JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

12
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015 Ludia Theresia Wambrauw 71 PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KOTA SORONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Ludia Theresia Wambrauw 1) Email : [email protected] Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Papua Abstrak Penelitian dengan judul pertumbuhan Penduduk di Kota Sorong bertujuan untukmemberikan gambaran dan informasi tentang kondisi kependudukan di Kota Sorong dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Penduduk. Data-data sekunder digunakan dalam penyusunan penelitian ini.Data tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) jumlah penduduk di Kota Sorong mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2014, dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 ke 2015 sebesar 3,10 % dankepadatan penduduk 314 jiwa per km 2 lebih tinggi dari kepadatan penduduk rata-rata di Provinsi Papua Barat; (2) Faktor-faktor yang memperngaruhi pertumbuhan penduduk adalah angka kelahiran, angka kematian dan arus migrasi.Arus migrasi merupakan faktor terbesar yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di Kota Sorong dengan motivasi utama ini terkait dengan pekerjaan dan pendidikan. Kata Kunci: Kependudukan, Pertumbuhan Penduduk, Angka kelahirn, Angka Kematian, Migrasi Abstract The research entitled Population growth in Sorong City aims to provide an overview and information on population conditions and growth in Sorong City, and the factors that influence the population growth. Secondary data was used in the preparation of this study. The data is then used to analyze the Population Growth in Sorong City. The analytical method used is descriptive analysis. The results of this study are: (1) the population in Sorong City has increased every year from 2011 to 2014, with a population growth rate from 2014 to 2015 of 3,10% and a population density of 314 people per km2 higher than the average population density in West Papua Province; (2) Factors affecting population growth in Sorong City are birth rates, mortality rates and migration flows. Migration flows are the biggest factor that causes an increase in the population in Sorong City, with the main motivation related to work and education. Keywords: Population, Population Growth, Birth Rate, Mortality Rate, Migration Flow PENDAHULUAN Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk merupakan permasalahan yang dihadapi oleh berbagai negaraberkembang di dunia, khususnya negara dengan jumlah penduduk yang besar dan kepadatan yang tinggi. Data dasar mengenai jumlah kelahiran merupakan aspek penting untuk membuat program dan kebijakan yang diperlukan sebagai upaya yang berkesinambungan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan upaya pengendalian kenaikan tersebut, maka kondisi pertumbuhan penduduk akan menjadi tidak terkendali, sehinggahal tersebut dapat menjadi ancaman besar bagi pertumbuhan kota. Seperti yang diungkapkan

Transcript of JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Page 1: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 71

PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KOTA SORONG DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI

Ludia Theresia Wambrauw1)

Email : [email protected] Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Papua

Abstrak

Penelitian dengan judul pertumbuhan Penduduk di Kota Sorong bertujuan

untukmemberikan gambaran dan informasi tentang kondisi kependudukan di Kota Sorong dan

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Penduduk. Data-data sekunder digunakan

dalam penyusunan penelitian ini.Data tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis

Deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) jumlah penduduk di Kota Sorong mengalami

peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2014, dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 ke 2015 sebesar 3,10 % dankepadatan penduduk 314 jiwa per km2lebih tinggi

dari kepadatan penduduk rata-rata di Provinsi Papua Barat; (2) Faktor-faktor yang

memperngaruhi pertumbuhan penduduk adalah angka kelahiran, angka kematian dan arus

migrasi.Arus migrasi merupakan faktor terbesar yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di Kota Sorong dengan motivasi utama ini terkait dengan pekerjaan dan pendidikan.

Kata Kunci: Kependudukan, Pertumbuhan Penduduk, Angka kelahirn, Angka Kematian, Migrasi

Abstract

The research entitled Population growth in Sorong City aims to provide an overview

and information on population conditions and growth in Sorong City, and the factors that

influence the population growth. Secondary data was used in the preparation of this study. The data is then used to analyze the Population Growth in Sorong City. The analytical method used

is descriptive analysis. The results of this study are: (1) the population in Sorong City has

increased every year from 2011 to 2014, with a population growth rate from 2014 to 2015 of 3,10% and a population density of 314 people per km2 higher than the average population

density in West Papua Province; (2) Factors affecting population growth in Sorong City are

birth rates, mortality rates and migration flows. Migration flows are the biggest factor that causes an increase in the population in Sorong City, with the main motivation related to work

and education.

Keywords: Population, Population Growth, Birth Rate, Mortality Rate, Migration Flow

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk

merupakan permasalahan yang dihadapi

oleh berbagai negaraberkembang di dunia, khususnya negara dengan jumlah penduduk

yang besar dan kepadatan yang tinggi.

Data dasar mengenai jumlah kelahiran merupakan aspek penting untuk membuat

program dan kebijakan yang diperlukan

sebagai upaya yang berkesinambungan untuk menurunkan laju pertumbuhan

penduduk.

Pertumbuhan penduduk yang tidak

diimbangi dengan upaya pengendalian kenaikan tersebut, maka kondisi

pertumbuhan penduduk akan menjadi tidak

terkendali, sehinggahal tersebut dapat menjadi ancaman besar bagi pertumbuhan

kota. Seperti yang diungkapkan

Page 2: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 72

Malthus(2004:104) dalam Hardini (2011),

bahwa ‘pertambahan penduduk kian hari kian memberikan tekanan yang berat, dan

jika tidak tercegah maka mengakibatkan

kesengsaraan dan kelaparan yang

merajalela’. Hal tersebut dikhawatirkan akan terjadi di Kota Sorong mengingat

pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup

tinggi, akan berkontribusitehadap tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Sebagai bagian awal dari antisipasi

terhadap peningkatan penduduk yang tidak terkontrol, maka perlu diketahui tingkat

pertumbuhanpenduduk dan faktor

yangberpengaruh terhadappertumbuhan

penduduk tersebut. Selanjutntya sebagai tindak lanjut dari komitmen pemerintah

Pusat dan Tingkat Provinsi Papua Barat

untuk menunjang perencanaan pembangunan yang berbasis data

kependudukan khususnya dimulai dari

tingkat Kabupaten dan Kota maka penting

untuk menyediakan data-data kependudukan. Dengan ketersediaan data

maka kebijakan dan program pembangunan

di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota akan lebih relevan, efektif dan efisien.

Tujuan Tujuan dari penulisan Analisis

Pertumbuhan Kependudukan Kota Sorong

adalah untuk memberikan gambaran dan

informasi tentang kondisi kependudukan di Kota Sorong dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan

Penduduk.Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

terutama para pengambil kebijakan pada

OPD terkait.

Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data-

data sekunder yang sudah ada. Data

tersebut kemudian digunakan untuk

menganalisis Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong. Penelitian in imenggunakan data-

data sekunder yang berasal dari berbagai

sumber yang telah dipublikasi,seperti

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat dan Kota Sorong, Indikator

Kesejahteraan Penduduk Kota Sorong, Kota

Sorong dalam Angka dan selain itu data juga diperoleh dari Provinsi Papua Barat

dalam Angka dan publikasi lainnya.Data

tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis pertumbuhan penduduk kota

Sorong

Analisis Analisis Deskriptif adalah metode

yang menggambarkan atau melukiskan

suatu keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini

menafsirkan dan menguraikan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi

di dalam suatu masyarakat, dan hubungan

antar variabelyang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap

suatu kondisi, dan sebagainya. Metode

analisis ini digunakan untuk menggambarkan kondisi kependudukan di

Kota Sorong, serta kebijakan pemerintah

dalam menangani masalah kependudukan.

PEMBAHASAN

JumlahPenduduk Kota Sorong Menurut

Jenis Kelamin dan Sex Ratio

Klasifikasi penduduk menurut jenis

kelamin dalam suatu wilayah digunakan untuk mengetahui sex ratio yang dimiliki

wilayah tersebut. Penduduk Kota Sorong

menurut jenis kelamin dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratiodi Kota Sorong Tahun 2014

Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

1. Sorong Barat 19.522 17.854 37.376 109 2. Sorong Timur 20.363 18.375 38.738 110

3. Sorong Kepulauan 5.121 4.772 9.893 107

4. Sorong 16.448 15.464 31.912 106 5. Sorong Utara 26.873 24.714 51.587 109

6. Sorong Manoi 25.888 23.405 49.293 110

Jumlah 2014 114.215 104.584 218.799 109

Page 3: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 73

2013 112.115 101.568 213.683 110

2012 109.297 98.995 208.292 110

2011 104.557 94.698 199.255 110

Sumber: BPS Kota Sorong, 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa

jumlah penduduk di Kota Sorong

mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2014 (lihat

Gambar 1). Jumlah penduduk di Kota

Sorong pada tahun 2014 sebanyak 218.799 jiwa dengan sebaran jumlah penduduk laki-

laki sebanyak 114.215 jiwa dan perempuan

sebanyak 104.584 jiwa. Angka sex ratio

pada tahun 2014 adalah sebesar 109. Angka sex ratio diatas 100 menunjukkan bahwa

jenis kelamin laki-laki lebih dominan

daripada jenis kelamin perempuan. Trend

ini juga berlaku untuk semua distrik yang

ada di Kota Sorong dengan sex ratio diatas

100. Jika dilihat selisih pertambahan

jumlah penduduk per tahunnya maka dapat

diketahui bahwa pada tahun 2011 – 2012, terjadi pertambahan jumlah penduduk

sebanyak 8594 jiwa. Angka tersebut relatif

sedikit lebih tinggi dari pertambahan

penduduk Kota Sorong yang terjadi pada tahun 2012 – 2013 (sebanyak 5391 jiwa)

dan tahun 2013-2014 (sebanyak 5116 jiwa).

Gambar 1. Jumlah Penduduk Kota Sorong Tahun 2011-2014

Selanjutnya sebaran penduduk kota

Sorong dapat dilihat juga berdasarkan

kelompok umur dan jenis kelamin

sebagaimana tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Sorong Tahun 2015

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 13.436 12.585 26.021 5-9 12.228 11.858 24.086

10-14 10.777 10.204 20.981

15-19 10.569 9,833 20.402 20-24 11.914 10.929 22.843

25-29 12.338 11.215 23.553

30-34 10.607 9.616 20.223

35-39 8.533 7.838 16.371 40-44 7.397 6.533 13.930

2011

2012

2013

2014

199698

208292

213683

218799

190000

195000

200000

205000

210000

215000

220000

225000

2009.5

2010

2010.5

2011

2011.5

2012

2012.5

2013

2013.5

2014

2014.5

1 2 3 4

Jum

lah

pen

du

du

k

Ta

hu

n

JUMLAH PENDUDUK KOTA SORONG (2011 -2014)

Page 4: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 74

45-49 5.526 5.006 10.532

50-54 4.412 3.642 8.054

55-59 3.111 2.326 5.437 60-64 1.681 1.365 3.046

65-69 881 740 1.621

70-74 454 438 892 75+ 351 456 807

KotaSorong 2014 114.215 104.584 218.799

2013 111.674 102.009 213.683 2012 109.297 98.995 208.292

2011 104.557 94.698 199.255

Sumber: BPS Kota Sorong, 2015

Gambar 2. Penduduk Kota Sorong Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

Besaran penduduk usia muda akan membebani penduduk usia produktif,

karena penduduk yang berada pada usia di

bawah 15 tahun secara ekonomi tidak menghasilkan dan biaya hidup mereka

justru yang paling tinggi. Dengan

demikian, ketika jumlah penduduk usia muda dibandingkan dengan penduduk usia

produktif maka pada ahirnya mereka akan

disebut sebagai kelompok usia yang

memiliki ketergantungan atau memberikan beban kepada kelompok usia produktif.

Ukuran yang digunakan untuk

melihat tingkat ketergantungan adalah Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio).

Dependency Ratioyaitu perbandingan

antara penduduk usia tidak produktif (15

tahun ke bawah(Youth) dan 65 tahun ke atas(Old)) terhadap total penduduk usia

produktif (15-64 tahun).Dengan demikian, dapat diketahui bahwa angka Dependency

Ratiodi Kota Sorong pada tahun 2013

adalah14,72. Angka ini berarti bahwa dari 100 orang yang produktif harus

menanggung beban 15 orang yang tidak

produktif. Dari angka tersebut juga, beban tanggungan perempuan lebih tinggi dengan

nilai 15,34, sedangkan beban tanggungan

laki-laki sebesar 14,16 persen.

Persebaran dan Kepadatan Penduduk di

Kota Sorong

Pada Tahun 2014, penduduk di Provinsi Papua Barat yang paling banyak

penyebaran dan kepadatannya yaitu Kota

Sorong dan Kabupaten Manokwari. Hal ini

dapat dilihat seperti pada Gambar 3.

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000

0-4

10-14

20-24

25-29

35-39

45-49

55-59

65-69

75+

Jumlah Penduduk

Kel

om

po

k U

mu

r

Penduduk Kota Sorong Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

Page 5: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 75

Gambar 3. Sebaran Penduduk Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2014

Kota Sorong dengan luas wilayah

0,68 % dari luas Papua Barat dihuni oleh

25,30 persen penduduk Papua Barat dengan kepadatan penduduk 314 jiwa per km2.

Distribusi penduduk untuk setiap distrik di

Kota Sorong bervariasi seperti dilihat pada

Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Sorong Tahun 2014

Distrik Luas Daerah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

(jiwa/km2)

1. Sorong Barat 254,15 37.376 156

2. Sorong Timur 158,21 38.738 191 3. Sorong Kepulauan 200,10 9.893 55

4. Sorong 126,85 31.912 275

5. Sorong Utara 229,71 51.587 219 6. Sorong Manoi 135,97 49.293 351

Jumlah 2014 1.105,00 218.799 193

2013 1.105,00 208.292 189

2012 1.105,00 199.255 180,32

2011 1.105,00 190.625 172,51

Sumber: BPS Kota Sorong, 2015

Berdasarkan Tabel 3 diatas, daerah yang paling padat penduduknya adalah

Distrik Sorong Manoi (351 jiwa/km2), dan

dikuti oleh Distrik Sorong (275 jiwa/km2).

Daerah dengan kepadatan paling rendah adalah Distrik Sorong Kepulauan yaitu 55

jiwa/km2.

Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk adalah

perubahan jumlah penduduk di suatu

wilayah tertentu setiap tahunnya. Laju

pertumbuhan penduduk di Kota Sorong untuk setiap distrik dapat dilihat pada

Gambar 4.

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000 Sebaran Penduduk Papua Barat di Kab/Kota Tahun 2014

Page 6: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 76

Gambar 4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong Tahun 2014-2015

Sumber: BPS Kota Sorong, 2015

Pada gambar 4 terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kota Sorong dari

tahun 2014 ke 2015 sebesar 3,10 % dimana

angka tersebut relatif lebih tinggi dari rata-

rata pertumbuhan penduduk pertahun di Provinsi Papua Barat sebesar 2,51%, dan

juga relatif paling rendah dibandingkan

keenam distrik lainnya. Sebaliknya, Distrik Sorong Kepulauan memiliki laju

pertumbuhan penduduk yang paling besar

(13,27%) dibandingkan Kota Sorong dan

kelima distrik lainnya, masing-masing Distrik Sorong (7,20 %), Distrik Sorong

Manoi (7,47 %), Sorong Barat (5,19 %),

Distrik Sorong Timur (4,56%) dan Distrik Sorong Utara (4,28%).

Dalam kurun waktu sejak tahun

2010 hingga 2016, laju pertumbuhan penduduk Kota Sorong (3,16%)masih

diatas rata-rata tingkat pertumbuhan

penduduk di Provinsi Papua Barat (2,61%).

Hal menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Sorong

relatif tinggi yang disebabkan bukan saja

oleh kelahiran tetapi juga oleh tingkat migrasi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Penduduk di Kota Sorong Pertumbuhan penduduk Kota Sorong

sebesar 3,16 disebabkan oleh beberapa

faktordiantaranya: 1. Kelahiran ( Natalitas)

2. Kematian (Mortalitas)

3. Perpindahan penduduk(Migrasi).

Natalitas (Angka Kelahiran)

Rata-rata Anak Lahir Hidup, Anak

Masih Hidup dan Anak Meninggal

Kelahiran bersifat menambah jumlah

penduduk. Anak lahir hidup mengandung arti jumlah seluruh anak yang pernah

dilahirkan hidup oleh seorang ibu yang

berumur 15-49 tahun dengan tanda-tanda

kehidupan seperti tangisan atau gerakan-gerakan kecil. Rata-rata anak lahir hidup,

masih hidup dan meninggal di Kota Sorong

dapat dilihat pada Tabel 4.

5.19

4.56

13.27

7.2

4.28

7.47

3.1

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong Tahun 2014 - 2015 (%)

Distrik Sorong Barat Distrik Sorong Timur Distrik Sorong Kepulauan

Distrik Sorong Distrik Sorong Utara Distrik Sorong Manoi

Kota Sorong

Page 7: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 77

Tabel 4. Rata-rata Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup dan Anak Meninggal di Kota Sorong

Tahun 2010 - 2013

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013

Rata-rata Anak Lahir Hidup 1,86 2,51 2,61 3,01

Rata-rata Anak Masih Hidup 1,80 2,36 2,51 2,84

Rata-rata Anak Meninggal 0,06 0,15 0,10 0,17

Sumber: BPS Kota Sorong, 2013 (IPM)

Tabel 4 menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 hingga 2013, rata-rata anak

lahir hidup oleh seorang ibu pada usia

produktif dan rata-rata anak masih hidup di

Kota Sorong mengalami peningkatan dari 2 jiwa menjadi 3 jiwa. Namun demikian,

masih tetap ada kasus dimana anak yang

dilahirkan hidup kemudian meninggal.

Faktor-Faktor Penunjang Kelahiran

Faktor-faktor penunjang kelahiran

(pro natalitas) di Kota Sorong antara

lainbanyaknya pasangan usia subur dan kawin pada usia muda. Persentase

penduduk perempuan di Kota Sorong

menurut kelompok umur dan status perkawinan pada tahun 2013 dapat dilihat

pada Tabel 5 dan Gambar 5.

Tabel 5. Persentase Penduduk Perempuan di Kota Sorong Menurut Kelompok Umur dan Status

Perkawinan Tahun 2013 Kelompok Umur Status Perkawinan Total

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

15-19 9,20 0,20 NA NA 9,40

20-24 4,00 5,25 NA NA 9,25

25-29 3,22 8,16 0,41 NA 11,80

30-34 0,87 6,79 NA 0,08 7,73

35-39 0,54 7,91 0,19 0,19 8,82

40-44 0,01 4,52 0,01 0,38 4,92

45-49 NA 5,40 0,15 0,69 6,24

50-54 0,05 3,13 NA 0,62 3,80 55-59 NA 1,23 0,05 0,75 2,03

60-64 NA 0,92 0,03 0,80 1,75

65+ NA 0,52 NA 0,68 1,24

Total 50,92 44,06 0,84 4,19 100,00

Sumber: BPS Kota Sorong (Statistik Kesejahteraan Rakyat), 2013

Gambar 5. Persentase Penduduk Perempuan di Kota Sorong Menurut Status Perkawinan Tahun

2013

50.92

44.06

0.84

4.19

0 10 20 30 40 50 60

Belum Kawin

Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

Persentase Penduduk Perempuan (%)

Stat

us

Per

kaw

inan

Persentase Penduduk Perempuan Menurut Status Perwakinan di Kota Sorong Tahun 2013

Page 8: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 78

Sebanyak 50,92 penduduk

perempuan di Kota Sorong belum kawin. Kelompok yang paling banyak belum

kawin pada usia 15-19 tahun. Hal ini

karena pada usia tersebut masih merupakan

usia sekolah (tingkat SLTA). Setelah kelompok 15-19 tahun, kelompok yang

belum kawin adalah pada oleh usia 20-24

dan 25-29 tahun, yaitu mereka yang masih

aktif melanjutkan pendidikan ke Perguruan

Tinggi atau baru memulia karier dalam pekerjaan.

Selanjutnya, untuk perempuan, usia

kawin pertama ada yang masih dibawah

umur 19 tahun. Akan tetapi persentasenya kecil sekali.Umur kawin pertama untuk

perempuan di Kota Sorong dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Persentase Perempuan Umur 10 Tahun atau Lebih Yang Pernah Kawin Menurut Umur

Kawin Pertama Tahun 2011-2013

Daerah Umur Pada Saat Kawin Pertama (Tahun)

≤16 17-18 19-20 21+

Kota Sorong 6,51 11,98 19,16 62,35

Papua Barat 9,26 16,3 21,18 53,43

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2015 dan BPS Kota Sorong, 2015 (Dalam Angka)

Mayoritas perempuan di Kota

Sorong kawin pada saat berumur diatas 21 tahun. Umur pada saat kawin pertama

dibawah 17 Tahun lebih rendah dari pada

rata-rata Provinsi Papua Barat. Sebanyak

6,51 persen Perempuan kawin pada saat belum siap secara fisik untuk menjalankan

fungsi reproduksi.

Rentang umur dari 17 tahun hingga 49 tahun merupakan umur produktif bagi

perempuan sehingga kemungkinan untuk

melahirkan anak cukup besar. Dengan demikian, seorang perempuan yang usianya

muda, akan semakin besar memiliki

peluang untuk memperoleh anak,

dibandingkan perempuan yaug usianya

sudah lebih tua.

Mortalitas (Angka Kematian)

Kematian bersifat mengurangi

jumlah penduduk yang ada pada suatu wilayah. Angka kematian bayi (Infant

Mortality Rate/IMR)adalah jumlah

kematian anak berumur dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup.Jika dilihat

Gambar 7, IMR Kota Sorong tahun 2013

yaitu 21, artinya bahwa terdapat 21 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup di

tahun 2013. Angka IMR tahun 2013 lebih

tinggi dibanding tahun 2008 sampai dengan

2012.

Gambar 6. IMR Kota Sorong Tahun 2014

Sumber: BPS Kota Sorong, 2015(Statistik Kesejahteraan Rakyat)

0

5

10

15

20

25

2013 2012 2011 2010 2009 2008

IMR Kota Sorong

IMR Kota Sorong

Page 9: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 79

Gambar 6menunjukan bahwa IMR

(Angka Kematian Bayi) terkecil terjadi di tahun 2009 dimana dalam 1000 kelahiran,

ada sekitar 16 bayi yang meninggal

sebelum mencapai umur satu tahun. Angka

kematian ini tergolong sedang karena berkisar antara 14-18 jiwa. Namun dalam

kurun waktu 2010 sampai 2013, IMR Kota

Sorong terus meningkat. Meningkatnya kasus gizi buruk, merupakan faktor yang

diduga mempengaruhi tingkat kematian

bayi. Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kota Sorong , tercatat 1.142

kasus balita gizi buruk di Kota Sorong yang

meningkat sangat signifikan dari kasus ditahun 2012 sebanyak 253 dan tahun 2011

sebanyak 295 kasus. Salah satu penyebab

yang terjadi adalah pemantauan hanya dilakukan melalui Kartu Menuju Sehat

(KMS), sehingga apabila anak tidak dibawa

ke Posyandu atau Puskemas, maka status

gizi anak tersebut tidak terpantau. Peningkatan kasus IMR ini seharusnya

menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah untuk memperbaiki layanan kesehatan bagi ibu dan bayi.

Walaupun jumlah kematian bayi

relatif cukup tinggi di Kota Sorong, akan tetapi tidak memberikan dampak signifikan

dalam pengurangan jumlah penduduk. Hal

ini karena pertambahan penduduk lebih banyak di Kota Sorong bukan saja melalui

proses kelahiran tetapi juga karena adanya

migrasi dari luar Kota Sorong.

Migrasi Penduduk Definisi migrasi menurut BPS yaitu

adanya dua lokasi yang berbeda yaitu daerah asal dan daerah tujuan tanpa

memperhatikan jarak apakah dekat atau

jauh. Para pelaku migrasi biasanya terjadi pada umur produktif. Migrasi dikategorikan

menjadi dua,migrasi yang dapat menambah

jumlah penduduk disebut migrasi

masuk(imigrasi)dan migrasi yang dapat mengurangi jumlah penduduk disebut

imigrasi keluar (emigrasi). Tidak dapat

disangkal bahwa pertumbuhan penduduk khususnya di Papua Barat salah satunya

dipengaruhi oleh migrasi masuk.

Seseorang dikatakan migran seumurhidup jika provinsi atau

kabupaten/kota tempat ia dilahirkan

berbeda dengan provinsi atau kabupaten/kodya tempat tinggalnya

sekarang (pada saat pencacahan).Arus

Migrasi seumur hidup Kota Sorong dapat dilihat pada Tabel 7

.

Tabel 7. Arus Migrasi Seumur Hidup Kota Sorong Berdasarkan Tempat Lahir Tahun 2015

Tempat Lahir

Jumlah Penduduk

Total Laki-laki Perempuan

Kabupaten Fakfak 922 541 1.463

Kabupaten Kaimana 161 24 185

Kabupaten Teluk Wandama 130 58 188

Kabupaten Teluk Bintuni 160 157 317

Kabupaten Manokwari 1.478 731 2.209

Kabupaten Sorong Selatan 887 1.406 2.293

Kabupaten Sorong 937 1.390 2.327

Kabupaten Raja Ampat 1.547 810 2.357

Kabupaten Tambrauw 0 0 0

Kabupaten Maybrat 1.322 1.742 3.064

Kabupaten Manokwari Selatan 0 0 0

Kabupaten Pegunungan Arfak 0 0 0

Kota Sorong 62.924 60.702 123.626

Lainnya 46.449 40.544 86.993

Total 116.917 108.105 225.022

Sumber : BPS Indonesia, 2015

Page 10: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 80

Tabel 7 diatas menunjukan bahwa

sekitar 50 persen penduduk di Kota Sorong adalah lahir dan menetap di Kota Sorong.

Selain migrasi dari penduduk di wilayah

Papua Barat sendiri, dengan jumlah

penduduk paling banyak melakukan migrasi seumur hidup adalah yang

bertempat lahir di Kabupaten Maybrat, Raja

Ampat, Kabupaten Sorong dan Kabupaten Manokwari.

Selanjutnya data migrasi dapat

dilihat melalui jumlah migrasi risen.

Migrasi risen merupakan mereka yang

pindah dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini (mulai dari lima tahun sebelum

pencacahan). Keterangan ini diperoleh dari

pertanyaan tempat tinggal lima tahun yang

lalu dan tempat tinggal sekarang. Apabila kedua tempat berbeda maka dapat

dikategorikan sebagai migrasi risen. Jumlah

migrasi risen di Kota Sorong Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Migrasi Risen di Kota Sorong Tahun 2015

Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk

Total Laki-laki Perempuan

Kabupaten Fakfak 92 210 302

Kabupaten Kaimana 14 0 14

Kabupaten Teluk Wandama 0 139 139

Kabupaten Teluk Bintuni 139 0 139

Kabupaten Manokwari 547 208 755

Kabupaten Sorong Selatan 14 128 142

Kabupaten Sorong 282 204 486

Kabupaten Raja Ampat 463 206 669

Kabupaten Tambrauw 0 0 0

Kabupaten Maybrat 0 8 8

Kabupaten Manokwari Selatan 0 0 0

Kabupaten Pegunungan Arfak 0 0 0

Kota Sorong 92932 86673 179605

Lainnya 10289 8026 18315

Total 104772 95802 200574

Sumber: BPS Indonesia, 2015

Tabel 8 menunjukan bahwa jumlah

migrasi risen terbesar berasal dari luar

Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 18.315 jiwa. Kota Sorong dengan perkembangan

pembangunan wilayah perkotaan dan

perdesaan yang semakin meningkat pesat sehingga menjadi daya tarik bagi para

migran untuk mencari peluang kerja bahkan

menciptakan lapangan usaha baru.

Motivasi utama masuknya para pendatang ke kota ini terkait dengan

pekerjaan. Jika pada tahun-tahun

sebelumnya Kota Sorong berkembang

karena sektor migas, saat ini Kota Sorong berkembang karena sektor jasa. Salah satu

factor yang mempengaruhinya adalah letak

geografis kota Sorong yang merupakan pintu gerbang Papua. Jenis pekerjaan yang

diincar para migran diantaranya bidang

perhotelan, perbankan dan perdagangan.

Migrasi risen berdasarkan kelompok umur tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 11: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 81

Gambar 7. Migrasi Risen Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015

Sumber: BPS Indonesia, 2015

Gambar 7 menunjukkan bahwa

migrasi risen paling banyak dilakukan oleh

penduduk pada rentang usia produktif yakni

usia 20-24 tahun, kemudian diikuti para migran yang berusia 25-29 tahun dan 35-39

tahun. Pada usia tersebut para migran

memiliki peluang untuk dalam hal

kesempatan kerja maupun pendidikan.

Secara rinci jumlah migrasi masuk

dan migrasi keluar Kota Sorong dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 8.

Tabel 9. Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar di Kota Sorong

Kategori Migrasi Laki-Laki Perempuan Total

1. Migrasi Masuk 53.993 47.403 101.396

2. Migrasi Keluar 9.155 8.935 18.090

Sumber: BPS Indonesia, 2015

Gambar 8. Persentase Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar di Kota Sorong

Tabel dan Gambar 8menunjukkan bahwa jumlah migrasi masuk masuk ke

Kota Sorong relatif cukup besar jika

dibandingkan dengan jumlah migrasi keluar Kota Sorong. Hal ini disebabkan dua alasan

penting yaitu terkait kesempatan kerja dan

10

56

54

1

23

73

52

79

43

21

33

21

12

65

13

20

48

9

36

4

40

4

68

63 10

5

0

5 - 9 1 0 - 1 4 1 5 - 1 9 2 0 - 2 4 2 5 - 2 9 3 0 - 3 4 3 5 - 3 9 4 0 - 4 4 4 5 - 4 9 5 0 - 5 4 5 5 - 5 9 6 0 - 6 4 6 5 - 6 9 7 0 - 7 4 7 5 +

Migrasi Masuk85%

Migrasi Keluar 15%

Persentase Migrasi Masuk dan Keluar di Kota Sorong

Page 12: JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015

Ludia Theresia Wambrauw 82

juga untuk melanjutkan pendidikan. Khusus

untuk alasan pendidikan, terdapat berbagai fasilitas pendidikan baik dasar maupun

pendidikan tinggi di Kota Sorong, seperti

terdapat Universitas Muhammadiyah

Sorong, STAK Sorong, STAIN Sorong, Universitas Victory, Politekes Kemenkes

Sorong, STIKES, UKIP Sorong, STIE

Bukit Zaitun, Politeknik Kelautan dan Perikanan, dan lainnya.

Gambar 8 mengenai migrasi risen

terbesar yang terjadi pada rentang usia 20-24 dan 25-29 tahun, yaitu usia pada saat

menempuh pendidikan tinggi memiliki

keterkaitan dengan penjelasan pada Gambar

9.

KESIMPULAN

Kota Sorong merupakan satu-

satunya kotamadya di Provinsi Papua Barat

dengan tingkat pertumbuhan dan kepadatan

penduduk paling tinggi. Jumlah penduduk di Kota Sorong paling tinggi dibanding

Kabupaten Kota di Provinsi Papua Barat.

Faktor yang menyebabkan perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran,

kematian dan perpindahan penduduk

(migrasi). Angka kelahiran dan kematian kontribusinya relative rendah dibanding

dengan arus migrasi. Migrasi merupakan

faktor utama peningkatan jumlah penduduk

yang sangat besar karena alasan pekerjaan dan pendidikan. Migrasi risen di Kota

Sorong sebagian besar berasal dari luar

wilayah Papua Barat, artinya bahwa semakin banyak pendatang yang tinggal

dan menetap di Kota Sorong.

Masalah kependudukan akan mempengaruhi kesejahteraan dan

perkembangan suatu daerah di tahun

mendatang. Oleh karena itu, pemerintah

perlu mengambil langkah – langkah strategis pada tahun-tahun mendatang

terutama bagaimana mengelola masalah

pertumbuhan penduduksehingga terjadi pemerataan kesempatan kerja, kesempatan

berusaha, dan juga mampu mengatasi

masalah-masalah yang terkait pendidikan,

kesehatan, perumahan yang layak dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Indonesia, 2015. Statistik Migrasi

Papua Barat. Hasil Survei

Penduduk Antar Sensus Tahun

2015 BPS Kota Sorong, 2014. Kota Sorong

Dalam Angka Tahun 2015

BPS Kota Sorong, 2015 (a). Kota Sorong Dalam Angka Tahun 2016

BPS Kota Sorong, 2015 (b). Statistik

Kesejahteraan Tahun 2015 BPS Provinsi Papua Barat, 2015. Statistik

Kesejahteraan Papua Barat Tahun

2015.

BPS Provinsi Papua Barat, 2014. Papua Barat Dalam Angka Tahun 2014.

Hardini Dyah Ayu, 2011. Hubungan

Antara Pertumbuhan Penduduk, Kemiskinan Dan Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Kualitas

Lingkungan Di Kota Semarang

Tahun 2001-2008. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang

(https://lib.unnes.ac.id/2713/1/7137.p

df