^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

15

Transcript of ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

Page 1: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id
Page 2: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

SUSUNAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB : Rektor Universitas Bandar Lampung Dekan Fakutas Teknik Universitas Bandar Lampung KETUA DEWAN PENYUNTING : Dr. Any Nurhasanah, M.T. DEWAN PENYUNTING : Ronny Hasudungan Purba, Ph.D. (Univ. Bandar Lampung)

: Sony Sulaksono Wibowo, Ph.D. (Inst. Teknologi Bandung) : Dr. Ir. Chairul Paotonan, S.T., M.T. (Univ. Hassanudin) : Dr. Dalino, S.T., M.T. (Universitas Andalas) : Siti Isnaini K. Djaha, S.T., M.Sc. (Akademi Teknik Kupang)

DESAIN VISUAL DAN EDITOR : Aditya Mahatidanar Hidayat, S.T., M.Sc. SEKRETARIAT DAN SIRKULASI : Titis Lukita Sari, S.T., M.T.

ALAMAT REDAKSI : Jl. Hi. Z.A. PAGAR ALAM NO. 26 BANDAR LAMPUNG - 35142 Telp. 0721-701979 Fax. 0721 701467

Penerbit

Program Studi Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung

Jurnal Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung (UBL) diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Oktober dan bulan April

Email : @ubl.ac.id

ISSN 2087-2860 ISSN

Andung Yunianta, S.T., M.T. ( )

Page 3: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

Jurnal Teknik Sipil UBL

Volume 12, Nomor 1 April 2021 ISSN (Cetak) 2087-2860

ISSN (Online) 2745-6110

DAFTAR ISI

Page 4: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1247

PENGGUNAAN LINK SLAB UNTUK PERBAIKAN JEMBATAN KOMPOSIT

Hermansyah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Medan Area

Email: [email protected]

Abstrak Sebagian besar jembatan di Indonesia yang menggunakan sistem perletakan sederhana,

struktur antara lantai kendaraan atau plat slab lantai jalan yang satu dengan yang lainnya selalu terpisah dengan siar. Siar tersebut biasanya ditutup dengan menggunakan konstruksi yang dinamakan expantion joint biasanya berbahan besi atau baja. Permasalahan yang muncul dengan adanya siar tersebut sering terjadinya ketidaknyamanan bagi pengguna jalan karena terasa adanya ketidak mulusan saat melintasi sebuah jembatan saat berkendaraan. Untuk memperbaiki masalah diatas dapat digunakan link slab karena dapat menutupi celah pada slab jalan jembatan.

Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana merencanakan sebuah konstruksi link slab yang didahului dengan pemeriksaan terhadap adanya tumpuan tambahan didasarkan atas bentang jembatan dan gelagar baja yang akan digunakan. Penelitian ini memisalkan menggunakan profil baja WF.400.300.10.16, tebal slab 20 cm, tulangan slab Ø20-200, berat air hujan 1000 kg/m3, beban garis 15 ton. Menurut analisa baja tersebut hanya dapat digunakan untuk bentang jembatan 3 s/d 5 meter, lebih dari panjang bentang tersebut memerlukan tumpuan tambahan untuk menumpuh di tengah bentang.

Panjang link slab yang dihasilkan antara 60 s/d 75 cm, dengan rasio L/Ldz antara 16 s/d 20%, deformasi rotasi yang dihasilkan 0,00034 s/d 0,00061 radians, dan tegangan yang dihasilkan 430,05 s/d 576,63 kg/cm2. Deformasi yang dihasilkan telah memenuhi ambang batas yang disyaratkan yaitu sebesar 0,00375 radians. Semakin kecil rasio L/Ldz semakin besar tegangan yang dihasilkan, dan sebaliknya semakin besar L/Ldz semakin kecil tegangan yang dihasilkan.

Kata Kunci: Jembatan, Link Slab

Page 5: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1248

Abstract

Most bridges in Indonesia use a simple placement system, the structure between the floor of the vehicle or the slab plate of the road floor with one another is always separated from the broadcast. The broadcast is usually closed by using a construction called expantion joint usually made of iron or steel. The problems that arise with the presence of such broadcasts are often the inconvenience for road users because there is a feeling of irregularity when crossing a bridge while driving. To fix the above problem the slab link can be used because it can cover the gap in the bridge road slab. In this study, it was explained how to plan a slab link construction that was preceded by an examination of the additional support based on the span of the bridge and the steel girder to be used. This research suggests using a steel profile WF.400.300.10.16, slab thickness of 20 cm, reinforcement slab Ø20-200, weight of rainwater 1000 kg/m3, load line 15 tons. According to the steel analysis, it can only be used for bridge spans of 3 to 5 meters, more than the length of the span requires additional support to lay in the middle of the span. The length of the slab link is between 60 to 75 cm, with the L/Ldz ratio between 16 to 20%, the rotation deformation produced is 0.00034 up to 0.00061 radians, and the resulting voltage is 430.05 until 576.63 kg/cm2. The resulting deformation meets the required threshold of 0,00375 radians. The smaller the L/Ldz ratio the greater the voltage produced, and conversely the bigger the L/Ldz the smaller the voltage generated. Keywords: Bridge, Link Slab

Page 6: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1249

PENDAHULUAN Jembatan merupakan bagian dari jalan yang sangat diperlukan dalam sistem transportasi

nasional. Peranan jembatan sangat penting terutama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Pertumbuhan daerah dikembangkan untuk pemerataan pembangunan. Dampak pemerataan pembangunan dapat membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional yang berakibat memantapkan pertahanan dan keamanan nasional. Dari kukuhnya kesatuan nasional dapat terwujud sasaran pembangunan nasional dalam menuju masyarakat yang adil dan sejahtera. Selama masa kemerdekaan RI, tidak kurang 88 ribu buah jembatan atau ekuivalen panjang kurang lebih 1000 km yang telah dibangun dan di inventarisir walaupun sebagian kecil merupakan peninggalan masa penjajahan. Dari jumlah tersebut tidak kurang dari 29 ribu buah jembatan berada di ruas jalan nasional dan provinsi atau ekuivalen panjang kurang lebih 482 km dan sisanya berada di ruas jalan kabupaten dan tersebar di seluruh kepulauan Indonesia yang berjumlah sekitar 17.000 pulau. Dengan memperhatikan kondisi alam Indonesia yang berupa pulau-pulau dengan bukit, pegunungan serta sungai-sungainya, masih banyak diperlukan pembangunan jembatan dengan jenis material beton maupun baja, karena material ini mempunyai kekuatan yang tinggi dengan pemeliharaan yang relatif rendah. Jenis-jenis Jembatan

Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi yang menarik. Suatu jembatan tunggal diatas sungai kecil akan dipandang berbeda oleh tiap orang, sebab penglihatan/ pandangan masing-masing orang yang melihat berbeda pula. Seseorang yang melintasi jembatan setiap hari pada saat pergi bekerja, hanya dapat melintasi sungai bila ada jembatan, dan ia menyatakan bahwa jembatan adalah sebuah jalan yang diberi sandaran pada tepinya. Tentunya bagi seorang pemimpin pemerintahan dan dunia bisnis akan memandang hal yang berbeda pula (Ma’arif, 2012). Jembatan Kayu Jembatan kayu merupakan suatu struktur jembatan yang elemen susunannya adalah kayu. Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur jembatan menjadi bahan pemerindah (dekoratif).

Gambar 1. Pekerjaan pembuatan jembatan konstruksi kayu Sumber: konstruksikayu.blogspot.com

Page 7: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1250

Gambar 2. Jembatan Kayu Sungai Rena di Norwegia, bentang 45 m Sumber:

Jembatan Beton Bertulang Karena fungsinya yang banyak sekali pada hampir semua jenis konstruksi, beton bertulang merupakan material paling penting. Beton bertulang pada umumnya digunakan sebagai struktur konstruksi hampir pada semua jenis bangunan, jembatan, bendungan, tunnel, pengerasan jalan, viaduct, drainase, pengairan, dan sebagainya. (Purnosidi, Nikifour.co.id).

Gambar 3. Jembatan Beton Bertulang

Sumber: Beton-bertulang.nikifour.co.id

Jembatan Beton Prategang Konsep umum beton prategang pada mulanya dirumuskan pada periode 1885–1890 oleh C. F. W Doehring di Jerman dan P. H. Jackson di Amerika Serikat. Pada awalnya, penerapan struktur ini terhambat oleh mutu baja saat itu yang masih rendah. Hal ini menjadi penghambat karena tendon baja yang ditegangkan dengan tegangan yang rendah tidak akan menimbulkan tegangan tekan aksial yang cukup untuk mencegah terjadinya susut dan rangkak.

Gambar 4. Jembatan Beton Prategang

Sumber: Konstruksi Baja, Universitas Kristen Petra

Page 8: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1251

Jembatan Komposit Pada awal tahun 1930 kanstruksi komposit dibuat pada jembatan, dan untuk

gedung pada tahun 1960. Semenjak tahun 1979 yang lalu, konstruksi komposit selalu dimanfaatkan pada bangunan gedung terutama pada jembatan, dimana baja dan beton saling melekat dengan bantuan penghubung geser (Shear connector).

Gambar 5. Jembatan komposit dengan penghubung geser (Shear connector) Sumber: Design and Field Demonstration of ECC Link Slabs for Jointless

Bridge Decks. Michael Lepech Lebar Efektif

Konsep lebar efektif bermanfaat dalam disain bila kekuatan harus ditentukan untuk suatu elemen yang terkena distribusi tegangan tidak seragam.

Gambar 6. Bentuk distribusi tegangan pada pelat beton akibat momen lentur.

Sumber: Beton-bertulang.nikifour.co.id

Gambar 7. Ukuran-Ukuran Dalam Penetapan Lebar Efektif Gelagar Baja-Beton

Komposit.

Page 9: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1252

Sumber: Sumber :Struktur Baja II, Thamrin Nasution, FTSP.ITM

Tegangan Elastis Pada Penampang Komposit Pada balok T yang homogen, bentuk diagram tegangan-regangan dalam kondisi layan terlihat seperti gambar berikut,

Gambar 8. Diagram tegangan – regangan balok homogen Sumber: Struktur Baja II, Thamrin Nasution, FTSP.ITM

Link Slab Link slab adalah lapisan penghubung yang berfungsi menghubungkan lantai kendaraan pada jembatan yang terpisah akibat adanya siar antar lantai kendaraan maupun antara lantai kendaraan dengan abutmen. Dasar Analisis Link Slab Menurut Yun Yong Kim (2004) konstruksi linkslab akan megalami deformasi yang sama besar dengan yang terjadi pada bentang jembatan karena merupakan lapisan lantai penghubung antara dua bentang. Jika salah satu atau kedua duanya melentur maka linkslab akan melentur juga yang besarnya merupakan jumlah dari kedua bentang jembatan disisinya. Momen terjadi pada linkslab merupakan momen negatif.

Deformasi Pada Perletakan Sederhana

Page 10: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1253

with new robar (solid line)

Transition zone (2,5 % of sloan lenght)debonding mechanism

Lsp (7,5 % of span lenght) + G12

Ldz (5,0 % of span lenght) + G12

1 2

G

Gambar 9. Skema Link slab Sumber: Struktur Baja II, Thamrin Nasution, FTSP.ITM

Contoh Jembatan Komposit di Kabupaten Asahan Contoh perencanaan jembatan komposit menggunakan gelagar baja WF 400. 300.10.16

banyak sekali digunakan untuk daerah wilayah Kabupaten Asahan, misalnya jembatan yang bertempat di Desa Pasar 2 Kecamatan Meranti dengan panjang jembatan 19 meter dengan 4 tumpuan, Wilayah Bunut Seberang-Pulau Bandring panjang jembatan 9 meter dengan 3 tumpuan, Kecamatan Rahuning panjang jembatan 20 meter dengan 5 tumpuan, Rawang Pasar V panjang jembatan 5 meter dengan 2 tumpuan, dan masih banyak tempat-tempat lagi.

Gambar 10. Jembatan Komposit di Desa Pasar II, Kec. Meranti Jenis Penelitian Penelitian ini yang menggunakan metode kuantitatif, data-datanya berupa angka-angka yang dikelompokan, diolah dan dianalisis dengan cara statistik sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan tertentu. Sedangkan metode kualitatif lebih mengandalkan sifat, ciri-ciri, karakter, atau kualitas tertentu. Kedua metode ini biasanya memiliki suatu acuan atau kriteria tertentu yang menyatakan hubungan sebab akibat dari suatu masalah. Proses Desain Penelitian

Desain optimum mengendalikan faktor-faktor tersebut agar diperoleh suatu struktur dengan biaya total minimum. Oleh sebab itu dalam perencanaan penelitian yang akan dilakukan ini langkah-langkahnya antara lain:

a. Studi Pustaka Studi pustaka ini dilakukan untuk mengetahui sifat jembatan komposit, bahan yang digunakan serta bagaimana sistem kerja jembatan dalam menahan beban.

b. Melakukan pegujian melalui perencanaan jembatan dengan berbagai varian

Page 11: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1254

jembatan Perencanaan Pada Jembatan Komposit Langkah-langkah dalam perencanaan jembatan komposit antara lain:

1. Mengukur dan memperkirakan berat / beban konstruksi sendiri (beban mati) yang biasanya terdiri dari bagian lantai, gelagar + shear connector, Aspalt, trotoar / bahu jembatan dan air hujan yang akan ditampung oleh luasan jembatan tersebut.

2. Serta beban luar (beban hidup) yaitu estimasi berat kendaraan atau beban garis dengan koefisien kejut 1,3.

3. Momen yang terjadi, untuk jembatan dengan perletakan sederhana terdiri dari perletakan sendi dan roll biasanya momenya dapat dihitung dengan rumus: 1/8 x ql2

4. Memilih jenis profil baja sebagai gelagar misalnya profil W dan tebal plat beton yang akan digunakan, lalu menghitung tegangan yang terjadi pada sebelum komposit, serta setelah komposit dengan plat beton.

5. Memilih penampang angker (shear connector) yang sesuai dengan kemampuan kekuatan yang dibutuhkan.

Perencanaan Link Slab Langkah-langkah perencanaan link slab antara lain:

1. Menentukan dan mengukur data-data yaitu, panjang dan lebar slab, rasio antara debonding zone, shear connector, serta data-data seperti mutu baja tulangan, diameter tulangan, dan lain-lain.

2. Menghitung luasan tulangan dan rasio antara luasan tulangan dengan luasan beton.

3. Mengukur tegangan pada tulangan untuk mengetahui apakah telah sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan sebagai tulangan tarik atau tulangan tekan.

Profil baja sebagai ginder diketahui: Berat d b Tw tf r A lx iy = ry Zx

Kg/m1 mm mm Mm mm mm cm2 cm4 cm4 cm3 107 390 300 10 16 22 136 38700 16,9 1980

Panjang betang

jembatan (m)

Tegangan akibat beban Sebelum / Sesudah

Komposit (a) + (b)

Teg. Setelah Komposit Check Check Bb.

Mati Bb.

Hidup Bawah Atas

(a) (b) (c) (d) (e) OK jika (c) &

(d) < 2100 kg/cm2

OK jika (e) < 210

kg/cm2 5 263,35 1521,62 1784,97 1684,75 89,00 OK OK 6 380,25 1825,94 2206,19 2019,83 97,45 NO OK 7 518,95 2130,27 2649,22 2402,19 115,90 NO OK 8 679,63 2434,59 3114,22 2797,88 134,99 NO OK 9 862,45 2738,92 3601,37 3207,01 154,73 NO OK

10 1067,59 3043,24 4110,83 3629,69 175,13 NO OK

Pembahasan

Page 12: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1255

Dalam studi ini untuk setiap bentang jembatan komposit (Lsp) menggunakan gelagar yang sama yaitu WF. 400.300.10.16. Gelagar baja ini tidak bisa digunakan pada panjang jembatan diatas 5 meter dengan beban hidup 15 ton. Oleh sebab itu jembatan itu perlu dipasang perletakan/ tumpuan di tengah bentang sehingga panjang bentang jembatan dalam contoh perencanaan yang lain terdiri dari 3 s/d 5 meter.

Pada contoh perencanaan bentang 5 meter yang menggunakan tebal link slab 20 cm dan lebar slab 150 cm dengan diameter tulangan Ø10-100, diperoleh rotasi lebih kecil dari 0,00375 radians (kolom 3 tabel 4.3). Rotasi ini memenuhi syarat rotasi maksimum yang disyaratkan menurut (Michel Lepez) yaitu sebesar 0,00375 radians.

Perhitungan Analisa Link Slab L

(m) Ldz (cm) ∅ (rad) Rasio

Ldz / L (%) σs (kg/cm2) Tul.

3,0 60 0,00034 20% 430,05 ∅20-100 3,5 65 0,0004 19% 466,55 ∅20-100 4,0 70 0,00046 18% 503,14 ∅20-100 4,5 75 0,00053 17% 539,83 ∅20-100 5,0 80 0,00061 16% 576,63 ∅20-100

576,63539,83

503,14466,55

430,05

576,63539,83

503,14466,55

430,05

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

400,00

450,00

500,00

550,00

600,00

16% 17% 18% 19% 20%

σs (

kg/c

m2)

Ldz / L Gambar 11: Grafik Hasil tegangan tulangan (σs) jika menggunakan varian

perbandingan panjang debonding zone (ldz) dengan L yang berbeda Jika menggunakan varian rasio tulangan yang lebih kecil maka akan menghasilkan tegangan yang lebih besar. Sebaliknya jika menggunakan rasio tulangan yang lebih besar akan menghasilkan tegangan yang lebih besar. Tegangan yang dihasilkan berasal dari momen negatif, karena serat tulangan link slab yang bagian atas akan tertarik. Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Page 13: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1256

0

500

1000

1500

2000

2500

0,56% 0,81% 1,10% 1,44% 1,82% 2,24%

σs (

kg/c

m2)

ρ (%)

L = 3,0 meter

L = 3,5 meter

L = 4,0 meter

L = 4,5 meter

L = 5,0 meter

Gambar 12: Hasil tegangan tulangan (σs) jika menggunakan varian rasio tulangan (ρ)

yang berbeda pada pada varian bentang yang berbeda Kesimpulan Berdasarkan dari analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa: Pemilihan gelagar baja harus disesuaikan dengan jarak tumpuan. Hal ini karena tegangan yang terjadi bisa dapat melebihi tegangan ijin baja dan beton yang digunakan. Sama pada contoh perencanaan ini yang menggunakan profil WF 400.300.10.16 dengan tebal plat 20 cm. Jika bentang diatas 5 meter yang dengan beban hidup/ kendaraan yang diberikan sebesar 15 ton/m2 maka harus diberikan tumpuan. Dalam contoh perencanaan ini varian panjang bentang menjadi 3 s/d 10 meter per antar tumpuan. Perbaikan jembatan komposit menggunakan link slab dapat dilakukan untuk mengganti siar tepi jembatan yang rusak. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin kecil rasio debonding zone (Ldz)/L, maka semakin besar tegangan yang terjadi. Dengan demikian, maka semakin banyak besi tulangan yang diperlukan.

Page 14: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

1257

DAFTAR PUSTAKA

Thamrin Nasution. 2012. Struktur Baja II Modul 6 Sesi Jembatan Komposit.

Modulkuliah“STRUKTUR BAJA II” ,DepartemenTeknikSipil, FTSP. ITM.

RSNI T-03-2005, Perencanaan Struktur Baja UntukJembatan.

Soegihardjo, dkk. (2009). Jurnal tetang Studi Perencanaan Link Slab. ITS. Surabaya.

Yun Yong Kim.2004. Performance of Bridge Deck Link Slabs Designed with Ductile

Engineered Cementitious Composite. Arsitectur Jurnal. Technical Paper.

Michael Lepech. Design and Field Demonstration of ECC Link Slabs for Jointless

Bridge Decks. University of Michigan, Ann Arbor

Oetoeng. 2000. Konstruksi Baja. Universitas Kristen Petra Surabaya. Andi Yogyakarta.

Faqih Ma’arif.2012. Modul Pembelajaran Analisis Struktur Jembatan. Universitas

Negeri Jogjakarta.

Indra Cahya. 1999. Beton Bertulang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.

Wiryanto Dewobroto,Stuktur Baja Edisi II.

Page 15: ^h^hE E Z - jurnal.ubl.ac.id

INFORMASI UNTUK PENULISAN NASKAH

JURNAL TEKNIK SIPIL UBL

Persyaratan Penulisan Naskah

1. Tulisan/naskah terbuka untuk umum sesuai dengan bidang teknik sipil.

2. Naskah dapat berupa :

a. Hasil penelitian, atau

b. Kajian yang ditambah pemikiran penerapannya pada kasus tertentu, yang belum

dipublikasikan,

Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Naskah manuskrip yang sudah memenuhi

petunjuk penulisan jurnal (dalam format MS Word, gunakan template artikel ini) . Naskah manuskrip

harus ditulis sesuai template artikel ini dalam bentuk siap cetak (Camera ready). Artikel harus ditulis

dengan ukuran bidang tulisan A4 (210 x 297 mm) dan dengan format margin kiri 25 mm, margin

kanan 20 mm, margin bawah 20 mm, dan margin atas 30 mm. Naskah harus ditulis dengan jenis

huruf Times New Roman dengan ukuran font 11 pt (kecuali judul artikel), berjarak satu spasi, dan

dalam format dua kolom (kecuali bagian judul artikel, nama penulis, dan abstrak). Jarak antar kolom

adalah sejauh 10 mm.

Tata Cara Penulisan Naskah

1. Sistimatika penulisan disusun sebagai berikut :

a. Bagian Awal : judul, nama penulis, alamat penulis dan abstrak (dalam dua bahasa :

Indonesia dan Inggris)

b. Bagian Utama : pendahuluan (latar belakang, permasalahan, tujuan) , tulisan pokok

(tinjauan pustaka, metode, data dan pembahasan.), kesimpulan (dan saran)

c. Bagian Akhir : catatan kaki (kalau ada) dan daftar pustaka.

Judul tulisan sesingkat mungkin dan jelas, seluruhnya dengan huruf kapital dan ditulis secara

simetris.

2. Nama penulis ditulis :

a. Di bawah judul tanpa gelar diawali huruf kapital, huruf simetris, jika penulis lebih

dari satu orang, semua nama dicantumkan secara lengkap.

b. Di catatan kaki, nama lengkap dengan gelar (untuk memudahkan komunikasi formal)

disertai keterangan pekerjaan/profesi/instansi (dan kotanya, ); apabila penulis lebih

dari satu orang, semua nama dicantumkan secara lengkap.

3. Abstrak memuat semua inti permasalahan, cara pemecahannya, dari hasil yang diperoleh dan

memuat tidak lebih dari 200 kata, diketik satu spasi (font size 11).

4. Teknik penulisan :

Untuk kata asing dituskan huruf miring.

a. Alenia baru dimulai pada ketikan kelima dari batas tepi kiri, antar alinea tidak diberi

tambahan spasi.

b. Batas pengetikan : tepi atas tiga centimeter, tepi bawah dua centimeter, sisi kiri tiga

centimeter dan sisi kanan dua centimeter.

c. Tabel dan gambar harus diberi keterangan yang jelas.

d. Gambar harus bisa dibaca dengan jelas jika diperkecil sampai dengan 50%.

e. Sumber pustaka dituliskan dalam bentuk uraian hanya terdiri dari nama penulis dan

tahun penerbitan. Nama penulis tersebut harus tepat sama dengan nama yang tertulis

dalam daftar pustaka.

5. Untuk penulisan keterangan pada gambar, ditulis seperti : gambar 1, demikian juga dengan

Tabel 1., Grafik 1. dan sebagainya.

6. Bila sumber gambar diambil dari buku atau sumber lain, maka di bawah keterangan gambar

ditulis nama penulis dan tahun penerbitan.

7. Daftar pustaka ditulis dalam urutan abjad nama penulisan dan secara kronologis : nama,

tahun terbit, judul (diketik miring), jilid, edisi, nama penerbit, tempat terbit.