Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 269 282

14
269 K A N D A I Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 269282 NILAI MORAL DALAM TANDA BASA BADUY (Moral Values Inside Tanda Basa Baduy) Dody Kristianto dan Nur Seha Kantor Bahasa Provinsi Banten, Indonesia Jalan Bhayangkara 129, Cipocok Jaya, Serang 42121 Pos-el: [email protected] (Diterima: 22 Februari 2016; Direvisi: 21 Agustus 2016; Disetujui: 13 Oktober 2016) Abstract Tanda basa Baduy is the spoken utterances of Baduy society are applied in certain occasion on traditional rituals, including proposal and cultivation events. This paper aims to describe the the moral values contained in Tanda Basa Baduy. The data analysis is done by using the structure method. The structures examined under this study are related to moral values inside Tanda Basa Baduy. The results of the discussion also present seven moral values that can be taken from Tanda Basa Baduy which are: (1) be polite and courteous, (be) effective, (3) be honest and make peace, (4) be modest, (5) be religious, (6) follow the ancestors’ dogma, also (7) admitting mistakes that have been done. Keywords: moral bases, tanda basa, Baduy Abstrak Tanda basa Baduy adalah tuturan yang diucapkan masyarakat Baduy dalam durasi waktu tertentu pada satu acara ritual adat, di antaranya acara lamaran dan bercocok tanam. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam Tanda Basa Baduy. Analisis data dilakukan dengan metode struktur. Struktur yang diteliti adalah struktur yang berhubungan dengan nilai moral dalam Tanda Basa Baduy. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa Tanda Basa digunakan untuk menanamkan perilaku dan moral pada masyarakat Baduy. Hasil pembahasan juga memaparkan ada tujuh nilai moral yang dapat diambil dari Tanda Basa Baduy: (1) sopan dan santun, (2) efektif, (3) jujur dan damai, (4) sederhana, (5) religius, (6) mengikuti ajaran nenek moyang, serta (7) mengakui kesalahan. Kata-kata kunci: pesan moral, tanda basa, Baduy PENDAHULUAN Berdasar pada perkembangan peradaban masyarakat penghasilnya, karya sastra dibedakan menjadi dua macam, yaitu sastra lama dan sastra baru. Pembagian ini dibatasi oleh satu periode tertentu sebagai titik tolak peralihan. Di Indonesia, sastra lama disebut sastra daerah karena menggunakan bahasa daerah dan tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Sebaliknya, sastra modern disebut sastra Indonesia (nasional) serta menggunakan bahasa Indonesia sebagai medium penyampaiannya. Merujuk pada proses tahapan perkembangan peradaban manusia, sastra lisan adalah bentuk kesastraan paling tua yang dikenal oleh umat manusia karena umurnya yang sebanding dengan pemakaian medium lisan sebagai alat komunikasi yang usianya jauh lebih tua dibandingkan

Transcript of Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 269 282

269

K A N D A I

Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 269—282

NILAI MORAL DALAM TANDA BASA BADUY(Moral Values Inside Tanda Basa Baduy)

Dody Kristianto dan Nur SehaKantor Bahasa Provinsi Banten, Indonesia

Jalan Bhayangkara 129, Cipocok Jaya, Serang 42121Pos-el: [email protected]

(Diterima: 22 Februari 2016; Direvisi: 21 Agustus 2016; Disetujui: 13 Oktober 2016)

AbstractTanda basa Baduy is the spoken utterances of Baduy society are applied in certain

occasion on traditional rituals, including proposal and cultivation events. This paper aims todescribe the the moral values contained in Tanda Basa Baduy. The data analysis is done byusing the structure method. The structures examined under this study are related to moralvalues inside Tanda Basa Baduy. The results of the discussion also present seven moralvalues that can be taken from Tanda Basa Baduy which are: (1) be polite and courteous, (be)effective, (3) be honest and make peace, (4) be modest, (5) be religious, (6) follow theancestors’ dogma, also (7) admitting mistakes that have been done.Keywords: moral bases, tanda basa, Baduy

AbstrakTanda basa Baduy adalah tuturan yang diucapkan masyarakat Baduy dalam durasi

waktu tertentu pada satu acara ritual adat, di antaranya acara lamaran dan bercocok tanam.Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam Tanda BasaBaduy. Analisis data dilakukan dengan metode struktur. Struktur yang diteliti adalah strukturyang berhubungan dengan nilai moral dalam Tanda Basa Baduy. Hasil pembahasanmenunjukkan bahwa Tanda Basa digunakan untuk menanamkan perilaku dan moral padamasyarakat Baduy. Hasil pembahasan juga memaparkan ada tujuh nilai moral yang dapatdiambil dari Tanda Basa Baduy: (1) sopan dan santun, (2) efektif, (3) jujur dan damai, (4)sederhana, (5) religius, (6) mengikuti ajaran nenek moyang, serta (7) mengakui kesalahan.Kata-kata kunci: pesan moral, tanda basa, Baduy

PENDAHULUAN

Berdasar pada perkembanganperadaban masyarakat penghasilnya,karya sastra dibedakan menjadi duamacam, yaitu sastra lama dan sastrabaru. Pembagian ini dibatasi oleh satuperiode tertentu sebagai titik tolakperalihan. Di Indonesia, sastra lamadisebut sastra daerah karenamenggunakan bahasa daerah dantersebar di seluruh wilayah Nusantara.

Sebaliknya, sastra moderndisebut sastra Indonesia (nasional)serta menggunakan bahasa Indonesiasebagai medium penyampaiannya.Merujuk pada proses tahapanperkembangan peradaban manusia,sastra lisan adalah bentuk kesastraanpaling tua yang dikenal oleh umatmanusia karena umurnya yangsebanding dengan pemakaian mediumlisan sebagai alat komunikasi yangusianya jauh lebih tua dibandingkan

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 269—282

270

dengan pemakaian tulisan sebagai alatkomunikasi.

Sebagai bagian dari kebudayaan,sastra lisan adalah sesuatu yangmenjadi hak milik kelompokmasyarakat yang ada dan hidupbersama dengan tradisi tersebut.Berkenaan dengan posisi sastra lisansebagai suatu tradisi, keberadaan sastralisan sangat dekat danmerepresentasikan kelompokmasyarakat yang memiliki danmelingkupinya.

Selanjutnya, Hutomo (1991)mendefinisikan sastra lisan sebagaisebuah bentuk kesusastraan warga dankebudayaan yang disebarkan dari danditurunkan secara lisan dari mulut kemulut (hlm.1). Penyebarannya jugaberbeda di setiap daerah karena kondisisastra lisan juga menyesuaikan denganmasyarakat yang berada di sekitarnya.Meski begitu, ada ciri umum yangmelekat pada sastra lisan, di antaranyaanonym, kolektif, tradisional, danberfungsi bagi masyarakatnya,mempunyai bentuk tertentu dan varian,berkaitan dengan kepercayaan,mengandung pesan dan kearifan hidupuniversal, serta hidup pada masyarakatyang belum mengenal tulisan.

Berkaitan dengan fungsi karyasastra lisan yang mengandung pesandan kearifan hidup universal, sastralisan tentu memiliki aturan yangmengikat dan memberikan tekananpada masyarakat yang melingkupinya.Hutomo (1991) memerikan fungsisastra lisan di tengah masyarakat yangmelingkupinya, yaitu: (1) berfungsisebagai sistem proyeksi, (2) alatpengesah kebudayaan, (3) alatpemaksa berlakunya norma-normasosial dan sebagai alat pengendalisosial, serta (4) sebagai alat pendidikananak (hlm. 69-70). Secara tersirat,dapat diartikan bahwa semua fungsi didalam sastra lisan mengandung nilai

moral yang secara terstrukturditerapkan pada masyarakatnya. Haltersebut sejalan dengan pandanganWellek dan Warren (1995) yangmengemukakan salah satu ciri teksyang bersifat sastra adalahmengungkapkan sesuatu yang tidakterungkap dengan bahasa sehari-hari(hlm. 8). Apabila dihubungkan dengansastra lisan, ciri teks sastra moderntersebut mengemban hal yang samamengingat di dalam masyarakat,terutama masyarakat tradisional, sastralisan juga menjadi pranata untukmenanamkan nilai moral pada anggotamasyarakat di dalamnya.

Penelitian sekaligus inventarisasikarya sastra lisan yang hidup di tengahmasyarakat adat Baduy ini merupakanprogram kerja Kantor Bahasa ProvinsiBanten pada tahun 2015. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa adabeberapa jenis sastra lisan yang hidupdi tengah Suku Baduy, yaitu pitutur,pikukuh, tanda basa, serta peribahasa.Selain itu, penelitian ini jugamenghasilkan temuan mengenaibeberapa fungsi sastra lisan Baduy.Fungsi yang tekandung dalam sastralisan Baduy adalah sebagai alatpengesahan kebudayaan, alat pemaksaberlakunya norma sosial dan alatpengendali sosial, dan alat pendidikananak. Nilai-nilai yang terkandungdalam sastra lisan Baduy adalah nilaikemanusiaan, nilai kejujuran, nilaikesopanan, serta nilai kepatuhan.

Berkenaan dengan posisi sastralisan Baduy sebagai struktur teks yangmemiliki nilai dan fungsi, telaahlanjutan untuk mengkaji dan menggalinilai dan fungsi sastra lisan Baduyharus terus dilakukan. Apabila padapenelitian Kantor Bahasa ProvinsiBanten hanya dilakukan analisis secaragaris besar terhadap empat jenis sastralisan yang telah diinventarisasi, telaahini akan berfokus pada pesan moral

Dody K. & Nur Seha: Pesan Moral dalam Tanda…

271

yang terdapat di dalam salah satu jenissastra lisan Baduy yaitu tanda basa.

Tanda basa dalam masyarakatBaduy adalah tuturan yang diucapkanselama kurang lebih sepuluh sampaidengan lima belas menit oleh seorangjuru basa dalam upacara adat tertentu,seperti acara seba, menanam padi,selametan manis (pernikahan, sunatan,dan panen), dan selametan pait(kematian). Tanda basa dituturkansebelum kegiatan adat dimulai dansajian yang dihidangkan adalahsebokor sirih beserta perlengkapannyaseperti pinang dan kapur sirih. Penuturtanda basa disebut juru basa.Umumnya, juru basa ditunjuk olehtetua adat. Setiap kampung di Baduymemiliki juru basa yang merupakantokoh masyarakat setempat.

Berdasarkan hal di atas, rumusanmasalah dalam telaah ini adalah apasaja pesan moral yang terdapat dalamtanda basa Suku Baduy? Selanjutnya,tujuan telaah ini adalahmendeskripsikan pesan moral yangterdapat dalam tanda basa SukuBaduy.

LANDASAN TEORI

Moral dalam Sastra

Magnis-Suseno (2000) mengemukakanbahwa moral selalu mengacu pada baikburuknya manusia sebagai manusiasehingga bidang moral adalah bidangkehidupan manusia dilihat dari segikebaikannya sebagai manusia (hlm. 4).Moral dikenal jugadengan istilahkesusilaan yang merupakankeseluruhan dari berbagai kaidah danpengertian yang menentukan manayang dianggap pantas dan tidak pantasdalam suatu golongan (masyarakat).Moral berlaku relatif pada tiapkelompok masyarakat.

Moral merupakan suatuperaturan yang sangat penting danbersifat mendasar di tengahmasyarakat. Karena sifatnya yangmendasar, ia menjadi rambu-rambudalam kehidupan serta pelindung bagimasyarakatnya itu sendiri. Dengandemikian, moral harus ditegakkan,dipelihara, serta disebarluaskan agartidak tergerus oleh zaman. Salah satusarana untuk menjaga nilai-nilai moralagar tidak tergerus zaman sekaligustersampaikan pada generasi yang lebihmuda adalah melalui sastra.

Sastra dengan berbagaimediumnya tidak semata-mata berdirisebagai karya yang otonom. Sastrajuga memiliki muatan yang dapatmenjadi refleksi bagi penikmatnya.Oleh karena itu, sastra jugamembawapesan atau imbauan kepadapenikmatnya. Hal itu sesuai denganpernyataan Budi Darma (1984) bahwasastra dianggap sebagai saranapendidikan moral (hlm. 47).Ditambahkan oleh Semi (1993) bahwamoral sendiri diartikan sebagai suatunorma, suatu konsep tentangkehidupan yang dijunjung olehsebagian besar masyarakat tertentu(hlm. 49). Nilai-nilai moral yangtercantum dalam karya sastra dapatberbentuk tingkah laku yang sesuaidengan kesusilaan, budi pekerti, danjuga akhlak.

Sebagai pranata yang hidup ditengah masyarakat, sastra lisanmemegang peranan penting sebagaimedium untuk melestarikan nilai-nilaimoral serta menyebarluaskannya.Disebutkan oleh Hutomo (1991)bahwa salah satu fungsi sastra lisanadalah sebagai alat pemaksaberlakunya norma-norma sosial dansebagai alat pengendali sosial (hlm.70). Artinya, sastra lisan juga memilikikekuatan untuk menentukanbagaimana perilaku yang patut maupun

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 269—282

272

tidak di dalam masyarakat, terutamamasyarakat tradisional. DitambahkanKosasih (2013) bahwa sastra klasik(dalam konteks telaah ini adalah sastralisan) merupakan catatan hidup dankehidupan manusia masa lampau danmenjadi bagian dari karya-karyakemanusiaan (hlm. 12). Itu artinya,karya-karya sastra lisan pun tidakmungkin lepas dari nilai-nilaikemanusiaan yang universal.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalammelakukan analisis adalah metodestruktur. Struktur yang dianalisis dalamtelaah ini adalah nilai-nilai moral yangterdapat dalam tanda basa Baduy.Dalam telaah ini, penulismendeskripsikan nilai-nilai moral.Penulis juga memberikan interpretasiterhadap nilai moral yang terkandungdalam tanda basa Baduy. Telaah inimerupakan penelitian deskriptifkualitatif. Hasil penelitian ini berupadeskripsi disertai dengan kutipan datayang berasal dari sastra lisan Baduyyang telah diinterpretasikan.

Sumber data dalam telaah iniadalah tanda basa Baduy yangdiujarkan dalam bahasa Sunda Baduy.Metode pengumpulan data padapenelitian ini menggunakan metodewawancara dan rekam. Proseswawancara dan perekaman dilakukanterhadap beberapa sumber data padapenelitian ini. Hasil rekamanselanjutnya ditranskripsikan ke dalambentuk tertulis disertai terjemahan teksuntuk mempermudah analisis data.

Adapun informan dalampenelitian ini adalah Ibu Misnah (Jurubasa Kampung Balimbing). IbuMisnah adalah istri Mang Sarpin, salahseorang tokoh masyarakat Baduy Luardan berprofesi sebagai staf Kantor

Kelurahan Desa Kanekes. Tempattinggal Mang Sarpin dan Ibu Misnahbiasa dijadikan tempat menginap paratamu yang datang ke Baduy Luardalam rangka penelitian, rekreasi, atausekadar berkunjung. Ibu Misnah danMang Sarpin kerap diundang ke luarkomunitas Baduy untuk menampilkanwajah Baduy dari segi budaya, bahasa,dan tradisi.

Tidak sembarang orang dapatdiangkat atau dipercaya sebagai jurubasa. Ibu Misnah merupakan juru basaperempuan di Kampung Balimbingyang termasuk dalam wilayah BaduyLuar. Juru basa perempuan diperlukankarena masyarakat Baduy masihmenganut pemisahan antara laki-lakidan perempuan pada upacara-upacaratertentu. Artinya, juru basa perempuankhusus menuturkan tanda basa padakhalayak perempuan, sedangkan jurubasa laki-laki pada khalayak laki-laki.

PEMBAHASAN

Tanda basa diucapkan pada awalmasyarakat Baduy akan memulaikegiatan mereka, seperti bertanam,panen, maupun selametan. Pada acaraselametan, semua yang hadir adalahanggota masyarakat yang dipilih danbukan dari rakyat biasa. Biasanyasesepuh, tokoh, atau masyarakat yangdihormati di lingkungan sekitar.Selametan diadakan setelah adapersetujuan dari jaro tujuh.Selanjutnya, tuan rumah akanmenyuruh orang lain ngahiras(meminta tolong untuk berkumpul).Juru basa memimpin acara selametandan membacakan tanda basa selamakurang lebih 15 (lima belas) menit.Sementara itu, alur acara selametanbaik manis dan pait adalah sebagaiberikut:(1) sebelum menyuguhkanmakanan kepada para hadirin, jurubasa membacakan tanda basa di depan

Dody K. & Nur Seha: Pesan Moral dalam Tanda…

273

bokor yang berisi sirih dankelengkapan lainnya, (2) setelah tandabasa selesai dituturkan, bokor berisisirih berpindah tangan searah putaranjarum jam dimulai dari juru basa keorang di sampingnya sambilmengambil sirih dan buah pinanghingga seluruh yang hadir dalampembacaan tanda basa itumendapatkannya, serta (3) bokorkembali lagi ke tangan juru basa dandiletakkan di hadapannya. Padaselametan manis. Setelah bokordiletakkan, semua yang hadir menepukpundak diri sebelah kanansebanyaksatu kali. Dan pada selametanpait, para hadirin menepuk pundak dirimereka di sebelah kiri sebanyak satukali. Setelah seluruh ritual dilakukan,barulah masyarakat memulai aktivitasyang dimaksud seperti menumbukpadi, menanam benih padi, seserahanpernikahan, dan sebagainya.

Seperti disebut pada metodepenelitian, data yang digunakan padatulisan ini adalah tuturan tanda basa(pada acara selametan) yang dituturkanIbu Misnah yang berasal dariKampung Balimbing. Data tanda basayang didapat beserta terjemahannya.Dapat dilihat pada tabel data.

Ada beberapa pesan moral yangdapat ditangkap. Tanda basa tersebutmengingatkan pada masyarakat Baduykhususnya dan masyarakat umum agarselalu bersikap sopan dan santun,efektif dalam bekerja, jujur dan damai,berperilaku sederhana, religius, patuhpada aturan nenek moyang, sertaberani mengakui kesalahaan. Pesan-pesan tersebut sekaligus menjadi jalanhidup keseharian masyarakat Baduy.

Sopan dan Santun

Pesan mengenai kesopanan dankesantunan terdapat dalam tanda basaBaduy. Bahkan, penulis menemukanbahwa tindak kesopanan dankesantunan cukup banyak dalamtuturan tanda basa yang dituturkanoleh juru basa. Prosesi lamarandengan mengucapkan tanda basasendiri merupakan proses yang sakraldan dipenuhi dengan sikap sopan dansantun. Juru basa selaku pihak yangmelaksanakan acara memulai denganucapan maaf sekaligus sebagaiungkapan permisi pada tuan rumah.Ucapan maaf itu lantas dilanjutkandengan pengutaraan keinginan padatuan rumah, misalnya melamar.

Tabel 1Tanda Basa Mengenai Sopan Santun dan Terjemahan

Tanda Basa Terjemahan

(1) Tabe... cara ka kolot kanu mangku gawetihareupeun ndek nyuruduk saur numpangraratan.

(7) Ja... aya, ciri buktina tanda rupanasaur sabuku sabelas sakecap,lemareun saeusi bokor,ngahaturkeun….

(8) Kolot cara kanu mangku gawe tihareupeun.Ngahaturkeun...

(1) Salam, sebagai orang tua dan pembawa acaradari depan akan meminta maaf yang sebesar-besarnya.

(7) Ini ada ciri dan bukti, ucapan dan kata-katanya, ada alat sirih satu bokor,menyerahkan….

(8) Kepada orang tua, kepada yang membawaacara yang di depan. Menyerahkan

Penyerahan bokor yang berisisirih dan buah pinang dilakukan secara

berpindah tangan dan berurutan darisatu undangan ke undangan yang lain

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 269—282

274

sebelum kembali lagi ke juru basa.Disebutkan oleh Seha, et al. (2015)bahwa prosesi penyerahan bokorberlangsung searah putaran jarum jam(hlm. 62). Selama prosesi tersebuttidak diperbolehkan saling melangkahiantara satu peserta dengan peserta yanglain. Apabila ada yang bertindakmenyerahkan bokor denganmelangkahi seorang peserta, tindakantersebut dianggap tidak sopan.

Kesopanan adalah nilai yangbersifat universal. Bagi masyarakatBaduy sendiri, kesopanan adalah halyang mutlak dilakukan baik kepadasesamanya maupun pada masyarakatluar. Ihwal kesopanan di tengahmasyarakat Baduy disebut dalamaturan pikukuh yang berbunyi nyabdakudu diunggang (berkata harusdipikirkan agar tidak menyakitkan).Kesopanan merupakan warisan yangditurunkan secara turun temurun darinenek moyang hingga pada masyarakatBaduy generasi terkini.

Sopan pada orang tua merupakanhal yang harus dilakukan olehmasyarakat Baduy. Bersikap sopanadalah wajib bagi setiap orang Baduy.Tanda basa sebagai tuturan ritualmasyarakat Baduy merupakanpengejawantahan dari pikukuh yangmerupakan pandangan hidupmasyarakat Baduy yang beragamasunda wiwitan. Pikukuh inilah yangmenjadi orientasi, konsep-konsep, danaktivitas-aktivitas religi masyarakatBaduy.

Tanda basa pun memerikanaturan-aturan tersebut. Kata kolot atauorang tua yang terdapat pada kalimat(1) dan (8) dalam Tabel 1menunjukkan bahwa orang tuamerupakan inti dari upacara tersebut.Kokolot merupakan awal dan titik tolakselama ritual berlangsung. Dalamkonteks Baduy secara menyeluruh,kolot disimbolkan dengan keberadaan

puun. Puun merupakan inti dari segalakehidupan masyarakat Baduy karenapuun berperan mengatur kekuasaanpemerintahan masyarakat Baduysecara tradisi. Dengan demikian,penghormatan terhadap puun bersifatmutlak.

Di dalam masyarakat Baduy,kesopanan ditunjukkan denganmengunjungi Jaro atau tetua adat bilamereka ingin mengadakan hajatan.Akan menjadi ketidaklaziman, bahkanpamali apabila hajatan diadakan tanpameminta izin terlebih dahulu padaJaro. Disebutkan oleh Saputra (1950),Orang Baduy Luar sangatmenghormati dan berlaku sopan padaorang Baduy Dalam karena kehalusanbudi mereka (hlm. 15). Penghormatanpada tamu merupakan bentukkesopanan di dalam masyarakatBaduy. Kalimat 7 pada Tabel 1 jugamenunjukkan beberapa seserahan yangharus ada dalam upacara selametan.Seserahan merupakan simbol bahwatuan rumah menghormati kedatanganpara undangan.

Demikian juga dengan orangasing yang ingin memasuki tanahulayat Baduy. Ada peraturan yangharus dipatuhi untuk bisa memasukikawasan Baduy. Mereka harusmengunjungi Jaro Pamarentah yangmenjadi penghubung antara Baduydengan dunia luar. Pada tahapan ini,Jaro Pamarentah berfungsi sebagaipenyaring para pendatang yang inginmemasuki kawasan Baduy. Setelah adaizin dari Jaro Pamarentah, merekabisa memasuki Baduy, tetapi dengantetap menaati aturan yang berlaku,misalnya tidak membuang sampah disembarang tempat atau tidakmenggunakan peralatan modernapabila memasuki kawasan BaduyDalam.

Kesopanan juga ditunjukkanmasyarakat Baduy dalam hal

Dody K. & Nur Seha: Pesan Moral dalam Tanda…

275

berbahasa. Disebutkan oleh Hakim(2012) bahwa bahasa masyarakatBaduy adalah bahasa Sunda Kuno atauSunda Buhun yang tak mengenaltingkatan tata bahasa (hlm. 10). Aksenmereka saat bicara sedikit ditekan,tetapi saat didengar terasa lembut.Lebih lanjut, hal tersebutmelambangkan sikap hidup orangBaduy yang ramah dan sopan terhadapsiapa pun.

Efektif

Bekerja efektif menjadi filosofibagi masyarakat Baduy. Efektif bagi

masyarakat Baduy berhubungandengan etos bekerja. MasyarakatBaduy memiliki etos kerja yang tinggi.Mayoritas orang Baduy bekerja daripagi hingga sore hari. Tim peneliti jugamelihat anak berusia sekolah yangsudah bekerja mengangkut durian daridaerah Baduy Luar ke kampung terluarBaduy, Kaduketug. Anak-anak bekerjamengangkut durian, sedangkan kaumwanita Baduy rata-rata menganyamkain. Hal tersebut membuat durasiwaktu pada pagi hingga siang hari diBaduy benar-benar menjadi waktuyang efektif untuk bekerja.

Tabel 2Tanda Basa Mengenai Efektivitas dan Terjemahan

Tanda Basa Terjemahan

(2) Rincik-rincik rarancagan dendeng gedangwawalehan,tetegalan cara mundu.

(9) Leumareun sauesi bokor eta bisi ayakasalahan, dosa gede dileutikeun, dosa leutikdieuweuhkeun.

(2) Kecil-kecil sebagai undangan, cepat-cepat,papaya dipotong jadi rapi, tidak mauan, jalandi kebon.

(9) Ada alat sirih satu bokor. Apabila adakesalahan yang besar dikecilkan,kesalahankecil dihapuskan.

Kalimat (2) pada Tabel 2menunjukkan betapa masyarakatBaduy sangat efektif, terutama dalammenghargai waktu. Mereka akanmenyegerakan bekerja apabila sudahtiba waktu kerja. Dalam prinsipefektivitas tersebut, mereka berusahaagar tidak sampai melakukankesalahan. Konsepsi masyarakatBaduy juga mengenal istilah “Pondoknyogokna, panjang nyugakna”yangberarti kurang lebih bila berbuatkesalahan mudah, meminta maaf yangagak susah. Sebagaimana disebut olehkalimat (9) pada Tabel 2, apabilaterjadi kesalahan, pihak yangmelakukan kesalahan harus segerameminta maaf agar masalah tidaksampai membesar.

Dalam masyarakat Baduy,kesalahan yang diperbuat akanberdampak panjang. Terlebih, kesalahan

yang berhubungan dengan pelanggaranadat, termasuk memasuki hutanlarangan. Untuk melakukan permohonanmaaf, diperlukan ritual khusus yangdisebut upacara tebus dosa atau mintadihampura (Djoewisno, 1987, hlm.34). Dalam upacara ini, pelanggarharus membayar dengan sejumlahpersyaratan. Ritual ini akan dipimpinlangsung oleh Puun Cikeusik. Olehkarena itu, bertindak dan bekerjaefektif akan menghindarkan wargaBaduy dari kesalahan sekaligusmembentengi diri mereka.

Pikukuh juga memerikan nasihatkudu ngadek sacekna (harus menetaksetepatnya) dan nilas saplasna(menebas setebasnya). Kedua kalimatpikukuh ini sekaligus menjadi perintahagar masyarakat Baduy dalam bekerjatidak membuang-buang waktu dankesempatan yang ada. Hal ini dapat

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 269—282

276

dihubungkan dengan mata pencaharianutama masyarakat Baduy yaknibertanam. Dalam bertanam, masyarakatBaduy berbeda dengan masyarakatmodern. Mereka memanfaatkan tandadari alam berupa petunjuk bintang.Ritual-ritual pun dilakukan saat prosesibercocok tanam. Dalam prosesi itu,tidak ada waktu yang terbuang. Semuaorang melakukan tugas masing-masing. Ketidakpatuhan pada aturanbertanam akan menyebabkan hasilpanen tidaksesuai dengan apa yangmereka harapkan.

Jujur dan Damai

Masyarakat Baduy adalahmasyarakat yang menjunjung kejujurandan perdamaian. Sikap tersebut terlihatjelas dalam setiap perbuatan dantindakan sehari-hari masyarakatBaduy. Sikap menjunjung kejujurandan kedamaian terproyeksi dalambeberapa sastra lisan Baduy. Di dalamtanda basa juga diperlihatkanpermohonan agar selalu dinaungikejujuran dan kedamaian. Hal tersebutterlihat dalam data berikut ini.

Tabel 3Tanda Basa Mengenai Jujur dan Damai dan Terjemahan

Tanda Basa Terjemahan

(3) Ieu hayang menta dijujurkeun, hayang ayakajujurana hayang aya karahayuana.

(6) Hayang aya kajujuran karahayuan.

(3) Memohon untuk dijujurkan, supaya adakejujuran dan kedamaian.

(6) Supaya ada kejujuran dan kedamaian.

Ada kalimat hayang ayakajujuran karahayuan yang diulanghingga dua kali (kalimat 3 pada Tabel3). Hal ini berarti kejujuran dankedamaian benar-benar dijunjung olehmasyarakat Baduy. Meskipun terlihatlebih banyak diam saat bertemudengan orang asing yang baru dikenal,sebenarnya itu bagian sikap darimasyarakat Baduy yang menjagaamanat karuhun (leluhur). OrangBaduy juga tidak banyak bicara bilatidak dimulai. Jawaban yangdisampaikan pun cenderung singkat,antara menjawab ya atau tidak.Tindakan tersebut berarti masyarakatBaduy tidak mau memberikanketerangan. Hakim (2012)menyebutkan bahwa tindak kejujuranorang Baduy ditunjukkan denganpernyataan teu wasa bila tidakmengetahui atau tidak kuasamengatakan terutama untuk beberapakepercayaan yang tidak semua dapat

diakses oleh orang luar (hlm. 10). Haltersebut sesuai dengan amanatkaruhun.

Kedamaian di Baduy selain dapatdirasakan dari suasana alamnya jugadapat dirasakan dari perilakupenduduknya. Masyarakat Baduysangat menghindari konflik. Apabilaada konflik, penyelesaiannya dapatdilakukan secara adat. Pada kasusseorang penduduk Baduy yang berbuatkesalahan, hukuman yang ditimpakanbisa berupa penurunan statuspenduduknya, misalnya dari pendudukBaduy Dalam menjadi Baduy Luar danBaduy Luar menjadi Baduy Dangka(samping). Ketika seorang pendudukBaduy melakukan tindakan kriminal,misalnya membunuh, jaro adat akanmenyerahkan penduduk tersebut padapihak yang berwajib. Tindakan itudilakukan untuk menciptakan suasanadamai di tengah masyarakat.Kedamaian di Baduy merupakan

Dody K. & Nur Seha: Pesan Moral dalam Tanda…

277

perpaduan antara keselarasan denganalam yang seiring sejalan dengankeselarasan diantara anggotamasyarakatnya.

Jujur dan damai merupakannasihat yang dituturkan dalam pikukuh.Lojor teu meunang dipotong (panjangtak boleh dipotong) serta pondok teumeunang disambung (pendek tak bolehdisambung) menunjukkan bahwakeadaan yang apa adanya harus tetapapa adanya. Pikukuh tersebutmengajarkan bahwa kenyataan yangada di masyarakat Baduy pantangditambah atau dikurangi. Kondisidamai di Baduy juga berhubungandengan sikap mereka yangmenghindari konflik. Beberapa nasihatpikukuh semacam mipit kudu amit(mengambil harus pamit), ngala kudumenta (mengambil harus minta),ngeduk cikur kudu mihatur(mengambil kencur harusmemberitahukan yang punya), sertanyokel jahe kudu micarek (mencungkiljahe harus memberi tahu)menunjukkan sikap jujur sekaligusupaya untuk menghindari konflik. Bagimasyarakat Baduy, kedamaian menjadidampak dari perbuatan jujur.

Sederhana

Kesederhanaan juga diajarkandalam tanda basa Baduy. Sebagaimanatanda basa yang diucapkan olehMisna, juru basa Kampung Balimbing,

ada kalimat yang berbunyi Hayang ayakaberkahana, hayang aya kaberkatana,hayang saeutik mahi loba rea nyesa.Kalimat tersebut kurang lebih berartiSupaya ada keberkahan, sedikit tapicukup kalau banyak lebih melimpah.Ada nilai hidup sederhana yangterkandung di dalam kalimat tersebutbahwa yang sedikit namun mencukupi.

Masyarakat Baduy memangmencukupi kebutuhannya dari alam.Meskipun kehidupan modern telahmerambah sebagian masyarakatBaduy, kesederhanaan tetap merekatampilkan. Hal ini dapat dilihat padahal yang paling sederhana: pakaian,rumah, dan makanan. Bergaya hidupsederhana sudah diajarkan olehpikukuh. Nasihat pikukuh yangberbunyi ngagedag kudu beware(mengguncang pohon supaya buahnyajatuh harus memberitahu terlebihdahulu) secara tersirat menunjukkankesederhanaan. Untuk mengambilbuah, orang Baduy cukup melakukandengan mengguncang pohon ataumemanjat pohon. Mereka tidak sampaimenggunakan peralatan modern yangdapat merusak pohon. Hal ini bisadilihat dari kondisi lingkungan tanahulayat Baduy yang masih dipenuhipepohonan. Jarang ditemukantumbuhan rusak karena penggunaanalat modern selama tim peneliti beradadi Baduy.

Tabel 4Tanda Basa Mengenai Sederhana dan Terjemahan

Tanda Basa Terjemahan(4) Hayang aya kaberkahana, hayang aya

kaberkatana, hayang saeutik mahi loba reanyesa

(4) Supaya ada keberkahan, sedikit tapi cukupkalau banyak lebih melimpah.

Kalimat tanda basa pada Tabel4, selain mengajarkan kesederhanaanjuga mengandung sebuah harapan akankeadaan yang lebih baik. Hal ini juga

menunjukkan sifat orang Baduy yangreligius. Pengharapan pada Tuhanmembuat orang Baduy berserahsepenuhnya pada alam dalam

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 269—282

278

menghadapi hidup. Sepertidikemukakan oleh Hakim (2011)bahwa keseharian hidup pendudukBaduy bernafaskan keagamaan (hlm.55). Tiap langkah yang dilakukan taklepas dari kepercayaan yang dianut.Kesederhanaan juga berkaitan denganmata pencaharian orang Baduy yaitusebagai peladang. Orang Baduy yangdominan dengan mata pencaharianberladang ini tak lepas dari keselarasanmereka dengan alam. Kesederhanaanmereka juga berhubungan dengankondisi alam serta amanat karuhun.

Religius

Tanda basa Baduy jugamengajarkan sifat religius. Religiositasini sendiri merupakan turunan darinasihat pikukuh. Penyampaian pikukuh

bersifat menyeluruh di kalanganmasyarakat Baduy sehingga dogmadari ajaran sunda wiwitan sampaikepada seluruh lapisan pendudukBaduy. Penyampaian pikukuh pundilakukan pada upacara adat yangdihadiri oleh seluruh anggotamasyarakat. Ada beberapa data dalamtanda basa yang menunjukkan bahwareligiositas menjadi bagian darikeseharian Suku Baduy. Disebutkanoleh Saputra (1950) bahwa alamsemesta adalah “kitab suci” orangBaduy. Mereka meyakini bahwa alamhidup dengan aturannya sendiri danalam menjadi bagian integral dari SukuBaduy (hlm. 1).

Tabel 5Tanda Basa Mengenai Religiositas dan Terjemahan

Tanda Basa Terjemahan

(5) Cara kasalametana cara nudisalametkanacara anu nyalametana.

(10) Hayang hirup, dibeuti hejo dicongohejo, lalakona anggang babayana.

(5) Cara selamatnya, dengan yang diselamatkandan yang menyelamatkannya.

(10) Supaya hidup, diakar hijau dipucukhijau, supaya dan dijauhkan daribahaya.

Dengan konsepsi alam semestasebagai kitab suci dan keberadaanSuku Baduy yang sangat menjagaalam, gaya hidup Suku Baduymenunjukkan eksistensi merekasebagai suku yang sangat menjunjungnilai-nilai keagamaan. Seperti disebutdi atas bahwa keseharian pendudukBaduy tidak dapat dipisahkan dari ritusdan kepercayaan. Dapat dikatakan, haltersebut juga berhubungan dengankayakinan orang Baduy melaksanakanamanat karuhun. Bagi masyarakatBaduy, sunda wiwitan dan amanatkaruhun saling berhubungan.

Kalimat (5) menunjukkan bahwasetiap prosesi kehidupan diawali

dengan memohon pada Yang MahaKuasa, termasuk keselamatan. Tuhantidak disebut secara eksplisit namundengan anu nyalametana (yangmenyelamatkannya). PenyebutanTuhan secara implisit semakinmenandakan bahwa Tuhan adalahbagian integral dalam kehidupan.Berserah pada Tuhan menjadi hal yangtidak terpisahkan dalam kehidupan.Dengan penyerahan diri secaramenyeluruh, mereka menyerahkan diripada siklus alam dan menjaganya agartetap seimbang.

Kehidupan agraris adalah jalanhidup sekaligus kehidupan masyarakatBaduy. Potongan kalimat pada 10 yang

Dody K. & Nur Seha: Pesan Moral dalam Tanda…

279

berbunyi hayang hirup, dibeuti hejodicongo hejo, (agar hidup, di akar hijaudi pucuk hijau) menunjukkankehidupan manusia sejatinya ditopangoleh alam. Oleh karena itu, masyarakatBaduy percaya alam tidak bolehdirusak. Dalam kegiatan seba tahunan,di mana masyarakat Baduy turunmenghadap Bupati Lebak danGubernur Banten, mereka selalumenyampaikan pesan agar pemerintahmenjaga keseimbangan dan kelestarianalam. Pada lanjutan data kalimat 10,lalakona anggang babayana (supayadan dijauhkan dari bahaya), pesanpelestarian alam semakin dikuatkan.Tersirat pesan bahwa pelestarian alamakan menjauhkan kehidupan manusiadari bahaya. Dengan begitu, bagi orangBaduy, religiositas diartikan sebagaiupaya menyelamatkan kehidupanmanusia.

Mengikuti Ajaran Nenek Moyang

Ajaran nenek moyang disebutkandalam amanat karuhun. Bagimasyarakat Baduy, amanat karuhunadalah hal yang harus dilaksanakanserta dilestarikan karena ajaran nenekmoyang adalah eksistensi orangBaduy. Ajaran nenek moyang akanselalu ada dan terselip dalamkeseharian masyarakat Baduy. Tandabasa yang diucapkan oleh juru basajuga menyelipkan amanat agar selalumematuhi ajaran nenek moyang.Amanat karuhun terwujud dalamperbuatan juga pedoman-pedoman

yang berlaku di tengah masyarakat.Disebutkan oleh Djoewisno (1987),masyarakat Baduy memegang teguhamanat karuhun yang terwujud padapedoman hidup yang dikenal denganistilah “Dasasila” atau sepuluhpengertian yang berisi: (1) Moalmegatkeun nyawa nu lian (tidakmembinasakan sesamanya), (2) Moalmibanda pangaboga nu lian (tidakmencuri, merampas) milik orang lain,(3) Moal linyok soal bohong (tidakingkar dan tidak menipu), (4) Moalmirucaan kana inuman nu matakmabok (tidak melibatkan diri padaminuman yang memabukkan), (5)Moal midua ati ku nu sejen (tidakmenduakan hati kepada orang lain atauberpoligami), (6) Moal barang dahardina waktu nu kakurung ku peuting(tidak memakan setelah matahariterbenam), (7) Moal makekekembangan jeung seseungitan (tidakmemakai bunga-bunga dan harum-haruman untuk menghiasi diri), (8)Moal ngeunah-geunah geusan sare(tidak melelapkan diri dalam tidur danselalu ingat dalam keadaan bangun),(9) Moal nyukakeun ati ku igel,gamelan, kawih atawa tembang (tidakmenyenangkan hati dengan tari,tabuhan, nyanyi, atau senandunggembira yang bisa lupakan diri), serta(10) Moal make emas atawa salaka(tidak memakai emas permata yangdapat membuat orang lain sirik dandengki) (hlm. 136-137).

Tabel 6Tanda Basa Mengenai Patuh terhadap Ajaran Nenek Moyang dan Terjemahan

Tanda Basa Terjemahan

(11) Ja...silingguhing pikir mah hayangnitian tali paranti, mapay karabatkolot anu baheula.

(13) Kitu geh, hayang tembong tanjung-tanjung bae mah, tambah milebur

(11) Karena pemikiran, maunya mengikutipetuah leluhur nenek moyang dahulu

(13) Walaupun begitu, ingin terlihat keteguhanpendiriannya, tidak menghilangkan pituturterdahulu juga tidak melupakan cerita

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 269—282

280

pitutur tambah milebar carita.

(14) Tambah mecot lalakon, tambahmilebur carita, tambah leungitkalatrian.

terdahulu.

(14) Tidak melupakan tradisi,menghilangkan cerita, dan hilang jatidiri

Ketiga data pada Tabel 6menunjukkan keterikatan pada masalampau. Masa lampau bagi masyarakatBaduy adalah aturan yang akan tetapada hingga akhir zaman. Di sini, fungsitanda basa juga menjadi satu alatpengesah pelestarian amanat karuhun.Amanat karuhun tidak tersurat, tapitersirat dalam ingatan serta diucapkandalam bahasa Sunda kuno, dengangaya terisak-isak, laras melankolis lagumarenggo, dengan tetabuhan pengiringberupa kecapi. Amanat karuhun inidibawakan pada awal upacarakeagamaan Kawalu Mitembeyan. Padaupacara tersebut dibacakan pantunyang mengenang sejarah hidup masalampau. Djoewisno (1987)memperkirakan bahwa patokan masalampau masyarakat Baduy adalah saatkawasan Baduy dinyatakan tertutupbagi semua tamu (hlm. 36). Padaupacara tersebut, selain menitipkanamanat, juga dititipkan peringatan,aba-aba, ajakan, serta kewaspadaanyang mengingatkan manusia terhadapperubahan zaman yang dapatmenghempaskan manusia bila tidakberpegang pada iman.

Ajaran nenek moyang jugamenjadi sugesti bagi masyarakatBaduy. Sugesti itu terwujud di dalamkeseharian mereka yang antara laintampak dengan pembuatan tandapalang (tapak jalak) dengan kapur sirihdi atas pintu rumah, penyimpanansebungkus garam di para-para perapianmasak hingga puluhan tahun. Haltersirat lain dari amanat karuhun jugamengatur tata rumah seperti rumah

harus menghadap utara-selatan, padaujung bubungan rumah harus ada tandalingkaran atau injuk aren, perladanganharus disyarati dengan daun pelah.Peraturan tersebut memang tidaktertera dalam hukum adat, tapidilaksanakan oleh segenap masyarakatBaduy. Dengan demikian, ajaran nenekmoyang juga menciptakankeseragaman di dalam masyarakatBaduy sehingga tidak terlihatketimpangan sosial di tengahmasyarakat.

Mengakui Kesalahan

Tanda basa juga mengajarkanbagaimana mengakui kesalahan.Kalimat (12) Sakitu geh teu katitian,teu katepian, teu kapapay teukapiladyang berarti meskipun begitu,apapun yang dijalankan tidak tercapaisecara sempurna menunjukkan bahwaapapun usaha yang telah dilakukan,tidak akan terlepas dari kekurangan.Begitu juga dalam bermasyarakat.Prinsip tersebut terbawa dalamkeseharian masyarakat Baduy. Agartidak sampai melakukan kesalahan,mereka tampak berhati-hati dalamberbicara. Terlebih saat merekaberbicara dengan orang asing yangbaru dikenalnya. Bahkan, terhadaporang luar yang sudah dikenal punmereka juga menjaga perkataan. Selainmenghindarkan diri dari kesalahanterhadap sesama, sikap menjaga dirijuga menjadi bagian menjaga amanatnenek moyang.

Dody K. & Nur Seha: Pesan Moral dalam Tanda…

281

Tabel 7Tanda Basa Mengenai Mengakui Kesalahan dan Terjemahan

Tanda Basa Terjemahan(12) Sakitu geh teu katitian, teu

katepian, teu kapapay teukapilad.

(12) Meskipun begitu, apa pun yang dijalankantidak tercapai secara sempurna

Konsepsi ini juga terpapar dalamsalah satu peribahasa suku Baduy yangberbunyi, “Pondok nyogokna, panjangnyugakna,” yang kurang lebihbermakna sebagai permintaan maaf.Dalam peribahasa tersebut diartikanbahwa berbuat kesalahan bisadilakukan dalam waktu singkat, namunproses memaafkan kesalahan tersebutbisa memakan waktu yang cukup lama.Proses yang lama tersebut bisadisebabkan orang yang memberi maaftidak langsung memberikan maaf padapembuat kesalahan. Untukmendapatkan maaf/pengampunanharus dilakukan sejumlah upacara.Termasuk di dalamnya upacara yangmeminta restu langsung dari puun.Dalam upacara ini, memakan waktuyang lama serta biaya yang tidaksedikit. Permintaan maaf ini tidakterbatas bagi orang Baduy yangmelakukan kesalahan, melainkan jugapada orang luar yang melanggar aturandi tanah ulayat Baduy.

Bagi Suku Baduy, cara terbaikagar tidak sampai melakukankesalahan adalah denganmeminimalisasi kesalahan. Manifestasiatas cara pandang tersebut adalahdengan melakukan sesuatu secukupnyasaat mereka berbuat sesuatu.

PENUTUP

Setiap sastra lisan pastimembentuk satu proyeksi tertentu padamasyarakat yang melingkupinya.Proyeksi tersebut merupakan hal yangdiidamkan terjadi pada masyarakat.Tanda basa adalah salah satu kekayaan

khazanah sastra lisan yang dimilikioleh Suku Baduy. Tanda basa tidakdiucapkan setiap saat, tetapi pada acaratertentu saja. Di samping mengembanfungsi magis, tanda basa jugamengemban fungsi edukatif, terutamabagi masyarakat Baduy. Fungsiedukatif tersebut terlihat dari nilaimoral yang terkandung pada tuturan didalamnya. Di dalam tanda basa yangdituturkan oleh juru basa bernamaMisnah, terdapat pesan moral yangdiperuntukkan tidak hanya sebataspada Suku Baduy, tetapi juga padaumat manusia secara keseluruhan.Pesan moral yang dapat diambil daritanda basa adalah (1) sopan dansantun, (2) efektif, (3) jujur dan damai,(4) sederhana, (5) religius, (6)mengikuti ajaran nenek moyang, serta(7) mengakui kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Darma, B. (1984). Sejumlah EsaiSastra. Jakarta: PenerbitUnipress

Djoewisno, M.S. (1987). PotretKehidupan MasyarakatBaduy. Jakarta: Cipta Pratama

Hakim, L. (2012). Baduy dalamSelubung Rahasia. Serang:Biro Humas Pemprov Banten

Huripan, S.S. (1991). Mutiara yangTerlupakan. Surabaya: HISKIKomisariat Jawa Timur

Kosasih, E. (2013). Nilai-nilai Moraldalam Karya Sastra MelayuKlasik Islam: Kajian terhadaphikayat Raja Khaibar, hikayat

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 269—282

282

Saif Zulyazan, serta hikayatMariam Zanariah dan NurdinMasri. Jurnal Susurgalur,1(1): 11-26.

Magnis-Suseno, F. (2000). Kuasa danmoral. Jakarta: GramediaPustaka Utama

Seha, N, et al. (2015). Sastra lisanBaduy. Serang: KantorBahasa Provinsi Banten

Semi, A. (1993). Metode penelitiansastra. Bandung: Angkasa

Saputra, S. (1950). Naskah Baduy 11(Agama). Bandung: naskahtidak diterbitkan

Wellek, R & Austin W. (1995). Teorikesusastraan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.