ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN DI …
Transcript of ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN DI …
219 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN
DI DUSUN TAENO, DESA RUMAHTIGA,
KECAMATAN TELUK AMBON
INCOME ANALYSIS OF LEAF VEGETABLES FARMING
IN TAENO SUB-VILLAGE, RUMAHTIGA VILLAGE,
TELUK AMBON SUB-DISTRICT
Isna V. Karepesina, Stephen F. W. Thenu, Johanna M. Luhukay
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura
Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 97233
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani sayuran daun, dan kelayakan
usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga jenis
sayuran daun yaitu kangkung, sawi, dan bayam. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis pendapatan dan analisis B / C ratio (rasio keuntungan dan biaya). Hasil penelitian menunjukan
bahwa pendapatan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga sebesar Rp 270.164.717,-
dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 7.301.749,- selama satu tahun produksi. Analisis B / C ratio
mengindikasikan nilai rasio sebesar 1,6, yang artinya pendapatan yang dihasilkan oleh para petani 1,6
kali lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa
usahatani sayuran daun di Dusun Taeno “layak untuk diusahakan” karena pendapatan lebih besar
daripada biaya.
Kata kunci: Kelayakan usahatani; pendapatan; produksi
Abstract
This study aims to analyze the income of leaf vegetable farming and the feasibility of leaf vegetable
farming in Taeno Sub-village, Rumahtiga Village. The types of vegetables which are the focus are
kale, mustard greens, and spinach. The analysis applied in this study is the analysis of income and
analysis of B / C ratio (Benefit and Cost ratio). The results displays that the income of leaf vegetable
farming in Taeno Hamlet, Rumahtiga Village was IDR 270,164,717, - with an average income of IDR
7,301,749 per one year of production. The B / C ratio analysis indicates a ratio value of 1.6, which
means that the income generated by farmers is 1.6 times greater than the costs incurred. Based on the
analysis, it can be concluded that the leaf vegetable farming in Taeno Sub-village is “worth the effort”
because the income is greater than the cost.
Keywords: Farming feasibility; income; production
220 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Pendahuluan
Indonesia selama ini dikenal sebagai negara agraris yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah, sehingga sangat potensial untuk pengembangan usaha
agribisnis di era globalisasi saat ini. Usaha ini diharapkan mampu memberi kontribusi
besar terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian. Pembangunan
sektor pertanian sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat penting dalam
pembangunan Indonesia. Hal ini karena lebih dari 55 persen penduduk Indonesia
bekerja dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian dan tinggal di pedesaan
(Krisnandhi dalam Siddik dkk, 2017).
Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman hortikultura merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam membangun pertanian menuju pertanian yang
tangguh, hal ini dikarenakan sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting
sebagai sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani. Sistem
pertanian yang tangguh dalam pembangunan sub sektor tanaman hortikultura,
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sayur yang didukung oleh kemampuan
memproduksinya.
Pemerintah, khususnya Departemen Pertanian telah memberikan perhatian
besar dalam pengembangan komoditas holtikultura. Hal ini dilandasi oleh prospek
permintaannya yang terus meningkat dan potensi produksi yang masih bisa
ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk
holtikultura perlu disikapi dengan pengembangan holtikultura secara terpadu dan
merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Ridwan dkk, 2014).
Kota Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku dan merupakan salah satu
daerah terbesar penghasil sayuran daun seperti kangkung, sawi dan bayam di Maluku.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2017) Kota Ambon menempati urutan
pertama produksi sayur kangkung dan sawi terbesar di Maluku dengan jumlah
produksi masing-masing sayur yaitu 13.190 kuintal dan 7.469 kuintal. Sedangkan
221 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
untuk bayam, Kota Ambon menempati urutan ketiga di Maluku dengan jumlah
produksi sebesar 2.470 kuintal.
Dusun Taeno merupakan salah satu dusun di Desa Rumahtiga Kecamatan
Teluk Ambon dimana sub sektor hortikultura yaitu sayuran daun kangkung, sawi dan
bayam merupakan komoditi utama yang diusahakan pada musim penghujan. Selama
musim penghujan petani secara intensif memproduksi sayuran daun kangkung, sawi
dan bayam sehingga walaupun hasil produksi tersebut bukan merupakan sumber
pendapatan utama tetapi telah menunjang pendapatan rumah tangga petani selama
musim penghujan.
Penelitian dari Palaudi dkk (2015) menyatakan bahwa pendapatan yang
diperoleh dari usahatani sayuran kangkung, sawi, bayam, tomat dan terong sebesar
Rp 19.800.000,- dan hasil analisis BCR sebesar 1,49 artinya usahatani sayuran layak
untuk diusahakan karena BCR>1, Pattiasina dan Mussa (2012) menyatakan bahwa
pendapatan petani kakao sebesar Rp 6.210.310,- dan hasil BCR sebesar 3,89 artinya
usahatani layak untuk diusahakan karena BCR>1, Wairatta dkk (2017) menyatakan
bahwa pendapatan petani komoditi durian sebesar Rp 6.577.314/tahun. Sulistyanto
dkk (2013) menyatakan bahwa nilai R/C ratio sebesar 1,82 dan nilai B/C ratio sebesar
1,58. Sesuai dengan kriteria kelayakan yang diperoleh yaitu R/C ratio dan B/C ratio >
1, maka usahatani layak untuk diusahakan atau menguntungkan dari aspek finansial.
Saputra (2015), menyatakan bahwa perbandingan pendapatan pada usahatani sawah
apung dan sawah konvensional di Desa Ciganjeng didapatkan hasil nilai R/C ratio
pada usahatani sawah apung atas biaya total bernilai 1,05. Sedangkan pada sawah
konvensional nilai R/C ratio atas biaya total bernilai 1,69. Usahatani sawah apung
menguntungkan dan dapat menjadi alternatif pemanfaatan lahan persawahan yang
terendam banjir sedangkan sawah konvensional menguntungkan untuk dijalankan
karena biaya total lebih kecil dari penerimaan total dan nilai R/C ratio yang lebih dari
satu.
Walaupun demikian, penelitian tentang besarnya pendapatan petani dan
kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga masih belum
222 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
banyak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis
pendapatan usahatani sayuran daun, dan kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun
Taeno Desa Rumahtiga.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Taeno, Desa Rumahtiga. Penentuan
lokasi ini dipilih secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bawa Dusun
Taeno merupakan salah satu dusun potensial sayur khususnya kangkung, sawi, dan
bayam.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petani sayuran daun yang ada di
Dusun Taeno yaitu sebanyak 37 orang. Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan
menggunakan metode teknik sampel jenuh yaitu teknik pengambilan sampel yang
menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2014), Penulis
memilih sampel menggunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi yang
relatif kecil sehingga sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 37 orang
petani sayuran daun di Dusun Taeno Negeri Rumahtiga.
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan dua alat
analisis yaitu analisis pendapatan dan analisis kelayakan usahatani. Analisis
pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani sayuran daun di
Dusun Taeno Desa Rumahtiga. Analisis Kelayakan usahatani digunakan untuk
mengetahui kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun taeno Desa Rumahtiga
dengan menghitung ratio antara pendapatan dan biaya (B/C).
Analisis Pendapatan
Soekartawi (2002), keuntungan merupakan total penerimaan dikurangi dengan
total biaya. Secara matematik ditulis sebagai berikut :
223 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
π = TR - TC
Dimana, TR = Py. Y dan TC = FC + VC
Sehingga, π = (Py.Y) – (FC + VC)
Keterangan :
π =Pendapatan atau Keuntungan, dinyatakan dalam satuan (Rp)
Py = Harga Produksi, dinyatakan dalam satuan (Rp)
Y = Produksi, dinyatakan dalam satuan (kg)
TFC = Total Biaya Tetap (TotalFixed Cost), dinyatakan dalam satuan (Rp)
TVC =Total Biaya Tidak Tetap (Total Variabel Cost), dinyatakan dalam satuan(Rp)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue), dinyatakan dalam satuan (Rp)
TC = Total Biaya (Total Cost), dinyatakan dalam satuan (Rp)
Analisis Kelayakan Usahatani
Ratio Antara Pendapatan dan Biaya (B/C Ratio)
Rumus matematis untuk mencari B/C ratio yaitu:
B/C Ratio = 𝐹𝐼
𝑇𝐶
Keterangan : B/C = Benefit/Cost Ratio
FI = Total Pendapatan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Kriteria : B/C > 1, usahatani layak diusahakan
B/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan
B/C = 1, usahatani dikatakan impas
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Responden
Umur
Depkes RI (2009) mengkategorikan umur menjadi masa dewasa awal 26-35
tahun, masa dewasa akhir 36-45 tahun, dan masa lansia awal 46-55 tahun.Umur muda
224 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
memungkinkan seseorang lebih dinamis dalam mengelola usahataninya. Selain itu
kemampuan bekerjanya lebih besar walaupun belum banyak memiliki pengalaman
(Kartasapoetra, 1988). Selain itu umur muda lebih cepat menerima hal-hal baru
(inovasi), dan mudah membaca peluang usaha untuk menjaga kebutuhan keluarga.
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur di Dusun Taeno Tahun 2019
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan rata-rata responden termasuk dalam umur
produktif dengan responden terbanyak terdapat pada kelompok umur 46-55 tahun
yaitu sebanyak 19 orang (51,4%). Hal menunjukkan bahwa rata-rata responden
termasuk dalam kategori masa lansia awal. Meskipun banyak petani yang tidak
dikategorikan memiliki umur yang muda akan tetapi petani masih produktif. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah petani yang berada pada masa lansia awal, masa lansia akhir
dan masa manula lebih banyak dibandikan dengan petani yang berada pada masa
dewasa awal dan masa dewasa akhir. Faktor pengalaman dan adanya kolaborasi dari
anggota keluargalah yang menjadikan petani tetap produktif walaupun sudah
memasuki masa lansia.
Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan indikator yang berperan dalam menentukan
status sosial individu masyarakat. Pendidikan erat hubungannya dengan keterampilan,
kemampuan dan tingkat penghasilan yang diperoleh seseorang. Dengan demikian
semakin tinggi pendidikan maka seseorang diharapkan mempunyai wawasan yang
lebih luas dibandingkan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Pendidikan
Kategori Umur (tahun) Petani Persentase
Masa dewasa awal 26-35 1 2,7
Masa dewasa akhir 36-45 4 10,8
Masa lansia awal 46-55 19 51,4
Masa lansia akhir 56-65 8 21,6
Masa manula >65 5 13,5
Jumlah 37 100
225 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
merupakan salah satu aspek yang menentukan pola pikir individu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden bervariasi.
Tabel 2. Tingkat pendidikan petani sayuran daun di Dusun Taeno Tahun 2019
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
Tidak Bersekolah 10 27
SD 17 46
SMP 9 24
SMA 1 3
Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 2 tingkat pendidikan terbanyak didominasi oleh kategori
pendidikan SD yaitu sebanyak 17 responden (40%), tidak tamat sekolah sebanyak 10
responden (27%), sementara responden tingkat pendidikan SMP berjumlah 9 orang
(24%), kemudian tingkat pendidikan SMA juga sebanyak 1 responden (3%). Hal ini
menunjukkan bahwapendidikan formal petani masih rendah tetapi petani sudah
berpengalaman dalam berusahatani, dimana kondisi tersebut menjadi salah satu faktor
pendukunguntuk meningkatkan produksi usahataninya.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini adalah banyaknya anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah, seperti ayah, ibu, anak, dan saudara yang
tinggal serumah termasuk responden sendiri. Indikator jumlah anggota keluarga
menjadi penting untuk diperhitungkan karena berpengaruh terhadap pola produksi
dan jumlah konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan
pendapatan. Jumlah anggota dalam keluarga juga dapat mempengaruhi semangat
anggota dalam melaksanakan pekerjaannya dan dapat menghasilkan ketersediaan
tenaga kerja yang dapatas diberdayakan.
Tabel 3.Jumlah anggota keluarga petani sayuran daun di Dusun Taeno Tahun 2019
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Keluarga Petani Persentase
2-5 25 68
6-9 12 32
Jumlah 37 100
226 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian responden memiliki jumlah
anggota keluarga berkisar 2-5 sebanyak 25 responden (68%). Sedangkan responden
dengan jumlah anggota keluarga berkisar 6-9 orang sebanyak 12 responden (32%).
Jumlah anggota keluarga petani akan mempengaruhi jumlah biaya eksplisit yang
ditanggung petani, khususnya yang berkaitan dengan tenaga kerja luar keluarga dan
tenaga kerja dalam keluarga.
Luas Lahan
Sayogyo, (1997) mengelompokkan petani di dalam tiga kategori, yaitu: petani
skala kecil dengan luas usaha tani <0,5 hektar, skala menengah dengan luas usahatani
0,5 – 1,0 hektar, dan skala luas dengan luas lahan usaha tani >1,0 hektar.Luas lahan
mempengaruhi besar kecilnya produksi hasil usahatani. Semakin luas lahan pertanian
maka semakin efisien lahan tersebut jika sarana dan prasarana serta pengelolaanya
memadai.
Tabel 4. Luas lahan responden di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun 2018
Luas Lahan (ha) Jumlah Responden Persentase (%)
< 0,5 37 100
0,5 – 1 0 0
> 1 0 0
Jumlah 37 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki luas lahan
<0,5 ha, maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki usahatani dalam skala
kecil. Rata-rata luas lahan responden yaitu 0,023.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh petani sayuran daun di Dusun
Taeno Desa Rumahtiga merupakan petani skala kecil. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar lahan petani digunakan untuk menanam komoditi lain seperti kacang
panjang, chili, tomat, terong, dll. Untuk komoditi kangkung, sawi dan bayam petani
hanya mengalokasikan sedikit lahannya untuk menanam sayuran daun. Hal ini karena
sayuran daun kangkung, sawi dan bayam merupakan komoditi yang diusahakan
227 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
petani saat musim hujan sehingga ketika musim hujan tiba, petani membersihkan
sedikit lahannya untuk menanam sayuran daun.
Modal
Menurut Soekartawi dalam Hafid (2009), modal terbagi atas dua yaitu modal
tetap dan modal lancar. Modal tetap meliputi besaran nominal berupa uang (dalam
rupiah) yang dipergunakan untuk pembiayaan penyusutan peralatan dan sewa lahan.
Modal lancar meliputi besaran nominal berupa uang (dalam rupiah) yang
dipergunakan untuk pembelian pupuk, pestisida, benih, plastik mulsa, biaya tenaga
kerja, biaya air dan biaya pengepakan.
Tabel 5. Modal tetap dan modal lancar usahatani sayuran daun di Dusun Taeno
Negeri Rumahtiga 2018
Kategori Modal Total Modal (Rp) Rata-rata (Rp)
A. Modal Tetap
- Penyusutan 25.074.155 677.680
- Sewa Lahan 19.650.000 893.181
Total 44.724.161 1.208.761
B. Modal Lancar
- Pupuk 8.390.160 226.761
- Benih 12.637.500 341.554
- Pestisida 1.026.222 27.736
- Plastik Mulsa 9.820.800 297.600
- Tenaga Kerja 33.767.200 912.627
- Biaya Air 1.300.040 35.136
- Biaya Pengepakan 1.794.792 48.507
- Biaya Transportasi 842.000 22.757
Total 69.578.713 1.880.506
Total A + B 114.302.874 3.089.267
Tabel 5 menunjukkan bahwa modal terbesar yaitu pada modal lancar sebesar
Rp 69.578.713,- dengan rata-rata Rp 1.880.506,- selama satu tahun produksi.
228 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Sedangkan modal tetap lebih kecil dibandingkan dengan modal lancar yaitu sebesar
Rp 44.724.161,- dengan rata-rata Rp 1.208.761,- selama satu tahun produksi. Modal
lancar lebih besar dari modal tetap karena modal lancar habis dalam satu kali berputar
dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang
pendek dengan kata lain modal lancar ini adalah modal yang dapat diuangkan dalam
jangka pendek atau selalu diuangkan setiap produksi. Sedangkan modal tetap modal
yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam
proses produksi.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani sayuran daun adalah tenaga
kerja manusia yang terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita yang bersumber dari
dalam keluarga dan luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar
keluarga untuk usahatani sayuran daun ini meliputi kegiatan pengolahan lahan,
penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
Pemanfaatan tenaga kerja yang bersumber dari dalam keluarga umumnya
tidak diupah, tapi diberikan makanan berupa sarapan pagi dan camilan untuk sore hari
berupa roti dan segelas teh. Untuk tenaga kerja luar keluarga diupah per hari sesuai
dengan durasi atau beratnya pekerjaan yang dilakukan. Rata-rata Hari Orang Kerja
(HOK) untuk sayuran daun adalah 123 hari/tahun.
Produksi
Produksi sayuran kangkung, sawi, bayam masing-masing responden
sangatlah bervariasi. Hal ini dikarenakan oleh faktor luas lahan yang diusahakan,
jenis tanaman yang diusahakan, serangan hama penyakit, serta faktor alam seperti
iklim dan musim juga turut mempengaruhi jumlah produksi. Selain itu apabila lahan
yang diusahakan semakin luas maka jumlah petakan juga semakin banyak, kemudian
jenis tanaman yang diusahakan adalah tanaman sayuran yang merupakan tanaman
229 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
umur pendek yang pada usia 25-40 hari sudah dapat dipanen. Produksi sayuran
kangkung, sawi, dan bayam dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel.6. Produksi sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun 2018
Komoditi Produksi/Kg/Tahun
Total Produksi Rata-rata
Kangkung 14.487 402
Sawi 15.600 488
Bayam 3.363 146
Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi sayuran daun tertinggi yaitu sayuran
sawi dan di ikuti oleh kangkung. Sementara produksi terendah yaitu bayam. Hal ini
disebabkan karena sawi dan kangkung merupakan komoditi utama yang diusahakan
petani di Dusun taeno desa rumahtiga dan banyak petani yang menggunakan pola
tanam secara tumpang sari untuk komoditi kangkung dan bayam. Tetapi ada juga
petani yang memetakan tiap tanaman di petakan yang berbeda, selanjutnya untuk
panen dilakukan secara bertahap.
Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Daun
Penerimaan Usahatani
Penerimaan petani sayuran daun beraneka ragam tergantung besar kecilnya
hasil produksi sayuran daun saat panen juga ditentukan luasan lahan yang dimiliki
petani.
Tabel 7. Total penerimaan usahatani sayuran daun per komoditi di Dusun Taeno
Negeri Rumahtiga Tahun 2018
Jenis Komoditi Total Penerimaan (Rp) Rata-rata (Rp)
Kangkung 138.483.000 3.846.750
Sawi 162.420.000 5.075.625
Bayam 54.915.000 2.387.609
Jumlah 355.818.000 9.616.703
Tabel 7 menunjukkan bahwa sawi menjadi komoditi dengan penerimaan
tertinggi karena sawi merupakan komoditi utama yang diusahakan petani di dusun
230 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Taeno desa Rumahtiga dimana permintaan akan sayuran sawi lebih tinggi
dibandingkan kangkung dan bayam di pasar. Sawi juga mempunyai harga jual yang
tinggi dibandingkan kangkung dan bayam. Kangkung memperoleh penerimaan
tertinggi kedua setelah sawi.
Hal ini dikarenakan produksi kangkung hampir sama dengan produksi sawi
akan tetapi harga jual kangkung lebih kecil dibandingkan sawi. Bayam merupakan
komoditi dengan total penerimaan terendah karena bayam bukanlah komoditi utama
yang diusahakan oleh petani di Dusun Taeno Desa Rumahtiga. Bayam biasanya
ditanam secara tumpang sari dengan kangkung. Produksi bayam lebih sedikit
dibandingkan dengan sawi dan kangkung sehingga total penerimaanya lebih kecil.
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu dalam satu kali proses produksi. Biaya
produksi dapat digolongkan atas dasar hubungan perubahan volume produksi, yaitu
biaya tetap dan biaya variable (Mubyarto,1989).
Tabel 8. Biaya produksi usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga
Tahun 2018
Komoditi Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp)
Kangkung 30.437.408 19.293.275
Sawi 30.463.295 21.821.411
Bayam 8.678.011 3.659.470
Total 69.578.713 44.724.161
Berdasarkan Tabel 8 dijelaskan bahwa total biaya variabel sebesar Rp
69.578.713,- biaya tersebut termasuk biaya pembelian bibit, pupuk, pestisida, plastik
mulsa dan tenaga kerja selama satu tahun, dan biaya tetap sebesar Rp 44.724.161,-
selama satu tahun produksi.
231 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani responden didapat dari total produksi yang dihitung
dalam satu tahun dikalikan dengan harga jual komoditi. Pendapatan usahatani yang
dimaksud adalah penerimaan bersih dari hasil usahatani dikurangi dengan biaya
selama produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Tabel 9. Pendapatan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga Tahun
2018
Jenis Komoditi Total Pendapatan (Rp) Rata-rata (Rp)
Kangkung 88.287.314 2.452.425
Sawi 109.614.210 3.425.444
Bayam 42.263.604 1.837.548
Jumlah 240.165.126 6.490.949
Tabel 9 menunjukkan bahwa pendapatan usahatani terbesar bersumber dari
komoditi sawi yaitu sebesar Rp 109.614.210,- dengan rata-rata pendapatan sebesar
Rp 3.425.444,-. Komoditi kangkung memberikan pendapatan sebesar Rp
88.287.314,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 2.452.425,-. Pendapatan terkecil
yaitu pada komoditi bayam dengan total pendapatan sebesar Rp 42.263.604,- dengan
rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.837.548,- per tahun.
Analisis Kelayakan Usahatani Sayuran Daun
Tujuan analisis kelayakan adalah untuk mengetahui apakah usahatani sayuran
daun yang ada di Dusun Taeno Desa Rumahtiga memberikan keuntungan dan layak
untuk di usahakan. Kelayakan usahatani dapat di analisis dengan menggunakan
analisis benefit cost ratio.
Tabel 10. Pendapatan dan kelayakan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Negeri
Rumahtiga Tahun 2018
Jenis Komoditi Pendapatan Biaya Produksi B/C Ratio
Kangkung 88.287.314 50.195.686 1,7
Sawi 109.614.210 52.805.790 2,0
Bayam 42.263.604 12.651.397 3,3
Jumlah 240.165.126 115.652.874 1,9
232 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Hasil penelitian pada tabel 10 diatas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan
yang diperoleh lebih besar dari rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan. Adapun
hasil analisis benefit cost ratio menunjukkan nilai rasio sebesar 1,9 artinya
pendapatan yang diperoleh petani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga 1,9
kali lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis B/C ratio
komoditi kangkung 1,7, sawi 2,0, dan bayam 3,3 (>1) maka dapat disimpulkan bahwa
usahatani sayuran daun kangkung, sawi, dan bayam di Dusun Taeno layak untuk
diusahakan.
Kesimpulan
Pendapatan usahatani sayuran daun di Dusun Taeno Desa Rumahtiga sebesar Rp
240.165.126,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 6.490.949,- selama satu tahun
produksi. Berdasarkan hasil analisis B/C ratio komoditi kangkung 1,7, sawi 2,0, dan
bayam 3,3 (>1) maka dapat disimpulkan bahwa usahatani sayuran daun kangkung,
sawi, dan bayam di Dusun Taeno layak untuk diusahakan. .
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Ambon Dalam Angka. Ambon: Badan Pusat
Statisktik.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI: 2010.
Hafid, M. 2009. “Pengaruh Tenaga Kerja, Modal Dan Luas Lahan Terhadap Produksi
Usahatani Padi Sawah”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Malang.
Kartasapoetra. 1988. Teknologi Budaya Tanaman Pangan di Daerah Tropis. Jakarta:
Bina Aksara.
233 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Palaudi, Pattiasina M, dan Tuhumury M. T. F. 2015. “Analisis Pendapatan Petani
Sayuran di Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon”. Jurnal Agrilan.
Vol 3 (1): 84-96.
Pattiasina-Suripatty, M, dan A Mussa. 2012. “Analisis Pendapatan Usahatani Kakao”.
Jurnal Budidaya Pertanian. Vol 8: 39-45.
Ridwan., Hastuti, D., dan Prabowo, R. 2014. “Analisis Pendapatan Petani Kangkung
Darat (Ipomea Repians Poir) Tradisional”. Jurnal Mediagro. Vol 10 (2): 81-
89.
Saputra D W. 2015. “Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah
Apung”. Skripsi. Bogor : Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Sayogyo. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Bogor:
LPSBIPB.
Siddik, A. J., Soetoro., Pardani, C. 2017. “Analisis Biaya Pendapatan Dan R/C
Usahatani Kangkung Darat”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyanto G D, Kusrini N, dan Maswadi. 2013. “Analisis Kelayakan Usahatani
Tanaman Padi”. Jurnal. Pontianak. Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura.
Wairata Y, Thenu S. F. W, Leatemia E. D. 2017. “Analisis Tingkat Pendapatan
Komoditi Durian di Negeri Soya Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Jurnal
Agrilan. Vol 5 (1). 16-24.