Post on 03-Apr-2018
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 1/27
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT
HIRSCHSPRUNG
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
DEASI DWI CAHYANINGSIH
FATIMAH NURJOHAR
HERLIANY HAPSARI ZEES
LILI SRIYANTI
RIA NOVITA
RINDY ISWAHYUNI
S1 REGULER 1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA 2012
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 2/27
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Makalah ini
disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Dalam makalah ini kami membahas tentang “ Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Penyakit Hirschsprung”. Dengan tujuan agar mahasiswa lebih mengetahui tentang
penyakit Hirschsprung pada anak serta dapat mengaplikasikan asuhan keperawatannya.
Makalah kami jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami butuhkan. Demikianlah makalah ini kami buat. Semoga bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Jakarta, April 2012
i
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 3/27
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II.............................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 3
A. Definisi.................................................................................................... 3
B. Etiologi ...................................................................................................4
C. Patofisiologi............................................................................................. 4
D. Tipe Hirschsprung................................................................................... 5
E. Tanda dan Gejala.....................................................................................6
F. Manifestasi Klinis..................................................................................... 7
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................... 8
H. Penatalaksanaan..................................................................................... 9
I. Konsep Tumbuh Kembang Anak ............................................................10
J. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler..............11
BAB III...........................................................................................................13
ASUHAN KEPERTAWATAN............................................................................ 13
A. Pengkajian ............................................................................................ 13
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................15
C. Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................15
ii
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 4/27
D. Implementasi .......................................................................................21
E. Evaluasi ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
iii
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 5/27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1888 (Herald Hirschsprung hidup pada tahun 1830-1916), ahli penyakit
anak asal Denmark melaporkan dua kasus bayi meninggal dengan perut kembung
oleh kolon yang sangat melebar dan penuh massa feses; penyakit ini kemudian
dinamakan dengan Hirschsprung. Penyakit ini disebut juga dengan megakolon
kongenitum dan merupakan kelainan yang sering ditemukan sebagai salah satu
penyebab obstruksi usus pada neonatus. Pada penyakit Hirschsprung tidak
ditemukan pleksus mienterik atau pleksus di lapisan otot dinding usus ( plexus
myentericus=Auerbach), akibatnya bagian usus yang terkena tidak dapat
mengembang.
Setiap anak yang mengalami konstipasi sejak lahir, tanpa mempertimbangkan usia,
dapat menderita penyakit Hirschsprung. Penyakit ini timbul pada neonatus baik
sebagai obstruksi usus besar atau timbul kemudian sebagai konstipasi kronik.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan
kelainan bawaan tunggal. Kelainan ini jarang sekali ditemukan pada anak prematur
atau disertai dengan kelainan bawaan lain (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, 1996). Behrman (1996) menyebutkan bahwa penyakit Hirschsprung
mungkin dibarengi dengan cacat bawaan lain, termasuk sindrom Down, sindrom
Laurence-Moon-barde-Bieldl. Sindrom Wardenbrug, dan kelainan kardiovaskuler.
Prognosis penyakit Hirschsprung yang diterapi dengan bedah umumnya
memuaskan, sebagian besar penderita berhasil mengeluarkan feses (kontinensia).
1
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 6/27
Masalah setelah pembedahan yang dapat ditemukan adalah enterokolitis berulang,
striktur, prolaps, abses perianal, dan pengotoran feses.
Penyakit Hirschsprung (megakolon/aganglionic congenital ) merupakan obstruksi
mekanis yang disebabkan oleh ketidakadekuatan motilitas bagian usus. Penyakit ini
menempati seperempat dari keseluruhan kasus obstruksi neonatal kendati
diagnosisnya mungkin baru bisa ditegakkan kemudian dalam masa bayi atau kanak-
kanak. Penyakit Hirschsprung empat kali lebih sering mengenai bayi atau anak laki-
laki daripada perempuan, mengikuti pola familial pada sejumlah kecil kasus dan
cukup sering dijumpai diantara anak-anak yang menderita sindrom Down.
Insidensinya adalah 1 dalam 5000 kelahiran hidup. Bergantung pada gambaran
klinisnya. Penyakit ini bisa bersifat akut, dan mengancam kehidupan pasiennya atau
suatu kelainan yang kronis.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa
khususnya mahasiswa STIKes PERTAMEDIKA Jakarta dalam bidang ilmu
Keperawatan Anak II dalam materi penyakit Hirschsprung pada anak serta
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang menderita penyakit
Hirschsprung.
2
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 7/27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Wong (1996) dalam Sodikin (2011) Hirschsprung
(megakolon/aganglionic congenital ) adalah anomali kongenital yang
mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian usus.
Menurut Sacharin (1986) dalam Sodikin (2011) Hirschsprung merupakan keadaan
tidak ada atau kecilnya sel saraf ganglion parasimpatik pada pleksus meinterikus
dari kolon distal.
Daerah yang terkena dikenal sebagai segmen aganglionik (Catzel & Roberts, 1992).
Penyakit Hirsprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus
yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai suatu kelainancongenital di mana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus
auerbach di kolon. Keadaan abnormal tersebut yang menimbulkan tidak adanya
peristaltic dan evakuasi usus secara spontan, sfingter rektum tidak dapat berelaksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat
menyebabkan isi usus terdorong kebagian segmen yang tidak ada ganglion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal.
3
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 8/27
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui (Greaf, 1994). Kemungkinan melibatkan
faktor genetik. Terdapat hubungan peningkatan risiko familial dari penyakit ini, di
mana laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan 4 : 1 (Behrman,1996).
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah
diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan
Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal.
Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada
usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara
normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran
cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz,
Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena
terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson, 1995 : 141 ).
4
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 9/27
D. Tipe HirschsprungMenurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1996) dalam Sodikin (2011),
Hirschsprung dibedakan sesuai dengan panjang segmen yang terkena, Hirschsprung
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, terjadi pada
sekitar 70% kasus penyakit Hirschsprung dan tipe ini lebih sering ditemukan
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Pada tipe segmen pendek
yang umum, insidennya 5 kali lebih besar pada laki-laki dibanding wanita dan
kesempatan bagi saudara laki-laki dari penderita anak untuk mengalami penyakit
ini adalah 1 dari 20 (Sacharin, 1986).
5
Sel ganglion parasimpatik
dari pleksus aurbach di
kolon tidak ada
Peristaltic segmen kolon turun dan
mengenai rektum dan kolon
congenital bagian bawah
Distensi kolon bagian
proksimal
Volume cairan kurang
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi
Risiko cedera
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Distensi
abdomen
Hipertrofi
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 10/27
2. Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat mengenai
seluruh kolon atau sampai usus halus. Laki-laki dan perempuan memiliki
peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis
kelamin (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1996; Sacharin, 1986).
E. Tanda dan Gejala
Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama pada Hischsprung, dan pada bayi barulahir dapat merupakan geala obstruksi akut. Tiga tanda (trias) yang sering
ditemukan meliputi mekonium yang terlambat keluar (lebih dari 24 jam), perut
kembung, dan muntah berwarna hijau. Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat
keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau bahkan lebih mungkin
menandakan terdapat obstruksi rektum dengan distensi abdomen progresif dan
muntah, sedangkan pada anak yang lebih besar kadang-kadang ditemukan keluhan
adanya diare atau enterokolitis kronik yang leih menonjol daripada tanda-tanda
obstipasi (sembelit).
Terjadinya diare yang berganti-ganti dengan konstipasi merupakan hal yang tidak
lazim. Apabila disertai dengan komplikasi enterokolitis, anak akan mengeluarkan
feses yang besar dan mengandung darah serta sangat berbau, dan terdapat peristaltik
dan bising usus yang nyata.
6
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 11/27
Sebagian besar tanda dapat ditemukan pada minggu pertama kehidupan, sedangkan
yang lain ditemukan sebagai kasus konstipasi kronik dengan tingkat keparahan yang
meningkat sesuai dengan pertambahan umur anak, pada anak yang lebih tua
biasanya terdapat konstipasi kronik disertai anoreksia disertai anoreksia dan
kegagalan pertumbuhan.
F. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan
cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah
dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan
yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan
diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada
colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis
nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat
berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1. Anak – anak
a. Konstipasi
b. Tinja seperti pita dan berbau busuk
c. Distenssi abdomen
d. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
7
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 12/27
e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 :
197 ).
2. Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. Konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 :
197 )
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencarisel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
8
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 13/27
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada
penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase
(Darmawan K, 2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar
untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama
( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel,
Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering
9
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 14/27
dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara
lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
(FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak
dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status
fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik
seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi
protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT ).
I. Konsep Tumbuh Kembang Anak
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun.
Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan
gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai
kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana
pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata,
10
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 15/27
mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri
dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya
bercirikan egosenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama
berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain
bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada
tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan
ukuran berat ( gram, pound, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur
tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang
lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari
proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/
tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi
tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan
badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai
mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun
dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan
molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).
J. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur
dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan
rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi
verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih
sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana
11
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 16/27
menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang
peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat
diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anak harus
merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling
sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).
12
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 17/27
BAB III
ASUHAN KEPERTAWATAN
A. Pengkajian
Pada pengkajian anak dengan penyakit hisprung dapat ditemukan tanda dan gejala
sebagai berikut.Adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-28
jam setelah lahir ,muntah berwarna hijau,dan konstipasi.Pada pengkajian terhadap
faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetis dan
faktor lingkungan.Penyakit ini dapat muncul pada smua usia akan tetapi paling
sering ditemukan pada neonates.Pada perkusi adanya kembung,apabila dilakuakan
colok anus,feses akan menyemprot.Pada pemeriksaan radiologis didapatkan adanya
segmen aganglionosis diantaranya:apabila segmen aganglionosis mulai dari anus
sampai sigmoid,maka termasuk tipe hisprung segmen [pendek apabila segmen
aganglionosis melebihi sidmoid sampai seluruh kolon maka termasuk tipe hisprung
segmen panjang.Pemeriksaan manometri anorektal digunakan untuk mencatat
respons srefluks sfingter internal dan eksternal.
1. Lakukan pengkajian fisik rutin
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat terutama yang berhubungan dengan
pola defekasi
3. Kaji status hidrasi dan nutrisi umum
4. Monitor kebiasaan buang air besar (bowel elimination pattern)
5. Ukur lingkar abdomen
6. Observasi manifestasi penyakit hisprung
13
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 18/27
Periode bayi baru lahir
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-28 jam setelah lahir
b. Menolak untuk minum air
c. Muntah berwarna empedu
d. Distensi abdomen
Masa bayi
a. Ketidakadekuatan penambahan BB
b. Konstipasi
c. Episode diaren dan muntah
d. Tanda-tanda aminous (sering menandakan adanya enterokolitis)
e. Diare berdarah
f. Demam
g. Letargi berat
Masa kanak-kanak (gejala lebih kronis)
a. Konstipasi
b. Feses berbau menyangat dan seperti karbon
c. Distensi abdomen
d. Masa fekal dapat teraba
e. Nafsu makan dan pertumbuhan buruk
14
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 19/27
7. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian seperti radiografi, biospi
rektal, dan manometri anorektal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Prapembedahan
a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon
mengevakuasi feces
b. Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan saluran pencernaan mual
dan muntah.
d. Risiko cedera (injuri)
2. Pasca pembedahan
a. Nyeri
b. Risiko infeksi
c. Risiko komplikasi pasca pembedahan
C. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Prapembedahan
a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon
mengevakuasi feces.
Terjadinya masalah konstipasi ini dapat disebabkan oleh obstruksi, tidak
adanya ganglion pada usus. Rencana tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan adalah mencegah atau mengatasi konstipasi dengan
15
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 20/27
mempertahankan status hidrasi, dengan harapan feses yang keluar menjadi
lembek dan tanpa adanya retensi.
Tujuan :
1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi
eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil :
1. Anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
2. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Tindakan:
1) Monitor terhadap fungsi usus dan karakteristik feses.
2) Berikan spoling dengan air garam fisiologis (NaCl 0,9 %) bila tidak ada
kontra-indikasi lain.
3) Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
4) Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
5) Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
6) Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
7) Kolaborasi dengan dokter tentang rencana pembedahan:
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double
barrel dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan
hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan.
Terdapat tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a) Prosedur Duhamel dengan cara penarikan kolon normal ke arah
bawah dan menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik
dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
16
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 21/27
b) Prosedur Swenson membuang bagian aganglionok kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion
dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan
pada bagian posterior.
c) Prosedur Soave dengan cara membiarkan dinding oto dari segmen
rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik
sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon
normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
b. Kurang Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan intake yang
kurang
Kekurangan volume cairan dapat disebabkan asupan yang tidak memadai
sehingga dapat menimbulkan perubahan status hidrasi seperti
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, perubahan membran mukosa,
produksi, dan berat jenis urine. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah
mempertahankan status cairan tubuh.
Tujuan :
Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
1. Turgor kulit lembab.
2. Keseimbangan cairan.
Tindakan:
1) Lakukan monitor terhadap status hidraasi dengan cara mengukur asupan
dan keluaran cairan tubuh.
17
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 22/27
2) Observasi membran mukosa, turgor kulit, produksi urine, dan status
cairan.
3) Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai dengan indikasi.
c. Gangguan Kebutuhan Nutrisi berhubungan dengan saluran pencernaan mual
muntah.
Gangguan kebutuhan nutrisi ini dapat timbul dengan adanya perubahan status
nutrisi seperti penurunan berat badan, turgor kulit menurun, serta asupan yang
kurang, maka untuk mengatasi masalah yang demikian dapat dilakukan
dengan mempertahankan status nutrisi.
Tujuan :
1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang
dianjurkan
Kriteria Hasil
1. Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
2. Turgor kulit pasien lembab
3. Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
Tindakan:
1) Monitor perubahan status nutrisi antara lain turgor kulit, asupan.
2) Lakukan pemberian nutrisi parenteral apabila secara oral tidak
memungkinkan.
3) Timbang berat badan setiap hari.
4) Lakukan pemberian nutrisi dengan tinggi kalori, tinggi protein.
18
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 23/27
d. Risiko Cedera (Injuri)
Masalah ini dapat ditimbulkan akibat komplikasi yang ditimbulkan oleh
penyakit hisprung seperti seperti gawat pernapasan akut dan enterokolitis.
Untuk mengatasi cedera atau injuri yang dapat disebabkan adanya komplikasi
maka dapat dilakukan pemantauan denan mempertahankan status kesehatan.
Tindakan:
1) Pantau tanda vital setiap dua jam (jika perlu).
2) Observasi tanda asanya perforasi usus seperti muntah, meningkatnya
nyeri tekan, distensi abdomen, iritabilitas, gawat pernapasan, tanda
adanya enterokolitis.
3) Lakukan pengukuran lingkar abdomen setiap empat jam untuk
mengetahui adanya distensi abdomen.
2. Pascapembedahan
a. Nyeri
Masalah nyeri yang dijumpai pada pascapembedahan ini dapat disebabkan
karena efek dari insisi, hal ini dapat ditujukan dengan adanya tanda nyeri
seperti ekspresi perasaan nyeri, perubahan tanda vital, pembatasan aktivitas.
Tindakan:
1) Lakukan observasi atau monitoring tanda skala nyeri.
2) Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung (back
rub), sentuhan.
3) Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien.
19
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 24/27
4) Kolaborasi dalam pemberian analgesik apabila dimungkinkan.
b. Risiko Infeksi
Risiko infeksi pascapembedahan dapat disebabkan oleh adanya
mikroorganisme yang masuk melalui insisi daerah pembedahan, atau kurang
pengetahuan pasien dalam penatalaksanaan teraupetik pascapembedahan.
Tindakan :
1) Monitor tempat insisi
2) Ganti popok yang kering untuk menghindari kontaminasi feses.
3) Lakukan perawatan pada kolostomi atau perianal.
4) Kolaborasi pemberian antibiotic dalam penatalaksanaan pengobatan
terhadap mikroorganisme.
c. Risiko Komplikasi Pasca pembedahan
Risiko komplikasi pascapembedahan pada penyakit hisprung ini sepertia
adanya striktur ani, adanya perforasi , obstruksi usus, kebocoran, dan lain-
lain. Rencana yang dapat dilakukan adalah mempertahankan status
pascapembedahan agar lebih baik dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Tindakan :
1) Monitor tanda adanya komplikasi seperti : obstruksi usus karena
perlengketan, volvulus, kebocoran pada anastomosis, sepsis, fistula,
enterokolitis, frekuensi defekasi, konstipasi, perdarahan, dan lain-lain.
2) Monitor peristaltic usus.
20
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 25/27
3) Monitor tanda vital dan adanya distensi abdomen untuk mempertahankan
kepatenan pemasangan nasogastrik.
Tindakan Perawatan Kolostomi
1. Siapkan alat untuk pelaksanaan kolostomi
2. Lakukan cuci tangan
3. Jelaskan pada anak prosedur yang akan dilakukan
4. Lepaskan kantong kolostomi dan lakka pembersihan daerah kolostomi
5. Periksa adanya kemerahan dan iritasi
6. Pasang kantong kolostomi di daerah stoma
7. Tutup atau lakuakn fiksasi dengan plester
8. Cuci tangan
D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat
E. Evaluasi
1. Prapembedahan
a. Konstipasi teratasi
21
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 26/27
b. Volume cairan dan elektrolit dalam batas normal.
c. Kebutuhan nutrisi tercukupi.
d. Risiko cedera (injuri) tidak terjadi.
2. Pascapembedahan
a. Nyeri teratasi
b. Risiko Infeksi tidak terjadi
c. Risiko Komplikasi pascapembedahan tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC
22
7/28/2019 mklhh hisprung
http://slidepdf.com/reader/full/mklhh-hisprung 27/27
Alimul, A. (2006). Pengahantar Ilmu Keperawatan Anak . Jakarta: Salemba Medika
Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik , Alih bahasa Jan
Tambayong. Jakarta : EGC
Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung . Jakarta : sagung Seto.
Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak . Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I . Jakarta :
Infomedika Jakarta.
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier . Jakarta: Salemba Medika
Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik . Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta :
EGC
Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak . Jakarta: EGC
23