PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

59
PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI APOTEK WILAYAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi oleh: Bernadheta Oceania Monica NIM : 158114151 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

Page 1: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI

APOTEK WILAYAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

oleh:

Bernadheta Oceania Monica

NIM : 158114151

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

i

PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI

APOTEK WILAYAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

oleh:

Bernadheta Oceania Monica

NIM : 158114151

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang

Maha Pengasih yang selalu menyertaiku dikala suka maupun duka; Untuk Papah,Mamah,Kakak,dan adikku yang menjadi sumber penyemangat;

Untuk rekan dan teman seperjuanganku;

Serta untuk almamaterku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

vii

PRAKATA

Puji dan Syukur bagi Tuhan Yesus Kristus berkat anugerah-Nya yang

melimpah serta kasih-Nya yang tiada tara, Bunda Maria yang telah

menyampaikan doa dan harapan kepada Bapa di Surga, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Apoteker dalam Pelayanan

Antibiotika di Apotek Wilayah Kabupaten Bantul tahun 2018” untuk

memenuhi salah satu syarat kelulusan demi meraih gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan.Untuk itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dan dapat dipertimbangkan.Skripsi ini penulis

persembahkan kepada kedua orangtua tercinta Papa Wilhelmus Yuniarta

M.Mar.Eng dan Mama Evia S.Pd.Sd yang selalu memberi anaknya

semangat,cinta,doa,dukungan moral dan finansial yang telah diberikan selama

ini,juga kakak tersayang Maria Brigita Octsea Maharani S.E dan tak lupa adik

tersayang Olga Angely. Berkat bantuan dan bimbingan dari semua

pihak,akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan

skripsi ini,penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak,untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kepada Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma 2. Kepada Ibu Dr. Christine Patramurti,Apt.selaku Kepala Program Studi

Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Kepada Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt yang telah

bermurah hati meluangkan waktu untuk membimbing,memotivasi,dan

memberikan kritik dan saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc.,Apt dan Bapak Christianus Heru

Setiawan, M.Sc.,Apt selaku dosen penguji yang telah membantu peneliti

dalam menyempurnakan naskah skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................... vi

PRAKATA ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii

ABSTRAK....................................................................................................................... xii

ABSTRACT ................................................................................................................. xiii

PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

METODE PENELITIAN ........................................................................................... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 5

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

LAMPIRAN ............................................................................................................... 21

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................... 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Profil Antibiotika yang paling sering diresepkan ........................................... 8

Gambar 2. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika berdasarkan indikasi ................... 8

Gambar 3. Perbandingan jumlah apoteker pelayanan Permenkes RI............................. 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden .............................................. 22

Lampiran 2.Informed Consent ................................................................................................... 25

Lampiran 3.Kuisioner Penelitian .............................................................................................. 26

Lampiran 4.Surat Keterangan Kelaikan Etik ....................................................................... 29

Lampiran 5.Surat Izin Penelitian (Uji Pemahaman Bahasa,Validitas,Reliabilitas) ... 30

Lampiran 6.Surat Izin Penelitian ............................................................................................. 31

Lampiran 7.Hasil Uji Pemahaman Bahasa ............................................................................ 32

Lampiran 8.Hasil Uji Validitas.................................................................................................. 33

Lampiran 9.Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................................ 34

Lampiran 10.Tabel Data Penelitian ........................................................................................ 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Karakteristik Responden .............................................................................................. 6

Tabel 2.Profil Pelayanan Resep Antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul .................. 9

Tabel 3.Karakteristik Pasien Penerima Antibiotika ............................................................ 10

Tabel 4.Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika .................................................. 14

Tabel 5.Hambatan dalam memberikan Pelayanan Antibiotika ........................................ 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

xiii

ABSTRAK

Antibiotika merupakan pengobatan utama dalam mengatasi permasalahan

penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Resistensi dapat terjadi akibat

penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Oleh karena itu, apoteker memegang

peranan penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi

apoteker, mengidentifikasi hambatan apoteker dan membandingkan pelaksanaan

pelayanan antibiotika dengan Permenkes RI nomor 73 tahun 2016. Penelitian ini

termasuk penelitian non-eksperimental dengan survei deskriptif menggunakan

cluster sampling. Kriteria inklusi berupa melayani minimal 5 resep antibiotika per

minggu dengan ekslusi berupa mengisi kuisioner tidak lengkap dan tidak bersedia

mengisi kuisioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan persepsi apoteker dalam pelayanan

antibiotika dengan persentase terbesar ialah pharmaceutical care terhadap pasien

menjadi tanggungjawab apoteker (100%). Hambatan apoteker dengan persentase

terbesar ialah pasien ragu mengungkapkan keluhannya (77,5%). Pelayanan

kefarmasian belum sepenuhnya dilakukan yaitu home pharmacy care (12,5%),

MESO (32,5%), dan pemantauan terapi obat (47,5%). Kesimpulan dari penelitian

ini adalah apoteker sudah memiliki persepsi bahwa mewujudkan pelayanan

kefarmasian sesuai dengan Permenkes RI nomor 73 tahun 2016 merupakan peran

penting apoteker, dilihat dari persentase terbesar pada kategori “pharmacist’s

responsibilities” walaupun belum dilakukan secara optimal, terutama home

pharmacy care, MESO, dan pemantauan terapi obat. Kondisi ini dilatarbelakangi

oleh beberapa faktor penghambat dari pasien dan apoteker.

Kata kunci: persepsi, apoteker, antibiotika, standar pelayanan kefarmasian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

xiv

ABSTRACT

Antibiotics are the main treatment to resolve the problem of infectious diseases caused by bacteria.Resistance can occurs due to the irrational use of antibiotics. Therefore, pharmacists play an important role in the society to control resistance. This research aim to find out about the depiction of the pharmacists’ perception, the obstacles and the implementation of the Standard of Pharmaceutical Care in Pharmacies No. 73 in 2016 on Pharmaceutical services. This research includes the non-experimental research with descriptive survey design using cluster sampling. Inclusion criteria in the form of pharmacies serving antibiotic services with a minimum 5 recipes a week with exclusion in the form of the pharmacists filling in the incomplete questionnaires and unwilling to fill out the questionnaire sheet.

The research results showed that pharmacists' perceptions in antibiotic services with the highest is pharmaceutical-care toward patient is the responsibility of a pharmacist (100%). Obstacles experienced by pharmacists with the highest percentage : patients were hesitant to respond about complaints (77,5%). Pharmaceutical services have not been implemented are MESO (32,5%), home pharmacy care (12,5%), and drug monitoring therapy (47,5%). In conclusion, pharmacists already has the perception that the actualization of pharmaceutical service based on Standard of Pharmacies No.73 in 2016 is the important component of the pharmacists role, seen from the category of the questionnaire “pharmacist’s responsibilities”, even though the implementation of standard pharmaceutical service in Bantul district’s pharmacy has yet been fully done, especially in home pharmacy care, monitoring the medicine’s side effects, and monitoring the medication therapy, therefore this condition is based on several obstacles either from the patient or the pharmacist.

Keywords: perceptions. Pharmacists, antibiotics, standard of pharmaceutical care

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

1

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih menjadi sepuluh penyakit yang paling banyak

ditemukan dalam negara berkembang khususnya,di Indonesia (Depkes, 2011).

Pemberian antibiotika merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan

penyakit infeksi. Sebagai salah satu jenis obat umum,antibiotika banyak beredar

dimasyarakat dan masih ditemukan perilaku yang salah dalam penggunaan

antibiotika, yang menjadi resiko terjadinya resistensi antibiotika,diantaranya: tidak

menghabiskan atau menyelesaikan treatment antibiotika, membeli antibiotika

secara bebas atau tanpa resep dokter, hanya berdasarkan pengalaman atau saran

dari keluarga/teman, peresepan antibiotika secara berlebihan, kurangnya

kesadaran dan pemahaman masyarakat, adanya anggapan yang salah dimasyarakat

bahwa antibiotika merupakan obat dari segala penyakit (Ikatan Apoteker

Indonesia, 2016).

Dalam menghadapi permasalahan tersebut apoteker perlu meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan mengubah perilaku, agar dapat melakukan

interaksi langsung dengan pasien, guna memberikan informasi yang benar, jelas,

terkini, dan mudah dimengerti, terutama selama pemberian antibiotika.

Pengetahuan dan komunikasi yang memadai pada apoteker tentang penggunaan

antibiotika dapat mencegah terjadinya pengobatan yang kurang efektif,

peningkatan resiko terhadap keamanan pasien dan meluasnya resistensi. Untuk

menghindari hal-hal tersebut maka diperlukan praktik yang sesuai dengan standar

pelayanan kefarmasian yang sudah ditetapkan oleh Permenkes RI no 73 tahun

2016. Persepsi apoteker terhadap pelayanan antibiotika dapat menjadi salahsatu

penilaian untuk melihat sejauhmana pemahaman dan peran apoteker dalam

melaksanakan pelayanan antibiotika terutama di apotek.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bantul tahun 2018 terdapat kasus

penyakit pneumonia balita pada tahun 2017 sebanyak 1197 kasus, jumlahnya

meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 744 kasus (Dinas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

2

Kesehatan Kabupaten Bantul, 2018). Hal tersebut menunjukkan bahwa banyaknya

peresepan antibiotika untuk penyakit infeksi. Oleh sebab itu,penelitian ini perlu

dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan persepsi apoteker terhadap

pelayanan antibiotika, mendeskripsikan hambatan yang dialami apoteker, dan

membandingkan kesesuaian pelaksanaan pelayanan antibiotika di apotek wilayah

Kabupaten Bantul dengan Permenkes RI nomor 73 tahun 2016 terkait peresepan

antibiotika.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan penelitian

survey deskriptif. Penelitian ini dilakukan di apotek wilayah Kabupaten Bantul

dalam beberapa cluster,bagian wilayah yaitu utara (Sewon), selatan (Imogiri),

timur (Pleret), dan barat (Bantul) yang didapatkan dengan menggunakan cluster

random sampling, setelah didapatkan kecamatan yang dipilih sebagai sampel

daerah, selanjutnya dipilih apotek dengan menggunakan interval sampel yang

diperoleh dengan membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel yang sudah

ditetapkan (Eriyanto, 2007). Menurut (Dinas Kesehatan Bantul, 2016) di

kabupaten Bantul terdapat 125 apotek yang masih beroperasi. Pertama, interval

yang didapat adalah 3,125 setiap apotek diberi nomor urut, untuk sampel pertama

diambil secara acak, untuk sampel selanjutnya merupakan apotek dengan nomot

urut yang sudah disesuaikan dengan interval.

Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu apoteker

bekerja di apotek wilayah Kabupaten Bantul dan apotek melayani pelayanan

antibiotika minimal 5 resep dalam seminggu. Kriteria ekslusi ialah apoteker

mengisi kuisioner tidak lengkap dan tidak bersedia untuk mengisi lembar

kuisioner. Untuk menentukan besarnya subjek penelitian, jumlah batas minimal

yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak minimal 30 (Cohen,et al., 2007).

Menurut (Sugiyono, 2011) jumlah pengambilan subjek penelitian minimal 30

yang dapat diterima dalam suatu penelitian. Untuk memudahkan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

3

penyebaran kuisioner berdasarkan cluster (wilayah) subjek penelitian ditambah

10, sehingga total subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah 40

responden. Kuisioner dibagi menjadi beberapa bagian yaitu karakteristik

responden, gambaran pelayanan kefarmasian resep antibiotika, persepsi apoteker

dalam pelayanan antibiotika, hambatan dalam pelayanan kefarmasian terutama

antibiotika, dan penerapan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan

Permenkes RI No.73 tahun 2016.

Studi Pendahuluan

Peneliti telah menyelesaikan proposal penelitian dan telah mendapatkan

izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman dengan nomor

izin:070/Kesbangpol/875/2019 untuk melakukan uji pemahaman bahasa, uji

validitas, dan uji reliabilitas. Peneliti juga telah mendapatkan izin dari BAPPEDA

Kabupaten Bantul dengan nomor izin 070/Reg/0417/S1/2019 untuk izin penelitian

dan pengambilan data yang telah memenuhi kelaikan etik (Ethical Clearance) dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta

Wacana dengan nomor 911/C.16/FK/2019.

Pengujian Kuisioner

Pada pengujian kuisioner terdiri atas tiga yaitu uji pemahaman bahasa, uji

validitas, dan uji reliabilitas. Uji pemahaman bahasa bertujuan untuk mengetahui

sejauhmana pemahaman apoteker terhadap pertanyaan yang terdapat dikuisioner,

kesalahan pengetikan, penyusunan kalimat dalam kuisoner.Uji pemahaman bahasa

dilakukan dengan menyebarkan kuisioner tersebut kepada tiga apoteker diluar

populasi penelitian yang bersedia mengisi kuisioner. Uji validitas dilakukan untuk

memastikan, sejauhmana tingkat interpretasi dan konsep-konsep yang diperoleh

mempunyai makna yang setara antara kuisioner dengan peneliti (Moleong, 2017).

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan validitas isi, yang diestimasi

melalui Professional Judgement, dalam penelitian ini ahli yang dimaksud ialah

orang yang berpengalaman pada bidang yang diteliti pada penelitian (Azwar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

4

2007). Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik triangulasi.

Teknik triangulasi ialah teknik untuk memeriksa keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu dari luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2017).

Dalam metode triangulasi dilakukan tiga tahapan yaitu observasi,

wawancara dan dokumentasi feedback. Observasi dilakukan dengan mengunjungi

apotek-apotek yang melayani antibiotika dan memberikan kuisioner kepada tiga

apoteker untuk diisi dan melakukan wawancara singkat serta apoteker akan

memberikan feedback berupa saran atau tanggapan terkait kuisioner dari apoteker

yang akan dijadikan dasar untuk kuisioner sebelum disebar ke daerah sampel.

Penyebaran dan Pengumpulan Kuisioner

Penyebaran kuisioner dengan membagikan kuisioner kepada apoteker-

apoteker di apotek yang sudah terpilih dan memperkenalkan diri kepada apoteker,

menjelaskan maksud dan tujuan bertemu, dan meminta apoteker yang sudah

bersedia menjadi responden untuk mengisi informed consent. Pengumpulan

kuisioner yang sudah disi, dilakukan secara langsung dan menyesuaikan janji

temu dengan apoteker.

Pengolahan dan Analisis Hasil

Pengolahan dengan proses editing meliputi pemeriksaan kelengkapan data,

seperti konsistensi jawaban, kejelasan tulisan/ejaan pada pilihan jawaban,

selanjutnya dikelompokan berdasarkan jawaban responden. Peneliti menetapkan

definisi operasional, yang digunakan untuk memudahkan peneliti untuk

memberikan kesimpulan pada bagian kuisioner tentang persepsi dan hambatan,

apabila hasil yang didapatkan paling banyak pada kategori setuju, maka dapat

disimpulkan bahwa apoteker setuju dengan hal tersebut, begitupula sebaliknya.

Pada bagian kuisioner tentang Pelaksanaan Permenkes RI No.73 tahun 2016

setiap jawaban “ya diberi nilai 1 sedangkan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Untuk

menghitung persentase tiap aspek tersebut, jumlah dari jawaban “ya” dibagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

5

dengan jumlah responden (40 responden). Hasil persentase dari tiap aspek

dijumlahkan kemudian dibagi berdasarkan jumlah aspek untuk menentukan rata-

rata persentase dari aspek yang dilaksanakan oleh apoteker sesuai dengan

Permenkes RI.No 73 tahun 2016.

Dalam penyajian data tabel pada bagian persepsi dan hambatan dirangkum

menjadi dua pilihan saja yaitu setuju dan tidak setuju, yang mana setuju

merupakan jumlah dari pilihan sangat setuju dan setuju, sedangkan pilihan tidak

setuju merupakan jumlah dari pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju.

Menurut (Sujarweni, 2015) analisis data menggunakan statistik deskriptif yaitu

pengolahan data untuk tujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap

obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi. Peneliti melakukan tabulasi

atau pembuatan tabel dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 yang memuat

informasi data yang dianalisis dan data disajikan dalam bentuk grafik dengan

persentase total 100%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuisioner yang telah dibuat diuji isinya secara Profesional Judgement

oleh apoteker-apoteker diluar wilayah sampel. Terdapat perbaikan pada kusioner

dari uji pemahaman bahasa yang tertera pada lampiran 7. Setelah kuisioner telah

dilakukan uji pemahaman bahasa, maka dilakukan uji validitas dengan

membandingkan isi kuisioner dengan pustaka yang diacu yaitu Permenkes RI

no.73 tahun 2016 dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotika.

Didapatkan hasil uji validitas kuisioner yaitu perlu penambahan pertanyaan

dan jurnal pendukung tentang Patient Perceptions and Behaviors pada bagian

hambatan yang tertera pada lampiran 8. Uji reliabilitas dilakukan dengan

triangulasi dengan metode observasi, wawancara singkat dan dokumentasi

feedback, dimana feedback dijadikan dasar untuk kuisioner yang akan disebar.

Didapatkan hasil pada pengujian reliabilitas kuisoner yaitu pada pernyataan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

6

kuisioner “Saya dapat melakukan pendekatan kepada pasien yang mendapatkan

terapi antibiotika” dengan “Saya percaya diri dalam memberikan layanan

pharmaceutical care kepada pasien yang menerima antibiotika” dijadikan satu

pernyataan saja yaitu menjadi “Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam

menggunakan antibiotika dengan mudah”. Untuk hasil feedback dari apoteker

tentang uji reliabilitas kuisioner tertera pada lampiran. 9.

A. Karakteristik Responden

Data karakteristik responden yang didapatkan selama proses pengambilan data

meliputi: jenis kelamin, usia, peran apoteker di apotek, pengalaman bekerja

sebagai apoteker dan pendidikan terakhir apoteker.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Parameter Jumlah (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki

Perempuan

6

34

15%

85% Usia Responden 20-29 tahun

30-39 tahun

40-49 tahun

16

20

4

40%

50%

10%

Lama bekerja <5 tahun

5-9 tahun

10-14 tahun

15-19 tahun

≥20 tahun

9

11

16

3

1

22,5%

27,5%

40%

7,5%

2,5%

Peran Apoteker Apoteker Penanggungjawab

Apotek

Apoteker Pendamping

33

7

82,5%

17,5%

Pendidikan terakhir Apoteker S1/Apoteker

S2

S3

38

1

1

95%

2,5%

2,5%

Penjelasan mengenai karakteristik responden secara lengkap diuraikan

sebagai berikut pada kategori perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis

kelamin didapatkan hasil terbanyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-

laki. Pada kategori perbandingan usia responden didapatkan hasil terbanyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

7

berkisar antara 30-39 tahun. Hal ini menandakan bawa responden yang bekerja di

Apotek di wilayah Kabupaten Bantul yang dijadikan sampel masuk kategori usia

produktif. Menurut Chandra (1995) mengemukakan bahwa usia produktif adalah

antara 15 hingga 64 tahun. Pada kategori lama bekerja diketahui terbanyak pada

10-14 tahun. Responden yang memiliki pengalaman kerja yang cukup lama

umumnya sudah memiliki pengetahuan yang lebih dikarenakan sudah terbiasa

dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Menurut Jahja (2011) kebiasaan

berpikir dan bertindak secara konsisten terus menerus memungkinkan seseorang

menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar melakukan sesuatu Peran apoteker di apotek terbanyak sebagai Apoteker

Penanggungjawab Apotek (APA) yang mana pendidikan terakhir terbanyak pada

S1/Apoteker.

B. Deskripsi Pelayanan Kefarmasian Resep Antibiotika

Data deskripsi pelayanan kefarmasian resep antibiotika yang didapatkan

selama proses pengambilan data meliputi: profil antibiotika yang paling sering

diresepkan,indikasi penyakit berdasarkan antibiotika yang diresepkan, frekuensi

resep antibiotika dalam seminggu, frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan

resep antibiotika, frekuensi apoteker dalam melakukan konseling antibiotika,

perbandingan jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin.

Dalam kategori profil antibiotika yang paling sering diresepkan di apotek-

apotek wilayah kabupaten Bantul ialah Amoxicilin dengan persentase sebesar

70%. Hal ini serupa dengan penelitian Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa

antibiotika yang paling banyak diresepkan di wilayah kota Yogyakarta terbanyak

ialah Amoxicilin. Untuk jenis indikasi yang sering mendapatkan resep antibiotika

terbanyak di kabupaten Bantul ialah ISPA. Hal ini serupa dengan penelitian

Muchson, dkk (2009) yang menunjukan jenis antibiotika yang digunakan untuk

mengobati ISPA salahsatunya ialah Amoxicilin. Berdasarkan penatalaksana ISPA,

salahsatu antibiotika yang digunakan untuk terapi ISPA adalah Amoxicilin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

8

Gambar 1. Profil Antibiotika yang paling sering diresepkan

Gambar 2. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika berdasarkan indikasi

Dalam kategori frekuensi resep antibiotika dalam seminggu yang masuk

keapotek-apotek di wilayah Kabupaten Bantul terbanyak pada 5-10 resep yaitu

dengan persentase sebanyak 95%. Hal ini serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Silvia (2018) yang menyebutkan bahwa jumlah resep yang paling

banyak masuk di apotek wilayah Kulonprogo, 5-10 resep dalam seminggu.

Dalam kategori frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan resep

antibiotika di apotek wilayah kabupaten Bantul terbanyak pada 2-3 kali seminggu

yaitu dengan persentase sebanyak 40%. Hal ini serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa mayoritas apoteker di

70.0%

7.5% 5.0% 2.5% 7.5%

2.5% 2.5% 2.5%

0.0%10.0%20.0%30.0%40.0%50.0%60.0%70.0%80.0%

Amoxicilin

Cefixime

Ciprofoxacim

Clindamycin

Kloramfenikol

Metronidazole

Cefadroxyl

Azitromycin

47.5%

20%

5% 7.5%

12.5% 7.5%

0.0%5.0%

10.0%15.0%20.0%25.0%30.0%35.0%40.0%45.0%50.0%

ISPA

Sakit gigi

pharyngitis

Jerawat

Otitis media

Diare

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

9

apotek wilayah kota Yogyakarta yang melakukan pelayanan resep antibiotika

terbanyak pada 2- 3 kali seminggu. Mayoritas apoteker di wilayah kabupaten

Bantul memberikan pelayanan kefarmasian berupa konseling kepada pasien

dengan frekuensi 2-3 kali seminggu yaitu dengan persentase sebanyak 40%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salahsatu apoteker di apotek menyatakan

bahwa pelayanan konseling antibiotika sesuai dengan jumlah resep antibiotika

yang masuk. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahat (2018)

yang menyebutkan mayoritas apoteker di apotek wilayah kota Yogyakarta yang

memberikan konseling antibiotika terbanyak pada 2-3 kali seminggu. Hasil

rangkuman terkait profil pelayanan resep antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul

disimpulkan dalam bentuk tabel 1.

Tabel 2. Profil Pelayanan Resep Antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul

Parameter Jumlah (n) Persentase (%)

Frekuensi resep antibiotika

per minggu

1-10 resep

11-20 resep

≥21

38

2

0

95%

5%

0%

Frekuensi dalam melakukan

pelayanan & konseling antibiotika

Setiaphari

2-3 kali seminggu

Sekali seminggu

Sekali sebulan

2

16

12

10

5%

40%

30%

25%

Berdasarkan hasil penelitian di apotek-apotek wilayah Kabupaten Bantul,

jumlah pasien laki-laki dan perempuan yang membeli antibiotika cenderung tidak

relevan. Tidak relevan menunjukan bahwa apoteker tidak mengetahui dengan

pasti perbedaan jumlah pasien berasarkan jenis kelamin. Berdasarkan wawancara

dengan salahsatu apoteker, hal ini dikarenakan kebanyakan apotek tidak membuat

dokumentasi pasien yang membeli resep di apotek. Setiap harinya apoteker tidak

hanya melayani pasien dengan antibiotika saja, apoteker tidak mengingat dengan

pasti pasien laki-laki atau perempuan yang paling banyak membeli antibiotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

10

Rentang usia yang paling sering mendapatkan antibiotika di apotek-apotek

wilayah kabupaten Bantul adalah 0-5 tahun sebesar 35%. Hal ini cukup sesuai

dengan penelitian Purwaningsih et al. (2015) yang menyebutkan bahwa rentang

usia tersebut yang paling banyak mendapatkan antibiotika di Yogyakarta. Hasil

penelitian terkait karakteristik pasien penerima antibiotika di Apotek Kabupaten

Bantul disimpulkan dalam tabel 2.

Tabel 3. Karakteristik Pasien Penerima Antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul

Parameter Jumlah (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

Sama banyak

Tidak relevan

10

4

11

15

25%

10%

27,5%

37,5%

Usia

0-5 tahun

5-11 tahun

12-16 tahun

17-25 tahun

26-35 tahun

36-45 tahun

≥46 tahun

Tidak relevan

14

3

4

2

5

4

1

7

35%

7,5%

10%

5%

12,5%

10%

2,5%

17,5%

*Tidak relevan adalah apoteker tidak mengetahui dengan pasti perbedaan antara dua hal parameter

C. Persepsi dan Hambatan Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika di Apotek

Apoteker yang telah terpilih dan bersedia untuk menjadi responden,

diminta untuk mengisi kuisioner yang terdiri dari 20 pertanyaan terkait persepsi

dan juga hambatan dalam pelayanan antibiotika yang dialami oleh apoteker.

Kategori pada kuisioner terbagi menjadi 4 kelompok yaitu pharmacist’s

responsibilities, prescribing behaviors, patient perceptions and behaviors, dan

infrastructure and facilities. Dalam kategori pharmacist’s responsibilities hasil

menunjukan apoteker menjawab sebanyak 60% setuju dapat mengatasi pasien

yang tidak taat dalam menggunakan antibiotika dengan mudah. Hal tersebut

didukung oleh penelitian Res et al (2017) yang menyatakan bahwa apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

11

berada dalam posisi terbaik untuk memberikan nasihat kepada pasien tentang

penggunaan antibiotika untuk memastikan kualitas penggunaan antibiotika. Hal

tersebut didukung oleh penelitian Tarawatu (2014) yang menyebutkan rasa

tanggung jawab terhadap sumpah profesi untuk mewujudkan pelayanan

kefarmasian ditengah-tengah masyarakat. Apoteker menjawab sebanyak 52,5%

setuju, melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan antibiotika serta

masalah terkait resistensi. Hal ini didukung oleh penelitian Kotwani (2012) yang

menemukan apoteker merasa bahwa peningkatan kesadaran diantara pasien akan

memiliki efek positif pada penggunaan antibiotik. Pada hasil diperoleh, apoteker

menjawab sebanyak 57,5% setuju, melakukan skrining terhadap resep, terutama

antibiotika dengan guidelines sebelum mengeluarkan antibiotika yang diresepkan.

Hal ini didukung oleh Res et al (2017) yang menyatakan bahwa peran profesional

apoteker termasuk untuk memastikan bahwa resep berada dalam pedoman

terapeutik dan memeriksa adanya interaksi atau alergi yang signifikan.

Semua apoteker memberikan respon positif dengan menjawab sebanyak

100% setuju, bahwa pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat

antibiotika menjadi tanggungjawab seorang Apoteker. Hal ini didukung oleh

penelitian Almasdy, dkk (2017) yang mendukung bahwa asuhan kefarmasian

merupakan tanggungjawab semua apoteker. Hasil tersebut menunjukan bahwa

apoteker berpendapat bahwa pharmaceutical care menjadi tanggungjawab

apoteker tetapi tidak menutup kemungkinan, bahwa masih ditemukan kurangnya

training terkait pharmaceutical care menjadi salahsatu hambatan dalam

memberikan pelayanan kefarmasian sebanyak 67,5% apoteker menjawab setuju

akan hal tersebut.

Dalam kategori prescribing behaviors hasil menunjukkan Apoteker

menjawab sebanyak 60% setuju, mencari informasi klinis tambahan (misalnya

interaksi obat, ADR, alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan antibiotika

yang diresepkan. Hal ini didukung oleh penelitian Res et al (2017) untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

12

memeriksa adanya interaksi atau alergi yang signifikan. Apoteker menjawab

sebayak 72,5% setuju, berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa

tidak yakin tentang kesesuaian antibiotika diresep. Hal ini menunjukan sebagian

besar apoteker telah melakukan sesuai dengan Permenkes RI (1993) yang

menyebutkan apabila apoteker menganggap bahwa terdapat kekeliruan resep atau

penulisan resep, yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter

penulis resep. Apoteker menjawab sebanyak 57,5% setuju, selalu memastikan

bahwa pasien benar-benar mengerti alasan harus diberikan oleh dokter penulis

resep. Hal ini dikarenakan antibiotika masuk kedalam kategori obat keras, maka

diperlukan resep untuk menebus antibiotika.

Apoteker menjawab sebanyak 75% tidak setuju, ikut serta dalam

kampanye kesadaran antibiotika untuk mempromosikan penggunaan antibiotika

secara optimal kepada masyarakat. Hal ini bertentangan dengan penelitian Res et

al (2017) yang menyatakan bahwa promosi kesehatan diidentifikasi sebagai

tanggungjawab penting seorang apoteker. Salah satu responden menyoroti

pentingnya kolaborasi antarprofesi dalam hal promosi kesehatan. Apoteker

menjawab sebanyak 82,5% tidak setuju, selalu mengupdate pengetahuan terkait

antibiotika dengan mengikuti seminar atau workshop. Hal ini dikarenakan adanya

hambatan dari pihak apoteker yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki oleh

apoteker, menjawab setuju sebanyak 60%, selain bekerja di apotek banyak

apoteker yang bekerja di Puskesmas dan juga Rumah Sakit.

Dalam kategori patient perceptions and behaviors, apoteker menjawab

sebanyak 72,5% setuju, kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan

antibiotika menjadi penghambat dalam memberikan pelayanan antibiotika. Salah

satu apoteker berpendapat bahwa pengetahuan pasien dianggap sebagai faktor

penting dalam optimalisasi resep antibiotik. Hal ini didukung penelitian Res et al

(2017) apoteker menekankan perlunya pengetahuan pasien yang lebih baik, dan

konseling oleh apoteker untuk memastikan penggunaan antibiotika secara optimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

13

Karena kurangnya pengetahuan pasien tentang antibiotika, membuat pasien tidak

mengerti kepentingan pharmaceutical care, padahal pemahaman terhadap asuhan

kefarmasian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam meningkatkan

kualitas hidup pasien. Apoteker menjawab sebanyak 77,5% setuju, keraguan

pasien untuk mengungkapkan keluhannya menjadi faktor penghambat. Hal ini

didukung oleh penelitian Mehralian, dkk (2017) yang menyebutkan bahwa

hambatan dari lingkungan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian adalah

keraguan-keraguan pasien untuk berbicara tentang isu pribadi. Hal ini mungkin

dikarenakan kurang terampil apoteker dalam membangun komunikasi dengan

pasien (72,5% setuju) sehingga pasien enggan untuk berbicara tentang isu pribadi

yang menjadi salahsatu faktor penghambat dalam melakukan pelayanan

kefarmasian. Hanya terpaku pada keluhan pasien juga menjadi faktor penghambat

dikarenakan jumlah pasien yang datang banyak dan apotek kekurangan staff untuk

memberikan pelayanan kefarmasian.

Dalam kategori infrastructure and facilities, apoteker menjawab sebanyak

52,5% tidak setuju, kurangnya sumber informasi tentang antibiotika menjadi

faktor penghambat dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Salah satu apoteker

berpendapat bahwa apotek telah menyediakan brosur tentang antibiotika yang

disediakan di apotek sehingga baik pasien maupun pengunjung dapat mengambil

brosur-brosur tersebut untuk dibaca. Apoteker menjawab sebanyak tidak setuju

52,5%, tidak memiliki ruangan konseling tidak menjadi penghambat apoteker

dalam memberikan pelayanan konseling. Apoteker menjawab sebanyak 67,5%

setuju, kurangnya jumlah staff menjadi faktor penghambat apoteker. Salah satu

apoteker berpendapat bahwa dalam memberikan pelayanan konseling kepada

pasien tidak harus diruangan konseling, bisa dilakukan langsung bersamaan saat

ingin menyerahkan obat. Hasil penelitian terkait persepsi dan hambatan dalam

memberikan pelayanan kefarmasian tentang antibiotika di Apotek wilayah

Kabupaten Bantul disimpulkan dalam tabel 3 dan 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

14

Tabel 4. Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika

Tabel 5. Hambatan dalam memberikan layanan pharmaceutical care (Misalnya

riwayat pengobatan,identifikasi permasalahan,monitoring efek samping obat)

Pernyataan TS

(%)

S

(%)

Hasil

Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan

antibiotika

11

(27,5%)

29

(72,5%)

Setuju

Pasien ragu untuk mengungkapkan keluhannya

9

(22,5%)

31

(77,5%)

Setuju

Pernyataan TS

(%)

S

(%)

Hasil

Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam

menggunakan antibiotika dengan mudah

16

(40%)

24

(60%)

Setuju

Saya melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan

antibiotika serta masalah terkait resistensi

19

(47,5%)

21

(52,5%)

Setuju

Saya melakukan skrining terhadap resep,terutama antibiotika

dengan guidelines,sebelum mengeluarkan antibiotika yang

diresepkan

17

(42,5%)

23

(57,5%)

Setuju

Saya mencari informasi klinis tambahan (misalnya:interaksi

obat,ADR,alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan

antibiotika yang diresepkan

18

(45%)

22

(55%)

Setuju

Saya berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa

tidak yakin tentang kesesuaian antibiotika di resep

11

(27,5%)

29

(72,5%)

Setuju

Saya ikut serta dalam kampanye kesadaran antibiotika untuk

mempromosikan penggunaan antibiotika secara optimal

kepada masyarakat

34

(85%)

6

(15%)

Tidak

setuju

Saya selalu memastikan bahwa pasien benar-benar mengerti

alasan antibiotika harus diberikan oleh dokter dengan resep

17

(42,5%)

23

(57,5%)

Setuju

Menurut saya Pharmaceutical care terhadap pasien yang

mendapat antibiotika menjadi tanggungjawab seorang

Apoteker

0

(0%)

40

(100%)

Setuju

Saya punya pengetahuan yang cukup tentang Farmakoterapi

untuk antibiotika

0

(0%)

40

(100%)

Setuju

Saya selalu mengupdate pengetahuan terkait antibiotika

dengan mengikuti seminar atau workshop

33

(82,5%)

7

(17,5%)

Tidak

setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

15

Pasien tidak mengerti kepentingan Pharmaceutical care 13

(32,5%)

27

(67,5%)

Setuju

Kurang terampil dalam komunikasi 11

(27,5%)

29

(72,5%)

Setuju

Kurangnya training terkait Pharmaceutical care

13

(32,5%)

27

(67,5%)

Setuju

Keterbatasan waktu apoteker di apotek 11

(27,5%)

29

(72,5%)

Setuju

Hanya terpaku pada keluhan pasien

seperti:Demam,Batuk,sakit waktu buang air kecil,lamanya

pasien kesakitan dsb

15

(37,5%)

25

(62,5%)

Setuju

Kurangnya sumber informasi tentang antibiotika 21

(52,5%)

19

(47,5%)

Tidak

Setuju

Tidak memiliki ruang konseling 21

(52,5%)

19

(47,5%)

Tidak

Setuju

Kurangnya jumlah staff 13

(32,5%)

27

(67,5%)

Setuju

D. Penerapan standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan

Permenkes RI No.73 tahun 2016

Standar pelayanan kefarmasian memiliki tolak ukur yang harus diikuti

oleh apoteker, namun untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian sesuai standar

bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu peneliti ingin melihat sejauhmana

penerapan standar pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan oleh apoteker-

apoteker di apotek khususnya di wilayah Kabupaten Bantul. Dalam ketentuan

hukum Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar

Kefarmasian di Apotek, diatur bahwa kegiatan pengkajian dan pelayanan resep

terdiri dari kajian administratif, kajian farmasetis dan pertimbangan klinis

sebanyak 98,3% apoteker telah melakukannya. Dispensing terdiri dari penyiapan,

penyerahan obat. Pada bagian penyiapan dan penyerahan obat semua apoteker

telah melaksanakan semua bagian sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes

Nomor 73 Tahun 2016.

Pada bagian Pelayanan Informasi Obat (PIO) sebanyak 82,5% apoteker

telah melakukan PIO, tetapi masih ditemukan beberapa apoteker yang tidak

melakukan PIO dikarenakan kurangnya jumlah staff di apotek, menjadi faktor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

16

penghambat belum sepenuhnya pelayanan informasi obat dilakukan. Kegiatan

konseling sebanyak 90% apoteker telah melakukan kegiatan tersebut, tetapi masih

ditemukan apoteker yang belum melakukan konseling dikarenakan keterbatasan

waktu yang dimiliki apoteker. Salah satu peran apoteker adalah sebagai care

giver, sehingga diharapkan apoteker dapat melakukan pelayanan kefarmasian

yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia. Dalam hal ini

apoteker belum seluruhnya melaksanakan kegiatan tersebut, berdasarkan hasil

penelitian ditemukan sebanyak 12,5% apoteker yang baru melaksanakan kegiatan

tersebut. Menurut Supardi, dkk (2011) yang menyebutkan alasan pelayanan Home

Pharmacy Care jarang dilakukan karena tenaga, waktu, dan sarana ekstra di

apotek lainnya pada umumnya terbatas. Dalam hal pemantauan terapi obat belum

berjalan sepenuhnya, diperoleh hasil 47,5% apoteker yang baru melakukan

pemantauan terapi obat.

Berdasarkan hasil wawancara, hal tersebut dkarenakan terbatasnya waktu

apoteker untuk melakukan kegiatan pemantauan kepada pasien dikarenakan waktu

kerja apoteker di apotek yang cenderung singkat, sehingga kegiatan apoteker lebih

ditekankan pada kegiatan pelayanan, seperti pelayanan resep maupun pelayanan

swamedikasi. Menurut Permenkes RI (2016) kegiatan monitoring efek samping

obat terdiri dari mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko mengalami efek

samping obat. Hasil penelitian menunjukkan apoteker yang melaksanakan MESO

baru 32,5 % apoteker. Berdasarkan penelitian Atmini, dkk (2011) mayoritas

apoteker di Kota Yogyakarta melakukan pelayanan kefarmasian seperti pelayanan

resep, konseling, dan promosi edukasi namun untuk pelayanan kefarmasian di

rumah jarang atau belum dilakukan secara menyeluruh karena beberapa alasan,

diantaranya terbatasnya jumlah SDM untuk melakukan pemantauan kepada

pasien, serta program pelatihan seperti seminar tentang monitoring jarang

dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

17

Gambar 3. Perbandingan jumlah apoteker yang melakukan pelayanan

kefarmasian berdasarkan Permenkes RI No.73 tahun 2016

98.3% 100%

82.5% 90%

12.50%

47.50% 32.5%

1.67% 0%

17.50% 10%

87.50%

52.50% 67.5%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

YA

TIDAK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

18

KESIMPULAN

Apoteker sudah memiliki persepsi bahwa mewujudkan pelayanan

kefarmasian sesuai dengan Permenkes RI no 73 tahun 2016 merupakan peranan

penting dari seorang apoteker dilihat dari kategori kuisioner “pharmacist’s

responsibilities”dengan persentase terbanyak yaitu sebanyak 100% apoteker

setuju bahwa pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat antibiotika

menjadi tanggungjawab apoteker, dan sebanyak 72,5% apoteker setuju untuk

berkomunikasi dengan dokter penulis resep jika merasa tidak yakin tentang resep

antibiotika, walaupun implementasi dari standar pelayanan kefarmasian di apotek

wilayah kabupaten Bantul belum terlaksana sepenuhnya, terutama home

pharmacy care (12,5%), pemantauan terapi obat (47,5%), dan MESO (32,5%)

kondisi ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor penghambat dengan persentase

terbesar yaitu kurangnya pengetahuan pasien (72,5%), pasien ragu kepada

apoteker (77,5%), pasien tidak mengerti kepentingan pharmaceutical care

(67,5%), kurangnya training terkait pharmaceutical care (67,5%), keterbatasan

waktu apoteker (72,5%), dan kurangnya jumlah staff di apotek (67,5%).

SARAN

Berdasarkan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, peneliti

juga menyarankan perlu adanya program training pharmaceutical care kepada

apoteker oleh pihak Dinas Kesehatan kabupaten Bantul dan sosialisasi kepada

masyarakat tentang antibiotika oleh apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

19

DAFTAR PUSTAKA

Almasdy, dkk., 2017. Pemahaman dan Sikap Apoteker Rumah Sakit di Kota

Padang Terhadap Asuhan Kefarmasian. Jurnal Sains dan Teknologi

Farmasi. Vol.19. 9-11.

Atmini, K.D., Gandjar, I.G., Purnomo, A., 2011. Analisis Aplikasi Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen

dan Pelayanan Farmasi, 1 (1), 49-55.

Bahat,Riska., 2018. Pelayanan Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika Di

Apotek Wilayah Kota Yogyakarta, Skripsi, 25, Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Baltazar,F.,et al.,2009. Portuguese students' knowledge of antibiotics: a

cross-sectional study of secondary school and university students in

Braga, 1-6, BMC PublicHealth, Portugal.

Cohen, L., et al., 2007, Research Method in Education, Routledge, New

York, hal.102.

Chandra, 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta. EGC. Hal. 45.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan.Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011.Pedoman Umum

Penggunaan Antibiotik. 1-13.

Departemen Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2018. Profil Kesehatan Kabupaten

Bantul.Kabupaten Bantul: Dinas Kesehatan Bantul. 1-45.

IkatanApotekerIndonesia, 2016. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.

Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

20

Jahja, Yudrik., 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Prenadamediagroup.

hal.473.

Mehralian G, Rangchian M, Javadi A., 2014. Peiravian F. Investigation On

Barriers To Pharmaceutical Care In Community Pharmacies: A Structural

Equation Model. International Journal Clinic Pharmacy. 36(5):1087-

1094.

Moleong, L.J., 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif, edisi revisi, Remaja

Rosdakarya, Bandung, hal.330-331.

Muchson, dkk., Kerasionalan Penggunaan Antibiotika pada anak penderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Delanggu. CERATA Journal of

Pharmacy Science. 42-53.

Purwaningsih, dkk., 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Pediatrik

Rawat Inap. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 211-217.

Silvia., 2018. Pelayanan Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika Di Apotek

Wilayah KulonProgo, Skripsi, 20, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan kombinasi (Mixed

Method). Bandung. Alfabeta. hal.172.

Sujarweni,Wiratna., 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta. Penerbit Gava

Media. Hal.151.

Res et al., 2017. Pharmacists’s Perceptions Regarding Optimization of Antibiotic

Prescribing in the Community. Journal of Pharmacy Practice. Canada.

30(2). 146-153.

Tarawatu, Tirzayana, A., 2014. Evaluasi Pemberian Infomasi Obat dalam

Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman

tahun 2018, Skripsi, 50, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

21

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

22

Lampiran 1.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Saya Bernadheta Oceania Monica dari Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Apoteker

dalam Pelayanan Antibiotika di Apotek Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2018”.

Penelitian ini merupakan penelitian untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan.

Peneliti mengajak responden untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini

memerlukan waktu keikutsertaan responden selama sekitar 30 menit.Anda akan

mengisi lembar persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, kemudian

dilanjutkan dengan mengisi kuisioner.

A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian

Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada

paksaan. Bila anda sudah memutuskan untuk ikut maka Anda juga bebas

mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun

sanksi apapun. Bila Anda tidak bersedia untuk berpartisipasi, tidak ada sanksi

atau hal merugikan apapun yang akan dikenakan.

B. Prosedur Penelitian

Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda,

diminta menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent).

Kemudian prosedur selanjutnya ialah memperkenalan peneliti kepada responden

dan mengisi kuisioner penelitian

C. Kewajiban subjek penelitian

Sebagai subyek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan atau

petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, Anda

dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

D. Keuntungan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

23

Keuntungan langsung yang Anda dapatkan adalah menyumbangkan

informasi baru yang dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan

kefarmasian terutama antibiotika diapotek-apotek Kabupaten Bantul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

24

E. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian

akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan

dipublikasikan tanpa identitas responden penelitian.

F. Kompensasi

Anda akan memperoleh souvenir dalam bentuk map sebagai tanda terima

kasih telah bersedia ikut serta dalam penelitian.

G. Resiko yang terjadi dalam Penelitian

Sebagai subjek penelitian ini,Anda tidak akan terkena resiko apapun

karena peneliti tidak melakukan intervensi apapun.Pengisian kuisioner akan

berlangsung sekitar 30 menit,timbul ketidaknyamanan akibat waktu yang

digunakan untuk mengisi kuisioner.

H. Informasi Tambahan

Anda diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum

jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan

penjelasan lebih lanjut, Anda dapat menghubungi Bernadheta Oceania Monica no

Hp : 087816426316 atau Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) (Jl.Dr Wahidin

Sudirohusodo,5-25,Yogyakarta,55224,Telp.(0274)8509590.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

25

Lampiran 2.

LEMBAR KONFIRMASI PERSETUJUAN

UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN DALAM

PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

1. Saya........................................................................(mohon menuliskan nama)

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul:

“PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI

APOTEK WILAYAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018”

2. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami “Lembar

Informasi” yang berisi informasi yang terkait dengan penelitian ini dan

ketentuan-ketentuan dalam berpartisipasi sebagai responden

3. Saya menyatakan bahwa penelitian telah memberikan penjelasan secara lisan

untuk memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut diatas.Saya telah

memahaminya dan telah diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang kurang

jelas

4. Saya menyadari bahwa mungkin saya tidak akan secara langsung menerima

atau merasakan manfaat dari penelitian ini,namun telah disampaikan bahwa

hasil penelitian ini akan berguna untuk membantu meningkatkan kualitas

pelayanan kefarmasian terutama antibiotika di apotek-apotek Kabupaten

Bantul dan penjelasan mengenai sejauhmana persepsi Apoteker dalam

melakukan pelayanan antibiotika.

5. Saya telah diberi hak untuk menolak memberikan informasi jika saya

keberatan untuk menyampaikannya

6. Saya juga juga diberi hak untuk dapat mengundurkan diri sebagai responden

pada penelitian sewaktu-waktu tanpa ada konsekuensi apapun

7. Saya mengerti dan saya telah diberitahu bahwa semua informasi yang akan

saya berikan akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan penelitian

8. Saya juga telah diberi informasi bahwa identitas pribadi saya akan dijamin

kerahasiaannya baik dalam laporan maupun publikasi hasil penelitian

SAKSI

Saya telah menjelaskan kepadaBpk/Ibu/Sdr..................................(namaresponden)

mendasar tentang penelitian ini. Menurut saya,Bpk/Ibu/Sdr tersebut telah

memahami penjelasan tersebut.

Status dalam penelitian ini Yogyakarta,………………..

(Nama Pewawancara) (Nama Saksi) (Nama Responden)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

26

1.Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

2.Umur: 3.Lulus Tahun: 4.Peran:

a. Apoteker Penanggungjawab Apotek b. Apoteker Pendamping

5.Pendidikan terakhir: a. S1/Profesi Apoteker c.S3 b. S2

“Persepsi Apoteker terhadap Pelayanan Antibiotika di Apotek” 1.Tuliskan nama/jenis antibiotika yang sering anda layani:

Peresepan Tersedia Diagnosis Indikasi

Antibiotika

*Catatan:Beberapa obat dapat mempunyai lebih dari 1 indikasi

Petunjuk:Berilah Tanda Silang (x) pada bagian pilihan jawaban

2.Berapa sering anda melayani pasien dengan antibiotika? a. Setiap hari c.Sekali seminggu b. 2-3 kali seminggu d.Sekali sebulan

3. Berapa banyak anda melayani resep antibiotika per minggu?

a. 1-10 resep c.21-30 resep b. 11-20 resep d.>31 resep

4. Apakah jenis kelamin pasien yang terbanyak mendapatkan antibiotika? a. Perempuan c.Sama banyak b. Laki-laki d.Tidak relevan

5. Berapa range (kisaran) umur pasien pada umumnya yang mendapatkan

antibiotika? a. 0-5 tahun e.26-35 tahun b. 5-11 tahun f.36-45 tahun c. 12-16 tahun g.>46 tahun d. 17-25 tahun h.Tidak relevan

6. Berapa sering anda memberikan konseling kepada pasien yang mendapatkan

antibiotika?

a. Setiap hari c.Sekali seminggu

b.2-3 kali seminggu d.Sekali sebulan

Lampiran 3.Kuisioner Penelitian Mohon isi data-data berikut :Beri Tanda silang (x) pada pilihan jawaban anda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

26

7.Berilah tanda pada kolom yang tersedia untuk pilihan anda sesuai pernyataan dalam kolom sebelah kiri

Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Setuju Sangat

Setuju

Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam menggunakan

antibiotika dengan mudah

Saya melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan antibiotika

serta masalah terkait resistensi

Saya melakukan skrining terhadap resep,terutama antibiotika dengan

guidelines,sebelum mengeluarkan antibiotika yang diresepkan

Saya mencari informasi klinis tambahan (misalnya:interaksi

obat,ADR,alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan

antibiotika yang diresepkan

Saya berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa tidak

yakin tentang kesesuaian antibiotika di resep

Saya ikut serta dalam kampanye kesadaran antibiotika untuk

mempromosikan penggunaan antibiotika secara optimal kepada

masyarakat

Saya selalu memastikan bahwa pasien benar-benar mengerti alasan

antibiotika harus diberikan oleh dokter dengan resep

Menurut saya Pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat

antibiotika menjadi tanggungjawab seorang Apoteker

Saya punya pengetahuan yang cukup tentang Farmakoterapi untuk

antibiotika

Saya selalu mengupdate pengetahuan terkait antibiotika dengan

mengikuti seminar atau workshop

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

27

8.Apa saja hambatan dalam memberikan layanan Pharmaceutical Care (Misalnya riwayat pengobatan,identifikasi permasalahan

Farmakoterapi,monitoring efektifitas obat dan efek samping obat,penyediaan konseling obat) terhadap pasien yang menggunakan

antibiotika?

Petunjuk:Beri tanda sesuai yang anda lakukan

Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Setuju Sangat

Setuju

Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan antibiotika

Pasien ragu untuk mengungkapkan keluhannya

Pasien tidak mengerti kepentingan Pharmaceutical care

Kurang terampil dalam komunikasi

Kurangnya training terkait Pharmaceutical care

Keterbatasan waktu apoteker di apotek

Hanya terpaku pada keluhan pasien seperti:Demam,Batuk,sakit waktu

buang air kecil,lamanya pasien kesakitan dsb

Kurangnya sumber informasi tentang antibiotika

Tidak memiliki ruang konseling yang nyaman

Kurangnya jumlah staff

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

28

9.Ketika menerima Resep Antibiotika apa yang Anda lakukan?

Berilah Tanda Silang ( ) pada bagian pilihan jawaban

NO PERTANYAAN PILIHAN

YA TIDAK

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

a. Kajian administratif

b. Kajian Farmasetik

c. Pertimbangan Klinis

2. Dispensing

a. Penyiapan obat

b. Penyerahan obat

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

a. Menjawab pertanyaan ,Memberi informasi

dan edukasi terkait obat

b. Melakukan dokumentasi PIO

4. Konseling

a. Menanyakan Three Prime Question

Apa yang disampaikan dokter tentang obat?

Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara

pemakaian obat?

Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang

diharapkan setelah menerima terapi Obat tersebut?

b. Menggali informasi terkait permasalah obat

c. Melakukan verifikasi akhir untuk

memastikan pemahaman pasien

5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home

pharmacy care)

6. PemantauanTerapi Obat

7. Monitoring Efek Samping Obat

Mengidentifikasi obat & pasien yang mempunyai

resiko tinggi mengalami efek samping obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

29

Lampiran 4.Surat Keterangan Kelaikan Etik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

30

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian (Uji pemahaman bahasa,Uji Validitas,dan

Uji Reliabilitas)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

31

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

32

Lampiran 7. Hasil Uji Pemahaman Bahasa

Kata “tidak relevan”

artinya bisa dijelaskan

kepada responden

Kuisioner nomor 2 dengan

opsi f. “tidak pernah”

dihilangkan saja karena

masuk kategori ekslusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

33

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas

Perlu mencari jurnal pendukung

tentang persepsi apoteker

Perlu tambahkan pertanyaan ttg

patient perceptions and

behaviors dalam bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

34

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas

Bagian kuisioner “Saya dapat

melakukan pendekatan

kepada pasien” dengan “saya

percaya diri hampir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

35

Lampiran 10. Tabel Data Penelitian

Tabel 1.Jenis Kelamin Responden

NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)

1 Laki-laki 6 15%

2 Perempuan 34 85%

Total 40 100%

Tabel 2.Usia Responden

NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)

1 20-29 tahun 16 40%

2 30-39 tahun 20 50%

3 40-49 tahun 4 10%

Total 40 100%

Tabel 3.Lama Bekerja

NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)

1 <5 tahun 9 22,5%

2 5-9 tahun 11 27,5%

3 10-14 tahun 16 40%

4 15-19 tahun 3 7,5%

5 ≥20 tahun 1 2,5%

Total 40 100%

Tabel 4.Peran Apoteker

NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)

1 Apoteker Penanggungjawab

Apotek

33 82,5%

2 Apoteker Pendamping 7 17,5%

Total 40 100%

Tabel 5.Pendidikan terakhir Apoteker

NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)

1 S1/Apoteker 38 95%

2 S2 1 2,5%

3 S3 1 2,5%

Total 40 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

36

Tabel 6.Jenis Antibiotika yang paling sering diresepkan

NO Antibiotika Golongan Jumlah Persentase

1 Amoxicilin Penisilin 28 70%

2 Cefixime Sefalosporin gen 3 3 7.5%

3 Ciprofoxacim Fluorokuinolon gen

2

2 5%

4 Clindamycin Makrolida 1 2,5%

5 Kloramfenikol Kloramfenikol 3 7,5%

6 Metronidazole Nitromidazol 1 2,5%

7 Cefadroxyl Sefalosporin gen 1 1 2,5%

8 Azitromycin Makrolida 1 2%

Total 40 100%

Tabel 7.Frekuensi resep antibiotika per minggu

NO Frekuensi resep antibiotika

per minggu

Jumlah(n) Persentase(%)

1 1-10 resep 38 95%

2 11-20 resep 2 5%

3 21-30 resep 0 0%

4 ≥31 resep 0 0%

Total 40 100%

Tabel 8.Frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan resep antibiotika

NO Frekuensi dalam melakukan

pelayanan

resep antibiotika

Jumlah(n) Persentase(%)

1 Setiaphari 2 5%

2 2-3 kali seminggu 16 40%

3 Sekali seminggu 12 30%

4 Sekali sebulan 10 25%

Total 40 100%

Tabel 9.Jenis kelamin pasien yang mendapatkan antibiotika

NO Frekuensi dalam melakukan

pelayanan

resep antibiotika

Jumlah(n) Persentase(%)

1 Perempuan 10 25%

2 Laki-laki 4 10%

3 Sama banyak 11 27,5%

4 Tidak relevan 15 37,5%

Total 40 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

37

Tabel 10.Kisaran usia pasien yang menerima antibiotika

NO Kisaran usia Jumlah (n) Persentase(%)

1 0-5 tahun 14 35%

2 5-11 tahun 3 7,5%

3 12-16 tahun 4 10%

4 17-25 tahun 2 5%

5 26-35 tahun 5 12,5%

6 36-45 tahun 4 10%

7 ≥46 tahun 1 2,5%

8 Tidak relevan 7 17,5%

Total 40 100%

Tabel 11.Frekuensi apoteker dalam melakukan konseling pada pasien yang

mendapatkan antibiotika

NO Frekuensi dalam melakukan

konseling pada pasien yang

mendapatkan antibiotika

Jumlah Persentase(%)

1 Setiaphari 2 5%

2 2-3 kali seminggu 16 40%

3 Sekali seminggu 12 30%

4 Sekali sebulan 10 25%

Total 40 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

38

Tabel 12.Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika

NO Pernyataan STS

(%)

TS

(%)

S

(%)

SS

(%)

Hasil

1 Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam menggunakan

antibiotika dengan mudah

2

(5%)

14

(35%)

20

(50%)

4

(10%)

Setuju

2 Saya melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan

antibiotika serta masalah terkait resistensi

2

(5%)

17

(42,5%)

20

(50%)

1

(2,5%)

Setuju

3 Saya melakukan skrining terhadap resep,terutama antibiotika

dengan guidelines,sebelum mengeluarkan antibiotika yang

diresepkan

1

(2,5%)

16

(40%)

20

(50%)

3

(7,5%)

Setuju

4 Saya mencari informasi klinis tambahan (misalnya:interaksi

obat,ADR,alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan

antibiotika yang diresepkan

0

(15%)

22

(25%)

16

(40%)

2

(20%)

Setuju

5 Saya berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa tidak

yakin tentang kesesuaian antibiotika di resep

0

(0%)

11

(27,5%)

19

(47,5%)

10

(25%)

Setuju

6 Saya ikut serta dalam kampanye kesadaran antibiotika untuk

mempromosikan penggunaan antibiotika secara optimal kepada

masyarakat

10

(25%)

24

(60%)

6

(15%)

0

(0%)

Tidak

setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

39

7 Saya selalu memastikan bahwa pasien benar-benar mengerti alasan

antibiotika harus diberikan oleh dokter dengan resep

1

(2,5%)

16

(40%)

19

(47,5%)

4

(10%)

Setuju

8 Menurut saya Pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat

antibiotika menjadi tanggungjawab seorang Apoteker

0

(0%)

0

(0%)

23

(57,5%)

17

(42,5%)

Setuju

9 Saya punya pengetahuan yang cukup tentang Farmakoterapi untuk

antibiotika

0

(0%)

0

(0%)

18

(45%)

22

(55%)

Setuju

10 Saya selalu mengupdate pengetahuan terkait antibiotika dengan

mengikuti seminar atau workshop

8

(20%)

25

(62,5%)

6

(15%)

1

(2,5%)

Tidak

setuju

Tabel 13.Hambatan dalam memberikan layanan pharmaceutical care (Misalnya riwayat pengobatan,identifikasi

permasalahan,monitoring efek samping obat,dan penyediaan konseling) terhadap pasien yang menggunakan antibiotika

NO Pernyataan STS

(%)

TS

(%)

S

(%)

SS

(%)

Hasil

1 Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan

antibiotika

0

(0%)

11

(27,5%)

29

(72,5%)

0

(0%)

Setuju

2 Pasien ragu untuk mengungkapkan keluhannya

0

(0%)

9

(22,5%)

30

(75%)

1

(2,5%)

Setuju

3 Pasien tidak mengerti kepentingan pharmaceutical care 0 13 25 2 Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

40

(0%) (32,5%) (62,5%) (5%)

4 Kurang terampil dalam komunikasi 1

(2,5%)

10

(25%)

27

(67,5%)

2

(5%)

Setuju

5 Kurangnya training terkait Pharmaceutical care

0

(0%)

13

(32,5%)

26

(65%)

1

(2,5%)

Setuju

6 Keterbatasan waktu apoteker di apotek 1

(2,5%)

10

(25%)

25

(62,5%)

4

(10%)

Setuju

7 Hanya terpaku pada keluhan pasien

seperti:Demam,Batuk,sakit waktu buang air kecil,lamanya

pasien kesakitan dsb

5

(12,5%)

10

(25%)

20

(50%)

5

(12,5%)

Setuju

8 Kurangnya sumber informasi tentang antibiotika 1

(2,5%)

20

(50%)

15

(37,5%)

4

(10%)

Tidak Setuju

9 Tidak memiliki ruang konseling 2

(5%)

19

(47,5%)

14

(35%)

5

(12,5%)

Tidak

Setuju

10 Kurangnya jumlah staff 1

(2,5%)

12

(30%)

25

(62,5%)

2

(5%)

Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

41

14.Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek terkait Resep Antibiotika berdasarkan Permenkes RI No.73

Tahun 2016

NO PERTANYAAN YA

(%)

TIDAK

(%)

1.

Pengkajian &

Pelayanan Resep

Kajian Administratif 40

(100)

0

(0)

Kajian Farmasetis 40

(100)

0

(0)

Pertimbangan Klinis 38

(95)

2

(5)

118

(98,3)

2

(1.67)

2.

Dispensing

Penyiapan Obat 40

(100)

0

(0)

Penyerahan Obat 40

(100)

0

(0)

80

(100)

0

(0)

3.

Pelayanan Informasi

Obat

Menjawab pertanyaan,Memberi Informasi & Edukasi terkait

Obat

40

(100)

0

(0)

Melakukan Dokumentasi PIO 26

(65)

14

(35)

66

(82,5)

14

(17.5)

4.

Konseling

Menanyakan Three Prime Question kepada pasien 36

(90)

4

(10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

42

Menggali informasi terkait permasalahan obat 34

(85)

6

(15)

Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman

pasien

38

(95)

2

(5)

108

(90)

12

(10)

5.

Pelayanan Kefarmasian

di rumah

(home pharmacy care)

Melakukan pendampingan pengelolaan dan kepatuhan

dalam menggunakan obat dirumah

5

(12,5)

35

(87,5)

6.

Pemantauan Terapi

Obat

Melakukan identifikasi masalah serta tindakan yang perlu

dilakukan dengan dokter penulis resep

19

(47.5)

21

(52,5)

7.

Monitoring Efek

Samping Obat (MESO)

Mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko mengalami

efek samping obat

13

(32,5)

27

(67,5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI …

43

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Persepsi Apoteker dalam

Pelayanan Antibiotika di Apotek Wilayah Kabupaten

Bantul tahun 2018” bernama Bernadheta Oceania

Monica.Penulis merupakan anak kedua dari pasangan

Wilhelmus Yuniarta M.Mar.Eng dan Evia S.Pd.Penuli

lahir di Kota Kuala Kapuas,13 Juli 1997.Pendidikan

formal penulis diawali di TK Katolik Santo Paulus

(2002-2003),melanjutkan pendidikan ke SD Katolik

Santo Paulus (2003-2009),kemudian melanjutkan

pendidikan menengah pertama di SMP Katolik Santo

Paulus (2009-2012),dan pendidikan menegah atas di SMA Stella Duce 1

Yogyakarta (2012-2015).Pendidikan dilanjutkan hingga perguruan tinggi di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Penulis terlibat dalam

beberapa organisasi,kepanitiaan,asisten dosen praktikum,yaitu menjadi anggota

Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Framasi periode 2016/2017,Bendahara

Komunitas Paingan periode 2016/2017,anggota P3K acara Pharmacy Performance

and Pharmacy Road To School 2015,Koordinator Pubdekdok Cara Belajar Insan

Aktif (CBIA) 2017,asisten Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia (2018 dan

2019),asisten Praktikum Komunikasi Farmasi (2018),dan asisten Praktikum

Peracikan Obat (2019).Penulis juga pernah menjadi perwakilan sebagai KKN

APTIK Peduli Mentawai 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI