PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi...

119
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER NON KOMPLIKASI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE SEMESTER I TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Linna Ferawati Gunawan NIM : 05 8114 070 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER NON KOMPLIKASI

DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE SEMESTER I TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Linna Ferawati Gunawan NIM : 05 8114 070

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

ii

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER NON KOMPLIKASI

DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE SEMESTER I TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Linna Ferawati Gunawan NIM : 05 8114 070

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

iii

Persetujuan Skripsi

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER NON KOMPLIKASI

DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE SEMESTER I TAHUN 2008

Oleh :

Linna Ferawati Gunawan

NIM : 05 8114 070

Skripsi ini telah disetujui oleh :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

v

Thanks to :

Jesus Christ, lewat cinta kasih-Nya yang teramat indah dalam hidupku......

Biarlah sinar-Nya selalu menyinari diriku dan orang-orang terdekatku..... =)

““““Selama Tuhan masih Selama Tuhan masih Selama Tuhan masih Selama Tuhan masih

memberikan nafas kehidupan memberikan nafas kehidupan memberikan nafas kehidupan memberikan nafas kehidupan

untuk kita, maka kita harus untuk kita, maka kita harus untuk kita, maka kita harus untuk kita, maka kita harus

selalu bersemangat untuk meraih selalu bersemangat untuk meraih selalu bersemangat untuk meraih selalu bersemangat untuk meraih

semua citasemua citasemua citasemua cita----cita kita”cita kita”cita kita”cita kita”

Dengan segala kerendahan hati dan penuh ucapan syukur ,

Kupersembahakan hasil karyaku kepada :

Jesus Christ

Papa dan Mama terc inta ,

Adik-adikku tersayang,

Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat karunia-Nya

yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Drug Therapy Problems Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic

Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode Semester I Tahun 2008”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi

Farmasi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan rendah hati, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji, yang telah memberikan saran

dan kritik yang berguna untuk penulis.

2. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan semangat dalam pengerjaan

skripsi ini.

3. Ibu dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK, selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan kritik yang berguna bagi penulis.

4. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

5. dr. Endang Suparniati selaku pembimbing medis, Ibu Budi Kuswandari selaku

pembimbing Instalasi Catatan Medis, Bapak Dirman, dan Bapak Sumardi, atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

viii

kerja samanya dalam membimbing dan mempersiapkan catatan medik yang

dibutuhkan penulis.

6. Papa (Lauw Bun Liong) dan mama (Lie Lie Tjen), serta adik-adikku (Fera dan

Jullius), atas doa dan dukungannya selama ini.

7. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma

Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini.

8. Sahabat seperjuanganku dalam menempuh pendidikan dari SD sampai kuliah

dan skripsi bersama (Detta), atas kebersamaan, dukungan dan kerja samanya

selama ini.

9. Teman dan sahabat yang selalu ada di saat senang dan sedih (Ermin, Dewi,

Agung, Lina Chen, Putri).

10. Seluruh keluarga besarku, terutama Noreen, om Hwat, Derry, Didi, kak

Yudono, tante Fonny, om Fransen, tante Asui, om Lee Shek Cheng, om Cien

Cien, atas doa dan dukungannya selama ini.

11. Teman-teman Shoufang (Ermin, Dewi, Widia, David, Roy, Mia, Henny,

Happy, dan Adrian) atas doa dan dukungannya.

12. Teman-teman kos 99999 (Lina Chen, Mega, Ayu, Eka, Dewi P., Tika, Nuki),

atas doa, semangat, dan kebersamaannya selama ini.

13. Teman-teman angkatan 2005 (khususnya kelas FKK-A), atas doa, semangat,

dan kebersamaannya selama ini.

14. Teman-teman KKN angkatan XXXVII dusun Mejing (Nova, Totok, Desi,

Aster, Pujo, Mayang, Vera, Marshel), atas doa, semangat, dan

kebersamaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

ix

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah

membantu dalam pembuatan skripsi ini dengan doa dan dukungannya..

Penulis menyadari akan sebuah peribahasa “Tiada gading yang tak

retak”, demikian juga skripsi ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhir

kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xi

INTISARI

Penelitian yang dilakukan di sini berjudul Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kemungkinan terjadinya Drug Therapy Problems (DTPs). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan pola pengobatan pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data rekam medis pasien anak penderita DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 adalah 31 pasien, dengan jumlah terbanyak adalah wanita usia 11 tahun, terapi yang diberikan terdiri dari 10 macam golongan obat, yaitu terapi rehidrasi (100%); analgetik antipiretik (67,7%); diuretik kuat (19,35%); kortikosteroid dan stimulan adrenoreseptor β2 selektif (16,13%); antibiotik (12,9%); antihistamin, antitukak, dan obat-obat lain (6,45%); dan antiemetic, gastroprocinetic agent (3,23%). Setelah dianalisis dengan metode SOAP ditemukan 14 kasus DTPs yang meliputi obat yang diberikan tidak tepat indikasi (1 kasus), dosis terlalu rendah (4 kasus), butuh obat (7 kasus) dan dosis terlalu tinggi (2 kasus). Kata kunci : Dengue Haemorrhagic Fever, Drug Therapy Problems, anak, non

komplikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xii

ABSTRACT

The research done here is entitled of Evaluation of DTPs on DHF non complication children patients at Installation of Rawat Inap in Sardjito Hospital first semester 2008. The purpose of this research is to evaluate the possibility of DTPs existence. Besides, the research is also aimed at knowing the characteristics of child patient non DHF complication in Rawat Inap of Sardjito Hospital and the type of treatment of child patient non complication in Installation Rawat Inap Sardjito Hospital Yogyakarta in the first semester of 2008. This research is an observational research with descriptive evaluative method which is retrospective. Data collection is done by taking medical record of children suffering from DHF non complication in Installation Rawat Inap Sardjito Hospital Yogyakarta on the first semester of 2008. The result of this research is that the number of child patients suffering from DHF non complication in Installation Rawat Inap Sardjito Hospital Yogyakarta in the first semester of 2008 is 31 patients with the most number is female aged 11. Treatment given consist of 10 kinds of medicines, are rehidration (100%); analgetic antipireutic (67,7%); diuretic (19,35%); corticosteroid and stimulan adrenoreseptor β2 selective (16,13%); antibiotic (12,9%); antihistamin, antiulcer, dan others(6,45%); dan antiemetic, gastroprocinetic agent (3,23%). After being analyzed using SOAP method, it is found out that 14 cases of DTPs covering medicines which are given ineffective drug (1 case), dosage too low (4 cases), need for additional drug therapy (7 cases), and dosage too high (2 cases). Keyword : Dengue Haemorrhagic Fever, Drug Therapy Problems, Children, non

complication

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

HALAMAN PUBLIKASI ........................................................................ vi

PRAKATA ............................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... x

INTISARI ................................................................................................. xi

ABSTRACT ............................................................................................... xii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xx

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xxi

BAB I PENGANTAR ........................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

1. Rumusan Masalah ......................................................................... 3

2. Keaslian Penelitian ........................................................................ 4

3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

a. Manfaat Praktis ....................................................................... 5

b. Manfaat Teoritis ...................................................................... 5

B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xiv

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................... 7

A. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) ................................................... 7

1. Definisi ......................................................................................... 7

2. Virus Dengue ................................................................................ 7

3. Gejala Penyakit DHF ..................................................................... 9

4. Klasifikasi Penyakit DHF .............................................................. 10

5. Patogenesis DHF ........................................................................... 10

6. Diagnosis ...................................................................................... 11

7. Manifestasi Klinis DHF ................................................................. 12

B. Pengobatan Dengue Haemorrhagic Fever ........................................... 12

1. Tata Laksana Terapi ...................................................................... 12

a. Dengue Haemorrhagic Fever Grade I ...................................... 12

b. Dengue Haemorrhagic Fever Grade II ..................................... 13

2. Penggantian segera atas hilangnya plasma ..................................... 13

3. Penggantian cairan tubuh ............................................................... 14

4. Antipiretik ..................................................................................... 16

5. Perbaikan gangguan elektrolit dan metabolit .................................. 16

C. Peresepan pada Anak .......................................................................... 17

D. Penatalaksanaan DHF ......................................................................... 18

E. Drug Therapy Problems (DTPs) .......................................................... 19

F. Keterangan Empiris ............................................................................. 21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 22

B. Definisi Operasional ............................................................................ 22

C. Subyek Penelitian ................................................................................ 24

D. Bahan dan Lokasi Penelitian ............................................................... 24

1. Bahan Penelitian ............................................................................ 24

2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 24

E. Jalannya Penelitian .............................................................................. 24

1. Persiapan ....................................................................................... 24

2. Pengumpulan Data ........................................................................ 25

3. Analisis Data ................................................................................. 25

4. Pembahasan Kasus ........................................................................ 26

F. Kesulitan Penelitian ............................................................................ 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 28

A. Profil Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ......................................................................................... 28

1. Gambaran Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .......................... 28

2. Gambaran Berdasarkan Nilai Trombosit Ketika Masuk Rumah Sakit .............................................................................................. 30

3. Gambaran Berdasarkan Nilai Hematokrit Ketika Masuk Rumah Sakit .............................................................................................. 30

B. Profil Obat-obatan yang Digunakan pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ........................................ 31

1. Jumlah Obat .................................................................................. 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xvi

2. Golongan Obat yang Digunakan .................................................... 32

3. Jenis Obat yang Digunakan ........................................................... 34

a. Rehidrasi ................................................................................. 34

b. Analgetik Antipiretik ............................................................... 35

c. Diuretik Kuat ........................................................................... 37

d. Kortikosteroid ......................................................................... 37

e. Stimulan Adrenoreseptor β2 selektif ........................................ 38

f. Antibiotik ................................................................................ 38

g. Antihistamin ............................................................................ 39

h. Antitukak ................................................................................. 39

i. Obat-obat Lain ......................................................................... 40

j. Antiemetic, Gastroprocinetic Agent ......................................... 41

C. Gambaran Kasus Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Obat (Drug Therapy Problems) yang Terjadi Pada Penatalaksanaan Terapi Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ... 42

1. Drug Therapy Problems Dosis Kurang (Dosage too low) .............. 42

2. Drug Therapy Problems Dosis Terlalu Tinggi (Dosage too high) .. 42

3. Drug Therapy Problems Tidak Tepat Indikasi (Ineffective drug) ... 43

4. Drug Therapy Problems Butuh Obat (Need for additional drug therapy) ......................................................................................... 43

D. Hasil Terapi yang Diperoleh Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ........................................................... 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xvii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 51

A. Kesimpulan ......................................................................................... 51

B. Saran ................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 53

LAMPIRAN ............................................................................................. 56

BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Gejala Klinis Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue ................................................................................. 9

Tabel II. Klasifikasi Derajat Keparahan Dengue Haemorrhagic Fever ..................................................................................... 10

Tabel III. Pedoman Penegakkan Diagnosis Dengue Haemorrhagic Fever ..................................................................................... 11

Tabel IV. Regimen Dosis per hari yang Diberikan pada Pasien Anak DHF Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Menurut IONI (Tahun 2000)............ 17

Tabel V. Drug Therapy Problems dan Penyebab Umum Terjadinya DTPs ..................................................................................... 20

Tabel VI. Distribusi Jumlah Obat yang Diberikan pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ......................................................... 31

Tabel VII. Kelas Terapi Obat yang Diberikan pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ..................................................................................... 33

Tabel VIII. Daftar Penggunaan Rehidrasi ................................................ 35

Tabel IX. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 45

Tabel X. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 46

Tabel XI. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xix

Tabel XII. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 48

Tabel XIII. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ........................... 49

Tabel XIV. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ........................... 49

Tabel XV. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ............................. 49

Tabel XVI. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ............................ 50

Tabel XVII. Rekomendasi Cairan yang Diberikan .................................... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xx

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti ......................................................... 8

Gambar 2. Virus Dengue ........................................................................ 8

Gambar 3. Grafik Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Berdasarkan Kelompok Umur ............................................... 28

Gambar 4. Grafik Jumlah Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ................ 29

Gambar 5. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD ...................................... 88

Gambar 6. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD Derajat I dan II .............. 89

Gambar 7. Alur Pemberian Cairan DBD Derajat I dan II ........................ 96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. SOAP ................................................................................... 57

Lampiran 2. Tatalaksana Kasus DBD ....................................................... 88

Lampiran 3. Tatalaksana DBD di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ............. 90

Lampiran 4. Cairan Intravena yang Digunakan ......................................... 94

Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian .................................................. 97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan

menyerang bagian darah (keping darah atau trombosit). Akibat dari serangan

penyakit ini, kadar trombosit dalam darah akan menurun drastis. Darah akan

menjadi lebih pekat dan mengental karena kehilangan cairan. Akibat selanjutnya

bisa fatal yaitu kematian (Surtiretna, 2007).

Angka kejadian penyakit Dengue Fever (DF) di dunia per tahun

mencapai 100 juta kasus dan 250.000 kasus diantaranya adalah DHF dengan

angka kematian mencapai 25.000 per tahun. Banyak kasus DHF dilaporkan

berasal dari Asia dan menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Wilder-

Smith and Schwartz, 2005), sedangkan menurut WHO pada tahun 2006, sebanyak

57 persen kasus DHF yang dilaporkan berasal dari Indonesia. Angka kejadian

DHF di Yogyakarta, khususnya RSUP Dr. Sardjito menempati urutan keempat

dalam 10 besar kasus penyakit prevalensi tinggi di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito, yaitu terdapat 609 kasus DHF.

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan rumah sakit rujukan di

wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan serta dimanfaatkan untuk

kepentingan pendidikan dokter dan ahli (Kurniandari, 2003). Data pengobatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

2

pasien DHF non komplikasi diharapkan lebih lengkap dan perkembangan ilmu

kesehatan yang lebih maju berdasarkan hal tersebut.

Proses terjadinya DHF bertahap, dimulai dari tahap non komplikasi

(DHF grade I dan II). Pada tahap ini perlu dilakukan penanganan yang cepat dan

tepat termasuk pemantauan penggunaan obat supaya tidak berlanjut menjadi DHF

grade III dan IV (Dengue Shock Syndrome / DSS) yang dapat berakibat pada

kematian (Anonim b, 2005).

Subyek penelitian adalah pasien anak usia 6 – 12 tahun, karena menurut

hasil penelitian Adelnette Gertruide Sapury (2003), angka kejadian DHF non

komplikasi terbanyak adalah kelompok umur > 5 – 12 tahun. Kelompok umur 6 –

12 tahun merupakan tahap awal bagi anak dalam mulai berinteraksi dengan

lingkungan di luar keluarga atau rumahnya serta memasuki usia sekolah.

Pengobatan yang diberikan untuk DHF merupakan terapi suportif dan

tidak cukup dengan satu macam obat saja, karena gejala DHF tidak hanya satu.

Terapi yang diberikan biasanya bersifat simtomatik, misalnya terapi penggantian

cairan disertai dengan obat-obatan seperti analgetik-antipiretik, rehidrasi, vitamin,

antihistamin, diuretik, laksatif, antibiotika, mukolitik, dan lain-lain (Kurniandari,

2003). Adanya DTPs akan merugikan pasien karena dapat mengakibatkan

penurunan kualitas hidup pasien, meningkatkan biaya pengobatan yang

dikeluarkan oleh pasien, serta meningkatkan rata-rata angka kematian pada pasien

(Nguyen, 2000).

Kondisi-kondisi yang telah dipaparkan di atas membuat penulis tertarik

untuk meneliti kasus DHF anak non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

3

Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008, yaitu dalam kaitannya

dengan kemungkinan terjadinya Drug Therapy Problems (DTPs), karakteristik

pasien anak, dan pola pengobatan. Ketiga hal ini nantinya diharapkan dapat

memberikan informasi dan evaluasi pengobatan DHF non komplikasi, khususnya

pasien anak.

1. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

a. Seperti apa karakteristik pasien anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) non

komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada

periode semester I tahun 2008 ?

b. Seperti apa pola pengobatan pasien anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada

periode semester I tahun 2008 ?

c. Apakah terdapat Drug Therapy Problems (DTPs) pada pola pengobatan

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) non komplikasi di Instalasi Rawat Inap

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008, seperti

butuh obat (need for additional drug therapy), tidak butuh obat (unnecessary

drug therapy), obat salah (wrong drug), dosis kurang (dosage too low), dosis

berlebih (dosage too high), munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek

samping obat (adverse drug reaction), dan adanya interaksi obat (drug

interaction) ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

4

d. Bagaimana hasil terapi yang diperoleh pasien anak DHF non komplikasi di

Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun

2008 ?

2. Keaslian Penelit ian

Sejauh penelusuran penulis, penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy

Problems pada pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 belum pernah dilakukan.

Penelitian mengenai Demam Berdarah Dengue yang sudah ada pada umumnya

membahas pola pengobatan dan pola peresepannya, sedangkan pada penelitian

ini, penulis ingin mengevaluasi kemungkinan kejadian Drug Therapy Problems

(DTPs) pada pasien anak yang menderita DHF non komplikasi di Instalasi Rawat

Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008. Penelitian

mengenai demam berdarah yang sudah ada antara lain :

a. Pola Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Dengue Tanpa Komplikasi

Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

periode Juli - Desember 1998 oleh Adriana Lisnawati (2000)

b. Pola Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Rawat

Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Tahun 1999 oleh Stephanus Dwi

Arianto (2001)

c. Kajian Pengobatan Pasien Anak Demam Berdarah Dengue Non Komplikasi

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode

Januari - Juni 2001 oleh Adelnette Gertruide Sapury (2003)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

5

d. Pola Peresepan Obat Demam Berdarah Dengue Tanpa Komplikasi Pada

Anak di Instalasi Rawat Inap RS Dr. Sardjito Yogyakarta oleh Tety

Kurniandari (2003)

e. Pola Peresepan Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Non Komplikasi

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2002

oleh Nugroho Purbo Widhy Setyoputranto (2005)

3. Manfaat Peneli t ian

a. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,

informasi, dan referensi untuk bahan pertimbangan dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya para

penderita Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) non komplikasi pada anak-anak.

b. Manfaat Teorit is

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

tentang Drug Therapy Problems pada pengobatan DHF non komplikasi pada

pasien anak.

B. Tujuan Peneli tian

1. Mengetahui karakteristik pasien DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta

2. Mengetahui pola pengobatan pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

6

3. Mendapatkan informasi kemungkinan kejadian Drug Therapy Problems

(DTPs) seperti : butuh obat (need for additional drug therapy), tidak butuh

obat (unnecessary drug therapy), obat tidak efektif (ineffective drug), dosis

kurang (dosage too low), dosis berlebih (dosage too high), munculnya efek

yang tidak diinginkan atau efek samping obat (adverse drug reaction), dan

adanya interaksi obat (drug interaction) dari penggunaan obat yang diberikan

selama perawatan.

4. Mengetahui hasil terapi yang diperoleh oleh pasien anak DHF non komplikasi

di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I

tahun 2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

1. Definisi

Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit yang menyerang bagian

utama dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni darah. Bagian darah

yang diserang oleh penyakit ini yaitu keping darah atau trombosit. Akibat dari

serangan penyakit ini, kadar trombosit dalam darah akan menurun drastis,

sehingga darah akan menjadi lebih pekat dan mengental karena kehilangan cairan.

Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan kematian (Surtiretna, 2007).

Penyebab penyakit DHF adalah virus Dengue. Virus ini dimasukkan ke

dalam tubuh manusia, tepatnya ke dalam darah, oleh nyamuk dari jenis Aedes

melalui gigitan. Ada dua spesies dalam genus nyamuk Aedes, yaitu Aedes aegypti

dan Aedes albopictus. Dari kedua jenis nyamuk itu, Aedes aegyptilah pelaku

utamanya, karena Aedes albopictus lebih banyak berkeliaran di kebun, semak,

yang cukup jauh dari rumah. Tetapi keduanya disebut nyamuk kebun (Surtiretna,

2007).

2. Virus Dengue

Virus adalah organisme bersel tunggal dan berukuran sangat kecil

(kurang dari sepersejuta meter). Virus yang dapat menimbulkan penyakit disebut

virus patogen. Banyak penyakit yang diakibatkan oleh virus, antara lain flu,

influenza, cacar, cacar air, gondongan, polio atau lumpuh pada kanak-kanak,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

8

campak, dan demam berdarah. Sebutan Dengue berasal dari Afrika, karena dulu

penyakit banyak berjangkit di sana.

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti

(Anonim a, 2008)

Gambar 2. Virus Dengue

(Anonim b, 2008)

Virus DHF teridentifikasi oleh ilmuwan AS kelahiran Polandia, Albert

Salin pada tahun 1944. Ia berhasil mengisolasi virus DHF dan memasukkannya ke

dalam keluarga virus Flavivirdae. Keluarga virus ini gemar menumpang pada

manusia, primata, atau nyamuk. Tercatat lebih dari 70 virus menjadi anggota

dalam keluarga ini, misalnya virus demam kuning dan virus encephalitis.

Terdapat empat jenis virus Dengue : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.

Bentuk keempatnya sama tetapi antigennya beda. Virus tipe DEN-1 tidak

memiliki karakter khusus sehingga tidak diketahui tingkat keganasannya. Tipe

DEN-2 memicu penyakit yang lebih ganas, karena mengakibatkan kebocoran

plasma darah. Penelitian Badan Kesehatan Dunia menemukan bahwa 80 % pasien

DHF menunjukkan aktivitas enzim AST dan ALT yang lebih tinggi. Enzim AST

dan ALT adalah enzim dalam liver (hati) yang dapat menjadi indikator awal

seseorang terkena DHF. Virus tipe DEN-3 dan DEN-4 ternyata memicu kenaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

9

kedua enzim lebih tinggi. Dengan demikian, kedua tipe virus berpeluang

berkomplikasi dengan penyakit hepatitis atau penyakit hati. Jika kasusnya hingga

tingkat shock, pasien dapat mengalami kegagalan liver. DEN-4 biasanya lebih

sering menginfeksi pasien lansia.

3. Gejala Penyakit DHF

Gejala penyakit DHF yang tampak biasanya adalah demam tinggi 2 – 7

hari (suhu badan naik turun selama 2 – 7 hari), sakit pada sendi-sendi otot,

mimisan dan bintik-bintik merah pada kulit, tetapi keluarnya bintik-bintik merah

pada kulit di bagian-bagian tertentu tidak selalu terjadi (Surtiretna, 2007).

Tabel I. Gejala Klinis Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue

Demam Dengue (DD)

Gejala Klinis Demam Berdarah Dengue (DBD)

++ Nyeri kepala + +++ Muntah ++

+ Mual + ++ Nyeri otot + ++ Ruam kulit + ++ Diare + + Batuk + + Pilek +

++ Limfadenopati + + Kejang + 0 Kesadaran menurun ++ 0 Obstipasi + + Uji torniquet positif ++

++++ Petekie +++ 0 Perdarahan saluran cerna +

++ Hepatomegali +++ + Nyeri perut +++

++ Trombositopenia ++++ 0 Syok +++

Keterangan : + : 25 % ++ : 50 % +++ : 75 % ++++ : 100 % (Soedarmo, dkk, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

10

4. Klasifikasi Penyakit DHF

Berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium, DHF diklasifikasikan oleh

WHO menjadi empat tingkatan keparahan, antara lain :

Tabel II. Klasifikasi Derajat Keparahan Dengue Haemorrhagic Fever

Derajat Gejala Laboratorium

I Demam disertai dua atau lebih gejala: nyeri kepala, nyeri retro orbital, myalgia, atralgia, dan uji torniquet (+)

Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma

II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan

Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma

III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)

Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma

IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur

Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma

(Anonim b, 2005)

5. Patogenesis DHF

Fenomena patogenesis utama yang menentukan beratnya penyakit dan

membedakan DHF dari Dengue klasik ialah meningginya permeabilitas dinding

pembuluh darah, menurunnya volume plasma darah, terjadinya hipotensi,

trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara

akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada

penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai

akibat kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak

dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai

hematokrit (Sumarmo, 1995).

Virus-virus Dengue ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti, dan karenanya dianggap sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

11

arbovirus (virus yang ditularkan melalui Arthropoda). Bila terinfeksi, nyamuk

akan tetap terinfeksi sepanjang hidupnya, menularkan virus ke individu rentan

selama menggigit dan menghisap darah. Nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat

menurunkan virus ke generasi nyamuk dengan penularan transovarian, tetapi hal

ini jarang terjadi dan kemungkinan tidak memperberat penularan yang signifikan

pada manusia. Manusia adalah pejamu utama yang dikenai virus. Virus

bersirkulasi dalam darah manusia, menginfeksi kurang lebih selama mereka

mengalami demam (Anonim, 1999).

6. Diagnosis

Diagnosis DHF ditegakkan melalui 2 cara, yaitu gejala klinis dan

pemeriksaan laboratorium. Dua dari observasi klinis pertama ditambah satu

temuan laboratorium (atau setidaknya peningkatan hematokrit), cukup untuk

menentukan diagnosis DHF. Penggunaan kriteria ini dapat membantu untuk

menegakkan diagnosis lebih dini (Anonim, 1999).

Tabel III. Pedoman Penegakkan Diagnosis Dengue Haemorrhagic Fever Gejala Klinis Pemeriksaan Laboratorium

1. Demam mendadak tinggi 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas.

2. Manifestasi perdarahan yang dapat berupa uji torniquet positif, purpura, petekie, ekimosis, hematoma, epitaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena), dan hematuria.

3. Pembesaran hati. 4. Tanpa atau disertai gejala renjatan, seperti :

a. nadi cepat, lemah, dan kecil sampai tidak teraba

b. tekanan nadi (beda tekanan sistolik dan diastolik) menurun sampai 20 mmHg atau kurang

c. tekanan darah menurun

1. Trombositopenia (100.000/ul atau kurang).

2. Hemokonsentrasi yang dapat dinilai dari meningkatnya nilai hematokrit sebesar 20 % atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen.

Sumber : Harsono, 1992

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

12

7. Manifestasi Klinis DHF

Kasus khas DHF ditandai oleh 4 manifestasi mayor, yaitu demam tinggi,

fenomena hemoragi, hepatomegali, serta kegagalan sirkulasi. Trombositopenia

sedang sampai nyata dengan hemokonsentrasi secara bersamaan adalah temuan

laboratorium klinis khusus dari DHF, dan membedakannya dari Demam Dengue

(DD) adalah rembesan plasma seperti dimanifestasikan hematokrit, efusi atau

hipoproteinemia. Hematokrit adalah fraksi volume eritrosit, yaitu persentasi

volume dari sampel darah yang diperoleh dari sampel darah merah (Anonim,

1999).

Hati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan

penyakit dan ini tidak sejajar dengan berat penyakit, nyeri tekan sering ditemukan

tanpa disertai ikterus. Fase penyembuhan ditandai oleh suhu tubuh yang menurun

dengan keringat banyak, perubahan ringan pada frekuensi nadi, dan tekanan darah

stabil bersamaan dengan ujung ekstremitas yang mendingin. Gejala itu

mencerminkan kegagalan sirkulasi yang bersifat ringan dan sementara (Sumarmo,

1995).

B. Pengobatan Dengue Haemorrhagic Fever

1. Tata Laksana Terapi

a. Dengue Haemorrhagic Fever Grade I

Pasien dengan Dengue Haemorrhagic Fever grade I tidak perlu dirawat

inap, kalau orang tua bisa diajak kerjasama. Prinsip penanganannya adalah

istirahat, diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), banyak minum, dan bila perlu

antipiretik (parasetamol). Apabila muncul tanda yang tidak diinginkan atau panas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

13

tak mau turun, maka pasien diharapkan untuk kembali ke Rumah Sakit untuk

kontrol.

b. Dengue Haemorrhagic Fever Grade II

Pasien dengan Dengue Haemorrhagic Fever grade II sebaiknya dirawat

inap, mengingat kemungkinan timbulnya perdarahan akut dan berkembangnya

menjadi derajat III.

Pokok penangannya :

1) Istirahat

2) Diet TKTP

3) Konsumsi cairan dengan cukup

4) Bila muntah-muntah / tak mungkin intake cukup cairan per oral → infus.

(Anonim, 1996)

2. Penggantian segera atas hilangnya plasma

Dasar terapi DHF ialah pemberian cairan pengganti (volume

replacement) secara memadai. Pada sebagian besar penderita, penggantian dini

plasma secara efektif dengan memberikan cairan yang mengandung elektrolit,

ekspander plasma, dan atau plasma memberikan hasil baik (Sumarmo, 1995).

Menurut Sumarmo (1995), adalah suatu keharusan pada penderita

tersangka DHF untuk memeriksa nilai hematokrit dan trombosit setiap hari, mulai

hari ketiga sampai 1 – 2 hari setelah demam menjadi normal. Pemeriksaan inilah

yang menentukan perlu tidaknya seorang penderita dirawat dan atau mendapatkan

cairan intravena.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

14

Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume plasma

mencakup salin fisiologis, ringer laktat, larutan glukosa 5% diencerkan dengan

salin fisiologis 1 : 2 atau 1 : 1, plasma, substitusi plasma (misalnya dekstran 40)

atau albumin 5 % (50 g/l). Ringer laktat, ringer asetat atau glukosa 5% diencerkan

dalam salin fisiologis harus diberikan sebagai (<20 menit) bolus intravena (10 –

20 ml/kg). Bolus lain mengandung dosis cairan sampai 20 – 30 ml/kg dapat

diberikan bila perlu. Bila syok menetap, nilai hematokrit ditinjau ulang untuk

menemukan bukti penurunan, yang dapat menunjukkan perdarahan internal.

Tranfusi darah lengkap segar (10 ml/kg, bila hematokrit masih di atas 35%)

mungkin diperlukan pada kasus ini. Bila syok berhenti, kecepatan infus intravena

harus dikurangi dan disesuaikan dengan kadar hematokrit dan tanda vital

(Anonim, 1999).

3. Penggantian cairan tubuh

Rasa haus dan dehidrasi mungkin timbul sebagai akibat demam tinggi,

anoreksia dan muntah. Penderita perlu minum banyak 1½ - 2 liter dalam 24 jam,

baik berupa air teh manis, sirup, susu, sari buah-buahan maupun oralit (Sumarmo,

1995).

Pemberian cairan intravena berupa infus kepada penderita DHF tanpa

renjatan, perlu dipertimbangkan apabila anak terus menerus muntah, sehingga

tidak mungkin diberikan makan dan minum per oral, sedangkan muntah tersebut

mengancam terjadinya dehidrasi, asidosis, atau apabila hematokrit pada

pemeriksaan berkala bertendensi terus meningkat (Sumarmo, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

15

Macam cairan dan sifat-sifat cairan untuk resusitasi volume, yaitu :

1). Kristaloid : Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA), NaCl 0,9%. Sifat-sifat

yang dimiliki antara lain :

a). Efektif untuk mengisi kompartemen ekstravaskuler (intersisisal).

Diperlukan volume yang banyak untuk memperbaiki intravaskuler dan

tidak bertahan lama di dalam intravaskuler (hanya ¼ nya dari kristaloid

yang bertahan di dalam intravaskuler).

b). Meningkatkan volume intersisial dan menyebabkan edema intersisial

sehingga transport oksigen jaringan terganggu.

c). Meningkatkan aktivitas koagulasi.

d). Tidak memperbaiki mikrosirkulasi (Setiati, 2008).

2). Koloid : Hydroxyethylstarch (HES), Gelatin, Albumin 5%, Dextran, Plasma

Protein Fraction (PPF). Sifat-sifat yang dimiliki antara lain :

a). Mempunyai efek intravakuler yang baik, karena mempunyai berat molekul

besar sehingga bertahan lebih banyak dalam intravaskuler.

b). Memperbaiki hemoreologi.

c). Memperbaiki makrosirkulasi dan mikrosirkulasi.

d). Mempunyai efek anti-inflamasi.

e). Mempunyai efek menyumpal atau sealing effect (HES dengan berat

molekul 100.000 dalton – 300.000 dalton).

f). Mempunyai dosis maksimum (kecuali gelatin) yaitu 30 ml/kgBB (HES

200.000 dalton, Dextran 70.000 dalton) 50ml/kgBB (HES 130.000 dalton).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

16

Efek samping koloid, antara lain :

a). Memperpanjang waktu perdarahan dan mengganggu fungsi trombosit,

terutama pada penggunaan dekstran dosis tinggi.

b). Gangguan terhadap fungsi ginjal bila tekanan onkotik ditingkatkan

melebihi batas normal, karena tekanan onkotik yang meningkat akan

menurunkan laju filtrasi glomerular.

c). Dapat menimbulkan reaksi anafilaksis (Dextran) (Setiati, 2008).

4. Antipiretik

Selama fase demam akut terdapat risiko kejang. Antipiretik dapat

diberikan pada pasien dengan hiperpireksial, terutama bagi mereka yang

mempunyai riwayat kejang demam. Penggunaan obat salisilat harus dihindari

karena dapat menyebabkan perdarahan dan asidosis, sedangkan parasetamol lebih

dipilih untuk menurunkan demam, tetapi harus digunakan dengan kewaspadaan

(Anonim, 1999). Overdosis parasetamol dapat mengakibatkan kerusakan hati

yang kadang-kadang tidak tampak pada 4 – 6 hari pertama (Anonim b, 2000).

5. Perbaikan gangguan elektrol it dan metabolit

Hiponatremia dan asidosis metabolik dapat terjadi pada kasus berat.

Kadar elektrolit dan tekanan parsial gas darah harus ditentukan secara periodik

pada pasien sakit berat dan pasien yang tidak berespon secepat yang diharapkan.

Indikator-indikator ini akan diharapkan memberikan perkiraan besarnya

kekurangan elektrolit (natrium) dan membantu menentukan keberadaan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

17

tingkat asidosis. Umumnya penggantian volume dini dan perbaikan dini asidosis

dengan natrium bikarbonat memenuhi hasil yang diharapkan (Anonim, 1999).

Tabel IV. Regimen Dosis Obat per hari yang Diberikan pada Pasien Anak DHF Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Menurut IONI (Tahun 2000)

No. Golongan obat Nama obat Regimen Dosis (6 – 12 tahun)

1 Rehidrasi a. Ringer Laktat b. Asering

Penanganan khusus

2 Analgesik Antipiretik Parasetamol 3 – 4 x sehari 250 – 500 mg

3 Diuretik kuat Furosemid Sehari 2 mg/kgBB, maksimal 40 mg

4 Kortikosteroid Dexamethasone 0,2 – 0,5 mg/kgBB/hari 5 Stimulan Adrenoreseptor

β2 selektif Salbutamol,

Ventolin, Lassal 2 mg

6 Antibiotik a. Ampisilin b. Cefixim c. Gentamisin

4 – 6 x 250 mg 5 – 10th : 200 mg/hari,

>10th : 200 – 400 mg/hari

>5th : i.m / i.v 1,5 – 2,5 mg/kgBB tiap 8 jam

7 Antihistamin CTM 4 – 6 x 2 mg, maksimal 12 mg/hari

8 Antitukak a. Antasida b. Ranitidin

500 mg 2 – 4 mg/kg 2 x sehari,

maksimal 300 mg sehari

9 Antiemetic, Gastroprokinetic Agent

Metoklopramid a. 5 – 9th (20 – 29kg): 3 x 2,5 mg

b. 9 – 14th (>30 kg) : 3 x 5 mg

C. Peresepan pada Anak

Metode yang dapat diandalkan dalam menetapkan dosis untuk anak

dengan tepat adalah menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman

klinis. Bila informasi tidak tersedia, maka dosis harus diperhitungkan. (Sapury,

2003). Dosis untuk anak bisa dihitung dari dosis dewasa berdasar umur, berat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

18

badan, dan luas permukaan tubuh (Anonim b, 2000). Namun perubahan pada luas

permukaan tubuh paling mencerminkan klirens obat sekaligus kebutuhan akan

perubahan pada dosis obat. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh

terutama penting bila berkaitan dengan obat yang mempunyai indeks terapi

sempit, misalnya bahan sitotoksik (Sapury, 2003).

Penatalaksanaan sepsis sebagai infeksi sekunder selama pasien dirawat di

rumah sakit mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan sumber infeksi.

Panduan pemilihan antibiotik pada anak yang menderita sepsis selama perawatan :

1. Sefalosporin generasi ketiga ditambah aminoglikosida

2. Penisilin ditambah aminoglikosida (Anonim, 2005 a)

Agar dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa penggolongan

untuk membagi masa anak-anak. Penggolongan didasarkan pada saat terjadinya

perubahan-perubahan biologis:

1. Neonatus : awal kelahiran sampai usia 1 bulan

2. Btante : 1 bulan sampai 1 tahun

3. Anak : 1 sampai 12 tahun

4. Remaja : 13 sampai 17 tahun

5. Dewasa : 18 tahun keatas (Anonim, 2000)

D. Penatalaksanaan DHF

Sebagai permulaan terapi diberikan cairan pengganti, cairan yang

digunakan ialah Ringer Laktat. Dalam keadaan berat, cairan harus diberikan

secara diguyur, artinya secepat-cepatnya dengan klem dibuka. Dalam keadaan

renjatan yang tidak berat, cairan diberikan dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

19

Pada penderita dengan renjatan berat atau penderita dengan renjatan tidak berat,

yang tidak memberikan respon pada pengobatan Intra Venous Fluid Drip (IVFD)

dengan cara dan kecepatan yang dianjurkan, diberikan plasma atau ekspander

plasma. Umumnnya plasma yang diperlukan berjumlah 20 – 30 ml/kgBB

(Sumarmo, 1995).

Apabila renjatan sudah diatasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi

cukup besar, tekanan sistolik 80 mmHg atau lebih, maka kecepatan tetesan

dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Mengingat bahwa kebocoran plasma dapat

berlangsung 24 – 48 jam, maka pemberian cairan intravena dipertahankan

walaupun tanda-tanda vital telah menunjukkan perbaikan nyata. Oleh karena

hematokrit merupakan indeks yang dapat dipercaya dalam menentukan kebocoran

plasma, maka pemeriksaan hematokrit perlu dilakukan secara periodik. Kecepatan

pemberian cairan selanjutnya disesuaikan dengan gejala klinis vital dan nilai

hematokrit (Sumarmo, 1995).

Demam tinggi harus diatasi dengan kompres dan penggunaan

parasetamol yang tepat. Aspirin dan salisilat lain tidak boleh diberikan karena

menimbulkan perdarahan, menyebabkan iritasi lambung, dan asidosis.

E. Drug Therapy Problems (DTPs)

Drug Therapy Problems (DTPs) adalah sebuah kejadian atau

permasalahan yang melibatkan terapi obat pada penderita yang mempengaruhi

pencapaian outcome (Seto, dkk, 2004). Masalah-masalah yang dibahas dalam

DTPs dan penyebabnya dijelaskan dalam tabel berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

20

Tabel V. Drug Therapy Problems dan Penyebab Umum Terjadinya DTPs (Cipolle dkk, 2004)

Drug Therapy Problems Penyebab Umum Terjadinya DTPs

1. Tidak perlu obat (Unnecesary drug Therapy)

a. Obat yang diberikan tidak ada indikasi pada saat itu.

b. Pemberian obat kombinasi yang seharusnya cukup dengan satu obat saja.

c. Kondisi pasien yang lebih baik disembuhkan dengan terapi non farmakologi.

d. Pasien meminum obat untuk mencegah efek samping yang seharusnya dapat dihindarkan.

2. Butuh obat (Need for additional drug therapy)

a. Kondisi baru yang membutuhkan obat. b. Kondisi yang memiliki risiko kejadian efek

samping dan membutuhkan obat untuk mencegahnya.

c. Kondisi yang membutuhkan kombinasi obat. 3. Obat tidak efektif

(Ineffective drug) a. Obat yang diberikan bukan yang paling

efektif untuk mengatasi masalah pasien. b. Kondisi pasien susah disembuhkan dengan

obat yang diberikan. c. Cara pemberian obat yang tidak sesuai.

4. Dosis kurang (Dosage too low)

a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menimbulkan respon.

b. Interval pemberian kurang untuk menimbulkan respon yang diinginkan.

c. Interaksi obat mengurangi kadar obat aktif yang tersedia.

d. Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon yang diinginkan.

5. Dosis berlebih (Dosage too high)

a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi. b. Frekuensi pemberian obat terlalu pendek. c. Durasi terapi obat terlalu lama. d. Pemberian obat dilakukan terlalu cepat.

6. Efek obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction)

a. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.

b. Dibutuhkan obat yang lebih aman karena ada faktor risiko.

c. Interaksi obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan.

d. Regimen dosis yang diberikan atau diganti terlalu cepat.

e. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi alergi.

f. Obat yang diberikan kontraindikasi karena ada faktor risiko.

7. Ketidaktaatan Pasien (Uncompliance)

a. Pasien tidak mengeri instruksi yang diberikan. b. Pasien lebih memilih tidak meminum obat. c. Pasien lupa meminum obat. d. Obat terlalu mahal bagi pasien. e. Pasien tidak dapat meminum atau

menggunakan sendiri obat dengan tepat. f. Obat tidak tersedia bagi pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

21

Tugas seorang farmasis adalah untuk selalu memastikan bahwa setiap

obat yang diberikan pada pasien memiliki indikasi yang tepat dan digunakan oleh

pasien dengan cara yang tepat, sehingga tercapailah tujuan akhir terapi.

Identifikasi DTPs adalah area utama, dimana farmasis dapat memberikan

kontribusinya bagi penderita (Seto dkk, 2004).

Ketika sebuah DTPs terdeteksi, maka sangat penting untuk

merencanakan bagaimana cara mengatasinya (menggunakan skala prioritas).

Prioritas masalah tersebut didasarkan pada risiko yang mungkin timbul pada

pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala prioritas

penanganan DTPs, antara lain :

1. Permasalahan manakah yang dapat diselesaikan atau hindari dengan segera

dan manakah yang dapat diselesaikan kemudian.

2. Permasalahan manakah yang merupakan bagian dari tugas atau tanggung

jawab seorang farmasis.

3. Permasalahan manakah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh seorang

farmasis dan penderitanya.

4. Permasalahan manakah yang dalam penyelesaiannya, memerlukan bantuan

dari tenaga kesehatan lain (dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain-lain)

(Seto dkk, 2004).

F. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kejadian DTPs

pada pasien anak yang menderita DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelit ian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif (Notoatmodjo, 2005). Pengumpulan

data dilakukan dengan cara mengumpulkan data rekam medis pasien anak

penderita DHF non komplikasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

semester I tahun 2008.

B. Definisi Operasional

1. Dengue Haemorrhagic Fever non komplikasi adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus Dengue dan masih berada dalam grade I dan II.

2. Pasien rawat inap adalah pasien anak penderita Demam Berdarah Dengue non

komplikasi yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 yang berumur 6 tahun

hingga 12 tahun.

3. Evaluasi DTPs adalah melihat kembali data penatalaksanaan terapi pasien

anak DHF non komplikasi kemudian dianalisis dengan metode SOAP

berdasarkan Standar Pelayanan Medis (SPM) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,

IONI (2000), WHO (1999), dan MIMS (2008).

4. Periode semester I 2008 adalah kurun waktu antara bulan Januari 2008 sampai

dengan Juni 2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

23

5. Medical Record (MR) / Rekam Medis (RM) pasien adalah data riwayat

penyakit pasien anak DHF non komplikasi yang dirawat di Instalasi Rawat

Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, meliputi nomor rekam medik, umur,

jenis kelamin, diagnosis, lama perawatan, jenis obat, dosis obat, aturan pakai

yang diberikan selama terapi.

6. Jumlah obat adalah banyaknya jenis obat yang diterima pasien anak DHF non

komplikasi selama pasien dirawat di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode semester I tahun 2008.

7. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan kelas efek terapi yang

diterima pasien anak penderita DHF non komplikasi yang menjalani rawat

inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 dalam

bentuk generik maupun nama dagang.

8. Regimen Dosis adalah besarnya dosis dan frekuensi pemberian obat yang

diberikan pada pasien anak penderita Demam Berdarah Dengue non

komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

semester I tahun 2008.

9. Penatalaksanaan terapi adalah tindakan, proses, dan cara pelayanan kesehatan

yang terkait dengan pengobatan untuk menangani kasus DHF grade I dan II.

10. SOAP adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis DTPs

melalui masalah medis pasien (subjective), pemeriksaan fisik dan

laboratorium (objective), penilaian farmasis terhadap subjective dan objective

pasien (assessment), dan rencana terapi yang akan diberikan kepada pasien

(planning) di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

24

C. Subyek Peneli tian

Subyek penelitian ini adalah semua pasien anak yang terdiagnosis utama

DHF non komplikasi (grade I dan II), tanpa melihat kriteria penggolongan DHF

grade I dan II, berumur 6 – 12 tahun dan tercatat di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 berdasarkan data dari

bagian rekam medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan

penelitian populatif (deskriptif) dan tidak ada sampling.

D. Bahan dan Lokasi Penelit ian

1. Bahan Peneli tian

Bahan penelitian yang digunakan di sini adalah lembar rekam medik

pasien yang terdiagnosis DHF non komplikasi (grade I dan II) dan menjalani

rawati inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008.

2. Lokasi Penelit ian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Catatan Medik (ICM) RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta yang terletak di Jalan Kesehatan No. 1 Yogyakarta 587333.

E. Jalannya Peneli tian

Dalam menyelesaikan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Persiapan

Dimulai dengan survei jumlah kasus pasien anak yang terdiagnosis DHF

yang ada di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester

I tahun 2008 di bagian Rekam Medik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

25

2. Pengumpulan Data

Tahap ini adalah tahap pengumpulan data yang dilakukan dengan

pencatatan rekam medik pasien yang menderita DHF non komplikasi. Data yang

dikumpulkan sebanyak 31 data, diambil secara non random dari daftar pasien

DHF pada bagian rekam medik. Teknik pengambilan sampel penelitian ini

merupakan non random (non probability sampling) (Notoatmodjo, 2005), karena

hanya rekam medik tertentu saja yang tersedia untuk diteliti. Jumlah sampel yang

diambil adalah seluruh populasi penyakit DHF anak non komplikasi di Instalasi

Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008.

3. Analisis Data

Penelitian mengenai Evaluasi DTPs pada pasien anak DHF di Instalasi

Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008

dilakukan dengan menelusuri data pasien anak yang terdiagnosis kerja (diagnosis

utama) sebagai penderita DHF grade I dan II tanpa melihat penggolongan DHF

grade I dan II yang sebenarnya. Dengue Haemorrhagic Fever di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta menempati urutan keempat dalam sepuluh besar penyakit

prevalensi tertinggi dengan jumlah kasus sebanyak 609 kasus.

Hasil penelitian mengenai kajian Evaluasi DTPs pada pasien anak DHF

di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun

2008 dikaji dalam 4 bagian, yaitu :

a. Karakteristik pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode semester I tahun 2008, meliputi :

1). Gambaran berdasarkan umur dan jenis kelamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

26

2). Gambaran berdasarkan nilai trombosit ketikamasuk rumah sakit

3). Gambaran berdasarkan nilai hematokrit ketika masuk rumah sakit

b. Pola pengobatan pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode semester I tahun 2008, meliputi :

1). Jumlah obat

2). Golongan obat yang digunakan

3). Jenis obat yang digunakan

c. Gambaran kasus masalah-masalah yang berkaitan dengan obat (DTPs) yang

terjadi pada penalataksanaan terapi pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008, merupakan

penjabaran dari beberapa kasus yang memiliki DTPs pada penatalaksanaan

terapi DHF.

d. Hasil terapi yang diperoleh pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008, dilihat dari outcome

pada waktu pasien dipulangkan dan lamanya pasien dirawat.

4. Pembahasan Kasus

Kasus dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan bentuk uraian

untuk memperoleh informasi sebagai berikut :

a. Umur pasien (6 – 12 tahun) dan diagnosis utama DHF non komplikasi selama

pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (DHF

grade I dan II).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

27

b. Rata-rata jumlah obat, diketahui dari banyaknya jenis obat yang diberikan

pada pasien anak Demam Berdarah Dengue non komplikasi selama menjalani

perawatan.

c. Persentase golongan obat, dihitung berdasarkan jumlah kasus yang menerima

golongan obat tertentu dibagi jumlah kasus yang diteliti dikalikan 100 %.

d. Peresepan dokter dan pelaksanaan pemberiannya oleh perawat di instalasi

terkait.

e. Analisis SOAP untuk mengetahui kemungkinan kejadian DTPs pada pasien

anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

F. Kesulitan Penelit ian

Penulis menemukan kesulitan dalam melakukan penelitian ini, karena

terdapat 16 kasus DHF disertai dengan komplikasi (muncul adanya edema

palpebra, ascites, efusi pleura) yang semestinya tidak dimasukkan dalam kriteria

DHF grade I dan II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

28

Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Berdasarkan Kelompok Umur

0

20

40

60

80

100

0 – 5 6 – 12 > 12

Kelompok Umur (tahun)

Jum

lah

Pas

ien

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008

1. Gambaran Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Pasien DHF yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008 terdapat 609 kasus. Dari jumlah

tersebut, terdapat 144 kasus pasien anak DHF dengan penggolongan umur sebagai

berikut :

Gambar 3. Grafik Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Berdasakan Kelompok Umur

Dari penggolongan berdasarkan kelompok umur tersebut, kelompok

umur 6 – 12 tahun mendapat jumlah yang paling besar dibanding kelompok umur

yang lain. Hal ini sangat menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian

pada kelompok umur 6 – 12 tahun. Kelompok umur 6 – 12 tahun merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

29

Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

0

2

4

6

8

10

6 7 8 9 10 11 12

Umur (Tahun)

Jum

lah

Pas

ien

Pria

Wanita

tahap awal bagi anak dalam mulai berinteraksi dengan lingkungan di luar keluarga

atau rumahnya serta memasuki usia sekolah. Dibandingkan dengan anak-anak

usia < 5 tahun, maka anak-anak pada kelompok umur 6 – 12 tahun akan memiliki

intensitas lebih tinggi dalam berinteraksi dengan lingkungannya, dapat bergerak

sendiri tanpa bantuan orang lain, dan lebih sering kontak dengan orang-orang di

sekitarnya. Hal ini berarti, lebih besar kemungkinan bagi anak-anak kelompok

umur 6 – 12 tahun untuk berinteraksi langsung dengan sumber-sumber penyakit

DHF.

Jumlah kasus pada kelompok umur 6 – 12 tahun adalah 90 kasus. Pada

penelitian ini, diambil kasus DHF non komplikasi untuk diteliti, sehingga dari 90

kasus tersebut diperoleh 31 kasus DHF non komplikasi dengan perincian :

Gambar 4. Grafik Jumlah Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Dari 31 kasus DHF non komplikasi yang ada terbagi lagi menjadi 2

kelompok, yaitu : kasus DHF grade I (16 kasus) dan kasus DHF grade II (15

kasus).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

30

2. Gambaran Berdasarkan Nilai Trombosit Ketika Masuk Rumah Sakit

Penurunan nilai trombosit di bawah normal (trombositopenia)

merupakan gejala klinis yang tampak pada sebagaian besar pasien yang

terdiagnosis DHF. Pada penelitian ini ditemukan penurunan trombosit yang jauh

dari normal ketika pasien masuk ke rumah sakit, yaitu rata-rata memiliki nilai

trombosit sebesar 77,28 ribu/mmk + SD (SD = 51,9), sedangkan pedoman nilai

normal trombosit di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 150 – 450 ribu/mmk.

Keadaan trombositopenia dianggap menjadi penyebab terjadinya

perdarahan pada kasus DHF, yaitu pada DHF grade II, III, dan IV. Dengan adanya

trombositopenia di sini memungkinkan terjadinya perdarahan. Pada penelitian ini

terdapat 3 kasus DHF grade II yang mendapatkan transfusi trombosit (PRC /

Packed Red Cell) ketika nilai trombositnya jauh di bawah normal disertai dengan

hemokonsentrasi dan tanda perdarahan yang nyata, yaitu pada kasus nomor 14, 20

dan 21.

3. Gambaran Berdasarkan Nilai Hematokrit Ketika Masuk Rumah Sakit

Peningkatan nilai hematokrit merupakan salah satu manifestasi klinis

dari kebocoran plasma yang terjadi pada kasus DHF. Kebocoran plasma

dibuktikan dengan peningkatan > 20 % dari nilai hematokrit awal. Nilai normal

hematokrit anak menurut RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 36 – 44 %.

Peningkatan > 20 % dari nilai hematokrit awal berada pada rentang 43,4 – 52,8 %.

Pada penelitian ini, rata-rata nilai hematokrit ketika pasien masuk rumah

sakit adalah 39,9 % + SD (SD = 2,9). Hal ini berarti rata-rata pasien yang masuk

rumah sakit memiliki nilai hematokrit dalam batas normal, hanya saja pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

31

beberapa pasien DHF grade II juga dijumpai pemberian transfusi FFP karena nilai

hematokrit yang tinggi (hemokonsentrasi), sehingga mengakibatkan terjadinya

kebocoran plasma, yaitu pada kasus nomor 5, 20, 21.

B. Pola Pengobatan Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun

2008

Tujuan dari pemberian obat-obatan pada kasus DHF adalah mengobati

gejala-gejala yang timbul akibat infeksi virus Dengue dan bukan untuk mengobati

virus penyebabnya. Jadi, sistem pengobatan DHF bersifat suportif dan

simptomatik.

1. Jumlah Obat

Jumlah obat yang diberikan pada pasien anak (6 – 12 tahun) DHF non

komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode

semester I 2008 adalah sebanyak 1 – 7 macam obat, berbeda-beda jumlahnya per

kasus.

Tabel VI. Distribusi Jumlah Obat yang Diberikan Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun

2008

No. Jumlah Obat Jumlah Kasus Prosentase (%) 1 1 19 61,29 2 2 5 16,13 3 3 2 6,45 4 4 2 6,45 5 5 2 6,45 6 6 - 0 7 7 1 3,23

∑∑∑∑ total kasus = 31 kasus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

32

Jumlah obat yang diberikan pada pasien anak DHF dalam penelitian ini

tidak semuanya diberikan dalam waktu dan jumlah bersamaan tetapi menurut

selang dosis tertentu selama masa perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta. Jumlah macam obat yang diberikan pada pasien anak DHF

di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I 2008

sangat bervariasi, karena prinsip pengobatan penyakit DHF bersifat suportif dan

simptomatik, sehingga obat-obat yang diberikan di sini dimaksudkan untuk

mengobati gejala-gejala yang muncul.

Gejala-gejala yang muncul pada tiap pasien berbeda-beda, hal inilah

yang menyebabkan jumlah obat yang diberikan pada setiap pasien berbeda. Selain

itu, perbedaan jumlah obat juga disebabkan perbedaan tingkat berat ringannya

penyakit yang diderita oleh pasien anak DHF.

Obat-obat yang digunakan pada pasien anak DHF di Instalasi Rawat

Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 terdiri dari 10

kelas terapi. Penggunaan obat-obat ini tidak hanya digunakan untuk mengobati

gejala DHF saja melainkan juga digunakan untuk mengobati penyakit penyerta

pasien, seperti tukak lambung, gatal-gatal, mual, dan lain sebagainya.

2. Golongan Obat yang Digunakan

Golongan obat yang diberikan pada pasien anak DHF, meliputi obat

rehidrasi, analgesik non narkotik, diuretik kuat, kortikosteroid, stimulan

adrenoreseptor β2 selektif, antibiotik, antihistamin sedatif, antitukak, obat-obat

lain, antiemetik dan gastroprocinetic agent.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

33

Tabel VII. Kelas Terapi Obat yang Diberikan Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun

2008

No. Golongan Obat Jumlah Kasus

Prosentase (%)

1 Rehidrasi 31 100 2 Analgesik Antipiretik 21 67,7 3 Diuretik kuat 6 19,35 4 Kortikosteroid 5 16,13 5 Stimulan Adrenoreseptor β2 selektif 5 16,13 6 Antibiotik 4 12,9 7 Antihistamin 2 6,45 8 Antitukak 2 6,45 9 Obat-obat lain 2 6,45 10 Antiemetic, Gastroprokinetic Agent 1 3,23

∑∑∑∑ total kasus = 31 kasus

Dari tabel di atas dapat diamati bahwa obat rehidrasi merupakan

golongan obat yang paling banyak digunakan pada pasien anak DHF. Obat

golongan ini diberikan kepada semua pasien (100%). Golongan analgetik non

narkotik merupakan golongan obat terbanyak kedua setelah golongan obat

rehidrasi yang diberikan pada 21 pasien (67,7%). Diuretik kuat merupakan

golongan obat urutan ketiga yang diberikan kepada 6 pasien (19,35%).

Obat kortikosteroid merupakan golongan obat urutan keempat yang

diberikan kepada 5 pasien (16,13%). Golongan obat stimulan adrenoreseptor β

selektif merupakan obat urutan kelima yang diberikan kepada 5 pasien (16,13%).

Golongan obat antibiotik merupakan obat urutan urutan keenam yang diberikan

kepada 4 pasien (12,9%). Golongan obat antihistamin sedatif merupakan obat

urutan ketujuh yang diberikan kepada 2 pasien (6,45%). Obat antitukak

merupakan obat urutan kedelapan yang diberikan kepada 2 pasien (6,45%). Obat-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

34

obat lain merupakan obat urutan kesembilan yang diberikan kepada 2 pasien

(6,45%). Sedangkan obat antiemetic, gastroprokinetic agent diberikan kepada 1

pasien (3,23%).

3. Jenis Obat yang Digunakan

a. Rehidrasi

Obat rehidrasi merupakan cairan elektrolit yang tersedia dalam bentuk

sediaan infus dan diberikan kepada pasien secara parenteral. Terapi cairan

parenteral ini digunakan untuk mempertahankan dan mengembalikan volume dan

komposisi normal cairan tubuh. Tujuan rehidrasi adalah untuk menormalkan

lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel

dan organ.

Obat rehidrasi merupakan golongan obat terbanyak yang diberikan

kepada pasien anak DHF, karena dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

keparahan DHF yang berlanjut menjadi DHF grade III dan IV (Dengue Shock

Syndrome), sehingga terapi rehidrasi memang mutlak harus diberikan kepada

pasien DHF grade I dan II. Dengan demikian, pemberian cairan elektrolit secara

oral tidak dimungkinkan. Oleh karena itu, untuk mencegah kondisi-kondisi lain

yang akan menyebabkan keadaan pasien bertambah parah, maka dokter

memberikan terapi cairan elektrolit. Cairan rehidrasi yang digunakan pada

penelitian kasus DHF di sini ada 2 macam, yaitu cairan infus RL (Ringer Laktat)

dan cairan infus asering, tetapi proporsi terbanyak yang digunakan di sini adalah

cairan infus RL. Pemilihan dan jumlah obat rehidrasi disesuaikan dengan kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

35

individu pasien, yaitu disesuaikan dengan derajat dehidrasi dan kehilangan

elektrolit.

Macam cairan dan sifat-sifat cairan untuk resusitasi volume, yaitu :

3). Kristaloid : Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA), NaCl 0,9%.

4). Koloid : Hydroxyethylstarch (HES), Gelatin, Albumin 5%, Dextran, Plasma

Protein Fraction (PPF).

Ringer Laktat (RL) merupakan cairan kristaloid yang sudah lama

digunakan untuk resusitasi dengue. RL adalah larutan isotonik yang komposisinya

menyerupai komoosisi plasma. RL dapat diberikan dengan kecepatan tinggi pada

berbagai keadaan darurat hiovolemik. Komponen karbonat yang dihasilkan dari

metabolisme laktat memberikan efek dapar (buffer) yang diperlukan untuk

mengatasi asidosis yang terjadi (Sutaryo, 2004).

Tabel VIII. Daftar Penggunaan Rehidrasi

No. Jenis Rehidrasi Jumlah Kasus

1. Ringer Laktat 31 2. Asering 1

Terapi rehidrasi yang lain dapat diberikan dalam bentuk transfusi FFP

(Fresh Frozen Plasma), yaitu pada 3 kasus, untuk mengatasi terjadinya

hemokonsentrasi yang berakibat pada kebocoran plasma dan transfusi PRC

(Packed Red Cell), yaitu pada 3 kasus, untuk mengatasi trombositopenia dan

perdarahan yang terjadi pada pasien.

b. Analgesik Antipiretik

Analgesik antipiretik merupakan obat yang ditujukan untuk mengobati

demam sekaligus mengurangi rasa nyeri yang menyertai demam. Pasien DHF

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

36

yang masuk RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta juga menderita demam, sehingga

diperlukan analgetik antipiretik.

Pada penelitian ini, obat golongan analgetik antipiretik yang paling

banyak digunakan adalah parasetamol, meskipun juga terdapat 2 merk dagang dari

parasetamol, yaitu sanmol dan pamol. Penggunaan merk dagang sebagai terapi

kurang begitu efektif dalam hal biaya. Golongan analgetik antipiretik merupakan

golongan obat terbanyak kedua setelah golongan obat rehidrasi, yaitu 21 pasien

(67,7%). Hal ini disebabkan karena gejala umum pada penyakit DHF adalah suhu

tubuh yang tinggi melebihi suhu tubuh normal.

Obat analgetik antipiretik yang ditemukan pada penelitian ini merupakan

obat golongan analgetik non narkotik. Sebagai analgetik, obat-obat ini bekerja

dengan jalan merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dan

sebagai antipiretik. Obat ini bekerja dengan jalan merangsang pusat pengaturan

kalor di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan

bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Parasetamol merupakan analgetik antipiretik yang paling sering

digunakan pada anak-anak. Menurut dokter yang menangani pasien anak di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta, parasetamol merupakan obat analgetik antipiretik yang

paling aman atau ringan dibandingkan dengan obat analgetik antipiretik lain.

Parasetamol juga cepat dan hampir sempurna diabsorpsi pada pemberian oral.

Efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian parasetamol jarang terjadi kecuali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

37

ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut (dilaporkan setelah penggunaan

jangka panjang), dan kerusakan hati setelah overdosis (Anonim b, 2000).

c. Diuretik Kuat

Diuretik kuat diindikasikan untuk mengatasi udem pada pasien. Obat

golongan diuretik kuat pada penelitian ini diberikan kepada 6 pasien (19,35%).

Jenis diuretik yang diberikan adalah furosemid (lasix).

Furosemid adalah golongan diuretika kuat. Furosemid digunakan segera,

untuk mengeluarkan kelebihan cairan, seperti ascites (pengumpulan cairan di

rongga abdomen) dan udem paru (pengumpulan cairan di dalam pleura). Hal ini

dimaksudkan supaya tidak timbul komplikasi yang berbahaya seperti sesak nafas

atau infeksi bakterisidal. Kondisi kelebihan cairan ini nantinya dapat memicu

terjadinya kebocoran plasma, sehingga diperlukan obat diuretik kuat untuk

mengatasinya (Sutaryo, 2004).

d. Kortikosteroid

Obat golongan kortikosteroid yang digunakan di sini adalah sebagai

antiinflamasi sistemik saat transfusi trombosit atau FFP. Fungsi lain dari

kortikosteroid adalah untuk mengatasi reaksi alergi pada kulit akibat injeksi

ataupun transfusi (misalnya gatal-gatal dan kemerahan pada kulit) yaitu

dexamethason. Obat golongan kortikosteroid di sini menduduki porsi terbanyak

keempat, yaitu digunakan pada 5 pasien (16,13%).

Dexamethason digunakan dengan indikasi menekan reaksi radang dan

reaksi alergi. Obat golongan kortikosteroid ini dapat menimbulkan efek samping,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

38

yaitu gangguan pertumbuhan pada anak (Anonim b, 2000), sehingga penggunaan

kortikosteroid harus digunakan sesuai dengan aturan pakai (dosis yang sesuai

untuk tiap individu).

e. Stimulan Adrenoreseptor ββββ2 selektif

Obat golongan stimulan adrenoreseptor β2 selektif merupakan obat

urutan kelima (16,13%) yang digunakan pada penelitian ini. Obat yang digunakan

pada golongan ini adalah Salbutamol (generik), Ventolin, dan Lasal. Ventolin dan

Lasal juga berisi salbutamol.

Pada penelitian ini, pasien DHF non komplikasi juga diberi salbutamol

dengan indikasi untuk mengatasi sesak pasien. Salbutamol merupakan obat

bronkodilator yang bekerja melalui stimulasi reseptor β2 di trakea dan bronki,

yang akan meningkatkan kadar cAMP (adenosin monophosphate cyclic) yang

menghasilkan efek, antara lain bronkodilatasi. Efek samping yang dapat

ditimbulkan oleh salbutamol, yaitu tremor halus (terutama pada tangan),

ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi, dan hipokalemia

sesudah dosis tinggi (Anonim b, 2000). Dosis salbutamol untuk anak usia 6 – 12

tahun menurut IONI (2000) adalah 2 mg.

f. Antibiotik

Antibiotik (antimikroba) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya

mikroba yang merugikan manusia (Setiabudy dan Gan, 1995). Tujuan pemberian

antibiotik di sini sebagai profilaksis, yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi

sekunder yang dapat timbul selama perawatan, bukan untuk mengobati infeksi

vius Dengue.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

39

Antibiotik pada penelitian ini digunakan pada 4 kasus (12,9%). Jenis

antibiotik yang digunakan di sini ada 4 macam, yaitu :

1). Golongan sefalosporin (Sefiksim)

2). Golongan penisillin (Ampisillin)

3). Golongan aminoglikosida (Gentamisin)

4). Kombinasi golongan sulfonamid dan trimetoprim (Kotrimoksazol)

Antibiotik golongan sefalosporin dan penisilin merupakan antibiotik yang bekerja

dengan menghambat sintesis dinding sel, sedangkan aminoglikosida merupakan

antibiotik yang bersifat bakterisidal terhadap bakteria gram negatif dan gram

positif. Kombinasi golongan sulfonamid dan trimetoprim bekerja dengan

menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada

mikroba, sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek sinergi (Ganiswara,

2005).

g. Antihistamin

Obat antihistamin juga digunakan pada 2 kasus (6,45%). Antihistamin

adalah obat yang diberikan untuk mengobati alergi, namun pada kasus DHF

umumnya tidak terdapat gejala alergi, sehingga proporsi penggunaan antihistamin

di sini hanya sedikit.

h. Antitukak

Penggunaan golongan obat antitukak yang digunakan pada kasus di sini

hanya 2 kasus (6,45%). Obat antitukak yang digunakan di sini ada 2 macam,

yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

40

1). Antagonis reseptor H2 (Ranitidin)

2). Antasida

Antasida adalah senyawa yang mempunyai kemampuan menetralkan

asam klorida (lambung) atau mengikatnya. Sediaan antasida dapat digolongkan

menjadi 3 macam, yaitu : dengan kandungan aluminium dan atau magnesium,

dengan kandungan natrium bikarbonat, dan dengan kandungan bismut dan

kalsium. Efek samping utama dari antasida adalah diare, yang potensial berbahaya

pada btante dan anak-anak kecil, sehingga efek samping ini harus juga

diperhatikan pemberiannya pada kasus anak DHF (Anonim b, 2000).

Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan

duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat

hambatan reseptor H2. Ranitidin diindikasikan untuk tukak lambung dan tukak

duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak

duodenum karena H. pylori, syndrome Zollinger Ellison, kondisi lain dimana

pengurangan asam lambung akan bermanfaat (Anonim b, 2000).

i. Obat-obat Lain

Penggunaan obat-obat lain pada penelitian ini terdapat pada 2 kasus

(6,45%). Obat-obat lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah Dialac, Zinc,

dan Dulcolax. Obat-obat ini diberikan pada 2 kasus yang berbeda.

Dialac diindikasikan untuk memelihara fungsi normal usus pada anak

dan dewasa. Dulcolax digunakan untuk mengatasi konstipasi pada pasien.

Sedangkan Zinc berfungsi memacu penyembuhan jaringan dan diperlukan untuk

pembentukan kolagen, yang merupakan bahan penting untuk penyembuhan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

41

perbaikan jaringan, serta memiliki aktivitas imunitas seluler, dibutuhkan untuk

metabolisme nutrien dan sintesis asam nukleat (DNA dan RNA) (Darmawan,

2008).

j. Antiemetic, Gastroprokinetic Agent

Obat golongan ini hanya digunakan pada 1 kasus saja (3,23%). Obat

yang digunakan pada golongan ini adalah metoklopramid. Obat ini berkhasiat

memperkuat motilitas dan pengosongan lambung berdasarkan stimulasi saraf-

saraf kolinergik, khasiat antidopamin di pusat perifer, serta kerja langsung

terhadap otot polos. Metokloporamid berdaya antiemetik sentral kuat berdasarkan

blokade reseptor dopamin di Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ).

Tujuan pemberian obat-obat ini adalah untuk mengatasi mual dan

muntah yang terjadi akibat proses infeksi. Efek samping dari metoklopramid yaitu

gejala ekstrapiramidal, hiperprolaktinemia, mengantuk, gelisah, diare, depresi,

sindrom neuroleptik maligna, abnormalitas konduksi jantung pada pemberian

intravena (Anonim b, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

42

C. Gambaran Kasus Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Obat (Drug Therapy Problems) yang Terjadi Pada Penatalaksanaan Terapi Dengue

Haemorrhagic Fever Anak Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008

Sebanyak 14 kasus DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode semester I tahun 2008 mengalami masalah-masalah yang

berkaitan dengan obat (Drug Therapy Problems), yaitu dosis kurang (4 kasus),

dosis terlalu tinggi (2 kasus), tidak tepat indikasi (1 kasus), dan butuh obat (7

kasus).

1. Drug Therapy Problem Dosis Kurang (Dosage too low)

Frekuensi kejadian DTP dosis kurang terjadi pada 4 kasus, yaitu kasus

nomor 4, 5, 12, 15 pada pemberian parasetamol sebagai analgetik antipiretik.

Menurut Standar Pelayanan Medis (SPM) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dosis

parasetamol yang diberikan untuk mengatasi demam pada kasus DHF adalah 10 –

15 mg/kgBB dan diulang pemberiannya setiap 4 – 6 jam sekali, namun pemberian

parasetamol pada kasus tersebut kurang dosisnya. Pada suatu pengobatan,

kurangnya dosis yang diberikan dapat memungkinkan berkurangnya efektivitas

terapi yang akan dicapai.

2. Drug Therapy Problem Dosis Terlalu Tinggi (Dosage too high)

Frekuensi kejadian DTP dosis terlalu tinggi terjadi pada 2 kasus, yaitu

kasus nomor 5 dan 27. Dosis terlalu tinggi pada kasus nomor 5, yaitu pada

pemberian terapi lanjutan antibiotik sefiksim 2x150 mg dalam 1 hari, karena

menurut IONI (2000), sefiksim diberikan untuk anak usia 5 – 10 tahun dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

43

dosis 200 mg/hari, sedangkan pasien di sini berusia 7 tahun. Maksud dari

pemberian sefiksim di sini karena pasien sepsis.

Dosis terlalu tinggi pada kasus nomor 27 adalah pada pemberian

parasetamol sebagai analgetik antipiretik. Menurut Standar Pelayanan Medis

(SPM) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dosis parasetamol yang diberikan untuk

mengatasi demam pada kasus DHF adalah 10 – 15 mg/kgBB dan boleh diulang

pemberiannya setiap 4 – 6 jam sekali. Pada kasus ini, pasien mendapat

parasetamol dalam waktu yang berurutan (pemberian parasetamol yang pertama

dan berikutnya berjarak + 3 jam), yaitu parasetamol ¾ mg pada tanggal 1 Maret

2008 pukul 11.30 dan 14.25 serta parasetamol 320 mg pada tanggal 1 Maret 2008

pukul 11.30 dan 14.00, sehingga dimungkinkan terjadi akumulasi (dosis berlebih).

3. Drug Therapy Problem Tidak Tepat Indikasi (Ineffective drug)

Frekuensi kejadian DTP tidak tepat indikasi terjadi pada 1 kasus, yaitu

kasus nomor 3 pada pemberian Ranitidin untuk mengatasi nyeri perut yang

dialami oleh pasien. Hal ini menjadi tidak tepat indikasi karena pasien mengeluh

nyeri perut karena menstruasi hari pertama, sedangkan obat yang diberikan oleh

dokter (ranitidin) untuk mengatasi nyeri perut karena gangguan saluran cerna

(lambung).

4. Drug Therapy Problem Butuh Obat (Need for additional drug therapy)

Frekuensi kejadian DTP butuh obat terjadi pada 7 kasus, yaitu kasus

nomor 4, 5, 6, 8, 9, 23, 28, semuanya membutuhkan pemberian lasix sebagai obat

diuretik kuat untuk mengatasi edema palpebra, ascites, dan efusi pleura yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

44

dialami oleh pasien selama dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Namun,

pada kasus nomor 5, pasien tidak hanya membutuhkan lasix, tetapi juga

membutuhkan Lacto B dan Dulcolax sesuai yang dieresepkan oleh dokter, karena

pasien konstipasi, namun tidak tertulis pada catatan pelaksanaan pemberian obat

oleh perawat, apakah sudah diberikan atau belum.

Pada kasus nomor 9 juga tidak hanya butuh lasix, tetapi pasien juga

membutuhkan parasetamol karena pasien mengeluh pusing dan nyeri perut,

padahal dokter sudah meresepkan parasetamol 500 mg namun pada catatan

keperawatan tidak tertulis bahwa parasetamol telah diberikan pada pasien ini dan

walaupun parasetamol benar diberikan untuk pasien ini, maka dosis parasetamol

yang seharusnya diberikan bukan 500 mg tetapi antara 520 mg – 780 mg, karena

pasien memiliki berat badan 52 kg, sedangkan dosis parasetamol menurut Standar

Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 10 – 15 mg/kgBB.

Adanya pengobatan yang tidak tertulis dalam catatan rekam medis

pasien dapat menimbulkan 2 asumsi, yaitu perawat memberikan obat tersebut dan

lupa mencatatnya atau perawat memang tidak memberikan obat tersebut kepada

pasien sehingga perawat tidak mencatatnya. Hal ini diharapkan dapat menjadi

evaluasi tersendiri dalam hal pencatatan rekam medis untuk RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

45

Tabel IX. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008

KASUS 3 ���� DTP tidak tepat indikasi Subjective

No. MR : 01.33.34.91 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 37 kg Keluhan : demam, muntah, pusing, nyeri perut (haid I), mual, sesak, edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 17/01/2008 – 22/01/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,8 36,8

Tekanan Darah (mmHg) 110/80 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 17/1 18/1 19/1

Hb 5,6 13,4 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 2,69 4,4 3,4 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - 1 1 1 – 4 % Batang - 1 - 2 – 5 % Segmen - 23 29 36 – 66 % Limfosit - 73 70 22 – 40 % Monosit - 2 - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 10 36 21 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 45,1 - 39,6 40 – 50 %

LPB - 6% 5% - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1

2. Pemberian O2 2 tpm tgl 17/1 dan 21/1 3. Pemberian Paracetamol tgl 18/1 jam 20.00 dan Ranitidin tgl 18/1 jam 20.30 4. Pemberian Lasix 1 ampul tgl 21/1 Assessment

1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian O2 2 liter/menit tgl 17/1 dan 21/1 sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengeluh sesak ketika masuk RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

3. Pemberian Paracetamol dan Ranitidin dalam selang waktu 30 menit (tgl 18/1) untuk mengobati nyeri perut pasien tidak dibenarkan (polifarmasi), karena pasien mengalami nyeri perut (haid I) bukan gangguan lambung, sehingga pemberian Ranitidin tidak tepat indikasi dan tidak dibutuhkan , keluhan nyeri perut pasien cukup dengan pemberian Parasetamol saja

4. Pemberian lasix tepat indikasi dan dosis Planning

1. Ranitidin tidak digunakan lagi, cukup menggunakan parasetamol saja 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

46

Tabel X. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008

KASUS 12 (sama dengan kasus 4, 5, 15) � DTP dosis kurang Subjective No. MR : 01.35.22.01 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 30,5 kg Keluhan : demam, badan pegal-pegal, pusing, mual Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/52008 – 28/5/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,5

Tekanan Darah (mmHg) 100/75 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 24/5 27/5 28/5

Hb 13,5 - - 13 – 17 g/dl Lekosit 1,7 5,0 4,6 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,5 2 - 1 – 4 % Batang 1,9 - - 2 – 5 % Segmen - 36 19 36 – 66 % Limfosit 46 61 80 22 – 40 % Monosit 14,3 1 1 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 125 84 146 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 45 43 40 – 50 %

LPB - 4% - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (22 tpm makro) pada tgl 24/5 – 27/5 2. Pemberian parasetamol 300 mg pada tgl 24/5 jam 14.00 dan 25/5 jam 06.00, 10.30,

14.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun

pada tgl 14/4 diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop. Pemberian infus di sini sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol 300 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 305 mg – 457,5 mg → dosis kurang

Planning 1. Memberikan parasetamol sesuai aturan dosi, yaitu antara 305 – 457,5 mg dengan

membuatnya menjadi sedaan pulveres supaya lebih mudah terpenuhi dosisnya 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

47

Tabel XI. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008

KASUS 8 (sama dengan kasus 4, 5, 6, 9, 23, 28) � DTP butuh obat Subjective No. MR : 01.34.76.90 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 24 kg Keluhan : demam, pusing, edema palpebra, flushing, ascites Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 20/4/2008 – 23/4/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,3 (post parasetamol) 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 20/4 21/4 23/4

Hb - 11,7 - 13 – 17 g/dl Lekosit - 7,8 - 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - 1 - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - 39 - 36 – 66 % Limfosit - 60 - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 20 89 52 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41 - - 40 – 50 %

LPB - - - -

Penatalaksanaan Pemberian infus RL pada tgl 20/4 – 23/4, tidak diberikan parasetamol karena kondisi pasien tidak demam Assessment 1. Tidak dijelaskan pada catatan dokter dan perawat berapa cc infus RL yang

diberikan kepada pasien, namun pemberian infus di sini sudah tepat, karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan ascites pada pasien Planning 1. Memberikan lasix dengan dosis 12 mg – 36 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) untuk mengatasi

edema palpebra pasien 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

48

Tabel XII. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008

KASUS 27 (sama dengan kasus nomor 5) � DTP dosis berlebih Subjective No. MR : 01.22.58.35 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 32 kg Keluhan : demam, BAB 1x encer, gatal-gatal Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 1/3/2008 – 4/3/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 1/3 3/3 4/3

Hb 14,3 13,5 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 3,14 7,0 5,0 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 6 1 – 4 % Batang 0,3 1 - 2 – 5 % Segmen 69,1 26 38 36 – 66 % Limfosit 26,8 73 56 22 – 40 % Monosit 3,8 - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 112 73 111 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 - - 40 – 50 %

LPB 3 - 2 - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 1/3 – 4/3 2. Pemberian parasetamol ¾ tab pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.25 dan parasetamol 320 mg pada tgl

1/3 jam 11.30 & 14.00 3. Pemberian avil 1 tab pada tgl 3/3 jam 06.00, avil ½ tab tgl 3/3 jam 09.00 & 15.50

Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk

menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol ¾ tab dan parasetamol 320 mg yang diberikan pada pasien dalam waktu bersamaan dan berurutan dapat menimbulkan akumulasi, seharusnya pemberian parasetamol pertama dan kedua jaraknya 4 – 5 jam → dosis berlebih

Planning 1. Memberikan parasetamol pertama dan kedua dalam rentang waktu 4 – 5 jam, dengan dosis sesuai

standar (10 – 15 mg/kgBB), yaitu antara 320 – 480 mg karena pasien memiliki BB = 32 kg 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

49

D. Hasil Terapi yang Diperoleh Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I

Tahun 2008

Hasil terapi DHF Grade I adalah sembuh dan membaik. Pada tabel di

bawah ini akan ditunjukkan jumlah kasus DHF grade I yang dinyatakan sembuh

dan membaik :

Tabel XIII. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Keadaan saat pulang Jumlah Kasus (n = 16) Prosentase (%) Sembuh 11 68,75 Membaik 5 31,25

Hasil terapi Dengue Haemorrhagic Fever Grade II adalah sembuh dan

membaik. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan jumlah kasus Dengue

Haemorrhagic Fever grade II yang dinyatakan sembuh dan membaik :

Tabel XIV. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Keadaan saat pulang Jumlah Kasus (n = 15) Prosentase (%) Sembuh 2 13,3 Membaik 13 86,7

Tabel XV. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Lamanya Tinggal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

(hari)

Jumlah Kasus (n = 16 )

Prosentase (%)

1 - 0 2 3 18,75 3 4 25 4 4 25 5 3 18,75 6 1 6,25 7 1 6,25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

50

Tabel XVI. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Lamanya Tinggal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

(hari)

Jumlah Kasus (n = 15 )

Prosentase (%)

1 1 6,67 2 1 6,67 3 5 33,33 4 4 26,67 5 4 26,67 6 - 0 7 - 0

Lamanya perawatan untuk penderita DHF grade I terbanyak adalah 4

hari dengan outcome pada waktu pulang adalah sembuh, sedangkan lamanya

perawatan untuk penderita DHF grade II terbanyak adalah 5 hari dengan outcome

pada waktu pulang adalah membaik. Hal ini membuktikan bahwa kasus DHF non

komplikasi memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi karena tidak terdapat pasien

yang mengalami kematian di sini, tetapi pasien pulang dalam keadaan sembuh dan

membaik.

Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa penyembuhan DHF dengan

atau tanpa syok akan terjadi lebih cepat, yaitu dalam 2 – 3 hari (Hadinegoro,

2002). Pada kasus DHF grade I dan DHF grade II tidak sesuai dengan teori,

namun pasien yang dirawat menunjukkan outcome yang baik ketika pulang, yaitu

sembuh dan membaik. Dengue Haemorrhaagic Fever mempunyai perjalanan

penyakit yang sulit diramalkan, karena pada umumnya semua pasien mengalami

fase demam selama 2 – 7 hari, kemudian diikuti oleh fase kritis selama 2 – 3 hari

(Hadinegoro, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008, yaitu :

a). Jumlah kasus DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito adalah 31 kasus dengan jumlah terbanyak yang dirawat adalah

wanita usia 11 tahun.

b). Rata-rata pasien yang masuk rumah sakit menderita trombositopenia,

ditunjukkan dengan nilai trombosit rata-rata ketika pasien masuk rumah

sakit adalah 77,28 ribu/mmk + SD (SD = 51,9), sedangkan nilai normal

trombosit di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 150 – 450 ribu/mmk.

c). Rata-rata pasien yang masuk rumah sakit memiliki nilai hematokrit dalam

batas normal, ditunjukkan dengan nilai hematokrit rata-rata pasien yang

masuk rumah sakit adalah 39,9 % + SD (SD = 2,9) dengan nilai normal

hematokrit sebesar 36 – 44 %.

2. Pola pengobatan yang diberikan pada pasien anak DHF non komplikasi di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I

tahun 2008 terdiri dari 10 macam golongan obat, yaitu terapi rehidrasi

(100%); analgetik antipiretik (67,7%); diuretik kuat (19,35%); kortikosteroid

dan stimulan adrenoreseptor β2 selektif (16,13%); antibiotik (12,9%);

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

52

antihistamin, antitukak, dan obat-obat lain (6,45%); dan antiemetic,

gastroprocinetic agent (3,23%).

3. Terdapat 14 kasus Drug Therapy Problems (DTPs) pada pasien anak DHF

non komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta

periode semester I tahun 2008 yang meliputi dosis kurang (4 kasus), dosis

terlalu tinggi (2 kasus), tidak tepat indikasi (1 kasus), dan butuh obat (7

kasus).

4. Kasus DHF non komplikasi memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi karena

tidak terdapat pasien yang mengalami kematian di sini, tetapi pasien pulang

dalam keadaan sembuh dan membaik.

B. Saran

1. Perlu adanya evaluasi standar pelayanan medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

mengenai pembagian karakteristik DHF, karena kurang sesuai dengan kriteria

pasien DHF di lapangan.

2. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif agar dapat dilakukan pengamatan

mengenai kepatuhan pasien dan efek merugikan yang ditimbulkan oleh

penggunaan obat selama perawatan.

3. Perlu adanya penelitian mengenai penyebaran penyakit DHF non komplikasi,

sehingga dapat diketahui farmakoepidemiologi penyebarannya dan dapat

dilakukan pencegahan lebih dini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

53

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1996, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito, Buku I, Komite

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 230 – 231

Anonim, 1999, Dengue Haemorrhagic Fever, Diagnosis, Treatment, Prevention,

and Control, diterjemahkan oleh Monica Ester, Edisi Kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1 – 4, 9 – 38, 40 - 47

Anonim a, 2000, Handbook of Pediatric Drug Therapy, 2nd edition, Springhouse

corporation, USA, 2 Anonim b, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Depkes RI, Jakarta, 14,

19, 73, 102, 103, 111, 117, 119, 229 Anonim, 2004, Drug Information Handbook, 11th edition, Lexi-Comp Inc.,

Amerika, 24 – 26 Anonim a, 2005, Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana

Pelayanan Kesehatan, Depkes RI, Jakarta, 46 – 47 Anonim b, 2005, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito, Buku II, edisi

ketiga, cetakan pertama, Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 192 - 202

Anonim a, 2008, http://en.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, diakses tanggal 16

September 2008 Anonim b, 2008, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/, diakses

tanggal 21 Juli 2008 Anonim c, 2008, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2008/2009, PT. Info

Master Lisensi, Jakarta Anonim, 1999, Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan,

dan Pengendalian, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care

Practice, First (1st) Ed., McGraw-Hill Companies, Inc., New York, 178 - 179

Darmawan, I., 2008, Paradigma Baru Dalam Terapi Cairan Rumatan, Simposium

Nasional Penyakit Tropik Infeksi dan HIV-AIDS, Medical Director CN Division PT. Otsuka Indonesia, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

54

Ganiswara, S. G., edt., 2005, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, Gaya Baru,

Jakarta, 590 - 593

Hadinegoro, S.R.H. dan Satari, H.I., 2002, Demam Berdarah Dengue, Naskah Lengkap, Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata Laksana Kasus Demam Berdarah Dengue, cetakan I, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Harsono, R., 1992, Penemuan dan Pengobatan Demam Berdarah Dengue di

Puskesmas, Medika, 60–66, XVIII, No. 5, Jakarta Kurniandari, T., 2003, Pola Peresepan Obat Demam Berdarah Dengue Tanpa

Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Nguyen, L., 2000, An Overview of The Evaluation of Clinical Pharmacy Services,

Pharmacy Intern University of New Mexico, College of Pharmacy, http://www._nm-pharmacy.com/student_articles_4.html, diakses tanggal 10 Agustus 2008

Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,

27, 92, 138–141, 143 Roberts, E.A., 1993, Pediatric Pharmacology and Terapeutics, diterjemahkan

oleh Suyono, edisi 2, Hipokrates, Jakarta, 287 - 292 Sapury, A. G., 2003, Kajian Pengobatan Pasien Anak Demam Berdarah Dengue

Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakrta Periode Januari – Juni 2001, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Setiabudy, R., dan Gan, H.S., 1995, Antimikroba, Farmakologi dan Terapi, edisi

4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 571 – 583 Setiati, T. E., 2008, Early Directed Therapy In Pediatric Septic Shock, Simposium

Nasional Penyakit Tropik Infeksi dan HIV-AIDS, Fakultas Kedokteran UNAIR, Surabaya

Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek,

Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, Airlangga University Press, Surabaya, 295 – 298

Soedarmo, S. S. P., Garna, H., Hadinegoro, S. R. S., edt., Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2002, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi Penyakit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

55

Tropis, Edisi Pertama, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 79, 193, 195, 196, 199

Sumarmo, S. P., 1995, Demam Berdarah Dengue, Medika, XXI, No. 10, Jakarta,

798–808 Surtiretna, N., 2007, Awas Demam Berdarah, PT. Kiblat Buku Utama, Bandung,

13–26 Sutaryo, 2004, Dengue, Medika, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta Tjay, H.T., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan,

dan Efek-efek Sampingnya, edisi V, cetakan pertama, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Wilder-Smith and Schwartz, 2005, Dengue in Travelers, New England Journal of

Pharmacy, http://www.nejm.com, diakses tanggal 10 Agustus 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

57

KASUS 1 Subjective

No. MR : 01.35.40.67 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 27 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, nyeri kepala, nyeri perut Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 04/06/2008 – 06/06/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39,5 36,5

Tekanan Darah (mmHg) 90/60 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 4/6 5/6

Hb 12,3 - 13 – 17 g/dl Lekosit - 2,0 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,1 - 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen 30,5 - 36 – 66 % Limfosit 60,5 82 22 – 40 % Monosit 7,4 1 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 59 88 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 34,8 39 36 – 44 %

LPB - 3 % - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (4/6), kemudian dinaikkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (5/6)

2. Pemberian Paracetamol sudah sesuai dengan indikasi dan dosis (4/6 dengan suhu tubuh 39,50C dan 5/6 dengan suhu tubuh 38,2 0C)

Assessment

1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian Paracetamol 270 mg (4/6 dan 5/6) sudah sesuai pada perhitungan dosis sesuai standar pelayanan medis Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta (10 – 15 mg/kgBB)

3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning

1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

58

KASUS 2

Subjective

No. MR : 01.33.34.91 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 21 kg Pemeriksaan Fisik : demam, nyeri kepala (hanya ditemukan pada saat masuk RSS) Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 18/01/2008 – 22/01/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar

Suhu Tubuh (0C) 40,5 37,5 Tekanan Darah (mmHg) 120/80 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal

18/1 19/1 21/1 Hb 11,7 11,5 11,1 13 – 17 g/dl

Lekosit 3,67 5,0 2,8 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis leukosit

Eosinofil 0,03 - - 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - 45 21 36 – 66 % Limfosit - 53 79 22 – 40 % Monosit - 2 - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 128 179 208 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 36 34,5 - 36 – 44 %

LPB - 6 % 9 % - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (15 tpm makro) pada tanggal 18/1 s/d 21/1 2. Pemberian Paracetamol ½ tab (18/1), Paracetamol 2 cth (19/1) Assessment

1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian Paracetamol ½ tab (250 mg) pada 18/1 dan Paracetamol 2 cth (240 mg) pada 19/1 sudah tepat indikasi dan dosis menurut standar pelayanan medis Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta (10 – 15 mg/kgBB)

3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning

1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

59

KASUS 3

Subjective

No. MR : 01.33.34.91 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 37 kg

Pemeriksaan Fisik : demam, muntah, pusing, nyeri perut (haid I), mual, sesak, edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 17/01/2008 – 22/01/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,8 36,8

Tekanan Darah (mmHg) 110/80 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 17/1 18/1 19/1

Hb 5,6 13,4 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 2,69 4,4 3,4 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - 1 1 1 – 4 % Batang - 1 - 2 – 5 % Segmen - 23 29 36 – 66 % Limfosit - 73 70 22 – 40 % Monosit - 2 - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 10 36 21 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 45,1 - 39,6 36 – 44 %

LPB - 6 % 5 % - Penatalaksanaan

5. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1

6. Pemberian O2 2 tpm tgl 17/1 dan 21/1 7. Pemberian Paracetamol tgl 18/1 jam 20.00 dan Ranitidin tgl 18/1 jam 20.30 8. Pemberian Lasix 1 ampul tgl 21/1 Assessment

5. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

6. Pemberian O2 2 liter/menit tgl 17/1 dan 21/1 sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengeluh sesak ketika masuk RSS

7. Pemberian Paracetamol dan Ranitidin dalam selang waktu 30 menit (tgl 18/1) untuk mengobati nyeri perut pasien tidak dibenarkan (polifarmasi), karena pasien mengalami nyeri perut (haid I) bukan gangguan lambung, sehingga pemberian Ranitidin tidak tepat indikasi dan tidak dibutuhkan , keluhan nyeri perut pasien cukup dengan pemberian Parasetamol saja

8. Pemberian lasix tepat indikasi dan dosis Planning

5. Ranitidin tidak digunakan lagi, cukup menggunakan parasetamol saja 6. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam 7. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 8. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

60

KASUS 4

Subjective

No. MR : 01.33.40.76 Umur / BB : 9 tahun (laki-laki) / 36 kg Pemeriksaan Fisik : edema palpebra, ascites, efusi pleura, demam, nyeri perut Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 23/01/2008 – 28/01/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39 36

Tekanan Darah (mmHg) - -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 24/1 26/1

Hb - - 13 – 17 g/dl Lekosit - - 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - - 36 – 66 % Limfosit - - 22 – 40 % Monosit - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit - 82 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 44 39,2 36 – 44 %

LPB - - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (23/1 s/d 28/1, kecuali tgl 25/1), kemudian dinaikkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (25/1 & 26/1)

2. Pemberian : Paracetamol 300 mg Parasetamol 360 mg

� 23/1 jam 22.30 � 24/1 jam 05.00 � 25/1 jam 13.00

24/1 jam 13.15

3. Pemberian antasida 1 tab (500 mg) pada : 24/1 25/1 27/1 28/1

Jam 13.00 & 16.00 Jam 06.00, 10.30, & 18.00 Jam 06.00 & 12.00 Jam 06.00 Assessment

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (23/1 s/d 28/1, kecuali tgl 25/1), kemudian dinaikkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (25/1 & 26/1) sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol sudah tepat indikasi, hanya saja dosis yang diberikan kurang (300 mg), seharusnya 360 mg – 540 mg (SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta = 10 – 15 mg/kgBB)

3. Pemberian antasida 1 tab sudah tepat indikasi, untuk dosisnya kurang bisa dihitung karena kurang jelas kandungan antasida di sini

4. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra, ascites, dan efusi pleura pada pasien Planning

1. Memberikan parasetamol dengan dosis yang sesuai, yaitu antara 360 mg – 540 mg 2. Memberikan Lasix dengan dosis 18 mg – 54 mg (0,5 mg – 1,5 mg/kgBB) 3. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 jam 4. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

61

KASUS 5

Subjective No. MR : 01.34.20.73 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 31 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, konstipasi, edema palpebra, efusi pleura, ascites, hepatomegali Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 15/3/2008 – 20/3/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39 36,4

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 - Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal

15/3 17/3 18/3 19/3

Hb 13,8 12,6 10,0 11,6 13 – 17 g/dl

Lekosit 4,48 7,6 7,0 15,6 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil 0,4 - - - 1 – 4 %

Batang - 2 - 2 2 – 5 %

Segmen 55,8 69 73 75 36 – 66 %

Limfosit 21,3 29 24 22 22 – 40 %

Monosit - - 3 1 4 – 8 %

Faal Hemostastis

Trombosit 64 58 129 234 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41,7 - - - 36 – 44 %

LPB - 5 % - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 7 cc/kgBB/jam (54 tpm makro) pada 16/3, RL 5 cc/kgBB/jam pada 15/3 & 17/3, dan RL 3

cc/kgBB/jam pada 18/3 2. Pemberian parasetamol 300 mg pada 16/3 pukul 06.00 & 21.00 3. Pemberian parasetamol + salbutamol pada 19/3 pukul 06.00 dan salbutamol 2 mg saja pada 19/3 pukul 12.00 4. Pemberian injeksi Dexa 1 ampul sebelum transfusi FFP 300 cc (38 tpm) pada 16/3 pukul 24.00 5. Pemberian injeksi Lasix 30 mg setelah transfusi FFP 300 cc (38 tpm) pada 17/3 pukul 02.00 6. Pemberian terapi lanjutan antibiotik sefiksim pada 19/3 pukul 12.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 7 cc/kgBB/jam (54 tpm makro) pada 16/3, RL 5 cc/kgBB/jam pada 15/3 & 17/3, dan RL 3

cc/kgBB/jam pada 18/3 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian Parasetamol 300 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (10 – 15 mg/kgBB), seharusnya 310 mg – 465 mg → dosis kurang

3. Pemberian parasetamol + salbutamol tidak menimbulkan interaksi obat, sudah tepat indikasi dan dosis 4. Pada tgl 18/3 pukul 14.00 pasien mengalami demam (suhu = 39,30C) tapi tidak mendapatkan parasetamol dan pada

tgl 19/3 pasien mengalami konstipasi 9 hari, dokter meresepkan LactoB dan Dulcolax, tapi pada catatan pelaksanaan perawat tidak diberikan → butuh obat

5. Pemberian injeksi dexa dan lasix sebelum dan setelah transfusi FFP sudah tepat indikasi dan dosis, demkian juga pada transfusi FFP yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan karena paseien mengalami kebocoran plasma

6. Pemberian terapi lanjutan antibiotik sefiksim 2x150 mg terlalu tinggi dosisnya dalam 1 hari, karena menurut IONI (2000), sefiksim diberikan untuk anak usia 5 – 10 tahun dengan dosis 200 mg/hari. Pemberian sefiksim di sini dikarenakan pasien sepsis

7. Pasien mengalami edema palpebra, ascites, dan efusi pleura (beberapa hari setelah transfusi FFP), tetapi tidak diberi lasix → butuh obat

Planning 1. Memberikan parasetamol sesuai aturan dosis, yaitu antara 310 – 465 mg 2. Memberikan dulcolax untuk mengatasi konstipasi dan lasix untuk edema palpebra, ascites, efusi pleura pasien 3. Menurunkan dosis sefiksim menjadi 200 mg/hari 4. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam dan melakukan tambahan asupan cairan, seperti jus buah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

62

KASUS 6

Subjective No. MR : 01.14.26.10 Umur / BB : 9 tahun (laki-laki) / 21,5 kg Pemeriksaan Fisik : demam, sakit kepala, mual, sakit menelan, ascites, efusi pleura, plasma

leakage Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 12/3/2008 – 17/3/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,7 37,2

Tekanan Darah (mmHg) 120/80 120/80

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 12/3 13/3 15/3

Hb 15,1 11,7 12,8 13 – 17 g/dl Lekosit 3,57 3,6 2,8 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,3 - - 1 – 4 % Batang - 2 - 2 – 5 % Segmen 46,4 44 47 36 – 66 % Limfosit 37,3 51 53 22 – 40 % Monosit 16,0 3 - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit - - - 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - - - 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 13/3 – 17/3 2. Pemberian :

Paracetamol 2 cth Parasetamol ½ tab Pamol sirup � 13/3 jam

10.00 � 13/3 jam 21.00 � 15/3 jam 10.30

� 14/3 jam 06.00 & 11.00

Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 13/3 – 17/3 sudah tepat karena pasien DHF

membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol sudah sesuai dengan indikasi dan dosis, yaitu 10 – 15 mg.kgBB 3. Pasien mengalami ascites dan efusi pleura, tetapi tidak mendapat Lasix � butuh obat

Planning 1. Memberikan Lasix dengan kisaran dosis antara 10,75 mg – 32,25 mg (0,5 – 1,5 mg/kgBB) 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

63

KASUS 7 Subjective No. MR : 01.33.92.01 Umur / BB : 12 tahun (laki-laki) / 43 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, edema palpebra, flushing Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 27/2/2008 – 13/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39,8 36 Tekanan Darah

(mmHg) 120/90 120/80

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal

27/2 28/2 29/2 Hb - - - 13 – 17 g/dl

Lekosit - - - 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis

leukosit

Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - - 36 – 66 % Limfosit - - - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 144 160 280 150 – 450

ribu/mmk Hematokrit 41 41 39 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam (70 tpm) pada tgl 27/2, kemudian dilanjutkan

infus RL (40 tpm) pada tgl 28/2 – 1/3 2. Pemberian parasetamol pada 27/2 jam 22.00 dan parasetamol 500 mg pada tgl 28/2

jam 21.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam (70 tpm) pada tgl 27/2, kemudian dilanjutkan

infus RL (40 tpm) pada tgl 28/2 – 1/3 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol sudah sesuai dengan indikasi dan dosis, yaitu 10 – 15 mg.kgBB

3. Tidak terjadi DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

64

KASUS 8 Subjective No. MR : 01.34.76.90 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 24 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, edema palpebra, flushing, ascites Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 20/4/2008 – 23/4/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,3 (post parasetamol) 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 20/4 21/4 23/4

Hb - 11,7 - 13 – 17 g/dl Lekosit - 7,8 - 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - 1 - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - 39 - 36 – 66 % Limfosit - 60 - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 20 89 52 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41 - - 36 – 44 %

LPB - - - -

Penatalaksanaan Pemberian infus RL pada tgl 20/4 – 23/4, tidak diberikan parasetamol karena kondisi pasien tidak demam Assessment 3. Tidak dijelaskan pada catatan dokter dan perawat berapa cc infus RL yang

diberikan kepada pasien, namun pemberian infus di sini sudah tepat, karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

4. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan ascites pada pasien Planning 5. Memberikan lasix dengan dosis 12 mg – 36 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) untuk mengatasi

edema palpebra pasien 6. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 7. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 8. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

65

KASUS 9

Subjective

No. MR : 01.33.44.42 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 52 kg

Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, sakit perut, edema palpebra, efusi pleura Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/1/2008 – 25/1/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,5 36,4

Tekanan Darah (mmHg) 120/80 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 4/6

Hb 13,5 13 – 17 g/dl Lekosit 4,6 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - 1 – 4 % Batang - 2 – 5 % Segmen 8 36 – 66 % Limfosit 92 22 – 40 % Monosit - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 25 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 40,5 36 – 44 %

LPB 13 % - Penatalaksanaan

Pemberian infus asering tgl 25/1 jam 01.00, 02.00, 07.30, kemudian jam 11.50 ganti infus RL 5 cc/kgBB/jam (40 tpm) Assessment

1. Pemberian infus asering dan RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ, hanya saja pada catatan perawat tidak disebutkan berapa cc infus asering yang sebenarnya diberikan, namun pada resep dokter tertera infus asering 4 cc/kgBB/jam

2. Pasien mengeluh pusing dan nyeri perut, sebaiknya diberikan parasetamol untuk mengatasinya, namun pada catatan perawat tidak tercatat diberikan, padahal dokter meresepkan parasetamol 500 mg → butuh obat

3. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan efusi pleura pada pasien Planning

1. Memberikan obat untuk mengatasi nyeri perut pasien apabila nyeri perut tersebut mengganggu pasien

2. Memberikan Lasix dengan dosis 26,5 mg – 79,5 mg (0,5 mg – 1,5 mg/kgBB) untuk mengatasi edema palpebra dan efusi pleura pada pasien

3. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 – 8 jam 4. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

66

KASUS 10

Subjective No. MR : 01.14.14.92 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 49,5 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, makan dan minum sulit (sedikit) Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 12/4/2008 – 17/4/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,2 36

Tekanan Darah (mmHg) 110/70 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 12/4 15/4 16/4

Hb 13,1 11,9 11,9 13 – 17 g/dl Lekosit 1,41 3,4 5,8 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,7 - - 1 – 4 % Batang 2,1 - - 2 – 5 % Segmen - 18 24 36 – 66 % Limfosit 34,5 82 74 22 – 40 % Monosit 7,1 - 2 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 17 36 264 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 40,3 - - 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun pada tgl 14/4 diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop.

2. Pemberian parasetamol pada tgl 12/4 jam 14.30, 17.00, 21.00 dan parasetamol tablet tgl 15/4 jam 13.00

Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun pada tgl 14/4

diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop. Pemberian infus di sini sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol pada tgl 12/4 jam 14.30, 17.00, 21.00 dan parasetamol tablet tgl 15/4 jam 13.00 sudah sesuai dengan indikasi, hanya saja dosis yang diberikan kurang jelas pada pelaksanaan pemberian oleh perawat, namun dokter meresepkan parasetamol 500 mg, sehingga apabila diberikan parasetamol 500 mg (3xsehari), maka sehari pasien mendapat 1500 mg. Hal ini masih wajar, karena dosis max pemberian parasetamol pada anak-anak dalam 1 hari adalah 2,6 g = 2600 mg (Drug Information Handbook 11th edition, 2004)

3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

67

KASUS 11

Subjective

No. MR : 01.33.12.54 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 17 kg

Pemeriksaan Fisik : demam, muntah, nafsu makan menurun Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 7/1/2008 – 11/1/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) - 36

Tekanan Darah (mmHg) 90/70 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 7/1 9/1

Hb 14,8 14,8 13 – 17 g/dl Lekosit 7,2 7,2 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - 2 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - 30 36 – 66 % Limfosit - 62 22 – 40 % Monosit - 6 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 108 108 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - - 36 – 44 %

LPB - 2 % - Penatalaksanaan

Pemberian infus RL 7 cc/kgBB/jam (7/1 jam 14.30), kemudian pada jam 21.45 ditunkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (21 tpm), kemudian tgl 8/1 diturunkan lagi menjadi 3 cc/kgBB/jam, dan tgl 9/1 infus RL dinaikkan lagi menjadi 5cc/kgBB/jam (20 tpm) Assessment

1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Dokter meresepkan parasetamol 175 mg (tepat dosis untuk pasien di sini yang memiliki BB = 17 kg), namun pada catatan pelaksanaan perawat tidak tercatat bahwa parasetamol diberikan

3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning

1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

68

KASUS 12

Subjective No. MR : 01.35.22.01 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 30,5 kg Pemeriksaan Fisik : demam, badan pegal-pegal, pusing, mual Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/52008 – 28/5/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,5

Tekanan Darah (mmHg) 100/75 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 24/5 27/5 28/5

Hb 13,5 - - 13 – 17 g/dl Lekosit 1,7 5,0 4,6 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,5 2 - 1 – 4 % Batang 1,9 - - 2 – 5 % Segmen - 36 19 36 – 66 % Limfosit 46 61 80 22 – 40 % Monosit 14,3 1 1 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 125 84 146 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 45 43 36 – 44 %

LPB - 4 % - - Penatalaksanaan 3. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (22 tpm makro) pada tgl 24/5 – 27/5 4. Pemberian parasetamol 300 mg pada tgl 24/5 jam 14.00 dan 25/5 jam 06.00, 10.30, 14.00

Assessment 3. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun pada

tgl 14/4 diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop. Pemberian infus di sini sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

4. Pemberian parasetamol 300 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 305 mg – 457,5 mg → dosis kurang

Planning 4. Memberikan parasetamol sesuai aturan dosi, yaitu antara 305 – 457,5 mg dengan

membuatnya menjadi sedaan pulveres supaya lebih mudah terpenuhi dosisnya 5. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 6. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

69

KASUS 13 Subjective

No. MR : 01.33.49.36 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 46 kg Pemeriksaan Fisik : bintik-bintik merah Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 27/1/2008 – 29/1/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar

Suhu Tubuh (0C) 36 37 Tekanan Darah (mmHg) 120/60 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal

27/1 Hb 11,8 13 – 17 g/dl

Lekosit 2,02 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis leukosit

Eosinofil 1 1 – 4 % Batang - 2 – 5 % Segmen - 36 – 66 % Limfosit 40,8 22 – 40 % Monosit 10,9 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 25 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 35,6 36 – 44 %

LPB - - Penatalaksanaan

Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 27/1 – 28/1 Assessment

1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Tidak terdapat DTPs di sini Planning

1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 – 8 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka

trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

70

KASUS 14

Subjective No. MR : 01.34.85.74 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 28 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, muntah, perdarahan gusi, sesak, edema palpebra Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 30/4/2008 – 5/5/2008 Outcome : membaik

Objective Pemeriksaan Masuk Keluar

Suhu Tubuh (0C) 37 36,5 Tekanan Darah (mmHg) 90/60 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal

30/4 2/5 3/5 5/5

Hb 15,5 13,0 11,1 11,0 13 – 17 g/dl

Lekosit 2,8 7,0 6,2 10,4 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - - - - 1 – 4 %

Batang - 2 2 - 2 – 5 %

Segmen - 30 77 51 36 – 66 %

Limfosit - 67 21 47 22 – 40 %

Monosit - 1 - 2 4 – 8 %

Faal Hemostastis

Trombosit 12 51 41 72 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 42 - - - 36 – 44 %

LPB - 8 % - - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (21 tpm makro) pada 30/4, RL 5 cc/kgBB/jam (35 tpm makro) pada 1/5 & 2/5, dan RL 3 cc/kgBB/jam (21 tpm) pada 2/5, 3/5, 4/5

2. Pemberian O2 NK 1 liter/menit pada tgl 2/5, 3/5 3. Pemberian parasetamol ½ cth pada tgl 30/4 pukul 16.00, parasetamol 280 mg pada tgl 2/5 jam 21.00, pamol sirup pada tgl

3/5 jam 04.00, parasetamol extra 200 mg pada tgl 3/5 jam 11.00, pamol pada tgl 3/5 jam 16.00, dan parasetamol sirup 280 mg pada tgl 3/5 jam 22.00

4. Pemberian injeksi Dexamethason 1 ampul tgl 1/5 jam 14.30 sebelum transfusi PRC 5. Pemberian injeksi Lasix ½ ampul pada tgl 1/5 jam 16.10 setelah transfusi PRC 6. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg dan gentamisin 80 mg pada tgl 4/5 jam 18.00 7. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg pada tgl 4/5 jam 24.00

Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi

intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Pemberian O2 NK 1 liter/menit sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengeluh sesak ketika berada di RSS 3. Pemberian parasetamol ½ cth = 60 mg (dari sediaan parasetamol 120 mg), pamol sirup (120 mg/2 ml)→ dosis kurang,

parasetamol extra 200 mg → dosis kurang, pamol tidak bisa dijelaskan kemungkinan terjadinya DTPs, karena tidak diketahui bentuk sediaan dan dosisnya. Dosis parasetamol menurut SPM RSS adalah 10 – 15 mg/kgBB → 280 – 420 mg

4. Pemberian injeksi dexamethason 1 ampul (5 mg/ml) sebelum transfusi PRC sudah tepat indikasi, tetapi dosisnya tidak sesuai dengan IONI (2000), yaitu dosis dexamethason injeksi adalah 0,2 – 0,5 mg/kgBB, sehingga dosis dexamethason seharusnya 5,6 – 14 mg → dosis kurang

5. Pemberian injeksi lasix ½ ampul pada tgl 1/5 jam 16.10 setelah transfusi PRC sudah tepat indikasi, namun dosisnya kurang, karena dosis lasix menurut IONI (2000) adalah 0,5 – 1,5 mg/kg dan dosis maksimalnya adalah 20 mg, maka seharusnya dosis lasix yang diberikan adalah 14 mg – 42 mg

6. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg dan gentamisin 80 mg pada saat bersamaan dimaksudkan untuk mengatasi sepsis yang dialami oleh pasien

7. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg pada tgl 4/5 jam 24.00 dimaksudkan untuk mengatasi sepsis pada pasien

Planning 1. Memberikan parasetamol dengan dosis yang sesuai dengan berat badan pasien, yaitu dengan dosis antara 280 – 420 mg 2. Memberikan dexamethason dengan dosis yang sesuai protap, yaitu 5,6 – 14 mg 3. Memberikan lasix sesuai aturan dosis, yaituantara 14 – 42 mg 4. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam 5. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 6. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

71

KASUS 15

Subjective No. MR : 01.33.08.34 Umur / BB : 10 tahun (laki-laki) / 37 kg Pemeriksaan Fisik : demam, sakit perut, pusing Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 6/1/2008 – 11/1/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,7

Tekanan Darah (mmHg) 110/80 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 7/1 9/1 11/1

Hb 13,4 13,3 13,5 13 – 17 g/dl Lekosit 2,2 6,0 5,2 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang 5 4 - 2 – 5 % Segmen 50 32 28 36 – 66 % Limfosit 45 64 72 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 68 79 223 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - 45 - 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 6/1 – 9/1 2. Pemberian parasetamol 1 tab (resep dokter 400 mg) pada tgl 6/1 jam 11.00 & 21.00,

kemudian parasetamol 370 mg pada tgl 7/1 jam 02.50 dan parasetamol 2/3 tab pada tgl 7/1 jam 11.00

Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi

cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol 2/3 tab (333,3 mg) tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 370 mg – 555 mg → dosis kurang

Planning 1. Memberikan parasetamol dengan dosis 370 mg 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 – 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

72

KASUS 16

Subjective No. MR : 01.35.18.54 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 37 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, pusing, nyeri perut Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 21/5/2008 – 24/5/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,5 36,5

Tekanan Darah (mmHg) 100/60 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 21/5 22/5 23/5

Hb - - - 13 – 17 g/dl Lekosit - - - 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - - 36 – 66 % Limfosit - - - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 60 84 96 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 42 40 37 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 22/5 – 24/5 2. Pemberian parasetamol 320 mg pada tgl 22/5 jam 10.30, parasetamol 400 mg pada tgl

23/5 jam 10.00, Pamol tgl 23/5 jam 21.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi

cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol 320 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 370 mg – 555 mg → dosis kurang

Planning 1. Memberikan parasetamol dengan dosis 370 mg 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

73

KASUS 17

Subjective No. MR : 01.33.27.98 Umur / BB : 12 tahun (laki-laki) / 38 kg Pemeriksaan Fisik : pegal, pusing, bintik-bintik merah Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 14/1/2008 – 17/1/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 35,8 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/80 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 14/1 15/1 16/1 17/1

Hb 14,2 14 11,6 11 13 – 17 g/dl Lekosit 3,4 2,8 6,2 2 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 5 7 1 – 4 % Batang - - 2 - 2 – 5 % Segmen - - 12 22 36 – 66 % Limfosit - - 79 71 22 – 40 % Monosit - - 2 - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 105 76 97 230 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41,4 41,1 36 - 36 – 44 %

LPB - - 7 % - - Penatalaksanaan Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam pada tgl 14/1, kemudian infus RL diturunkan menjadi 4 cc/kgBB/jam (38 tpm makro) pada tgl 15/1 – 17/1 Assessment 1. Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam kemudian diturunkan menjadi 4 cc/kgBB/jam sudah

tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Tidak terdapat DTPs di sini. Planning 1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

74

KASUS 18 Subjective

No. MR : 01.35.22.24 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 35 kg Pemeriksaan Fisik : demam, bintik-bintik merah, makan-muntah Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/5/2008 – 27/5/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,7 36

Tekanan Darah (mmHg) - 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 26/5 27/5

Hb 13,4 - 13 – 17 g/dl Lekosit 6,29 5,6 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil 1,4 3 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - 40 36 – 66 % Limfosit - 55 22 – 40 % Monosit - 2 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 43 126 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 38,7 45 36 – 44 %

LPB - - - Penatalaksanaan

Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 24/5 – 27/5 Assessment

1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pasien mengalami demam ketika masuk RSS, tetapi setelah diinfus, demam pasien turun dengan sendirinya

3. Tidak terdapat DTPs di sini. Planning

1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 – 24 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

75

KASUS 19

Subjective No. MR : 01.33.49.48 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 17 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, muntah, lemas, nyeri perut Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 27/1/2008 – 30/1/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,1 36

Tekanan Darah (mmHg) 90/60 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 27/1 29/1 30/1

Hb 15,3 13,0 10,6 13 – 17 g/dl Lekosit 4 6,2 5,2 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - 2 - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - 15 27 36 – 66 % Limfosit - 83 71 22 – 40 % Monosit - - 2 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 70 61 223 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 45,5 - - 36 – 44 %

LPB - 5 % - - Penatalaksanaan Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam pada tgl 27/1 – 29/1 Assessment 1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi

cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Dokter meresepkan parasetamol 170 mg, namun pada pelaksanaan perawat tidak tercatat kalau parasetamol diberikan. Dosis parasetamol sudah sesuai dengan dosis untuk anak menurut SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

76

KASUS 20

Subjective No. MR : 01.35.02.59 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 25 kg Pemeriksaan Fisik : demam, BAB hitam, mimisan, edema palpebra, efusi pleura, ascites Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 11/5/2008 – 14/5/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,1 36,6

Tekanan Darah (mmHg) 95/50 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 12/5 13/5 14/5

Hb - - 10,8 13 – 17 g/dl Lekosit - - 4,4 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - 47 36 – 66 % Limfosit - - 49 22 – 40 % Monosit - - 4 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 32 40 86 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 34 32 - 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (18 tpm) pada tgl 11/5 dan 12/5, kemudian infus RL 4 cc/kgBB/jam (25 tpm) pada tgl 13/5 dan 14/5

2. Pemberian O2 1 liter/menit ketika pasien datang (11/5) 3. Transfusi trombosit tgl 11/5 jam 14.45 4. Transfusi FFP 3 cc/kgBB/jam (13 tpm) pada tgl 11/5 jam 19.00 dan 12/5 jam 12.00 5. Pemberian injeksi dexamethason 5 mg tgl 11/5 jam 14.30 & injeksi dexamethason 0,5 ampul tgl 12/5 jam

12.00 sebelum transfusi FFP 6. Pemberian injeksi lasix 12,5 mg tgl 11/5 jam 22.30 dan 12/5 jam 13.00 setelah transfusi FFP

Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam dan 4 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan

terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian O2 1 liter/menit ketika pasien datang (11/5) 3. Transfusi trombosit sudah tepat indikasinya, karena pasien mengalami penurunan trombosit yang sangat

besar disertai dengan perdarahan (BAB hitam dan mimisan) 4. Pasien mengalami kebocoran plasma, sehingga diberikan transfusi FFP 5. Pemberian injeksi dexamethason sebelum transfusi sudah tepat indikasi dan dosis 6. Pemberian injeksi lasix setelah transfusi sudah tepat indikasi dan dosis, yaitu menurut IONI (2000), dosis

lasix = 0,5 – 1,5 mg/kgBB, karena pasien memiliki BB = 25 kg, maka dosis lasix yang seharusnya diberikan untuk pasien = 12,5 – 37,5 mg

7. Tidak ada DTPs di sini Planning 1. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 jam kemudian mencatatnya 2. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

77

KASUS 21

Subjective No. MR : 01.33.54.31 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 36 kg Pemeriksaan Fisik : demam, muntah, nyeri perut, edema palpebra, ascites, efusi pleura, hematemesis Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 2/2/2008 – 6/2/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,2 36,7

Tekanan Darah (mmHg) 120/85 90/65

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 2/2 3/2 5/2

Hb 14,1 - 11,2 13 – 17 g/dl Lekosit 2,3 - 7,8 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - 1 2 – 5 % Segmen 44 - 57 36 – 66 % Limfosit - - 46 22 – 40 % Monosit - - 2 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 51 - 224 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 42 45 33,6 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 2/2 dan 12/5, kemudian infus RL 7 cc/kgBB/jam pada tgl 3/2, kemudian infus RL 5 cc/kgBB/jam (42 tpm) pada 4/2, dan infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 5/2

2. Pemberian parasetamol pada tgl 2/2 jam 21.00 dan parasetamol 360 mg pada tgl 5/2 jam 11.0 3. Transfusi trombosit tgl 3/2 jam 16.00 dan 19.15 4. Transfusi FFP 10 cc/kgBB/jam (360 cc) 5. Pemberian injeksi lasix 1 ampul setelah transfusi trombosit pada tgl 3/2 jam 19.15

Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan

lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Transfusi trombosit sudah tepat indikasinya, karena pasien mengalami penurunan trombosit yang sangat

besar disertai dengan perdarahan saluran cerna (hematemesis) 3. Pasien mengalami kebocoran plasma, sehingga diberikan transfusi FFP, hanya saja sebelum dan setelah

transfusi FFP tidak tercatat pemberian dexamethason dan lasix pada catatan perawat 4. Pemberian injeksi lasix (20mg/2ml) setelah transfusi trombosit sudah tepat indikasi dan dosis, yaitu menurut

IONI (2000), dosis lasix = 0,5 – 1,5 mg/kgBB, karena pasien memiliki BB = 36 kg, maka dosis lasix yang seharusnya diberikan untuk pasien = 18 – 54 mg

5. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

78

KASUS 22

Subjective No. MR : 00.99.73.88 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 26,5 kg Pemeriksaan Fisik : pegal, mual, muntah, mencret, edema palpebra, bintik-bintik merah Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 23/4/2008 – 27/4/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,6 36

Tekanan Darah (mmHg) 110/70 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 23/4 24/4 25/4 26/4

Hb 13,3 12,5 12,1 11,5 13 – 17 g/dl Lekosit 2,43 3,8 4,6 4,8 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - - - - 1 – 4 %

Batang 4,5 1 - - 2 – 5 % Segmen 74,2 19 16 19 36 – 66 %

Limfosit 39,9 78 84 80 22 – 40 %

Monosit - 2 - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis

Trombosit 68 119 217 189 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 40,9 - - - 36 – 44 %

LPB - 6 % 5 % - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 4 cc/kgBB/jam pada tgl 23/4, kemudian infus RL diturunkan menjadi 3 cc/kgBB/jam (20tpm makro) pada tgl 24/4 dan 25/4

2. Pemberian parasetamol 270 mg pada tgl 23/4, sanmol ½ tab pada tgl 23/4 jam 21.00, sanmol pada tgl 24/4 jam 19.00

3. Pemberian dialac, zinc, dan metoklopramid secara bersamaan pada tgl 24/4 jam 07.30 4. Pemberian zinc 1 tab dan dialac 1 sachet pada tgl 24/4 jam 09.00 5. Pemberian oral dialac dan zinc pada tgl 25/4 jam 06.00 6. Pemberian oral dialac 1 sachet dan kotrimoksazol 1 tab pada tgl 25/4 jam 18.00 7. Monitoring pemberian dialac dan kotrimoksazol (26/4 jam 18.00) 8. Monitoring pemberian metoklopramid dan kotrimoksazol (26/4 jam 20.00) 9. Pemberian kotrimoksazol, dialac 1 sachet, zinc 1 tab, dan salbutamol secara bersamaan tgl 27/4 jam 06.00

Assessment 1. Pemberian infus RL 4 cc/kgBB/jam kemudian diturunkan menjadi 3 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien

DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol dan sanmol sudah tepat indikasi dan dosis, hanya saja penggunaaan merk dagang (sanmol) tidak efektif dalam hal biaya

3. Pemberian zinc, dialac, metoklopramid, dan kotrimoksazol sudah tepat indikasi dan dosis Planning 1. Mengganti obat bermerk dagang dengan obat generik untuk keefektifan biaya pasien dengan outcome yang

sama 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

79

KASUS 23

Subjective No. MR : 00.72.18.91 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 20 kg Pemeriksaan Fisik : demam, sakit perut, muntah, flushing, hepatomegali, batuk, mimisan, edema palpebra,

ascites, efusi pleura Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 19/1/2008 – 26/1/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39,5 36,3

Tekanan Darah (mmHg) - 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 19/1 21/1 22/1 25/1

Hb 12,1 11,4 14,6 10,8 13 – 17 g/dl Lekosit - 5,0 3,8 4,6 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - - - 3 1 – 4 % Batang - 10 5 - 2 – 5 %

Segmen - 18 70 79 36 – 66 %

Limfosit - 21 25 66 22 – 40 %

Monosit - 1 - 2 4 – 8 %

Faal Hemostastis

Trombosit 166 241 31 57 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 35,2 46 - - 36 – 44 %

LPB - - 3 % - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 10 tpm makro pada tgl 19/1, kemudian infus RL ditingkatkan menjadi 3 cc/kgBB/jam (20 tpm makro) pada tgl 20/1 & 21/1, kemudian ditingkatkan lagi menjadi 7 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 22/1 – 25/1

2. Pemberian parasetamol : 1 ½ cth 1 ½ tab 200 mg

19/1 jam 13.00 19/1 jam 18.00 & 21.00 � 20/1 jam 11.00 & 15.00

� 21/1 jam 11.00 3. Pemberian lassal :

1 cth 5 cc 21/1 jam 14.00 dan 13.00 � 23/1 jam 18.00

� 24/1 jam 06.00 dan 20.00 � 25/1 jam 19.00 � 26/1 jam 05.30

Assessment 1. Pemberian infus RL 10 tpm makro pada tgl 19/1, kemudian infus RL ditingkatkan menjadi 3 cc/kgBB/jam

(20 tpm makro) pada tgl 20/1 & 21/1, kemudian ditingkatkan lagi menjadi 7 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 22/1 – 25/1 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian Lassal sudah tepat indikasi dan dosis (menurut IONI th.2000, dosis Lasal untuk anak usia 6 – 12 tahun adalah 2 mg)

3. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra, ascites, dan efusi pleura pada pasien Planning 1. Memberikan Lasix dengan dosis 10 mg – 30 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

80

KASUS 24

Subjective No. MR : 01.33.40.75 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 21 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, pusing, nyeri sendi, konstipasi, edema palpebra, efusi pleura, ascites Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 23/1/2008 – 29/1/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,2 36,7

Tekanan Darah (mmHg) 90/60 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 23/1 25/1 26/1 28/1

Hb 12,1 14,6 11,6 13 – 17 g/dl Lekosit 2 5,6 10,8 7,8 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - - - 1 1 – 4 %

Batang - - - - 2 – 5 % Segmen 21 9 23 31 36 – 66 %

Limfosit 79 90 77 68 22 – 40 %

Monosit - 1 - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis

Trombosit 204 43 34 220 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41 - - - 36 – 44 %

LPB - 7 % 2 % - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (15 – 20 tpm) pada tgl 24/1, kemudian infus RL ditingkatkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (26 tpm) pada tgl 25/1 - 28/1

2. Pemberian parasetamol pada 24/1 jam 10.00, Pamol 2 cth jam 19.00 3. Pemberian injeksi lasix 20 mg pada tgl 25/1 jam 18.00, 26/1 jam 17.00, dan 27/1 jam 06.00 4. Pemberian dulcolax suppositoria 5 mg pada tgl 28/1 jam 12.00 & 19.20

Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan

lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Pemberian parasetamol sudah tepat indikasi dan dosis, sedangkan pemberian pamol membuat

pengobatan tidak efektif karena tidak menggunakan merk generik yang ada (parasetamol) 3. Pemberian injeksi lasix 20 mg sudah tepat indikasi dan dosis (menurut IONI th.2000, lasix

diberikan pada anak dengan dosis 0,5 – 1,5 mg/kg, maka dosis lasix yang diberikan adalah antara 10,5 – 31,5 mg, karena BB pasien 21 kg)

4. Pemberian dulcolax 5 mg suppositoria sudah tepat dosis dan indikasi 5. Tidak terdapat DTPs di sini

Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

81

KASUS 25 Subjective

No. MR : 01.34.79.75 Umur / BB : 8 tahun (laki-laki) / 19 kg Pemeriksaan Fisik : edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 26/4/2008 – 28/4/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar

Suhu Tubuh (0C) 37,2 36 Tekanan Darah (mmHg) 100/60 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal

26/4 Hb 14,6 13 – 17 g/dl

Lekosit 3 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis leukosit

Eosinofil - 1 – 4 % Batang - 2 – 5 % Segmen - 36 – 66 % Limfosit - 22 – 40 % Monosit - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 38 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 38 36 – 44 %

LPB - - Penatalaksanaan

Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam pada tgl 26/4, kemudian dilanjutkan menjadi 3 cc/kgBB/jam (14 tpm) Assessment

1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Tidak terdapat DTPs di sini Planning

1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

82

KASUS 26

Subjective No. MR : 00.61.29.56 Umur / BB : 8 tahun (laki-laki) / 28 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mimisan, nyeri perut, hepatomegali, mual, efusi pleura Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 29/1/2008 – 2/2/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,3 36,6

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 29/1 30/1 31/1 1/2 2/2

Hb 13,5 2,2 12,7 11,4 12,7 13 – 17 g/dl Lekosit - 3,4 4,2 5,6 6,0 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 1 - 1 1 – 4 % Batang - 2 1 1 - 2 – 5 % Segmen - 66 28 35 20 36 – 66 % Limfosit - 32 68 64 78 22 – 40 % Monosit - - 2 - 1 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 112 78 48 118 223 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39,9 41 - - - 36 – 44 %

LPB - 6 % 14 % 16 % 3 % - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (21 tpm) pada tgl 29/1, kemudian infus RL ditingkatkan

menjadi 5 cc/kgBB/jam (35 tpm) pada tgl 30/1, kemudian diturunkan lagi menjadi 3 cc/kgBB/jam (17 tpm) pada tgl 31/1 – 1/2

2. Pemberian parasetamol 280 mg pada 29/1 jam 11.00 dan Pamol 280 mg jam 20.30 3. Pemberian O2 1 liter/menit pada tgl 30/1 jam 09.30

Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk

menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol sudah tepat indikasi dan dosis, sedangkan pemberian pamol membuat pengobatan tidak efektif karena tidak menggunakan merk generik yang ada (parasetamol)

3. Pemberian O2 sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengalami efusi pleura bagian kanan pada bagian kanan

4. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

83

KASUS 27

Subjective No. MR : 01.22.58.35 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 32 kg Pemeriksaan Fisik : demam, BAB 1x encer, gatal-gatal Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 1/3/2008 – 4/3/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 1/3 3/3 4/3

Hb 14,3 13,5 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 3,14 7,0 5,0 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 6 1 – 4 % Batang 0,3 1 - 2 – 5 % Segmen 69,1 26 38 36 – 66 % Limfosit 26,8 73 56 22 – 40 % Monosit 3,8 - - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 112 73 111 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 - - 36 – 44 %

LPB 3 % - 2 % - Penatalaksanaan 4. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 1/3 – 4/3 5. Pemberian parasetamol ¾ tab pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.25 dan parasetamol 320 mg

pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.00 6. Pemberian avil 1 tab pada tgl 3/3 jam 06.00, avil ½ tab tgl 3/3 jam 09.00 & 15.50

Assessment 3. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk

menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

4. Pemberian parasetamol ¾ tab dan parasetamol 320 mg yang diberikan pada pasien dalam waktu bersamaan dan berurutan dapat menimbulkan akumulasi, seharusnya pemberian parasetamol pertama dan kedua jaraknya 4 – 5 jam → dosis berlebih

Planning 4. Memberikan parasetamol pertama dan kedua dalam rentang waktu 4 – 5 jam, dengan

dosis sesuai standar (10 – 15 mg/kgBB), yaitu antara 320 – 480 mg karena pasien memiliki BB = 32 kg

5. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 6. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

84

KASUS 28

Subjective No. MR : 01.35.79.00 Umur / BB : 9 tahun (perempuan) / 35 kg Pemeriksaan Fisik : edema palpebra, pusing, efusi pleura Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 30/6/2008 – 2/7/2008 Outcome : sembuh Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,5 37,3

Tekanan Darah (mmHg) 110/70 110/80

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 30/6 1/7 2/7

Hb 14,5 - 12,8 13 – 17 g/dl Lekosit 7,4 3,2 8,2 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,7 - - 1 – 4 % Batang - 35 1 2 – 5 % Segmen - 35 71 36 – 66 % Limfosit 49,4 63 28 22 – 40 % Monosit - 1 - 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 25 29 149 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - 38 39 36 – 44 %

LPB - 3 % 1 % - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (20 tpm) pada tgl 30/6 & 1/7 2. Pemberian O2 1 – 2 liter/menit pada tgl 30/6

Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk

menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian O2 1 – 2 liter/menit sudah tepat indikasi dan dosis 3. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan efusi pleura pada pasien

Planning 1. Memberikan Lasix dengan dosis antara 17,5 mg – 52,5 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) untuk

mengatasi edema palpebra pasien 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

85

KASUS 29

Subjective No. MR : 01.34.79.74 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 20 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, sakit perut, rash convalescen Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 26/4/2008 – 30/4/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) - 37,2

Tekanan Darah (mmHg) 90/60 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 26/4 28/4 29/4 30/4

Hb 14,3 14,4 14,9 13,4 13 – 17 g/dl Lekosit 1,8 2,2 5,8 7,2 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - - 1 – 4 % Batang - 1 1 - 2 – 5 % Segmen - 27 34 21 36 – 66 % Limfosit - 72 63 78 22 – 40 % Monosit - - 2 1 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 61 28 24 24 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 38,2 - - - 36 – 44 %

LPB - 9 % - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 26/4 & 30/4, kemudian infus RL

ditingkatkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (26 tpm) pada tgl 27/4, kemudian infus RL diturunkan lagi menjadi 3 cc/kgBB/jam

2. Pemberian pamol sirup tgl 26/4 jam 21.00 & 27/4 jam 06.00 Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk

menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian pamol sirup sudah tepat indikasi, sedangkan dosisnya tidak dapat dianalisis kemungkinan terjadinya DTPs karena volume pemberian pamol sirup kepada pasien tidak jelas. Pemberian pamol membuat pengobatan tidak efektif karena tidak menggunakan merk generik yang ada (parasetamol)

3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

86

KASUS 30

Subjective No. MR : 00.71.30.89 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 36 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, pilek, rash convalescen Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 16/1/2008 – 20/1/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38 36,7

Tekanan Darah (mmHg) 105/80 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 16/1 17/1 18/1

Hb 11,2 - 8,8 13 – 17 g/dl Lekosit 6,3 - 4,2 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - 38 36 – 66 % Limfosit - - 61 22 – 40 % Monosit - - 1 4 – 8 %

Faal Hemostastis Trombosit 38 50 168 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - - - 36 – 44 %

LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 16/1 – 19/1 2. Pemberian Parasetamol 360 mg pada tgl 16/1 jam 15.00 dan 24.00, 17/1 jam 11.00 3. Pemberian ambroxol 15 mg dan salbutamol 2 mg pada tgl 18/1 jam 06.00, 19/1 jam

06.00 & 18.00, dan 20/1 jam 06.00 Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk

menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol 360 mg sudah tepat indikasi dan dosis 3. Pemberian ambroxol 15 mg dan salbutamol 2 mg sudah tepat dosis dan indikasi untuk

mengatasi penyakit penyerta pasien (faringitis akut) Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 1 SOAP

87

KASUS 31

Subjective No. MR : 01.35.18.71 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 44 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, pilek, sakit kepala, edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 21/5/2008 – 26/5/2008 Outcome : membaik Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,8 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 21/5 22/5 23/5 24/5

Hb 13,7 14,5 16,0 14,6 13 – 17 g/dl Lekosit 3,2 2,4 2,4 3,8 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil 0,3 - - - 1 – 4 %

Batang - 7 2 - 2 – 5 % Segmen - 45 41 15 36 – 66 %

Limfosit - 47 56 85 22 – 40 %

Monosit - 1 1 - 4 – 8 %

Faal Hemostastis

Trombosit 110 136 73 58 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39,4 - - - 36 – 44 %

LPB - - 4 % 3 % - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 21/5 – 26/5 2. Pemberian parasetamol 1 tab pada tgl 21/5 jam 21.00 dan tgl 22/5 jam 06.00, jam 11.00, jam 19.30 3. Pemberian ventolin 2 cth pada tgl 22/5 jam 16.00 4. Pemberian Dextamin 3x1 tab tgl 22/5 jam 24.00

Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan

lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Pemberian parasetamol 1 tab di sini sudah tepat dosis dan indikasi 3. Pemberian ventolin di sini sudah tepat 4. Pemberian dextamine sudah tepat indikasi untuk mengatasi alergi (gatal-gatal) yang dialami pasien setelah

mengkonsumsi ventolin, hanya saja dosis dextamin di sini 3x1 tab untuk anak usia 6 – 12 tahun tidak sesuai, seharusnya dosis diturunkan menjadi ½ tab 3 – 4 kali sehari

5. Tidak terdapat DTPs di sini. Planning 1. Tidak memberikan ventolin lagi karena pasien gatal-gatal 2. Mengatur dosis dextamin untuk anak, yaitu menjadi ½ tab 3 – 4 kali sehari 3. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 4. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 2 Tatalaksana Kasus DBD

88

Gambar 5. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD (Anonim a, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

89

Gambar 6. Tatalaksana Kasus DBD Derajat I dan II

(Anonim a, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 3 Tatalaksana DBD di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

90

TATALAKSANA DBD

(Menurut Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta)

1. Fase Febris

Pada fase febris awal, cukup sulit membedakan antara DD dan DBD.

Penanganan pada fase ini sama, yaitu dengan memberikan obat simtomatik dan

suportif sebagai berikut :

a. Istirahat;

b. Parasetamol diberikan 10 – 15 mg/kgBB/kali (tidak lebih dari 5 kali dalam 24

jam);

c. Pemberian obat asam salisilat / asetosal dan ibuprofen merupakan indikasi

kontra, karena dapat menyebabkan gastritis dan / atau perdarahan. Komplikasi

yang paling serius pada anak adalah sindroma Reye (ensefalopati);

d. Jangan berikan antibiotika;

e. Dianjurkan untuk memberikan rehidrasi oral pada pasien seperti pada

dehidrasi sedang karena muntah dan demam tinggi;

f. Makan harus tetap diberikan sesuai selera;

g. Jika penderita masih demam, pada hari ke-3 dianjurkan untuk periksa ke RS

atau Puskesmas. Bila hasil pemeriksaan Hct dan jumlah trombosit masih

normal dianjurkan untuk periksa setiap hari sampai demam turun;

h. Jika sebelumnya hari ke-3 sudah muncul tanda bahaya segera bawa ke Rumah

Sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

91

Tanda bahaya yang dimaksud (urutan dimulai dari gejala yang paling ringan) :

a. Segala bentuk manifestasi perdarahan : kulit, hidung atau gusi, berak warna

hitam;

b. Nyeri abdomen berat;

c. Tidak dapat / mau minum / makan;

d. Kencing lebih sedikit dari biasa;

e. Iritabel, gelisah;

f. Anak terlihat makin lemah, berkeringat, kulit teraba dingin.

Kriteria rawat inap penderita dengan kecurigaan infeksi Dengue adalah :

a. Lemah atau gelisah;

b. Akral dingin atau sianosis;

c. Segala bentuk manifestasi perdarahan;

d. Oliguria atau menolak minum / tidak dapat minum;

e. Nadi kecil cepat;

f. Waktu pengisian kapiler (capillary refill time) lebih dari 2 detik;

g. Penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi;

h. Hematokrit 40% atau terjadi kenaikan hematokrit;

i. Jumlah trombosit < 150.000/uL, atau ada kecenderungan penurunan trombosit

diikuti dengan kenaikan nilai hematokrit (hemokonsentrasi);

j. Nyeri abdomen akut;

k. Bukti adanyan kebocoran plasma, misal : efusi pleura, ascites

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

92

Jika penderita menolak dirawat inap, anjurkan orangtua untuk :

a. Membujuk anak untuk minum lebih banyak dari biasanya;

b. Mengamati adanya tanda-tanda bahaya;

c. Memberikan parasetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali dapat dilulang setiap 4 – 6

jam (terbatas 5 dosis dalam 24 jam);

d. Kompres hangat jika diperlukan;

e. Hindarkan pemberian obat asetosal atau ibuprofen;

f. Menandatangani surat bukti penolakan mondok.

Bila terdapat tanda bahaya, mintalah orangtua segera membawa anaknya ke

rumah sakit.

2. Fase Afebris

Demam Berdarah Dengue Derajat I dan II

a. Semua kasus harus dirawat inap

b. Lakukan pengamatan adanya tanda-tanda ruam, perdarahan, bercak biru pada

kulit atau berak warna hitam sampai 2 – 3 hari bebas demam

c. Dorong penderita untuk minum lebih banyak (oralit, jus buah, dll)

d. Berikan cairan intravena D5% / NSS dimulai dengan 6 ml/kg/jam selama 3

jam, bila muntah menetap atau berat, atau pasien tidak mau minum

e. Parasetamol jika demam tinggi

f. Pemeriksaan hematokrit / tanda vital / jumlah urine dilakukan setelah 3 jam

pemberian cairan IV dan bila ada tanda perbaikan (hematokrit turun, nadi dan

tekanan darah stabil, jumlah urine meningkat)

g. Bila keadaan membaik turunkan cairan IV menjadi 3 ml/kg/jam selama 3 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

93

h. Bila keadaan selanjutnya tetap baik, lanjutkan cairan IV dengan dosis3

ml/kg/jam selama 6 – 12 jam dan kemudian hentikan cairan IV

i. Bila keadaan tidak membaik (hematokrit dan nadi naik, tekanan nadi < 20

mmHg, jumlah urine turun), naikkan cairan IV menjadi 10 ml/kg/jam (selama

1 jam); bila membaik setelah 1 jam, turunkan cairan IV menjadi 6 ml/kg/jam

dan selanjutnya 3 ml/kg/jam

(Anonim b, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 4 Cairan Intravena yang Digunakan

94

CAIRAN INTRAVENA YANG DIGUNAKAN

(Menurut Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta)

Cairan yang direkomendasikan

1. Kristaloid

a. Larutan D5% dalam Salin Normal Isotonik (D5% / NSS)

b. Larutan D5% dalam setengah Salin Normal (D5% / 0, 5NSS)

c. Larutan D5% dalam Ringer Laktat (D5% / RL)

d. Larutan D5% dalam Ringer Asetat (D5% / RA)

2. Koloid

a. Dekstran 40

b. Plasma

Untuk memastikan pemberian cairan secara adekuat dan menghindari kelebihan

cairan melalui infus, jumlah cairan IV harus disesuaikan setelah 24 – 48 jam

terjadi kebocoran plasma dengan memeriksa hematokrit dan tanda vital secara

periodik. Jumlah cairan pengganti yang diberikan harus sesuai dan cukup efektif

untuk mempertahankan sirkulasi selama periode kebocoran plasma. Pemberian

cairan pengganti yang berlebihan dan terlalu lama setelah kebocoran membaik

akan menyebabkan distres respirasi akibat efusi pleura yang masif, asites dan

edema paru. Keadaan ini sangat berbahaya.

Jumlah cairan yang dibutuhkan harus dihitung berdasarkan berat badan dan

direncanakan setiap 1 – 3 jam, atau lebih sering pada kasus syok. Kecepatan dan

lamanya pemberian cairan IV tergantung dari keparahan derajat DBD. Berikut ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

95

protokol yang direkomendasikan, yang dihitung berdasarkan dehidrasi sedang

dengan defisit sekitar 6% (ditambah kebutuhan rumatan).

Tabel XVII. Rekomendasi Cairan yang Diberikan

Berat Badan

Volume Cairan dalam

Kecepatan pemberian cairan (ml/jam)

(kg) 24 jam R1* R2* R3* R4* 10 1500 30 60 100 200 15 2000 45 60 150 300 20 2500 60 90 200 400 25 2800 75 120 250 500 30 3200 90 150 300 600 35 3500 105 180 350 700 40 3800 120 210 400 800 45 4000 135 240 450 900 50 4200 150 270 500 1000 55 4400 165 300 550 1100 60 4600 180 360 600 1200

Petunjuk :

a. Perubahan kecepatan cairan IV tidak terlalu drastis, jangan melompat dari R2

ke R4 karena dapat berakibat kelebihan cairan. Begitu juga, turunkan

kecepatan pemberian cairan dari R4 ke R3, dari R3 ke R2 dan dari R2 ke R1

secara bertahap.

b. INGAT bahwa SATU ML sama dengan 20 tetes mikro atau 15 tetes makro.

c. Pastikan tersedian 1 botol cairan 500 ml pada waktu awal, dan mintalah sesuai

kebutuhan. Kecepatan pemberian cairan IV harus dinilai ulang setiap 1 – 3

jam. Frekuensi pengamatan disesuaikan dengan kondisi pasien.

(Anonim b, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

96

Gambar 7. Alur Pemberian Terapi Cairan DBD Derajat I dan II

(Anonim b, 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17010/2/058114070_Full.pdfii evaluasi drug therapy problems pada pasien anak dengue haemorrhagic fever non komplikasi di

98

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul ”Evaluasi Drug Therapy

Problems Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic

Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun

2008” memiliki nama lengkap Linna Ferawati

Gunawan, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

pasangan Lauw Bun Liong dan Lie Lie Tjen yang

dilahirkan di Sleman Yogyakarta pada tanggal 18 September 1987. Riwayat

pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain : TK Pius Bakti Utama

Kutoarjo (1991 – 1993), SD Pius Bakti Utama Kutoarjo (1993 – 1999), SLTP

Pius Bakti Utama Kutoarjo (1999 – 2002), SMA Pius Bakti Utama Purworejo

(2002 – 2005), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2005 –

2009). Selama kuliah, penulis terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa

Teknologi tahun 2007 dengan judul “Pembuatan Granul Effervescent dari Kaliks

Rosella (Hibiscus sabdarifa L.)”, bulan Februari 2008 lulus seleksi oleh Dikti,

kemudian mendapat penghargaan sebagai salah satu mahasiswa berprestasi pada

acara Dies Natalis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Juni,

2008) dan Universitas Sanata Dharma (Desember, 2008). Penulis juga terlibat

dalam kegiatan kepanitiaan, seperti : Apresiasi Seni (2006) sebagai koordinator

seksi dana dan usaha, Pharmacy Event Cup (2006) sebagai anggota seksi humas,

Sumpahan Apoteker angkatan XI sebagai anggota seksi acara, dan panitia bakti

sosial dan relaunching Apotek Sanata Dharma Yogyakarta (2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI