Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu ...
Transcript of Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu ...
1Universitas Indonesia, 2017
Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni
Karya Syekh Ihsan Jampes
Devina Gary Oktiana, Maman Lesmana
1. Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
2. Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected], [email protected]
Abstrak
Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni merupakan salah satu kitab karangan Syekh Ihsan ibn Dahlan Jampes yang membahas mengenai hukum minum kopi dan menghisap rokok. Seperti halnya kitab kuning yang lain, kitab ini disajikan dalam bentuk teks sastra, diawali dengan bentuk puisi kemudian diberi penjelasan dalam bentuk prosa, agar tidak membosankan. Artikel ini bertujuan untuk melihat struktur dan isi teks sastra yang digunakan dalam kitab tersebut, untuk melihat keefektifan cara tersebut dalam memberikan informasi tentang hukum minum kopi dan menghisap rokok di kalangan umat Islam. Untuk membahas hal tersebut, artikel ini menggunakan data pustaka, baik sebagai korpus penelitian maupun referensi, dan metode kualitatif, yang lebih mengutamakan kata daripada angka dan menekankankualitas daripada kuantitas. Data-data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif analitis dengan menggunakan metode strukturalisme semiotik. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa memang kitab ini menggunakan teks puisi klasik dan prosa dalam menyampaikan informasi tentang hukum minum kopi dan merokok, tapi unsur retorika yang digunakan lebih banyak menggunakan kata-kata yang denotatif daripada yang konotatif dan kata-kata yang haqiqi daripada yang majazi, sehingga lebih mudah untuk dicerna dan lebih efektif untuk digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi kepada pembaca.
Structure and Content Analysis of The Book Irsyādu al-Ikhwāni Libayāni Syurbi
al-Qahwati wa ad-Dhukhāni by Syekh Ihsan Jampes
Abstract
The book Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni, one of the books written by Sheikh Ihsan ibn Dahlan Jampes, discusses the law of coffee drinking and smoking cigarettes. Like other kitab kuning (specific religious books regarding laws), this book is presented in the form of
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
2Universitas Indonesia, 2017
literary texts, starting in the form of peotry and then explained in the form of prose, in order to appeal readers. This article aims to look at the structure and content of literary texts used in the book, to see how effevtive it is in providing information about coffee drinking laws and smoking cigarettes among Muslims. To discuss this, this article uses bibliographic data, both as a research corpus and a reference, and qualitative method, which prioritises words rather than number and emphasises quality over quantity. The data are then presented in the form of descriptive analysis using semiotics structuralism methods. From the result of the research, it is found that this book uses classic poetry and prose texts in conveying information about the law of coffee drinking and smoking, but the rhetorical elements used in the texts consist of more denotative words rather than connotative ones as well as literal words rather than figurative ones, thus making it easier to digest and more effective to use as a means of providing information to the reader. Keywords: Sheikh Ihsan ibn Dahlan Jampes, literature, cigarettes, coffee
Pendahuluan
Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni
merupakan salah satu kitab kuning karangan Syekh Ihsan ibn Dahlan Jampes yang
membahas mengenai kopi dan rokok. Dalam kitabnya ia menggunakan teks sastra
untuk menghilangkan kesan membosankan dan kerumitan. Ia memadukan keindahan
puisi dan prosa dalam menyampaikan pikirannya. Kitab yang sangat popular di
kalangan ulama, berisi pembahasan mengenai sejarah kopi dan rokok kemudian
dilanjutkan dengan hukum-hukumnya yang menjadi perdebatan di antara para ulama,
sehingga memberikan ruang kepada pembacanya untuk menentukan pilihannya
masing-masing,.
Polemik tentang hukum minum kopi dan merokok memang menjadi sebuah
perdebatan tiada akhir di kalangan ulama dan santrinya. Dalam kitab ini disajikan
dengan begitu sederhana dan indah melalui kepiawaian pengarang yang ahli dalam
ilmu persajakan Arab (Hadi, 2008: 22). Dalam buku tidak hanya berisi pemikiran
Syekh Ihsan semata, melainkan kutipan pemikiran-pemikiran ulama-ulama lain baik
yang terdahulu maupun sezaman dengannya melalui berbagai referensi kitab. Kitab
yang memiliki kandungan yang sangat berbobot ini mampu ia sajikan dengan
susunan puisi yang indah. (Jampes, 2013: 2). Kitab ini pun kental sekali dengan
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
3Universitas Indonesia, 2017
pesona sufistik, mengingat ia memang merupakan seorang sufi yang menjalani
kehidupan tasawuf Sunni, melalui tafsirannya atas pemikiran tasawuf imam al-
Ghazali (Wasid, 2016: 27).
Syekh Ihsan Jampes merupakan salah satu ulama Indonesia yang memiliki citra
yang begitu kuat dan dalam pada karya-karyanya. Tidaklah heran apabila karya-
karyanya begitu luar biasa, ditilik dari sepak terjangnya menekuni pendidikan Islam
serta latar belakang keluarganya yang hampir semuanya merupakan pemuka agama
Islam (Hadi, 2008: 1). Lahir dari keturunan “darah biru” sebagai putra kiai besar
pendiri pesantren Jampes di Jawa Timur (1886 M), menjadikan Syekh Ihsan terbiasa
hidup di lingkungan pesantren dengan kekayaan ilmu agama yang ada di dalamnya.
Selain itu, ia juga terbiasa melakukan studi wisata ke pesantren-pesantren lain guna
memperdalam ilmu yang Ia punya atau menambah ilmu baru (Murtadho, 2009: xv).
Syekh Ihsan Jampes memiliki nama lengkap Syekh Ihsan ibn Dahlan ibn Saleh
Jampes dan nama kecil Bakri, lahir pada 1901 M di lingkungan pesantren Jampes,
dusun Putih Kecamatan Gampengrejo, Kediri Jawa Timur dari pasangan K.H. Dahlan
ibn Saleh dan Ny. Artimah dan meninggal pada September 1952 (Murtadho, 2009:
xxii). Ayahnya, K.H. Dahlan pendiri pesantren Jampes (1886 M) adalah anak dari
KH. Saleh seorang ulama asal Bogor, Jawa Barat yang masih memiliki hubungan
nasab dengan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Cirebon. Neneknya, Ny.
Istianah pun memiliki garis darah yang kental akan keislaman. Ayahnya, Kiai Mesir
dari desa Durenan Kabupaten Trenggalek merupakan anak dari seorang kiai yang
terkenal karena kesaktiannya yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati
pendiri Kerajaan Mataram, yaitu Kiai Yahuda dari Lorog Pacitan. Ibunda Ny.
Istianah juga merupakan cucu dari Kiai Ageng Hasan Besari pendiri pesantren
Tegalsari Ponorogo yang masih merupakan keturunan Sunan Ampel. (Wasid, 2016:
30-31).
Karyanya tentang kopi ini terinspirasi dari keseharian hidupnya yang sangat
menyukai kopi dan rokok. Meskipun terdapat banyak pandangan, keberaniannya
dalam mengeksplor kemampuannya membuat ia mampu mengupas tuntas
permasalahan seputar hukum kopi dan rokok yang ia tuangkan dalam tulisannya
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
4Universitas Indonesia, 2017
sebagai karya sastra klasik berbentuk buku atau lebih akrab disebut kitab kuning.
(Hadi, 2008: 49) Hal ini juga membuat daya tarik tersendiri bagi karyanya tersebut
untuk diteliti lebih dalam.
Kitab Irsyad al-Ikhwan fi Bayan Hukmi Syurb al-Qahwah wa ad-Dukhan
merupakan adaptasi puitik dan penjelasan dari kitab Tadzkirah al-Ikhwan fi Bayani
al-Qahwah wa ad-Dukhan karya KH. Ahmad Dahlan Semarang. Karya-karya lainnya
yang meskipun hanya berlabel syarah (penjelasan), namun Syekh Ihsan memberikan
banyak referensi lainnya yang ia temukan, memasukkan pemikirannya yang
berlandaskan ilmu pengetahuan yang tinggi, lalu ia kemukakan dalam bentuk puisi
klasik sebagai suatu bentuk eksplorasi kemampuannya dalam ilmu persajakan Arab,
sehingga kemudian kitab ini menjadi sebuah karya khasnya
Selain membahas secara detil asal muasal kopi dan rokok, Syekh Ihsan juga
menuliskan berbagai macam manfaat kopi dan rokok, serta pendapat-pendapat dari
kalangan ulama yang mengharamkan rokok dan kopi beserta alasanya dan pendapat-
pendapat yang mengbolehkan rokok dan kopi dengan dalil-dalil fiqih yang berkaitan
dengan kopi dan rokok.
Karena banyaknya data yang terdapat dalam kitab tersebut, artikel ini hanya
akan membahas teks sastra yang di dalamnya terdapat kata rokok dan kopinya.
Pembahasan
Seperti yang disebutkan dalam pendahuluan bahwa kitab ini terdiri dari prosa
dan puisi. Jika dilihat dari bentuknya, prosa yang ada dalam Kitab ini adalah Al-Naṡr
al-Fanni, yaitu prosa yang menggunakan sarana seni, yang tidak menggunakan
bahasa percakapan sehari-hari atau bahasa ilmiah yang kering, melainkan bahasa seni
yang kata, ungkapan, maupun kalimatnya menggandung estetika yang tinggi atau
disebut juga highly writing. (Lesmana, 2009: 13). Dalam penulisannya, kitab ini juga
banyak menggunakan unsur-unsur estetika yang tinggi dalam mengungkapkan
pendapat-pendapat serta data.
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
5Universitas Indonesia, 2017
Selain itu, kitab ini, juga menggunakan al-uslūb al-khitābi, yaitu salah satu gaya
penulisan prosa yang mempunyai ciri mengulang-ulang kata atau kalimat tertentu
yang berfungsi sebagai penekanan, menggunakan sinonim untuk memperjelas makna,
serta memberikan contoh masalah di dalam teks (Al-Jarim, 2013: 16). Syekh Ihsan
menggunakan gaya ini untuk menjabarkan berbagai permasalahan mengenai kopi dan
rokok secara mendetil, menyampaikan data dan mengupas sebuah permasalahan
dengan jelas dengan balutan sastra. Ia memperhatikan keseimbangan konteks bahasan
yang jelas dan akurat serta keindahan dalam penyampaiannya.
Selain kedua gaya tersebut, kitab ini juga menggunakan uslūb mustamirrun
mutarradun, yaitu gaya prosa yang dalam penulisannya tidak menggunakan
pungtuasi (Lesmana, 2009: 13). Penggunaan gaya ini memang sudah sangat biasa
dalam penulisan kitab kuning atau kitab klasik berbahasa Arab, ditambah lagi dengan
menggunakan aksara gundul yaitu aksara bahasa Arab yang ditulis tanpa
menggunakan tanda baca atau harakat. Penghubung kalimat antar kalimat dilakukan
dengan penambahan partikel seperti ،و، ثم dan lain-lain. Hal ini sebetulnya sangat
menyulitkan pembaca yang tidak terbiasa membaca tulisan yang demikian.
Dikhawatirkan akan terjadinya salah pengertian yang diakibatkan karena salahnya
menempatkan pungtuasi pada kalimat tersebut.
Contoh gaya tersebut adalah sebagai berikut:
وأما اختلاف المذكور الذي أتى (من جھة الحرام والحلال) فھو عند العلماء تلأعلام
(یعرف) الدخان المشھور واة كما یأتي(حتى اطال كل) منھم (في استدلال) لمدع
(بالتنباك) الذي ھو اسمھ اعجمي كما ذكر النابلیسي (بین الرفقا) بالقصر للوزن و
بعد الإختلاف الكثیرة في حكمھ كان (بعضھم وقف عنھ مطلقا) اي حلا وحرمھ كما
في فتاوى الكردي Perbedaan tentang aspek haram dan halal yang terjadi di kalangan para ulama
sudah berlangsung sejak lama. mereka saling mengemukakan dalil-dalil sebagai
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
6Universitas Indonesia, 2017
faktor penguat pendapat mereka. Rokok yang dikenal dengan al-tanbāk yang
merupakan nama dari luar Arab dikenal di kalangan para sahabat seperti yang
disebut oleh Al-Nābilīsī. Setelah perselisihan tentang hukum merokok semakin
banyak, sebagian di antara mereka mengambil sikap untuk menentukan tentang
halal dan haramnya merokok seperti yang terdapat dalam Fatāwā al-Kurdiy.
Teks ini sebenarnya terdiri dari tiga kalimat. Setiap kalimat tidak dihentikan
dengan tanda titik, tidak pula dalam kalimat terdapat tanda koma. Kalimat pertama
dan kalimat kedua dihubungkan dengan partikel (و), yaitu:
(یعرف) الدخان المشھور (بالتنباك)
ذكر الذي ھو اسمھ اعجمي كما
النابلیسي (بین الرفقا) بالقصر للوزن و
وأما اختلاف المذكور الذي أتى (من
جھة الحرام والحلال) فھو عند
العلماء تلأعلام (حتى اطال كل)
منھم (في استدلال) لمدعاة كما یأتي
Kalimat kedua dan kalimat ketiga juga dihubungkan dengan partikel (و)
و بعد الإختلاف الكثیرة في حكمھ
كان (بعضھم وقف عنھ مطلقا) اي
حلا وحرمھ كما في فتاوى الكردي و
(یعرف) الدخان المشھور (بالتنباك)
الذي ھو اسمھ اعجمي كما ذكر
النابلیسي (بین الرفقا) بالقصر
للوزن
Sementara itu, puisi yang digunakan dalam kitab ini adalah puisi klasik. Hal ini
dapat dilihat dari bentuknya yang dibagi menjadi 2 bagian, satu bait hanya terdiri dari
satu baris, karena tidak ada enjambemen seperti yang terdapat dalam puisi modern,
seperti halnya contoh berikut ini
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
7Universitas Indonesia, 2017
Lā yahrumu al-syurba kamā qad żukirā Faqāla inna ad-dukhāna al-masyhūrā
Tidak haram dalam menghisapnya
seperti yang telah disebutkan
Maka dia berkata sesungguhnya rokok
yang terkenal
Bait ini menjelaskan tentang pendapat dari seorang ulama yang mengatakan
bahwa tidak haram menghisap rokok. Sarana retorika yang digunakan pada bait ini
adalah ‘ilmu al-ma’ani, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana cara menyampaikan
pernyataan sesuai dengan situasi dan kondisi. Ilmu ini membahas tentang asal usul
pernyataan untuk tujuan tertentu dan aplikasinya sesuai dengan yang dibutuhkan.
(Shaleh, 1989:17). ‘Ilmu Al-Ma’ani dibagi menjadi dua cabang besar, yaitu kalām al-
khabar dan kalam al-insyā’ Secara bahasa, kalām al-khabar dapat dipadankan dengan
kalimat berita, sedangkan kalam al-insyā’ bukan kalimat berita. Secara lebih luas,
kalām al-khabar dapat diartikan sebagai sebuah pernyataan yang dapat berisi berita
benar atau bohong. Jika kalimat itu sesuai dengan kenyataan, maka berarti berita itu
benar adanya, sedangkan jika berita itu tidak sesuai dengan kenyataan maka berarti
berita itu bohong (Al-Jarim, 2013: 377).
Kalam al-khabar mempunyai beberapa tujuan. Salah satunya adalah fa’idat al-
khabar, yaitu menyampaikan sesuatu atau berita yang belum diketahui oleh lawan
bicaranya atau dengan kata lain hanya memberi informasi kepada lawan bicaranya.
(Shaleh, 1983:29) Seperti yang terlihat di dalam teks, dalam pemberian informasi
tersebut, bait ini menggunakan partikel penegas `inna sebelum kata benda ad-dukhan
(rokok) dan qad sebelum kata kerja zukira (disebutkan). Digunakannya partikel
penegas ini, dimaksudkan untuk memberikan tanda kepada lawan bicara bahwa
pernyataan ini memang betul-betul benar adanya, jangan diragukan lagi. Dalam
retorika Arab, jenis seperti ini disebut juga kalam al-khabar al-`inkari, yaitu kalimat
berita yang ditujukan kepada lawan bicara yang tidak percaya dengan informasi yang
disampaikan (Syarifudin, 2016: 237).
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
8Universitas Indonesia, 2017
Sarana retorika lain yang digunakan pada bait ini adalah adanya saj’ (rima) /-a/
pada akhir larik. Saj’ adalah kesesuaian bunyi pada huruf akhir dua larik atau lebih.
(Al-Jarim, 2013: 391). Sebenarnya, pada kaidah tatabahasa Arab, tidak ada tambahan
bunyi /-a/ di belakang kata /al-mashura/ dan kata /zukira/, namun agar rima di akhir
bait itu sama, maka ditambahkanlah dengan bunyi vokal /-a/. Inilah yang disebut
dengan licentia poetika. Seperti yang dikatakan oleh Shaw (dalam Hadi, 2015) bahwa
licentia poetica adalah kebebasan seorang sastrawan untuk menyimpang dari
kenyataan, dari bentuk atau aturan konvensional, untuk menghasilkan efek yang
dikehendaki. Bahasan tentang rima dalam retorika Arab termasuk dalam ‘ilmu al-
badi’, yaitu ilmu yang mempelajari cara memperindah kata atau ungkapan (Lesmana,
2010: 143).
Selain kalam al-khabar al-`inkari, ada juga yang disebut kalām al-khabar al-
‘ibtidā’i, yaitu pernyataan yang ditujukan kepada golongan orang yang tidak ragu
atau menentang informasi yang disampaikan (Syarifudin, 2016: 234). Seperti halnya
bait di bawah ini:
Fī awwali al-qarni al-‘āsyiri fa a’rifā Wa miṡluhu al-qahwatu mimmā ukhtulifā
pada awal abad kesepuluh maka
ketahuilah
Sama halnya dengan merokok, pada kopi
pun terdapat perbedaan
Bait ini menerangkan bahwa selain merokok, dalam hukum minum kopi pun
ada perbedaan pendapat. Bait ini sama dengan bait sebelumnya, yaitu tujuannya
adalah memberikan informasi biasa, tapi berbeda dengan bait sebelumnya, bait ini
tidak menggunakan partikel penegas sama sekali. Pernyataan seperti ini disebut juga
kalām khabar al-‘ibtidā’i. Menurut Shalih (dalam Lesmana, 2009: 29) al-‘ibtidā’i
adalah golongan orang yang menerima apa adanya pernyataan yang dikatakan oleh
pembicara. Karena itu, tidak perlu menggunakan partikel penegas karena lawan
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
9Universitas Indonesia, 2017
bicara sudah dianggap percaya dengan apa yang pembicara katakan. Seperti pada bait
sebelum ini, pada akhir bait ini juga rimanya sama, yaitu /-a/ yang merupakan licentia
poetika dari si pengarang.
Bait lain yang membicarakan tentang rokok adalah:
Wa gairu biḥamdin żī al-manān Qad intahā al-ahkām fi al-dukhāni
dan yang lainnya dengan memuji yang
memiliki kedermawan
Telah selesai hukum-hukum tentang
merokok
Bait ini mengatakan bahwa pembicaraan tentang hukum merokok sudah selesai.
Pada bait ini digunakan sarana retorika kalām al-khabar al-ṭalabi, yaitu kalimat berita
yang ditujukan kepada lawan bicara yang ragu dan masih membutuhkan kejelasan
atas kebenaran berita yang disampaikan (Syarifudin,2016:241). al-ṭalabi sendiri
menurut Shalih (dalam Lesmana, 2009: 29-30) adalah orang yang ragu terhadap apa
yang dinyatakan oleh pembicara. Sehingga pada jenis ini diperlukan partikel penegas,
namun cukup satu partikel saja, yaitu قَد (qad) yang digunakan pada kalimat verba qad
intahā al-ahkām fi al-dukhāni. Kalau melihat dari tujuannya, tujuan dari bait di atas
adalah hanya sebagai berita biasa yaitu memberitahukan bahwa pembahasan kitab ini
sudah selesai. Pada bait ini juga digunakan rima di akhir larik, yaitu bunyi /-ni/ pada
kata /ad-dukhani/ dan /al-manani/
Bait lain tentang rokok adalah
Qāla ‘alī ‘an al-dukhāni ijtanib Ali berkata, “Menjauhlah dari rokok!”
Pada bait ini dijelaskan tentang perkataan Ali yang menyuruh kita untuk
menjauhkan rokok. Bait ini menggunakan sarana retorika kalam `insya, yaitu
pernyataan yang tidak bisa dilihat benar atau tidaknya karena yang disampaikan
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
10Universitas Indonesia, 2017
bukan kalimat berita atau pemberitahuan. (Al-Jarim, 2013: 377). Salah satu jenisnya
adalah fi’il ‘amr (kata kerja perintah) yaitu menuntut dilaksanakannya suatu
pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. (Al-Jarim,
2013: 251). Pada bait di atas kata kerja perintahnya adalah /`ijtanib/ yang artinya
“menjauhlah”. Tujuan dari kata kerja perintah pada kalimat ini adalah irsyād atau
memberi petunjuk.
Contoh puisi yang lain adalah
Bayna al-‘ulamā żū ikhtilāfin ya‘tī Fa al-hukmu li al-dukhāni wa al-
qahwati
di antara para ulama terdapat perbedaan
yaitu
Maka hukum rokok dan kopi
Bait ini berupa kalam al-khabar, karena berupa pernyataan yang bisa dilihat
benar atau tidaknya. Tujuannya adalah fa`idat al-khabar, yaitu memberi informasi
bahwa terdapat perbedaan antara para ulama tentang hukum minum kopi dan
merokok. Dalam menyampaikan informasi tersebut, tampaknya pembicara tidak
merasa perlu untuk memberikan partikel penegas, mungkin karena pembicara yakin
bahwa informasi yang ia sampaikan dapat akan disanggah oleh yang menerimanya.
Pada bait ini juga digunakan rima yang sama, yaitu /-ti/, maksudnya adalah selain
untuk keindahan kata, juga untuk memberi perhatian pada pembaca.
Selanjutnya, adalah bait:
Wa ba’duhum waqafa ‘anhu mutlaqan Yu’rafu bi at-tanbak bayna ar-rufaqa
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
11Universitas Indonesia, 2017
dan di antara mereka mengambil sikap
terhadap secara tegas terhadap masalah
tersebut
Rokok itu dikenal dengan nama al-
tanbāk di kalangan para sahabat
Bait ini menjelaskan bahwa rokok itu sudah dikenal oleh para sahabat dengan
nama at-tanbak, kemudian mereka mengambil sikap yang tegas terhadap masalah
tersebut. Bait ini menggunakan sarana retorika al-wasl, yaitu gabungan dua buah
klausa atau kalimat yang dihubungkan dengan menggunakan partikel penghubung
/wa/ (Lesmana, 2009: 33). Al-Jarim (2013: 327) mengatakan bahwa digunakannya
/wa/ sebagai penghubung dikarenakan oleh tiga hal, pertama adalah jika kalimat
pertama dan kedua sama dalam hal struktur sintaksisnya. Kedua, karena kedua
kalimat tersebut sama-sama merupakan kalimat berita atau sama-sama bukan kalimat
berita. Ketiga, jika tidak menggunakan partikel penghubung /wa/ akan menimbulkan
kesalahpahaman dalam hal maknanya.
Bait yang lainnya adalah
Min ad-da’awi la dalilun qad yaramu Wa da’wa kawwanahu li zatihi haramun
adalah seruan-seruan yang tanpa dalil
Seruan tentang haramnya rokok karena
zatnya
Potongan puisi ini termasuk ke dalam al-‘itnāb tikrar. Al-Jarim (2013:342)
mengatakan bahwa al-‘itnāb adalah menambahkan kata, frase, atau klausa dalam
suatu kalimat untuk memberikan penjelasan. Al-‘itnāb memiliki teknik tersendiri
dalam pembuatannya. Disebut Tikrar karena adanya penyebutan suatu kata yang
diulang, yaitu pada kata دعوى (seruan) yang diulang dengan kata الدعاوى (seruan-
seruan). Pada bait ini juga digunakan rima yang sama, yaitu huruf /mim/ yang
berfungsi untuk memperindah bait dan memberi perhatian pada pembaca.
Bait-bait lain tentang rokok adalah sebagai berikut
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
12Universitas Indonesia, 2017
Bait ini memberi petunjuk kepada kita agar berhati-hati terhadap rokok, karena
bisa menjadi bencana bagi kita, karena tidak bermanfaat, dapat membahayakan tubuh
dan membawa penyakit. Dalam kedua bait ini, terdapat unsur al-qasr, yaitu
pembatasan. Seperti yang terdapat pada bait pertama di atas, klausa Waspadalah
pada segala bala yang menimpamu, dibatasi dengan kalimat terutama yang sudah
dikenal oleh manusia, yaitu rokok. Pada bait ini partikel pembatasnya adalah /la
siyama/ (terutama). Pada bait kedua, klausa membahayakan tubuh dan tidak
bermanfaat sama sekali dibatasi dengan klausa bahkan membawa kemudaratan dan
penyakit pada badan. Artikel pembatasnya adalah /bal/(bahkan). Selain itu, kedua
bait ini juga diakhiri dengan rima yang sama, yaitu /-ni/. Tampaknya, rima pada
kedua bait ini juga digunakan untuk memperindah bait dan memberi perhatian pada
pembaca.
Kemudian, bait lainnya adalah
Lā siyamā mā fasyā fī al-nāsi min
tutuni
’iyyāka min miḥnatin tulqīka min ‘aṭabi
terutama yang sudah dikenal oleh
manusia, yaitu rokok
Waspadalah pada segala bala yang
menimpamu
Bal mūriṡu al-ḍurra wa al’asqāmi fī al-
badani
muḥażżiru al-jismi lā naf‘a bihi ’abadā
bahkan membawa kemudaratan dan
penyakit pada badan
membahayakan tubuh dan tidak
bermanfaat sama sekali
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
13Universitas Indonesia, 2017
Faminhum al-qulyūbī wa al-luqānī Wa harrama jam’un ‘alā al-dukhāni
Di antara mereka adalah al-Qulyūbi dan
al-Luqāni
Sekelompok ulama telah mengharamkan
merokok
Bait ini berisi tentang pendapat dari sekelompok ulama yang mengatakan
bahwa merokok itu diharamkan, di antaranya adalah al-Qulyubi dan al-Luqani. Bait
ini hanya merupakan informasi biasa, karena tidak menggunakan partikel penegas.
Sarana retorika lain yang digunakan adalah Al-faṣl, yaitu pernyataan yang berupa
gabungan dua buah klausa, yang di antara kedua klausa tersebut tidak dihubungkan
dengan partikel sambung /wa/ (dan) (Lesmana, 2009: 33). Tidak digunakannya
partikel /wa/ sebagai penghubung kedua klausa tersebut, karena klausa kedua
menegaskan klausa pertama. Klausa pertama adalah Sekelompok ulama telah
mengharamkan merokok. Klausa ini sebenarnya merupakan kalimat sempurna, baik
dari dari strukturnya maupun isinya, tapi ditegaskan lagi dalam klausa kedua: Di
antara mereka adalah al-Qulyūbi dan al-Luqāni. Frase sekelompok ulama itu
ditegaskan lagi dengan nama al-Qulyūbi dan al-Luqāni. Dalam kaidah retorika Arab,
gabungan kedua klausa seperti ini tidak boleh dihubungkan dengan partikel
penghubung /wa/ (dan).
Bait yang lainnya adalah
Min jihati al-harami wa al-halali
Dari segi haram dan halalnya
Bait ini merupakan potongan dari bait yang lain yang menerangkan tentang
hukum minum kopi dan merokok dari aspek halal dan haramnya. Bait ini
menggunakan sarana retorika Ṭibāq, yaitu menggabungkan dua buah kata yang
maknanya bertentangan dalam satu pernyataan. Ada dua macam ṭibāq yaitu ṭibāq al-
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
14Universitas Indonesia, 2017
‘ijābī dan ṭibāq al-salbī. Disebut ṭibāq al-‘ijābī, jika pertentangan antara kedua kata
tersebut tidak ditandai dengan penggunaan kata “tidak”, adapun, disebut ṭibāq al-
salbī, jika pertentangan di antara kedua kata tersebut ditandai dengan penggunaan
kata “tidak” (Lesmana, 2009: 35). Kata yang berlawanan pada potongan puisi di atas
adalah kata al-ḥarām yang artinya adalah haram dan al-ḥalāl yang artinya adalah
halal. Ini berarti tibaq yang digunakan pada bait ini adalah tibaq `ijabi.
Setelah itu terdapat bait
`aw mubahan famubahun `annahum Fanayluhu laha ta’atun fafhamu
atau jika minum kopi itu merupakan
sesuatu yang diperbolehkan, maka
lakukanlah
Jika minum kopi itu merupakan
keharusan, maka ikutilah
Pada bait ini dijelaskan bahwa kalau memang hukum minum kopi itu
merupakan kewajiban maka ikuilah. Demikian juga, jika minum kopi itu
diperbolehkan, maka bolehlah meminumnya. Bait ini menggunakan sarana retorika
muqabalah, yaitu terdapatnya dua kata atau lebih di bagian awal kalimat, lalu diikuti
dengan kata-kata yang maknanya bertentangan pada bagian akhir dari kalimat
tersebut (Al-Jarim, 2013: 409). Pada bait ini, ada dua ungkapan yang bertentangan,
yaitu kalimat Jika minum kopi itu merupakan keharusan, maka ikutilah dan kalimat
atau jika minum kopi itu merupakan sesuatu yang diperbolehkan, maka lakukanlah.
Demikian pembahasan tentang struktur dan isi teks-teks sastra yang terdapat
dalam Kitab ini.
Penutup
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
15Universitas Indonesia, 2017
Berdasarkan keterangan di atas, artikel ini menemukan bahwa meskipun kitab
ini menggunakan teks-teks sastra dalam menyampaikan informasi tentang hukum
minum kopi dan merokok, namun diksi yang digunakan lebih banyak menggunakan
kata-kata yang denotatif daripada yang konotatif, dan kata-kata yang hakiki daripada
yang majazi, sehingga dapat dicerna dengan baik oleh khalayak ramai. Hal ini sesuai
dengan yang disebutkan oleh Sumardjo dan Saini KM tentang adanya Sastra non-
Imajinatif yang lebih menekankan unsur kefaktualan daripada daya khayalnya dan
ditopang dengan penggunaan yang cenderung denotatif. Meskipun ada yang
konotatif, kekonotatifan tersebut amat tergantung pada gaya penulisan yang dimiliki
pengarang (Wicaksono, 2014:17)
Artikel ini juga melihat bahwa pemilihan puisi Arab Klasik sebagai sarana
untuk menyampaikan ide-ide tentang hukum minum kopi dan merokok sudah cocok.
Karena bentuk puisi Arab klasik lebih sederhana dibandingkan puisi Arab modern,
sehingga dapat menyampaikan ide atau gagasan dengan baik dan memadai. Puisi
Arab Klasik pada umumnya terdiri dari puluhan bahkan ribuan bait dan satu bait
terdiri dari hanya satu baris, sehingga memadai untuk menyampaikan informasi
sebanyak-banyaknya, sementara puisi Arab Klasik pendek-pendek dan satu bait bisa
terdiri dari beberapa larik, karena ada enjambemen yang memotong-motongnya. Hal
ini akan merupakan sesuatu yang sulit untuk digunakan sebagai alat un tuk
menyampaikan berbagai macam ide yang diinginkan.
Aspek retorika yang digunakan dalam teks-teks sastra dalam kitab ini juga lebih
banyak menggunakan kata-kata yang hakiki daripada yang majazi, sehingga pembaca
tidak perlu susah untuk memahami teks tersebut. Yang sedikit menjadi masalah
adalah gaya penulisannya, karena kitab tersebut disajikan dengan gaya penulisan
prosa klasik yang tidak menggunakan pungtuasi. Hal ini akan sedikit menyulitkan
bagi para pembaca masa kini yang tidak terbiasa dengan bentuk seperti itu. Padahal,
dalam buku-buku terbitan sekarang sudah banyak yang menerapkan gaya penulisan
modern yang menggunakan pungtuasi.
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
16Universitas Indonesia, 2017
Daftar Pustaka Buku
Al-Hāsyimi, A.-S. A. (2010). Jawāhiru al-Balāgah. Kairo: Daar Ibnu al-Jauziyya.
Al-Jarim, A., & Amin, M. (2013). Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algesindo.
Badawi, A. A. (1960). 'Ususu al-Naqd al-'adabī. Kairo: Maktabah al-Nahḍah a-MIṣriyyah.
Hadi, M. (2008). Jejak Spiritual Kiai Jampes. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Jampes, I. I. (2009). Kitab Kopi dan Rokok. (A. Murtadho, & M. Dje, Penerj.)
Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Jefferson, A. d. (1988). Teori Kesusastraan Modern. (M. Ahmad, Penerj.) Kuala Lumpur: Mas'adah (M) Sdn. Bhd.
___________. (2013). Irsyādu al-Ikhwāni Libayāni Syurbi Al-Qahwati Wa Ad-
Dhukhāni. (PISS-KTB, Penyunt.) Yogyakarta: PISS-KTB.
Lesmana, Maman. (2009). Kitāb Al-Bukhalā' Analisis Struktur Teks dan Isi. Depok:
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
__________Lesmana, Maman. (2010). Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok:
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Luxemburg, J. V. (1991). Tentang Sastra. (A. Ikram, Penerj.) Jakarta: Intermasa.
Melani Budianta, d. (2006). Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.
Muradi, S. (1990). Kesusasteraan daripada Perspektif Semiotik. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Qomar, M. (2006). Pesantren: dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
Rahardjo, M. D. (Penyunt.). (1985). Pergulatan Dunia Pesantren. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantreb dan Masyarakat.
Salim, A. A. (1415 H). Al-Arud wa Al-Qafiyah . Riyadh: Jami'ah al-Imam Muhammad bin Su'ud al-Islamiyah.
Syarifuddin, Bahruddin, M. S., Azizah, M., Muthohharoh, M., Qamariyah, N. L., &
Ni'mah, N. (2016). Kamus Istilah Ilmu Balaghah. Yogyakarta: AG Publisher.
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017
17Universitas Indonesia, 2017
Wasid. (2016). Tasawuf Nusantara Kiai Ihsan Jampes. Surabaya: Pustaka Idea.
Wicaksono, Andri (2014), Pengkajian Prosa Fiksi, Garudhawaca
Jurnal Elektronik
Lesmana, M. (2013). Mencari Kesesuaian Bentuk dan Isi. Alfaz, 243-260.
Website
Napster, Hadi, Dampak Licentia Poetica Bernama Kredo Puisi Terhadap Eksistensi
Bahasa http://www.kompasiana.com/ diunduh 11 Mei 2017 01:09:41
Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017