PENILAIAN CEPAT (RAPID ASSESSMENT)mdpi.or.id/images/pdf_list/publications_reports/202005...Oleh...

31
LAPORAN PENILAIAN CEPAT (RAPID ASSESSMENT) DAMPAK COVID-19 TERHADAP NELAYAN TUNA HANDLINE DENPASAR, MEI 2020

Transcript of PENILAIAN CEPAT (RAPID ASSESSMENT)mdpi.or.id/images/pdf_list/publications_reports/202005...Oleh...

  • 1

    LAPORAN

    PENILAIAN CEPAT (RAPID ASSESSMENT)

    DAMPAK COVID-19 TERHADAP NELAYAN TUNA HANDLINE

    DENPASAR, MEI 2020

  • 2

    KATA PENGANTAR Tidak dapat dipungkiri bahwa Pandemi COVID-19 terindikasi telah meluluh-lantahkan tatanan sosial dan perekonomian dunia. Sebagai gambaran kejamnya covid-19 ini, hanya dalam kurun waktu sekitar 2 (dua) bulan sampai tanggal 10 Mei 2020, tercatat sebanyak 14.032 orang terkonfirmasi positif covid-19 di seluruh Indonesia dan 973 orang meninggal dunia, meski terdapat 2.698 orang yang sembuh (covid19.go.id). Ironisnya, sampai hari ini belum ditemukan satu cara atau obat yang efektif untuk menghambat penyebaran virus yang mematikan ini, sehingga tidak dapat diprediksi kapan pandemic covid-19 ini dapat dikendalikan. Pemerintah di seluruh dunia (untuk sementara) hanya menghimbau agar masyarat melakukan 4 (empat) hal yaitu menerapkan physical distancing, mencuci tangan dengan sabun secara tertatur, wajib memakai masker jika keluar rumah serta tetap tinggal di rumah (menghindari keramaian). Kondisi diatas terindikasi telah mengancam kelangsungan dunia industri termasuk industri pengolahan ikan. Di beberapa negara telah dilakukan pembatasan dan penutupan akses pelabuhan yang menghambat kelancaran perdagangan ikan serta diikuti dengan penurunan harga ikan secara drastis, termasuk pembatalan komitmen pembelian ikan oleh importir di luar negeri. Kondisi diatas mengakibatkan Industri Unit Pengolahan Ikan (UPI) tidak dapat beroperasi secara normal bahkan cenderung memberhentikan kegiatan produksi, yang dapat mengakibatkan terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (Direktur Jenderal Perikanan Tangkap dalam Live Streaming, 15 April 2020). Gangguan terhadap operasional unit pengolahan ikan (UPI) untuk berproduksi pada kapasitas terpasang dan kendala perdagangan di pasar ekspor, menimbulkan masalah yang sangat serius terhadap nelayan kecil (selaku pemasok bahan baku ikan untuk unit pengolahan ikan) yang menggantungkan penghasilannya pada kegiatan penangkapan ikan khususnya tuna. Hal ini tercermin dari ungkapan hati seorang nelayan kecil dengan alat tangkap tuna handline dari Ternate, Maluku Utara yang mengatakan: “Ku berdiri mengamati, mencermati dan membayangkan para nelayan dan akupun merasa sangat bahagia ketika melihat foto-foto yang terpampang di dinding karena mungkin tanpa mereka akupun tak ada apa-apanya, hari ini mereka merasa resah karena harus kehilangan mata pencaharian untuk menghidupi keluarga mereka. Oh covid-19 cepatlah berlalu, kami rindu harga tuna sesungguhnya (Salman Adam, 16 April 2020)”. Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih kepada team MDPI baik di Bali maupun di Lokasi kerja atas jerih payah saudara menyelesaikan laporan ini terkhusus untuk para nelayan sahabat yang baik. Terimalah Salam Hormat MDPI: Happy People, Many Fish Yasmine Simbolon Direktur Eksekutif

  • 3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2

    DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3

    DAFTAR TABEL .................................................................................................................. 4

    RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................... 5

    BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 7

    A. Latar Belakang....................................................................................................... 7

    B. Maksud dan Tujuan ............................................................................................... 7

    C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan serta Ragam Responden ................................. 7

    BAB II. ANALISIS KEGIATAN NELAYAN ......................................................................... 10

    A. Nelayan yang Melakukan Operasi Penangkapan Ikan Sehari (One Day Fishing) ................................................................................................ 10

    B. Nelayan Yang Beroperasi Lebih Dari Sehari (Multi Day Fishing) ..................... 17

    C. Hasil Analisis Dampak Covid-19 terhadap kegiatan Nelayan Tuna Handline . 27

    BAB III. ANALISIS KERENTANAN EKONOMI .................................................................. 28

    A. Definisi dan Indikator Kerentanan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan ............. 28

    B. Analisis Kualitatif Kerentanan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan ................... 28

    BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................. 30

    A. Kesimpulan .......................................................................................................... 30

    B. Rekomendasi ....................................................................................................... 30

  • 4

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Lokasi Pengumpulan Data ...................................................................................... 8

    Tabel 2. Jumlah Responden ................................................................................................. 9

    Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Trip Penangkapan Nelayan ...................................................... 10

    Tabel 4. Komposisi Ikan Hasil Tangkapan .......................................................................... 12

    Tabel 5. Rata-Rata Jumlah kan Hasil Tangkapan ............................................................... 13

    Tabel 6. Rata-Rata Harga Tuna Besar ............................................................................... 14

    Tabel 7. Rata-Rata Harga Bahan Bakar Minyak .................................................................. 15

    Tabel 8. Aktifitas Pembelian Ikan oleh Supplier................................................................... 16

    Tabel 9. Pekerjaan Lain dan Tanggung Nelayan ................................................................. 17

    Tabel 10. Jumlah Trip Penangkapan di NTT ....................................................................... 18

    Tabel 11. Jumlah Trip Penangkapan di NTB ....................................................................... 18

    Tabel 12. Jumlah Trip Penangkapan/bulan di Sulawesi Selatan ......................................... 19

    Tabel 13. Jumlah Trip Penangkapan di Sulawesi Utara ...................................................... 20

    Tabel 14. Komposisi Ikan Hasil Tangkapan ........................................................................ 22

    Tabel 15. Rata-Rata Jumlah Ikan Hasil Tangkapan (Kg/Trip/Kapal) .................................... 23

    Tabel 16. Rata-rata harga ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil .......................... 24

    Tabel 17. Harga Rata-Rata Bahan Bakar Minyak ................................................................ 26

    Tabel 18. Aktifitas Pembelian Ikan oleh Supplier ................................................................. 26

    Tabel 19. Pekerjaan Lain dan Tanggungan Nelayan ........................................................... 27

    Tabel 20. Dampak Covid-19 terhadap Nelayan Tuna Handline ........................................... 27

  • 5

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Pandemi COVID-19 terdindikasi telah meluluh-lantahkan tatanan sosial dan perekonomian dunia. Sebagai gambaran kejamnya covid-19 ini, hanya dalam kurun waktu sekitar 2 (dua) bula sampai tanggal 10 Mei 2020, tercatat sebanyak 14.032 orang terkonfirmasi positif covid-19 di seluruh Indonesia, dan 973 orang meninggal dunia, meski terdapat 2.698 orang yang sembuh (covid19.go.id). Untuk mengendalikan penyebaran wabah ini, pemerintah di seluruh dunia telah menghimbau agar masyarat melakukan 4 (empat) hal yaitu menerapkan physical distancing, mencuci tangan dengan sabun secara tertatur, wajib memakai masker jika keluar rumah serta tetap tinggal di rumah (menghindari keramaian). Upaya pengendalian penyebaran covid-19 ini secara langsung memiliki dampak negativf terhadap kegiatan perikanan tangkap, khususnya nelayan tuna handline. Berdasarkan penilaian cepat (rapid assessment) terhadap 6 (enam) aspek yang mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan yakni (i) trip penangkapan (ii) ikan hasil tangkapan (iii) harga ikan hasil tangkapan (iv) logistic (v) kegiatan supplier dan (vi) kondisi social nelayan yang telah dilaksanakan di lokasi kerja MDPI sejak 20 Maret sampai 5 Mei 2020, dapat disimpulkan bahwa untuk beroperasi sehari (One Day Fishing) bahwa (a) Nelayan yang paling berat menerima dampak negatif covid-19 berturut-turut adalah nelayan di Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara serta Sulawesi Tengah, (b) Penurunan harga ikan hasil tangkapan tuna besar berkisar antara 25%-37% terjadi di semua lokasi assessment, disisi lain biaya operasional penangkapan ikan tidak mengalami penurunan karena harga bahan bakar minyak tidak mengalami penurunan. Bila hal seperti ini terus berlanjut, maka usaha penangkapan ikan akan menjadi suatu usaha yang tidak layak (not-feasible) untuk dilanjutkan.

    Sedangkan Nelayan Yang Beroperasi lebih Sehari (Multi Day Fishing) dapat disimpulkan bahwa (a) Nelayan yang paling berat menerima dampak negatif covid-19 berturut-turut adalah nelayan di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara serta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (b) Penurunan harga ikan hasil tangkapan tuna besar berkisar antara 17%-21%% terjadi di semua lokasi assessment serta tuna kecil sekitar 23% terjadi di Nusa Tenggara Barat. Disis lain, biaya operasional penangkapan ikan tidak mengalami penurunan karena harga bahan bakar minyak tidak mengalami penurunan. Bila hal seperti ini terus berlanjut, maka usaha penangkapan ikan akan menjadi suatu usaha yang tidak layak (not-feasible) untuk dilanjutkan. Mengingat usaha penangkapan ikan merupakan pekerjaan utama dan sumber mata pencaharian utama nelayan, mengakibatkan ekonomi rumah tangga nelayan “rentan” terhadap penurunan harga ikan. Bilamana dampak negative covid-19 terus berlanjut dan harga ikan di tingkat nelayan tidak kembali ke harga normal yakni harga sebelum covid-19, dikhawatirkan akan membawa dampak sosial yang sangat serius bagi kehidupan keluarga nelayan. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan mitigasi berupa kebijakan pemerintah yang memberikan insentfif dan/atau relaksasi bagi usaha pengolahan ikan (sektor hilir) agar tidak mengurangi permintaan pasokan dari nelayan dengan harga seperti sebelum covid-19 yakni (a) harga tuna besar (LOIN) dan UTUH disiangi (Rp/Kg), untuk ikan hasil tangkapan nelayan One Day Fishing berkisar antara Rp. 50.000-Rp 70.000 dan UTUH disiangi antara Rp.35.000-Rp37.000, dengan catatan harga bahan bakar minyak tidak mengalami kenaikan dan (b) harga tuna besar dan kecil UTUH disiangi (Rp/Kg) untuk ikan hasil tangkapan nelayan Multi Day Fishing masing-masing berkisar antara Rp. 42.000-48.000 dan UTUH disiangi antara Rp. 19.000 –Rp 21.000, dengan catatan harga bahan bakar minyak tidak mengalami kenaikan. Ekonomi rumah tangga nelayan tuna handline baik yang beroperasi sehari (One Day Fishing) dan lebih sehari (Multi DayFfishing) “rentan” terhadap dampak penurunan harga ikan tuna besar dan tuna kecil yang terjadi mulai pandemic covid-19 yakni mulai Maret 2020, maka

    nelayan merupakan kelompok masyarakat yang patut (a) menerima bantuan keuangan,

  • 6

    sembako atau bantuan lainnya baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah atau Lembaga Swadaya Masyarakat, untuk mendukung agar mereka dan keluarganya dapat mempertahankan hidup selama masa pandemic covid-19, (b) menerima kemudahan dan kelonggaran untuk melaksanakan kewajibannya kepada pemerintah dan/atau pihak lain, misalnya seperti pembayaran cicilan kredit kepada Pihak Bank termasuk kewajiban finansial lainnya, (c) menerima subsidi BBM agar mereka tetap melakukan operasi penangkapan ikan meski daya serap pasar sangat terbatas. Ikan hasil tangkapan dapat diperuntukkan memenuhi kebutuhan masyarakat lokal (domestik) guna mendukung asupan protein ikan untuk hidup sehat dan (d) mendapat prioritas untuk menerima kebijakan perbaikan ekonomi (economy recovery policy) dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, seperti bantuan sarana perikanan tangkap antara lain Kapal dan/atau Alat Penangkapan Ikan dan/atau Sarana Penanganan Ikan diatas kapal dan di darat.

  • 7

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MDPI memiliki misi memberdayakan masyarakat nelayan pantai di Indonesia untuk

    berpartisipasi aktif dalam pengelolaan perikanan, guna memanfaatkan peluang pasar dan

    meningkatkan keberlanjutan mata pencaharian mereka melalui kegiatan penangkan ikan

    (MDPI mission is to empower coastal fishing communities in Indonesia to actively participate

    in fisheries management, to harness market opportunities and to improve the sustainability of

    their fishing livelihoods).

    Untuk mewujudkan misi tersebut, secara berkala MDPI berupaya mengelaborasi berbagai isu

    yang memiliki dampak negatif terhadap kegiatan penangkapan ikan dan/atau mata

    pencaharian nelayan khususnya nelayan kecil di wilayah kerjanya dan mencoba mencari jalan

    keluar (solusi) secara kolektif bersama nelayan serta pemangku kepentingan lainnya.

    Saat ini, patut diduga bahwa pandemic Covid-19 telah memberikan dampak negatif terhadap

    kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi produk ikan. Kondisi ini secara langsung juga

    sangat mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian nelayan khusunya nelayan tuna

    pancing ulur (handline), yang mempergunakan kapal kecil (berukuran paling besar 10GT).

    Oleh sebab itu, MDPI merasa perlu untuk melakukan penilaian cepat (rapid assessment),

    tentang dampak negatif Covid-19 terhadap nelayan kecil tersebut di wilayah kerja MDPI.

    B. Maksud dan Tujuan Penilaian cepat (rapid assessment) ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan informasi

    kegiatan nelayan ”sebelum” dan “mulai pandemic Covid-19”, dengan tujuan antara lain

    untuk:

    1. Menganalisis data dan informasi dampak Covid-19 terhadap nelayan tuna handline;

    2. Menyampaikan data dan informasi dampak Covid-19 utamanya terhadap nelayan kecil

    tuna handline kepada Pemerintah Pusat dan Daerah termasuk kepada pemangku

    kepentimngan terkait seperti perbankan, donor dll.

    3. Mengusulkan rekomendasi tindakan mitigasi yang diperlukan untuk mempertahankan

    keberlangsungan usaha perikanan tangkap tuna handline.

    Kurun waktu “sebelum pandemic Covid-19” terhitung sejak Desember 2019 sampai

    Februari 2020, sedangkan “mulai pandemic Covid-19” terhitung sejak Maret-April 2020.

    C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan serta Ragam Responden 1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pengumpulan data dalam penilaian cepat (rapid assessment) ini dilakukandi sejak tanggal 20 Maret sampai 5 Mei 2020, melalui pengisian kuisioner dan/atau wawancara di 6 (enam) provinsi lokasi kerja MDPI sebagaimana Tabel 1 dibawah ini:

  • 8

    Tabel 1. Lokasi Pengumpulan Data

    No Provinsi Kab/Kota Kecamatan

    1 Maluku Buru Waplau, Air Buaya, Fena Leiseala,

    Maluku Tengah Seram Utara, Amahai, Tehoru, Elpaputih, Teluti

    2 Maluku Utara Sula Sanana Utara

    Halmahera Selatan Mandioli Selatan, Obi Utara, Bacan Selatan

    Halmahera Barat Jailolo

    Ternate Sahu, Ternate Tengah, Pulau Ternate,

    3 NTT Kupang Kota Lama

    4 NTB Lombok Timur Pringgabaya

    5 Sulawesi Selatan Bone Tanete Riattang Timur

    6 Sulawesi Tengah Toli-Toli Tolitoli Utara

    7 Sumawesi Utara Kep. Sangihe Santiago, Tahuna Barat

    Manado Tuminting, Bunaken, Wenang

    Minahasa Utara Wori

    Bitung Madidir

  • 9

    2. Ragam Responden Reponden terdiri dari Nelayan tuna handline yang beroperasi sehari (One Day Fishing) dan lebih dari sehari (Multi day fishing) dengan jumlah responden sebagaimana Tabel 2 dibawah ini.

    Tabel 2. Jumlah Responden

    No Provinsi Kab/Kota Nelayan

    Operasi Sehari (One Day Fishing)

    Operasi Lebih dari Sehari (Multi Day Fishing)

    1 Maluku Buru 51 -

    Maluku Tengah

    44 -

    2 Maluku Utara Sula 11 -

    Halmahera Selatan

    35 -

    Halmahera Barat

    5 -

    Ternate 8 -

    3 NTT Kupang 8

    4 NTB Lombok Timur

    - 10

    5 Sulawesi Selatan Bone - 7

    6 Sulawesi Tengah Toli-Toli 20

    7 Sulawesi Utara Kep. Sangihe

    10 -

    Manado - 11

    Bitung - 1

    Minahasa Utara

    3 -

    Total (org) 187 37

    (%) 83,5 16,5

    Dari 224 orang responden, Nelayan yang berorepasi sehari (One Day Fishing) sebanyak 187 orang atau 83,5% dan beroperasi lebih dari sehari (Multi Day Fishing) sebanyak 37 orang atau 16,5%.

  • 10

    BAB II. ANALISIS KEGIATAN NELAYAN

    Untuk mengetahui dampak covid-19 terhadap kegiatan nelayan, dilakukan analisis data dan informasi tentang 6 (enam) hal yaitu (i) operasi penangkapan ikan, (ii) hasil tangkapan ikan, (iii) harga penjualan ikan (iv) Logistik, (v) kegiatan supplier dan (vi) kondisi social nelayan. Data dan informasi diperbandingkan antara “sebelum dan mulai pandemic covid-19”, terhadap 2 (dua) pola operasi yakni (1) nelayan yang melalukan operasi penangkapan ikan sehari (One Day Fishing) dan (2) nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan lebih dari sehari (Multi Day Fishing).

    A. Nelayan yang Melakukan Operasi Penangkapan Ikan Sehari (One Day

    Fishing)

    A.1 Operasi Penangkapan Ikan Nelayan tuna handine yang melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan dalam sehari (One Day Fishing), rata-rata menggunakan kapal berukuran 1 GT dan diawaki 1-2 orang terdapat di Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Adapun rata-rata jumlah trip operasi penangkapan ikan/bulan sebelum dan mulai wabah covid-19 dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.

    Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Trip Penangkapan Nelayan

    No Provinsi Rata-Rata Jumlah Trip Penangkapan Nelayan/Bulan Ket Sebelum Covid-19 Mulai Covid-19

    Des 2019

    Jan 2020

    Feb 2020

    Maret 2020

    April 2020

    1 Maluku 10,20 7,33 5,44 7,79 4,55

    7,66 6,17 -19%

    2 Maluku Utara 5,92 6,41 4,80 4,86 2,00

    5,71 3,43 -40%

    3 Sulawesi Utara 3,27 2,73 0,91 2,91 0,55

    2,30 1,73 -25%

    4 Sulawesi Tengah 5,15 2,35 0,95 4,45 1,1

    2,82 2,78 -1%

    Dari Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah trip operasi penangkapan ikan /bulan sebelum dan mulai covid-19 mengalami penurunan di Maluku Utara dari 5,71 trip, menjadi 3,43 trip (40%), Sulawesi Utara dari 2,30 trip menjadi 1,73 trip (dari 25%), Maluku dari 7,66 trip menjadi 6,17 trip (19%) dan Sulawesi Tengah dari 2,82 trip menjadi 2,78 trip (1%).

  • 11

    Berdasarkan uraian dan grafik diatas dapat diduga bahwa pandemic covid-19 mengakibatkan penurunan rata-rata jumlah trip operasi penangkapan ikan/bulan bagi nelayan yang beroperasi sehari (One Day Fishing) di Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara, namun tidak demikian di Toli-Toli (Sulawesi Tengah). A.2 Ikan Hasil Tangkapan Jenis ikan hasil tangkapan mencakup hasil tangkapan utama (yellowfin tuna) dan hasil tangkapan ikan lainnya, yang dikelokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:

    a. Jenis tuna besar yakni yellowfin tuna yang berukuran utuh 10 kg keatas/ekor; b. Jenis tuna kecil yakni yellowfin tuna yang berukuran utuh lebih kecil dari 10 kg/ekor c. Ikan lainnya yakni semua jenis ikan selain yellow fin tuna.

    Analisis hasil tangkapan yang dilakukan mencakup (i) komposisi hasil tangkapan utama, (ii) jumlah hasil tangkapan rata-rata per-bulan per-trip (kg) dalam bentuk produk akhir di tingkat nelayan yaitu LOIN di Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Gelondongan (UTUH disiangi) di Sulawesi Utara. A.2.1 Komposisi Ikan Hasil Tangkapan Analisis komposisi ikan hasil tangkapan hanya dilakukan terhadap tuna besar dan tuna kecil sebagai hasil tangkapan utama, karena ikan hasil tangkapan lainnya selama Jan 2019 sampai April 2020 adalah NOL. Adapun komposisi ikan hasil tangkapan dimaksud dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini:

    7,66

    5,71

    2,32,82

    4,62

    6,17

    3,43

    1,73

    2,78

    3,53

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Maluku Maluku Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Rata-Rata

    Grafik Rata-Rata Jumlah Trip PenangkapanSebelum vs Setelah COVID19

    Sebelum Covid Setelah Covid

  • 12

    Tabel 4. Komposisi Ikan Hasil Tangkapan

    TB TK Total TB TK Total TB TK Total TB TK Total TB TK Total

    1.627 634 2.261 1.529 907 2.436 987 1.431 2.418 1.504 756 2.260 1.083 1.026 2.109

    72% 28% 63% 37% 41% 59% 67% 33% 51% 49%

    TB

    TK

    1.541 21 1.562 1.142 6 1.148 1.014 2 1.016 1.332 21 1.353 635 36 671

    99% 1% 99% 1% 100% 0% 98% 2% 95% 5%

    TB

    TK

    661 0 661 291 0 291 156 0 156 534 0 534 279 0 279

    100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0%

    TB

    TK

    516 0 516 550 0 550 264 69 333 273 0 273 125 0 125

    100% 0% 100% 0% 79% 21% 100% 0% 100% 0%

    TB

    TK

    93% 100%

    7% 0%

    Sulut

    1%

    97%

    3%

    100%

    0%0%

    100%

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20Dec-19

    59%

    41%

    59%

    41%

    99%Malut

    Sulteng

    Maluku

    Provinsi Jenis YF

    Dari table 4 diatas dapat diketahui bahwa komposisi ikan hasil tangkapan (%) antara tuna besar dan tuna kecil di Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara tidak mengalami perubahan sebelum dan mulai covid-19. Hasil tangkapan tetap didominasi tuna besar di semua lokasi dengan proporsi berkisar antara 59%-100% dan tuna kecil berkisar antara 0% - 41%. A.2.2 Jumlah Ikan Hasil Tangkapan (Kg/Kapal/Trip) Rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil di 4 (tiga) provinsi/trip penangkapan/bulan disajikan pada Tabel 5 dibawah ini:

  • 13

    Tabel 5. Rata-Rata Jumlah kan Hasil Tangkapan

    Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20

    Jumlah 1.627 1.529 987 1.504 1.083 634 907 1.431 756 1.026 2.261 2.436 2.418 2.260 2.109

    Rata-Rata 17 16 10 16 11 7 10 15 8 11 24 26 25 24 22

    -6% -10% -8%

    Jumlah 1.541 1.142 1.014 1.332 635 21 6 2 21 36 1.562 1.148 1.016 1.353 671

    Rata-Rata 26 19 17 23 11 0,36 0,10 0,03 0,36 0,61 26 19 17 23 11

    -20% 196% -19%

    Jumlah 661 291 156 534 279 - - - - - 661 291 156 534 279

    Rata-Rata 33 15 8 27 14 - - - - - 33 15 8 27 14

    10% 10%

    Jumlah 516 550 264 273 125 - - 69 - - 516 550 333 273 125

    Rata-Rata 86 46 24 34 10 - - 5,31 - - 86 46 29 34 10

    -57% -100% -59%

    Rata-Rata Hasil Tangkapan (Kg/Kapal/Trip)

    Tuna Besar Tuna Kecil Tuna Besar dan Tuna KecilProvinsi

    18 20

    Ket

    21 17

    18

    Ket

    15 14

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19 Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    25

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    23 10 9

    Ket

    22

    Maluku

    Malut

    Sulteng

    Sulut

    52 22 1,77 - 54

    0,16 0,48 21 17

    20

    Berdasarkan Table 5 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil (Kg/Kapal/Trip) sebelum dan mulai covid-19 mengalami penurunan di Maluku (8%) dan Maluku Utara (19%) serta Sulawesi Utara (59%), namun sebaliknya di Sulawesi Tengah mengalami kenaikan (10%).

    Merujuk pada uraian komposisi dan jumlah ikan hasil tangkapan ikan diatas, dapat diduga bahwa covid-19 tidak memberikan dampak terhadap perubahan komposisi ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil, termasuk terhadap rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan (Kg/Kapal/Trip) di Sulawesi Tengah. Namun diduga memberikan dampak terhadap penurunan ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil (Kg/Kapal/Trip/Bulan) di Maluku dan Maluku Utara serta Sulawesi Utara. A.3 Harga Penjualan Ikan Hasil Tangkapan Sesuai dengan data yang tersedia, rata-rata harga ikan hasil tangkapan (Rp/Kg) yang dianalisis adalah harga tuna besar produk Loin dan Utuh disiangi, seperti dalam Tabel 6 dibawah ini:

  • 14

    Tabel 6. Rata-Rata Harga Tuna Besar

    Provinsi

    Rata-Rata Harga Ikan Hasil Tangkapan (Rp/Kg)

    Tuna Besar

    Ket Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    Dec-19

    Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20

    Maluku*

    Rata-Rata

    51.329

    47.329

    43.603

    35.360

    27.716

    -46% -41% -36% -22%

    47.420 31.538 -33%

    Malut*

    Rata-Rata

    56.136

    54.424

    53.441

    38.085

    30.949

    -45% -43% -42% -19%

    54.667 34.517 -37%

    Sulteng*

    Rata-Rata

    70.000

    70.000

    70.000

    60.000

    40.000

    -43% -43% -43% -33%

    70.000 50.000 -29%

    Sulut**

    Rata-Rata

    35.308

    36.538

    36.542

    30.769

    23.462

    -34% -36% -36% -24%

    36.129 27.115 -25%

    Note : * : LOIN ** : UTUH disiangi

    Dari table 6 diatas dapat diketahui bahwa harga tuna besar baik Loin dan Utuh mengalami penurunan yang cukup tinggi di semua lokasi, sebagai berikut:

    1. Maluku, penurunan harga berkisar antara 22%-46% dengan rata-rata 33%. 2. Maluku Utara, penurunan harga berkisar antara 19%-45% dengan rata-rata 37%. 3. Sulawesi Tengah, penurunan harga berkisar antara 33%-43% dengan rata-rata 29%. 4. Sulawesi Utara, penurunan harga berkisar antara 24%-34% dengan rata-rata 25%.

  • 15

    Grafik diatas menggambarkan kecenderungan (trend) penurunan harga ikan tuna besar baik loin mapun utuh disiangi yang terjadi di semua lokasi. Hal ini terjadi karena demand UPI yang menurun drastis. Oleh sebab itu, bilamana pandemic covid-19 tidak dapat dikendalikan, maka harga ikan hasil tangkapan diduga cenderung akan terus mengalami penurunan.

    A. 4 Analisis Logistik Aspek Logistik yang dianalisis mencakup 2 (tiga) hal yakni (i) ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan (ii) harga (BBM) di tingkat nelayan, sebelum dan mulai pandemic Covid-19. Hal ini sangat penting karena komponen biaya bahan bakar merupakan komponen biaya pengeluaran yang paling besar (sekitar 85%) dalam setiap operasi penangkapan ikan. A.4.1 Ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis BBM yang dipakai oleh nelayan One Day Fishing umumnya bensin atau pertalite. Seluruh responden (100%) mengatakan bahwa jenis BBM tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup di semua lokasi survey, untuk mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan sebelum dan mulai covid-19. A.4.2 Harga Bahan Bakar Minyak Harga rata-rata bahan bakar untuk nelayan yang beroperasi One Day Fishing dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini:

    Tabel 7. Rata-Rata Harga Bahan Bakar Minyak

    Provinsi

    Rata-Rata Harga Bahan Bakar (Rp/Liter)

    Sebelum COVID19 Setelah COVID19

    Ket Dec 2019 - Feb 2020

    Mar 2020 - Apr 2020

    Maluku Rata-Rata

    9.278 9.328

    1%

    Malut Rata-Rata

    10.093 9.527

    -6%

    Sulteng Rata-Rata

    9.500 9.500

    0%

    Sulut Rata-Rata

    10.000

    10.000 0%

  • 16

    Dari tabel 7 diatas dikatahui bahwa rata-rata harga bahan bakar minyak sebelum dan mulai covid-19 relatif stabil atau tidak terdampak. A.5 Pembelian Ikan oleh Supplier Pembelian ikan hasil tangkapan oleh supplier merupakan aspek yang sangat mempengaruhi aktifitas operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan. Adapun aktifitas supplier dalam pembelian ikan hasil tangkapan nelayan sebagaimana Tabel 8 dibawah ini:

    Tabel 8. Aktifitas Pembelian Ikan oleh Supplier

    Provinsi Jumlah Supplier

    Beli Ikan Ket

    Ya Tidak

    On

    e D

    ay F

    ish

    ing

    Maluku 10 8 2

    80% 20% 1 Apr & 5 Feb

    Malut 11 11 0

    100% 0%

    Sulteng 1 1 0

    100% 0%

    Sulut 3 3 0

    100% 0%

    Dari tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa semua supplier masih tetap melakukan pembelian ikan hasil tangkapan dari nelayan, kecuali di Maluku terdapat 20% supplier yang telah memberhentikan pembelian ikan yakni sejak 5 Feb dan 1 April 2020. Namun dari 8 supplier yang masih aktif membeli ikan di Maluku, 75% telah membatasi jumlah ikan yang dibeli dari nelayan maksimum total sebanyak 500Kg/hari. A.6 Analisis Kondisi Sosial Aspek Kondisi Sosial yang dianalisis mencakup 2 (tiga) hal yakni (i) pekerjaan selain nelayan dan (ii) jumlah tanggungan setiap nelayan. Hal ini sangat penting karena terkait dengan sumber mata pencaharian utama nelayan dan biaya hidup yang diperlukan.

  • 17

    Pekerjaan utama responden adalah nelayan, meski terdapat diantara mereka yang juga memiliki pekerjaan lain (pekerjaan sampingan) seperti terlihat pada Tabel 9 dibawah ini:

    Tabel 9. Pekerjaan Lain dan Tanggung Nelayan

    Provinsi Pekerjaan Selain Nelayan Tanggungan (org)

    Ya Tidak Jumlah Rata-Rata

    Maluku 17 78 441 5

    18% 82%

    Malut 20 39 246 4

    34% 66%

    Sulteng 17 3 69 3

    85% 15%

    Sulut 5 8 50 4

    38% 62%

    Dari tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa meski pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan utama, namun terdapat juga nelayan yang memiliki pekerjaan lain, seperti tukang, petani dan berkebun, yakni di Maluku (18%), Maluku Utara (34%), Sulawesi Tengah (85%) dan Sulawesi Utara (38%). Selanjutnya rata-rata jumlah tanggungan setiap nelayan berkisar antara 3-5 orang/ kelarga.

    B. Nelayan Yang Beroperasi Lebih Dari Sehari (Multi Day Fishing) Nelayan yang melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan lebih dari sehari (Multi day fishing) terdapat di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Setiap daerah menggunakan ukuran kapal bervariasi antara 5 GT-29 GT, jumlah hari trip penangkapan dan jumlah Anak Buah Kapal yang juga berbeda.

    B.1 Operasi Penangkapan Ikan B.1.1 Provinsi Nusa Tenggara Timur Setiap trip operasi penangkapan ikan dilakukan selama 10-16 hari/bulan dan rata-rata 13,38 hari, menggunakan kapal berukuran 5 – 28 GT dengan jumlah ABK sebanyak 3-6 orang.

  • 18

    Adapun jumlah trip operasi penangkapan ikan/bulan sebelum dan mulai covid-19 sebagaimana pada Tabel 10 dibawah ini.

    Tabel 10. Jumlah Trip Penangkapan di NTT

    No Nama

    Lengkap

    Trip Penangkapan

    (Hari)

    Rata-Rata Jumlah Trip Penangkapan/bulan

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    Dec-19

    Jan-20 Feb-20 Mar-20

    Apr-20

    1 Agus Setiawan

    16 0 0 0 2 1

    2 Asdar 15 0 0 0 1 1

    3 Fandy 10 0 0 0 0 1

    4 Firman 13 0 0 0 2 2

    5 Jumadi 14 0 0 0 1 1

    6 Musran 13 0 1 1 0 2

    7 Safaruddin 14 0 1 1 1 2

    8 Umar 12 0 0 0 1 1

    Jumlah 107 0 2 2 7 11

    Sebelum covid 10, jumlah trip operasi penangkapan ikan sangat rendah yakni Desember (O trip), serta Januari dan Februari 2020 masing-masing 2 trip, sedangkan mulai covid-19 meningkat menjadi 7 trip (Maret 2020) dan 11 trip (April 2020).

    B.1. 2 Provinsi Nusa Tenggara Barat Setiap trip operasi penangkapan ikan dilakukan selama 10-16 hari/bulan dan rata-rata 13 hari, menggunakan kapal berukuran 14-29 GT dengan jumlah ABK sebanyak 3-8 orang. Adapun jumlah trip operasi penangkapan ikan/bulan sebelum dan mulai covid-19 sebagaimana pada Tabel 11 dibawah ini.

    Tabel 11. Jumlah Trip Penangkapan di NTB

    No Nama

    Lengkap

    Rata-Rata Trip Penangkapan

    (Hari)

    Rata-Rata Jumlah Trip Penangkapan/bulan

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    Des Jan Feb Mar Apr

    1 Aldy 10 0 0 0 0 2

    2 Andri Pratama 14 0 0 1 2 1

    3 Fadlin 15 1 1 2 2 0

    4 Idris 14 0 1 2 0 1

    5 Ilham 15 0 0 2 3 0

  • 19

    6 Rosihan Anwar

    15 0 0 2 2 0

    7 Rusdi Ariobo 12 0 1 0 2 0

    8 Sudirman 15 0 0 0 1 0

    9 Sukriadi 10 0 0 3 4 1

    10 Usman 14 0 1 2 2 0

    Jumlah 134 1 4 14 18 5

    Sebelum covid 11, kegiatan operasi penangkapan ikan cukup rendah yakni 1 trip (Desember 2019), meningkat menjadi 4 trip (Januari 2020) dan 14 trip (Februari 2020). Mulai covid-19 meningkat menjadi 18 trip (Maret 2020) dan menurun menjadi 5 trip (April 2020). B.1.3 Provinsi Sulawesi Selatan Setiap trip operasi penangkapan ikan dilakukan selama 12-15 hari/bulan dan rata-rata 14 hari, menggunakan kapal berukuran 10-16 GT dengan jumlah ABK sebanyak 2-5 orang. Adapun jumlah trip operasi penangkapan ikan/bulan sebelum dan mulai covid-19 sebagaimana pada Tabel 12 dibawah ini.

    Tabel 12. Jumlah Trip Penangkapan/bulan di Sulawesi Selatan

    No Nama

    Lengkap

    Rata-Rata Trip Penangkapan

    (Hari)

    Jumlah Trip Penangkapan

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    Des Jan Feb Mar Apr

    1 Akil 15 0 0 0 1 1

    2 Aswar 14 0 0 1 1 1

    3 Budi 15 0 0 1 1 1

    4 Hawis 14 1 0 1 1 1

    5 Heni 15 0 0 0 1 1

    6 Muh Yunus 12 0 0 0 1 1

    7 Rustang 13 1 0 1 1 1

    Jumlah 98 2 0 4 7 7

    Sebelum covid 19, kegiatan operasi penangkapan ikan cukup rendah yakni 2 trip (Desember 2019), bahkan menjadi 0 trip (Januari 2020) dan 4 trip (Februari 2020). Mulai covid-19 meningkat masing-masing menjadi 7 trip (Maret dan April 2020).

  • 20

    B.1.4 Provinsi Sulawesi Utara Setiap trip operasi penangkapan ikan dilakukan selama 3-14 hari/bulan dan rata-rata 8,64 hari, menggunakan kapal berukuran 3-6 GT dengan jumlah ABK sebanyak 2-7 orang. Adapun jumlah trip operasi penangkapan ikan/bulan sebelum dan mulai covid-19 sebagaimana pada Tabel 13 dibawah ini.

    Tabel 13. Jumlah Trip Penangkapan di Sulawesi Utara

    No Nama Lengkap Rata-Rata Trip Penangkapan

    (Hari)

    Jumlah Trip Penangkapan

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    Des Jan Feb Mar Apr

    1 Jemi Yohanis 3 0 0 0 0 0

    2 Manebang Sangilorang 3 5 2 1 1 1

    3 Estefanus Baramuli 5 0 0 2 0 0

    4 Andi Irwan 7 3 2 0 2 1

    5 Andi Irwan 7 3 2 0 2 1

    6 Samsir Janehudin 9 0 1 0 1 1

    7 Thalib Lamatone 9 2 2 2 2 1

    8 Yusman Lihawa 9 2 0 1 1 1

    9 Jadid Almahdali 10 2 0 3 1 2

    10 July Brama 10 2 0 1 2 1

    11 Risman 10 2 1 1 2 1

    12 Kisman Pareba 11 3 0 1 2 1

    13 Basuki Umar 14 8 4 5 3 0

    14 Riden 14 0 0 0 3 0

    Jumlah 121 32 14 17 22 11

    Rata-Rata 8,64 2,29 1,00 1,21 1,57 0,79

    Sebelum covid 19, kegiatan operasi penangkapan ikan cukup tinggi yakni 32 trip (Desember 2019), 14 trip (Januari 2020) dan 17 trip (Februari 2020). Mulai covid-19 meningkat masing-menjadi 22 trip (Maret 2020) dan menurun menjadi 11 trip (April 2020).

  • 21

    Dari uraian dan grafik diatas dapat diduga bahwa pandemic covid-19 memiliki dampak terhadap jumlah trip penangkapan per-bulan sebagai berikut: 1. Pandemic covid-19 tidak memberikan dampak terhadap penurunan jumlah trip operasi

    penangkapan ikan/bulan untuk nelayan yang beroperasi lebih dari sehari (mulitiple day) di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

    2. Pandemic covid-19 patut diduga memberikan dampak terhadap penurunan jumlah trip operasi penangkapan ikan/bulan untuk nelayan yang beroperasi lebih dari sehari (mulitiple day) di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara.

    Beradasarkan uraian komposisi dan jumlah ikan hasil tangkapan ikan diatas, dapat diduga bahwa covid-19 tidak memberikan dampak terhadap perubahan komposisi ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil termasuk rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan (Kg/Kapal/Trip) di Sulawesi Tengah. Namun diduga memberikan dampak terhadap penurunan ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil (Kg/Kapal/Trip) di Maluku dan Maluku Utara serta Sulawesi Utara.

    B.2 Ikan Hasil Tangkapan B.2.1 Komposisi Ikan Hasil Tangkapan Analisis komposisi ikan hasil tangkapan hanya dilakukan terhadap tuna besar dan tuna kecil sebagai hasil tangkapan utama, karena ikan hasil tangkapan lainnya selama Jan 2019 sampai April 2020 adalah NOL. Adapun komposisi ikan hasil tangkapan/trip penangkapan/bulan dimaksud dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini:

    0 12

    32

    24

    0

    14

    2

    14

    4

    17

    8

    18

    7

    22

    11

    57

    11

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    NTT NTB Sulsel Sulut

    Jumlah Trip Penangkapan

    Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20

  • 22

    Tabel 14. Komposisi Ikan Hasil Tangkapan

    Dari Tabel 14 diatas dapat diketahui bahwa komposisi ikan hasil tangkapan (%)/trip penangkapan/bulan antara tuna besar dan tuna kecil, di NTB didominasi oleh Tuna kecil sebelum dan mulai covid-19, sedangkan di NTT, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara didomniasi tuna besar.

    B.2.2 Jumlah Ikan Hasil Tangkapan (Kg/Kapal/Trip) Rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan (kg/trip/kapal) di 4 (tiga) provinsi disajikan pada Tabel 15 dibawah ini:

    TB TK Total TB TK Total TB TK Total TB TK Total TB TK Total

    - 765 765 - 4.665 4.665 212 15.544 15.756 14 21.031 21.045 - 2.479 2.479

    0% 100% 0% 100% 1% 99% 0% 100% 0% 100%

    TB

    TK

    - - - 779 779 1.053 167 1.220 4.759 322 5.081 5.087 339 5.426

    0% 0% 100% 0% 86% 14% 94% 6% 94% 6%

    TB

    TK

    - - - - - - 3.950 50 4.000 7.577 - 7.577 4.076 - 4.076

    0% 0% 0% 0% 99% 1% 100% 0% 100% 0%

    TB

    TK

    1.556 212 1.768 1.460 - 1.460 858 337 1.195 1.799 30 1.829 1.109 15 1.124

    0% 0% 100% 0% 72% 28% 98% 2% 99% 1%

    TB

    TK 13% 1%

    99% 100%

    1% 0%

    87% 99%

    0,03%

    99,97%

    93% 94%

    7% 6%

    Apr-20

    Mulai COVID

    NTB

    NTT

    Sulsel

    Sulut

    ProvinsiJenis

    YF

    0,45%

    99,55%

    Dec-19 Jan-20 Feb-20

    Sebelum COVID19

    Mar-20

  • 23

    Tabel 15. Rata-Rata Jumlah Ikan Hasil Tangkapan (Kg/Trip/Kapal)

    Berdasarkan tabel 15 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil (Kg/Kapal/Trip/Bulan) sebelum dan mulai covid-19 mengalami peningkatan di NTB (67%) dan NTT (426%) serta Sulawesi Selatan (46%), namun di Sulawesi Utara tidak mengalami peningkatan (0%).

    Berdasarkan urian rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan kapal Multi day fishing diatas dapat diasumsikan bahwa covid-19 tidak memiliki dampak terhadap perubahan komposisi ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil. Sedangkan untuk rata-rata jumlah ikan hasil tangkapan (kg/trip/kapal/bulan) memberikan dampak positip berupa kenaikan yang cukup tinggi di NTB, NTT dan Sulawesi Selatan, sedangkan di Sulawesi Utara relatip stabil. B.3 Harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan yang beroperasi Multi day fishing menjual seluruh ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil dalam produk utuh disiangi, seperti dengan harga seperti Tabel 16 dibawah ini:

    Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20

    Jumlah 0 0 212 14 0 765 4665 15544 21031 2479 765 4655 15756 21045 2479

    Rata-Rata 0 0 21 1,4 0 77 467 1554 2103 248 77 467 1576 2105 248

    -93% 68% 67%

    Jumlah 0 779 1053 4759 5087 0 0 167 322 339 0 779 1220 5081 5426

    Rata-Rata 0 97 132 595 636 0 0 20,88 40,25 42,38 0 97 153 635 678

    437% 98% 426%

    Jumlah 0 0 3950 7577 4076 0 0 50 0 0 0 0 4000 7577 4076

    Rata-Rata 0 0 564 1082 582 0 0 7 0 0 0 0 571 1082 582

    48% -100% 46%

    Jumlah 1556 1460 858 1799 1109 212 0 337 30 15 1767 1460 1195 1829 1124

    Rata-Rata 130 122 72 150 92 18 0 28,08 3 1 147 122 100 152 94

    13% -92% 0%

    571 832

    123 123

    Provinsi

    832

    108 121

    20,88 41,31

    7,14 0

    22,85 1,88

    1,4 699 1176 706 1176

    115 615 125 657

    NTB

    NTT

    Sulsel

    Sulut

    21

    564

    Tuna Besar dan Tuna Kecil

    KetSebelum COVID19 Mulai COVID19

    Rata-Rata Hasil Tangkapan (Kg/Kapal/Trip)

    Tuna Besar

    Sebelum COVID19 Mulai COVID19 Ket

    Tuna Kecil

    KetSebelum COVID19 Mulai COVID19

  • 24

    Tabel 16. Rata-rata harga ikan hasil tangkapan tuna besar dan tuna kecil

    Provinsi

    Rata-Rata Harga Tangkapan (Rp/Kg) Rata-Rata Harga Tangkapan (Rp/Kg)

    Tuna Besar

    Ket

    Tuna Kecil

    Ket Sebelum COVID19 Mulai COVID19 Sebelum COVID19 Mulai COVID19

    Dec-19

    Jan-20

    Feb-20

    Mar-20

    Apr-20

    Dec-19

    Jan-20

    Feb-20

    Mar-20

    Apr-20

    NTB

    Rata-Rata 48.100

    47.500

    35.700

    35.700

    35.700

    19.500

    19.500

    13.500

    13.500

    13.500

    -26% -25% 0% 0% -31% -31% 0% 0%

    43.767

    35.700 -18%

    17.500

    13.500

    -23%

    NTT

    Rata-Rata 42.000

    42.000

    39.000

    35.000

    30.000

    -

    -

    -

    -

    -

    -29% -29% -23% -14%

    -

    -

    -

    -

    -

    41.000

    32.500 -21%

    -

    -

    -

    Sulsel

    Rata-Rata 44.429

    44.429

    44.429

    36.714

    27.857

    -

    -

    -

    -

    -

    -37% -37% -37% -24%

    -

    -

    -

    -

    -

    44.429

    32.286 -27%

    -

    -

    -

    Sulut

    Rata-Rata

    47.417

    50.833

    50.833

    48.500

    34.083

    -

    -

    -

    -

    -

    -28% -33% -33% -30%

    -

    -

    -

    -

    -

    49.694

    41.292 -17%

    -

    -

    -

    Dari table 16 diatas dapat diketahui bahwa harga tuna besar produk Utuh disiangi, mengalami penurunan yang cukup tinggi di semua lokasi, sebagai berikut: 1. Nusa Tenggara Barat, penurunan harga berkisar antara 0 %-26% dengan rata-rata 18%. 2. Nusa Tenggara Timur, penurunan harga berkisar antara 14%-29% dengan rata-rata 21%. 3. Sulawesi Selatan, penurunan harga berkisar antara 24%-37% dengan rata-rata 27%. 4. Sulawesi Utara, penurunan harga berkisar antara 28%-33% dengan rata-rata 17%. Sedangkan rata-rata harga tuna kecil di Nusa Tenggara Barat juga mengalami penurunan berkisar antara 0%-23% dengan rata-rata 23%.

    Grafik diatas menggambarkan kecenderungan (trend) penurunan harga ikan tuna besar dan kecil yang terjadi di semua lokasi. Hal ini terjadi karena demand UPI yang menurun drastis. Oleh sebab itu, bilamana pandemic covid-19 tidak dapat dikendalikan, maka harga ikan hasil tangkapan diduga cenderung akan terus mengalami penurunan.

  • 25

    Penurunan harga tersebut diatas diduga terjadi karena aktfitas pengolahan ikan di Unit Pengolahan Ikan (sektor hilir) mengalami gangguan dan penurunan secara signifikan, yang timbul karena pengaruh negatif covid-19 secara global. Hal ini mengakibatkan penurunan permintaan pasokan bahan baku dari nelayan termasuk harganya. B.4 Analisis Logistik Aspek Logistik yang dianalisis mencakup 2 (tiga) hal yakni (i) ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan (ii) harga (BBM) di tingkat nelayan, sebelum dan mulai pandemic Covid-19. Hal ini sangat penting karena komponen biaya bahan bakar merupakan komponen biaya pengeluaran yang paling besar (sekitar 85%) dalam setiap operasi penangkapan ikan baik One Day Fishing maupun Multi day fishing. B.4.1 Ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis BBM yang dipakai oleh nelayan Multi Day Fishing umumnya solar. Seluruh responden (100%) mengatakan bahwa jenis BBM tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup di semua lokasi survey, untuk mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan oleh nelayan, sebelum dan mulai covid-19. B.4.2 Harga Bahan Bakar Minyak Harga rata-rata bahan bakar minyak untuk nelayan yang beroperasi mulitiple day fishing dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini:

  • 26

    Tabel 17. Harga Rata-Rata Bahan Bakar Minyak

    Provinsi

    Rata-Rata Harga Bahan Bakar (Rp/Liter)

    Sebelum COVID19 Setelah COVID19 Ket

    Dec 2019 - Feb 2020 Mar 2020 - Apr 2020

    NTB Rata-Rata

    5.200 5.201

    0%

    NTT Rata-Rata

    5.700 5.700

    0%

    Sulsel Rata-Rata

    5.500 5.500

    0%

    Sulut Rata-Rata

    7.127

    7.127 0%

    Dari tabel 17 diatas dikatahui bahwa rata-rata harga bahan bakar minyak sebelum dan mulai covid-19 relatif stabil atau tidak terdampak. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa pandemic covid-19 tidak memberikan dampak terhadap ketersediaan dan harga bahan bakar minyak. B.5 Pembelian Ikan oleh Supplier Pembelian ikan hasil tangkapan oleh supplier merupakan aspek yang sangat mempengaruhi aktifitas operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan. Adapun aktifitas supplier dalam pembelian ikan hasil tangkapan nelayan sebagaimana Tabel 18 dibawah ini:

    Tabel 18. Aktifitas Pembelian Ikan oleh Supplier

    Provinsi Jumlah Supplier

    Beli Ikan Ket

    Ya Tidak

    Mu

    ltip

    le D

    ay F

    ish

    ing

    NTB 5 5 0

    100% 0%

    NTT 2 2 0

    100% 0%

    Sulsel 4 4 0

    100% 0%

    Sulut 5 5 0

    100% 0%

    Dari tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa semua supplier masih tetap melakukan pembelian ikan hasil tangkapan dari nelayan. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa pandemic covid-19 tidak memberikan dampak terhadap kegiatan supplier dalam pembelian ikan dari nelayan. B.6 Analisis Kondisi Sosial Aspek Kondisi Sosial yang dianalisis mencakup 2 (tiga) hal yakni (i) pekerjaan selain nelayan dan (ii) jumlah tanggungan setiap nelayan. Hal ini sangat penting karena terkait dengan sumber mata pencaharian utama nelayan dan biaya hidup yang diperlukan. Sama halnya dengan nelayan One Day Fishing, bahwa pekerjaan utama responden adalah nelayan yang beroperasi Multi day fishing. meski terdapat diantara mereka yang juga memiliki pekerjaan lain seperti terlihat pada Tabel 19 dibawah ini:

  • 27

    Tabel 19. Pekerjaan Lain dan Tanggungan Nelayan

    Provinsi Pekerjaan Selain Nelayan Tanggungan (org)

    Ya Tidak Jumlah Rata-Rata

    NTB 0 10 44 4

    0% 100%

    NTT 1 7 37 5

    13% 88%

    Sulsel 2 5 33 5

    29% 71%

    Sulut 0 12 40 3

    0% 100%

    Dari tabel 19 diatas dapat diketahui bahwa meski pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan utama, namun terdapat juga nelayan yang memiliki pekerjaan lain, seperti tukang, petani dan berkebun, yakni di Nusa Tenggara Timur (13%), Sulawesi Selatan (29%), sedangkan di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara seluruhnya (100%) tidak memiliki pekerjaan selain nelayan. Selanjutnya rata-rata jumlah tanggungan setiap nelayan berkisar antara 3-5 orang/ keluarga.

    C. Hasil Analisis Dampak Covid-19 terhadap kegiatan Nelayan Tuna

    Handline Elaborasi hasil analisis kegiatan nelayan tuna handline sebelum dan mulai covid-19 sebagaimana diuraikan diatas dapat dilihat pada Tabel 20 dibawah ini:

    Tabel 20. Dampak Covid-19 terhadap Nelayan Tuna Handline

    Prov Trip Hasil Tangkap

    Harga Logistik Supplier Sosial Total

    S N S N S N S N S N S N S N

    Maluku - √ - √ - √ √ - - √ - √ 1 5

    Malut - √ - √ - √ √ - √ - - √ 2 4

    Sulteng √ - √ - - √ √ - √ - √ - 5 1

    Sulut - √ - √ - √ √ - √ - - √ 2 4

    NTB - √ √ - - √ √ - √ - - √ 3 3

    NTT √ - √ - - √ √ - √ - - √ 4 2

    Sulsel √ - √ - - √ √ - √ - - √ 4 2

    Sulut - √ √ √ √ - √ - - √ 3 3

    Ket: S : Stabil/Meningkat dan N : Negatip/Menurun Dari Tabel 20 diatas dapat diketahui bahwa nelayan One Day Fishing yang paling banyak terkena dampak covid-29 berturut-turut adalah Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara serta Sulawesi Tengah. Sedangkan nelayan Multi Day Fishing berturut-turut adalah Nelayan Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara serta Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

  • 28

    BAB III. ANALISIS KERENTANAN EKONOMI

    A. Definisi dan Indikator Kerentanan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Menurut Briguglio et al (2008), kerentanan ekonomi merupakan kondisi perekonomian yang rentan terhadap guncangan luar dan semakin meningkat akibat adanya keterbukaan ekonomi. Guncangan yang dimaksud adalah guncangan yang bisa mempengaruhi kondisi perekonomian negara, baik berasal dari luar maupun dari dalam. Selanjutnya Adger, dkk. (2004) dan Briguglio, dkk. (2008), kerentanan bukan suatu konsep yang langsung, berbeda dengan konsep kemiskinan. Hingga sekarang, belum ada konsensus mengenai arti yang tepat dari kerentanan. Tetapi secara umum, kerentanan merujuk kepada potensi kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh goncangan eksogen. Di bidang ekonomi, kerentanan ekonomi merujuk pada risiko-risiko yang disebabkan oleh goncangan eksogan (bisa dari sumber-sumber internal maupun eksternal) terhadap tiga sistem kunci dari ekonomi, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Dalam penilaian cepat ini (rapid assessment) ini, kerentanan yang dimaksudkan adalah merujuk pada adanya potensi kerugian nelayan kecil yang diakibatkan adanya goncangan dari sumber eksternal (COVID-19) terhadap kegiatan produksi (kegiatan penangkapan ikan) yang timbul karena adanya gangguan terhadap distribusi (kegiatan pembelian ikan oleh supplier). Gangguan distribusi yang timbul karena Covid-19 secara langsung menurunkan kegiatan produksi (penangkapan ikan) yang menjadi sumber mata pencaharian utama bagi nelayan. Selanjutnya menurut Guillaumont, 2001), adapun indikator kerentanan ekonomi suatu rumah tangga, memiliki 3 (tiga) komponen utama yaitu: 1. Goncangan pada pendapatan/penghasilan rumah tangga tersebut, yang tergantung pada

    besarnya dan sifat dari goncangan itu sendiri, dari keterbukaan serta ketahanannya terhadap goncangan pada tingkat makro.

    2. Kepekaan dari rumah tangga tersebut terhadap goncangan itu. 3. Kapasitas dari rumah tangga tersebut untuk bereaksi, yaitu tingkat ketahanannya.

    Apabila di suatu daerah, semua rumah tangga ternyata rentan, maka itu akan terrefleksikan oleh ketahanan yang rendah dari daerah itu (pada tingkat makro). Dengan kata lain, ada suatu hubungan positif antara derajat ketahanan (tingkat kerentanan) pada tingkat makro dan pada tingkat mikro

    B. Analisis Kualitatif Kerentanan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan uraian tentang analisis kegiatan nelayan pada BAB II diketahui bahwa (a) Pandemic Covid-19 mengakibatkan goncangan yang sangat signifikan pada penurunan pendapatan/penghasilan rumah tangga nelayan yang sifatnya sangat mendasar. Penurunan pendapatan nelayan utamanya diakibatkan terjadinya penurunan harga ikan (Rp/Kg), dan disisi lain biaya oeprasional penangkapan ikan tidak mengalami penurunan karena harga bahan bakar minyak tidak mengalami penurunan. Mengingat pekerjaan dan sumber mata pencaharian utama nelayan berasal dari usaha penangkapan ikan, maka diduga (a) setiap rumah tangga nelayan tidak memiliki ketahanan yang cukup untuk jangka panjang dan (b) Setiap rumah tangga nelayan sangat peka terhadap adanya guncangan penurunan pendapatan mereka, karena sumber pendapatan lainnya sangat terbatas. Pekerjaan sebagai nelayan sudah menjadi budaya, sehingga mereka mengalami kesulitan melakukan pekerjaan lain dan (c) Kapasitas rumah tangga nelayan untuk bereaksi terhadap guncangan penurunan pendapatan sangat terbatas.

  • 29

    Berdasarkan uraian fakta diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi rumah tangga nelayan tuna handline baik yang beroperasi sehari (oneday fishing) dan lebih seharai (multiplr day fishing) rentan terhadap dampak penurunan harga ikan tuna besar dan tuna kecil yang terjadi mulai pandemic covid-19 yakni mulai Maret 2020. Bila hal ini terus berlanjut dikhawatirkan akan membawa dampak social yang sangat serius bagi kehidupan keluarga nelayan.

    Tetaplah Berkibar dan Pelihara Semangat

  • 30

    BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A. Kesimpulan 1. Nelayan Yang Beroperasi Sehari (One Day Fishing)

    a. Nelayan yang paling berat menerima dampak negatif covid-19 berturut-turut

    adalah nelayan di Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara serta Sulawesi Tengah.

    b. Penurunan harga ikan hasil tangkapan tuna besar berkisar antara 25%-37% terjadi di semua lokasi assessment, disisi lain biaya operasional penangkapan ikan tidak mengalami penurunan karena harga bahan bakar minyak tidak mengalami penurunan. Bila hal seperti ini terus berlanjut, maka usaha penangkapan ikan akan menjadi suatu usaha yang tidak layak (not-feasible) untuk dilanjutkan.

    2. Nelayan Yang Beroperasi lebih Sehari (Multi Day Fishing)

    a. Nelayan yang paling berat menerima dampak negatif covid-19 berturut-turut adalah nelayan di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara serta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

    b. Penurunan harga ikan hasil tangkapan tuna besar berkisar antara 17%-21%% terjadi di semua lokasi assessment serta tuna kecil sekitar 23% terjadi di Nusa Tenggara Barat. Disis lain, biaya operasional penangkapan ikan tidak mengalami penurunan karena harga bahan bakar minyak tidak mengalami penurunan. Bila hal seperti ini terus berlanjut, maka usaha penangkapan ikan akan menjadi suatu usaha yang tidak layak (not-feasible) untuk dilanjutkan.

    3. Mengingat usaha penangkapan ikan merupakan pekerjaan utama dan sumber mata

    pencaharian utama nelayan baik nelayan One Day Fishing maupun Multi Day Fishing, maka bilamana dampak negative covid-19 terus berlanjut dan harga ikan tidak kembali ke harga normal sebelum covid-19, diduga akan mengancam keberlangsungan sumber pendapatan nelayan dan keluarganya, khususnya bagi nelayan yang tidak memiliki pekerjaan dan/atau sumber mata pencaharian lain.

    4. Ekonomi rumah tangga nelayan tuna handline baik yang beroperasi sehari (One Day

    Fishing) dan lebih sehari (Multi Day Fishing) “rentan” terhadap dampak penurunan harga ikan tuna besar dan tuna kecil yang terjadi mulai pandemic covid-19 yakni mulai Maret 2020. Bila hal ini terus berlanjut dikhawatirkan akan membawa dampak sosial yang sangat serius bagi kehidupan keluarga nelayan.

    B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan diatas dan untuk mendukung keberlangsungan usaha penangkapan ikan oleh nelayan tuna handline, direkomendaikan sebagai berikut:

    1. Mengupayakan kenaikan harga ikan hasil tangkapan nelayan ke harga sebelum covid-19

    berkisar, sebagai berikut: a. Harga tuna besar (LOIN) dan UTUH disiangi (Rp/Kg), untuk ikan hasil tangkapan

    nelayan One Day Fishing berkisar antara Rp. 50.000-Rp 70.000 dan UTUH disiangi antara Rp.35.000-Rp37.000, dengan catatan harga bahan bakar minyak tidak mengalami kenaikan.

  • 31

    b. Harga tuna besar dan kecil UTUH disiangi (Rp/Kg) untuk ikan hasil tangkapan nelayan Multi Day Fishing masing-masing berkisar antara Rp. 42.000-48.000 dan UTUH disiangi antara Rp. 19.000 –Rp 21.000, dengan catatan harga bahan bakar minyak tidak mengalami kenaikan.

    2. Pemerintah diharapkan dapat memberikan insentif dan/atau relaksasi bagi Pelaku Usaha

    Unit Pengolahan Ikan (sektor hilir) agar mereka mampu melakukan usaha produksi dengan kapasitas terpasang, sehingga tidak mengurangi permintaan pasokan dari nelayan baik volume ikan maupun harga.

    3. Mengingat ekonomi rumah tangga nelayan tuna handline baik yang beroperasi sehari

    (One Day Fishing) dan lebih seharai (Multi Day Fishing) “rentan” terhadap dampak penurunan harga ikan tuna besar dan tuna kecil yang terjadi mulai pandemic covid-19 yakni mulai Maret 2020, maka nelayan merupakan kelompok masyarakatyang patut: a. Menerima bantuan keuangan, sembako atau bantuan lainnya baik dari Pemerintah

    Pusat maupun Pemerintah Daerah atau Lembaga Swadaya Masyarakat, untuk mendukung agar mereka dan keluarganya dapat mempertahankan hidup selama masa pandemic covid-19.

    b. Menerima kemudahan dan kelonggaran untuk melaksanakan kewajibannya kepada pemerintah dan/atau pihak lain, misalnya seperti pembayaran cicilan kredit kepada Pihak Bank termasuk kewajiban finansial lainnya.

    c. Menerima subsidi BBM agar mereka tetap melakukan operasi penangkapan ikan meski daya serap pasar sangat terbatas. Ikan hasil tangkapan dapat diperuntukkan memenuhi kebutuhan masyarakat lokal (domestik) guna mendukung asupan protein ikan untuk hidup sehat.

    d. Mendapat prioritas untuk menerima kebijakan perbaikan ekonomi (economy recovery policy) dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, seperti bantuan sarana perikanan tangkap seperti Kapal dan/atau Alat Penangkapan Ikan dan/atau Sarana Penanganan Ikan diatas kapal dan di darat.

    SELESAI