KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

12
99 KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM KABA CINDUA MATO (Minangkabau Vocabularies that Potentially Being Archaic in Kaba Cindua Mato) Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi Pascasarjana Program Studi Linguistik FIB Universitas Andalas Hp. 085274452216; Pos-el [email protected] (Diterima tanggal 23 Agustus 2017; Disetujui tanggal 27 Oktober 2017) Abstract The language changes may cause a word to be no longer used or called archaic. This study aims to describe the vocabulary of Minangkabau language that potentially archaic found in the Kaba Cindua Mato script. This study was analyzed by diachronic dialectology theory and the method of matching with the technique of decisive element as the basic technique and differential interfacing technique as an advanced technique. Based on the results of the study found 122 vocabularises of potential archaic in Kaba Cindua Mato script which are divided into 43 verbs, 7 adjectives, 5 adverbs, and 68 nouns. Based on the opinion of the respondents (active speakers of Minangkabau language domiciled in Padang City) it is concluded that from 122 vocabularies potentially archaic in Kaba Cindua Mato script there are 22 active vocabularies, 46 semi-archaic vocabularies, and 56 archaic vocabularies. Keywords: term; vocabulary; arkais, Kaba Cindua Mato Abstrak Perubahan bahasa antara lain menyebabkan suatu kata menjadi tidak digunakan lagi atau disebut arkais. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kosakata bahasa Minangkabau yang berpotensi arkais yang ditemukan dalam naskah Kaba Cindua Mato. Penelitian ini menggunakan metode simak dan teknik catat dalam mengumpulkan data, selanjutnya data dianalisis dengan teori dialektologi diakronis dan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu sebagai teknik dasar dan teknik hubung banding membedakan sebagai teknik lanjutan. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan formal. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 122 kosakata yang berpotensi arkais dalam naskah Kaba Cindua Mato yang terbagi dalam 68 kata benda, 43 kata kerja, 7 kata sifat, dan 5 kata keterangan. Berdasarkan pendapat responden (penutur aktif bahasa Minangkabau yang berdomisili di Kota Padang) diperoleh simpulan bahwa dari 122 kosakata yang berpotensi arkais dalam naskah Kaba Cindua Mato terdapat 22 kosakata yang masih aktif, 46 kosakata semi arkais, dan 56 kosakata yang arkais. Kata kunci: istilah; kosakata; arkais, Kaba Cindua Mato SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

Transcript of KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

Page 1: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

99

KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAISDALAM KABA CINDUA MATO

(Minangkabau Vocabularies that Potentially Being Archaicin Kaba Cindua Mato)

Fitria Dewi, Nadra, dan M. YusdiPascasarjana Program Studi Linguistik

FIB Universitas AndalasHp. 085274452216; Pos-el [email protected]

(Diterima tanggal 23 Agustus 2017; Disetujui tanggal 27 Oktober 2017)

AbstractThe language changes may cause a word to be no longer used or called archaic. This studyaims to describe the vocabulary of Minangkabau language that potentially archaic found inthe Kaba Cindua Mato script. This study was analyzed by diachronic dialectology theory andthe method of matching with the technique of decisive element as the basic technique anddifferential interfacing technique as an advanced technique. Based on the results of the studyfound 122 vocabularises of potential archaic in Kaba Cindua Mato script which are dividedinto 43 verbs, 7 adjectives, 5 adverbs, and 68 nouns. Based on the opinion of the respondents(active speakers of Minangkabau language domiciled in Padang City) it is concluded thatfrom 122 vocabularies potentially archaic in Kaba Cindua Mato script there are 22 activevocabularies, 46 semi-archaic vocabularies, and 56 archaic vocabularies.Keywords: term; vocabulary; arkais, Kaba Cindua Mato

AbstrakPerubahan bahasa antara lain menyebabkan suatu kata menjadi tidak digunakan lagi atau disebutarkais. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kosakata bahasa Minangkabau yang berpotensiarkais yang ditemukan dalam naskah Kaba Cindua Mato. Penelitian ini menggunakan metodesimak dan teknik catat dalam mengumpulkan data, selanjutnya data dianalisis dengan teori dialektologidiakronis dan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu sebagai teknik dasar dan teknikhubung banding membedakan sebagai teknik lanjutan. Hasil analisis data disajikan dengan metodeinformal dan formal. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 122 kosakata yang berpotensi arkaisdalam naskah Kaba Cindua Mato yang terbagi dalam 68 kata benda, 43 kata kerja, 7 kata sifat,dan 5 kata keterangan. Berdasarkan pendapat responden (penutur aktif bahasa Minangkabau yangberdomisili di Kota Padang) diperoleh simpulan bahwa dari 122 kosakata yang berpotensi arkaisdalam naskah Kaba Cindua Mato terdapat 22 kosakata yang masih aktif, 46 kosakata semi arkais,dan 56 kosakata yang arkais.Kata kunci: istilah; kosakata; arkais, Kaba Cindua Mato

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM99

Page 2: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

100

1. PendahuluanKosakata arkais dipahami sebagai

kosakata lama yang sudah tidak digunakan lagi.Sebuah kosakata dapat menjadi arkais karenapenutur sudah tidak memamakainya lagi dalamkomunikasi sehari-hari. Hal itu dikarenakan sifatbahasa yang dinamis, yakni berkembang sesuaidengan kebutuhan pemakainya. Sifat bahasayang demikian mendasari terjadinya perubahanbahasa. Hal itu sejalan dengan pendapat Trask(2000:182) bahwa setiap bahasa yang hidupdi dunia senantiasa dalam keadaan sedangberubah. Perubahan bahasa adalah prosesperubahan yang terjadi dalam elemenkebahasaan seiring berjalannya waktu(Lyons,1981). Perubahan bahasa itu dapatdilihat dari adanya perubahan kaidah yangterjadi pada semua tataran linguistik, sepertifonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Salah satu cara mengamati prosesperubahan bahasa adalah denganmembandingkan penggunaan bahasa tersebutpada dua periode waktu penggunaannya.Perbandingan waktu penggunaan bahasadidasarkan pada sifat pengkajian perubahanbahasa yang bergerak dari masa lampau kemasa kini (Lyons, 1981). Dengan kata lain,proses perubahan suatu bahasa dapat diamatidengan membandingkan penggunaan bahasa dimasa lampau dengan penggunaan bahasa padasaat ini. Penggunaan bahasa di masa lampauakan lebih mudah ditelusuri pada bahasa-bahasa yang sudah dituliskan. Dengan kata lain,pemakai bahasa tersebut sudah mengenal tradisitulis sehingga sudah membuat dokumen ataunaskah tertulis dengan bahasa tersebut. Hal itusejalan dengan pendapat Chaer (2004:134)yang mengatakan bahwa perubahan bahasadapat ditelusuri, terutama pada bahasa-bahasayang pemakainya telah mengenal tradisi tulis danmempunyai dokumen tertulis dari masa lampau.

Bahasa Minangkabau sebagai bahasa yangdigunakan oleh sebagian besar masyarakat diSumatra Barat, juga tidak terlepas dariperubahan tersebut. Penutur bahasaMinangkabau berjumlah 6.500.000 orang(Nadra, 2006:3). Jumlah penutur bahasa

Minangkabau menduduki peringkat kedelapandibandingkan penutur bahasa Austronesialainnya (Tyron dalam Nadra, 2006:3). DiIndonesia, penutur bahasa Minangkabaumenduduki peringkat kelima dari sepuluhbahasa daerah terbesar (Muhajir dalam Nadra,2006:3), sedangkan di Sumatra, bahasaMinangkabau adalah bahasa kedua terbesarsetelah bahasa Melayu (Nadra, 2006:3).

Perubahan pada bahasa Minangkabaumengikuti perubahan bahasa yang padadasarnya adalah alami, normal, dan tidakterhindarkan (Charles:2009). Setiap penuturbahasa tidak dapat menghindari adanyaperubahan bahasa. Bukti perubahan tersebutdapat dengan mudah diobservasi apabilapemakai bahasa tersebut memiliki tradisi tulisdan mempunyai dokumen-dokumen yang ditulisdengan bahasa tersebut (Labov, 2001:4).Perubahan yang terjadi dalam bahasaMinangkabau dapat diamati, salah satunyadengan membandingkan kosakata yangdigunakan dalam naskah dan kosakata yangdigunakan penutur saat ini, naskah yangdimaksud adalah naskah kaba.

Kaba adalah salah satu naskah yang ditulisdalam bahasa Minangkabau.Kaba merupakankarya sastra Minangkabau yang utama danyang paling populer dalam sastra Minangkabaudibandingkan dengan pantun, pepatah-petitih,dan mantra (Djamaris, 2004:1). Kabadidefinisikan sebagai cerita prosa berirama,berbentuk narasi (kisahan), dan tergolong ceritapanjang, sama dengan pantun Sunda.Berdasarkan isi cerita, kaba sama denganhikayat dalam sastra Indonesia lama atau noveldalam sastra Indonesia modern (Djamaris,2002:78). Sebagai karya sastra Minangkabau,kaba mengandung nilai-nilai kebudayaan milikmasyarakat Minangkabau. berdasarkan temacerita, kaba dibagi menjadi kaba klasik dan kaamoern. Kaba klasik bertemakan seorangmanusia dengan kekuatan adikodrati dandianggap terjadi pada masa lampau yang jauh.Kaba modern bertemakan manusia biasa dandianggap terjadi pada masa lampau yang dekat(Djamaris, 2004).

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM100

Page 3: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

101

Kaba Cindua Mato termasuk salah satukaba klasik yang mengisahkan petualangantokoh utamanya, Cindua Mato, dalam membelakebenaran. Cerita ini masih digemari dan telahbanyak dibahas para peneliti (Djamaris, 2002).Kaba Cindua Mato menggambarkan keadaanidealKerajaan Pagaruyung menurut pandanganorang Minangkabau (Abdullah). Edisi cetaktertua kaba ini adalah yang dicatat oleh VanDer Toorn, Tjindur Mato, Minangkabausch-Maleische Legende. Edisi ini hanya memuatsepertiga saja dari manuskrip asli yang tebalnya500 halaman. Pada tahun 1904, Datuk Garangmenerbitkan edisi lengkap kaba ini diSemenanjung Malaya dalam aksara Jawi. Edisiini mirip dengan versi Van Der Toorn. EdisiDatuk Garang didasarkan pada manuskrip milikkeluarga seorang Tuanku Laras di daerahMinangkabau timur (Abdullah). Edisi laindituliskan oleh Saripado (1930), Madjoindo(1964), Endah (1967), Singgih (1972) danPenghulu (1982). Cerita ini juga telah disadurke dalam bentuk sandiwara oleh Moeis (1924),Penghulu (1955), dan Hadi (1977 dan dalamEsten, 1992) (Djamaris, 2002). Naskah kabaini tersimpan di berbagai perpustakaan, antaralain Jakarta (Juynboll, 1899) dan Leiden (VanRonkel, 1921) (Abdullah).

Abdullah (2009:118) menyatakan bahwakaba merupakan percampuran berbagaikonsep universal yang sejalan dengan tradisimasyarakat Minang. Hubungan kaba denganmasyarakat Minangkabau sebagai pendukungnilai-nilai kebudayaan tidak dapat dipisahkankarena kaba menyuguhkan fenomena sosialyang ada dalam kehidupan masyarakatMinangkabau sehari-hari. Hal itu sejalan denganpendapat Jobrahim (1994:221) bahwa sastramenampilkan gambaran kehidupan dankehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataansosial. Seluruh fenomena kehidupan sosialmasyarakat Minangkabau yang disuguhkandalam kaba dikisahkan melalui bahasaMinangkabau. Oleh karena itu, penggunaanbahasa Minangkabau dalam kaba juga dapatditelisik untuk mengamati perubahan yangterjadi pada bahasa Minangkabau.

Secara umum, penelitian ini bermaksudmengkaji bentuk-bentuk kosakata bahasaMinangkabau yang berpotensi arkais yangditemukan dalam naskah Kaba Cindua Mato,selanjutnya disebut (KCM). Secara khusus,penelitian ini membahas beberapa masalah,yakni (1) Apa saja bentuk kosakata yangberpotensi arkais yang ditemukan dalamnaskah KCM?; (2) Bagaimana tingkatkearkaisan kosakata tersebut menurut penutur?Dengan demikian, maka tujuan penelitian iniadalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk kosakata yang berpotensi arkais yangditemukan dalam naskah KCM dan (2)mendeskripsikan tingkat kearkaisan kosakatatersebut menurut pendapat penutur.

Hadirnya sebuah penelitian ilmiah padahakikatnya tidak terlepas dari penelitian-penelitian lainnya. Penelitian tersebutmerupakan pelengkap dari rantai panjangpenelitian yang telah ada dan penyambung jalanbagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini merujukpada beberapa penelitian mengenai perubahanbahasa yang pernah dilakukan oleh penelitisebelumnya. Penelitian pertama dilakukan olehDjonnaidi (2015) yang dipaparkan dalamtesisnya berjudul “Variasi Bahasa Minangkabaupada Lirik Lirik Lagu Minang: SebuahGambaran Retensi dan Inovasi Bahasa”.Penelitian itu bertujuan mengungkapkan variasibahasa Minangkabau yang ditemukan dalamlirik-lirik lagu Minang klasik era 50-an dan lagu-lagu Minang kontemporer di era 90-an. Hasilanalisis data menunujukkan adanya variasifonologis, morfologis, leksikal, dan semantis.Era 90-an memiliki variasi leksikal dan semantislebih banyak dibandingkan era 50-an.

Penelitian kedua dilakukan olehDarmayanti, dkk. (2014) yang dipaparkandalam artikel berjudul “Inovasi Leksikal PenuhBahasa Melayu Riau Dialek Kampar: KajianDialek Geografi”. Penelitian itu mengkajiketerkaitan perubahan bahasa denganmunculnya variasi bahasa. Penelitian tersebutbertujuan untuk mengetahui bentuk leksikalpenuh, medan makna yang menampilkanleksikal penuh, dan bentuk leksikal penuh yang

Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM101

Page 4: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

102

mengalami variasi dalam bahasa Melayu Riaudi Kabupaten Kampar.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Yulis(2013) berjudul “An Analysis of Dead Wordsof Minangkabauness in Koto Tabang-Pariaman Dialect”. Penelitian itu merupakantesis di Pascasarjana Universitas NegeriPadang. Penelitian tersebut menggunakanpendekatan deskriptif kualitatif dengan tujuanmenemukan kosakata bahasa Minangkabaudialek Pariaman yang sudah tidak digunakanlagi oleh penutur berusia muda di Koto Tabang.

Penelitian keempat dilakukan oleh Harwati(2012) yang dipaparkan dalam artikelnyaberjudul “Perubahan Bahasa Indonesia; SebuahBentuk Kreativitas Sekaligus FenomenaMelemahnya Karakter Bangsa”. Artikeltersebut membahas dampak positif dandampak negatif akibat perubahan yang terjadipada bahasa Indonesia. Sumber data penelitianadalah bahasa tulis di media internet, sepertitwitter, facebook, dan detik forum.

Penelitian kelima dilakukan oleh Nadradkk. (2010) yang dipaparkan dalam artikelberjudul “Perbandingan Konsep Warna antaraKelompok Penutur Berusia Tua dan KelompokPenutur Berusia Muda dalam Dialek RaoMapat Tunggul”. Penelitian itu mengkajiperkembangan bahasa, khususnya padakonsep warna. Perkembangan itu diamatidengan membandingkan penggunaan konsepwarna oleh penutur. Kearkaisan kata dalampenelitian ini juga diamati denganmembandingkan penggunaan bahasa olehpenutur.

Penelitian keenam dilakukan olehLumbantoruan (2005) berjudul “KajianKosakata Arkais Bahasa Batak Toba”.Penelitian tersebut merupakan tesis diPascasarjana Universitas Sumatra Utara.Penelitian itu bertujuan menemukan kata-kataarkais dan faktor-faktor kearkaisan kata padabahasa Batak Toba. Penelitian itu berfokuspada 484 kata yang diambil dari beberapasumber tertulis. Data diajukan kepada penuturmonolingual sebanyak 60 angket dan kepadapenutur bilingual sebanyak 60 angket. Hasil

penelitian itu menunjukkan kearkaisan katalebih cepat terjadi pada penutur bilingualdibandingkan pada penutur monolingual. Daritingkat usia, kearkaisan kata lebih banyakterjadi pada usia muda, baik pada penuturmonolingual maupun penutur bilingual.Kearkaisan kata terjadi karena faktor linguistikmeliputi aspek fonologi, aspek morfologi, danaspek semantis. Selain itu, kearkaisan kata jugadapat terjadi karena faktor sosiolinguistis.

Penelitian-penelitian itu memiliki relevansidengan penelitian ini. Persamaan yang palingmendasar adalah sama-sama menganalisisperubahan bahasa. Sepanjang penelusurankepustakaan yang penulis lakukan, dapatdisimpulkan bahwa penelitian mengenaikosakata bahasa Minangkabau yang berpotensiarkais dengan membandingkan penggunaankosakata yang ditemukan dalam naskah KCMdan penutur bahasa Minangkabau di masasekarang belum pernah dilakukan.

Pengkajian mengenai perubahan bahasaMinangkabau dengan mengamati kosakatayang digunakan dalam dua periode waktu ditelitimelalui pendekatan dialektologi. Francis dalamNadra (2009:1) menyatakan bahwadialektologi adalah ilmu yang mempelajari suatuvariasi bahasa yang digunakan olehsekelompok kecil penutur suatu bahasa. Dalampengkajiannya, dialektologi dapatdikelompokkan menjadi dialektologi diakronisdan dialektologi sinkronis. Kata diakronisdidefinisikan bersifat historis: berkenaan denganpendekatan terhadap bahasa dengan melihatperkembangannya sepanjang waktu(Kridalaksana, 2008:48). Berdasarkanpengertian itu, istilah dialektologi diakronisdapat didefinisikan sebagai ilmu yangmempelajari variasi bahasa yang digunakan olehsekelompok penutur dengan melihatperkembangannya sepanjang waktu.

Pemahaman mengenai perubahan bahasadalam penelitian ini didasarkan pada analisisyang dikemukakan Nida (1949:3) yangmenyatakan bahwa bahasa-bahasa beradadalam suatu proses perubahan secara terus-menerus. Perubahan bahasa terjadi pada seluruh

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM102

Page 5: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

103

bahasa dan tingkat perubahan itu bervariasipada waktu yang berbeda-beda pula dalamsejarah suatu bahasa. Perubahan bahasa lazimdiartikan sebagai perubahan kaidah, baikkaidah yang direvisi maupun kaidah yangmenghilang, atau dapat pula muncul kaidah barudalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis,semantik, dan leksikon. Dalam tataran leksikon,perubahan kosakata dapat diartikan sebagaipertambahan kosakata baru, hilangnyakosakata lama, dan berubahnya makna kata.Perubahan kosakata inilah yang paling mudahuntuk diamati.

Perubahan kosakata yang digunakan olehpemakai bahasa juga disebabkan olehpergeseran bahasa. Pergeseran bahasa,didefinisikan oleh Weinreich (1953:68) sebagaipenggantian suatu bahasa oleh bahasa lainsecara berangsur-angsur akibat adanya kontakbahasa dalam situasi imigrasi. Pergeseranbahasa dapat dipahami sebagai peristiwa yangbiasanya terjadi pada pelaku tutur yangberpindah dari satu tempat ke tempat yang laindengan bahasa yang lain pula. Selain mengalamiperubahan dan pergeseran, bahasa juga dapatbertahan. Hal itu tergambar pada adanyakosakata yang masih tetap digunakan sampaisekarang. Namun yang pasti, perubahanbahasa dapat menyebabkan suatu kosakatamenjadi tidak digunakan lagi atau disebut arkais.

Arkais berasal dari bahasa Yunaniarchaisyang artinya ‘dari sebuah masa yang lebih awaldan tidak dipakai lagi’ atau ‘sesuatu yangmemiliki ciri khas kuna atau antik’. Definisi arkaisyang dipaparkan dalam KBBI (2008) ialahsesuatu yang berhubungan dengan masa laluatau kuno dan tidak lazim dipakai lagi(ketinggalan zaman), sedangkan arkaismeadalah penggunaan kata atau bentuk kata yangbersifat arkais. Pendapat lain mengenaipengertian arkais disampaikan oleh Martinus(2001:60) yang menyatakan bahwa arkaisadalah kata-kata yang sudah tidak digunakanlagi dan ketinggalan zaman atau kuno.

Kaba disebut juga cerita rakyatMinangkabau, yakni cerita yang hidup dikalangan rakyat Minangkabau, membicarakan

masyarakat dan budaya Minangkabau, danmenggunakan bahasa Minangkabau sebagaimediumnya. Sebagai cerita rakyat,kaba adalahmilik masyarakat, bukan milik individual.Pengarang kaba umumnya anonim, hanya adabeberapa nama yang disebut sebagai penuliskaba, di antaranya Sultan Pangaduan,Sjamsuddin St. Radjo Endah, dan Selasih.

Teori dialektologi yang dirujuk dalampenelitian ini digunakan untuk memahamiperubahan yang terjadi dalam bahasaMinangkabau. Perubahan bahasa itu dipahamimelalui adanya perbedaan bentuk istilah dankosakata yang ditemukan dalam naskah kaba.Selain itu, perubahan tersebut juga dapat dilihatdari munculnya kosakata baru sehingga adakosakata lama yang tidak dipakai lagi. Kosakatayang ditemukan dalam naskah kaba, tetapitidak digunakan lagi oleh penutur saat inidipahami sebagai kosakata arkais. Pemahamanmengenai perubahan, pergeseran, danpemertahanan bahasa diperlukan untukmenemukan kosakata lama yang sudah tidakdigunakan lagi dan kosakata yang masihbertahan dan tetap digunakan sampai sekarang.Seluruh perubahan, pergeseran, danpemertahanan bahasa itu diamati dalam naskahkaba sebagai salah satu dokumen tertulis yangdimiliki masyarakat Minangkabau.

Penelitian ini bersifat deskriptif karenabertujuan untuk memaparkan dan menjelaskanbentuk-bentuk kosakata arkais yang ditemukandalam naskah kaba. Penelitian ini juga bersifatkualitatif karena data penelitian tidakberhubungan dengan angka-angka, tetapiberupa kata, frasa, dan kalimat. Arikunto(1998:193) menyebutkan bahwa penelitiankualitatif merupakan penelitian deskriptif karenapenelitian ini berusaha menggambarkan datadengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkanmenurut kategorinya untuk memperoleh suatusimpulan. Penelitian ini dilakukan denganmengumpulkan data berupa data deskriptiftentang kosakata arkais dalam bahasaMinangkabau yang ditemukan dalam naskahkaba. Hal itu didasarkan pada pemahamanbahwa penelitian kualitatif adalah salah satu

Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM103

Page 6: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

104

prosedur penelitian yang menghasilkan datadeskriptif berupa ucapan atau tulisan danperilaku orang-orang yang diamati (Bodgan danTaylor, 1992).

Penelitian ini dapat digolongkan padapenelitian kepustakaan karena penelitimengumpulkan data dari sumber tertulisberbentuk buku (naskah kaba yang sudahdibukukan). Namun, untuk membuat simpulan,peneliti juga melakukan penelitian lapangandengan menyebarkan kuesioner kepadasejumlah responden untuk mengetahui tingkatkearkaisan kosakata tersebut. Data penelitianini adalah seluruh klausa yang di dalamnyaterdapat kosakata arkais. Objek penelitian iniadalah kosakata arkais yang ditemukan dalamnaskah KCM. Kosakata arkais yang dimaksuddalam penelitian ini adalah kosakata yangditemukan dalam naskah KCM, tetapi sudahtidak digunakan lagi oleh penutur bahasaMinangkabau saat ini.

Metode adalah cara yang harusdilaksanakan, sedangkan teknik adalah caramelaksanakan metode. Sebagai cara, identitasteknik ditentukan oleh alat yang dipakai(Sudaryanto, 2015:9). Dalam penelitian ini,metode dan teknik diterapkan pada tahappenyediaan data, tahap analisis data, dan tahappenyajian hasil analisis data. Dalam tahappenyediaan data, ada tiga hal yang dilakukan,yaitu 1) mengumpulkan data yang ditandaidengan pencatatan, 2) memilih dan memilah-milah data yang diperlukan sesuai dengan tujuanpenelitian, dan 3) menata ataumengelompokkan data menurut kategori yangtelah ditentukan. Untuk menyediakan datakosakata bahasa Minangkabau yang berpotensiarkais dalam naskah KCM, penelitimenggunakan metode simak dan teknik catat.Menurut Sudaryanto (2015:203), metodesimak atau penyimakan dilakukan denganmenyimak penggunaan bahasa. Sumber datapenelitian ini adalah teks tertulis berupa naskahKCM. Oleh karena itu, penyimakan yangdimaksud dalam proses penyediaan data adalahmenyimak penggunaan kosakata dalam naskahKCM.

Sebagaimana yang dikatakan Sudaryanto(2015:207) bahwa dalam wujudnya sebagaiteks tertulis itu, bahasa yang bersangkutan pundalam kerangka penelitian ilmiah secaralinguistis, dapat dikatakan “disimak” pula jikateks itu dicermati sosoknya; karenasebenarnyalah setiap pembacaan terhadap tekspada hakikatnya si pembaca pun “mengulangi”mengucapkan bacaan itu pula meskipun tidakterucapkan lewat alat bicara yang mediaprimernya adalah organ mulut beserta denganbagian-bagiannya, melainkan hanya “di dalamhati”. Dengan demikian, penyediaan datapenelitiaan ini dari sumber tertulis berupa naskahkaba dapat dilakukan dengan metode simak.

Salah satu metode yang digunakan dalamupaya menemukan kaidah dalam tahap analisisdata adalah metode padan. MenurutSudaryanto (2015:15) alat penentu dalammetode padan ada di luar, terlepas, dan tidakmenjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan.Dalam penelitian ini, alat penentunya adalahpenutur bahasa itu sendiri. Berdasarkanpemahaman itu, alat penentu dalam mengukurtingkat kearkaisan kosakata Minangkabau yangberpotensi arkais adalah penggunaannya olehpenulis karya dan penggunaannya oleh penuturbahasa Minangkabau itu sendiri. Adapun teknikdasar yang digunakan dalam tahap analisis dataadalah teknik pilah unsur penentu dan teknikhubung banding membedakan sebagai tekniklanjutan. Secara rinci, langkah-langkah analisisdata pada penelitian ini adalah sebagai berikut.Pertama, penulis memilah bentuk kosakata yangberpotensi arkais yang ditemukan dalamnaskah KCM. Langkah kedua, penulismengelompokkan kosakata tersebutberdasarkan kelas kata, yakni kelas katabenda, kelas kata kerja, kelas kata sifat, dankelas kata keterangan. Langkah ketiga, penulismemuat kosakata itu dalam bentuk tabel.Langkah keempat, penulis memuat daftar katadalam kuesioner untuk diujikan pada penuturaktif bahasa Minangkabau yang berdomisili diKota Padang. Langkah kelima, penulismengelompokkan pendapat penutur untukmenentukan tingkat kearkaisan kosata tersebut.

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM104

Page 7: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

105

Kuesioner yang dimaksud berisi tigapernyataan, yaitu a) kosakata masih didengardan masih digunakan, b) kosakata pernahdidengar, tetapi tidak pernah digunakan, danc) kosakata tidak pernah didengar dan tidakpernah digunakan. Apabila responden memilihjawaban (a) berarti kosakata tersebut masihaktif, apabila responden memilih jawaban (b)berarti kosakata tersebut tergolong semi arkais,dan apabila responden memilih jawaban (c)berarti kosakata tersebut arkais. Berdasarkanpendapat responden didapat gambaranmengenai tingkat kearkaisan kosakata tersebutmenurut penutur bahasa Minangkabau saat ini.Responden yang diminta pendapatnya dalampenelitian ini berjumlah 60 orang. Respondendikelompokkan berdasarkan usia, yaitu berusiadi bawah 20 tahun (20 orang), berusia antara20 — 40 tahun (20 orang), dan berusia antara40 — 60 tahun (20 orang). Responden adalahpenutur aktif bahasa Minangkabau yangberdomisili di Kota Padang.

Tahap terakhir penelitian ilmiah adalahtahap penyajian hasil analisis data. Metodepenyajian hasil analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah metode informal danmetode formal. Sudaryanto (2015)menjelaskan bahwa metode penyajian informaladalah perumusan dengan kata-kata biasa,walaupun dengan terminologi yang teknissifatnya, sedangkan penyajian formal adalahperumusan dengan apa yang umum dikenalsebagai tanda dan lambang-lambang. Keduametode tersebut berguna untuk menyajikankaidah-kaidah yang ada pada bahasa yangditeliti.

2. Hasil dan Pembahasan2.1 Kosakata yang Berpotensi Arkais

dalam KCMHasil analisis data menunjukkan bahwa

bahasa Minangkabau juga mengalami prosesperubahan seiring dengan berjalannya waktu.Hal itu sejalan dengan pendapat Nida (1949:3)yang menyatakan bahwa bahasa-bahasasenantiasa berada dalam suatu prosesperubahan secara terus-menerus. Perubahan

dalam bahasa Minangkabau terlihat daripenggunaan kosakata oleh pemakainya.Kosakata yang digunakan dalam naskah KCM,sebagai salah satu dokumen yang ditulis padamasa lalu menunjukkan perubahan dengankosakata yang digunakan oleh penutur saat ini.Hal itu memperkuat pendapat Labov (2001:4)yang mengatakan bahwa bukti perubahanbahasa dapat dengan mudah diobservasiapabila pemakai bahasa tersebut mempunyaidokumen-dokumen yang ditulis dengan bahasatersebut.

Pemahaman terhadap dialektologidiakronis digunakan untuk mengamatiperubahan yang terjadi pada bahasaMinangkabau di masa lalu dan masa sekarang.Pengamatan itu dilakukan denganmembandingkan kosakata yang digunakandalam naskah KCM dan kosakata yangdigunakan penutur bahasa Minangkabau saatini. Berdasarkan pengamatan itu diperolehgambaran perubahan yang terjadi dalam bahasaMinangkabau.

Gambaran perubahan yang terjadi dalambahasa Minangkabau seperti adanya kosakatayang digunakan pada naskah KCM, tetapi tidakdigunakan lagi oleh penutur BahasaMinangkabau pada masa sekarang. Kosakataitu disebut arkais merujuk pendapat Martinus(2001:60) bahwa kosakata arkais adalah kata-kata yang sudah tidak digunakan lagi danketinggalan zaman atau kuno. Pembahasankosakata yang berpotensi arkais yangditemukan dalam naskah KCMdikelompokkan berdasarkan kelas kata sebagaiberikut.

2.1.1 Kata bendaKata benda adalah semua kata yang dapat

diterangkan dengan menambahkan yangsebelum kata sifat (keraf, 1991:58).Berdasarkan hasil penelitian, kosakata yangberpotensi arkais dalam kelompok kata bendaditemukan sebanyak 68 kosakata. Kosakataitu adalah kata yang ditemukan dalam naskahKCM, tetapi sudah mulai ditinggalkan olehpenutur bahasa Minangkabau di masa

Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM105

Page 8: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

106

sekarang. Kata benda yang berpotensi arkaisitu antara lain adalah katasampureh yang dalamnaskah KCM bermakna ‘ampas kelapa’,sampureh hampir tidak digunakan lagi olehpenutur di masa sekarang karena ada katasampalah untuk menyatakan makna ‘ampaskelapa’. Kata sakin juga ditemukan dalamnaskah KCM untuk menyatakan ‘bilah besitipis dan tajam yang bertangkai sebagai alatpengiris dan sebagainya, ada banyak macamdan namanya; pisau’, kata itu tidak digunakanlagi oleh penutur saat ini karena ada katapisauyang menggantikannya. Begitupun kata labuahyang bermakna ‘jalan raya’dalam naskahKCM, kata sakin sudah tidak digunakan lagikarena penutur di masa sekarang memakai katajalan untuk menyatakan makna ‘jalan raya’.

Selain itu, kata benda yang berpotensiarkais yang ditemukan dalam naskah KCMadalah kata nangkodoh ‘nakhoda’, ustano‘istana’, banua ‘benua’, karih ‘keris’,balairuang ‘bangunan yang digunakan sebagaitempat para penghulu mengadakan rapattentang urusan pemerintahan nagari danmenyidangkan suatu perkara’, anjuang ‘bagianrumah (bilik) di sisi atau di tengah rumah yanglantainya lebih tinggi daripada lantai rumah’,saliguri ‘seleguri’, kutiko; sakutiko ‘ketika;seketika’, param ‘bedak basah yangdilumurkan pada tubuh’, kasai ‘bedak basah’,naniang ‘serangga (tabuhan) yang berbisa danberwarna kuning’, piganta ‘ilmu yang dapatmenjadikan musuh gentar; takut; dan tunduk’,tangguli ‘air gula’, ukatu ‘waktu’, salindik‘burung bayan kecil’, dasun ‘bawang putih’,kucindan ‘senda gurau; kelakar’, surambi‘serambi; teras’, taraju ‘alat penimbang yangterdiri dari dua buah piringan yang digantungkandengan rantai atau tali pada kedua belah ujunglengannya; neraca’, bungka ‘anak timbanganyang terbuat dari tembaga’, tahia ‘ukuranberat (emas, perak, dsb); tahil’, barumbuang;sabarumbuang ‘berumbung; seberumbung’,tintiangan; satintiangan ‘tintingan;setintingan’, deta ‘destar’, sanan ‘sana’,rando ‘janda’, bulang ‘tali atau taji yangdiikatkan di kaki ayam aduan’, pitaruah

‘petaruh; titipan’, carano ‘cerana’, pitunang‘petunang’, ganto ‘genta’, inang ‘ibupengasuh’, duli ‘daulat; yang mulia’, ringgik‘mata uang dari perak yang harganya Rp 2,50’,rupiah ‘satuan mata uang RI yang bernilai 100sen’, wang timbago ‘uang’, pitih garih ‘uang’,dan pitih rimih ‘uang’.

Alamaik ‘alamat; pertanda’, miang;samiang ‘miang; semiang’, amparo ‘bara’,heto; saheto ‘hasta; sehasta’, jamang;sajamang ‘sebentar’, parian ‘perian’, pintak‘pinta’, pipia; sapipia ‘secuil’, palik; sapalik‘sedikit’, kapuak; sakapuak ‘selumbung’,garak ‘takdir Yang Maha Kuasa’, langkah;palangkahan ‘permulaan melakukan sesuatu(pekerjaan, perjalanan dsb), padan ‘banding;imbang’, ragi ‘warna (kain) corak (batik,anyaman, dsb), dalamak ‘delamak’, kuman;sakuman ‘sedikit’, padi; sapadi ‘sedikit’,kuku; sakuku ‘sedikit’, kalang ‘bantal’,dubalang ‘hulubalang’, cangkuak ‘sesuatuyang melengkung menyerupai kait, ujungnyabengkok atau dibengkokkan untukmenyangkutkan atau mengaitkan sesuatu’,cambuik ‘cambuk; cemeti’, paran ‘balok diatas dinding rumah tempat bertumpu kasau-kasau’, tabia ‘tabir’, lantak ‘pancang’,supadan ‘sepadan’, umanaik ‘amanat’,untuang; paruntuangan ‘peruntungan’, danbaur; pambauran ‘pembauran’.

2.1.2 Kata KerjaKata kerja adalah kata-kata yang

menyatakan perbuatan atau tindakan.Berdasarkan pembacaan saksama terhadapnaskah KCM ditemukan 43 kosakata padakelas kata kerja yang berpotensi arkais, artinya,kosakata itu hampir tidak digunakan olehpenutur saat ini. Kosakata tersebut antara lainadalah kata rasian yang berarti ‘mimpi;terutama yang mengandung arti atau alamat’(KBBI). Kata rasian mulai jarang digunakanoleh penutur saat ini karena penutur sudahmenggunakan kata mimpi untuk menyatakanmakna ‘mimpi; terutama yang mengandung artiatau alamat’. Kata titah; manitah dalamnaskah KCM digunakan untuk menyatakan

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM106

Page 9: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

107

makna ‘menyuruh; memerintah’ (KBBI), katatitah; manitah sekarang sudah tidak digunakanlagi karena penutur memakai kata suruah;manyuruah untuk makna yang sama.Begitupun kata curaipapakan untukmenyatakan makna ‘uraikan; tuturkan’dikatakan sudah arkais karena penutursekarang menggunakan kata caritokan untukmakna yang sama. Kata kati; mangati untukmenyatakan makna ‘menimbang’ dapatdikatakan arkais karena tidak lagi digunakanoleh penutur sekarang ini karena ada katamanimbang untuk menyatakan makna yangsama.

Kata lain dalam kata kerja yangberpotensi arkais adalah kata timbalan‘sesuatu yang ditimbang; padanan’, erak;dierak ‘ditantang’, dayuah; tadayuah‘terdayuh; bersedih’, rewan; marewan‘menyedihkan’, lambang ‘berlekuk (padatanah seperti bekas ditimpa sesuatu yang berat);lembang’, bunta ‘bundar’, linduang ‘lindung’,takuak; ditakuak ‘ditekuk’, tulah; katulahan‘kena tulah’, sabuang; basabuang ‘berlaga;beradu’, kakok; dikakok ‘dikerjakan’,rembang; barembang ‘bergerak setinggi-tingginya (tentang matahari); kanak; takanak‘dikenakan; dipakai (tentang pakaian), junjam;dijunjam ‘dihunjamkan’, bangih; mambangih‘memarahi’, kajang; dikajangi ‘ diberi atapkajang’, pupuah; mamupuah ‘menyabung’,kisa; dikisa ‘beralih; berpindah’, rimih;barimih ‘memiliki uang rimis’, guguah ‘pukul’,lipua; talipua ‘terlipur; terkikis’, kumbali‘kembali’, lewa; malewakan‘memberitahukan sesuatu hal kepada orangbanyak’, kumpa; dikumpa ‘digulung’, sungu;disungu ‘dibakar’, hunjun; dihunjun‘dihunjam’; karijok ‘gerak kelopak mata;kejap”, alun; baralun ‘beralun’, dayuak;tadayuak ‘terliuk’, kain; bakain ‘memakaikain’, kuduang; dikuduang ‘dipotong’, laleh;dilaleh ‘dilepas’, ganjua; diganjua ‘ditarik;dihela; diganjur’, sosoh; basosoh ‘berbuatsesuatu dengan gigih dan giat’, suji; basuji‘diisulam; disuji’, tarawang; manarawang‘membuat terawang (pada kain dsb), kirah;

mangirah ‘membuka (tentang mata, kain, dsb),dan amba; mamba ‘membumbun (tanah);menimbun (tanah).

2.1.3 Kata SifatKata sifat merupakan kata yang

menyatakan sifat atau keadaan dari suatunomina (kata benda) atau suatu pronominal(kata ganti) (Keraf, 1991:88). Hasilpengamatan terhadap kosakata dalam kelaskata sifat yang ditemukan dalam naskah KCMmenunjukkan enam kata sifat yang berpotensiarkais. Kata itu adalah kata kiramaik, lakang,jombang, jinih, sati, dan taratik.

Kata kiramaik dalam KBMI bermakna‘suci dan bertuah yang dapat memberikan efekmagis dan psikologis kepada pihak lain (tentangbarang atau tempat suci)’. Kata itu sudah tidakdigunakan lagi oleh penutur pada masasekarang karena kepercayaan akan barang atautempat suci itu juga sudah memudar. Katalakang yang berarti ‘belah (seperti tanahkepanasan); retak’ (KBMI) juga sudah tidakdigunakan lagi oleh penutur di masa sekarangkarena ada kata ratak untuk menyatakanmakna ‘belah (seperti tanah kepanasan); retak’itu. Begitupun untuk menyatakan ungkapan‘elok; cantik; tampan’, penutur sekarangmemakai kata rancak (perempuan) atau katagagah (laki-laki) dan bukan lagi katajombang.

Kata jinih yang berarti ‘bersih’ sudahtidak digunakan lagi karena penutur di masasekarang memakai kata barasiah untukmenyatakan makna ‘bersih’. Kata sati di dalamnaskah KCM digunakanuntuk menyatakan‘seorang yang bertuah; mempunyai kuasa gaib’,kata itu tidak lagi terdengar diucapkan olehpenutur di masa sekarang karena kepercayaanakan hal itu sudah memudar. Kata taratik yangbermakna ‘sopan santun’ untuk menyatakan‘seseorang yang berkelakuan baik danbersikap santun’ sudah mulai ditinggalkan olehpenutur di masa sekarang karena penutur lebihmemilih menggunakan kata sopan untukmenyatakan makna yang sama.

Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM107

Page 10: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

108

2.1.4 Kata KeteranganKata keterangan merupakan kata yang

memberikan penjelasan pada kalimat ataubagian kalimat lain (Chaer, 2006:162-163).Hasil pengamatan terhadap kosakata yangdigunakan dalam naskah KCM ditemukan limakata keterangan yang berpotensi arkais.kosakata tersebut adalah kata barisuak,sugiro, satu, ampiang, dan garan.

Kata barisuakyang dalam naskah KCMbermakna ‘hari sesudah hari ini’ oleh penutursekarang sudah diganti dengan kata bisuak.Kata sugiro yang dalam naskah KCMdigunakan untuk menyatakan makna ‘lekas;segera’ sudah tidak digunakan lagi oleh penutursekarang karena dipakai kata lakeh untukmenyatakan makna yang sama. Kata satu yangdalam naskah KCM digunakan untukmenyatakan ‘keterangan keadaaan’ sudah tidakdigunakan lagi oleh penutur di masa sekarangkarena digunakan katabaitu untuk menyatakanmakna yang sama. Begitupun kata ampiangyang dalam naskah KCM bermakna ‘dekat;hampir’ tidak lagi digunakan oleh penutur dimasa sekarang karena digantikan dengan kataampia untuk menyatakan makna ‘dekat;hampir’. Kata garan yang dalam naskah KCMdigunakan untuk menyatakan makna ‘gerangan;agaknya’ sudah digantikan dengan ko lah olehpenutur di masa sekarang untuk menyatakanmakna ‘gerangan; agaknya’ itu.

2.2 Tingkat Kearkaisan KosakataMenurut PenuturSeluruh kosakata yang berpotensi arkais

yang ditemukan dalam naskah KCM diujikankepada penutur aktif bahasa Minangkabauyang berdomisili di Kota Padang. Pengujian itudimaksudkan untuk mengetahui tingkatkearkaisannya. Tingkat kearkaisan yangdimaksud dalam penelitian ini adalahpengelompokan penggunaan kosakata itumenurut penutur saat ini. Pertama adalahkelompok kosakata aktif, yaitu kosakata yangmasih didengar dan masih digunakan olehpenutur. Kedua adalah kelompok kosakatasemi arkais, yaitu kosakata yang masih didengar

oleh penutur, tetapi sudah tidak digunakan lagidalam berkomunikasi sehari-hari. Ketiga adalahkelompok kosakata arkais, yakni kosakatayang sudah tidak didengar dan sudah tidakdigunakan lagi oleh penutur.

Penutur yang menjadi responden dalampenelitian ini adalah penutur aktif bahasaMinangkabau yang berdomisili di Kota Padang.Responden berjumlah 60 orang. Respondendikelompokkan berdasarkan usia, yaitu berusiadi bawah 20 tahun (20 orang), berusia antara20—40 tahun (20 orang), dan berusia antara40—60 tahun (20 orang). Kepada setiapresponden diberikan kuesioner yang memuatdaftar kosakata yang diasumsikan arkais yangditemukan dalam naskah KCM. Respondendiminta mengisi kolom yang sudah disediakansesuai dengan pengetahuan mereka terhadapkosakata tersebut. Kuesioner memuat tigakolom pilihan jawaban, yakni kolom A untukkosakata aktif (kosakata masih didengar danmasih digunakan oleh respoden), kolom Buntuk kosakata semi arkais (kosakata masihatau pernah didengar, tetapi sudah tidakdigunakan lagi oleh responden), dan kolom Cuntuk kosakata arkais (kosakata sudah tidakpernah didengar dan tidak pernah lagidigunakan oleh responden).

Jawaban responden terhadap tingkatkearkaisan kosakata tersebut ternyataberbeda-beda. Secara umum, perbedaan itudikelompokkan berdasarkan tingkatan usia.Dari 122 kosakata yang berpotensi arkais yangdiujikan kepada responden, responden yangberusia di bawah 20 tahun memilih 20 kosakatayang masih aktif, 37 kosakata yang semi arkais,dan 65 kosakata yang arkais. Responden yangberusia antara 20—40 tahun memilih 36kosakata yang masih aktif, 44 kosakata yangsemi arkais, dan 42 istilah arkais. Adapunresponden yang berusia antara 40—60 tahunmemilih 46 kosakata yang masih aktif, 44kosakata yang semi arkais, dan 31 kosakataarkais.

Setelah diperoleh gambaran tingkatkearkaisan kosakata berdasarkan tingkat usiaresponden, selanjutnya dicari gambaran tingkat

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM108

Page 11: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

109

kearkaisan kosakata menurut respondensecara umum. Jawaban responden dari ketigatingkatan usia itu dibandingkan sehinggadiperoleh hasil bahwa kosakata yang masih aktifberjumlah 22, kosakata yang semi arkaisberjumlah 46, dan kosakata yang arkaisberjumlah 56. Kosakata yang berpotensi arkaisyang ditemukan dalam KCM tetapi masihdidengar dan digunakan oleh penutur bahasaMinangkabau saat ini adalah kata karih,balairuang, anjuang, dasun, surambi,sabuang; basabuang, kakok; dikakok,tatah; batatah, carano, guguah, heto;saheto, pintak, kuku; sakuku, kain; bakain,lapiak; salapiak, duduak; sakaduduakan,dakwa, dubalang, kaba, cambuik, untuang;paruntuangan, dan gala.

Kosakata dalam KCM yang menurutpenutur sudah berpotensi arkais berjumlah 46kosakata karena penutur bahasa Minangkabausekarang hanya pernah mendengar kata itu,tetapi sudah tidak memakainya dalamberkomunikasi sehari-hari. Kosakata tersebutadalah kata nangkodoh, ustano, anjuang;baanjuang, rasian, barisuak, rewan;marewan, linduang, kucindan, tulah;katulahan, rembang; barembang, deta,bulang, pitaruah, intan pudi, bangih;mambangih, ganto, lipua; talipua, lewa;malewakan, langkah; palangkahan, ragi,dayuak; tadayuak, laleh; dilaleh, ganjua;diganjua, sosoh; basosoh, suji; basuji,tarawang, sulam; basulam, lantak,umanaik, banto, baur; pambauran, karijok,garak, kapuak; sakapuak, kumpa; dikumpa,paran, saliguri, taratik, daraham, kameh,banto, kutiko; sakutiko, sugiro, titah;manitah, takuak; ditakuak.

Adapun kosakata yang diasumsikanarkais menurut penutur bahasa Minangkabauadalah kata tariakh, timbalan, banua, erak;dierak, param, kasai, naniang, piganta,lambang, bunta, tangguli, sampureh, ukatu,salindik, satu, curaipapakan, lakang,taraju, bungka, tintiangan; satintiangan,kanak; takanak, jombang, sanan, rando,kati; mangati, labuah, pitunang, inang,

junjam; dijunjam, duli, kajang; dikajangi,ringgik, rupiah, wang timbago,pitih rimih,pitih garih, kisa; dikisa, amparo, jinih,parian, jamang; sajamang, palik; sapalik,sungu; disungu, hunjun, dalamak, kuman;sakuman, padi; sapadi, cangkuak, sakin,sati, garan, kirab; mangirab, dan amba;baamba.

3. SimpulanKaba Cindua Mato adalah salah satu

dokumen yang ditulis dalam bahasaMinangkabau. Kaba itu termasuk kaba klasikyang dapat mewakili penggunaan kosakatadalam bahasa Minangkabau pada masalampau. Berdasarkan pembacaan yangsaksama terhadap naskah KCM diperolehkesimpulan bahwa perubahan dalam bahasaMinangkabau antara lain memunculkankosakata yan berpotensi arkais. Kosakatatersebut hampir tidak digunakan lagi olehpenutur bahasa Minangkabau saat ini. Apabilakosakata tersebut tidak lagi digunakan olehpenutur, maka ia akan menjadi arkais. Kosakataarkais yang dimaksud adalah kosakata yangditemukan dalam naskah KCM tetapi sudahtidak digunakan lagi oleh penutur bahasaMinangkabau saat ini. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa dalam naskah KCMditemukan 122 kosakata yang berotensi arkaisyang terbagi dalam 43 kata kerja, 6 kata sifat,5 kata keterangan, dan 68 kata benda.

Seluruh kosakata yang berpotensi arkaisyang ditemukan dalam naskah KCM itu laludiujikan kepada penutur aktif bahasaMinangkabau untuk mengetahui tingkatkearkaisannya. Berdasarkan jawabanresponden diperoleh simpulan bahwa usiaresponden mempengaruhi pendapat merekaterhadap kearkaisan suatu kata. Respondenyang berusia di bawah 20 tahun memilih lebihbanyak kosakata arkais, responden yangberusia di bawah 40 tahun memilih lebih banyakkosakata semi arkais, sedangkan respondenyang berusia di bawah 60 tahun memilih lebihbanyak kosakata aktif. Seluruh kosakata yangberpotensi arkais yang ditemukan dalam

Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM109

Page 12: KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS DALAM ...

110

Emil Septia: Teks Hikayat Cerita Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaih Wa Sallam Berniaga ke Negeri Syam…

naskah KCM diujikan kepada penutur aktifbahasa Minangkabau yang berdomisili di KotaPadang. Berdasarkan jawaban respondendiperoleh gambaran tingkat kearkaisankosakata tersebut, bahwa dari 122 kosakatayang berpotensi arkais itu terdapat 22 kosakatayang masih aktif, 46 kosakata yang semi arkais,dan 56 kosakata yang sudah arkais. Pendapatmengenai tingkat kearkaisan itu bisa jadi tidakakan persis sama apabila diujikan pada penuturaktif bahasa Minangkabau di daerah lain karenasetiap penutur memiliki kecenderungan masing-masing. Oleh karena itu, disarankan agarpeneliti lain mengkaji kearkaisan bahasaMinangkabau di daerah lain agar kosakatabahasa Minangkabau dapat terus dilestarikan.

Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik. “Some Notes on the KabaTjindua Mato: An Example ofMinangkabauTraditional Literature”(PDF). Diakses tanggal 31 Agustus 2017.

Taufik Abdullah, 2009. “Beberapa CatatanTentang Kaba Cindua Mato: SatuContoh Sastera TradisionalMinangkabau”, dalam JurnalTerjemahan Alam dan TamadunMelayu, 1. 117-137.

Chaer, Abdul dan Agustina Leony. 2004.Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta.

Darmayanti, dkk. 2014. “Inovasi LeksikalPenuh Bahasa Melayu Riau DialekKampar; Kajian Dialek Geografi”.Salingka, Volume 11 Nomor 1, hlm 39—49.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia PusatBahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar SastraRakyat Minangkabau. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

Djamaris, Edwar. 2004. Kaba Minangkabau.Jakarta: Pusat Bahasa.

Djonnaidi, Silvia. 2015.”Variasi BahasaMinangkabau pada Lirik-Lirik LaguMinang: Sebuah Gambaran Retensi danInovasi Bahasa”. Tesis. Padang:Pascasarjana FIB. Universitas Andalas.

Endah, Sjamsudin St. Radjo. 1985. KabaCindua Mato. Bukittinggi. CV. BalaiBuku Indonesia.

Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Lumbantoruan, Nelson. 2005. “Kajian ArkaisBahasa Batak Toba”. Tesis. Medaan:Pascasarjana USU.

Lyons, John.1981. Language and Linguistics,An Introduction. New York: CambridgeUniversity Press.

Mayer, Charles F. 2009. Introducing EnglishLinguistics. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Nadra. 2006. Rekonstruksi BahasaMinangkabau. Padang: AndalasUniversity Press.

Nadra, dkk. 2010.”Perbandingan KonsepWarna antara Kelompok Penutur BerusiaMuda dalam Dialek Rao Mapat Tunggul”,Salingka, Volume 7 (Nomor 2), hlm 93—100.

Sudaryanto. 2015. Metode dan AnekaTeknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:Sanata Dharma University Press.

Weinreich, Uriel. 1953. Language in Contact,Findings Problems. New York: LinguisticCircle of New York.

Yulis, Erni. 2013. “An analysis of Dead Wordsof Minangkabauness in Koto Tabang-Pariaman Dialect”. Tesis. PascasarjanaFBS UNP.

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM110