KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

16
117 KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (THE INFIXED WORDS IN ENTRY STRUCTURE OF KBBI) Zainal Abidin Balai Bahasa Provinsi Riau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru Pos-el: [email protected] Tanggal naskah masuk: 5 Juni 2017 Tanggal revisi terakhir: 28 Mei 2018 Abstract This writing aims at describing the infixed words in KBBI using qualitative descriptive research. The subject of this study is the Fourth Edition of KBBI, while the object of research is the infixed entries contained in the dictionary. The data are words infixed word used as the entry in the dictionary. Data was collected using reading and writing techniques. The data analysis are performed by collecting, sorting, classifying, and analyzing the entries by category or criteria according to the entry structure. The result shows that in The Fourth Edition of KBBI, there are twenty infixed words which are divided into four categories of infix, namely -el-, -em-, -er-, and –in. They are arranged as the main entry, i.e: gelembung ‘bubbles’, gelenang ‘grateful’, geletar ‘shivering’, geligi ‘teeth’, gemeletuk ‘tingling’, gemelugut ‘shrieking’, gemeresik ‘rustling’, gemeretak ‘rattling’, gemerencang ‘clinking’, gemerincing ‘jingling’, gemerlap ‘sparkling’, gemetar ‘trembling’, gemuntur ‘thundering’, gemuruh ‘rumbling’, gerigi ‘serrations’, serabut ‘fibers’, seruling ‘flute’, sinambung ‘continuous’, telingkah’conflicting’, and telunjuk ‘index finger’. The word gerisik in the dictionary has the same meaning as its derivation although the word gerisik as the basic form of ‘rustling’ is not found. Gerincing is the root of gemerincing. Although the word gerencing is not found, the word gemerincing is given as the equivalent of it. Meanwhile, in the dictionary, the word seruling ‘flute’ that is supposed to be the derivation form of the word suling is created to be one of the meanings of the suling entry. Keywords: the infixed words, entry, entry structure Abstrak Penelitian tentang kata-kata berinfiks pada Kamus Besar Bahasa Indonesia ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata-kata berinfiks dalam struktur kamus tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, sedangkan objek penelitiannya adalah lema berinfiks yang terdapat di dalam kamus tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kata berinfiks yang dijadikan lema dalam kamus tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Langkah- langkah analisis data dilakukan dengan mengumpulkan lema, mengurutkan lema, mengklasifikasikan lema berdasarkan kategori atau kriteria sesuai dengan struktur lema. Analisis dilakukan setelah klasifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat terdapat dua puluh

Transcript of KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Page 1: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

117

KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

(THE INFIXED WORDS IN ENTRY STRUCTURE OF KBBI)

Zainal AbidinBalai Bahasa Provinsi Riau

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru

Pos-el: [email protected]

Tanggal naskah masuk: 5 Juni 2017Tanggal revisi terakhir: 28 Mei 2018

Abstract

This writing aims at describing the infixed words in KBBI using qualitative descriptive research. The subject of this study is the Fourth Edition of KBBI, while the object of research is the infixed entries contained in the dictionary. The data are words infixed word used as the entry in the dictionary. Data was collected using reading and writing techniques. The data analysis are performed by collecting, sorting, classifying, and analyzing the entries by category or criteria according to the entry structure. The result shows that in The Fourth Edition of KBBI, there are twenty infixed words which are divided into four categories of infix, namely -el-, -em-, -er-, and –in. They are arranged as the main entry, i.e: gelembung ‘bubbles’, gelenang ‘grateful’, geletar ‘shivering’, geligi ‘teeth’, gemeletuk ‘tingling’, gemelugut ‘shrieking’, gemeresik ‘rustling’, gemeretak ‘rattling’, gemerencang ‘clinking’, gemerincing ‘jingling’, gemerlap ‘sparkling’, gemetar ‘trembling’, gemuntur ‘thundering’, gemuruh ‘rumbling’, gerigi ‘serrations’, serabut ‘fibers’, seruling ‘flute’, sinambung ‘continuous’, telingkah’conflicting’, and telunjuk ‘index finger’. The word gerisik in the dictionary has the same meaning as its derivation although the word gerisik as the basic form of ‘rustling’ is not found. Gerincing is the root of gemerincing. Although the word gerencing is not found, the word gemerincing is given as the equivalent of it. Meanwhile, in the dictionary, the word seruling ‘flute’ that is supposed to be the derivation form of the word suling is created to be one of the meanings of the suling entry.

Keywords: the infixed words, entry, entry structure

Abstrak

Penelitian tentang kata-kata berinfiks pada Kamus Besar Bahasa Indonesia ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata-kata berinfiks dalam struktur kamus tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, sedangkan objek penelitiannya adalah lema berinfiks yang terdapat di dalam kamus tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kata berinfiks yang dijadikan lema dalam kamus tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Langkah-langkah analisis data dilakukan dengan mengumpulkan lema, mengurutkan lema, mengklasifikasikan lema berdasarkan kategori atau kriteria sesuai dengan struktur lema. Analisis dilakukan setelah klasifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat terdapat dua puluh

Page 2: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

118

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

kata berinfiks yang dibedakan menjadi empat infiks -el-, -em-, -er-, dan -in- dan disusun sebagai lema utama, yaitu gelembung, gelenang, geletar, geligi, gemeletuk, gemelugut, gemeresik, gemeretak, gemerencang, gemerincing, gemerlap, gemetar, gemuntur, gemuruh, gerigi, serabut, seruling, sinambung, telingkah, dan telunjuk. Kata gerisik dalam kamus tersebut bermakna dasar yang sama dengan bentuk jadian gemeresik meskipun tidak ditemukan kata geresik sebagai bentuk dasar gemeresik, sedangkan gerincing merupakan bentuk dasar gemerencing kendatipun tidak ditemukan kata gerencing karena pada lema gemerincing diberi padanan kata gemerencing untuk mengacu bentukan yang dipakai. Sementara itu, kata seruling yang seharusnya merupakan bentuk derivasi dari kata suling dalam kamus tersebut malah dijadikan salah satu makna dari lema suling.

Kata kunci: kata berinfiks, lema, struktur lema

1. PendahuluanDalam kehidupan sehari-hari, ketika kita

baik melalui mendengar maupun membaca, menemukan kata yang masih asing dalam pikiran kita, jalan tercepat dan baik untuk memahaminya adalah melihat dan mencari definisi kata-kata tersebut dalam kamus. Akan tetapi, walaupun sebuah kamus, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008:614) adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya, merupakan khazanah daftar kata yang dipakai dalam sebuah bahasa, belum tentu kamus tersebut memuaskan semua pemakainya. Ada kata yang tidak terdapat dalam sebuah kamus. Makna kata yang diberikan kadang-kadang tidak sesuai atau tidak memuaskan pemakai kamus. Bahkan, struktur lema yang dibuat kurang sesuai dengan struktur kamus yang standar, padahal sebuah kamus tidak hanya memberikan informasi yang berupa definisi suatu kata. Melalui kamus (Kurniasih, 2014:23), seorang pemakai akan mendapatkan banyak informasi yang berkaitan dengan kata yang sedang dibicarakan, termasuk tata bahasa. Dalam kamus setiap lema akan diberi informasi yang menjelaskan perihal lema tersebut, misalnya informasi definisi, ucapan dan sinonim serta informasi lain, yaitu daftar kata. Dalam leksikografi, daftar kata dikonsepsi sebagai rangkaian kata yang merupakan bentukan baru dari lema tersebut. Bentukan baru tersebut dapat dihasilkan dari afiksasi, pengulangan, atau pemajemukan.

Tata bahasa dalam kamus berbeda dengan tata bahasa dalam pengertian umum. Dalam pengertian umum, tata bahasa mengatur segala

kaidah kebahasaan beserta bentuk-bentuk yang dihasilkan dari kaidah itu. Sementara itu, dalam kamus tata bahasa lebih bersifat aplikasi kaidah kebahasaan. Artinya, kamus tidak akan menguraikan sebab atau alasan suatu bentuk yang dihasilkan. Kamus hanya memunculkan bentukan kata yang sesuai dengan kaidah bahasa, khususnya kaidah morfologi. Informasi morfologis tersebut sangat penting bagi pengguna kamus untuk mengetahui bentukan yang benar. Seringkali orang tidak memperhatikan bentukan kata yang digunakannya, terutama pada kata yang memiliki bentukan lain. Misalnya, kata memengaruhi sering kali diubah menjadi mempengaruhi, bentuk memengaruhi diasumsikan berasal dari me-N + pengaruh yang dalam proses morfologis kata p akan melebur atau hilang jika bertemu dengan me-N.

Banyak alasan mengapa sebuah kamus masih kurang memuaskan para pemakainya. Menurut Keraf (2006:45), alasan pertama adalah keterlambatan waktu antara pengetikan dan penerbitan. Seorang penyusun kamus (leksikograf) mencatat kata-kata baru hanya sampai sebelum kamus itu diterbitkan. Waktu yang diperlukan selama pengetikan, pencetakan, sampai dengan penerbitan tidak sedikit. Semua itu dapat memakan waktu yang lama sehingga pada saat diterbitkan, kamus yang dibuat sudah ketinggalan zaman karena sudah muncul kata-kata baru yang belum sempat tercatat sebelum kamus dibuat. Kedua, betapapun cermatnya seorang leksikograf, pasti ada satu atau dua kata yang luput dari pengamatannya, bahkan ada pula arti yang luput dari pencatatannya meskipun katanya sudah ada dalam kamus. Ketiga, minat

Page 3: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

119

dan tujuan seorang leksikograf. Ada leksikograf yang beranggapan bahwa kata-kata tua (arkais), ungkapan-ungkapan kuno, dan peribahasa-peribahasa yang sudah usang dan tidak dipakai lagi, tidak perlu dimasukkan lagi dalam kamus, padahal kata-kata, ungkapan, dan peribahasa seperti itu sangat berguna bagi filolog, etnolog, dan ahli-ahli sejarah.

Setakat ini ketika kita ingin mencari definisi kata-kata dalam bahasa Indonesia, acuan yang baik adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal ini disebabkan oleh alasan bahwa KBBI merupakan kamus bahasa Indonesia yang berterima. Menurut (Sulastri, 2016:203), dalam penelitian “Keberterimaan dan Keterpakaian Kamus Besar Bahasa Indonesia bagi Pengajar” dari 56 responden yang dijadikan objek pengumpulan data, seluruhnya (100%) menyatakan bahwa pengajar memerlukan KBBI. Namun, keterpakaiannya hanya 59 %.

Pembicaraan tentang kamus telah banyak dilakukan. Penelitian tentang afiks dalam kamus pemelajar, misalnya sudah pernah dilakukan oleh Fallianda dan Homsatun Nafiah (2016:79) dalam “Pengelompokan Afiks Pembentuk Verba Berdasarkan Kelas Frekuensi: Studi Kasus untuk Kamus Pemelajar Bahasa Indonesia”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perbedaan kelompok afiks pembentuk verba dalam penggunaan bahasa Indonesia. Jumlah keseluruhan kelas afiks dalam 1.000 kata kamus frekuensi, yaitu 143 kata. Jumlah ini terbagi dalam kelas prefiks dan kombinasi afiks. Kelas prefiks mempunyai tingkat kekerapan dan variasi bentuk kata tertinggi, yaitu sebanyak 87 kata. Kombinasi afiks yang memiliki bentuk kata kedua terbanyak, yaitu sejumlah 56 kata, sedangkan kelas afiks konfiks dan sufiks tidak dapat diketahui tingkat kekerapannya dalam 1.000 kata teratas kamus frekuensi bahasa Indonesia. Penelitian lain tentang afiks yang sudah pernah dilakukan adalah “Sufiks –is dan –ik serta Problematikanya dalam Bahasa Indonesia” oleh Kulsum (2015:241). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variasi bentuk bahasa yang dilekati sufiks –is dan –ik adalah langsung dibubuhi sufiks –is dan -ik, pengurangan dan penambahan fonem tertentu, jika fonem terakhir sebuah bentuk dasar adalah fonem i, fonem i yang muncul hanya satu, jika bentuk yang berasal dari kata yang bersuku

akhir –ik, hanya fonem /k/ yang berubah, yaitu menjadi /s/, dan fonem /s/ berubah menjadi /t/. Sufiks –is mempunyai fungsi dan makna yang lebih variatif daripada sufiks –ik. Fungsi sufiks –is adalah pembentuk nomina dan verba. Problematika –is dan –ik dikelompokkan atas penggunaan bentuk yang menunjukkan pelaku/orang, penggunaan bentuk yang tidak baku, kurangnya lema bersufiks –ik dan –is, dan masalah pada frasa atributif bersufiks –ik.

Dalam penelitian ini pembicaraan tentang afiks dihubungkan dengan afiksasi. Hal ini pernah dilakukan oleh Rijal (2012:91) pada bahasa Massenrempulu dialek Maiwa dalam “Proses Afiksasi Bahasa Massenrempulu Dialek Maiwa: Analisis Morfofonemis”. Dari hasil penelitian tersebut ditunjukkan bahwa afiksasi dalam bahasa Massenrempulu dialek Maiwa memperlihatkan keteraturan dan keragaman, baik sifat distribusinya maupun fungsi dalam kelompok. Dari sifat distribusinya afiksasi terjadi pada morfem bebas dan morfem terikat. Secara fungsi dalam konstruksi, afiksasi terjadi pada bentuk dasar, morfem asal, dan morfem afiks.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, pembicaraan kata berinfiks pada struktur lema KBBI belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, hal ini perlu dibicarakan agar tidak menimbulkan kekecewaan pada saat mempergunakan sebuah kamus.

Berdasarkan paparan tersebut, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kata berinfiks disusun pada lema KBBI.

Tujuan penenlitian ini adalah mengetahui penyusunan kata berinfiks sebagai bentuk derivasi dalam lema KBBI.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data berupa kata-kata yang telah diimbuhi sisipan (infiks) dikumpulkan dari KBBI Edisi Keempat yang berketebalan 1.701 halaman, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Tahun 2008 dengan teknik baca dan catat. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan pengamatan untuk mengumpulkan data serta memilih data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Setelah data terkumpul, dilakukan penganalisisan berdasarkan urutan lema yang akan dikaji. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

Page 4: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

120

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

a. mengurutkan lema dalam KBBI yang sudah dikumpulkan dan

b. mengklasifikasikan lema berdasarkan ka-teg ori atau kriteria sesuai dengan ciri-ciri yang ditentukan. Penganalisisan dan pendeskripsian terhadap

lema yang telah diklasifikasikan berdasarkan makrostruktur dan mikrostruktur lema. Pendeskrip-sian tersebut bukan mempertimbangkan benar atau salahnya bahasa yang digunakan, melainkan pendeskripsian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu penyusunan kata berinfiks dalam lema.

2. Kerangka TeoriUntuk membahas kata berinfiks dalam

struktur lema KBBI dipakai teori morfologi dan leksikografi. Dalam teori morfologi dikenal afiks, afiksasi, dan derivasi. Menurut Alwi (2003: 32), afiks/imbuhan dikenal sebagai morfem terikat. Afiks adalah bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Afiks yang dilekatkan di bagian muka suatu kata dasar disebut prefiks atau awalan. Bentuk seperti ber-, meng-, peng-, dan per- adalah contohnya. Jika morfem terikat tersebut dipakai di bagian akhir suatu kata, dinamakan sufiks atau akhiran, contoh morfem --an, -kan, dan –i. Bentuk seperti -er- dan -el- pada gerigi dan geletar adalah infiks atau sisipan karena diselipkan di tengah kata dasar, sedangkan bentuk ber-an pada kata berdatangan adalah konfiks, yaitu prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan.

Menurut Kridalaksana (2007: 28), afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Kata kompleks merupakan satuan gramatikal terikat yang berupa kata dasar dan imbuhan (afiks). Damayanti (2016:260) menyatakan bahwa derivasi adalah pembubuhan afiks pada bentuk dasar, baik secara terpisah maupun secara bersamaan. Afiks yang dibubuhkan itu dapat mengubah kategori kelas kata bentuk dasarnya.

Leksikografi adalah ilmu yang mempelajari kamus dan seluk-beluknya. Sibarani (1997:3) menyatakan bahwa leksikografi adalah bidang linguistik terapan yang mencakup teori, metode, teknik, dan prosedur penyusunan kamus, sedangkan Kridalaksana (2011:142) mendefinisikan leksikografi sebagai bidang linguistik terapan yang mencakup metode

dan teknik penyusunan kamus. Sebuah kamus terdiri atas makrostruktur (macrostructure) dan mikrostruktur (microstructure). Menurut Setiawan dalam Kurniasih (2014:18), makrostruktur berkaitan dengan sistem penyusunan lema dalam kamus AZ. Oleh karena itu, makrostruktur disebut juga word list. Pada umumnya lema dalam kamus disusun secara alfabetis. Selain urutan alfabetis, lema juga dapat disusun dengan cara lain, yaitu berdasarkan urutan morfem. Makrostruktur tidak hanya berkaitan dengan penyusunan lema pokok, tetapi juga berkaitan dengan kaidah penyusunan sublema. Dalam kamus, sublema berada di bawah lema pokok dan merupakan bagian penjelas atas lema pokok. Sublema ini dapat berupa kata gabung sebagai bentukan baru yang dibentuk dari unsur lema pokok. Selanjutnya, makrostruktur ini menjadi struktur inti sebuah kamus. Mikrostruktur mencakup lema, sublema, pelafalan, kelas kata, label penggunaan, definisi/padanan, contoh pemakaian, penerjemahan contoh, dan ilustrasi.

Lema merupakan istilah teknis dalam leksikografi yang digunakan sebagai pedoman bagi pengguna kamus untuk mencari suatu kata. Pada umumnya dalam kamus lema akan ditulis dengan cetak tebal. Sebagian leksikografer berpendapat bahwa lema dalam kamus umum berupa kata leksikal. Dalam KBBI (2008: 807) lema diartikan sebagai (1) kata atau frasa masukan dalam kamus di luar definisi atau penjelasan lain yang diberikan dalam entri; (2) butir masukan; entri. Satuan bahasa pengisi lema adalah kata, misalnya, kata merumahkan, perumahan, rumahan, berumah, berumahkan, memperumahkan, serumah, dan menyerumahkan berasal dari bentuk dasar rumah. Bentuk rumah tersebut disebut sebagai kata dasar. Dalam leksikografi istilah yang tepat untuk menyatakannya adalah leksem, bukan kata. Hal tersebut disebabkan oleh satuan leksikal adalah leksem bukan kata (Setiawan dalam Kurniasih, 2014:32–33).

Dalam penyusunan lema atau sublema kata dasar menduduki lema utama setelah itu kata berimbuhan atau derivasi dari kata dasar tersebut dijadikan sebagai sublema dan/atau lema turunan. Sebagai contoh susunan tersebut dapat dilihat pada penulisan lema rumah dalam KBBI berikut.

Page 5: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

121

ru.mah n 1 bangunan untuk tempat tinggal, 2 bangunan pada umumnya (spt gedung): -- gedang ketirisan pb istri yg tidak mampu mendatangkan kebahagiaan kpd suami;

me.ru.mah.kan v ki mencutikan pegawai (karyawan) dr pekerjaannya; membebaskan pegawai (karyawan) dr pekerjaannya dng cara menyuruh tinggal di rumah saja: dl tahun ini perusahaan itu telah ~ puluhan buruhnya yang tidak disiplin;

pe.ru.mah.an n 1 kumpulan beberapa buah rumah, rumah-rumah tempat tinggal: pemerintah sedang mendirikan ~ untuk golongan menengah

3. Hasil dan Pembahasan3.1 AfiksasiKataBerinfiks

Terdapat dua puluh kata berinfiks yang ditemukan dalam KBBI, yaitu gelembung, gelenang, geletar, geligi, gemeletuk, gemelugut, gemeresik, gemeretak, gemerencang, gemerincing, gemerlap, gemetar, gemuntur, gemuruh, gerigi, serabut, seruling, sinambung, telingkah, dan telunjuk. Kedua puluh kata tersebut dapat dibedakan menjadi empat infiks, -el-, -em-, -er- dan -in-. Berikut adalah uraiannya.

A. Infiks–el-Kata gelembung, gelenang, geletar, geligi,

telunjuk, dan telingkah merupakan bentuk-bentuk derivasi dari kata dasar gembung, genang, getar, gigi, tunjuk, dan tingkah. Kata-kata dasar tersebut telah mengalami afiksasi yang berupa kata dasar dan infiks -el-, seperti berikut.

gembung + -el- gelembung genang + -el- gelenanggetar + -el- geletar gigi + -el- geligi tingkah + -el- telingkahtunjuk + -el- telunjuk

B. Infiks–em-Kata gemeletuk, gemelugut, gemeresik,

gemeretak, gemerencang, gemerincing, gemerlap, gemetar, gemuntur dan gemuruh juga merupakan bentuk-bentuk jadian. Kata-kata itu merupakan bentuk derivasi dari kata dasar geletuk, gelugut, gerisik, geretak, gerencang, gerincing, gerlap, getar, guntur, dan guruh.

Kata-kata dasar itu juga telah mengalami afiksasi yang berupa kata dasar dan infiks -em-, seperti berikut.

geletuk + -em- gemeletukgelugut + -em- gemelugutgerisik + -em- gemeresik geretak + -em- gemeretak gerencang + -em- gemerencanggerincing + -em- gemerincinggerlap + -em- gemerlapgetar + -em- gemetarguntur + -em- gemunturguruh + -em- gemuruh

Bentuk jadian gemeresik dibentuk oleh kata dasar geresik dan infiks -em-. Namun, di dalam KBBI Edisi Keempat lema geresik tidak ditemukan. Kata yang ditemukan dalam KBBI Edisi Keempat adalah gerisik. Hal ini berbeda dengan lema gemerincing yang dapat diuraikan menjadi kata dasar gerincing dan infiks -em-. Dalam KBBI Edisi Keempat lema gerencing tidak ditemukan. Lema yang ada adalah gerincing. Akan tetapi, karena pada lema gemerincing dalam kamus tersebut diberi padanan kata gemerencing untuk mengacu bentukan yang dipakai, bentukan gemerincing dianggap sebagai bentuk derivasi dari kata gerincing.

C. Infiks-er-

Sama halnya dengan dua kategori di atas, kata gerigi, serabut, dan seruling merupakan bentuk derivasi dari kata dasar gigi, sabut, dan suling. Kata-kata dasar itu telah mengalami afiksasi yang berupa kata dasar dan infiks -er-, seperti berikut.

gigi + -er- gerigi sabut + -er- serabutsuling + -er- seruling

D. Infiks-in-Berbeda dengan infiks yang lain, infiks –

in- merupakan infiks yang improduktif sehingga pemakaiannya sangat terbatas. Dalam KBBI Edisi Keempat lema yang mengandung infiks –in- adalah sinambung. Lema ini merupakan bentuk derivasi dari kata dasar sambung dan infiks -in-, seperti berikut.

sambung + -in- sinambung

Page 6: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

122

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

3.2 Kata Berinfiks pada Struktur LemaKBBIMenurut petunjuk pemakaian KBBI

Edisi Keempat (2008: xxxv), kata dasar yang menjadi dasar segala bentukan kata (kata jadian) diperlakukan sebagai lema atau entri, sedangkan bentuk-bentuk derivasinya diperlakukan sebagai sublema atau subentri, misalnya kata pukul adalah kata dasar dan kata memukul, pukul-memukul, memukuli, memukulkan, pemukul, pemukulan, pukulan, terpukul, berpukulan, berpukul-pukulan, memperpukuli, dan memperpukulkan adalah derivasinya. Dengan demikian, cara penyusunannya adalah sebagai berikut.

1pu.kul 1 v ketuk (dng sesuatu yang keras atau berat, dipakai juga dl arti kiasan):...; 2 kena…;me.mu.kul v 1 mengenakan sesuatu benda yg keras atau berat dng kekuatan (untuk mengetuk, memalu, meninju, menokok, menempa, dsb): tiba-tiba ia ~ lenganku; 2 ...; pu.kul-me.mu.kulv saling pukul; baku pukul: kedua anak itu bertengkar sambil ~;me.mu.ku.li v memukul berkali-kali; menghajar;me.mu.kul.kan v 1 memukul dng: ia ~ kayu itu sampai hancur; 2 memukul untuk orang lain; 3 memperbanyakkan; mengalikan: ~ 25 dng 4;pe.mu.kul n 1 orang yg memukul; 2 alat untuk memukul: ~ besi, pukul besi; martil;pe.mu.kul.an n proses, cara perbuatan memukul (kan): ~ itu dapat dihindarkannya;pu.ku.lan n 1 perbuatan (cara dsb) memukul: ~ yg bertubi-tubi itu selalu ditangkisnya; 2 hasil memukul; ketukan (serangan, hantaman, dsb): mereka disambut dng tendangan dan ~ walaupun ~nya melesat; 3 cak alat untuk memukul: ~ kasur;ter.pu.kul v 1 kena pukul; 2 tidak berdaya; kalah: tampaknya ia benar-benar merasa ~;ber.pu.ku.lan n saling memukul;ber.pu.kul-pu.kul.an v pukul-memukul;mem.per.pu.ku.li v memukuli;

mem.per.pu.kul.kan v memperkalikan (dua bilangan)

Selanjutnya, dalam petunjuk pemakaian KBBI Edisi Keempat (2008:xxxviii) juga dinyatakan bahwa urutan lema disusun sebagai berikut.1. Lema pokok2. Gabungan kata dari bentuk dasar

Lema pokok yang berderivasi diurutkan berdasarkan paradigma pembentukan kata sebagai berikut.

3. Kata Ulang a. bentuk dasar b. dwipurwa4. meng- meng-...-i meng-...-kan menge-...-kan5. pe-; peng pe-...-an; peng-...-an6. –an7. di-8. ter-

ter-...-i ter-...-kanketer-...-kan

8. ber-ber-...-an ber-...-kanmember-...-kanpember-...-ankeber-...-an

Sejatinya, struktur lema kata berinfiks sebagai bentuk derivasi dari kata dasar dalam KBBI Edisi Keempat disusun seperti petunjuk pemakaian kamus tersebut. Namun, temuan dalam KBBI Edisi Keempat kata-kata berinfiks tersebut tersusun sebagai berikut.A. Kata Gelembung

Kata ini dalam KBBI Edisi Keempat di halaman 430 ditulis sebagai lema utama di bawah lema gelembong. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.lem.bong /gelémbong/ n celana yg celah

Page 7: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

123

kangkangannya lebar dan longgar (biasa dipakai untuk bersilat)

ge.lem.bung n 1 bentuk bola-bola berisi udara; bola-bola air (air sabun, buih, dsb) yg berisi udara; 2 bola karet yg ditiup dsb sehingga spt balon kecil;--empedukandung empedu; --kencing meng.ge.lem.bung v menjadi besar krn berisi udara dsb;meng.ge.lem.bung.kan n membuat sesuatu menjadi gelembung;peng.ge.lem.bung.an 1 n proses, cara, perbuatan menggelembungkan; 2 n ki proses, cara, perbuatan membesar-besarkan jumlah uang melebihi anggaran yg dibutuhkan;ge.lem.bung-ge.lem.bung.an n mainan gelembung: bermain ~ ;ber.ge.lem.bung v mengandung gelembungKata gelembung merupakan bentuk derivasi

dari kata gembung. Sejatinya, lema gelembung diletakkan di bawah lema gembung. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat lema gembung yang ditempatkan di halaman 436 merupakan lema utama. Kata ini disusun di bawah lema gembul tanpa lema gelembung sebagai bentuk derivasinya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.gem.bul a selalu tidak merasa kenyang; banyak

makan: dia juara -- di desa ini1gem.bung a menjadi besar krn berisi udara, air,

dsb; kembung; melembung: perutnya~ krn masuk angin;meng.gem.bung.kan v melembungkan; membesarkan (balon dsb); membusungkan dada dsb;peng.gem.bung.an n proses, proses, cara, perbuatan menggembungkan: ~ yg terjadi pd perutnya sudah lama dirasakannya;ber.gem.bung v gembung;~ dada 1 membusungkan dada; 2 ki berbangga diri: sekalipun menang, jangan kau ~ dada

2gem.bung 2kembung

B. Kata GelenangKata berinfiks berikut adalah gelenang.

Kata ini amat jarang dipakai oleh pemakai bahasa Indonesia. Dalam KBBI Edisi Keempat kata ini ditemukan pada halaman 430 di bawah lema gelenak. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.

ge.le.nak /gelénak/ Plb n penganan spt dodol, dibuat dari adonan tepung ketan kasar, santan kental, gula merah, dan air jahe

ge.le.nang, ter.ge.le.nang v tergenang (tt air mata); menggenang: tampak air mata ~ di matanyaSebagai bentuk derivasi seperti yang

telah diuraikan dalam subbab 3.1 kata jadian gelenang, seharusnya, disusun sebagai lema turunan di bawah lema genang yang menjadi lema utamanya. Akan tetapi, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 438 kata genang disusun setelah lema genahar sebagai lema utama tanpa lema gelenang sebagai lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.na.har n keran (perapian) besar yang dibuat

dari tanah;- gunung mulut gunung berapi; kawah;

lubang kepundange.nang, meng.ge.nang v mengumpul krn tidak

mengalir (tt air); air yg ~ dapat menjadi sarang nyamuk;meng.ge.nangi v menjadikan bergenang (tt air dsb): dia ~ sawahnya;peng.ge.nang.an n proses, cara, perbuatan menggenangi;ter.ge.nang v bergenang;ber.ge.nang v 1 terhenti mengalir (tt air); 2 berlinang-linang di mata (tt air mata): ~ air matanya mendengar cerita sedih itu; 3 tertutup atau terendam air (yg tidak mengalir): tanaman padi menjadi busuk krn ~ berhari-hari;ke.ge.nang.an a cak tergenang air; keempohan; kebanjiran

C. Lema GeletarKata berinfiks selanjutnya adalah geletar.

Kata ini tersusun sebagai lema utama pada halaman 431 di bawah lema geletak. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.le.tak /gelétak/ adv telentang

meng.ge.lé.tak v 1 menelentangkan (diri): karena lelah dan mengantuk, ia ~ begitu saja di pinggir jalan; 2 terkapar; terletak begitu saja: orang yg terserempet mobil itu masih ~ di tepi jalan, belum ada yg mengurusinya;meng.ge.le.tak.kan v menaruh (membiarkan) tergeletak: ia ~ anaknya di bawah sinar matahari pagi;

Page 8: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

124

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

ter.ge.le.tak v tertelentang; terkapar; terletak begitu saja: ia melihat seorang laki-laki tua ~ di pinggir jalan;

ge.le.tar, meng.ge.le.tar v menggigil; gemetar; menggentar (bergentar); berdebar-debar (tt hati)Kata geletar juga merupakan bentuk

derivasi dari kata getar yang telah mengalami afiksasi berupa kata dasar dan infiks –el-. Oleh karena itu, seharusnya, kata ini diletakkan di bawah lema getar. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat lema getar diletakkan di halaman 450, yaitu di bawah lema getap-getapan yang merupakan lema utama tanpa mencantumkan lema geletar sebagai bentuk derivasi yang menjadi lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.2ge.tap-ge.tap.an a 1 lekas terkejut; 2 lekas

sakit hatige.tar n gerak berulang-ulang dng cepat spt

tali biola, per, jarum jam yg tersentuh: -- pd jarum seismograf menandakan ada gempa bumi;meng.ge.tar v bergetar;meng.ge.tar.kan v 1 menggentarkan; menyebabkan bergetar: ledakan itu ~ jendela dan pintu rumah; 2 menimbulkan rasa takut dan gelisah; menggentarkan: kata-katanya tidak ~ saya;peng.ge.tar n alat untuk mengetarkan, penggentar;peng.ge.tar.an n proses, cara, perbuatan menjadikan bergetar atau menggetarkan;ge.ta.ran n goyangan cepat dan berulang-ulang (tt benda-benda halus spt jarum jam, per); getaran;ber.ge.tar v bergerak berulang-ulang dng cepat

D. Kata GeligiKata berinfiks berikut adalah geligi. Kata ini

dalam KBBI Edisi Keempat ditempatkan pada halaman 432 dan ditulis sebagai lema utama. Kata ini disusun sebagai kata berhomonin di bawah lema geli-geli. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.1ge.li-ge.li n ginjal; buah pinggang2ge.li-ge.li n tumbuhan rawa, Lesia spinosa1 ge.li.gi, meng.ge.li.gi v menggigil2 ge.li.gi, meng.ge.li.gi v gemeletuk

Kata geligi merupakan bentuk derivasi dari kata gigi. Namun, kata gigi yang disusun sebagai lema utama dalam KBBI halaman 451 di bawah lema gigawatt tidak menyertakan kata geligi sebagai lema turunannya. Susunan lema kata tersebut sebagai berikut. gi.ga.watt n satuan ukuran daya listrik 100 wattgi.gi v tulang keras dan kecil berwarna putih

yg tumbuh tersusun berakar di dl gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit; 2 sesuatu yg bentuknya spt gigi; -- sisir; -- gergaji; 3 kekuasaan: ia mulai memperlihatkan (menunjukkan) --nya; 4 cak persneling

E. Kata GemeretakKata berinfiks selanjutnya adalah gemeretak.

Kata ini disusun sebagai lema utama di halaman 437 di bawah lema gemeresik. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.me.re.sik v berbunyi “kersik, kersik” spt

bunyi sepatu orang berjalan di atas daun kering atau batu kerikil: tiba-tiba terdengar suara –lembut

ge.me.re.tak v berbunyi “kertak, kertak” spt dahan besar yg patah; meng.ge.me.re.tak.kan v menjadi bergeretak atau (berbunyi geretak-geretak)Karena kata gemeretak merupakan bentuk

derivasi dari kata geretak, semestinya, lema ini ditempatkan di bawah lema geretak. Akan tetapi, dalam KBBI Edisi Keempat pada halaman 445 kata geretak disusun sebagai lema utama di bawah lema geret. Lema geretak di halaman tersebut disusun tanpa lema gemeretak sebagai derivasi yang dapat dijadikan sebagai turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.ret /gerét/ v seret;

meng.ge.ret v menggarit; menggores; menyeret;ge.re.tan n korek api; gores api

ge.re.tak n tiruan bunyi “kertak, kertak” spt gigi digesekkan;ber.ge.re.tak v mengeluarkan bunyi “kertak, kertak: rumah ~ krn digoyang gempa

F. Kata GemeletukKata berinfiks berikut yang disusun sebagai

lema utama dalam KBBI Edisi Keempat adalah

Page 9: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

125

gemeletuk. Kata ini ditempatkan pada halaman 436 di bawah lema gemeletek. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.me.le.tek /geléték/ v gemetar keras; menggigilge.me.le.tuk v berbunyi “kertuk, kertuk” spt

bunyi gigi yang bersentuhan krn menggigil kedinginanKata gemeletuk merupakan bentuk derivasi

dari kata geletuk. Seharusnya, lema gemeletuk ditempatkan di bawah lema geletuk. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 431 lema geletuk ditempatkan di bawah lema geletis tanpa menyertakan lema gemeletuk sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.le.tis, meng.ge.le.tis v bergerak-gerak

(geliang-geliut)ge.le.tuk, meng.ge.le.tuk v gemetar krn

menggigil kedinginan dsb; menggelatuk

G. Kata GemelugutKata berinfiks berikut yang disusun sebagai

lema utama dalam KBBI Edisi Keempat adalah gemelugut. Kata ini ditempatkan pada halaman 436 di bawah lema gemeletuk. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.me.le.tuk v berbunyi “kertuk, kertuk” spt

bunyi gigi yang bersentuhan krn menggigil kedinginan

ge.me.lu.gut v menggigil keras; menggelugutKarena kata gemelugut merupakan bentuk

derivasi dari kata gelugut, seharusnya, lema gemelugut ditempatkan di bawah lema gelugut. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat pada halaman 434 di bawah lema gelugur diletakkan tanpa lema gemelugut sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.2 ge.lu.gur n alur (pd kaki meja sbg perhiasan)ge.lu.gut v menggelugut;

meng.ge.lu.gut v menggigil dng hebat; gemeletuk (tt gigi): anak itu ~ krn demam;ber.ge.lu.gut v menggelugut

H. Kata Gemerencang Kata berinfiks yang disusun sebagai lema

utama dalam KBBI Edisi Keempat berikutnya adalah gemerencang. Kata ini ditempatkan pada halaman 436 di bawah lema gemercik

dan gemercing. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.mer.cik v berbunyi spt bunyi air yg jatuh

menimpa genangan air dsb: Cuma—air yg terdengar di telinga itu.

ge.mer.cing gemerencingge.me.ren.cang v berdencang-dencang spt

bunyi pedang yg beraduKata gemerencang merupakan bentuk

derivasi dari kata gerencang. Lema ini, seharusnya, ditempatkan di bawah lema gerencang. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 445 lema gerencang diletakkan di bawah lema gerempang tanpa menyertakan lema gemerencang sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.rem.pang n perempuan jalang; perempuan

nakal; pelacurge.ren.cang n tiruan bunyi pedang beradu dng

pedang

I. Kata GemerincingKata berinfiks berikut adalah gemerincing.

Kata tersebut terletak pada halaman yang sama dengan lema gemerencung, yaitu halaman 437. Kata ini juga disusun sebagai lema utama dalam KBBI Edisi Keempat. Kata ini ditempatkan di bawah lema gemeretuk dan gemeretup. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.me.re.tuk v gemeletukge.me.re.tup v gemeletukge.me.rin.cing v gemerencing; meng.ge.me.rin.cing.kan v membuat

sesuatu berbunyi gemerincingSebagaimana yang telah diuraikan dalam

subbab 3.1 dalam struktur kamus tersebut lema gemerincing diberi padanan gemerencing sebagai bentuk yang dipakai. Pada halaman 436 lema gemerencing juga diletakkan sebagai lema utama di bawah lema gemerencik. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.me.ren.cik v berbunyi spt bunyi percikan air

hujan mengenai kacage.me.ren.cing v berdencing-dencing: uang

logamnya ~ berjatuhan Kata gemerincing merupakan bentuk

derivasi dari kata gerincing sehingga lema tersebut sejatinya ditempatkan di bawah

Page 10: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

126

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

lema gerincing. Akan tetapi, kata gerincing dalam KBBI Edisi Keempat diletakkan pada halaman 446 di bawah lema gerimis yang tidak mencantumkan lema gemerincing sebagai derivasi kata gerincing yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.ri.mis n hujan rintik-rintik;

--beku gerimis yg tetes airnya membeku pd saat menyentuh tanah dan benda-benda pd permukaan tanah atau pesawat yg sedang terbang

ge.rin.cing n tiruan bunyi kepingan logam tipis beradu atau jatuh;

ber.ge.rin.cing v berbunyi gerincing

J. Kata GemeresikKata berinfiks yang juga menjadi lema

utama adalah gemeresik. Dalam KBBI Edisi Keempat kata ini diletakkan di halaman 437 di bawah lema gemeresak. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.me.re.sak v berbunyi “kersak, kersak” spt

kertas dikoyak-koyakge.me.re.sik v berbunyi “kersik, kersik” spt

bunyi sepatu orang berjalan di atas daun kering atau batu kerikil: tiba-tiba terdengar suara – lembutAgak berbeda dengan kata gemerincing,

sebagaimana dalam uraian subbab 3.1, kata gemeresik sebagai lema dalam KBBI Edisi Keempat merupakan bentuk derivasi dari kata geresik meskipun hanya ditemukan lema gerisik. Oleh karena itu, seharusnya, sebagai lema kata gemeresik diletakkan setelah lema gerisik. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 447 lema gerisik diletakkan di bawah lema geripis tanpa menyertakan lema gemeresik sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.ri.pis a cuil-cuil sedikit pd pinggirnya;

gerepes; rompohge.ri.sik n tiruan bunyi daun kering bersentuhan;

meng.ge.ri.sik v berbunyi “kersik, kersik” (spt daun kering bersentuhan)

K. Kata GemerlapGemerlap berada di bawah lema

gemerincing dalam KKBI Edisi Keempat, kata

berinfiks yang juga disusun sebagai lema utama adalah gemerlap. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.me.rin.cing v gemerencing;

meng.ge.me.rin.cing.kan v membuat sesuatu berbunyi gemerincing

ge.mer.lap a berkilap-kilap; berkilauan: gaunnya terbuat dari sutra --;ge.mer.lap.an a gemerlap Secara morfologi kata gemerlap juga

merupakan bentuk derivasi dari kata gerlap. Oleh karena itu, sesuai dengan struktur lema yang telah dikemukakan dalam petunjuk pemakaian, kata gemerlap sebagai lema turunan diletakkan setelah lema gerlap. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 447 kata gerlap diletakkan di bawah lema geriuk tanpa menyertakan lema gemerlap sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.ri.uk lihat geriakger.lap a kerlap; kilat; kilau;

meng.ger.lap a berkilat-kilat; berkilauan; gemerlap

L. Kata GemetarKata berinfiks yang juga menjadi lema utama

adalah gemetar. Dalam KBBI Edisi Keempat kata ini diletakkan di halaman 437 sehalaman dengan lema gemeresak, gemeresik, gemeretak, gemerincing, dan gemerlap. Kata ini disusun menjadi lema utama di bawah lema gemerusuk. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut. ge.me.ru.suk v berbunyi “kerusuk, kerusuk”

spt bunyi daun kering ditiup anginge.me.tar a bergetar anggota badan krn

ketakutan (kedinginan dsb); menggigil krn ketakutan dsbKarena kata gemetar merupakan bentuk

derivasi dari kata dasar getar dan infiks –em-, seharusnya, sebagai lema kamus, gemetar diletakkan di bawah lema utama getar. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 450 lema getar diletakkan di bawah lema getap-getapan tanpa menyertakan lema gemetar sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.2ge.tap.ge.tap.an a 1. lekas terkejut; 2 lekas

sakit hati

Page 11: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

127

ge.tar n gerak berulang-ulang dng cepat spt tali biola, per, jarum jam yg tersentuh: -- pd jarum seismograf menandakan ada gempa bumi;meng.ge.tar v bergetar;meng.ge.tar.kan v 1 menggentarkan; menyebabkan bergetar: ledakan itu ~ jendela dan pintu rumah; 2 menimbulkan rasa takut dan gelisah; mengentarkan: kata-katanya tidak ~ saya;peng.ge.tar n alat untuk menggetarkan; penggentar;peng.ge.tar.an n proses, cara, perbuatan menjadi bergetar atau menggetarkan;ge.tar.an n goyangan cepat dan berulang-ulang (tt benda-benda halus spt jarum jam, per); gentaran;ber.ge.tar v bergerak berulang-ulang dng cepat

M. Kata Gemuntur

Kata berinfiks berikut disusun sebagai lema utama dalam KBBI Edisi Keempat adalah gemuntur. Kata ini ditempatkan pada halaman 438 di bawah lema gemulung. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.mu.lung a bergulung-gulung (tt ombak dsb)ge.mun.tur a gemuruh

Karena merupakan bentuk derivasi dari kata guntur, sebagaimana yang telah dikemukakan dalam subbab 2.1, kata ini, seharusnya, disusun di bawah lema guntur. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 468 lema guntur diletakkan di bawah lema guntung tanpa menyertakan lema gemuntur sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.gun.tung a papak; tidak lancip; kotong;

meng.gun.tung v memotong pd ujungnya atau bagian yg depan

gun.tur n suara menggelegar di udara (disebabkan oleh halilintar); guruh; meng.gun.tur v berbunyi spt guntur; gemuruh: di langit terdengar suara ~ yg sangat menakutkan;meng.gun.tur.kan v membuat sesuatu mengguntur: aksi demontrasi buruh yg marak itu ~ suara sumbang dr berbagai kalangan;ber.gun.tur v ada gunturnya: cuaca ~

N. Kata GemuruhKata berinfiks yang disusun sebagai lema

utama dalam KBBI Edisi Keempat adalah gemuruh. Kata ini ditempatkan pada halaman 438 di bawah lema gemuntur. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.mun.tur a gemuruhge.mu.ruh a menderu-deru spt suara guruh atau

suara ombak besar mengalun menepis pantai;meng.ge.mu.ruh v menjadi bergemuruh; membahana (tt suara dsb); menggema: kendaraan lapis baja lari ~; stadion ~ ketika ia berhasil menciptakan gol pd menit-menit terakhir;ber.ge.mu.ruh a berbunyi gemuruh;ke.ge.mu.ruh.an n kericuhan; keributan (tt suara dsb)Karena merupakan bentuk derivasi dari kata

guruh, sebagaimana yang telah dikemukakan dalam subbab 3.1, kata gemuruh, seharusnya, disusun di bawah lema guruh. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 469 lema guruh diletakkan di bawah lema gurub tanpa menyertakan lema gemuruh sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.gu.rub Ar v jatuh ; runtuh; hilang; tenggelam gu.ruh n suara menggelegar di udara (disebabkan

oleh halilintar); guntur: harapkan – (guntur) di langit, air di tempayan ditumpahkan, pb mengharapkan sesuatu yg belum tentu, barang yg telah ada dilepaskan; tak ada -- bagi orang pekak, tak ada kilat bagi orang buta, pb bagi orang yg sangat bodoh pidato yg bagus dan dalam isinya tak ada faedahnya;meng.gu.ruh v berbunyi spt guruh: dikejauhan terdengar bunyi mortir-mortir ~, mendebarkan hati para pengungsi;

O. Kata GerigiSelanjutnya, kata berinfiks yang disusun

sebagai lema utama dalam KBBI Edisi Keempat adalah gerigi. Kata ini ditempatkan pada halaman 446 di bawah lema geridit pidit. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ge.ri.ditpi.dit Mk a penuh sesak; berjejal-jejalge.ri.gi n gigi-gigi tajam pd tepi (gergaji,

piringan sepeda); ber.ge.ri.gi a bergigi-gigi tajam pd tepi: gergaji selalu ~

Page 12: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

128

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

Sebagaimana kata berinfiks yang lain, kata gerigi merupakan bentuk derivasi gigi yang dimbuhi infiks –er-. Seharusnya, kata berinfiks ini, jika dijadikan lema kamus, diletakkan di bawah lema gigi dan menjadi lema turunan, bukan lema utama. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 451 lema gigi diletakkan di bawah lema gigawatt tanpa menyertakan lema gerigi sebagai lema turunan dari lema utama gigi. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.gi.ga.watt n satuan ukuran daya listrik 10g wattgi.gi n 1 tulang keras dan kecil-kecil berwarna

putih yg tumbuh tersusun berakar di dl gusi dan kegunaannya untuk mengunyah dan menggigit; 2 sesuatu yg bentuknya spt gigi: -- sisir; -- gergaji; 3 ki kekuasaan: ia mulai memperlihatkan (menunjukkan) --nya; 4 cak persneling; -- dng lidah adakalanya tergigit juga, pb suami istri (sanak saudara, sahabat karib, dsb) adakalanya bertengkar juga;-- tanggal rawan murah; pb keinginan timbul setelah tidak ada kesempatan lagi; lunak – dr lidah, pb sangat lemah lembut (merendahkan diri dsb);--air ki tepi sbg pertemuan air laut dng

lengkung langit; --asutaring; -- bungsu gigi geraham yg tumbuhnya paling akhir; -- hutan ki pinggir (tepi) hutan; -- kapak gigi depan yg besar-besar mirip kapak; -- laut ki batas air laut pd waktu pasang naik; -- palsu gigi buatan; -- seri gigi pengiris; -- sulung gigi yg mula-mula tumbuh; -- sumbi 1 gigi tambahan; 2 gigi buatan; -- susu gigi sementara pd manusia atau hewan mamalia muda yg nanti akan tanggal dan diganti oleh gigi tetap (disebut gigi susu krn warnanya putih spt susu); -- telur Tern lapisan berkeratin pd ujung paruh anak ayam yg baru menetas;ber.gi.gi v 1 ada giginya; giginya telah tumbuh; 2 mempunyai gigi-gigi: roda itu ~; 3 ki berkuasa; ia sudah tidak ~ lagi; ki ia sudah tidak berkuasa (mempunyai kekuasaan) lagi; belum ~ hendak mengunyah (menggigit), pb hendak melakukan sesuatu, tetapi belum ada sarananya; mengunyah orang ~, pb mengajar (memberitahu) orang yg sudah tahu;

per.gi.gi.an n hal yg bersangkut paut dng gigi

P. Kata SerabutBerikut kata berinfiks yang disusun sebagai

lema utama dalam KBBI Edisi Keempat adalah serabut. Dengan infiks yang sama kata ini ditempatkan pada halaman 1281 di bawah lema serabi. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.se.ra.bi n penganan berbentuk bundar pipih

berpori-pori, dibuat dr adonan tepung beras (gandum), air kelapa (santan dsb), ragi dsb, sebelum dimasak dibiarkan mengembang, dimakan dng kuah gula jawa bercampur santan

se.ra.but n 1 serat-serat spt pd sabut; 2 barang yg rupanya spt bulu atau serat; 3 sabut halus; 4 struktur jaringan yg berbentuk panjang spt benang; se.ra.but.an Jw a 1 silang-menyilang tidak menentu (tt arus lalu lintas); 2 cenderung melakukan apa saja (tt pekerjaan, peran dsb);ber.se.ra.but v berambu-rambu atau berbulu-bulu; ada serabutnya (tt tali, barang tenun, dsb)Seperti yang telah dikemukakan dalam

subbab 3.1, kata serabut merupakan bentuk derivasi yang dibentuk atas dasar sabut dan infiks –er-. Oleh karena itu, seharusnya, kata ini disusun sebagai lema turunan dari lema sabut sebagai lema utamanya. Akan tetapi, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 1198 kata serabut tidak diletakkan di bawah lema sabut sebagai lema utamanya. Pada halaman tersebut lema sabut disusun di bawah lema sabur tanpa menyertakan lema serabut sebagai lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.sa.bur a 1 kl bercampur (berbaur) tidak

menentu (sehingga tidak dapat dibedakan lagi, spt suara tangis bercampur dng teriak, beribu-ribu orag berkumpul): dl keadaan kacau akibat kebakaran itu, suara tangis dan jeritan menjadi --; 2 kabur; agak suram; agak gelap: kaca jendela ini – krn sudah lama tidak dibersihkan;--limbur 1 bercampur tidak keruan; 2 agak gelap (antara terang dan gelap sehingga tidak tampak nyata): pd pagi buta waktu masih – limbur, ia datang ke rumahku;

Page 13: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

129

me.nya.bur v 1 menyamar (agar dapat menggabungkan diri dng musuh): ia berhasil memasuki daerah musuh setelah ~ sbg kuli kasar; 2 membaur; menyatukan diri: ia ~ di antara kerumunan orang banyak itu;me.nya.bur.kan v 1 membaurkan; mencampurkan; menyatukan: ia sedang ~ bermacam-macam bahan pewarna untuk memperoleh warna yg diinginkan; 2 meredamkan (tt suara); mengurangi kebisingan; agar tidak bergema, pd dinding kamar kerjanya dipasang alat peredam untuk ~ suara bising;ter.sa.bur v terbaur; tercampur: lawan dan kawan tidak lagi dapat dibedakan krn ~ menjadi satu

1sa.but n kulit yg berserat pd buah kelapa, pinang, dsb: -- kelapa dapat dibuat tali atau keset; untung – timbul, untung batu tenggelam, pb 1 untung-untungan; 2 tidak ada orang yg dapat menghindari nasibnya

Q. Kata SerulingKata berinfiks yang juga menjadi lema

utama adalah seruling. Dalam KBBI Edisi Keempat kata ini diletakkan di halaman 1291 di bawah lema serul. Di bawah lema seruling tersusun lema turunan bersuling yang tidak sesuai dengan lema utama. Secara terperinci susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.se.rul a tidak melekat (msl butir-butir nasi,

tanah)se.ru.ling n Mus alat musik tiup yg terbuat dr

buluh, logam, dsb; suling;ber.su.ling v meniup atau membunyikan seruling Kata seruling merupakan bentuk derivasi

yang dibentuk atas dasar suling dan infiks –er-. Karena merupakan bentuk derivasi, seharusnya kata ini disusun sebagai lema turunan di bawah lema utamanya, suling. Ini sesuai dengan petunjuk pemakaian kamus. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 1.351 lema suling diletakkan di bawah lema sulih tanpa menyertakan lema seruling sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Seruling dalam struktur lema tersebut malah menjadi salah satu makna dari lema suling. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.su.lih n ganti; pengganti; wakil;

--suara pergantian bahasa lisan (dl film): tersiar kabar bahwa – suara akan dilarang;me.nyu.lih v mengganti; mewakili;pe.nyu.lih n orang yg menyulih; pengganti

1su.ling n 1 seruling; bangsi; 2 peluit (kapal, kereta api, dsb);me.nyu.ling v meniup suling

2su.ling v menyulingpe.nyu.ling n alat untuk menyuling;me.nyu.ling v membuat uap menjadi cairan;pe.nyu.ling.an n proses mendidihkan zat cair dan mengembunkan serta menampung embun di dl wadah lain;su.ling.an n bagian cairan yg teruapkan, kemudian diembunkan selama proses penyulingan

R. Kata SinambungKata berinfiks berikut yang disusun sebagai

lema utama dalam KBBI Edisi Keempat adalah sinambung. Dalam KBBI kata ini ditempatkan pada halaman 1.310 di bawah lema sinagoge. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.si.na.go.ge n tempat beribadat orang Yahudi:

kelompok teroris itu menyerbu salah satu --si.nam.bung v berlanjut; terus-menerus;

kontinu;me.nyi.nam.bung.kan v melanjutkan;ber.si.nam.bung v berlanjut; bersambung;ber.ke.si.nam.bung.an v berkelanjutan;ke.si.nam.bung.an n perihal (yg bersifat) sinambung; kelanjutan; kontinuitasSeperti yang telah dikemukakan dalam

subbab 3.1 bahwa kata sinambung merupakan bentuk derivasi yang dibentuk dari sambung dan infiks –in-. Oleh karena itu, sesuai dengan petunjuk pemakaian kamus, seharusnya, kata ini disusun sebagai lema turunan dari lema sambung sebagai lema utamanya. Akan tetapi, dalam KBBI Edisi Keempat halaman 1214 kata sinambung tidak diletakkan di bawah lema sambung sebagai lema utamanya. Pada halaman tersebut lema sambung disusun di bawah lema sambuk tanpa menyertakan lema sinambung sebagai lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.sam.buk v cambuk;

me.nyam.buk v mencambuksam.bung v hubungkan; satukan: -- tali yg putus

itu; --juang perjuangan yg terus-menerus; -- raga cak melakukan persetubuhan; -- rasa

Page 14: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

130

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

komunikasi yg terjadi apabila gagasan dan perasaan yg disampaikan pembawa pesan dapat menggugah dan menggerakkan hati penerima pesan; kontak antara pihak yg satu dan pihak yg lain; kontak batin;me.nyam.bung v 1 menambah supaya menjadi lebih panjang: ia ~ galah pendek itu dng sebatang bambu; 2 menghubungkan kembali sesuatu yg terputus: ~ batang besi yg patah sebaiknya dng cara dilas; 3 memperpanjang; melanjutkan; meneruskan lagi: ayah telah ~ kontrak rumah ini untuk waktu dua tahun; ia ~ pekerjaan orang tuanya; 4 menjadi satu; menyatukan: jembatan yg terpisah dr kedua tepi, kini telah ~;sam.bung-me.nyam.bungv terus berlanjut; berlanjut; bersambung secara berurutan: kepulauan Indonesia ~ menjadi satu;me.nyam.bung.kan v menghubungkan dng: operator ~ saluran telepon dng nomor yg diminta pelanggannya; pe.nyam.bung n 1 orang yg menyambung; 2 alat untuk menyambung;~lidah juru bicara: Bung Karno menyebut dirinya ~ lidah rakyat Indonesia;pe.nyam.bung.an n proses, cara, perbuatan menyambung: ~ kabel telepon harus dikerjakan secara teliti agar tidak salah sambung;sam.bung.an n 1 tambahan untuk memanjangkan: bambu itu dapat dijadikan ~ galah pendek itu; 2 lanjutan; susulan; tambahan: cerita yg dimuat hari ini merupakan ~ cerita kemarin; 3 hasil menyambung: ~ pipa ini kurang baik;~hidup uang (rezeki dsb) untuk hidup; ~ jiwa anak; kesayangan; kekasih; ~ lidah wakil (utusan) yg akan menyampaikan bicara; ~ nyawa 1 sambungan jiwa; 2 uang (rezeki) untuk kehidupan; ~ tangan ki pembantu;ber.sam.bung v 1 diberi tambahan (agar lebih panjang): galah ~ itu cukup panjang untuk menjolok mangga; 2 lanjut berturut-turut; ada sambunganya; beruntun: cerita ~ itu mengasyikkan; 3 berhubungan; bertalian: rumahnya ~ dng rumahku; 4 bersangkut paut; sesuai: jawabannya tidak ~ dng pertanyaanku kepadanya;

sam.bung-ber.sam.bung v berturu-turut; berganti-gantian;ber.sam.bung.an v sambung-menyambung;per.sam.bung.an n 1 perihal bersambung; 2 tempat adanya sambungan;mem.per.sam.bung.kan v menjadikan (menyebabkan) bersambung; memperhubungkan; mempertalikan: silaturahmi akan ~ tali persaudaraan kita

S. Kata TelingkahKata berinfiks selanjutnya yang disusun

sebagai lema utama adalah telingkah. Kata ini terdapat pada halaman 1.427 di bawah lema telinga. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.te.li.nga n 1 organ tubuh untuk mendengar; 2 alat

pendengaran yg terletak di kanan kiri kepala (manusia atau binatang); kuping; 3 bagian barang atau nama sesuatau yg rupanya spt telinga: anak --; daun --;me.ne.li.nga v mendengar; diam ~, diam tetapi mendengar;ber.te.li.nga v mempunyai telinga; ada telinganya

te.ling.kah v bertelingkah;bertelingkah v 1 tidak bersatu hati; berselisih; bercekcok: suami istri itu selalu ~ ; dua orang tokoh yg senantiasa ~; 2 banyak tingkahnya; banyak akal busukKarena kata telingkah merupakan bentuk

derivasi dari kata tingkah, seharusnya, lema telingkah ditempatkan di bawah lema tingkah. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat pada halaman 1.469 di bawah lema tingi lema tingkah diletakkan tanpa lema telingkah sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.ting.i n 1 tengar; ceriops candolleana; 2 kayu

tinggi1ting.kah n 1 ulah (perbuatan) yg aneh-aneh

atau yg tidak sewajarnya; lagak; canda: kuda itu bermacam-macam –nya; gadis itu –nya makin keterlaluan; banyak --; 2 perangai; kelakuan;ber.ting.kah v 1 berbuat aneh-aneh (nakal dsb): ia ~ spt anak-anak yg rewel; kuda itu ~; 2 berbuat tidak sewajarnya (minta ini minta itu, sebentar begini sebentar begitu, banyak cincong, dsb): ~ benar gadis ini;

Page 15: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Zainal abidin: Kata berinfiKs pada struKtur lema...

131

T. Kata TelunjukKata berinfiks terakhir yang tersusun

dalam lema utama KBBI Edisi Keempat adalah telunjuk. Kata ini tersusun di halaman 1428 di bawah lema telungkup. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.te.lung.kup v menelungkup;

me.ne.lung.kup v meniarap (mukanya atau sisi atasnya berada di sebelah bawah): mukanya ~ di bantal menahan tangis krn ujiannya tidak lulus;me.ne.lung.kup.kan v meniarapkan, meletakkan dsb menelungkup: dia ~ belahan semangka di atas piring;ter.te.lung.kup v (jatuh, terletak, atau terbaring) menelungkup; bertiarap; terbalik: seorang anak diketemukan ~ di dasar jurang;ber.te.lung.kup v berbaring dng perut di bawah; bertelungkup

te.lun.juk n jari tangan antara jari tengah dan ibu jari yang biasa digunakan untuk menunjuk: --nya diacungkan ke atas;Kata telunjuk merupakan bentuk derivasi

dari kata tunjuk. Semestinya, lema telunjuk ditempatkan di bawah lema tunjuk. Namun, dalam KBBI Edisi Keempat pada halaman 1505 di bawah lema tunjang lema tunjuk diletakkan tanpa lema telunjuk sebagai derivasi yang dapat ditempatkan pada lema turunannya. Susunan lema tersebut adalah sebagai berikut.tun.jang v menunjang

me.nun.jang v 1 menendang; menerjang; 2 melanggar; menubruk

tun.juk v 1 cak menunjuk(kan): -- diri; -- muka; 2 telunjuk; -- lurus, kelingking berkait, pb lahirnya tampak baik, tetapi hatinya jahat;tun.juk-me.nun.juk v bertunjuk-tunjukan; saling menunjuk;me.nun.ju.ki v memberi tahu (bagaimana melakukannya dsb); memberi petunjuk; menasihati: pd saat itu seakan-akan ada

suara gaib yang ~ dia;me.nun.juk.kan v 1 memperlihatkan; menyatakan; menerangkan (dng bukti dsb); menandakan (bahwa... ) ~ kekuasaannya; 2 memberi tahu (tt sesuatu): mudah-mudahan Tuhan ~ jalan yg benar;pe.nun.ju.kan n proses, cara, perbuatan menunjuk;ber.tun.juk v menunjuk; dst

4. Penutup4.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dalam pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam KBBI Edisi Keempat terdapat dua puluh kata berinfiks yang dibedakan menjadi empat infiks, yaitu -el-, -em-, -er-, dan -in- dan disusun sebagai lema utama, yaitu gelembung, gelenang, geletar, geligi, gemeletuk, gemelugut, gemeresik, gemeretak, gemerencang, gemerincing, gemerlap, gemetar, gemuntur, gemuruh, gerigi, serabut, seruling, sinambung, telingkah, dan telunjuk. Kata gerisik dalam kamus tersebut bermakna dasar yang sama dengan bentuk jadian gemeresik meskipun tidak ditemukan kata geresik sebagai bentuk dasar gemeresik. Kata gerincing merupakan bentuk dasar gemerencing kendatipun tidak ditemukan kata gerencing karena pada lema gemerincing dalam kamus tersebut diberi padanan kata gemerencing untuk mengacu bentukan yang dipakai. Sementara itu, kata seruling yang seharusnya merupakan bentuk derivasi dari kata suling dalam kamus tersebut, bahkan dijadikan salah satu makna dari lema suling.

4.2 Saran Karena KBBI bukan hanya merupakan buku

yang mencakup kumpulan kata dan maknanya, melainkan juga mengandung informasi tentang kebahasaan, sebaiknya penyusunan infiks dalam kamus tersebut perlu dipertimbangkan.

DaftarKepustakaanAlwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.Damayanti, Wahyu. 2016. “Bentuk Derivasi Bahasa Melayu Dialek Sambas” dalam Kandai Jurnal

Bahasa dan Sastra Volume 12 Nomor 2 November 2016 hlm. 255—268.

Page 16: KATA BERINFIKS PADA STRUKTUR LEMA KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

132

Metalingua, Vol. 16 No. 1, Juni 2018:117–132

Fallianda1, Homsatun Nafiah. 2016. “Pengelompokan Afiks Pembentuk Verba Berdasarkan Kelas Frekuensi: Studi Kasus untuk Kamus Pemelajar Bahasa Indonesia” dalam Prosiding Seminar Leksikografi. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nua Indah.Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Purtaka

Utama.Kulsum, Umi. 2015. “Sufiks –is dan –ik serta Problematikanya dalam Bahasa Indonesia” dalam

Jurnal Metalingua Volume 13 Nomor 2 Desember 2015 hlm 241–260.Kurniasih, Ika. 2014. “Analisis Lema Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar” Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.Rijal, Syamsul. 2012. “Proses Afiksasi Bahasa Massenrempulu Dialek Maiwa: Analisis Morfofonemis”

dalam Sawerigading Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 18 Nomor 1 April 2012 hlm. 91–102.Sibarani, Robert. 1997. Leksikografi. Medan: USU Press.Sugono, Dendy et al. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.Sulastri, Hari. 2016. “Keberterimaan dan Keterpakaian Kamus Besar Bahasa Indonesia bagi Pengajar”

dalam Prosiding Seminar Hasil Penelian Kebahasaan dan Kesastraan. Yogyakarta: Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta.