Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak ...

4
Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak Metanol Daun Artocarpus camansi terhadap Plasmodium berghei Secara In Vivo Ramadhani Sucilestari 1)* , Dwi Soelistya DJ 1) , Imam Bachtiar 1) 1) Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Mataram Diterima 02 Agustus 2013, direvisi 17 Oktober 2013 ABSTRAK Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimalaria fraksi senyawa triterpenoid dari ekstrak methanol daun A. camansi terhadap P. berghei secara in vivo. Penelitian eksperimen ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat kelompok dosis yang berbeda (0,1 mg/kg BB, 1 mg/kg BB, 10 mg/kg BB, dan 100 mg/kg BB) dan satu kelompok kontrol (CMC 1 %). Tiap kelompok perlakuan terdiri dari lima ekor mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi senyawa triterpenoid dari ekstrak metanol daun A. camansi berpengaruh terhadap aktivitas antimalaria P. berghei. Besar dosis yang paling efektif adalah 100 mg/kg BB selama tiga hari dengan waktu pemberian sehari setelah mencit terinfeksi parasit. Kata kunci : triterpenoid, aktivitas antimalaria ABSTRACT Malaria disease is still a serious health problem in Indonesia. This study aimed to determine the antimalarial activity of triterpenoid compound fraction of A. camansi leaf methanol extract to P. berghei of in vivo. This experiment of using research a completely randomize design (CRD) with four different doses (0.1 mg/kg BW, 1 mg/kg BW, 10 mg/kg BW, 100 mg/kg BW) and one negative control group (1 % CMC). The results show that triterpenoid compound fraction of A. camansi leaf methanol extract was effective to reduce parasite activity of P. berghei. The most effective dose was 100 mg/kg BW for three days with daily treatment after the mice was infected by parasite. Keywords : triterpenoids, antimalarial activity PENDAHULUAN Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, karena masih menyebabkan banyak kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Malaria juga berdampak pada penurunan produktivitas kerja akibat anemia. Saat ini malaria termasuk penyakit endemis di sebagian besar wilayah di Indonesia [4]. Resistensi parasit terhadap penggunaan obat antimalaria klorokuin telah menimbulkan masalah besar pada upaya penanggulangan malaria. Resistensi P. falciparum terhadap klorokuin pertama kali dilaporkan terjadi di Asia Tenggara dan Amerika Selatan pada tahun 1950. Di Indonesia, resistensi P. falciparum terhadap klorokuin pertama kali dilaporkan di Kalimantan Timur pada tahun 1974. Sejak itu kasus resistensi terhadap klorokuin yang dilaporkan semakin meluas. Tahun 1990, telah terjadi resistensi parasit P. falciparum terhadap klorokuin dari seluruh provinsi di Indonesia dengan derajat yang berbeda [1]. Penelitian yang dilakukan oleh Litbangkes dan lembaga penelitian lainnya telah ditemukan adanya resistensi P. vivax terhadap klorokuin di beberapa wilayah di --------------------- *Corresponding author : E-mail: [email protected] NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

Transcript of Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak ...

Page 1: Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak ...

196

Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari EkstrakMetanol Daun Artocarpus camansi terhadap Plasmodium berghei

Secara In Vivo

Ramadhani Sucilestari 1)*, Dwi Soelistya DJ 1), Imam Bachtiar 1)

1) Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Mataram

Diterima 02 Agustus 2013, direvisi 17 Oktober 2013

ABSTRAK

Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui aktivitas antimalaria fraksi senyawa triterpenoid dari ekstrak methanol daun A.camansi terhadap P. berghei secara in vivo. Penelitian eksperimen ini menggunakan Rancangan AcakLengkap (RAL) dengan empat kelompok dosis yang berbeda (0,1 mg/kg BB, 1 mg/kg BB, 10 mg/kg BB,dan 100 mg/kg BB) dan satu kelompok kontrol (CMC 1 %). Tiap kelompok perlakuan terdiri dari limaekor mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi senyawa triterpenoid dari ekstrak metanol daunA. camansi berpengaruh terhadap aktivitas antimalaria P. berghei. Besar dosis yang paling efektif adalah100 mg/kg BB selama tiga hari dengan waktu pemberian sehari setelah mencit terinfeksi parasit.

Kata kunci : triterpenoid, aktivitas antimalaria

ABSTRACT

Malaria disease is still a serious health problem in Indonesia. This study aimed to determine theantimalarial activity of triterpenoid compound fraction of A. camansi leaf methanol extract to P. bergheiof in vivo. This experiment of using research a completely randomize design (CRD) with four differentdoses (0.1 mg/kg BW, 1 mg/kg BW, 10 mg/kg BW, 100 mg/kg BW) and one negative control group (1 %CMC). The results show that triterpenoid compound fraction of A. camansi leaf methanol extract waseffective to reduce parasite activity of P. berghei. The most effective dose was 100 mg/kg BW for threedays with daily treatment after the mice was infected by parasite.

Keywords : triterpenoids, antimalarial activity

PENDAHULUAN

Penyakit malaria merupakan salah satumasalah kesehatan yang penting di Indonesia,karena masih menyebabkan banyak kematianterutama pada kelompok resiko tinggi yaitubayi, anak balita, dan ibu hamil. Malaria jugaberdampak pada penurunan produktivitas kerjaakibat anemia. Saat ini malaria termasukpenyakit endemis di sebagian besar wilayah diIndonesia [4].

Resistensi parasit terhadap penggunaan

obat antimalaria klorokuin telah menimbulkanmasalah besar pada upaya penanggulanganmalaria. Resistensi P. falciparum terhadapklorokuin pertama kali dilaporkan terjadi diAsia Tenggara dan Amerika Selatan padatahun 1950. Di Indonesia, resistensi P.falciparum terhadap klorokuin pertama kalidilaporkan di Kalimantan Timur pada tahun1974. Sejak itu kasus resistensi terhadapklorokuin yang dilaporkan semakin meluas.Tahun 1990, telah terjadi resistensi parasit P.falciparum terhadap klorokuin dari seluruhprovinsi di Indonesia dengan derajat yangberbeda [1]. Penelitian yang dilakukan olehLitbangkes dan lembaga penelitian lainnyatelah ditemukan adanya resistensi P. vivaxterhadap klorokuin di beberapa wilayah di

---------------------*Corresponding author :E-mail: [email protected]

NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

Page 2: Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak ...

197Ramadhani S., dkk : Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak Metanol Daun Artocarpuscamansi terhadap Plasmodium berghei Secara In Vivo

Indonesia (Bangka, Papua) [4].Aktivitas antimalaria suatu tanaman

diduga karena kandungan senyawa triterpenoidyang dimiliki. Hasil penelitian yang dilakukanoleh Prachayasittikul dkk. [7] menyatakanbahwa senyawa bioaktif triterpenoid yangdiekstrak dari tanaman Diospyros rubra Lec.dapat berfungsi sebagai antimalaria. Senyawatriterpenoid yang diekstrak dari daun tanamanErythrina variegate diketahui memilikiaktivitas antimalaria [2]. Ekstrak heksana dauntanaman Azadirachta indica A. Juss mampumenghambat pertumbuhan parasit Plasmodiumberghei sebesar 78,35%. Fraksi-fraksi yangdiperoleh dari ekstrak tanaman tersebutternyata mengandung senyawa triterpenoid,steroid dan fenolik [11].

Kandungan senyawa triterpenoid terdapatpada fraksi-fraksi ekstrak etanol dari dauntanaman A. camansi [6]. Berdasarkan uraiantersebut, maka perlu dilakukan uji aktivitasantimalaria fraksi senyawa triterpenoid dariekstrak metanol daun A. camansi terhadapparasit P. berghei yang merupakan parasitmalaria pada mencit.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan denganmenggunakan Rancangan Acak Lengkap(RAL) melalui percobaan dengan limakelompok perlakuan. Tiap perlakuan terdiridari lima ekor mencit. Kelompok perlakuantersebut sebagai berikut.1. Kelompok PI: dosis pemberian fraksi

senyawa triterpenoid 0,1 mg/kg BB2. Kelompok PII: dosis pemberian fraksi

senyawa triterpenoid 1 mg/kg BB3. Kelompok PIII: dosis pemberian fraksi

senyawa triterpenoid 10 mg/kg BB4. Kelompok PIV: dosis pemberian fraksi

senyawa triterpenoid 100 mg/kg BB5. Kelompok K: kontrol negatif menggunakan

CMC 1%Populasi dalam penelitian ini adalah

mencit (M. musculus) galur murni strain Balb/ckelamin jantan. Sampel yang digunakan yaitu25 ekor mencit jantan yang berumur ± 8minggu dengan rentang berat badan 19-22 gr,sehat, dan aktif bergerak. Bahan dan alat yangdigunakan meliputi daun tanaman A. camansi,bahan dan alat untuk ekstraksi, fraksinasi, dan

uji aktivitas antimalaria.Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara

maserasi dengan metanol 95% denganperbandingan 1:9 (w/v) pada suhu ruang.Ekstrak diuapkan menggunakan rotaryevaporator pada suhu 45oC dan kecepatan 100rpm hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrakdifraksinasi menggunakan kromatografi kolomvakum, dengan eluen n-heksana, DCM, danmetanol. Fraksi-fraksi yang keluar dari kolomditampung dalam botol vial, selanjutnyadilakukan uji KLT untuk mengetahuikandungan dalam fraksi secara kualitatif.Fraksi-fraksi yang memiliki Rf noda yanghampir sama dijadikan satu fraksi besar. Fraksibesar yang diperoleh diuji kandungantriterpenoid menggunakan reagen Lieberman-Burchad dengan indikator terjadi perubahanwarna [10].

Mencit sebagai hewan coba diaklimatisasiselama 7 hari. Proses inokulasi P. bergheidilakukan dengan memberikan 1107/0,1 mlsuspensi secara intra peritoneal pada mencitdonor. Mencit donor yang digunakan harusmemiliki persentase parasitemia lebih dari 20%. Selanjutnya, darah mencit donor diambildari jantung dan diinfeksikan sebanyak1107/0,1 ml kepada mencit perlakuan sebagaihewan coba secara intra peritoneal.

Uji aktivitas antimalaria pada mencitsesuai dengan kelompok perlakuan. Pemberianfraksi triterpenoid dilakukan setelah 24 jam(sehari pasca infeksi) menggunakan sondelambung sekali dalam sehari. Haripenginfeksian disebut hari ke-0 (D0) danpemberian fraksi dilakukan selama 3 harimulai hari ke-1, ke-2, dan ke-3 (D1, D2 danD3). Pengamatan angka parasitemia dilakukandengan membuat preparat hapusan darah tipisyang diambil dari vena ekor setiap hari mulaidari hari ke-1 sampai hari ke-7. Pengambilandarah dilakukan dengan memotong ujung ekormencit secara aseptis.

Preparat hapusan darah tipis dibuat denganmeneteskan darah ke gelas obyek secara duplo.Darah dibiarkan kering pada suhu kamarkemudian difiksasi dengan metanol absolut.Selanjutnya hapusan darah tipis diwarnaidengan larutan Giemsa (5% larutan Giemsaselama 30 menit) lalu dibilas. Sediaan hapusandarah diperiksa di bawah mikroskop denganperbesaran 1000 kali menggunakan minyak

Page 3: Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak ...

198 Ramadhani S., dkk : Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak Metanol Daun Artocarpuscamansi terhadap Plasmodium berghei Secara In Vivo

emersi.Data persentase parasitemia dianalisis

menggunakan Anava dua jalur pada tarafkepercayaan 0,95 (α=0,05). Sebelum itu,terlebih dahulu dilakukan uji normalitas danhomogenitas data untuk mengetahui dataterdistribusi normal dan memiliki varian yanghomogen. Analisis dilanjutkan dengan ujiTukey HSD dengan bantuan SPSS 18 forWindows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis persentase parasitemiamencit menunjukkan bahwa rerata persentaseparasitemia pada empat kelompok dosisperlakuan dari hari pertama sampai hari ke-4mengalami penurunan (Gambar 1). Penurunantertinggi dicapai oleh kelompok perlakuan PIVdengan dosis 100 mg/kg BB, kemudian diikutioleh PIII (dosis 10 mg/kg BB), PII (1 mg/kgBB) dan PI (0,1 mg/kg BB).

Pada kelompok kontrol rerata persentaseparasitemia mengalami peningkatan mulai darihari pertama sampai hari ke-7 pengamatan. Halini disebabkan larutan CMC 1% tidak dapatmenghambat pertumbuhan parasit P. bergheisehingga angka parasitemia meningkat seiringdengan bertambahnya waktu. Hasil penelitianini didukung dengan penelitian lain bahwamencit yang terinfeksi P. berghei tanpapengobatan dan dipelihara pada suhu kamarmengalami peningkatan angka parasitemia [8].

Dua hari setelah pemberian fraksitriterpenoid dihentikan, persentase parasitemiameningkat mengikuti kelompok kontrol.Peningkatan persentase parasitemia disebabkankarena dalam tubuh mencit masih tersisaparasit yang hidup sedangkan bahan obatsudah diekskresikan keluar tubuh sehinggaparasit masih bisa melakukan pembelahan lagidan menyebabkan peningkatan parasitemia [5]Hal ini juga senada dengan penelitian yangdilakukan Hutomo dkk. [3] yakni terjadipeningkatan parasitemia sampai 28,044 ±2,513 pada hari ke-7 dengan dosis pemberianekstrak 100 mg/kg BB.

Persentase parasitemia berbeda signifikanantar kelompok perlakuan (P < 0,05). Dosis100 mg/kg BB memberi pengaruh yang palingbaik untuk menekan angka parasitemia.Peningkatan dosis fraksi senyawa triterpenoid

menunjukkan peningkatan konsentrasi bahanaktif yang bersifat antimalaria, sehingga dapatmengakibatkan penurunan parasitemia yanglebih baik. Hasil yang sama juga diperolehpada penelitian Hutomo, dkk. [3] yangmenyatakan bahwa terjadi penurunan angkaparasitemia seiring dengan bertambahnya dosisekstrak yang diberikan.

Gambar 1. Rerata (±1SE) persentase parasitemia padakelompok perlakuan dan control.

Persentase parasitemia berbeda signifikanjika ditinjau dari lama waktu pemberian fraksi(P < 0,05). Lama waktu yang paling efektifadalah pada hari ke-3 dan ke-4. Pengobatanselama 3 hari berturut-turut sesuai dengankeputusan Departemen Kesehatan RI tahun1995. Hal ini mengindikasikan bahwa fraksisenyawa triterpenoid daun A. camansi dapatdijadikan obat antimalaria. Terdapat interaksiantara kelompok dosis perlakuan dan lamawaktu pemberian fraksi terhadap persentaseparasitemia (P < 0,05). Kelompok dosisperlakuan dan lama waktu pemberian fraksiyang paling berpengaruh adalah perlakuandosis 100 mg/kg BB dengan lama waktupemberian selama 3 hari.

Mekanisme kerja dari fraksi triterpenoiddalam menurunkan persentase parasitemiabelum diketahui dengan pasti. Obat-obatantimalaria yang tersedia saat ini hanyamemiliki sasaran yang terbatas pada sistembiologi parasit. Tetrasiklin, clindamycin,azithromycin dan rifampisin memiliki efekantimalaria dengan sasaran pada organelmitokondria dari parasit. Klorokuin dapatmempengaruhi fungsi vakuola makanan padaparasit malaria [9]. Oleh karena itu,mekanisme kerja fraksi triterpenoid sebagai

Page 4: Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak ...

199Ramadhani S., dkk : Uji Aktivitas Antimalaria Fraksi Triterpenoid dari Ekstrak Metanol Daun Artocarpuscamansi terhadap Plasmodium berghei Secara In Vivo

antimalaria perlu diteliti. Selain itu, toksisitasdan efek samping serta metabolismenya dalamdarah.

KESIMPULAN

Fraksi senyawa triterpenoid dari ekstrakmetanol daun A. camansi berpengaruhterhadap aktivitas antimalaria P. berghei secarain vivo. Besar dosis yang paling efektif adalah100 mg/kg BB selama tiga hari dengan waktupemberian sehari setelah mencit terinfeksi

DAFTAR PUSTAKA

[1] Gunawan, C.A., Leatemia, L.D., danSiagian, L.R.D. (2012), Implikasi klinisresistensi obat antimalaria. DalamHarijanto, P.N. Nugroho, A. danGunawan, C.A. (Eds.). Malaria dariMolekuler ke Klinis. Jakarta: EGC.

[2] Herlina, T., Supratman, U., Urbanas, A.,Sutardjo, S., Abdullah, N.R., danHayashi, H. (2011), Aktivitas antimalariatriterpenoid pentasiklik dari daunErythrina variegate, Jurnal Ilmu Dasar12 (2): 161-166.

[3] Hutomo, R., Sutarno, Winarno, W., danKusmardi (2005), Uji antimalaria ekstrakbuah Morinda citrifolia dan aktivitasmakrofag pada mencit (Mus musculus)setelah diinfeksi Plasmodium berghei.Biofarmasi 3 (2): 61-69.

[4] Kemkes RI. (2011), EpidemiologiMalaria di Indonesia. Buletin JendelaData dan Informasi Kesehatan, Jakarta:Bakti Husada.

[5] Kusumawardhani, D., Widyawaruyanti,A., dan Kusumawati, I. (2005), Efekantimalaria ekstrak sambiloto terstandar(parameter kadar air andrografolida) padamencit terinfeksi Plasmodium berghei,Majalah Farmasi Airlangga 5 (1): 25-29.

[6] Nurhalidah, (2012), Analisis SenyawaTriterpenoid Hasil Fraksinasi EkstrakEtanol Daun Artocarpus camansi(Kluwih), Tesis S2, Universitas Mataram.

[7] Prachayasittikul, S., Saraban, P.,Cherdtrakulkiat, R., Ruchirawat, S., danPrachayasittikul, V. (2010), Newbioactive triterpenoids and antimalarialactivity of Diospyros rubra Lec, EXCLIJournal 9:1-10.

[8] Praptiwi dan Chairul. 2008. Pengaruhpemberian ekstrak pauh kijang (Irvingiamalayana Olive ex. A. Benn) terhadaptingkat penurunan parasitemia padamencit yang diinfeksi Plasmodiumberghei. Biodiversitas 9 (2): 96-98.

[9] Syafruddin, D. (2012), Dasar molekulresistensi parasit terhadap obatantimalaria, Dalam Harijanto, P.N.Nugroho, A. dan Gunawan, C.A. (Eds.).Malaria dari Molekuler ke Klinis, Jakarta,EGC.

[10] Widiyati, E. (2006), Penentuan adanyasenyawa triterpenoid dan uji aktivitasbiologis pada beberapa spesies tanamanobat tradisional masyarakat pedesaanBengkulu, Jurnal Gradien 2 (1): 116-122.

[11] Yusuf, F., Suryawati, Mazaya, U., andRisti, A. (2012), Antimalarial activity ofhexane extract of neem leaves(Azadirachta indica A. Juss) on mice(Mus musculus), International ResearchJournal of Pharmaceutical and AppliedScience 2 (1): 1-1.