EKPLORASI POTENSI DAN -...

92

Transcript of EKPLORASI POTENSI DAN -...

Page 1: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil
Page 2: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil
Page 3: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

EKPLORASI POTENSI DAN

PERMASALAHAN KAWASAN

KERATON KACIREBONAN

Oleh:

Nurtati Soewarno

Tecky Hendrarto

Shirley Wahadamaputera

Dwi Kustianingrum

Theresia Pynkyawati

Bambang Subekti

Erwin Yuniar Rahadian

Nur Laela Latifah

Agung Prabowo

Thomas Brunner

Eka Virdianti

Page 4: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

2

Cetakan 1, 2019

Hak Cipta dilindungi undang-undang

©2019, Penerbit Itenas

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau

seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Hak Cipta pada Penerbit Itenas, 2019

Ekplorasi Potensi dan Permasalahan Kawasan Keraton Kacirebonan / Oleh

Nurtati Soewarno dkk..- Cet. 1.-

Bandung: Penerbit Itenas, 2019.

84 hlm.; 25,7 cm.

1. Tajuk Subjek.

I. II. Judul

728.82

ISBN: 978-602-53531-9-2

Penerbit Itenas,

Jl. PKH. Mustopha No.23 Bandung

Telp.: +62 22 7272215, Fax: +62 22 7202892

Email: [email protected]

Page 5: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

i

KATA PENGANTAR

Buku Eksplorasi Potensi dan Permasalahan Kawasan Keraton Kacirebonan

merupakan buku yang disusun oleh team jurusan Arsitektur Itenas dengan tujuan

membuat pemetaan dan mengeksplorasi potensi dan permasalahan arsitektur yang

meliputi:

- Akulturasi gaya bangunan pada Keraton Kacirebonan

- Pola ruang pada pemukiman di sekitar Keraton Kacirebonan

- Kenyamanan termal pada ruang dan bangunan induk Keraton Kacirebonan.

- Perkembangan budaya dan pemakaian material pada bangunan Keraton

Kacirebonan

- Desain bangunan Prabayaksa ditinjau dari penggunaan bahan bangunan

- Rekayasa struktur bangunan Prabayaksa dan Paseban di komplek Keraton

Kacirebonan

- Metoda penelitian bangunan Prabayasa Keraton Kacirebonan.

Buku ini merujuk pada keputusan Walikota Cirebon no 19 tahun 2001 tentang

Perlindungan dan Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di kota Cirebon.

Untuk mendukung kegiatan cagar budaya Keraton Kacirebonan maka dilakukan

penelurusan permasalahan secara makro dan mikro serta penggambaran tapak dan

denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil dari

penelitian ini dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Keraton Kacirebonan.

Penulis menyadari bahwa di dalam buku ini masih terdapat kekurangan, oleh karena

itu penulis mengharapkan tegur sapa baik lisan maupun tulisan serta kritik dan koresi

dari pembaca demi meningkatkan mutu dan penyempurnaan buku ini.

Akhir kata, kami berharap agar tulisan dalam buku ini dapat bermanfaat dan

berkontribusi positif dalam dokumen kepariwisataan.

Bandung, Mei 2019

Nurtati Suwarno

Page 6: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil
Page 7: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. Analisis Situasi ........................................................................................ 1

1.2. Analisis Permasalahan ............................................................................. 2

2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3 2.1. Sejarah Keraton Cirebon .......................................................................... 3

2.2. Kondisi Keraton Cirebon ......................................................................... 4

3 METODA DAN PELAKSANAAN ............................................................... 9 3.1. Metoda Pelaksanaan .................................................................................. 9

3.1.1. Metoda Pengambilan Data ............................................................. 9

3.1.2. Metoda Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 9

3.2. Skema Penelitian ..................................................................................... 10

4 HASIL PEMBAHASAN ................................................................................ 11 4.1. Pemetaan Site Planning Kawasan Keraton Kacirebonan ......................... 11

4.2. Eksplorasi Potensi dan Permasalahan Arsitektur di Kawasan

Keraton Kacirebonan ............................................................................... 13

4.2.1. Akulturasi Gaya Bangunan pada Keraton Kacirebonan ................ 13

4.2.2. Pola Ruang pada Pemukiman di Sekitar Keraton kacirebonan ...... 17

4.2.3. Kenyamanan Termal pada Ruang Dalam Bangunan Induk

Keraton Kacirebonan ..................................................................... 21

4.2.4. Perkembangan Budaya Dan Pemakaian Material Pada Bangunan

Keraton Kacirebonan Ditinjau Dari Periodisasi Pembangunan ..... 31

4.2.5. Desain Bangunan Prabayaksa Ditinjau Dari Penggunaan

Bahan Bangunan .......................................................................... 51

4.2.6. Rekayasa Struktur Bangunan Prabayaksa Dan Paseban Di

Komplek Keraton Kacirebonan .................................................... 60

4.2.7. Metoda Pemeliharaan Bangunan Prabayaksa Keraton Kacirebonan 69

5 KESIMPULAN ............................................................................................ 77

Page 8: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

iii

Page 9: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi Bangsa Indonesia terkenal sebagai suatu bangsa yang memiliki kekayaan alam dan seni

budaya. Kekayaan ini merupakan bagian penting dari sejarah perkembangan dan dapat berupa

candi, keraton, makam, situs dan bentuk lainnya yang tersebar di seluruh penjuru tanah air

Indonesia. Kekayaan ini merupakan peninggalan yang sangat bernilai dan merupakan warisan

budaya yang harus dilestarikan. Dengan mengenal lebih dalam warisan budaya akan

menimbulkan rasa cinta, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab sehingga usaha pelestarian

dapat berhasil. Selain itu hasil penggalian dan pengenalan lebih dalam dapat disebar luaskan

untuk bahan studi.

Cirebon merupakan salah satu kota di pantai Utara Jawa Barat yang memiliki nilai sejarah dan

budaya yang tinggi. Cirebon berawal dari sebuah desa kecil (pada abad ke 15) yang bernama

Muara Jati. Lokasi yang strategis menjadikan desa ini banyak dikunjungi kapal asing yang

datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Oleh karenanya desa ini menjadi tempat

pertemuan budaya antara suku Jawa, Sunda, Arab, China dan pendatang dari Eropa. Di

pelabuhan ini juga terlihat aktivitas Islam yang semakin berkembang.

Kerajaan Cirebon didirikan oleh Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi yang

semula ditunjuk sebagai Adipati Cirebon. Pangeran ini melawan Raja Galuh yang semula

menguasai Cirebon dan kemudian mendirikan kerajaan Cirebon dengan gelar Cakrabumi.

Kerajaan Cirebon merupakan Kerjaan Islam pertama di Jawa Barat dan merupakan Keraton

tertua dari tiga keraton yang ada di Cirebon, yaitu: Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.

Dengan memiliki 3 keraton tentu saja Cirebon memiliki bangunan-bangunan dan benda-benda

peninggalan yang harus dilestarikan. Selain itu penjajah Kolonial Belanda meninggalkan pula

bangunan-bangunan yang saat ini telah menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan. Oleh

karenanya PKM ini bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC)

bertujuan untuk membantu Pemerintah Kota Cirebon untuk menginventarisasi bangunan-

bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan oleh Keputusan Walikota Cirebon nomor 19

tahun 2001 tentang: Perlindungan dan Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di

Kota Cirebon.

Adapun bangunan Cagar Budaya yang terdapat di kota Cirebon dibagi menjadi 4 golongan

menurut tingkat Perlindungannya, yaitu:

1. Bangunan dengan Tingkat Perlindungan Sangat Ketat (golongan A) yang terdiri dari

30 bangunan dan 2 makam.

2. Bangunan dengan Tingkat Perlindungan Ketat (golongan B) yang terdiri dari 12

bangunan dan 1 makam.

3. Bangunan dengan Tingkat Perlindungan Cukup Ketat (golongan C) yang terdiri dari

7 bangunan.

Page 10: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

2

4. Makam-makam yang dikategorikan sebagai bebangunan yang juga harus dilindungi,

terdiri dari 3 makam para leluhur dan 1 makam China (Sentiong).

Dalam pelaksanaannya team PKM jurusan Arsitektur akan melibatkan mahasiswa dalam

bentuk kunjungan studi maupun penelitian yang lebih dalam dan kegiatan ini dibagi menjadi

beberapa tahap yang pada akhirnya akan dikeluarkan produk akhir yang akan mendukung

kegiatan kepariwisataan keraton berupa potensi permasalahan secara makro dan mikro serta

penggambaran site planning dan denah keraton untuk arsip pihak keraton

Pada awalnya kegiatan ini akan dilakukan di tiga lokasi keraton Cirebon yaitu Kasepuhan,

Kacirebonan, Hanoman dan kawasan bangunan heritage colonial. Namun berdasarkan

kesepakatan dengan pihak keraton dan Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC), kegiatan

pengabdian tahap ini difokuskan pada bangunan keraton Kacirebonan dengan pertimbangan

belum terdapat kegiatan pengabdian masyarakat dari kampus lain dan kebutuhan mendesak

untuk lay out denah dan site planning keraton Kacirebonan.

Adapun laporan ini masih merupakan tahap lanjutan untuk merumuskan potensi dan

pemasalahan secara makro dan mikro dengan kegiatan eksplorasi keraton Kacirebonan yang

dilakukan dalam bentuk eksplorasi arsitektur keraton dengan keluaran berbentuk jurnal. Tema

yang diangkat dalam kegiatan pengabdian masyarakat tahap eksplorasi arsitektur ini adalah

berkaitan dengan bidang Perancangan, Permukiman, Struktur dan Konstruksi, Teknologi

Bahan serta Pemeliharaan bangunan

1.2 Analisis Permasalahan Berdasarkan pengamatan awal dan hasil identifikasi tahap awal banyak kendala yang harus

dihadapi oleh ke pihak Keraton dan Pemerintah Kota Cirebon dalam melestarikan warisan

budayanya. Adanya keinginan dari pihak Keraton untuk melestarikan warisan budaya dan

mengarsipkan bangunan-bangunan asli keraton awal, merupakan satu langkah yang perlu

didukung oleh pihak ketiga terutama pihak institusi pendidikan.

Jurusan Arsitektur Itenas melakukan langkah lanjutan yaitu tahap 2 dengan melakukan

eksplorasi potensi dan permasalahan arsitektur di keraton Kacirebonan. Dalam kegiatan ini

terbagi menjadi beberapa tujuan yaitu:

1. Melakukan Pemetaan Site Planning dengan menggunakan Alat Dronne

2. Mengeksplorasi potensi dan permasalahan arsitektur dengan judul sebagai berikut :

a) Akulturasi Gaya Bangunan Pada Keraton Kacirebonan

b) Pola Ruang Pada Pemukiman Di Sekitar Keraton Kacirebonan

c) Kenyamanan Termal Pada Ruang Dalam Bangunan Induk Keraton Kacirebonan

d) Perkembangan Budaya Dan Pemakaian Material Pada Bangunan Keraton

Kacirebonan Ditinjau Dari Periodisasi Pembangunan

e) Desain Bangunan Prabayaksa Ditinjau Dari Penggunaan Bahan Bangunan

f) Rekayasa Struktur Bangunan Prabayaksa dan Paseban di Komplek Keraton

Kacirebonan

g) Metoda Pemeliharaan Bangunan Prabayaksa Keraton Kacirebonan

Page 11: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Keraton Cirebon Kesultanan Cirebon adalah kesultanan Islam ternama di jawa barat pada abad ke -15 dan 16

Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan pelayaran antar pulau.

Perdagangan di Cirebon biasanya di lakukan di pantai Utara Pulau Jawa yang merupakan

perbatas dan jembatan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat dan terciptalah kebudayaan

Cirebon tanpa di dominasi salah satu kebudayaan. Cirebon awalnya adalah sebuah dukuh kecil

yang dibangun ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang

ramai dan di beri nama Caruban (campuran). Pada saat awal terbentuk bernamana Keraton

Pakungwati setelah Sunan Gunung Jati wafat tahta Cirebon dilanjutkan oleh para penerusnya

sampai tahun 1677, kerajaan Pakungwati dibagi menjadi 2 yaitu, Keraton Kasepuhan dan

Keraton Kanoman. Perpecahan Keraton terbagi menjadi dua tahap yaitu:

a. Perpecahan I (1677)

Perpecahan pertama Kesultanan Cirebon terjadi dimana ketika penobatan tiga

putera Panembahan Girilaya, yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom dan Panembahan

Cirebon pada tahun 1677, kemudian terbagi tiga penguasa Kesultanan Cirebon

diantaranya :

Sultan Keraton Kasepuhan, Pangeran Martawijaya bergelar Sultan Sepuh Abil

Makarimi Muhammad Samsudin 91677-1703)

Sultan Kanoman, Pangeran Kartwijaya bergelar Sultan Anom Abil Makarimi

Muhammad Badrudin (1677-1723)

Pangeran Wangsakerta sebagai Panembahan Cirebon bergelar Pangeran Abdul

Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677-1713).

b. Perpecahan II (1807)

Perpecahan kedua terjadi setelah massa pemerintahan Sultan Anom IV (1798-

1803), dimana seorang putranya, yaitu Pangeran Raja Kanoman memisahkan diri

membangun kesultanan sendiri dengan nama Kesultanan Kacirebonan. Kehendak

pangeran Raja Kanoman didukung oleh pemerintahan kolonial dengan keluarnya

belsuit (surat keputusan) Gubernur-Jendral Marsha Dendles yang mengangkat Raja

Kanoman menjadi Sultan Carbon Kacirebonan pada tahun 1807.

Page 12: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

4

Gambar 2. 1 Perkembangan Keraton di Cirebon

(Sumber : http://www.academia.edu/ diunduh Maret 2018)

Sejak itu di Cirebon bertambah satu penguasa yaitu Kesultanan Kacirebonan,

perpecahan dari Kesultanan Kanoman. Sementara tahta Sultan Kanoman V jatuh

kepada Sultan Anom Abusoleh Imammudin (1803-1811).

`

Keraton kacirebonan merupakan keraton termuda di Cirebon yang dibangun pada

tahun 1800an ketika masa pemerintahan Pangeran Raja Hidayat. Keraton

Kacirebonan merupakan pemekaran dari Keraton Kanoman setelah Sultan Anom

IV yang bernama Muhammad Khaerudin wafat, pada saat itu Sultan Muhammad

Khaerudin di asingkan oleh Belanda ke ambon karena di anggap sebagai

pembangkang dan memberontak. Ketika kembali dari pengasingan tahta sudah di

duduki oleh Sultan Anom Imammudin atas dasar kesepakatan keluarga, akhirnya

Muhammad Khaerudin membangun Keultanan Kacirebonan di dekat Gua

Sunyaragi, kemudian bergelar Sultan Carbon Amirul Mu’minin sebagai Sultan

Kacirebonan Pertama.

Kemudian pada tahun 1814 Sultan Carbon wafat dan digantikan oleh istrinya Ratu

Raja Resminingpuri, karena Putra Mahkota pangeran Raja Hidayat pada saat itu

masih berusia 5 tahun. Pada saat itulah Ratu Raja Resminingpuri mendapat bantuan

dari Belanda untuk membangun Keraton baru yang leih dekat dengan saudara-

saudaranya, Kanoman dan Kasepuhan. Keraton awal yang dibangun pada saat itu

di beri nama “Pulo Sare” (tempat tidur) atau lebih dikenal sekarang bernama

Prabayaksa.

2.2 Kondisi Keraton Cirebon Keraton Kacirebonan merupakan keraton termuda yang di bangun tahun 1800 ketika masa

Kesultanan Pangeran Raja Hidayat di wilayah kota Cirebon. Dimana merupakan perpecahan

antara Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Keraton kacirebonan terletak di Jalan

Pulasaren no. 48, kelurahan Pulasaren, Kecamatan pekalipan Cirebon, terpatnya 1 km sebelah

Page 13: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

5

barat laut dari Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500 meter dari sebelah Barat Daya

Keraton Kanoman. Keraton Kacirebonan memiliki luas lahan seluas 3 hektar.

Gambar 3. 1 Site Keraton Kacirebonan (sumber : Google Earth, 2018)

Keraton Kacirebonan sampai sekarang berfungsikan sebagai tempat kediaman Sultan dan

melakukan sebuah tradisi yang biasa dilakukan pada massa sebelumnya, seperti mauludan,

seserahan dan sebagainya. Pada massa sekarang fungsi Keraton Kacirebonan dijadikan tempat

wisata bagi masyarakat seperti bangunan sejarah lainya seperti Fatahilah Jakarta.

Keraton Kacirebonan dibangun karena adanya perpecahan antara para putra sultan di keraton

kanonman dan setelah massa pemerintahan sultan Anom IV (1798-1803). Raja kanoman dari

sutra sultan Anom IV ingin membangun kesultanannya sendiri dengan nama kesultanan

kacirebonan.

Gambar 3. 2 Blok Massa/Tatanan Massa Pada Keraton kacirebonan

Page 14: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

6

Keraton kacirebonan merupakan keraton termuda di Cirebon yang dibangun pada

tahun 1800an ketika masa pemerintahan Pangeran Raja Hidayat. Keraton Kacirebonan

merupakan pemakaran dari Keraton Kanoman setelah Sultan Anom IV yang bernama

Muhammad Khaerudin wafat, pada saat itu Sultan Muhammad Khaerudin di asingkan

oleh Belanda ke ambon karena di anggap sebagai pembangkang dan memberontak.

Ketika kembali dari pengasingan tahta sudah di duduki oleh Sultan Anom Imammudin

atas dasar kesepakatan keluarga, akhirnya Muhammad Khaerudin membangun

Keultanan Kacirebonan di dekat Gua Sunyaragi, kemudian bergelar Sultan Carbon

Amirul Mu’minin sebagai Sultan Kacirebonan Pertama.

Kemudian pada tahun 1814 Sultan Carbon wafat dan digantikan oleh istrinya Ratu Raja

Resminingpuri, karena Putra Mahkota pangeran Raja Hidayat pada saat itu masih

berusia 5 tahun. Pada saat itulah Ratu Raja Resminingpuri mendapat bantuan dari

Belanda untuk membangun Keraton baru yang leih dekat dengan saudara-saudaranya,

Kanoman dan Kasepuhan. Keraton awal yang dibangun pada saat itu di beri nama

“Pulo Sare” (tempat tidur) atau lebih dikenal sekarang bernama Prabayaksa. Berikut

perkembangan bangunan yang ada di keraton kacirebonan diantaranya:

Tabel 3. 1 Bangunan, Tahun Pembangunan Keraton Kacirebonan

NO NAMA

BANGUNAN TAHUN GAMBAR

1 Prabayaksa,

Paseban dan

Tajug (masjid)

1807

Prabayaksa

Pancaranti

Page 15: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

7

NO NAMA BANGUNAN

TAHUN GAMBAR

Pancaratna

2 Gedung Hijau

(Pangeran

Denda

Wijaya)

1851-

1916

3 Pringgowati

dan Pinengran

(Pangeran

Raja Madenda

Partadiningrat)

1916 -

1931

Pringgowati (Ruang tengah tempat benda)

Pinengran Istirahat Kerabat Sultan

Page 16: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

8

NO NAMA BANGUNAN

TAHUN GAMBAR

4 Pringgowati,

Setelah masa

tahta dari

Pangeran raja

Madenda

Partadiningrat

muncul

bangunan baru

di kawasan

Keraton

Kacirebonan

Pendopo/Pringgowati

a. Pada tahun 1807 bangunan pertama berdiri dengan nama Prabayaksa, Paseban

dan Tajug (masjid)

b. Pada saat turunya tahta pada Sultan Kacirebonan III Pangeran Raja Madenda

Wijaya (1851-1916) muncul bangunan baru Gedung Ijo (1875)

c. Sultan Kacirebonan IV Pangeran Raja Madenda Partadiningrat (1916-1931)

muncul bangunan baru Pranggowati sebagai tempat istirahat keluarga sultan

(1916)

Pada perkembangan selanjutnya muncul bangunan baru seperti Kaputren,

Pancaratna (tempat tunggu bangsawan bertemu raja) dan Pacarinti (tempat tunggu

rakyat bertemu raja ). Setelah perkembangan bangunan di keraton Kacirebonan

munculan bangunan baru dimana terdapat bangunan di belakang Pranggowati

sebagai tempat tinggal keluarga Sultan dan terdapat dapur dan gudang dekat

Gedung Ijo.

Page 17: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

9

3 METODE DAN PELAKSANAAN

Secara umum, kegiatan tahap 2-eksplorasi arsitektur untuk mencapai tujuan pertama dalam

memetakan udara dan tujuan kedua yaitu mengeksplorasi potensi dan permasalahan arsitektur

dengan tema perancangan, tapak, struktur dan konstruksi serta pemeliharaan pada objek studi

kawasan Keraton Kacirebonan. Digunakan pendekatan campuran (mix method) yang

mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan kuantitatif. Melibatkan

Asumsi-Asumsi filosofis, aplikasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan pencampuran

(mixing) kedua pendekatan tersebut. (John W. Creswell, 2014).

3.1. Metoda Pelaksanaan Pendekatan pada tahan awal kegiatan ini menggunakan pendekatan campuran yang

mengkombinasikan metoda kualitatif dan kuantitatif yang meliputi:

3.1.1 Metoda Pengambilan Data 1. Survey Lapangan

Survey lapangan dilakukan dengan mengambil data primer dengan metoda partisipatory

observation yang melibatkan mitra, masyarakat dan kegiatan secara langsung, melalui

kegiatan:

a. Pemetaan Udara di kawasan Keraton Kacirebonan

b. Pendataan, mengidentifikasi kawasan dan bangunan di dalam masing-masing

kompleks Keraton Kacirebonan

c. Observasi dan Dokumentasi, yaitu melakukan proses pengamatan secara langsung,

wawancara dengan pihak dan dokumentasi.

2. Survey Instansional

Kegiatan ini berupa pengambilan data-data administrasi/teknis serta data pendukung

3. Study Literatur

Kegiatan ini diperlukan untuk menganalisis data-data primer dari sudut pandang teori

sehingga diperlukan literature yang berkaitan.

3.1.2 Instrumen Kegiatan Penelitian ini digunakan instrument penelitian:

1. Pengambilan data primer diperlukan: Drone, Kamera, Alat ukur, Komputer dengan

kemampuan drawing, seperti sketch up, archicad dsb.

2. Pengambilan data sekunder diperlukan daftar wawancara yang akan dijadikan petunjuk

untuk melakukan observasi dan wawancara kepada penghuni, masyarakat di sekitar

Keraton Kacirebonan.

Page 18: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

10

LATAR BELAKANG Jurusan Arsitektur Itenas melakukan langkah lanjutan yaitu tahap 2 dengan melakukan eksplorasi

potensi dan permasalahan arsitektur di keraton Kacirebonan untuk membantu pihak Keraton untuk

melestarikan warisan budaya dan mengarsipkan bangunan-bangunan asli keraton awal

3.1.3 Metoda Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data untuk pemetaan hasil drone dengan menggunakan program visual yang

mendukung dan menghasilkan produk akhir foto udara.

Hasil foto udara tersebut menjadi data promer yang digunakan sebagai arsip serta pendukung

eksplorasi arsitektur. Metoda pengolahan data/analisis Hasil pendataan di lapangan

diidentifikasi berdasarkan jenis bangunannya, selanjutnya dilakukan penelitian berbasis

pengabdian masyarakat berdasarkan temanya. Untuk penelitian, analisis data yang digunakan

adalah analisis deskripif di setiap tema dan judul.

3.1 Skema Penelitian Berikut skema penelitian berbasis pengabdian masyarakat di kawasan Keraton Kacirebonan

Gambar 1. 1 Skema Penelitian

LINGKUP STUDI 1. Pemetaan Drone 2. Eksplorasi Arsitektur dengan tema Perancangan

Permukiman

Struktur dan Konstruksi, Teknologi Bahan

Pemeliharaan

a) Akulturasi Gaya Bangunan Pada Keraton Kacirebonan

b) Pola Ruang Pada Pemukiman Di Sekitar Keraton Kacirebonan

c) Kenyamanan Termal Pada Ruang Dalam Bangunan Induk Keraton Kacirebonan

d) Perkembangan Budaya Dan Pemakaian Material Pada Bangunan Keraton Kacirebonan

Ditinjau Dari Periodisasi Pembangunan

e) Desain Bangunan Prabayaksa Ditinjau Dari Penggunaan Bahan Bangunan

f) Rekayasa Struktur Bangunan Prabayaksa dan Paseban di Komplek Keraton Kacirebonan

g) Metoda Pemeliharaan Bangunan Prabayaksa Keraton Kacirebonan

Data Survey Studi Literatur

Analisis

Kesimpulan dan Saran

TUJUAN 1. Melakukan Pemetaan Site Planning dengan menggunakan Alat Dronne

2. Mengeksplorasi potensi dan permasalahan arsitektur

Page 19: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

11

4 HASIL PEMBAHASAN

4.1 Pemetaan Site Planning Kawasan Keraton Kacirebonan Keraton Kacirebonan merupakan salah satu keraton yang menjadi perpecahan Keraton

Kanoman. Di keraton ini terdapat bangunan utama yang terdiri dari:

Bangunan induk keraton terdiri dari beberapa ruangan antara lain ruang tidur, ruang

kerja sultan, pecira, kamar jimat, prabayasa, dapur dan teras (berfungsi sebagai ruang

tunggu bila prajurit rendahan ingin menghadap Sultan).

Paseban, terdapat dua buah bangunan Paseban di kompleks keraton Kacirebonan, yaitu

di barat dan timur, berdenah persegi panjang. Paseban barat menghadap timur

ditompang oleh 8 buah tiang dan 4 saka guru (tiang utama) dan merupakan bangunan

semi terbuka, dinding sisi barat dan timur dipagari dengan tembok rendah, atapnya

berbentuk joglo dengan penutup genteng.

Tajug (mushola), terletak di sebelah barat bangunan induk,

antara tajug dan paseban dipisahkan oleh tembok namun ada pintu penghubung di sisi

barat tembok. Pelataran keraton ke arah selatan pada pagar tembok terdapat gapura kori

agung beratap joglo, yaitu pintu agung utama.

Gambar 4. 1 Gambar Bangunan Keraton Kacirebonan

Page 20: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

12

Berikut hasil pemetaan udara dengan alat Drone yang menghasilkan beberapa foto udara

Gambar 4. 2 Posisi Massa Bangunan dilihat dari Drone

Gambar 4. 3 Keraton Kacirebonan dan Permukiman Sekitarnya beserta

Dokumentasi Massa Bangunan

Page 21: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

13

Gambar 4. 4 Hasil Pemetaan Udara 1

Gambar 4. 5 Hasil Pemetaan Udara 2

4.2. Eksplorasi Potensi Dan Permasalahan Arsitektur di Kawasan Keraton Kacirebonan 4.2.1 Akulturasi Gaya Bangunan Pada Keraton Kacirebonan Gaya arsitektur mengalami perkembangan dari masa ke masa. Gaya arsitektur lama dapat

dijumpai di kawasan pusat kota, sebagai kawasan awal pada sebuah kota. Selain itu gaya

Arsitektur lama juga dapat dijumpai pada kawasan-kawasan cagar budaya, salah satunya

adalah kawasan Keraton.

Keraton sebagai istana raja masih dapat dijumpai di beberapa kota di Indonesia. Saat ini

keraton telah digolongkan sebagai salah satu warisan budaya yang wajib dilindungi. Kajian

Page 22: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

14

ini bertujuan untuk mengetahui gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan-bangunan di

Keraton Kacirebonan, salah satu dari tiga Keraton yang terdapat di kota Cirebon. Mengingat

umur keraton dan massa pemerintahan yang dilalui cukup panjang, maka perubahan,

penggantian dan penambahan bangunan baru dimungkinkan untuk memenuhi kebutuhan dan

kelancaran pemerintahan. Apakah perubahan, penggantian atau penambahan bangunan baru

pada Keraton Kacirebonan berpegang pada gaya bangunan yang telah ada sebelumnya?

Observasi dilakukan dengan mendatangi objek penelitian secara berkala dan melakukan

pengukuran, pendataan dan penggambaran. Dengan menggunakan metode kualitatif objek

dianalisis dan dikaitkan dengan literature dan data-data yang ada. Diharapkan perubahan,

pergantian dan penambahan bangunan baru dapat selaras dengan gaya arsitektur bangunan

terdahulu. Diharapkan pula keasrian, keharmonisan dan keselarasan antara bangunan lama dan

baru di Keraton Kacirebonan dapat terjaga mengingat saat ini Keraton merupakan salah satu

tujuan kunjungan wisatawan ke Cirebon.

Hasil analisis akan dijabarkan dengan gambar-gambar berikut:

Gambar 4. 6 Analiais Langgam Bangunan Prabayaksa

Page 23: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

15

Gambar 4. 7Analisis Langgam Langgar

Gambar 4. 8 Analisis Langgam Paseban

Page 24: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

16

Gambar 4. 9 analisis Langgam Pringgowati

Gambar 4. 10 Analisis Langgam Kaputren

Page 25: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

17

Gambar 4. 11 analisis Langgam Gedong Ijo

Gambar 4. 12 analisis Langgam Musium Alit

4.2.2 Pola Ruang Pada Pemukiman Di Sekitar Keraton Kacirebonan Kawasan pemukiman di sekitar Keraton Kacirebonan diawali atas kebutuhan tempat tinggal

abdi dalam sebagai pelayan keluarga Sultan Keraton Kacirebonan yang kemudian mengalami

perkembangan secara tidak terkendali sehingga menjadikan pemukiman di sekitar Keraton

Kacirebonan adalah pemukiman yang tidak terencana. Dari perkembangan yang tidak

terkandali itu terbentuknya pola massa, pola sirkulasi dan ruang terbuka secara tidak

terencana.

Page 26: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

18

Penelitian ini berfokus pada identifikasi pola ruang yang meliputi konfigurasi massa, pola

sirkulasi dan ruang terbuka yang ada pada pemukiman sekitar Keraton Kacirebonan. Metoda

yang digunakan menggunakan analisis deskriptif dengan membandingkan kondisi nyata

melalui observasi pada pemukiman sekitar Keraton Kacirebonan dengan teori pola ruang yang

ada.

Studi kasus yang diambil adalah wilayah pemukiman yang ada disekitar Keraton Kacirebonan,

tepatnya wilayah Rukun Warga 02 Kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon,

Jawa Barat Di dalamnya terdapat lima Rukun Tetangga yang memiliki luas dan jumlah

bangunan yang berbeda-beda.

Gambar 4. 13 Lokasi Obyek Studi

Pola ruang dan konfigurasi massa yang terdapat di Rukun Warga 02 dengan melihat dari figure

ground memiliki pola mengikuti jalan yang ada dan diikuti oleh perkembangan pola

pemukiman ke area Keraton Kacirebonan yang memanjang, pola pemukiman yang terdapat di

setiap Rukun Tetangga ini dapat tergolong kepada pola pemukiman yang cenderung terbentuk

secara linier. Dan massa bangunan yang berada di sepanjang Jalan pulasaren dan Jalan

Jagasatru memiliki fungsi sebagai kawasan perniagaan di sekitar Kawasan Keraton

Kacirebonan yang padat penduduk. Dan juga pola pemukiman secara keseluruhan di sekitar

Keraton Kacirebonan termasuk Pola Pemukiman dengan bersifat Organis karena bentuk

ruang dan massa tidak beraturan dengan dimensi yang berbeda-beda juga jarak antar masa

yang terlalu dekat.

Page 27: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

19

Gambar 4. 14 Pola Ruang dan Konfigurasi Massa RW 02

Pola sirkulasi yang berada di pemukiman sekitar Keraton Kacirebonan terdapat beberapa

akses untuk memasuki kawasan pemukiman di setiap RT nya, setiap akses yang ada di

kawasan ini saling terhubung ke kawasan RT lainnya karena aktifitas warga sekitar yang

termasuk banyak dan sirkulasi ini lah yang membantu pada warga di sekitar pemukiman untuk

mencapai pada suatu kegiatan sehari -harinya. Jalan yang terdapat di kawasan ini terdapat

jalan bersifat linier dan dari masing-masing jalan memiliki material yang berbeda yaitu ada

yang menggunakan material paving block, aspal, keramik yang berwarna kuning dan coran

beton

Gambar 4. 15 Pola Sirkulasi RW 02

Ruang terbuka di sekitar Keraton Kacirebonan terdapat di beberapa titik di sekitar

pemukiman,ruang terbuka ini terbentuk secara terencana maupun tidak terencana. Letak dari

Page 28: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

20

ruang terbuka beragam seperti terdapat di area sirkulasi, area ruang terbuka digunakan oleh

warga sekitar untuk melakukan kegiatan seperti berkumpul, kegiatan Keraton, dan kegiatan

bermain anak-anak. Ruang terbuka di area pemukiman memiliki dimensi yang tidak terlalu

besar karena adanya keterbatasan lahan dan pemukiman yang padat.

Gambar 4. 16 Pola Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka di wilayah Rukun Tetangga 03 terdapat di area sirkulasi di wilayah tersebut.

Terdapat dua ruang terbuka yang ada di Rukun Tetangga ini yang berada di sebelah barat dan

timur dari sirkulasi yang ada di dalamnya. Ruang terbuka terbentuk akibat aktivitas

masyarakat itu sendiri maupun dari sisa lahan yang tidak di bangun bangunan di atasnya.

Hanya terdapat sedikit area hijau yang ada di salah satu ruang terbuka. Memiliki luas 12

sampai 24 m² yang biasa digunakan masyarakat untuk berkumpul, bermain pada pagi dan sore

hari.

Gambar 4. 17 Area Ruang Terbuka

Rukun Tetangga 04 (Gambar 3.5) merupakan Rukun Tetangga yang memiliki luas yang cukup

besar. Di dalamnya terdapat lima titik ruang terbuka, termasuk di dalam Komplek Keraton

Kacirebonan. Tiga ruang terbuka berada di jalan atau gang samping barat Keraton

Kacirebonan. Terdapat juga ruang terbuka di wilayah Utara Rukun Tetangga 04 pada halaman

Page 29: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

21

rumah yang berada di area tersebut. Sebagian besar ruang terbuka tidak memliki area hijau di

dalamnya, kecuali ruang terbuka yang berada di Keraton Kacirebonan merupakan ruang

terbuka hijau terencana. Ruang terbuka yang berata di RT ini memiliki luas 35 sampai 94 m²

yang digunakan berbagai aktivitas oleh masyarakat seperti berkumpul, bermain, mencuci

maupun aktivitas dari Keraton Kacirebonan.

Gambar 4. 18 Area ruang terbuka RT 05

Di Wilayah Rukun Tetangga 05 terdapat tiga area ruang terbuka yang menjadikannya sebagai

pusat aktivitas di sekitar area tersebut. Umumnya diawali dari aktivitas dari bangunan di dekat

area tersebut tersebut sehingga menjadi aktivitas ruang terbuka yaitu aktivitas di Posyandu

dan Pos Jaga. Ketiga runga terbuka tersebut bukan ruang terbuka hijau namun di beberapa

area ruang terbuka terdapat tanaman-tanaman besar seperti pohon yang membuat ruang

terbuka menjadi lebih sejuk dan terlindungi dari sinar matahari.

4.2.3 Kenyamanan Termal Pada Ruang Dalam Bangunan Induk Keraton Kacirebonan Keraton Kacirebonan merupakan salah satu dari empat keraton yang terletak di Kota Cirebon.

Bangunan ini mengalami perkembangan fungsi dari tempat tinggal menjadi bangunan publik

yang berfungsi sebagai museum atau tempat menyimpan barang koleksi terkait dengan

peninggalaan Kesultanan Kacirebonan. Sebagai bangunan publik, kenyamanan termal

menjadi aspek penting dalam bangunan ini, terkait dengan kenyamanan pengguna maupun

keawetan benda-benda koleksi bangunan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan lokasi

bangunan terletak di daerah iklim tropis dengan tingkat suhu udara dan kelembapan yang

cukup tinggi yang menjadi kendala untuk mencapai kenyamanan termal pada bangunan

tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kenyamanan termal pada Keraton

Kacirebonan khususnya bangunan induk terkait dengan desain bukaan dan faktor eksternal

yang mempengaruhi kenyamanan termal itu sendiri. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode evaluatif yaitu metode dengan cara membandingkan antara data

lapangan dengan teori atau standar yang digunakan. Tingkat faktor lingkungan terkait suhu

udara dan kelembapan udara yang tinggi serta kecepatan udara yang rendah menjadi kendala

untuk memperoleh kenyamanan termal pada bangunan induk Keraton Kacirebonan.

Page 30: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

22

a) Analisis Desain Bukaan Terkait Kenyamanan Termal pada Bangunan a.1 Lokasi Bukaan Lokasi bukaan berkaitan dengan posisi inlet dan outlet secara potongan. Pembahasan

disini lebih difokuskan pada perbedaan elevasi/ ketinggian antara inlet dan outlet yang

ditinjau secara potongan ruang yang mempengaruhi arah pergerakan udara. Untuk

mendukung kenyamanan termal, posisi inlet dan outlet harus tepat salah satunya dengan

sistem cross ventilation sehingga udara di dalam ruang menjadi merata.[2]

Berdasarkan gambar 3, posisi inlet dan outlet pada bangunan induk Keraton Kacirebonan

memiliki elevasi yang berbeda sehingga pergerakan udara di dalam ruang dapat terjadi

secara merata. Bukaan inlet pada bagian utara berupa jalusi sedangkan outlet pada bagian

selatan berupa jendela casement side hung. Perbedaan elevasi inlet dan outlet pada

bangunan induk Keraton Kacirebonan mengakibatkan terbentuknya cross ventilation

sehingga pergerakan udara dapat terjadi secara merata untuk memperoleh kenyamanan

termal di dalam bangunan.

Gambar 4. 19 Lokasi inlet dan outlet bangunan induk Keraton Kacirebonan secara

potongan -A

a.2 Dimensi Bukaan Dimensi bukaan berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam ruangan. Luas minimal

bukaan udara diperlukan agar sirkulasi udara berjalan dengan baik. Luas ini merupakan

nilai rata-rata yang diperlukan untuk ventilasi atau penghawaan alami suatu ruang di

iklim tropis basah dengan kondisi kecepatan udara normal (0,6 m/s – 1,5 m/s). [2]

Perhitungan luas minimal suatu bukaan udara masuk (inlet) pada fasad suatu ruang terdiri

dari 2 cara yaitu: [2]

1. Berdasarkan luas dinding fasad ruang adalah 40%-60% luas dinding.

2. Berdasarkan luas ruang adalah 20% luas ruang.

Bangunan induk Keraton Kacirebonan terdiri dari beberapa ruangan, analisis dimensi

dan rasio bukaan dilakukan hanya pada ruang-ruang yang bisa diakses oleh publik. Zona-

zona ruang yang dianalis dijelaskan pada gambar 4, dengan warna yang berbeda disetiap

zona ruangnya.

Page 31: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

23

Gambar 4. 20 Zona ruang bukaan bangunan induk Keraton

Kacirebonan

Gambar 4. 21 Analisis Dimensi Bukaan

Berdasarkan tabel 1. luas bukaan bangunan induk Keraton Kacirebonan tidak memenuhi

nilai luas minimal baik perhitungan secara luas dinding fasad maupun perhitungan secara

luas ruang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dimensi dan rasio bukaan bangunan

induk Keraton Kacirebonan belum memenuhi syarat untuk memperoleh kenyamanan

termal.

Tipe bukaan berkaitan dengan efektivitas laju udara di dalam bangunan. Tipe bukaan

yang tepat dapat mengoptimalkan arah gerak udara serta efektivitas laju udara dan

Page 32: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

24

pergantian udara yang terjadi dalam ruang guna mendukung perolehan kenyamanan

termal.

Gambar 4. 22 Tipe Bukaan

Berdasarkan gambar sebagian besar tipe bukaan bangunan induk Keraton Kacirebonan

menggunakan tipe casement side hung dengan jalusi terbuka pada bagian atasnya.

Pergerakan udara merupakan potensi untuk mencapai kenyamanan termal pada

bangunan Keraton Kacirebonan karena tingkat kelembapan dan suhu udara yang tinggi

sehingga udara dengan suhu dan kelembapan yang tinggi akan tergantikan oleh udara

dengan suhu dan kelembapan udara yang lebih rendah. Oleh karena itu tipe bukaan

casement side hung paling efektif untuk mendukung perolehan kenyamanan termal pada

bangunan induk Keraton Kacirebonan karena tipe bukaan ini memiliki efektivitas laju

udara sebesar 90%. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa desain bukaan

terkait tipe bukaan pada bangunan induk Keraton Kacirebonan baik untuk memperoleh

kenyamanan termal.

Pengarah bukaan adalah bagian dari inlet dan komponen fasad bangunan berupa sirip

yang menentukan arah gerak udara dalam ruang. Pada bukaan jendela, bagian dari inlet

yang berfungsi sebagai pengarah adalah daun jendela dan kisi-kisi. Dengan desain yang

fleksibel, sudut kemiringan daun jendela dan kisi-kisi dapat diatur agar udara dalam

ruang dapat diarahkan sesuai kebutuhan.

Desain fasad bangunan induk Keraton Kacirebonan sebagian besar tidak memiliki

pengarah bukaan untuk pergerakan udara ke dalam bangunan. Tipe bukaan (inlet) pada

bangunan ini juga kurang fleksibel untuk dijadikan sebagai pengarah gerak udara pada

bangunan. Oleh karena itu dapat disimpulkan desain bukaan bangunan induk Keraton

Kacirebonan belum sepenuhnya memiliki pengarah bukaan untuk mendukung

kenyamanan termal.

Page 33: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

25

Gambar 4. 23 Pengarah Bukaan

b) Analisis Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal pada Bangunan Faktor eksternal yang mempengaruhi kenyamanan termal terdiri dari suhu udara,

kelembapan udara dan kecepatan udara. Pengukuran faktor eksternal dilakukan dengan

alat ukur berupa anemometer untuk suhu udara dan kecepatan angin, hygrometer untuk

pengukuran kelembapan udara.

b.1 Analisis Suhu Udara Suhu udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal.

Penyebab utama terjadinya perubahan dan perbedaan suhu udara adalah perbedaan

intensitas radiasi panas matahari yang diterima. [2] Menurut R.M. Soegijono, tingkat

suhu udara atau temperatur yang diperlukan untuk mencapai kenyamanan termal di

Indonesia adalah 240C < T< 260C. [3]

Pengukuran suhu udara dilakukan menggunakan anemometer dengan satuan 0C.

Pengukuran ini dilakukan dalam tiga elevasi yang berbeda yaitu pada ketinggian 50 cm,

150 cm dan 200 cm.

Page 34: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

26

Tabel 4. 1 Analisis Suhu Udara

Page 35: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

27

Berdasarkan tabel 3. hampir seluruh hasil pengukuran suhu udara pada bangunan induk

keraton kacirebonan dalam kondisi tidak nyaman. Pengukuran suhu udara dilakukan

dalam tiga ketinggian yaitu ketinggian 50 cm, 150 cm dan 200 cm. Berdasarkan hasil

analsis, semakin tinggi elevasi pengukuran tingkat suhu udara semakin meningkat

walaupun peningkatan tidak terlalu signifikan. Suhu udara nyaman terdapat pada

pengukuran titik 1 pada waktu sesi 3. Sedangkan suhu udara tidak nyaman hampir

terdapat disetiap pengukuran.

Page 36: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

28

Tabel 4. 2 Analisis Suhu Udara

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa kenyamanan termal terkait suhu udara pada

bangunan induk Keraton Kacirebonan kurang nyaman karena presentase suhu udara

nyaman hanya mencapai 1.45% sedangkan presentase suhu udara tidak nyaman

mencapai 98.55%. Kondisi suhu udara yang tinggi dapat disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah kondisi suhu eksternal yang tinggi dan kondisi bukaan yang tertutup.

Suhu udara eksternal mencapai 29.5 0C dan suhu tertinggi 33.4 0C.

b.3 Analisis kelembapan udara Nilai kelembapan udara adalah indikator banyaknya kandungan uap di udara. Makin

banyak uap airnya maka udara makin lembap. Kelembapan udara sangat mempengaruhi

perolehan kenyamanan termal. Tingkat kelembapan yang terlalu tinggi atau terlalu

rendah akan menjadi kendala untuk memperoleh kenyamanan termal. Menurut Nur

Laela, kelembapan udara untuk mencapai kenyamanan termal di Indonesia adalah

40%<RH<60%.[2]

Page 37: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

29

Tabel 4. 3 Analisis Kelembaban Udara

Berdasarkan tabel 8, sebagian besar hasil pengukuran kecepatan udara pada bangunan

induk keraton kacirebonan dalam kondisi tidak nyaman. Kecepatan udara nyaman

terdapat zona ruang F dikarenakan kondisi ruangan ini semi terbuka, sedangkan

kecepatan udara tidak nyaman hampir terdapat disetiap ruang dalam bangunan induk.

Tabel 4. 4 Analisis Kelembaban

Page 38: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

30

Berdasarkan tabel 8, sebagian besar hasil pengukuran kecepatan udara pada bangunan

induk keraton kacirebonan dalam kondisi tidak nyaman. Kecepatan udara nyaman

terdapat zona ruang F dikarenakan kondisi ruangan ini semi terbuka, sedangkan

kecepatan udara tidak nyaman hampir terdapat disetiap ruang dalam bangunan induk.

Berdasarkan tabel di atas, kenyamanan termal ditinjau dari kecepatan udara pada

bangunan induk Keraton Kacirebonan tidak nyaman karena presentase kecepatan udara

nyaman hanya mencapai 7.57% sedangkan presentase kecepatan udara tidak nyaman

mencapai 92.43%. Kondisi kecepatan udara rendah dapat disebabkan karena kondisi

bukaan yang tertutup sehingga tidak ada inlet ke dalam ruangan

Berdasarkan tabel. hampir seluruh hasil pengukuran kelembapan pada bangunan induk

keraton kacirebonan dalam kondisi tidak nyaman. Kelembapan udara nyaman terdapat

pada pengukuran titik 9 dan 10 pada waktu sesi 2, sedangkan kelembapan udara tidak

nyaman hampir terdapat disetiap pengukuran.

b.4 Analisis kecepatan udara Kecepatan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal.

Kecepatan udara untuk mendapatkan kenyamanan termal di Indonesia adalah 0,6 m/det

- 1,5 m/det. Jika lebih cepat dari batas tersebut maka angin adalah kendala karena terasa

begitu kencang. Sebaliknya jika kecepatan udara lemah mendekati 0 m/s maka hal ini

juga merupakan kendala karena sulit terjadi pergantian udara yang suhu dan

kelembapannya lebih tinggi oleh udara yang suhu dan kelembapannya rendah, sehingga

makin sulit mendapat kenyamanan termal.

Tabel 4. 5 Kecepatan Udara

Berdasarkan tabel di atas, kenyamanan termal ditinjau dari kecepatan udara pada

bangunan induk Keraton Kacirebonan tidak nyaman karena presentase kecepatan udara

nyaman hanya mencapai 7.57% sedangkan presentase kecepatan udara tidak nyaman

mencapai 92.43%. Kondisi kecepatan udara rendah dapat disebabkan karena kondisi

bukaan yang tertutup sehingga tidak ada inlet ke dalam ruangan

Page 39: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

31

4.2.4 Perkembangan Budaya Dan Pemakaian Material Pada Bangunan Keraton Kacirebonan Ditinjau Dari Periodisasi Pembangunan

Budaya yang berkembang di kota Cirebon yang kemungkinan dapat mempengaruhi arsitektur

Keraton Kacirebonan adalah Budaya Hindu, Budaya Jawa, Budaya Islam, China/Tiongkok

dan Kolonialisme.

Disamping itu era pemakaian material dipengaruhi oleh trend teknologi yang terbarukan di

saat itu yang berkembang di dunia luar. Teknologi-teknologi ini dibawa melalui perdagangan

dan penjajahan. Kota Cirebon memiliki pelabuhan tempat bertemunya para pedagang dari

Eropa, Gujarat, Tiongkok, dll. Dan pada abad ke 15 masuknya penjajahan Belanda.

Material merupakan bagian dari perkembangan teknologi, dan langgam arsitektur.

Perkembangannya tercemin pada karya-karya arsitektur pada masanya. Berikut timeline dari

perkembangan arsitektur di Indonesia.

Gambar di bawah menjelaskan adanya ke-khas-an dalam karya setiap kebudayaan, pada

zaman Hindu dan Budha karya arsitektur berupa Candi, zaman tiongkok berupa produk khas

china/tiongkok yang dibawa oleh pedagang,perkembangan arsitektur china/tiongkok di

Indonesia dimulai pada abad ke-14 berupa permukiman koloni di pesisir pantai. Kebudayaan

Islam membawa karya/artefak berbentuk material kayu. Kolonialisme membawa teknologi

terbarukan pada saatnya yaitu beton, dan kaca.

Berikut ini analisis penggunaan material dan pengaruh budaya pada setiap bangunan di

keraton Kacirebonan.ditinjau dari periodisasi

Page 40: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

32

Page 41: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

33

Gambar 4. 24 Perkembangan Material, Trend Arsitektur dalam Periodisasi Budaya dan Pembangunan Keraton Kacirebonan

Page 42: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

34

Tabel 4. 6 Analisis Penggunaan Material, Periodisasi dan Pengaruh Budaya

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

AWAL 1814

1.1 GERBANG UTAMA KERATON,

Gerbang

sebagai pintu

masuk utama

Kawasan

keraton.ini di

bangunn

pada awal

berdirinya

kacirebonan

pada tahun

1814.

1. Kepala

Bagian kepala dari pintu gledegan berbemtuk atap joglo dengan penutup

genteng tanah liat. Demikian bentuk dari arsitektur jawa

Atap Joglo

2. Badan

Pada bagian badan di bentuk oleh dinding berukuran cukup besar

sebagai pemikul bebas berbahan bata merah besar,plesteran dan

finishing cat. Pintu gerbang diperbaharui tahun 2016

Material yang digunakan :

- Genteng Tanah Liat

- Batu Bata

- Kayu

- pleteran

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

Page 43: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

35

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

1.2 PANCARATNA (PASEBAN WETAN),

Dibangun

pada tahun

1814,

berfungsi

sebagai ruang

tunggu para

bangsawan

sebelum

bertemu

sultan.

a. Kepala

Atap berbentuk atap Joglo dengan material penutup genteng tanah liat.

Dan lisplank dari kayu dan plafong menggunakan papan kayu,

bangunan ini merupakan arsitektur Jawa.

Page 44: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

36

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

b. Badan

Bagian badan dibentuk dari dua buah kolom plester tanah liat, sepuluh

buah kolom kayu, serta dinding terbuat dari bata dan plester finishing

cat putih.

Page 45: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

37

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

c. Kaki

Bagian bawah bangunan menggunakan lantai tegel merah

.

Page 46: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

38

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

1.3 PANCANITRI (PASEBAN KULON),

Pancanitri

dibangun

pada tahun

1814 dan

berfungsi

sebagai

tempat

tunggu rakyat

sebelum

bertemu

sultan.s

a. Kepala

struktur atap kayu jati dan penutup atap genteng tanah liat.

b. Badan

Material dinding batu bata merah yang berukuran besar kemudian

di plester dan di finishing cat. Pilar-pilar yang digunakan berasal

dari kayu jati. plafond menggunakan bilik bambu

c. Kaki

lantai menggunakan material tegel

Material yang digunakan :

- Genteng Tanah Liat

- Batu Bata

- Kayu

- Bambu

- Tegel

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

1.4 PRABAYAKSA

Prabayaksa

di berdiri

pada tadhun

1814 yang

berfungsikan

sebagai

tempat

kediaman

Sultan dan

tempat

penyimpanan

kebesaran

barang

kesultanan.

a. Kepala

Pada bagian atap berbentuk atap joglo finishing genteng tanah

liat, bentuk merupakan arsitektur jawa.

b. Badan

Material dinding batu bata merah yang berukuran besar kemudian

di plester dan di finishing cat. Pilar-pilar yang digunakan berasal

Material yang digunakan :

- Genteng Tanah Liat

- Batu Bata

- Kayu

- Bambu

- Tegel

- Plester

- Besi Bulat

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

Page 47: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

39

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

dari kayu jati. pilar depan dari besi bulat, plafond menggunakan

bilik bamboo,

c. Kaki Bangunan

lantai menggunakan material tegel

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

1.5 MASJID

Masjid/Tajug

bediri pada

tahun 1814

pada saat

terbentuknya

Keraton

Kacirebonan.

Masjid ini

berfungsi

sebagai

tempat

ibadah.

a. Kepala

Pada bagian kepala berbentuk segitu merucut keatas dan

penambahan atap prisai dengan penutup genteng tanah liat dan

lispank kayu dan pada ujung atap terdapat ornamen tanaman.

b. Badan

Material yang digunakan :

- Genteng Tanah Liat

- Batu Bata

- Kayu

- Plester

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

Page 48: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

40

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

Pada badan terdapat kolom dengan bahan beton, plester finishing

cat putih. Pada jendela berbentuk melengkung dengan penutup

tralis dari besi. Bagian pintu menggunakan kayu terdapat ornamen

tanaman perkemangan islam.

Jendela dan kolom

Pintu Material baru

c. Kaki

Page 49: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

41

PERIODISASI. BANGUNAN FUNGSI ANALISIS MATERIAL MATERIAL DAN

PENGARUH BUDAYA

Pada kaki menggunakan bahan tegel merah dan keramik putih

merupakan hasil perbaikan material

Page 50: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

42

1.6 LAWANG/GAPURA PADURAKSA SELAMETENGKAP (PINTU HIJAU),

.

Fungsi pintu

hijau sebagai

gate pada

penyambutan

perayaan

khusus yg

dimana

gerbang

tengah akan

di buka pada

acara khusus

seperti

mauled nabi

dan adat

kacirebonan

lainya. Pintu

hijau ini

dibuat pada

tahun 1814.

a. Kepala

Pada bagian kepala pintu kliningan berbentuk piramida

terpancung atasnya yang terbuat dari bata merah cukup besar

dengan plester. Bentuk merupakan hasil dari arsitektur Hindu-

Budha.

b. Badan

Pada bagian badan terdapat unsur garis lengkung yang

menyerupai bentuk tumbuhan. Material pintu utama yaitu pintu

berdaun dua berbahan kayu. Bentuk sulur tumbuhan membentuk

badan gerbang merupakan arsitektur islam.

c. Kaki

Pada bagian bawah memakai material berupa tegel dengan plester

di lantainya.

Material yang digunakan :

- Batu Bata

- Kayu

Pengaruh dari :

3 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

4 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

Page 51: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

43

1.7 PINTU SAMPING/PINTU KLININGAN,

terletak di

sisi kiri dan

kanan

Keraton.

Pintu ini juga

memiliki

makna

sebagai

bagian dari 2

kalimat

syahadat.

Pintu

Kliningan di

bangun pada

tahun 1814.

a. Kepala

Pada bagian kepala pintu kliningan berbentuk piramida terpancung

atasnya yang terbuat dari bata merah cukup besar dengan plester.

b. Badan

Pada bagian badan dinding terbuat dari bata merah cukup besar, plester

dan finishing cat putih. Dengan pintu terbuat dari kayu serta pada lubang

ventilasi terdapat ornament geomtris merupakan perkembangan

arsitektur kolonial dan cina.

Material yang digunakan :

- Batu Bata

- Kayu

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

Page 52: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

44

c. Kaki

Pada bagian bawah terdapat lantai yang berbahan ubin tegel dengan

plester.

KEDUA 1851-1916

2.1 GEDUNG HIJAU, Gedung Hijau

berfungsi

sebagai tempat

tinggal

keluarga Sultan

dan bangunan

ini berdiri pada

tahun 1851.

a. Kepala

Pada bagian atap berbentuk perisai dengan material penutup

genteng tanah liat dan bagian selasar menggunakan atap miring.

Material yang digunakan :

- Genteng Tanah Liat

- Batu Bata

- Kayu

- Bambu

- Tegel

Page 53: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

45

b. Badan

Pada bagian badan bangunan terbuat dan dinding bata merah,

plester dan finishing cat putih. Kolom berbahan beton dan

finishing cat putih dan terdapat kolom kayu pada bagian pintu

berbahan kayu serta lubang ventilasi berbentuk ornament

geometris yang merupakan bentukan dari arsitektur cina.

- Plester

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

Page 54: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

46

c. Kaki

Pada bagian kaki berbahan tegel merah.

Lantai Tegel Merah

Page 55: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

47

PERIODE KETIGA 1916-1931

3.1 PRINGGOWATI

Berfungsikan

sebagai

tempat Istri

Sultan berdiri

pada tahun

1933

a. Kepala

Kepala Pendopo berbentuk atap prisai dan penutup genteng tanah

liat. Sedangkan atap selasar berbentuk atap miring dengan

penutup asbes, lisplan polos ornament.

b. Badan

Pada badang dinding bata ukuran cukup besar di plester dan kolom

plester tanah merah dan kayu yang menopang struktur selesar.

Material dan plester dan bata merupakan jaman arsitektur kolonial.

Material yang digunakan :

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

Page 56: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

48

Pada lubang bentilasi di atas pintu terdapat ornamen geometris

Page 57: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

49

c. Kaki

Pada bagian bawah material yang dipakai yaitu keramik tegel

merah tanpa ornamen.

PERIODE KEEMPAT 1933

4.1 KAPUTREN,

sebagai

tempat

tinggal putra

dan putri

sultan.

Bangunan ini

berdiri pada

tahun 1933.

a. Kepala

Bagian kepala berbentuk atap prisai dengan penutup dari genteng tanah

liat.

b. Badan

Bagian dari badan dinding ter buat dari bata merah plesteran finishing

cat putih. Yang merupakan perkembangan dari arsitektur kolonial.

Kolom dari plester tanah merah. Bentuk dari lubang vemtilasi terdapat

ornament geomteris merupakan bentukan dari arsitektur cina.

Material yang digunakan :

- Genteng Tanah Liat

- Batu Bata

- Kayu

- Beton

Pengaruh dari :

1 ) Budaya Arsitektur

Lokal Jawa

2 ) Budaya Kolonialisme

Warna Hijau Pengaruh dari

budaya Islam

Page 58: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

50

c. Kaki

Baian bawah terdapat tangga dan teras yang menggunakan bahan

keramik tegel merah.

Page 59: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

51

Dari tabel analisis di atas, dapat digambarkan bahwa setiap bangunan pada periodisasi awal,

kedua, ketiga dan keempat, menggunakan material yang sama yaitu:

Genteng Tanah Liat, untuk bagian penutup atap

Batu Bata, untuk bagian dinding

Kayu, untuk bagian kolom dan Kusen

Bambu, untuk bagian plafond

Tegel, untuk bagian Lantai

Besi Bulat, untuk bagian kolom di Prabayaksa

Plesteran dan Cat, untuk bagian finish Dinding

Material genteng tanah liat, batu bata, Kayu, tersebut dipengaruhi oleh budaya local-Jawa

sedangkan material tegel, besi bulat, plesteran dan Cat dari budaya colonial.

Analisis lainnya berdasarkan observasi di lapangan terdapat pengaruh budaya lain namun

tidak berkaitan langsung dengan unsur material pembentuk. Jika dilihat dari sisi arsitektur

sangat mempengaruhi bentuk visualnya yaitu :

Budaya Jawa mempengaruhi bentukan atap joglo

Budaya Hindu mempengaruhi detail/ornament pada lawang/gapura

Budaya Islam mempengaruhi warna, ornament geometris dan simbolisme keraton

Budaya China/Tiongkok hanya terdapat pada ornament piring keramik pada dinding

gapura

4.2.5 Desain Bangunan Prabayaksa Ditinjau Dari Penggunaan Bahan Bangunan Kota Cirebon adalah sebuah Kota dengan sejarah wilayah yang dipimpin oleh seorang Sultan,

sekaligus sebagai pusat pemerintahan. Pada masa pemerintahan Kota Cirebon memiliki 3

keraton yang didirikan di Kota ini. Keraton pertama adalah Keraton Kasepuhan yang awalnya

dipimpin oleh Pangeran Martawijaya atau dikenal dengan Sultan Sepuh I. Keraton kedua

adalah Keraton Kanoman yang dipimpin oleh Pangeran Kertawijaya dikenal dengan Sultan

Anom I. Keraton ketiga adalah Keraton Kacirebonan yang dipimpin oleh Pangeran

Wangsakerta atau Panembahan Cirebon I.

Bangunan Keraton Kacirebonan yang telah berdiri sejak tahun 1814 dipakai sebagai pusat

pertemuan, pusat pemerintahan, pusat kebudayaan dan penembangannya, sekaligus sebagai

tempat tinggal Sultan Kacirebonan beserta keluarga. Keraton Kacirebonan juga digunakan

sebagai wadah aktifitas keagamaan dan upacara adat. Bangunan inti Prabayaksa yang terletak

didalam Kawasan Keraton Kacirebonan dirancang guna mewadahi fungsi kegiatan keraton ini

ditunjang oleh konstruksi yang menggunakan berbagai jenis bahan bangunan, baik sebagai

elemen penutup atap, penyekat ruang, dan lantai. Guna mengetahui bahan apa saja yang

digunakan maka dilakukan penelusuran terhadap elemen atap, penyekat ruang, dan lantai pada

desain bangunan prabayaksa ditinjau dari kegiatan keraton.

Penelusuran pada bahan bangunan yang digunakan, menjadi masukan dalam menyajikan

denah, tampak, dan potongan yang sesuai dengan penerapan bahannya pada desain.

Page 60: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

52

Tabel 4. 7 Analisa Kegiatan Keraton yang Terkait Dengan Kebutuhan Ruang

ZONING UNSUR / KEGIATAN KETERANGAN

ZONA

PUBLIK

a. Unsur ritual

I. Kegiatan keagamaan islam

b. Unsur wadah social

I. Kegiata acara adat

II. Kegiatan berkomunikasi

dengan rakyat

III. Aktifitas acara sakral

Pada Keraton Kacirebonan memiliki kegiatan

keagamaan islam antara lain :

a. Tradisi Suraan adalah menyambut tahun

baru Islam 1 Muharam 1437,

b. Tradisi Syafaran adalah menyambut

bulan safar yang dipercaya sebagai

bulan bala bencana,

c. Tradisi Muludan adalah upacara adat

yang dilaksanakan setiap bulan Mulud

(Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati,

d. Tradisi Maulid Nabi adalah peringatan

hari lahir Nabi Muhammad SAW.,

e. Tradisi Rajaban adalah memperingati

Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.,

f. Tradisi Rowahan adalah mendoakan

orang yang telah meninggal dunia,

g. Kegiatan Tarawehan adalah shalat sunah

yang dilakukan pada malam hari di

bulan Ramadhan,

h. Kegiatan Likuran adalah malam sehabis

shalat taraweh berjamaah selesai,

i. Kegiatan Tadarusan di bulan Ramadhan

adalah mashdar yang berarti

pembelajaran secara bersama – sama

atau saling belajar al-quran,

j. Perayaan Idul Adha atau Raya Agungan

adalah hari raya Islam yang diperingati

peristiwa qurban,

k. Perayaan Idul Fitri atau grebeg syahwal

adalah hari raya umat Islam yang jatuh

pada tanggal 1 syawal, dan

l. Kegiatan Ruwahan tradisi setiap

menjelang bulan suci Ramadhan.

Kegiatan keagamaan islam tersebut

merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada

zona publik (diikuti oleh seluruh rakyat yang

berada di wilayah Keraton Kacirebonan)

sehingga tidak membutuhkannya ruangan. Pada

desain banngunan Prabayaksa terdapat alun –

alun dan lapangan yang didesain khusus untuk

kegiatan keagamaan islam tersebut.

Pada Keraton Kacirebonan memiliki kegiatan

acara adat antara lain :

a. Ritual Tedak Siti dan mudun Lemah

adalah kegiatan saat bayi sudah berusia

7 bulan, dan

Page 61: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

53

ZONING UNSUR / KEGIATAN KETERANGAN

b. Panjang Jimat adalah tradisi yang telah

ada dari dulu yang diturun

temurunkan.

Kegiatan acara adat tersebut merupakan kegiatan

yang dilaksanakan pada zona publik (diikuti oleh

seluruh rakyat yang berada di wilayah Keraton

Kacirebonan) sehingga tidak membutuhkannya

ruangan. Pada desain bangunan Prabayaksa

terdapat lapangan yang didesain khusus untuk

kegiatan acara adat.

Pada Keraton Kacirebonan memiliki kegiatan

berkomunikasi dengan rakyat antara lain :

a. Kegiatan Paguneman adalah

berbincangan antara sultan dan rakyat

mengenai permasalahan masyarakat.

Kegiatan berkomunikasi dengan rakyat tersebut

merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada

zona publik (diikuti oleh seluruh rakyat yang

berada di wilayah Keraton Kacirebonan)

sehingga kegiatan ini membutuhkan ruangan

yang tertutup. Pada desain bangunan Prabayaksa

terdapat pedaleman yang didesain khusus untuk

kegiatan berkomunikasi dengan rakyat.

Pada Keraton Kacirebonan memiliki kegiatan

acara sakral antara lain :

a. Pernikahan merupakan acara

pengikatan yang dirayakan atau

dilaksanakan oleh keluarga sultan.

Kegiatan acara sakral tersebut merupakan

kegiatan yang dilaksanakan pada zona publik

(diikuti oleh seluruh rakyat yang berada di

wilayah Keraton Kacirebonan) sehingga tidak

membutuhkannya ruangan. Pada desain

bangunan Prabayaksa terdapat lapangan yang

didesain khusus untuk kegiatan acara sakral.

ZONA SEMI

PUBLIK

a. Unsur wadah sosial

I. Kegiatan

pertemuan

pemerintahan

Pada Keraton Kacirebonan memiliki

kegiatan pertemuan pemerintahan antara

lain :

a. Rapat antara sultan dan pemerintah

merupakan kegiatan yang

membicarakan mengenai

pemerintahan daerah.

Page 62: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

54

ZONING UNSUR / KEGIATAN KETERANGAN

Kegiatan pertemuan pemerintahan tersebut

merupakan kegiatan yang dilaksanakan

pada zona semi publik (diikuti oleh

pemerintah kota Cirebon dan sultan Keraton

Kacirebonan) sehingga membutuhkan

ruangan. Pada desain bangunan Prabayaksa

terdapat ruang prabayaksa yang didesain

khusus untuk kegiatan pertamuan

pemerintahan.

ZONA

PRIVAT

a. Unsur wadah sehari – hari

(rutin)

I. Aktifitas beristirahat

II. Aktifitas

membersihkan badan

III. Aktifitas makan

IV. Aktifitas membuat

makanan

Pada Bangunan Prabayaksa terdapat

aktifitas beristirahat yaitu aktifitas yang

dilakukan oleh sultan berserta keluarganya.

Aktifitas tersebut berada pada zona privat.

Pada desain bangunan Prabayaksa ini

terdapat ruang tidur.

Pada Bangunan Prabayaksa terdapat

aktifitas membersihkan badan yaitu aktifitas

yang dilakukan oleh sultan beserta

keluarganya. Aktifitas tersebut berada pada

zona privat. Pada desain bangunan

Prabayaksa ini terdapat kamar mandi.

Pada Bangunan Prabayaksa terdapat

aktifitas makan yaitu aktifitas yang

dilakukan oleh sultan beserta keluarganya.

Aktifitas tersebut berada pada zona privat.

Pada desain bangunan Prabayaksa ini

terdapat ruang makan.

Pada Bangunan Prabayaksa terdapat

aktifitas membuat makanan yaitu aktifitas

yang dilakukan oleh sultan beserta

keluarganya. Aktifitas tersebut berada pada

zona privat. Pada desain bangunan

Prabayaksa ini terdapat dapur.

Page 63: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

55

Tabel 4. 8 Analisa Bahan Bangunan yang Digunakan Pada Bangunan Prabayaksa

NO. GAMBAR BAHAN KETERANGAN

1.

PLAFON PRABAYAKSA

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna putih

• Ukuran plafon

• Elevasi 4 m

PLAFON R.TENGAH

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna krem

• Ukuran plafon

• Elevasi 3.8 m

PLAFON PEDALEMAN

• Bahan material Kayu jati &

anyaman bambu

• Finishing Cat kayu

• Ukuran plafon

• Elevasi 3.8 m

2.

BALOK

Balok Anak

• Ukuran balok 15/15

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna hijau

• Jarak bentang

Balok Induk

• Ukuran balok 15/15

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna hijau

• Jarak bentang

4.42 m x 5.88 m

3. ORNAMEN

Ornamen Pintu

• Bahan material

• Finishing Cat warna coklat

Ornamen Dinding

• Bahan material Gypsum

Page 64: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

56

NO. GAMBAR BAHAN KETERANGAN

• Finishing

Cat warna kuning

emas

4.

KOLOM

• Ukuran kolom

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna hijau

• Jarak bentang 4.42 m x 5.88 m

5.

LANTAI

Lantai Prabayaksa

• Finishing lantai Tegel PC

• Ukuran 25 x 25 cm

Lantai R.Tengah

• Finishing lantai Tegel PC

• Ukuran 25 x 25 cm

Lantai R.Tengah Pedaleman

• Finishing lantai Tegel PC

• Ukuran 25 x 25 cm

Lantai R.Dokumen

• Finishing lantai Tegel PC

• Ukuran 25 x 25 cm

Lantai R.Pedaleman

• Finishing lantai Tegel PC

• Ukuran 25 x 25 cm

Lantai R.Souvenir

• Finishing lantai Tegel PC

• Ukuran 25 x 25 cm

Lantai Tangga

• Finishing lantai Tegel PC

Page 65: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

57

NO. GAMBAR BAHAN KETERANGAN

• Ukuran

25 x 25 cm

6.

Penyangga

• Ukuran 15/13

• Bahan material Kayu jati

• Finishing

Cat warna hijau

7.

Umpak

• Ukuran

• Bahan material

• Finishing

Cat warna hijau

8.

JENDELA

• Ukuran 2.05 m x 1.60 m

• Kusen 16.5 / 16.5

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna hijau

• Material ornamen

• Tebal kaca

DINDING

Dinding Aula

• Sistem struktur Dinding ½ bata

• Ukuran / tebal

dinding

15 cm

• Bahan material Bata

• Finishing Cat warna putih

Dinding R. Tengah

• Sistem

struktur

Dinding 1 bata

• Ukuran / tebal

Dinding

Page 66: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

58

NO. GAMBAR BAHAN KETERANGAN

• Bahan material Bata

• Finishing Cat warna Putih

Dinding R.Kerja

• Sistem struktur Dinding 1 bata

• Ukuran / tebal

dinding

• Bahan material Bata

• Finishing Cat warna putih

Dinding R.Dokumen

• Sistem struktur Dinding 1 bata

• Ukuran / tebal

dinding

• Bahan material Bata

• Finishing Cat warna putih

Dinding Kamar Jimat

• Sistem struktur Dinding 1 bata

• Ukuran / tebal

dinding

• Bahan material Bata

• Finishing Cat warna putih

Dinding Gudang

• Sistem struktur Dinding 1 bata

• Ukuran / tebal

dinding

• Bahan material Bata

• Finishing Cat warna putih

Dinding R.Souvenir

• Sistem struktur Dinding ½ bata

• Ukuran / tebal

dinding

15 cm

• Bahan material Bata

• Finishing Cat warna putih

Dinding R.Pedaleman

• Sistem struktur Dinding ½ bata

• Ukuran / tebal

dinding

15 cm

• Bahan material Bata

• Finishing

Cat warna putih

Page 67: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

59

NO. GAMBAR BAHAN KETERANGAN

10.

PINTU

P1

• Ukuran 2.30 m x 1.96 m

• Kusen 15 / 15

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna hijau

• Material ornamen

P2

• Ukuran 2.33 m x 1.89 m

• Kusen 14.5 / 14.5

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna hijau

• Material ornamen

P3

• Ukuran

• Kusen

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna kuning

• Material ornamen

P4

• Ukuran

• Kusen

• Bahan material Kayu jati

• Finishing Cat warna coklat

Page 68: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

60

NO. GAMBAR BAHAN KETERANGAN

• Material ornamen

4.2.6 Rekayasa Struktur Bangunan Prabayaksa Dan Paseban Di Komplek Keraton Kacirebonan Arsitekur sebagai karya budaya tidak terlepas dari pengaruh teknologi konstruksi pada saat

itu. Teknologi konstruksi merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan

pekerjaan yang sangat dipengaruhi oleh budaya pada saat itu seperti pemahaman tentang

beban dan gaya, perinsip sambungan, serta detail sambungan.

Keraton Kacirebonan ini dipilih sebagai objek kajian dengan alasan bangunan di komplek

keraton Kacirebonan merupakan warisan budaya yang mana adanya keinginan dari pihak

keraton sendiri ingin melestarikan warisan budaya dan mengembalikan ke bentuk awal.

Bangunan Prabayaksa dan Paseban yang berada di samping area keraton Kacirebonan adalah

objek yang dipilih sebagai bahan penelitian kami.

Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji rekayasa konstruksi yang dilihat dari perancangan

struktur bangunan tersebut.Metoda yang digunakan pada penulisan ini menggunakan

deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif merupakan tahap awal dalam menemukan data

primer melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan. Observasi dilakukan melalui

pengukuran langsung, sketsa awal, foto bangunan dan lingkungan. Hasil wawancara dan

observasi fisik bangunan menjadi data primer hingga nantinya diramu bersama data sekunder.

a. Bangunan Prabayaksa Gambar Bangunan induk memiliki fungsi sebagai tempat tinggal sultan sehari – hari.

Selain itu, di bangunan ini terdapat beberapa ruang seperti ruang kerja sultan, kamar

jimat hingga ruang tunggu bila prajurit ingin menghadap sultan.

Page 69: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

61

Gambar 4. 25 Prabayaksa

b. Bangunan Paseban Barat Gambar Bangunan Paseban Barat merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat

untuk menyambut para tamu warga lokal dari kota Cirebon yang ingin bertemu dengan

sultan Kacirebonan. Bangunan ini berbentuk persegi panjang yang ditopang oleh 8 buah

tiang dan 4 saka guru (tiangutama) dan merupakan bangunan semi terbuka, dinding sisi

barat dan timur dipagari dengan tembok rendah, atapnya berbentuk joglo dengan

penutup genteng.

Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui luas bangunan Paseban barat ±

111.490986 m2 . Sehingga dapat diperkirakan denah bangunan Paseban barat.

Gambar 4. 26 Denah Paseban Barat

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa adanya perubahan

material struktur pada tiang di sisi kiri bangunan Paseban barat. Perubahan tersebut

terjadi pada kedua tiang bangunan yang awalnya menggunakan kayu, kini berubah

menjadi beton. Tidak diketahui alasan pastinya mengapa di kedua tiang ini di ubah,

Page 70: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

62

namun kami memperkirakan karena sudah tidak layak lagi digunakan dan untuk

keselamatan pengunjung, pihak keraton pun memutuskan untuk merubah jenis material

di kedua tiang ini dengan menggunakan beton. Untuk ukuran kolom saka guru

mempunyai dimensi 17cm x 17 cm, untuk balok mempunyai ukuran 15cm x 14cm.

c. Bangunan Paseban Timur Gambar Bangunan Paseban Timur merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat

untuk menyambut para tamu kehormatan (bangsawan) yang ingin bertemu dengan sultan

Kacirebonan. Bangunan ini berbentuk persegi panjang yang ditopang oleh 8 buah tiang

dan 4 saka guru (tiang utama) dan merupakan bangunan semi terbuka, dinding sisi barat

dan timur dipagari dengan tembok rendah, atapnya berbentuk joglo dengan penutup

genteng.

Gambar 4. 27 Paseban Timur

Bangunan Paseban Timur memiliki luas bangunan 85.98184 m2, pada denah bangunan

terdapat 4 buah tiang utama yang berada di tengah-tengah dengan ukuran tiang 19 x 19

cm, dan dipagari oleh tembok dengan ketingian 1.06 m. Bangunan Paseban Timur lebih

kecil dibandingkan dengan Paseban Barat, berikut adalah gambar denah Paseban timur.

Gambar 4. 28 Denah Paseban Timur

Page 71: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

63

Paseban timur ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya luasannya saja yang

membedakan antara Paseban barat dan Paseban timur. Bangunan ini memang dibuat

lebih kecil dari pada bangunan Paseban barat, karena memang Paseban timur

diperuntukan sebagai tempat untuk menunggu para tamu ( wargalokal ) saja. Berbeda

dengan Paseban barat yang diperuntukan sebagai menunggu para tamu kehormatan

seperti bangsawan dan sebagainya. Untuk ukuran kolom saka guru mempunyai dimensi

19cm x 19cm, untuk balok mempunyai ukuran 16cm x 15 cm. Kemudian tinggi

bangunan ± 5,6 m.

Sistem struktur terdiri dari elemen-elemen struktur individual dan subsusunan-

subsusunan struktur yang disambungkan bersama-sama sebagai suatu kesatuan untuk

menahan beban-beban. Sambungan yang digunakan untuk mentransfer beban vertikal

melalui struktur harus dipilih sesuai dengan sistem struktur yang digunakan untuk

menahan beban lateral. Pembahasan di sini lebih difokuskan pada analisis arah beban

dan penyaluran gaya yang terjadi pada bangunan Prabayaksa dan Paseban yang

mempengaruhi besarnya tekanan yang ditimbulkan oleh beban itu sendiri.

Gambar 4. 29 Bangunan Prabayaksa

Page 72: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

64

Gambar 4. 30 Simulasi Arah beban dan Penyaluran Gaya

Berdasarkan gambar, dapat dilihat simulasi arah beban dan penyaluran gaya yang

terjadi akibat beban yang ditimbulkan oleh atap bangunan Prabayaksa. Desain atap

bangunan induk dibuat seperti rumah tradisional jawa, di mana terdapat struktur utama

yang disebut Soko Guru. Untuk mendukung gaya yang besar, baut tidak mencukupi

kekuatannya, maka sebagai gantinya dapat dipakai pasak-pasak dari kayu, yang bentuk

tampangnya dapat persegi panjang atau bulat. Pasak-pasak persegi panjang hanya

dipakai didalam sambungan tampang dua saja.

Sistem Pembebanan Pada Bangunan adalah:

Beban Mati (dead load)

Yaitu berat dari semua bagian pada bangunan yang bersifat tetap/ permanen

seperti komponen struktur ( kolom ,balok, dinding, plat lantai dll).

Beban Hidup (life load)

Berasal dari akibat penghunian atau penggunaan suatu bangunan gedung,

termasuk didalamnya beban2 yang dapat berpindah atau diganti selama masa

pakai bangunan. Pada atap termasuk juga beban akibat air hujan (berat

genangan dan akibat tekanan jatuh), berat manusia, perabot, barang yang

disimpan, dan beban yang diakibatkan oleh salju atau air hujan, juga temasuk

ke dalam beban hidup.

Beban Angin (wind load)

Adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau bagian dari bangunan

yang disebabkan akibat selisih dalam tekanan udara.

Beban Gempa (seismik/earthquake)

Yaitu semua beban statis ekivalen yang bekerja pada bangunan atau bagian

gempa yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa.

Beban Khusus (particularly load)

Akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan (mis. pada struktur beton

pracetak), perbedaan penurunan fondasi, gaya rem, gaya dinamik dari mesin2

dll.)

Page 73: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

65

Dari simulasi pada gambardi samping diketahui bahwa hampir seluruh proses

penyaluran beban pada bangunan mengandalkan kerja dari balok yang melintang yang

menumpu di kolom kolom struktur. proses penyaluran beban yang melalui tiang dan

kaso yang didistribusikan ke bagian balok tarik di bawahnya, kemudian di teruskan

melalui tiang kedua yang langsung menuju kolom struktur bangunan induk.

Gambar 4. 31 Simulasi Gaya Bangunan Induk

Berdasarkan [Gambar 19] dapat dilihat simulasi arah beban dan penyaluran gaya yang

terjadi akibat beban yang ditimbulkan oleh atap Bangunan Paseban. Desain atap

bangunan sama seperti bangunan induk Prabayaksa dan dibuat seperti rumah

tradisional jawa, di mana terdapat struktur utama yang disebut Soko Guru. Untuk

mendukung gaya yang besar, baut tidak mencukupi kekuatannya, maka sebagai

gantinya dapat dipakai pasak-pasak dari kayu, yang bentuk tampangnya dapat persegi

panjang atau bulat. Pasak-pasak persegi panjang hanya dipakai didalam sambungan

tampang dua saja.

Gambar 4. 32 Potongan Paseban Barat

Dari simulasi pada [Gambar 20] di samping diketahui bahwa hampir seluruh proses

penyaluran beban pada bangunan mengandalkan kerja dari balok yang melintang yang

menumpu di kolom kolom struktur. proses penyaluran beban yang melalui tiang dan

kaso yang didistribusikan ke bagian balok tarik di bawahnya, kemudian di teruskan

melalui tiang kedua yang langsung menuju kolom struktur bangunan induk.

Page 74: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

66

Gambar 4. 33 Simulasi Bangunan Paseban Timur dan Barat

Prinsip sambungan yang digunakan pada bangunan Prabayaksa dan Paseban di Keraton

Kacirebonan adalah prinsip sambungan jepit (fixed support/ Connections) dan prinsip

sambungan sederhana. Prinsip sambungan sederhana dibagi menjadi 3 kelompok:

Sambungan menyudut dapat dilakukan dengan cara, sambungan takikan

lurus, sambungan pen dan lubang tertutup, sambungan pen dan lubang

terbuka, sambungan ekor burung, sambungan pen dan lubang dengan spatpen,

sambungan klip dengan satu sisi verstek.

Sambungan melebar dapat dilakukan dengan cara, sambungan alur dan lidah

lepas, sambungan alur dan lidah, sambungan dowel.

Sambungan memanjang dapat dilakukan dengan cara, sambungan bibir lurus,

sambungan bibir lurus berkait, sambungan bibir miring, sambungan bibir

miring terkait, sambungan bersusun dengan gigi, sambungan bersusun dengan

schei, sambungan dengan pengunci atas bawah, sambungan dengan pengunci

bawah, sambungan dengan pengunci di samping, sambungan takik lurus

rangkap.

Jenis sambungan sangat berkaitan dengan sistem struktur di dalam bangunan. Jenis-

jenis sambungan yang biasa diterapkan pada bangunan Prabayaksa dan Paseban di

Komplek Keraton Kacirebonan antara lain, sambungan bibir lurus[S1], sambungan

bibir lurus [S2], sambungan pen[S3], sambungan pen dan lubang tertutup[S4],

sambungan pen dan lubang tertutup[S5], sambungan bibir miring dan kuncian pen

kayu[S6], sambungan bibir lurus berkait [S7], sambungan jepit [S8], dan sambungan

pen dengan gigi[i]. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada gambar berikut :

Page 75: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

67

Page 76: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

68

Gambar 4. 34 Analisis Sistem Sammbungan

Berdasarkan gambar sebagian besar jenis sambungan bangunan Prabayaksa dan

Paseban Keraton Kacirebonan menggunakan kuncian pasak pada bagian atasnya.

Pasak digunakan untuk menyambung dua bagian batang memasang dan lain-lain pada

poros sehingga terjamin tidak berputar pada poros. Pemilihan jenis pasak tergantung

pada besar kecilnya daya yang bekerja dan kestabilan bagian-bagian yang disambung.

Kecuali pada sambungan [S2] pada tabel 4.1 menggunakan tipe sambungan jepit, hal

ini dikarenakan mungkin kondisi material pada saat itu telah rusak atau usang.

Page 77: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

69

4.2.7. Metoda Pemeliharaan Bangunan Prabayaksa Keraton Kacirebonan Pemeliharaan bangunan sangat penting setelah bangunan tersebut selesai dibangun dan

dipergunakan. Berhasil atau tidaknya suatu pemeliharaan pembangunan gedung dapat dilihat

dari usia pemakaian bangunan sesuai dengan rancangan bangunan dan tata cara pemeliharaan

terhadap bangunan itu sendiri. Bangunan prabayaksa di keraton kacirebonan yang merupakan

bangunan cagar budaya yang berdiri dari tahun 1808 menjadi daya Tarik dalam mengkaji soal

pemeliharaan bangunannya yang sanggup berdiri hingga saat ini, keraton ini berlokasi di Jl.

Pulasaren No.49 Kota Cirebon.

Analisis kualitatif terhadap kesimpulan bahwa sumber dana pemeliharaan bangunan didanai

dominan berasal dari penduduk sekitar dan orang yang berkunjung ke keraton. Penurunan fisik

dari bangunan prabayaksa terlihat dari luar maupun dalam bangunan seperti lantai, kolom,

hingga plafond. Pemeliharaan bangunan yang di dapat berdasarkan hasil wawancara penduduk

sekitar bekerja secara gotong royong dalam pemeliharaan bangunan selama satu tahun sekali.

Hasil dari observasi yang di analisa memberikan gambaran kerusakan ringan pada bangunan

utama keraton yang menerangkan bahwa perawatan bangunan masih belum maksimal dan

penjelasan mengenai Standar oprasional prosedur (SOP) pemeliharaan juga keikut sertaan

pemerintah dalam pemeliharaan bangunan cagar budaya pada keraton kacirebonan.

a. Karakteristik Bangunan Prabayaksa Bangunan keraton ini merupakan salah satu bangunan khas keraton yang memiliki

gaya arsitektur yang pada jaman colonial belanda dan juga percampuran dengan

kebudayaan china. Selain itu, terdapat juga bangunan pembesar pada masa kolonial

belanda yang mempengaruhi secara kuat bangunan keraton kacirebonan ini.

Dalam keraton kacirebonan ini, terdapat bangunan induk yang merupakan salah satu

bangunan yang diguakan oleh keluarga sultan sebagai tempat tingga; sehari – hari.

Di dalam bangunan induk ini keraton ini, terdapat ruang tidur, ruang kerja sultan,

kamar jimat, hingga dapur dan ruang tunggu prajurit, yang di gunakan oleh prajurit

untuk menunggu jika ingin bertemu dengan sultan.

b. Diperlukannya Perawatan Bangunan dan Analisis Kerusakan Keraton Kacirebonan merupakan bangunan cagar budaya golgongan A, dimana

golongan A yaitu bangunan dilarang dibongkar / di ubah, apabila ada kerusakan fisik

bangunan dapat dilakukan pembongkaran untuk di bangun kembali sama seperti

semula sesuai dengan aslinya, Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus

menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan

mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada

Kolom & Dinding

Pada pilar di bangunan prabayaksa ada 2 jenis yang pertama hanya di lapisi dengan

aci dan cat, dan yang kedua di lapisi material penutup, inilah kondisi kerusakan pilar

dan dinding pada bangunan prabayaksa.:

Page 78: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

70

Gambar 4. 35 Kerusakan Pilar

Pada Kerusakan pilar dan dinding di bangunan prabayaksa terdapat beberapa pilar /

kolom yang memiliki keretakan atau jendolan, akibat dari penyusutan dinding,

pergerakan struktur, atau plaster pengacian yang tipis dan cat yang di gunakan tidak

memiliki elastisitas yang baik

Plafond (Penutup Atap) Pada Penutup atap (Plafond) bangunan prabayaksa mempunyai 3 jenis plafond yang

berbeda, yang pertama plafond di tutup menggunakan papan di area luar (teras/ruang

jinem), kedua plafond dari bahan bilik bamboo di area dalam bangunan, dan yang

ketiga plafond di hiasi dengan balok balok kayu berwarna putih yang terdapat di area

ruang pusaka. Beginilah contoh kondisi plafond di bangunan prabayaksa:

Gambar 4. 36 Plafond

Page 79: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

71

Kerusakan langit – langit pada bangunan prabayaksa salah satunya yaitu robek dan

berlubangnya nya jenis material plafond. Kerusakan langit langit dapat berdampak

pada dari lembabnya suhu pada ruangan dan factor usia pada jenis material yang di

pakai.

Lantai Jenis lantai di bangunan prabayaksa ini terdiri dari 3 jenis yaitu ada jenis Portland

cement, teraso, dan keramik, berikut gambaran jenis lantai di bangunan prabayaksa :

Gambar 4. 37 Lantai

Kerusakan lantai pada bangunan prabayaksa salah satunya yaitu Pecahnya kerarmik /

portlant cement yang jadi tidak terlihat rapih dan bersih. Kerusakan lantai biasanya

terjadi akibat pergerakan struktur, penyusutan beton atau faktor iklim yang

mengakibatkan retaknya sebagian dari keramik atau jenis lantai lainnya.

Bangunan keraton prabayaksa termasuk pada jenis tingkat kerusakan yang ringan.

Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen nonstruktural, seperti

penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi. Perawatan untuk

tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari harga satuan

tertinggi pembangunan bangunan baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang

sama.

Kerusakan Ringan pada bangunan keraton prabayaksa terdapat pada kerusakan langit

– langit penutup atap ( Plafond ), keretakan pada pilar , pecah dan retaknya keramik

dan jenis lantai, benjolan dan retakan pada lappisan dinding serta rusaknya lapisan cat

atau benjolan pada lapisan material yang terdapat pada frame jendela dan pintu. [2]

Analisis Realitas pemeliharaan bangunan Prabayaksa

1. Permasalahan dan persoalan pemeliharaan Pemeliharaan/konservasi adalah kegiatan pemeliharaan/perlindungan warisan

budaya dalam kegiatan yang lebih dinamis dan arti lebih luas, yang sering kali

menyangkut kegiatan restorasi, rehabilitasi, preservasi, rekonstruksi, dan

demolisi (Martokusumo, 2005).

Page 80: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

72

Pada Undang-Undang (UU) Republik Indonesia no. 11 Tahun 2010 pada Pasal

95 disebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mempunyai

tugas melakukan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya.

Semenjak berdirinya NKRI, seluruh otoritas yang dimiliki keraton terhadap

masyarakat beralih kepada pemerintah. Kewajiban pajak dari rakyat untuk

keraton yang berlaku saat jalam kerajaan sudah dihapuskan. Banyak tanah

yang dimiliki oleh keraton dari jaman kerajaan, terutama yang tidak memiliki

surat sertifikat, diambil alih dan dikelola oleh negara (Wawancara dengan Prabu

Arief Natadiningrat-Sultan Kasepuhan, Maret 2012). [3]

Akibat berkurangnya sumber pendapatan finansial bagi keraton menjadi

penyebab utama terbatasnya upaya pemeliharaan. Pihak keraton tidak setuju

lahannya dikuasai, langkah-langkah negosiasi tidak juga menyelesaikan

persoalan tersebut, akibatnya terjadilah gap antar stakeholder, hingga keraton

hendak menggugat pemkot Cirebon (Harian Pikiran Rakyat, 3 Maret 2010). Gap

ini menyebabkan upaya pelestarian keraton tidak berjalan optimal, hingga

terbentuk LSM “Kendi Pertula” sebagai mediator kedua stakeholder tersebut.

Pada UU RI No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada pasal 22 telah

disebutkan bahwa pemerintah wajib memberikan kompensasi dan insentif

dalam pelestarian. Di Cirebon, untuk bangunan yang masih digunakan, biaya

pemeliharaan dan perawatan ditanggung pemiliknya, sedangkan untuk

bangunan yang tidak digunakan, sebagian dana akan ditanggung pemerintah

(Adin Imalludin, 2006 – Kepala Seksi Bina Nilai Tradisional, Disbud ). Dengan

kata lain pembebanan biaya sebagian besar ditanggung oleh keraton dalam

upaya pelestariannya, karena keraton dihuni oleh ahli warisnya.

Upaya pelestarian dan revitalisasi kawasan sangat dipengaruhi oleh konsistensi

pemerintah dalam menentukan kebijakan dan inisiatif politiknya (political will)

(Kamil, 2008). Dibutuhkan insiatif Pemerintah untuk membuat regulasi yang

mendukung pelestarian baik dari segi pendanaan (subsidi penuh) dan

pengurangan pajak bumi bangunan.

Page 81: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

73

Tabel 4. 9 Permasalahan dan Persoalan

Dari hasil penelitian dan pengamatan di lapangan, bahwa sumber permasalahan

pelestarian di keraton kacirebonan yaitu ada masalah dalam ekonomi, regulasi, integrasi,

dan apresiasi. Dapat dilihat pada tabel 4.1. Ada beberapa pembahasan dalam

persoalannya. Dan pada pembiayan pemerintah sudah di tetapkan bahwa bangunan

keratpn yang di jadikan tempat hunian pemerintah tidak berpastisipasi dalam biaya

pemeliharaan keraton.

2. Identifikasi Stakeholder Pemeliharaan Pemangku (stakeholder) adalah aktor/institusi yang bisa/mampu mempengaruhi

proses pencapaian hasil dan tujuan program, atau pihak-pihak yang terkena dampak

dari implementasi program (World Bank, 1998:66).

Terdapat beberapa pemangku (stakeholder) yang telibat dalam suatu upaya

pelestarian (Rojas, 2007) diantaranya adalah 1)Government (pihak pemerintah

sebagai pemeran utama dalam pemegang kebijakan); 2)Private Philanthropy (pihak

swasta / investor); 3)Cultural Elite (para intelektual yang berperan dalam

mempromosikan kawasan atau objek pelestarian); 4)Local Community (masyarakat

lokal yang memiliki kepentingan dalam pelestarian); serta 5)Tour Operators (pihak

yang membantu dalam mempromosikan kawasan atau objek pelestarian). Berangkat

dari teori tersebut maka peneliti mengidentifikasi pemangku kepentingan dan

peranannya terkait dengan upaya pelestarian kawasan di Kota Cirebon, yaitu :

a) Government : Pemerintah Seperti tertuang dalam SK Walikota Cirebon No. 19/2001 terkait upaya

pelestarian kawasan di Cirebon pemangku dalam pemerintah antara lain Dinas

Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral yang memiliki

Page 82: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

74

peranan dalam bidang perawatan dan pemeliharaan benda-benda fisik BCB.Dinas

Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata berperan dalam menggali segala

bentuk warisan kebudayaan kota Cirebon serta upaya promosi pariwisata. dan

Dinas Pendidikan berperan dalam sosialisasi. [4]

b) Cultural Elite : Keraton Di Cirebon terdapat tiga keraton, namun secara kedudukan dan pengaruhnya

hanya tiga keratonyang kuat yaitu, Keraton Kasepuhan dengan Sultan Pra. Arief

Natadiningrat; Keraton Kanoman dengan Sultan Muhammad Emirrudin; dan

Keraton Kacirebonan dengan Sultan Pra. Abdul Gani Natadiningrat; dan satu lagi

keraton Keprabon. Keraton memiliki peranan dalam kekuatan normatif, kekuatan

sejarah dan kebudayaan karena mereka adalah pemangku adat dan kebudayaan

Kota Cirebon sejak zaman kerajaan hingga saat ini. Secara sosial kemasyarakatan

mereka adalah golongan yang sangat dihormati karena dianggap cikal bakal

berdirinya kota Cirebon.

c) Local Community : Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah lembaga non-pemerintah yang

memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap pelestarian warisan kebudayaan

kota Cirebon. Lembaga itu adalah BPPI (Badan Pelestarian Pusaka Indonesia)

dan Komunitas Pelestarian Pusaka Cirebon yaitu Kendi Pertula.

d) Private : Investor Pariwisata Pemangku yang merupakan pihak swasta yang berdiri pada sektor pariwisata.

Pemangku yang berusaha menggunakan dan memanfaatkan potensi kota Cirebon

sebagai komoditi dalam menarik wisatawan. Biasanya investor ini berupa

penguasaha pariwisata dan travel agent.

e) Masyarakat Masyarakat umum dalam hal ini adalah penduduk kota Cirebon. Masyarakat baik

secara langsung maupun tidak langsung memiliki ikatan dan tautan terhadap

sejarah perkembangan kota Cirebon.

Tabel 4. 10 Tingkat Kepentingan

Page 83: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

75

Dilakukan analisis pemetaan stakeholder untuk mengetahui stakeholder kunci,

dilakukan dengan memetakan tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam upaya

pelestarian kawasan keraton di Cirebon.

Tabel 4. 11 Persoalan dan Peran Pemangku

Persoalan *Analisa

Tabel 4.1

Peran Pemangku

Pemerintah Keraton LSM Investor Masyarakat

EKONOMI Dana

Anggaran

sebagaian

besar

digunakan

untuk

kegiatan

promosi

pariwisata

Subsidi silang

anggaran,

untuk menutupi

kekurangan

Melakukan

kegiatan usaha

kreatif

berbasiskan

kebudayaan

sebagai devisa

-

Bantuan

kepada

pemerintah

berupa CSR,

Agar

mendapat

insentif aturan

yang lebih

fleksibel

-

Minim

bantuan

pendanaan

dari pihak

asing / swasta

karena aturan

yang ketat

Sesuai UU,

Pemerintah

dapat memberi

intensif pada

investor yang

membantu

pelesatarian

Bersifat lebih

fleksibel dan

terbuka pada

budaya baru

akibat

kegiatan

pariwisata

Mendalami

batasan-batasan

budaya/tradisi

yang berubah

atau tidak

sesuai tuntunan

zaman

Bersifat lebih

fleksibel dan

memahami

nilai budaya

dan adat

istiadat

setempat

-

Potensi

keraton

kurang

dimaksimalka

n untuk

menghasilkan

devisa

Melakukan

publikasi dan

promosi

potensi keraton

pada bidang

pariwisata

mengedepanka

n keraton

sebagai icon

kota

Menyediakan

areal disekitar

keraton yang

dapat

digunakan

sebagai areal

komersial/

dagang –

tanpa merusak

tatanan ruang

keraton

Melakukan

pendataan dan

mempelajari

potensi yang di

miliki keraton

sebagai objek/

hal yang

ditawarkan

kepada

wisatawan

Mengajukan

usulan

komersial

berbasiskan

pelestarian

pada keraton

dan

pemerintah

dengan tujuan

share profit

Menjaga

nilai adat dan

budaya.

Menjaga

kondisi kota

agar selalu

kondusif dan

nyaman

untuk di

kunjungi

INTEGRASI

Anggapan

pemerintah

bahwa

keraton

adalah

property milik

pribadi

Sesuai UU,

bahwa Peme-

rintah wajib

ikut melindungi

dan

memberdayak

nya BCB

bersama

stakeholder

kunci

Menumbuhka

n kesadaran

walau

property

pribadi secara

turun

temurun,

namun

Keraton butuh

pemerintah

harus

membuka diri

Bertindak

sebagai

mediator atas

Kesalahpah

man yang sudah

terjadi. Bahwa

semua memiliki

tujuan baik

-

-

Page 84: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

76

Persoalan *Analisa

Tabel 4.1

Peran Pemangku

Pemerintah Keraton LSM Investor Masyarakat

Konflik

pemerintah

dan keraton

terkait

perebutan

penguasaan/

hak milik

lahan

Memilah lahan

mana saja yang

harus dikuasai

pemerintah,

atau

pengelolaanya

diserakan pada

keraton.

Pengurangan

PBB

Menetapkan

lahan yang

dibutuhkan

keraton terkait

nilai adat

budaya

dan kebutuhan

kegiatan

pelestarian

adat

Mengkaji

secara netral

untuk

mengetahui

lahan mana

yang sifatnya

krusial dalam

tatanan budaya

keraton

-

-

APRESIASI

keraton

adalah

property

pribadi

dan objek

wisata, upaya

pelestarian

adalah

tanggung

jawab keraton

dan

pemerintah

Sosialisasi

sejarah

keraton dan

signifikansinya

pelestariannya

terhadap

kota Cirebon.

Menumbuhkan

rasa memiliki

Memberdayak

an

masyarakat

disekitar

keraton

dalam

aktivitas

ekonomi dan

pariwisata

keraton

Sosialisasi

sejarah keraton

dan

signifikansinya

pelestariannya

terhadap kota

Cirebon

Memberdaya

kan

masyarakat

sekitar

sebagai

pekerja dalam

bidang

pariwisata

budaya,

Menumbuhk

an

rasa

memiliki

karena

keraton

signifikan

secara

sejarah

dan ekonomi

wisata

Melupakan

tradisi dan

budaya

Cirebon

Insentif dan

Kompensasi

bagi yang

mendalami

tradisi budaya

Mengembang

kan tradisi

budaya

dengan basis

teknologi

tradisi dan

budaya bukalah

penghambat

namun jatidiri

Memberi

pemahaman

bahwa tradisi

dan budaya

memiliki nilai

jual

yang tinggi,

dengan

dilengkapi

kota

lain sebagai

pembanding

-

PRIORITAS DIANJURKAN

Page 85: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

77

5 KESIMPULAN

Hasil pemetaan udara dengan alat drone terlampir pada bagian pembahasan. Data tersebut

menjadi bagian dari data yang akan menjadi data primer ataupun data pendukung di tujuan

yang kedua dari kegiatan ini. Adapun bangunan pada Kawasan Keraton Kacirebonan yaitu:

a) Pancaratna dan Pancaritni

b) Pintu Gledegan

c) Pintu hijau

d) Pendopo

e) Bangsal Jinem

f) Prabayaksa

Dari analisa yang telah dijabarkan pada bab empat, ditemukan bahwa ada beberapa kaitan

antara bangunan Lama dan bangunan baru. Terlihat dari beberapa bangunan baru yg masih

mengambil beberapa unsur gaya arsitektur bangunan lama. Untuk lebih jelas nya dapat

dilihat dari tabel di bawah ini kaputren

Gambar 5. 1 Langgam Atap Bangunan

Page 86: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

78

Gambar 5. 2 Langgam Jendela

Gambar 5. 3 Langggam Kaki Bangunan

Pada kedua kelompok bangunan di kompleks Keraton Kacirebonan ditemukan bahwa pada

bangunan baru masih mengambil bentuk atap bangunan lama. Dan beberapa bangunan baru

juga masih mengambil detail bangunan lama, seperti bentuk pintu Gedung Induk yg diambil

bangunan baru. Dan semua bangunan pada kakinya terdapat undakan atau naik dari atas

permukaan tanah.

Page 87: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

79

Dapat dikatakan bahwa pola ruang dan konfigursi massa, Pola Sirkulasi dan Ruang Terbuka

berkembang karena adanya aktifitas di sekitar Keraton maupun kegiatan yang ada di dalam

Keraton Kacirebonan:

1. Pola Ruang dan Konfigurasi Massa Pola pemukiman yang terdapat di RW 02 masing-masing memiliki pola mengikuti jalan

yang ada dan diikuti oleh perkembangan pola pemukiman ke area Keraton Kacirebonan

yang memanjang , pola pemukiman yang terdapat di setiap RT ini dapat disimpulkan

cenderung terbentuk secara linier . Kepadatan pemukiman di kawasan pemukiman yang

sedang dikaji yang dihitung secara keseluruhan Rukun Tetangga sebesar 80 % dan 20 %

ruang terbuka yang berada di kawasan pemukiman dan Keraton Kacirebonan.

2. Pola Sirkulasi Pemukiman Pola sirkulasi yang berada di pemukiman sekitar Keraton Kacirebonan terdapat beberapa

akses untuk memasuki kawasan pemukiman di setiap RT nya adanya aktifitas warga

sekitar Keraton Kacirebonan yang termasuk banyak dan sirkulasi ini lah yang membantu

pada warga di sekitar pemukiman untuk mencapai pada suatu kegiatan sehari -harinya.

Jalan yang terbentuk mempunyai sifat linier bercabang ke area RT lainnya. Pada sirkulasi

di sekitar pemukiman aksesbiltas dari masing-masing jalan memiliki material yang

berbeda yaitu ada yang menggunakan material paving block, aspal, keramik yang

berwarna kuning dan coran beton

3. Ruang Terbuka Pada pemukiman sekitar Keraton Kacirebonan memiliki ruang terbuka di setiap RT nya,

namun hanya sedikit ruang terbuka hijau yang ada di dalamnya. Ruang terbuka ini biasa

digunakan untuk ruang berkumpul bagi warga sekitar, Ruang terbuka di pemukiman

sekitar Keraton Kacirebonan terbentuk secara tidak terencana maupun terencana.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kenyamanan termal pada bangunan induk

Keraton Kacirebonan adalah sebagai berikut:

1. Desain bukaan terkait kenyamanan termal pada bangunan induk Keraton Kacirebonan

cukup baik kecuali pada beberapa variabel diantaranya adalah dimensi bukaan yang

belum memenuhi syarat luas minimal dan belum terdapatnya pengarah bukaan untuk

mendukung kenyamanan termal.

2. Kenyamanan termal ditinjau dari faktor eksternal pada bangunan induk Keraton

Kacirebonan kurang baik karena nilai presentase nyaman terkait suhu udara, kelembapan

udara maupun kecepatan udara sangat rendah dibanding dengan presentase tidak

nyaman. Tingkat faktor ekternal kota Cirebon yang tinggi dan bukaan yang tertutup

menjadi kendala untuk memperoleh kenyamanan termal pada bangunan induk Keraton

Kacirebonan.

Pergantian udara di dalam ruang dengan cara mengfungsikan bukaan pada bangunan akan

mendukung kenyaman termal pada bangunan induk Keraton Kacirebonan. Dengan bantuan

penghawaan secara mekanik juga dapat membantu untuk mendukung kenyamanan termal

pada bangunan.

Page 88: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

80

Bangunan Keraton Kacirebonan dalam pembangunannya mendapat pengaruh dari beberapa

budaya yang sedang berkembang pada zamannya. Dari timeline sejarah perkembangan budaya

Indonesia dapat dilihat bahwa pembangunan Keraton Kacirebonan berada pada periode

perkembangan budaya kolonialisme yang didalamnya juga terdapat beberapa pencampuran

dari budaya lain seperti budaya Cina, Islam, dan budaya Lokal Jawa. Begitu pula dalam

pemilihan material bangunan tentu saja menggunakan material yang sedang trend pada

masanya yaitu material batu bata yang dibawa dari bangsa Eropa. Beberapa material lain

seperti penggunaan atap kayu dan material kayu lain menunjukan pengaruh budaya lokal jawa

juga arsitektur Islam, beberapa ornament piring khas tiongkok menandakan pengaruh dari

budaya Cina.

Bangunan Prabayaksa pada Keraton Kacirebonan merupakan sebuah bangunan utama yang

didirikan untuk memenuhi kebutuhan pengguna Keraton Kacirebonan, untuk digunakan

sebagai tempat tinggal, kegiatan keagaaman dan beberapa adat budaya yang ada di Keraton

Kacirebonan. Selain itu, bangunan kolonial ini banyak menyimpan benda - benda peninggalan

sejarah. Keraton Kacirebonan tetap menjaga, melestarikan, serta melaksanakan kebiasaan

upacara adat. Keraton Kacirebonan berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan

Pekalitan dengan luas tanah sekitar 46.500 m2.

Bangunan Kacirebonan masuk ke dalam model gaya pencampuaran Cina, bangunan zaman

kolonial dan tradisional. Bentuk bangunannya seperti bangunan pasa zaman kolonial Belanda

dengan pengaruh arsitektur Eropa yang sangat kuat. Secara desain bangunan ini menggunakan

desain mengikuti dengan adat dan budaya yang ada, dan sesuai teknologi bahan pada

zamannya. Perubahaan pada bangunan Prabayaksa hanya dirubah untuk memperkokoh

bangunan agar tetap kuat hingga saat ini, beberapa perubahan lainnya seperti detail ornamen

yang dirubah agar lebih sederhana dan beberapa fungsi ruang yang sudah berubah.

Analisa kajian tentang rekayasa struktur bangunan Prabayaksa dan Paseban pada Keraton

Kacirebonan ditinjau dari rancangan struktur dengan menggunakan metoda deskriptif-analisis

melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif berupa observasi

lapangan (survey), mengukur objek, foto-foto serta data lapangan (gambar). Pendekatan

kualitatif dengan mengumpulkan data dengan melakukan pengukuran secara langsung di

lapangan, serta melalui pengambaran ulang dari objek yang diteliti. Berdasarkan hasil analisa

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sistem joint yang digunakan pada konstruksi

bangunan Prabayaksa dan Paseban masih menggunakan prinsip sambungan tradisional berupa

sendi dan jepit. Sistem tersebut diterapkan karena pada saat itu pemahaman tentang ilmu

bangunan tidak semodern seperti sekarang

Bangunan Prabayaksa pada Keraton Kacirebonan merupakan sebuah bangunan utama yang

didirikan untuk memenuhi kebutuhan pengguna Keraton Kacirebonan, untuk digunakan

sebagai tempat tinggal, kegiatan keagaaman dan beberapa adat budaya yang ada di Keraton

Kacirebonan. Selain itu, bangunan kolonial ini banyak menyimpan benda - benda peninggalan

sejarah. Keraton Kacirebonan tetap menjaga, melestarikan, serta melaksanakan kebiasaan

upacara adat. Keraton Kacirebonan berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan

Pekalitan dengan luas tanah sekitar 46.500 m2. Bangunan Kacirebonan masuk ke dalam model

gaya pencampuaran Cina, bangunan zaman kolonial dan tradisional. Bentuk bangunannya

Page 89: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

81

seperti bangunan pasa zaman kolonial Belanda dengan pengaruh arsitektur Eropa yang sangat

kuat. Secara desain bangunan ini menggunakan desain mengikuti dengan adat dan budaya

yang ada, dan sesuai teknologi bahan pada zamannya. Perubahaan pada bangunan Prabayaksa

hanya dirubah untuk memperkokoh bangunan agar tetap kuat hingga saat ini, beberapa

perubahan lainnya seperti detail ornamen yang dirubah agar lebih sederhana dan beberapa

fungsi ruang yang sudah berubah.

.

Page 90: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

82

LAMPIRAN TUGAS TIM PELAKSANA

NO KEGIATAN TIM TUGAS POKOK

1 Pemetaan Drone Koordinator :

Dr. Ir. Nurtati Soewarno

Tim Drone :

a) Noor Adji

b) Indra Sudrajat

Koordinator :

memberikan instruksi

pemetaan udara terkait

kawasan

Tim :

Mengoperasikan drone

2 Eksplorasi Arsitektur

a) Akulturasi Gaya

Bangunan Pada Keraton

Kacirebonan

Koordinator :

Dr. Ir. Nurtati Soewarno

Tim Mahasiswa :

Indra Sudrajat

21.2010.063

Boby Taufik Pratama

21.2010.072

Koordinator :

memberikan bimbingan dan

memberikan arahan dalam

menganalisis permasalahan

Tim :

Melakukan Survey, Mengolah

data

b) Pola Ruang Pada

Pemukiman Di Sekitar

Keraton Kacirebonan

Koordinator :

Ir. Dwi Kustianingrum.,MT

Tim Mahasiswa :

Ghamal Daruqutni

Hamid,

Muhammad Riyadulhaq,

Fulki Fauzu

Lamaqtuatin

Koordinator :

memberikan bimbingan dan

memberikan arahan dalam

menganalisis permasalahan

Tim :

Melakukan Survey, Mengolah

data

c) Kenyamanan Termal

Pada Ruang Dalam Bangunan

Induk Keraton Kacirebonan

Koordinator :

Ir. Thomas Brunner.,MM

Tim Mahasiswa :

Rifki Wibawa

21.2014.019

Gugun Gunadi

21.2014.176

Andika Ganaswara

21.2014.206

Koordinator :

memberikan bimbingan dan

memberikan arahan dalam

menganalisis permasalahan

Tim :

Melakukan Survey, Mengolah

data

d) Perkembangan

Budaya Dan Pemakaian

Material Pada Bangunan

Keraton Kacirebonan Ditinjau

Dari Periodisasi Pembangunan

Koordinator :

Eka Virdianti.,ST.MT

Tim Mahasiswa :

Tsani Hijri Murfi’na

21-2013-247

Chandraprana

21-2013-251

Khaerul Aji

21-2014-085

Koordinator :

memberikan bimbingan dan

memberikan arahan dalam

menganalisis permasalahan

Tim :

Melakukan Survey, Mengolah

data

e) Desain Bangunan

Prabayaksa Ditinjau Dari

Penggunaan Bahan Bangunan

Koordinator :

Ir. Shirley Wahadamaputra

.MT

Tim Mahasiswa :

Koordinator :

memberikan bimbingan dan

memberikan arahan dalam

menganalisis permasalahan

Page 91: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

83

NO KEGIATAN TIM TUGAS POKOK Dzulie Fathiranie

Wahjoe

21.2014.231

Faishal Aulia Shiddieq

21.2014.242

Ratna Widya Iswara

21.2013.166

Tim :

Melakukan Survey, Mengolah

data

f) Rekayasa Struktur

Bangunan Prabayaksa dan

Paseban di Komplek Keraton

Kacirebonan

Koordinator :

Ir. Bambang Subekti .MT

Tim Mahasiswa :

Wahyu Cahya Kumala

21.2012.227

Darman

21.2013.069

M.Sayyid Kapin

21.2014.253

Koordinator :

memberikan bimbingan dan

memberikan arahan dalam

menganalisis permasalahan

Tim :

Melakukan Survey, Mengolah

data

g) Metoda

Pemeliharaan Bangunan

Prabayaksa Keraton

Kacirebonan

Koordinator :

Ir. Tecky Hendrarto.,MM

Tim Mahasiswa :

Fahmy Luthfie Shahreza 21-2014-001 Saeful Akbar

21-2014-031 Faisal Nugraha

21-2014-034

Koordinator :

memberikan bimbingan dan

memberikan arahan dalam

menganalisis permasalahan

Tim :

Melakukan Survey, Mengolah

data

g) Metoda pengolahan data

dan inventarisasi

Koordinator :

Erwin Yuniar ST., MT

Tim Dosen :

Nurlaela ST.,MT.

Theresia Pynkiawati Ir.,MT.

Agung Prabowo S., ST.,MT.

Melakukan inventarisasi dan

pengolahan data.

Melakukan penggambaran

data hasil survey lapangan.

Page 92: EKPLORASI POTENSI DAN - ebook.itenas.ac.idebook.itenas.ac.id/repository/30d6976a632efc59f3aa9de5b7128673.pdf · denah keraton sebagai usulan arsip dari pihak keraton. Diharapkan hasil

84