IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

9
Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018 147 ISSN 23387807 IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA Dalizanolo Hulu Universitas Pembangunan Jaya Email: [email protected] ABSTRAK: Tingkat tabungan domestik atau Gross Domestic Savings Rate (GDSR) sebagai salah satu kekuatan bangsa untuk pembiayaan pembangunan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator utama GDSR di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan metode ekspalanasi. Teknik pengumpulan data dengan telaah dokumen yaitu menelaah data GDSR Tahun 19712016. Teknik pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode OLS (ordinary least squares) yang memenuhi semua asumsi kelayakan OLS klasik. Hasil penelitian menunjukkan empat indikator ekonomi ditemukan sebagai faktor penentu utama GDSR di Indonesia, yaitu (1) kebiasaan menabung, (2) inflasi, (3) ekspor, dan (4) impor. Tetapi mengabaikan asumsi klasik kelayakan OLS, dari 11 variabel independen, (a) sebanyak tiga variabel yang tidak bernas, yaitu, (1) indeks Gini, (2) jumlah uang beredar (M2), dan (3) suku bunga riil, serta (b) sebanyak delapan variabel yang bernas, yaitu, (1) kebiasaan menabung, (2) pertumbuhan PDB, (3) nilai tambah industri, (4) ekspor, (5) impor, (6) age dependency ratio, (7) urban population, dan (8) inflasi. Kata Kunci: tabungan nasional, penawaran uang, inflasi, suku bunga riil, ARMA, umur rasio ketergantungan, penduduk perkotaaan, indeks gini, ekspor, impor, dan nilai tambah industrial, dan pertumbuhan ekonomi. ABSTRACT : Domestic savings rate or Gross Domestic Savings Rate (GDSR) as one of the nation's strengths for development financing. The purpose of this study is to find out the main indicators of GDSR in Indonesia using annual periodic data from 1971 to 2016. Using the OLS (ordinary least squares that satisfy all the classic OLS feasibility assumptions, four economic indicators are found to be the main determinants of GDSR in Indonesia, namely (1) saving habits, (2) inflation, (3) exports, and (4) imports. It can be concluded that Using OLS method but ignoring the classical assumption of OLS eligibility, from 11 independent variables, (a) as many as three non pithy variables, namely (1) Gini index, (2) money supply (M2), and (3) (2) GDP growth, (3) industrial added value, (4) export, (5) import, (6) age dependency ratio, (7) urban population, and (8) inflation. Keywords: national savings, money supply, inflation, real interest rate, ARMA, urban population, age dependency ratio, gini index, export, import, industrial value added, and economic growth. PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah adanya peningkatan pembangunan ekonomi, antara lain, ditandai dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, makin besar Tingkat Tabungan Domestik Bruto (TTDB) atau rasio antara Tabungan Domestik Bruto dan PDB. Sejalan dengan itu, struktur nilai tambah yang menghasilkan PDB mengalami perubahan, peran nilai tambah industri manufaktur cenderung semakin meningkat. Kegiatan ekonomi semakin mendunia, semakin besar peran nilai ekspor dan impor terhadap PDB. Kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan, antara lain, makin baik ketimpangan pendapatan, berkurang jumlah penduduk yang miskin, makin kecil ketergantungan penduduk menurut umur (age dependency ratio), meningkat upah riil, meningkat umur harapan hidup, makin tersedia fasilitas perlindungan kesehatan dan sosial penduduk. Migrasi penduduk dalam negeri mengalami perubahan, meningkat jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Proses pembangunan tersebut makin efektif dan efisien dampak dari kebijakan ekonomi, baik kebijakan fiskal (transfer and tax policies) dan kebijakan moneter (money supply and interest rate policies). Tingkat Tabungan Domestik Bruto (TTDB) adalah rasio antara Tabungan Domestik Broto (TDB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). TDB adalah PDB dikurangi konsumsi akhir, yaitu, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Dari studi Chenery dan Sirquin (1975) diketahui bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita yang disertai dengan peningkatan TTDB, beberapa indikator ekonomi diukur dalam PDB cenderung mengalami peningkatan, antara lain, nilai tambah sektor indistri manufaktur, ekspor, impor. Sejalan dengan itu, terjadi perubahan demografi, antara lain, semakin meningkat jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, semakin berkurang jumlah penduduk yang miskin, produktivitas semakin tinggi, dan distribusi pendapatan semakin baik. Studi Deaton (1989;24) menjelaskan tentang peran TTDB bahwa tidak hanya sebagai sumber akumulasi modal untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi nasional semata, tetapi sejalan dengan peningkatan TTDB diharapkan semakin baik indikator kesejahteraan rakyat, antara lain, semakin tersedia sarana jaminan pendidikan terhadap anak, jaminan kesehatan yang semakin baik, dan jaminan hari tua, atau sejalan dengan konsep hipotesis siklus

Transcript of IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Page 1: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018147

ISSN 2338­7807

IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMA PENENTU TABUNGANDOMESTIK BRUTO DI INDONESIA

Dalizanolo HuluUniversitas Pembangunan Jaya

Email: [email protected]

ABSTRAK: Tingkat tabungan domestik atau Gross Domestic Savings Rate (GDSR) sebagai salah satu kekuatan bangsa untukpembiayaan pembangunan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator utama GDSR di Indonesia. Dalam penelitian inidigunakan metode ekspalanasi. Teknik pengumpulan data dengan telaah dokumen yaitu menelaah data GDSR Tahun 1971­2016. Teknikpengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode OLS (ordinary least squares) yang memenuhi semua asumsi kelayakan OLSklasik. Hasil penelitian menunjukkan empat indikator ekonomi ditemukan sebagai faktor penentu utama GDSR di Indonesia, yaitu (1)kebiasaan menabung, (2) inflasi, (3) ekspor, dan (4) impor. Tetapi mengabaikan asumsi klasik kelayakan OLS, dari 11 variabelindependen, (a) sebanyak tiga variabel yang tidak bernas, yaitu, (1) indeks Gini, (2) jumlah uang beredar (M2), dan (3) suku bunga riil,serta (b) sebanyak delapan variabel yang bernas, yaitu, (1) kebiasaan menabung, (2) pertumbuhan PDB, (3) nilai tambah industri, (4)ekspor, (5) impor, (6) age dependency ratio, (7) urban population, dan (8) inflasi.

Kata Kunci: tabungan nasional, penawaran uang, inflasi, suku bunga riil, ARMA, umur rasio ketergantungan, penduduk perkotaaan,indeks gini, ekspor, impor, dan nilai tambah industrial, dan pertumbuhan ekonomi.

ABSTRACT: Domestic savings rate or Gross Domestic Savings Rate (GDSR) as one of the nation's strengths for development financing.The purpose of this study is to find out the main indicators of GDSR in Indonesia using annual periodic data from 1971 to 2016. Usingthe OLS (ordinary least squares that satisfy all the classic OLS feasibility assumptions, four economic indicators are found to be themain determinants of GDSR in Indonesia, namely (1) saving habits, (2) inflation, (3) exports, and (4) imports. It can be concluded thatUsing OLS method but ignoring the classical assumption of OLS eligibility, from 11 independent variables, (a) as many as three non­pithy variables, namely (1) Gini index, (2) money supply (M2), and (3) (2) GDP growth, (3) industrial added value, (4) export, (5)import, (6) age dependency ratio, (7) urban population, and (8) inflation.

Keywords: national savings, money supply, inflation, real interest rate, ARMA, urban population, age dependency ratio, gini index,export, import, industrial value added, and economic growth.

PENDAHULUANLatar belakang penelitian ini adalah adanya

peningkatan pembangunan ekonomi, antara lain,ditandai dengan peningkatan Produk Domestik Bruto(PDB) per kapita, makin besar Tingkat TabunganDomestik Bruto (TTDB) atau rasio antara TabunganDomestik Bruto dan PDB. Sejalan dengan itu,struktur nilai tambah yang menghasilkan PDBmengalami perubahan, peran nilai tambah industrimanufaktur cenderung semakin meningkat. Kegiatanekonomi semakin mendunia, semakin besar perannilai ekspor dan impor terhadap PDB. Kesejahteraanpenduduk mengalami peningkatan, antara lain, makinbaik ketimpangan pendapatan, berkurang jumlahpenduduk yang miskin, makin kecil ketergantunganpenduduk menurut umur (age dependency ratio),meningkat upah riil, meningkat umur harapan hidup,makin tersedia fasilitas perlindungan kesehatan dansosial penduduk. Migrasi penduduk dalam negerimengalami perubahan, meningkat jumlah pendudukyang tinggal di daerah perkotaan. Prosespembangunan tersebut makin efektif dan efisiendampak dari kebijakan ekonomi, baik kebijakanfiskal (transfer and tax policies) dan kebijakanmoneter (money supply and interest rate policies).

Tingkat Tabungan Domestik Bruto (TTDB)adalah rasio antara Tabungan Domestik Broto (TDB)dan Produk Domestik Bruto (PDB). TDB adalahPDB dikurangi konsumsi akhir, yaitu, konsumsirumah tangga dan konsumsi pemerintah.

Dari studi Chenery dan Sirquin (1975) diketahuibahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang disertai dengan peningkatan TTDB,beberapa indikator ekonomi diukur dalam PDBcenderung mengalami peningkatan, antara lain, nilaitambah sektor indistri manufaktur, ekspor, impor.Sejalan dengan itu, terjadi perubahan demografi,antara lain, semakin meningkat jumlah pendudukyang tinggal di daerah perkotaan, semakin berkurangjumlah penduduk yang miskin, produktivitas semakintinggi, dan distribusi pendapatan semakin baik.

Studi Deaton (1989;24) menjelaskan tentangperan TTDB bahwa tidak hanya sebagai sumberakumulasi modal untuk menghasilkan pertumbuhanekonomi nasional semata, tetapi sejalan denganpeningkatan TTDB diharapkan semakin baikindikator kesejahteraan rakyat, antara lain, semakintersedia sarana jaminan pendidikan terhadap anak,jaminan kesehatan yang semakin baik, dan jaminanhari tua, atau sejalan dengan konsep hipotesis siklus

Page 2: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018148

kehidupan yang dirumuskan Ando dan Mogiliani(1963).

Ulasan Deaton (2013), peraih hadiah Nobeldalam ilmu ekonomi tahun 2015, menjelaskanpengalaman beberapa negara, khususnya beberapanegara berkembang yang memiliki TTDB yang tinggiyang hanya terbatas untuk mencapai tujuanpertumbuhan yang tinggi, tetapi mengabaikandampak positif terhadap rakyat banyak yangtertinggal miskin. Hanya satu cara melepaskanbelenggu kemiskinan rakyat yang masih tertinggalmiskin, yaitu, pemerintah harus melakukan sebuahlompatan besar (great escape) agar rakyat lepas darikondisi miskin menjadi lebih sejahtera. Faedahanalitis adalah peningkatan TTDB memang sebagaikondisi utama (necessary condition) yang diperlukandalam memacu pertumbuhan ekonomi, tetapibeberapa syarat perlu (suffcient conditions) untukmelengkapinya, yaitu indikator kesejahteraan rakyatbanyak agar mengalami perubahan ke arah yangsemakin baik.

Minimal sebanyak 11 indikator ekonomi dansosial yang menjadi karakteristik dari sebuahlompatan besar terkait dengan peningkatan TTDB.Pertama, positif bernas kontribusi pertumbuhanekonomi terhadap TTDB, sebagai indikasi bahwasistem ekonomi berjalan dinamis dengan pengelolaanyang efektif dan efisien, dan sebaliknya. Kedua,positif bernas peran inflasi terhadap TTDB, sebagaiindikator bahwa pemerintah mampu mengendalikanstabilitas ekonomi, dan sebaliknya. Ketiga, (a) bilapositif bernas peran suku bunga riil terhadap TTDB,salah satu indikasi bahwa pasar keuangan non­bankmasih belum efisien sebagai sarana menabung, (b)bila peran suku bunga riil bernas negatif atau tidakbernas terhadap TTDB, salah satu indikasi bahwapasar keuangan non­bank telah efisien digunakansebagai sarana menabung. Keempat, positif bernasperan penawaran uang diukur dalam PDB terhadapTTDB, sebagai indikasi bahwa sistem keuangan telahberjalan secara eektif dan efisien, dan sebaliknya.Kelima, positif bernas peran nilai tambah industrimanufaktur yang diukur dalam PDB terhadap TTDB,sebagai indikasi bahwa telah terjadi secara efektifpemberdayaan teknologi dalam kegiatan produksidalam negeri, dan sebaliknya. Keenam, positif bernasperan ekspor dan negatif bernas peran impor, masing­masing diukur dalam PDB, sebagai indikasi efisiensikebijakan pedagangan luar negeri, dan sebaliknya.Ketujuh, positif bernas dampak disribusi pendapatan

terhadap TTDB, sebagai indikasi bahwa terkendalirisiko sosial dan politik, dan sebaliknya. Kedelapan,positif bernas peran jumlah penduduk yang miskindiukur (diukur dalam jumlah penduduk secarakeseluruhan) terhadap TTDB, sebagai indikasi bahwatelah terjadi perubahan kesejahteraan penduduk dariyang tidak memiliki tabungan menjadi memilikitabungan, dan sebaliknya. Kesembilan, positif bernasperan urbanisasi (jumlah penduduk di daerahperkotaan diukur dalam jumlah penduduk secarakeseluruhan) terhadap TTDB, sebagai indikasi bahwatejadi migrasi penduduk dalam negeri secaraproduktif, dan sebaliknya. Kesepuluh, positif bernasperan ketergantungan penduduk menurut umur (agedependency ratio) terhadap TTDB, sebagai indikasibahwa semakin baik jaminan sosial bagi rakyat, dansebaliknya. Kesebelas, positif bernas jumlahpenduduk yang memperoleh sarana fasilitas umumbagi rakyat, khususnya jamban, air minum yangsehat, kesehatan, dan pendidikan. Menurut Deaton,negara­negara yang TTDB yang tinggi tetapimenghasilkan pertumbuhan ekonominya rendah,adalah karena tidak terkait bernas dengan salah satudari sebelas indikator ekonomi tersebut.

Beberapa studi eksplorasi untuk mengidentifikasipenentu terhadap TTDB di beberapa negara, antaralain, Edward (1995), Loayza, Schmidt­Hebbel, danServén, (2000), Touny (2008), Khan dan Abdullah(2010), Ayalew (2012), Arok (2014), El­Seoud(2014), Gök (2014), Aleemi, Ahmed, dan Tariq(2015), tidak memasukkan 11 indikator seperti yangdijelaskan Deaton (1989, 2013), karena minimal duaalasan, (a) kendala tidak tersedia data time series, (b)kalaupun tersedia data, bila mengunakan metode OLS(ordinary least squares) sebagai alat analisis, karenaterlalu banyak variabel independen terhadap TTDB,tak terhindar akan muncul masalah tidakterpenuhinya asumsi klasik kelayakan OLS, seperti,(1) normalitas, (2) linieritas, (3) multikolinearitas, (4)heteroskedastisitas, dan (5) autokorelasi, atau sepertiyang dijelaskan Gujarati dan Porter (2010).

Untuk menghindari asumsi klasik tersebut, makacara yang dilakukan untuk mengestimasi hubunganantara TTDB dengan beberapa indikator variabelindependen adalah melalui model OLS sederhanadengan hanya satu sampai tiga variabel independen.Cara alternatif, yaitu, bila data tersedia, gunakansebanyak­banyaknya variabel independen untukmenjelaskan TTDB menggunakan OLS, selanjutnya,deteksi bila ada masalah asumsi klasik, dan eliminasi

Page 3: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018149

yang bermasalah sampai diperoleh sebuah modelOLS yang memenuhi asumsi klasik sehingga modeldapat digunakan sebagai alat analisis.

Studi ini fokus pada proses akumulasi modalsebagai salah satu kekuatan utama kemandirianbangsa dalam pembiayaan pembangunan yangbersumber dari dalam negeri, yaitu, TTDB. Diteliti,sejalan dengan peningkatan TTDB di Indonesiadalam periode 1971­2016, indikator­indikatorpembangunan apa saja yang mengalami perubahanterkait dengan perubahan TTDB tersebut. Apakahdapat diidentifikasi yang menjadi kunci utamapenentu peningkatan TTDB yang harus diperliharajika menghendaki TTDB semakin meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui indikator utama GDSR di Indonesia.

METODOLOGI PENELITIANDalam penelitian ini digunakan metode

ekspalanasi. Teknik pengumpulan data dengan telaahdokumen yaitu menelaah data GDSR Tahun 1971­2016. Teknik pengolahan dan analisis data denganmenggunakan metode OLS (ordinary least squares)yang memenuhi semua asumsi kelayakan OLS klasik.

Model yang digunakan untuk menjelaskanhubungan empiris antara variabel dependen dan 11buah variabel independen adalah sebuah model linier,di mana, variabel dependen adalah tingkat tabungandomestik bruto atau dan variabel­variabelindependen disusun dalam sebuah model regresilinier, yaitu:

di mana, TDB = Tabungan Domestik Bruto, PDB= Produk Domestik Bruto, IND = nilai tambahindustri manufaktur, X = ekspor barang dan jasa, M =nilai impor barang dan jasa, M2 = broad money, r =suku bunga riil, H = laju inflasi, g = pertumbuhanPDB, = kesalahan estimasi (error term), t =waktu (tahunan), untuk i = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan11 adalah parameter yang diestimasi yang diharapkanmemiliki nilai yang bernas (significant) berdasarkanpenilaian statistik, serta = pertumbuhan PDB

pada periode t yang dihitung menggunakan rumus,yaitu:

di mana, ln = natural log, PDB = ProdukDomestik Bruto, dan TDB = Tabungan DomestikBruto.

Model regresi pada persamaan (1) diaplikasikandi Indonesia menggunakan data time series dari tahun1971 sampai dengan tahun 2016. Data time seriesPDB dalam periode 1971­2016 disusun atas dasarharga konstan tahun 2010 yang merupakanpenggabungan dari beberapa data PDB dengan tahundasar berbeda publikasi Badan Pusat Statistik BPS).Diketahui bahwa pada setiap tahun ditetapkan hargakonstan, nilai PDB harga berlaku sama dengan nilaiPDB harga konstan. Dalam periode 1971­2016, BPStelah melakukan perhitungan pendapatan nasionalIndonesia atas dasar 5 (lima) harga konstan yangberbeda, yaitu, (1) harga konstan tahun 1973, (2)harga konstan tahun 1983, (3) harga konstan tahun1993, (4) harga konstan tahun 2000, dan (5) hargakonstan tahun 2010.

Menggunakan data PDB harga konstan tahun2010 dari www.bps.go.id sebagai dasar nilai PDBatas dasar harga kostan 2010 atauSelanjutnya, data time series PDB dari tahun 1971sampai tahun 2010 menggunakan formulasi, yaitu:

di mana, = pertumbuhan PDB tahun2010. Data pertumbuhan PDB atas dasar hargakonstan tahun 1973, 1983, 1993, 2000 digunakansebagai angka pertumbuhan PDB dalam menyusundata time series PDB dari tahun 1971 sampai dengan2009 menggunakan formulasi pada persamaan (3).Data time series PDB tahun 2011 sampai tahun 2016menggunakan formulasi, yaitu:

di mana, = pertumbuhan PDB tahun2011. Data pertumbuhan PDB atas dasar hargakonstan tahun 2010 dalam periode 2011­2016diperoleh dari www.bps.go.id, dengan demikian,menggunakan formulasi pada persamaan (4) dapatdisusun time series PDB dari tahun 2011 sampaitahun 2016.

Data tingkat tabungan domestik bruto atau rasioantara TDB dan PDB dari tahun 1971 sampai dengantahun 2016, sebagai variabel dependen pada

Page 4: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018150

persamaan (1) diperoleh dari tiga sumber. Data rasioantara TDB dan PDB untuk tahun 1980­2012diperoleh dari data.worldbank.org, untuk periode1971­01980 diperoleh dari publikasi Biro PusatStatistik Indonesia (1986), dan untuk periode 2013sampai tahun 2016 diperoleh dari www.bps.go.id.Demikian penjelasan secara ringkas metodemenyusun data time series rasio antara TDB danPDB dari tahun 1971 sampai dengan 2016.Mengunakan data time series PDB atas dasar hargakonstan 2010 dalam periode 1971­2016 hasilkalkulasi menggunakan formulasi pada persamaan(3.3) dan (3.4), dan tersedia data rasio antara TDBdan PDB dalam periode yang sama, maka dapatdisusun data time series TDB dalam periode 1971­2016, singkatnya TDB adalah hasil perkalian antararasio TDB dalam PDB dengan PDB. Data timeseries PDB, TDB, dan TDB/PDB Indonesia 1971­2016, atas dasar harga konstan 2010, dalam grafik,ditunjukkan pada Gambar berikut:

Gambar 1. Grafik PDB, TDB, dan TDB/PDBIndonesia Tahun 1971­2016

Data suku bunga nominal yang digunakan adalahsuku bunga deposito berjangka 3 (tiga) bulan. Adadua sumber data, yaitu, (1) ww.bi.go.id, dan (2)data.worldbank.org, sehingga disusun data timeseries suku bunga nominal dalam periode 1971­2016.Data inflasi adalah laju pertumbuhan hargaberdasasrkan data indeks harga konsumen (consumerprice index) dalam periode 1971­2016. Ada duasumber data, yaitu, (1) www.bps.go.id, dan (2)data.worldbank.org, sehingga disusun data timeseries inflasi di Indonesia dalam periode 1971­2016.Menggunakan data suku bunga nominal dan inflasi,maka dapat disusun suku bunga riil (real interestrate) untuk Indonesia dalam periode 1971­2016.

Data rasio antara jumlah uang yang beredar(broad money atau M2) terhadap PDB untukIndonesia dalam periode 1971­2016 diperoleh dari

data.worldbank.org. Data persentase nilai ekspor dannilai impor dalam PDB Indonesia dalam periode1971­2016 diperoleh dari data.worldbank.org.

Tidak tersedia data time series indeks Gini atauindeks distribusi pendapatan di Indonesia dalamperiode 1971­2016. BPS tidak tiap tahun melakukansurvei guna mendapatkan data indeks Gini. Dalamstudi ini, ada dua sumber data, yaitu, dari Hill (1996)dan http://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1116.Menggunakan tehnik interpolasi linier, karena dalamperiode 1971­2016 tidak setiap tahun tersedia data,disusun data time series Gini Indonesia dalamperiode 1971­2016.

HASIL DAN PEMBAHASANSebanyak sembilan butir kesan berkaitan dengan

beberapa indikator ekonomi Indonesia yangdirangkuman pada Tabel 1. Kesan­kesan tersebutakan dipaparkan dalam uraian berikut ini. Kesanpertama, Indonesia berhasil dalam mengendalikaninflasi. Pada periode 1971­1980, laju inflasi sebesar17.5 persen, dan turun menjadi 5.4 persen padaperiode 2011­2016.

Kesan kedua, Indonesia semakin mampumengendalikan keseimbangan perdagangan luarnegeri yang ditandai dengan tidak lebih dari tigapersen dalam PDB perbedaan antara ekspor danimpor. Pada periode 1971­1980 ekspor dan impordalam PDB sebesar 23.1 persen dan 20.6 persen, atauketimbangan sebesar 2.5 persen. Pada periode 2011­2016 ekspor dan impor dalam PDB sebesar 23.4persen dan 23.2 persen, atau ketimbangan sebesar 0.2persen. Artinya keseimbangan perdaganganinternasional Indonesia semakin baik, dari 2.5 persendalam PDB pada tahun 1971­1970 menjadi 0.2persen pada periode 2011­2016.

Kesan ketiga, yaitu, kekuatan mesin ekonomiIndonesia dalam 1971­2016 dalam menghasilkanpertumbuhan cenderung semakin menurun. Hal inidilihat dari semakin tinggi TTDB tetapimenghasilkan pertumbuhan yang semakin kecil.Pada periode 1971­1980 dengan TTDB sebesar 18.5persen menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar7.9 persen. Pada periode 2011­2016 dengan TTDBsebesar 32.4 persen menghasilkan pertumbuhanekonomi 5.5 persen. Untuk menghasilkan satupersen pertumbuhan ekonomi, makin lama butuhmodal yang besar.

Page 5: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018151

Kesan keempat, ketimpangan pendapatancenderung tanpa perbaikan, bahkan sebaliknyacenderung semakin besar. Pada periode 1971­1980Gini rasio sebesar 34.9 persen, dengan TTDB sebesar18.5 persen, dan pada periode 2011­2016 Gini rasiosebesar 40.9 persen dengan TTDB sebesar 32.4persen. Artinya, semakin besar TTDB semakin tinggiketimpangan pendapatan.

Kesan kelima, kinerja nilai tambah industrimanufaktur kurang menggembirakan diukur dalamPDB, pada periode 2001­2010 sebesar 35.9 dan padaperiode 2011­2016 sebesar 21.7 persen, sementarapada periode yang sama TTDB meningkat dari 28.4persen menjadi 32.4 persen. Artinya, semakin tinggiTTDB, semakin menurun nilai tambah industrimanufaktur dalam PDB. Seperti terlihat pada Tabel 1berikut:

Tabel 1. Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia,1971­2016

Kesan keenam, jumlah penduduk Indonesiayang tinggal di perkotaan semakin besar, padaperiode 1971­1980 seebsar 19.6 perrsen, baikmenjadi 53.5 persen pada periode 2011­2016.Artinya, semakin tinggi TTDB cenderung semakinbesar jumlah penduduk Indonesia yang tinggal didaerah perkotaan.

Kesan ketujuh, Bank Indonesia pada pasca krisisekonomi tahun 1997­1998 cenderung mengurangijumlah uang yang beredar (M2) diukur dalam PDB.Rasio M2 dalam PDB pada periode 2001­2010sebesar 43 persen, dan pada periode 2011­2016 turunmenjadi 38.9 persen, bandingkan dengan sebelumkrisis moneter (1991­2000) sebesar 50.9 persen.

Kesan kedelapan, suku bunga riil masih positif,hal ini berbeda dengan di negara­negara maju yangsaat ini cenderung menganut suku bunga riil negatif.Di Indonesia, pada periode 2011­2016 suku bunga riildeposito berjangka tiga bulan sebesar 1.8 persen.

Kesan kesembilan, ketergantungan pendudukmenurut umur semain menurun, pada periode 1971­1980 sebesar 84.6 turun menjadi 49.5 persen padaperiode 2011­2016. Dengan adanya penurunan bebanbiaya per kapita diharapkan akan memberisumbangan positif terhadap TTDB, seperti terlihatpada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Augumented Dickey Fuller Testterhadap Data Time Series 11Indikator Ekonomi Indonesia, 1971­2016

Model pada persamaan (1) diaplikasikanmenggunakan metode OLS (ordinary least quares).Sebelum menggunakan metode tersbut, terlebihdahulu diuji data sebanyak 11 buah variabel. Diujiapakah data tersebut memiliki karakteristik variasiyang tidak berbeda bernas pada setiap periode, atauhipoteis stasioner diterima. Hasil uji stasionerdilakukan uji ADF (augumented Duckey Fuller Test)seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Semua datauntuk 11 buah variabel adalah stasioner, artinyametode OLS dapat digunakan untuk mengestimasihubungan antara 11 variabel independent dan TTDBsebagai variabel dependen, atau seperti yangditunjukkan pada persamaan (1), seperti terlihat padaTabel 3 berikut:

Page 6: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018152

Tabel 3. Aplikasi Persamaan (1) di Indonesia,1971­2016 (Tingkat TabunganDomestik Bruto sebagai VaribelDependen)

Hasil metode OLS pada Tabel 3 masih belumsepenuhnya memenuhi asumsi klasik kelayakan,yaitu, (a) masih terdapat masalah multikolinieritas,(b) masih terdapat masalah heteroskedastisitas, dan(c) masalah ketidakpastian keputusan autokorelasi.Walaupun demikian, hasil regresi pada Tabel 3tersebut masih dapat digunakan untuk menjelaskanhubungan antara TTDB sebagai variabel yangdijelaskan dengan 11 buah variabel penjelasan, tetapibukan untuk tujuan prediksi karena masih belumterpenuhi asumsi klasik.

Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa sebanyak tigavaribel penjelasan yang tidak bernas, yaitu, (1) indeksgini, (2) jumlah uang beredar dalam arti luar (broadmoney), dan (3) suku bunga riil (real three­monthdeposit rate). Faedah analitis ketidakbernasan daritiga variabel independen tersebut akan dipaparkandalam uraian berikut ini.

Studi ini menunjukkan bahwa tidak bernas kaitanantara ketimpangan pendapatan (indeks Gini) danTTDB di Indonesia menggunakan data time seriesdari tahun 1971­2016, seharusnya hubungan bernaspositif kalau program kebijakan redistribusipendapatan berhasil. Hubungan yang bernas, artinya,semakin tinggi TTDB, sama sekali tidak terkaitdengan perbaikan ketimpangan pendapatan.

Sehubungan dengan itu, relevan dengan pesan dariBank Dunia (www.worldbank.org) pada tahun 2014yang lalu untuk Indonesia yang memiliki salah satutingkat ketimpangan tinggi di kawasan Asia Timur,dengan naiknya koefisien Gini dari 0,32 pada 1999menjadi 0,41 pada 2012. Naiknya ketimpangan bisaberdampak buruk pada kondisi sosial dan politik,juga pada pertumbuhan ekonomi. Menurunkantingkat ketimpangan memerlukan strategi holistikyang mencakup adanya akses layanan umum yangsetara, meningkatkan produktivitas penduduk miskin,serta meningkatkan program perlindungan sosialyang bisa membantu masyarakat miskin dari berbagaiguncangan.

Nilai tambah industri manufaktur dalam PDBadalah salah satu variabel penjelasan terhadap tingkattabungan domestik bruto di Indonesia memberisumbangan yang bernas tetapi negatif, seyogianyapositif. Kondisi Indonesia yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, jumlah penduduk yangbanyak, kalau ingin mencapai pertumuhan ekonomiyang tinggi (seperti Tiongkok) maka salah satusumber utama pertumbuhan adalah melalui programindusrialisasi sehingga tumbuh industri manufakturyang memiliki keunggulan. Kenyataan menunjukkanbahwa nilai tambah industri diukur dalam PDBmemberi sumbangan negatif terhadap tabungandomestik bruto. Kenyataan ini harus diubah darinegatif menjadi positif melalui reevaluasi programindustrialisasi secara keseluruhan, sehingga tumbuhindustri makin efisien dan makin kuat bersaing baikdomestik maupun global, pada gilirannya memilikiskala produksi yang besar yang mampu memberisumbangan terhadap pertumbuhan danmemberdayakan tenaga kerja, pada gilirannya akanpositif peran nilai tambah industri manufakturterhadap tabungan domestik bruto. Ringkasnya,dampak program industrialisasi di Indonesia dalamperiode 1971­2016 terhadap tabungan domestik brutoadala negatif bernas, dan ke depan diharapkan akanberubah menjadi positif.

Berkaitan dengan program industrialisasi,beberapa rangkuman dari beberapa studi, antara lain,Rau dan Roncek, 1987, Murphy, Sheifer dan Vishny,(1989), Neuman (1990), Bennard and Jones (1996).Pertama, bila suatu negara tidak menghendakikondisi yang semakin tertinggal dalam meningkatkankesejahteraan rakyatnya, maka pembangunan indusrimenjadi salah satu pendekatan yang sukses seperti

Page 7: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018153

yang dilakukan Tiongkok yang dimulai sejak tahun1940­an secara berkesinambungan. Kedua,kesuksesan program industrialisasi bukan hanyadengan pendekatan big­push, tetapi lebih fokus padakebijakan memilih yang unggul dilihat dari aspekketerkaitan antar­sektor industri, sehingga berpeluangmenjadi industri manufaktur skala besar. Ketiga,membangun industri disertai dengantidakpengendalian kualitas menunju kualitas dunia.Keempat, memacu peningkatan produktivitas agarmampu mewujudkan harga yang kompetitif, sertamenjadi kegiatan utama dalam perekonomian untukmenyerap tenaga kerja. Kelima, pembangunanindustrialisasi butuh waktu yang cukup lama, dansering ada kendala kontinuitas bila terjadi perubahanrezim politik, dan bila tanpa kesinambungankebijakan maka program industrialisasi berpeluangkecil untuk berhasil seperti yang dialami Indonesiadalam periode 1971­2016.

Inflasi adalah ukuran utama kestabilan ekonomi.Inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka panjangakan memberi sumbangan positif terhadap tingkattabungan domestic bruto. Dalam studi ini, inflasibeperan negatif bernas terhadap tingkat tabungandomestik bruto. Fenomena ini adalah pola (umumbila terjadi peningkatan harga akan meningkatpengeluaran untuk konsumsi, pada gilirannyatabungan berkurang dilihat dari persentase terhadappendapatan. Pengalaman negara­negara AmerikaLatin menunjukkan bahwa pada era inflasi tinggisemua program pembangunan tidak nampak hasilnya,tetapi pada era inflasi rendah dengan usaha yangsama memberi dampak yang signifikan dalammeningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengendalianinflasi agar berada pada tingkat terkendali danrendah, serta stabil dalam jangka panjang, mejaditugas utama negara, baik melalui kebijakan fiskalmaupun kebijakan moneter, dan kebijakan pendukunglainnya, karena pada umumnya peran langsungnegara dalam kegiatan ekonomi cendrung semakinmenurun.

Ada hubungan signifikan negatif antara agedependency ratio dengan TTDB di Indonesia. StudiSantacreu (2016) menjelaskan bahwa semakinmeningkat (bukan semakin menurun) age dependencyratio atau rasio antara jumlah penduduk di bawah 15tahun dan di atas 65 tahun dibandingkan denganjumlah penduduk yang berumur dari 15 tahun sampai65 tahun, sejalan dengan peningkatan pendapatan per

kapita dan kesejahteraan rakyat. Hipotesis ini diujiberlaku di negara­negara industri maju, beberapanegara Amerika Latin, dan negara­negaraberkembang. Dengan adanya hipotesis ini, makaseyogianya hubungan antara age dependency ratiodengan TTDB adalah signifikan positif. Programtabungan untuk hari tua, dengan program tabungankesehatan serta jaminan sosial lainnya, baik yangdibiayai dari transfer pemerintah maupun biayasendiri oleh rakyat, maka mendorong peningkatanTTDB. Dengan program tabungan seperti itu, makake depan hubungan antara age dependency ratiodengan TTDB di Indonesia berubah dari negatifmenjadi positif.

Terdapat hubungan signifikan negatif antara rasioantara jumlah penduduk yang migrasi dan tinggal diperkotaan (urban population ratio) dan jumlahpenduduk keseluruhan dengan TTDB di Indonesiaberdasarkan data tahun 1971­2016. Seharusnya,terdapat hubungan positif bila yang pindah ke kotahanya mereka yang memiliki keahlian danpendidikan sehingga tidak mengalami kesulitan untukmendapatkan pekerjaan di daerah perkotaan. Dayatarik kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomimenjadi daya tarik untuk melakukan urbanisasi.Kebijakan relokasi pusat pertumbuhan ke wilayahpedesaan menjadi salah satu solusi dengan upayaterpadu baik kebijakan pemerintah maupun alokasiinvestasi swasta. Wilayah kota yang dinilai sangatpadat perlu pembatasan kegiatan ekonomi, tidakefisien menambah semakin padat infrastruktur, tetapimengalokasikan kegiatan ekonomi pada wilayah yangmasih belum berkembang melalui pengadaaninfrastruktur ekonomi untuk memancing para investoruntuk berinvestasi.

Kebiasaan menabung berperan positif dalammeningkatkan TTDB. Hal ini dilihat dari positifsignifikan kontribusi variabel lag satu tahun tingkattabungan domestik bruto sebagai variabel independenterhadap tingkat tabungan domestik bruto.Kampanye menabung dapat menunjang peningkatantabungan domestik yang berlandaskan pada konsephipotesis siklus kehidupan (the life cycle hypothesis),menabung bukan hanya ditentukan kemampuan(tingkat pendapatan) tetapi juga kemauan untukkeperluan pembiayaan pendidikan anak­anak,asuransi kesehatan, untuk berjaga­jaga, untuk fungsisosial, dan dana pesiun dihari tua. Tabungan dapatdipandang sebagai salah satu pilar ketahanan

Page 8: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018154

ekonomi sebuah negara, baik dalam kehidupanberbangsa, bernegara, bermasyarat, dan setiapkeluarga, seperti terlihat padaTtabel 4 berikut:

Tabel 4. Variabel Dependen adalah Log TingkatTabungan Domestik Bruto diIndonesia, 1971­2016

Sumber: Hasil regresi menggunakan EviewsUntuk mengidentifikasi indikator kunci penentu

TTDB di Indonesia, maka dilakukan penyederhanaanmodel pada persamaan (1) dengan memperhatikanhasil OLS pada Tabel 3, yaitu, mengeluarkanvariabel yang tidak bernas, dan melakukanpenormalan data, sehingga diperoleh hanya empatbariabel indepeden terhadap TTDB seperti yangditunukkan pada Tabel 4. Walaupun parameter hasilregresi pada Tabel 4 untuk semua variabelindependen adalah signifikan di bawah satu persentingkat kesalahan, namun perlu dilakukan pengujianlanjutan untuk menilai apakah telah terpenuhi asumsiklasik regresi untuk dinyatakan sebagai metodepengestimasi terbaik, yaitu, (1) uji linieritas, (2) ujinormalitas data, (3) uji multikolineratitas, (4) ujiautokorelasi, dan (5) uji heteroskedastisitas.

Uji normalitas yang dimaksud dalam asumsiklasik pendekatan OLS (ordinary least squares)adalah (data) residual yang dibentuk model regresilinier terdistribusi normal, bukan variabel bebasataupun variabel terikatnya. Pengujian terhadapresidual terdistribusi normal atau tidak dapatmenggunakan uji Jarque­Bera. Keputusanterdistribusi normal tidaknya residual secarasederhana dengan membandingkan nilai ProbabilitasJB (Jarque­Bera) hitung dengan tingkat alpha 0,05(5%). Apabila probabilitas JB hitung lebih besar dari0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residualterdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilainyalebih kecil maka tidak cukup bukti untuk menyatakanbahwa residual terdistribusi normal. Nilai probabilitasJB hitung sebesar 0,9797 > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal yangartinya asumsi klasik tentang kenormalan telahdipenuhi.

Ringkasnya, hasil metode OLS pada Tabel 4adalah BLUE (the best linear unbiased estimator)dan telah memenuhi semua asumsi klasik kelayakanOLS. Dengan demikian, empat faktor kunci penentuTTDB di Indonesia, yaitu, (1) memelihara kebiasaanmenabung, (2) inflasi, (3) ekspor, dan (4) impor.Menabung tidak hanya ditentukan oleh kemampuan(tingkat pendapatan) semata, tetapi ditentukan olehkemauan (keinginan) yang tumbuh dari kebiasaan.Inflasi penting dikendalikan pada tingkat yangserendah­rendahnya dalam jangka panjang, agarmenjadi pendorong kemampuan menabung nasional.Ekspor berperan positif dalam meningkatkankemampuan menabung, dan impor berperan negatifterhadap tabungan nasional.

PENUTUP

Kesimpulan

Menggunakan metode OLS yang memenuhisemua asumsi klasik kelayakan OLS, ditemukanempat indikator ekonomi yang menjadi kunci penentuTTDB di Indonesia, yaitu, (a) kebiasaan menabung,(2) inflasi, (3) ekspor, dan (4) impor. Menggunakanmetode OLS tetapi mengabaikan asumsi klasikkelayakan OLS, dari 11 variabel independen, (a)sebanyak tiga variabel yang tidak bernas, yaitu, (1)indeks Gini, (2) jumlah uang beredar (M2), dan (3)suku bunga riil, serta (b) sebanyak delapan variabelyang bernas, yaitu, (1) kebiasaan menabung, (2)pertumbuhan PDB, (3) nilai tambah industri, (4)ekspor, (5) impor, (6) age dependency ratio, (7)urban population, dan (8) inflasi.

Saran­Saran

Diharapkan studi TTDB dilanjutkan denganrincian menurut institusi ekonomi, sepertiperusahaan, rumahtangga dan pemerintah.Diharapkan studi TTDB dikaitkan dengan InvestasiDomestik Bruto (IDB), sehingga dapat diketahuikeseimbangan tabungan dan investasi.

Page 9: IDENTIFIKASI INDIKATOR UTAMAPENENTU TABUNGAN …

Dalizanolo Hulu,147 ­ 155

Identifikasi Indikator Utama PenentuTabungan Domestik Bruto di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Ekonomika Volume 1 Nomor 2 April 2018155

DAFTAR PUSTAKAAhmad, K, Mahmood, H. Macroeconomic Determinants of

National Savings Revisited: A Small Open Economy ofPakistan. World Applied Sciences Journal, Vol. 21, No. 11,2013.

Aleemi, A.R., Ahmed, S., Tariq, M. The Determinants OfSavings: Empirical Evidence From Pakistan. InternationalJournal of Management Sciences and Business Research,Vol. 4, No. 1, 2015

Ando, A., Modigliani, F. The "Life Cycle" Hypothesis of Saving:Aggregate Implications and Tests. The American EconomicReview, Vol. 53, No. 1, 1963.

Arok, B.A. Determinants of Gross Domestic Savings in Kenya.Thesis for Master of Arts in Economics of the University ofNairobi, 2014.

Ayalew, A. H. Determinants of Domestic saving in Ethiopia: AnAutoregressive Distributed lag (ARDL) Bounds TestingApproach. Journal of Economics and InternationalFinance, Vol. 5(6), 2013.

Bernard, A.B. and Jones, C.I. Productivity Across Industries andCountries: Time Series Theory and Evidence. The Review ofEconomics and Statistics, Vol. 78, No. 1, 1966.

Biro Pusat Statistik, Perkembangan Tabungan Mayarakat 1970­1983: Metode Pendekatan Makro. Publikasi Biro PusatStatistik, Jakarta­Indonesia, 1986.

Chaudhry, I.S., Riaz. U., Farooq, F., Zulfiqar, S. The Monetaryand Fiscal Determinants of National Savings in Pakistan:An Empirical Evidence from ARDL approach to Co­integration. Pakistan Journal of Commerce and SocialSciences, Vol. 8 (2), 2014.

Chenery, H., Syrquin, M. Pattern of Development, 1950­1970.Oxford University Press, 1975.

Deaton, A. Savings in Developing Countries: Theory andReview. Proceeding of The World Bank Conference on theDevelopment Economics, 1989.

Deaton, A. The Great Escape: Health, Wealth, and Origin ofInequality. Princeton University Press, 41 William Street,Princeton, New Jersey, 2013.

Edward, S. Why are Saving Rate so different Across Country?: AnInternational Comparative Analysis, Working PaperNumber 5097, National Bureau of Economic Research,1050 Massachusetts Avenue, Cambridge, MA 02138, 1995.

Gök, A. A Time Series Analysis of the Determinants of PrivateSavings in Turkey. Afro Eurasian Studies Journal, Vol 3.Issue 1, 2014.

Gujarati, D.N., Porter, D.C. Essensial of Econometrics. FourthEdition, The McGraw­Hill Inc., New York, 2010.

Khan, H.H.A, Abdullah, H. Saving Determinants in Malaysia.Jurnal Ekonomi Malaysia, Vol. 44, 2010.

Kivindu, M.M. Factors Determining Gross Domestic Savings inKenya. Research Paper, University of Nairobi, 2013.

Loayza, N., Schmidt­Hebbel, K., dan Servén, L. Saving inDeveloping Countries: An Overview. The World BankEconomic Review, Vol. 14, No. 3, 2000.

Murphy, K.M., Shleifer, A., Vishny, R.W. Industrialization andthe Big Push. Journal of Political Economy, Vol. 97, No. 5,1989.

Modiliani, F. The Life Cycle Hypothesis of Savings, Demand forWealth and the Supply of Capital. Social Research, Vol. 33,No.2, 1966.

Neumann, M. Industrial Policy and Competition Policy.European Economic Review, Vol. 34, 1990.

Rau, W., and Roncek, D.W. Industrialization and WorldInequality: The Transformation of the Division of Labor in59 Nations, 1960­1981. American Sociological Review, Vol.52, No. 3, 1987.

Santacreu, A.M. Long­Run Economic Effects of Changes in theAge Dependency Ratio. Federal Reserve Bank of St. LouisEconomic Synopsis, Number 17, 2016.

Touny, M. A. Determinants of Domestic Saving Performance inEgypt: An Empirical Study. Journal of Commercial StudiesResearch, Benha University, Vol. 1, 2008.