. Hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia

    prasekolah menurut denver di TK Roudlatul Athfal Muslimat NU 02

    Kotalama Malang [skripsi]. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas

    Brawijaya Malang; 2004.

    7. Sutrisno. Hubungan status gizi dengan tingkat perkembangan motorik kasar

    anak usia 2-3 tahun pada keluarga sejahtera di wilayah Kecamatan

    Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. 2003. [diakses tanggal 20

    Oktober 2010]. Dikutip dari : (http://eprints.undip.ac.id/11528/)

    8. Gunardi H. Pemantauan tumbuh kembang balita. [diakses tanggal 29

    November 2010]. Dikutip dari :

    (http://www.pikhospital.co.id/hotnews14.htm)

    9. Agnor M, Emerson B, Ettinger S, Jacobs RR, Frank DA. The impact offood insecurity on the development of young low-income black and latino

    children. Washington : Joint Center for Political and Economic Studies;

    2006.

    10. Soetjiningsih. Penliaian perkembangan anak. Dalam : Gde Ranuh IGN,

    editor. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 63-94.

    11. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Profil kesehatan kota pekanbaru 2009.

    http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://eprints.undip.ac.id/11528/http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://eprints.undip.ac.id/11528/
  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    53/54

    12. Puskesmas Sail Kota Pekanbaru. Laporan deteksi dini tumbuh kembang

    anak 2010.

    13. Soetjiningsih. Tumbuh-kembang anak. Dalam : Gde Ranuh IGN, editor.Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 1-36.

    14. Soetjiningsih. Penilaian pertumbuhan fisik anak. Dalam : Gde Ranuh IGN,

    editor. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 37-62.

    15. Needlman RD. Growth and development. Dalam: Richard E. Berhman et al,

    editors. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. USA : Saunders; 2004. p. 23-

    66.

    16. Ambron SR. Child development. USA : Rinehart Press; 1981. h. 257-354.

    17. Budhiman M. Tumbuh-Kembang. Dalam : Markum AH, dkk, editors. Ilmu

    kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FK UI; 1999. h. 9-72.

    18. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes : pediatrika. Edisi 7. Jakarta :

    Erlangga; 2005. h. 46-54.

    19. Nugroho HSW. Denver development screening test. Petunjuk praktis.

    Jakarta : EGC; 2009. h. 8-27.

    20. Arisman DR. Gizi dalam daur kehidupan. Buku ajar ilmu gizi. Edisi 2.

    Jakarta : EGC; 2008. h. 171-198.

    21. Soekirman. Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jenderal

    Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional; 2000.

    22. WHO. Growth reference data for 5-19 years. 2010. [diakses tanggal 22

    November 2010]. Dikutip dari : (http://www.who.int/growthref/en/)

    23. Tanuwidjaya S. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Dalam:

    Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi

    pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 13-21.

    24. Soetjiningsih. Upaya peningkatan kualitas tumbuh kembang anak. Dalam:

    Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi

    pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 126-137.

  • 7/30/2019 skripsi Rachmadina

    54/54

    25. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama;

    2003. h. 1-13.

    26. Rosales FJ, Zeisel SH. Perspectives from the symposium, The role of

    nutrition in infant and toddler brain and behavioral development. 2008.

    [diakses tanggal 21 Oktober 2010]. Dikutip dari :

    (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562682/)

    27. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC;

    1997. h. 869-886.

    28. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC; 2003.

    h. 247-268.

    29. Narendra MB. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam:

    Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi

    pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 95-111.

    30. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT.

    Arkansas; 2004.

    31. Pusat Peraturan Pajak Online. Peraturan Gubernur Provinsi Riau nomor 94

    tahun 2009 tentang upah minimum provinsi (UMP) tahun 2010 di ProvinsiRiau. [diakses tanggal 29 November 2010]. Dikutip dari :

    (http://www.rumahpajak.com/index.php?

    option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56)

    32. Soetjiningsih, Suandi. Gizi untuk tumbuh kembang anak. Dalam:

    Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi

    pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 22-50.

    33. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam:Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi

    pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 86-94.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562682/http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562682/http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56