EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH ... - jurnal.umj.ac.id
PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING ...repository.ub.ac.id/7231/1/Archippus Christopher...
Transcript of PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING ...repository.ub.ac.id/7231/1/Archippus Christopher...
PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING DAN KALIUM PADA PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt)
Oleh :
ARCHIPPUS CHRISTOPHER HENDRA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING DAN KALIUM PADA PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt)
Oleh :
ARCHIPPUS CHRISTOPHER HENDRA
115040201111149
MINAT BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG DAN
KALIUM PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays sachrata Sturt)
Nama Mahasiswa : ARCHIPPUS CHRISTOPHER HENDRA
NIM : 115040201111149
Minat : BUDIDAYA PERTANIAN
Program Studi : AGROEKOTEKNOLOGI
Disetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Dr. Ir. Nur Edy Suminarti, MS. Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS.
NIP. 19580521 198601 2 001 NIP. 19530825 198002 1 002
Diketahui,
Ketua Jurusan
Dr. Ir. Nurul Aini, MS.
NIP. 19601012 198601 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
MAJELIS PENGUJI
Penguji I, Penguji II,
Dr. Ir.Titin Sumarni, MS. Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS.
NIP. 19620323 198701 2 001 NIP. 19530825 198002 1 002
Penguji III, Penguji IV,
Dr. Ir. Nur Edy Suminarti, MS. Dr. Ir. Nurul Aini, MS.
NIP. 19580521 198601 2 001 NIP. 19601012 198601 2 001
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 12 September 2017
Archippus Christopher Hendra
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kombinasi
Pupuk Kandang Kambing dan Kalium Pada Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis (Zea mays sacharata Sturt)”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pertanian pada Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Nur Edy Suminarti, MS. dan Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang,
MS. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan dan
nasehat, sehingga terselesaikannya penulisan hasil penelitian ini.
2. Dr. Ir. Titin Sumarni, MS. selaku dosen pembahas yang telah memberikan
saran sehingga terselesaikannya penulisan hasil penelitian ini.
3. Papa dan mama dan seluruh keluarga yang telah banyak memberikan
dukungan baik moril, material dan doa.
4. Pengurus Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,
Bapak Pam, ibu Al, Bapak Sam dan Bapak Min, yang telah banyak
membantu kegiatan penelitian ini.
5. Sahabat-sahabat GBB : Andi Saifur R SP., Anindita K SP., Alif Maulana
Ramadhan SP., Anisa R SP., Anis Rohmatin SP., Alfin Jauhar R, Alifia
Idatama P, Anastasya Fara Aireza, Akhmad Yusril I, dan Andi Yuono
Guntoro. Teman-teman seperjuangan PS Agroekoteknologi Minat
Budidaya Pertanian 2011 yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan penulisan hasil penelitian ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan
memberikan sumbangan pemikiran dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Malang, Agustus 2017
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Archippus Christopher Hendra dilahirkan di Bondowoso pada tanggal 5
Mei 1992 sebagai putra kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Tjahjana Hendra
dan Ibu Elly Yuliati.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDK FX Situbondo, pada tahun
1999 sampai tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP
Katolik Santo Elias Situbondo pada tahun 2005 dan selesai pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 sampai tahun 2011 penulis menempuh pendidikan di SMA
Negeri 2 Situbondo. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata 1
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang, Jawa Timur.
.
RINGKASAN
Archippus C H. 115040201111149.Pengaruh Kombinasi Pupuk Kandang
Kambing dan Kalium pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays sacharata Sturt). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Nur Edy Suminarti,
MS. sebagai Pembimbing Utama dan Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang,
MS. sebagai Pembimbing Pendamping.
Jagung manis ialah salah satu komoditas pertanian yang disukai
masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis. Salah satu kriteria kualitas
jagung manis ditentukan oleh bobot tongkol dan kandungan gula. Jagung manis
juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga permintaan pasar
terhadap jagung manis terus meningkat. Oleh karena itu, untuk menjaga
kestabilan produksi jagung manis, maka diperlukan pengembangan teknologi
budidaya yang lebih baik. Salah satu pengembangan teknik budidaya yang dapat
dilakukan adalah pemupukan. Tanaman jagung manis sangat respon terhadap
aplikasi pupuk, terutama pupuk Kalium. Keberadaan unsur K pada tanaman
sangat penting terutama pada proses translokasi asimilat dari source ke sink.
Banyaknya asimilat yang ditranslokasikan dipengaruhi oleh suplai K+
yang
membantu dalam translokasi dan pembentukan karbohidrat yang digunakan untuk
pertumbuhan organ generatif, yaitu pertumbuhan biji (Marschner, 2012).
Permasalahan lain yang ada adalah sebagian besar (73%) lahan pertanian di
Indonesia, baik lahan sawah maupun lahan kering mempunyai kandungan bahan
organik yang rendah (<2%). Rendahnya kandungan bahan organik ini
mengakibatkan tanah tidak produktif lagi akibat dari pengolahan tanah yang
dilakukan secara terus menerus dan penggunaan pupuk kimia dengan dosis yang
tinggi (Setyorini, 2005). Bahan organik tanah dapat membantu memperbaiki sifat
fisik, biologi dan kimia tanah.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menentukan kombinasi dan
mempelajari pengaruh kombinasi pupuk kandang kambing dan pupuk Kalium
pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Desember 2015 di Kebun Percobaan
Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan,
Kabupaten Malang. Alat yang akan digunakan berupa Alat yang digunakan terdiri
dari cangkul, tugal, penggaris, timbangan, kamera, meteran, dan LAM. Bahan
yang digunakan berupa benih tanaman jagung manis varietas BONANZA F1,
pupuk organik kotoran kambing, Furadan, Acrobat, Curacron, pupuk N (berupa
Urea: 45% N), pupuk P (berupa SP-36: 36% P2O5), dan pupuk K (berupa KCl:
60% K2O).
Rancangan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menempatkan kombinasi pupuk
kandang kambing dan pupuk Kalium sebagai perlakuan dan terdiri dari 9 macam,
yaitu : P1 = 100% BO + 100% K2O, 2) P2 = 150% BO + 0% K20, 3) P3 = 125%
BO + 25% K20, 4) P4 = 100% BO + 50% K2O, 5) P5 = 75% BO + 75% K2O, 6)
P6 = 50% BO + 100% K2O, 7) P7 = 25% BO + 125% K2O, 8) P8 = 0 % BO +
150% K2O. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan cara mengambil 2
tanaman contoh untuk setiap perlakuan yang meliputi komponen pertumbuhan,
panen, dan analisis penunjang. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur
30, 40 hst, 50, 60 hst, dan pada saat panen. Berdasarkan hasil penelitian
menujukkan bahwa secara umum interaksi nyata terjadi antara aplikasi kombinasi
pupuk kandang kambing dan pupuk kalium (KCl) pada berbagai parameter yang
diamati, termasuk parameter hasil. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
menunjukkan hasil bahwa hasil panen (ton ha-1
) tertinggi diperolah oleh aplikasi
kombinasi pemupukan kandang kambing 75% + 75% KCl yaitu 18,27 ton ha1.
Hasil penelitian pada aplikasi kombinasi pemupukan pupuk kandang kambing
75% + 75% KCl menghasilkan kadar manis yang tertinggi (13,58 brix). Dari hasil
perhitungan R/C ratio pada semua aplikasi kombinasi pemupukan, diketahui
bahwa semua aplikasi kombinasi pemupukan layak untuk dikembangkan.
Aplikasi kombinasi pemupukan 75% pupuk kandang kambing + 75% KCl
memiliki nilai R/C ratio yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain yaitu
1.76, dengan keuntungan bersih yang didapatkan jauh lebih besar dibandingkan
dengan aplikasi kombinasi pemupukan yang lainnya yaitu Rp 23.738.250,-
SUMMARY
Archippus C.H. 115040201111149. THE EFFECT OF COMBINATION OF
GOAT MANURE AND POTASSIUM ON THE GROWTH AND THE
YIELD IN SWEET CORN (Zea mays sacharata Sturt) Under the guidance of
Dr. Ir. Nur Edy Suminarti, MS as a supervisor, Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin
Sebayang, MS. as co-supervisor.
Sweet corn is one of agriculture commodities which is quite popular in
Indonesia because the sweet taste. One of the quality criteria determined by the
weight of sweet corn and sugar content. Sweet corn also have economic value, so
that the market demand for sweet corn continues to rise. Therefore, to maintain
the stability of the production of sweet corn, it would require better farming
technologies. One development of cultivation techniques is fertilization. Sweet
corn response to fertilizer application, especially potassium fertilizer. Potassium
in plants is very important especially in the process of translocation of assimilates
from source to sink. Assimilates were translocated determined by the supply of K+
which help the translocation carbohydrates that used for the growth of generative
organs, seed growth (Marschner, 2012). Another issue that there is 73% of
agricultural land in Indonesia, both wetland and dryland have low organic content
(<2%). The low organic content makes unproductive land as a result of
continuously land cultivation and the use of chemical fertilizers with a high dose
(Setyorini, 2005). Soil organic matter can help to improve the physical, biological
and chemical.
The purpose of this research to determine the combination and studied
the effect of combination goat manure and Potassium fertilizer on growth and
yield of sweet corn. The study was conducted in August 2015 to December 2015
Brawijaya University Experimental Station located in the Jatikerto village,
Kromengan district, Malang. As the equipment’s, researcher used hoes, drill,
rulers, scales, cameras, tape measures and LAM. Materials used in the sweet corn
seed varieties BONANZA F1, goat manure, Furadan, Acrobat, Curacron, N
fertilizer (Urea), P fertilizer (SP36 ,) and K fertilizer (KCl). The research used
randomized block design with combination treatment application goat manure +
Potassium fertilizer that consist of 8 combinations : P1 = 100% goat manure + 100%
KCl, 2) P2 = 150% goat manure + 0% KCl, 3) P3 = 125% goat manure + 25%
KCl, 4) P4 = 100% goat manure + 50% KCl, 5) P5 = 75% goat manure + 75%
KCl, 6) P6 = 50% goat manure + 100% KCl, 7) P7 = 25% goat manure + 125%
KCl, 8) P8 = 0 % goat manure + 150% KCl. Observations destructively by taking
two examples for each treatment plant that includes growth, harvest, and.
supporting analysis. Observations at the age 30 days after planting, 40 days after
planting, 50 days after planting, 60 days after planting, and at harvest time.
Based on the results of the research showed that in general there was
interaction between the application of combination of goat manure and potassium
fertilizer (KCl) on various parameters, includes growth and yield parameters.
Based on the research the analysis conducted showed that yield (tons ha-1) the
highest obtained by combination of goat manure 75% + 75% KCl is 18,27 ton
ha1. Based on the research of the application of a combination of goat manure
fertilization 75% + 75% KCl fertilizer made sweetness the highest levels (13,68
brix). From the calculation of R/C ratio on all application of fertilizer
combination, it is known that all application of fertilizer combination is feasible to
be developed. Application of 75% fertilizer mixture of goat manure + 75% KCl
fertilizer has higher R/C ratio compared to other that is 1.80, with net profit
obtained more than the other application fertilizer combination that is Rp
23.738.250 , -
DAFTAR ISI
RINGKASAN .............................................................................................. i
SUMMARY ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................ 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Karakteristik Tanaman Jagung Manis ............................................... 3
2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis ...................................... 4
2.3 Kandungan Gizi Biji Jagung Manis .................................................. 5
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis ........................................... 6
2.5 Bahan Organik dan Peranannya ........................................................ 6
2.6 Pupuk Kalium dan Peranannya ......................................................... 8
3. METODOLOGI .................................................................................... 10
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 10
3.3 Metode Penelitian.............................................................................. 10
3.4 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 11
3.5 Pengamatan Penelitian ...................................................................... 13
3.6 Analisis Data ..................................................................................... 14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 15
4.1 Hasil ................................................................................................. 15
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 25
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 29
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 29
5.2 Saran .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 30
LAMPIRAN ................................................................................................. 32
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Kandungan Kimia Biji Jagung Manis ......................................... 5
2. Rerata Jumlah Daun pada Berbagai Kombinasi Pupuk
Kandang Kambing dan Kalium pada Berbagai Umur
Pengamatan ................................................................................. 15
3. Rerata Luas Daun pada Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang
Kambing dan Kalium pada Berbagai Umur Pengamatan ........... 16
4. Rerata Bobot Kering Total Tanaman pada Berbagai Kombinasi
Pupuk Kandang Kambing dan Kalium pada Berbagai Umur
Pengamatan ................................................................................. 17
5. Rerata Jumlah Tongkol dan Bobot Tongkol Jagung Manis
pada Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang Kambing dan
Kalium pada Berbagai Umur Pengamatan .................................. 19
6. Rerata Jumlah tongkol, Bobot Tongkol dengan Kelobot dan
Bobot Tongkol Tanpa Kelobot pada Berbagai Kombinasi
Pupuk Kandang Kambing dan Kalium........................................ 22
7. Rerata Panjang Tongkol, Diameter Tongkol, dan Kadar Manis
Jagung pada Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang Kambing
dan Kalium .................................................................................. 23
8. Rerata Hasil Per Petak Panen dah Hasil Per Hektar pada
Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang Kambing dan Kalium...... 25
9. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis............. 38
10. Hasil Analisis Ragam Luas Daun Tanaman Jagung Manis ........ 38
11. Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Total Tanaman Jagung
Manis ........................................................................................... 38
12. Hasil Analisis Ragam Jumlah dan Bobot Tongkol Tanaman
Jagung Manis............................................................................... 38
13. Hasil Analisis Ragam Kadar Manis, Panjang, Diameter , dan
Jumlah Tongkol Tanaman Jagung Manis.................................... 39
14. Hasil Analisis Ragam Bobot Tongkol Tanaman Jagung Manis . 39
15. Hasil Analisis Ragam Hasil Per Petak Panen dan Per Hektar..... 39
16. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah ...................................... 42
17. Hasil Analisis Usaha Tani ........................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Denah Percobaan ........................................................................... 33
2. Denah Pengambilan Tanaman Contoh .......................................... 34
3. Tanaman Jagung Manis Berumur 7 hst ......................................... 40
4. Tanaman Jagung Manis Berumur 15 hst ....................................... 40
5. Tanaman Jagung Manis Berumur 30 hst ....................................... 40
6. Tanaman Jagung Manis Berumur 45 hst ....................................... 40
7. Tanaman Jagung Manis Berumur 60 hst ....................................... 41
8. Hasil Panen Jagung Manis Pada Perlakuan.................................. 41
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Deskrpsi Jagung Manis Varietas Bonanza F1 ............................. 32
2. Denah Percobaan ........................................................................ 33
3. Denah Pengambilan Tanaman Contoh ...................................... 34
4. Perhitungan Dosis Unsur Hara .................................................. 35
5. Tabel Hasil Analisis Ragam Komponen Pertumbuhan
Tanaman dan Hasil Jagung Manis .............................................. 39
6. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 40
7. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah ...................................... 42
8. Hasil Analisis Tanah Awal .......................................................... 43
9. Hasil Analisis Pupuk Kandang Kambing .................................... 44
10. Hasil Analisis Tanah Tengah ...................................................... 45
11 Hasil Analisis Tanah Akhir ......................................................... 45
12. Hasil Analisis Usaha Tani ........................................................... 46
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Jagung manis ialah salah satu komoditas pertanian yang disukai
masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis. Salah satu kriteria kualitas
jagung manis ditentukan oleh bobot tongkol dan kandungan gula. Suarni dan
Yasin (2011), menyatakan bahwa dalam 100 g biji jagung manis terkandung air
(72,7 g), karbohidrat (22,8 g), protein (3,5 g), dan kandungan lemak yang lebih
rendah dari jagung biasa (1,0 g). Kandungan vitamin A (400 SI), dan vitamin C
(12,0 Mg) jagung manis lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa. Jagung
manis juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga permintaan
pasar terhadap jagung manis terus meningkat. Oleh karena itu, untuk menjaga
kestabilan produksi jagung manis, maka diperlukan pengembangan teknologi
budidaya yang lebih baik.
Selama ini produksi tanaman jagung manis di Indonesia masih kurang
optimal, dikarenakan upaya yang dilakukan hanya meningkatkan dosis pupuk
anorganik saja, tetapi hasil yang didapat masih rendah dan sebagian besar (73%)
lahan pertanian di Indonesia, baik lahan sawah maupun lahan kering mempunyai
kandungan bahan organik yang rendah (<2%). Rendahnya kandungan bahan
organik ini mengakibatkan tanah tidak produktif lagi akibat dari pengolahan tanah
yang dilakukan secara terus menerus dan penggunaan pupuk kimia dengan dosis
yang tinggi (Setyorini, 2005). Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman jagung ialah dengan memperbaiki keadaan
lahan-lahan tersebut dengan memberikan bahan organik yang sangat di butuhkan
oleh tanah. Bahan organik tanah dapat membantu memperbaiki sifat fisik, biologi
dan kimia tanah. Peranan bahan dalam tanah ialah memperbaiki stuktur tanah
menjadi lebih remah sehingga akar tanaman lebih mudah menembus tanah
sehingga pertumbuhan menjadi lebih baik. Bahan organik juga berperan dalam
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga pengunaan pupuk kimia menjadi
lebih efisien. Salah satu contoh bahan organik yang dapat digunakan adalah pupuk
kandang kambing. Pupuk kandang kambing mempunyai kadar N (0,60%) yang
cukup tinggi dan kadar air yang rendah (60%) sehingga proses pelapukan pupuk
kandang kambing lebih cepat serta mengandung unsur K (0,17%) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi (Kastono, 2005). Oleh karena
itu, diperlukan informasi tentang persentase yang tepat aplikasi bahan organik dan
pupuk kimia sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis dapat
ditingkatkan.
1.2 Tujuan
a) Untuk mempelajari pengaruh kombinasi pupuk kandang kambing dan
pupuk Kalium pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
b) Untuk menentukan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium
yang tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
1.3 Hipotesis
Aplikasi kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium akan
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Jagung Manis
Secara morfologi tanaman jagung manis termasuk jenis tumbuhan
semusim. Akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kodisi
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi
tanah yang subur dan gembur, jumlah akar cukup banyak, sedangkan pada tanah
yang kurang baik, akar yang tumbuh jumlahnya terbatas (Dinariani, 2014)
Batang tanaman jagung manis berbentuk bulat silindris, tidak berlubang,
dan beruas-ruas sebanyak 8 – 20 ruas. Pertumbuhan batang tidak hanya
memanjang, tapi juga terjadi pertumbuhan ke samping atau membesar, bahkan
batang tanaman jagung manis dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar 3
cm sampai 4 cm. Fungsi batang yang berisi berkas-berkas pembuluh adalah
sebagai media pengangkut zat-zat makan dari atas ke bawah ataupun sebaliknya
(Subekti et al., 2009). Daun tanaman jagung manis terdiri dari helaian daun,
ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun tiap
tanaman bervariasi antara 8-48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 12-18
helai, bergantung varietas dan umur tanaman.
Tanaman jagung manis termasuk kedalam tanaman yang menyerbuk
silang sehingga bersifat monoecious, bunga jantan dan betina terpisah pada bunga
yang berbeda tapi masih dalam satu individu tanaman. Setiap bunga jantan
mempunyai tiga stamen dan satu pistil rudimenter. Bunga betina keluar dari buku-
buku berupa tongkol. Tangkai putik pada bunga betina menyerupai rambut yang
bercabang-cabang kecil. Biji jagung terletak pada tongkol yang tersusun, dan pada
tongkol terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus
tongkol jagung. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan bervariasi.
Tanaman jagung manis umumnya dipanen muda yaitu 69 – 82 hari setelah tanam
atau pada saat masak susu (milking stage). Proses pematangan merupakan proses
perubahan gula menjadi pati sehingga biji jagung manis yang belum masak
mengandung kadar gula lebih tinggi dan kadar pati lebih rendah. Sifat ini
ditentukan oleh gen sugari (su) resesif yang berfungsi untuk menghambat
pembentukan gula menjadi pati. Gen resesif tersebut menyebabkan tanaman
jagung menjadi 4 – 8 kali lebih manis dibandingkan dengan tanaman jagung biasa
(Subekti et al., 2009).
2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis dapat dibagi
menjadi 5 periode pertumbuhan, yaitu : periode tanam sampai tumbuh, periode
sesudah tumbuh sampai keluarnya malai, periode keluarnya malai sampai
keluarnya rambut, periode keluarnya rambut sampai masak, dan pereiode
pengeringan ( Subekti et al., 2009).
Periode tanam sampai tumbuh, pada periode ini biji jagung akan
berkecambah 4-5 hari setelah tanam jika tanah dalam kondisi cukup air. Selain itu
suhu, mineral, dan keadaan fisik permukaan tanah merupakan factor yang sangat
penting dalam periode ini. Perkembangan akar pada awal pertumbuhan mendatar
karena respon terhadap suhu, kemudian akan bergerak ke bawah.
Periode kedua ialah sesudah tumbuh sampai keluarnya malai. Periode ini
adalah pertumbuhan vegetatif, dimana terjadi peningkatan akumulasi bahan
kering. Pada fase ini tanaman sangat peka terhadap cekaman kekeringan dan
kekurangan unsur hara. Tanaman yang mengalami kedua cekaman tersebut dapat
berdampak pada berkurangnya biji dalam tongkol, yang akhirnya berdampak pada
rendahnya hasil yang diperoleh.
Periode ketiga adalah periode pembungaan yang terjadi pada 8-10 hari
setelah keluarnya malai. Periode pembungaan adalah periode yang paling kritis
dalam pertumbuhan. Pada periode ini cekaman kekeringan atau kurang cahaya
dapat menyebabkan pelepasan serbuk sari yang lebih singkat sehingga banyak
tongkol yang tidak berbiji.
Periode keempat adalah periode keluarnya rambut sampai masak adalah
saat pembentukan biji. Tangkai tongol, janggel, dan klobot sudah terbentuk
lengkap pada 2 minggu setelah keluarnya rambut tongkol. Periode pengisian biji
berlangsung 45-60 hari dari polinasi sampai masak fisiologis.
Periode pengeringan, pada periode ini ditandai oleh terbentuknya lapisan
hitam pada bagian placenta biji yang menutup aliran asimilat kedalam biji. Setelah
itu tanaman mulai mengering, cepatnya proses pengeringan sangat bervariasi
tergantung varietas dan lingkungan.
2.3 Kandungan Gizi Biji Jagung Manis
Kandungan gizi biji jagung manis menurut Suarni dan Yasin (2011),
disajikan dalam Tabel 1 :
Tabel 1. Kandungan Kimia Biji Jagung Manis (Suarni dan Yasin, 2011) Kandungan Satuan/100 g bahan
Energi 96,0 cal
Protein 3,5 g
Lemak 1,0 g
Karbohidrat 22,8 g
Kalsium 3,0 mg
Fosfor 111 mg
Besi 0,7 mg
Vitamin A 400 SI
Vitamin B 0,15 mg
Vitamin C 12,0 mg
Air 72,7 g
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis dapat tumbuh dengan baik dari 500 LU – 40
0 LS
dengan ketinggian tempat dari 50 m sampai 300 m dpl. Faktor iklim yang
mempengaruhi ialah curah hujan dan suhu. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman jagung manis sekitar 210 – 30
0 C. Curah hujan untuk pertumbuhan
tanaman jagung manis yang sesuai sekitar 100 - 125 mm/bulan. Tanaman jagung
manis menghendaki penyinaran matahari penuh. Kemasaman tanah (pH) yang
sesuai untuk tanaman jagung manis sekitar 5,5 – 7,0 (Dinariani, 2014).
2.5 Bahan Organik dan Peranannya
Bahan organik tanah ialah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus
hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi termasuk
mikroba heterotrofik dan ototrofik yang terlibat (Hanafiah, 2004). Bahan organik
tanah memiliki peran penting dalam menentukan kesuburan tanah baik secara
fisik, biologi, dan kimia. Hasil penelitian Setyorini (2005), menyatakan bahwa
sebagian besar (73%) lahan pertanian di Indonesia, baik lahan sawah maupun
lahan kering mempunyai kandungan bahan organik yang rendah (<2%).
Rendahnya kandungan bahan organik ini mengakibatkan tanah tidak produktif
lagi akibat dari pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus secara
intensif dan penggunaan pupuk kimia dengan dosis yang tinggi. Kandungan bahan
organik tanah yang rendah menyebabkan agregat tanah menjadi mudah terurai,
sehingga partikel-partikel penyusun agregat menyumbat pori-pori tanah, yang
akhirnya dapat menyebabkan pengerasan terhadap tanah pada saat kering
(Riyantini, 2015).
Peranan bahan organik secara fisik dalam tanah ialah memperbaiki
struktur tanah menjadi remah, memperbaiki infiltrasi (pergerakan air vertikal)
sehingga tanah menyerap air dengan cepat dan memperkecil aliran permukaan dan
erosi, merangsang pembentukan agregat tanah karena bahan organik dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme tanah yang berfungi sebagai pembentuk
dan perekat agregat yang membentuk struktur tanah, dan memperbaiki aerasi
tanah karena ruang pori bertambah akibat terbentuknya agregat (Hanafiah, 2004).
Peranan bahan organik terhadap kimia tanah ialah meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) hingga 30 kali lebih besar dari bahan anorganik akibat adanya
pelapukan bahan organk yang menghasilkan humus (koloid organik) yang dapat
menahan unsur hara dan air dan dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan
kedalam tanah. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan
ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Bahan
organik juga berperan dalam kemasaman tanah (pH) sehingga dapat mengcekam
koloid bermuatan posistif dan kation-kation terutama Al dan Fe yang reaktif
(tanah masam) sehingga tidak terhidrolisis lagi. Fungsi Bahan organik bagi
biologi tanah ialah meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme
tanah terutama heterotrofik (mikroorganisme yang menggunakan C-organik
sebagai sumber energinya) karena bahan organik berperan sebagai sumber energi
dan hara dalam penyediaan karbon dan bahan makanan mikroorganisme tanah.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad
renik, selanjutnya kegiatan dekomposisi senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana yaitu merombak bahan organik menjadi senyawa yang lebih stabil
(humus) dan menghasilkan zat organik (unsur hara) bagi tanaman serta perbaikan
sifak fisi dan kimia tanah (Hanafiah, 2004).
Peranan bahan organik terhadap produksi tanaman yaitu mengandung
sumber hara makro dan mikro yang lengkap bagi tanaman. Sumber primer bahan
organik tanah ialah jaringan organik tanaman baik berupa daun, batang, cabang,
ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder berupa jaringan organik
fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam pengelolaan bahan organik
tanah, sumber juga berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang,
pupuk hijau, kompos, dan pupuk hayati (Riyantini, 2015).
Pupuk kandang padat ialah kotoran ternak yang berupa padatan baik
belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N
bagi tanaman yang dapat memeperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah.
Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan sangat bervariasi tergantung
jumlah dan jenis makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran
hewan lebih rendah daripada pupuk kimia, sehingga dalam aplikasinya lebih besar
daripada pupuk anorganik (Hanafiah, 2004).
Pemberian pukan kambing pada tanaman berfungsi sebagai substrat bagi
jasad mikro sehingga dapat meningkatkan populasi dan aktivitas metabolik jasad
mikro yang dapat membantu dekomposisi bahan organik tanah dan mensintesa
senyawa tertentu menjadi berguna bagi tanaman. Pukan kambing juga berfungsi
meningkatkan daya serap air, pertukatan kation, sebagai pelarut sejumlah N, P,
dan K, dan sebagai humus yang dapat mempertahankan struktur tanah (Kastono,
2005).
Hasil penelitian Muslihat (2003), menyatakan bahwa pemberian pupuk
kandang kambing dengan dosis 20 ton ha-1
, berpengaruh pada parameter
pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Pemberian
pupuk kandnag kambing juga mampu meningkatkan kandungan unsur hara dari
sedang menjadi tinggi, reaksi tanah agak masam, dan KTK tinggi.
2.6 Pupuk Kalium dan Peranannya
Keberadaan unsur K pada tanaman sangat penting terutama pada proses
translokasi asimilat dari source ke sink. Banyaknya asimilat yang ditranslokasikan
dipengaruhi oleh suplai K+
yaitu, kandungan K+ yang lebih tinggi memberikan
sokongan yang cukup untuk lancarnya translokasi dan pembentukan karbohidrat
yang digunakan untuk pertumbuhan organ generatif dalam hal ini pertumbuhan
biji sehingga meningkatkan produksi yang dihasilkan (Akintoye dan Olaniyan,
2012).
Pada tanaman, ion K+ mempunyai peranan penting pada turgidtas sel.
Meningkatnya akumulasi ion K+ pada sel penjaga meningkatkan tekanan osmotik
sehingga berpengaruh pada pergerakan air dari sel satu ke sel yang lainnya
sehingga menaikkan turgor sel penjaga, dengan demikian stomata akan membuka
(Marschner, 2012). Rosmarkam dan Nasih (2002) menyatakan turgor ini juga
memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh Hal ini terjadi
karena xylem memiliki sel-sel seperti tabung yang berfungsi untuk menyalurkan
air dan mineral keseluruh tubuh tumbuhan. Sel-sel tersebut berdinding tebal serta
air yang terdapat di dalamnya membantu menjaga sel-sel batang tetap kaku dan
tegak. Pada saat stomata terbuka akan terjadi proses transpirasi, serta pengambilan
CO2 dari udara untuk proses fotosintesis. Dengan demikian proses perombakan
pati akan berlangsung, kemudian diikuti oleh translokasi asimilat dari source ke
sink. Unsur K berperan memperkuat dinding sel dan terlibat di dalam proses
lignifikasi jaringan sclerenchym. Kalium dapat meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap penyakit tertentu. Dengan demikian, adanya pemberian K dapat
terbentuknya senyawa lignin yang lebih tebal, sehingga dinding sel menjadi lebih
kuat dan dapat melindungi tanaman dari gangguan luar (Marchner, 2012).
Pupuk K yang banyak digunakan di Indonesia yaitu kalium klorida (KCl),
namun akhir-akhir ini berkembang dengan menggunakan kalium sulfat (K₂SO4).
Hasil penelitian menunjukkan dan telah terbukti bahwa penggunaan K₂SO4
mampu memperbaiki kualitas beberapa produk sayuran (Gunadi, 2007).
Pemupukan kalium yang berimbang dengan pemupukan nitrogen dan
fosfor pada tanaman jagung manis memberikan pertumbuhan tanaman menjadi
lebih baik, tahan rebah, tahan hama dan penyakit, dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas tongkol. Sebaliknya kekurangan unsur kalium pada tanaman jagung
akan menyebabkan tongkol kecil dan pati kurang sempurna (Marvelia, Sri, dan
Sarjana, 2006).
Hasil penelitian Pradipta (2014), menyatakan bahwa aplikasi pupuk
Kalium pada dosis 150 kg ha-1
pada tanaman jagung manis memberikan hasil
yang berbeda nyata pada bobot segar tongkol dengan kelobot dan bobot segar
tongkol tanpa kelobot dibandingkan dengan aplikasi pupuk Kalium pada dosis 50
kg ha-1
dan 100 kg ha-1
.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya yang
terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Lokasi
penelitian terletak pada ketinggian ± 330 m dpl, dengan suhu rata-rata harian 27 –
29 oC, curah hujan antara 85 - 100 mm bulan
-1, dan jenis tanah alfisol
(Pradana,
2014). Berdasarkan hasil analisis tanah (lampiran 8) lahan penelitian mengandung
bahan organic 1,89% bahan organik, 0,09% N, 3,06 mg kg-1
P, dan 0,77 me-100g
K. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2015 sampai dengan bulan
Desember 2015.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan terdiri dari cangkul, tugal, penggaris, timbangan,
kamera, meteran, dan LAM. Bahan yang digunakan berupa benih tanaman jagung
manis varietas BONANZA F1, pupuk organik kotoran kambing, pupuk N (berupa
Urea: 45% N), pupuk P (berupa SP-36: 36% P2O5), pupuk K (berupa KCl: 60%
K2O), pestisida Curacron, insektisida Furadan dan fungisida Acrobat.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
dengan 8 kombinasi perlakuan, yaitu :
P1 = 100% Pupuk Kandang Kambing + 100% KCl
P2 = 150% Pupuk Kandang Kambing + 0% KCl
P3 = 125% Pupuk Kandang Kambing + 25% KCl
P4 = 100% Pupuk Kandang Kambing + 50% KCl
P5 = 75% Pupuk Kandang Kambing + 75% KCl
P6 = 50% Pupuk Kandang Kambing + 100% KCl
P7 = 25% Pupuk Kandang Kambing + 125% KCl
P8 = 0 % Pupuk Kandang Kambing + 150% KCl
Penentuan persentase KCl didasarkan dosis rekomendasi pada tanaman
jagung manis. Contoh perhitungan penentuan pupuk disajikan pada Lampiran 4.
Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 24 unit perlakuan. Denah
percobaan disajikan pada Lampiran 1 Gambar 2, denah pengambilan tanaman
contoh disajikan pada Lampiran 2 Gambar 3.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Olah Tanah
Tanah diolah menggunakan cangkul dengan tujuan untuk mendapatkan
struktur tanah yang gembur sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung manis Lahan diolah kembali dan dibuat petakan
dengan ukuran 5,25 m x 2 m sebanyak 24 petak sehingga diperlukan lahan seluas
363,875 m2. Jarak antar perlakuan 50 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
3.4.2 Penanaman Benih Jagung Manis
Penanaman benih jagung manis dilakukan dengan sistem tugal pada
kedalaman 2-3 cm dengan benih 2 butir per lubang tanam kemudian ditutup tanah.
Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 25 cm.
3.4.3 Pemupukan
Pupuk yang diaplikasikan berupa pupuk organik yaitu pupuk kandang
kambing dan pupuk anorganik yang berupa pupuk urea (8,90 g per tanaman, SP-
36 (2,60 g per tanaman), dan KCl (sesuai dengan perlakuan dan perhitungan pada
lampiran 4). Aplikasi pupuk kandang kambing dilakukan dengan cara dibenamkan
terlebih dahulu selama 1 bulan sebelum proses penanaman benih jagung manis
dilakukan dengan dosis sesuai dengan perhitungan pada lampiran 4. Seluruh dosis
pupuk SP-36 diaplikasikan pada saat pengolahan lahan. Pupuk Urea dan KCl
diberikan secara bertahap. Tahap I diberikan ketika tanaman berumur 7 hst yaitu
1/3 bagian, dan sisanya (2/3 bagian) diaplikasikan pada saat tanaman berumur 21
hst. Pupuk diaplikasikan dengan cara tugal disamping kiri atau kanan tanaman
dengan jarak 5 cm dari tanaman, dan kemudian ditutup dengan tanah halus.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi kegiatan penjarangan, pengairan,
penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit.
1. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hst dengan cara
menyisakan 1 tanaman yang pertumbuhannya paling baik. Penjarangan
dilakukan dengan cara memotong bagian pangkal bawah tanaman di atas tanah
dengan menggunakan pisau atau gunting pangkas.
2. Pengairan dilakukan sehari sebelum tanam untuk mempermudah proses
penanaman benih tanaman jagung manis, Pengairan selanjutnya dilakukan pada
saat tanaman berumur 21 hst dan 40. Pengairan hanya dilakukan sebanyak 3
kali dikarenakan pada saat penelitian berlangsung intensitas curah hujan yang
tinggi. Pengairan dilakukan dengan cara irigasi permukaan yaitu mengalirkan
air pada parit diantara barisan tanaman, sehingga air dapat meresap ke seluruh
petak tanaman.
3. Penyiangan atau pengendalian gulma dilakukan secara mekanis yaitu dengan
menggunakan sabit. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 20 hst,
35 hst, 50 hst, dan 65 hst. Penyiangan ini bertujuan untuk mengendalikan laju
pertumbuhan gulma yang menjadi pesaing bagi tanaman jagung manis dalam
penyerapan unusr hara dan air.
5. Pengendalian hama belalang dan ulat grayak dilakukan dengan menggunakan
pestisida Curacron dengan konsentrasi 2ml/L . Aplikasi pestisida Curacron
dilakukan pada tanaman berumur 20 hst, 35 hst, 50 hst dan 65 hst. Pengedalian
hama semut dilakukan menggunakan insektisida Furadan yang diaplikasikan
pada saat penanaman dengan cara dimasukkan pada lubang tanam dengan dosis
0,5 g per lubang tanam. Pencegahan penyakit bulai menggunakan fungisida
Acrobat dengan dosis 2g/kg benih dan pada umur tanaman 15 hst dan 30 hst
dengan dosis 2g/L.
3.4.5 Panen
Panen tanaman jagung manis dilakukan pada umur 75 hst. Kriteria
tanaman yang dapat dipanen yaitu bunga betina telah kering dan berwarna
kehitaman, warna biji putih kekuningan. Panen dilakukan pada pagi hari karena
tanaman belum aktif melakukan fotosintesis sehingga perombakan kandungan
gula pada biji jagung manis dapat dihindari dan hasil lebih baik.
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil 2 tanaman
contoh setiap kombinasi perlakuan yang dilakukan pada saat tanaman berumur 30
hst, 40 hst, 50 hst, 60 hst dan pengamatan panen yang dilakukan pada saat panen.
Pengamatan tersebut meliputi komponen pertumbuhan dan hasil, analisis tanah (
awal, tengah, dan akhir), dan analisis pupuk kandang kambing.
1 Komponen pertumbuhan dan hasil , meliputi :
a. Jumlah daun, dihitung daun yang telah membuka sempurna.
b. Luas daun, data luas daun diukur dari semua daun yang telah membuka
sempurna dengan menggunakan Leaf Area Meter (LAM).
c. Bobot kering total tanaman, diperoleh dengan menimbang bobot kering seluruh
bagian tanaman yang telah dioven pada suhu 81° C sampai dicapai bobot yang
konstan, kemudian dijumlahkan.
d. Jumlah tongkol per tanaman, dengan cara menghitung tongkol yang terbentuk
pada tanaman contoh.
e. Bobot tongkol per tanaman, dengan cara menimbang tongkol yang terbentuk
pada tanaman contoh menggunakan timbangan digital.
2. Hasil
a. Jumlah tongkol per tanaman, dengan cara mengitung seluruh tongkol yang
terbentuk pada tanaman contoh.
b. Bobot tongkol dengan kelobot per tanaman, dengan cara menimbang seluruh
tongkol berkelobot dengan menggunakan timbangan digital.
c. Bobot tongkol tanpa kelobot per tanaman, dengan cara menimbang tongkol
tanpa kelobot menggunakan timbangan digital.
d. Diameter tongkol, diukur pada bagian ujung, tengah, dan pangkal tongkol
menggunakan jangka sorong, kemudian dirata-rata.
e. Panjang tongkol, diukur dari pangkal sampai ujung tongkol (batas biji) dengan
menggunakan penggaris.
f. Hasil per petak panen, dengan cara menimbang seluruh tongkol dengan kelobot
yang terbentuk pada petak panen dengan menggunakan timbangan digital.
g. Hasil panen per hektar, didapatkan dengan mengkonversikan hasil panen pada
setiap petak kombinasi panen ke satuan hektar. Menurut Sukadana (2014)
perhitungan hasil panen per hektar menggunakan rumus :
Hasil= (
Keterangan : LPP = Luas Petak Panen
h. Kadar gula biji jagung manis (brix) dengan alat hand refraktometer.
3. Analisis Penunjang
a. Analisis tanah awal pada saat sebelum melakukan penetian yang meliputi: N, P,
K, BO, pH, struktur tanah
b. Analisis pupuk kandang kambing : N, P, K, C/N, BO
c. Analisis tanah tengah pada saat 1 minggu setelah dosis pupuk seluruh perlakuan
telah diaplikasikan yang meliputi: K dan C/N perlakuan P1 sampai P8
d. Analisis tanah akhir pada saat pemanenan yang meliputi: K dan C/N perlakuan
P1 sampai P8
e. Analisis usaha tani pada setiap perlakuan.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan analisis Ragam (Uji F) pada taraf 5%. Bila terdapat pengaruh nyata
maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Komponen Pertumbuhan Tanaman Jangung Manis
1. Jumlah Daun
Hasil analisis ragam pada lampiran 5 tabel 9 menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium pada berbagai umur
pengamatan berpengaruh nyata pada jumlah daun. Rerata jumlah daun pada
berbagai kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Jumlah Daun pada Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang Kambing
dan Kalium pada Berbagai Umur Pengamatan
Perlakuan
Jumlah Daun padaUmur Pengamatan
(hst)
30 40 50 60
P1 = 100% Pupuk Kandang Kambing
+ 100% KCl 8,17ab 10,67ab 13,83ab 14,5b
P2 = 150% Pupuk Kandang Kambing
+ 0% KCl 7,0ab 8,67ab 10,67ab 11,17ab
P3 = 125% Pupuk Kandang Kambing
+ 25% KCl 7,5ab 10,17ab 11,83ab 10,67ab
P4 = 100% Pupuk Kandang Kambing
+ 50% KCl 8,5ab 10,67ab 14,17ab 13,67b
P5 = 75% Pupuk Kandang Kambing +
75% KCl 8,83b 11,67b 14,5b 14,67b
P6 = 50% Pupuk Kandang Kambing +
100% KCl 7,0ab 9,33ab 11,5ab 11,17ab
P7 = 25% Pupuk Kandang Kambing +
125% KCl 6,83ab 8,83ab 10,67ab 10,33a
P8 = 0% Pupuk Kandang Kambing +
150% KCl 6,67a 8,67a 10,0a 10,67ab
BNJ 5% 1,86 1,67 2,65 3,34 Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p = 5% , tn = tidak berbeda nyata, hst = hari
setelah tanam.
Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk umur pengamatan 30 hst, 40 hst, dan 50
hst menghasilkan pola yang sama, umumnya perlakuan P5 (75% pupuk kandang
kambing + 75% KCl) menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun
demikian jumlah daun yang dihasilkan oleh perlakuan P5 dan P8 tidak berbeda
nyata dengan kombinasi perlakuan yang lainnya.
Pada umur pengamatan 60 hst perlakuan P1 (100% pupuk kandang
kambing + 100% KCl), P4 (100% pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5
(75% pupuk kandang kambing + 75% KCl) mampu meningkatkan jumlah daun
masing-masing sebanyak 4,17 helai, 3,34 helai, dan 4,34 helai dibandingkan P7
(25% pupuk kandang kambing + 125% KCl). Namun demikian, jumlah daun yang
dihasilkan tersebut tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan yang lainnya.
2. Luas Daun
Hasil analisis ragam pada lampiran 5 tabel 10 menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium pada berbagai umur
pengamatan berpengaruh nyata pada luas daun. Rerata luas daun pada berbagai
kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata Luas Daun pada Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang Kambing dan
Kalium pada Berbagai Umur Pengamatan
Perlakuan Luas Daun (cm
2) pada Umur Pengamatan (hst)
30 40 50 60
P1 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 1281,33b 2733,15b 3455,44b 3544,70b
P2 = 150% Pupuk Kandang
Kambing + 0% KCl 833,53a 2063,58a 2397,68a 2433,82a
P3 = 125% Pupuk Kandang
Kambing + 25% KCl 1156,77ab 2399,68ab 2978,69ab 3058,70ab
P4 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 50% KCl 1291,08b 2750,68b 3438,61b 3530,56b
P5 = 75% Pupuk Kandang
Kambing + 75% KCl 1370,82b 2823,26b 3586,40b 3575,30b
P6 = 50% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 1129,24ab 2385,26ab 3094,75ab 3052,07ab
P7 = 25% Pupuk Kandang
Kambing + 125% KCl 837,20a 2029,85a 2381,75a 2470,56a
P8 = 0% Pupuk Kandang
Kambing + 150% KCl 873,20a 1986,64a 2302,86a 2468,08a
BNJ 5% 370,39 672,46 933,82 1022,65 Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p = 5% , tn = tidak berbeda nyata, hst = hari
setelah tanam.
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas daun yang dihasilkan pada umur
pengamatan 30 hst, 40 hst, 50 hst, dan 60 hst menghasilkan pola yang sama,
umumnya perlakuan P1 (100% pupuk kandang kambing + 100% KCl), P4 (100%
pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75% pupuk kandang kambing +
75% KCl) menghasilkan luas daun yang lebih banyak dibandingkan dengan
perlakuan P2 (150% pupuk kandang kambing + 0% KCl). Namun demikian, luas
daun yang dihasilkan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya.
4. Bobot Kering Total Tanaman
Hasil analisis ragam pada lampiran 5 tabel 11 menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium pada berbagai umur
pengamatan berpengaruh nyata pada bobot kering total tanaman. Rerata bobot
kering total tanaman pada berbagai kombinasi pupuk kandang kambing dan
kalium disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rerata Bobot Kering Total Tanaman pada Berbagai Kombinasi Pupuk
Kandang Kambing dan Kalium pada Berbagai Umur Pengamatan
Perlakuan
Bobot Kering Total Tanaman (g) pada Umur
Pengamatan (hst)
30 40 50 60
P1 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 9,87b 21,08b 32,03b 40,18b
P2 = 150% Pupuk Kandang
Kambing + 0% KCl 5,18a 14,71ab 21,52ab 30,51ab
P3 = 125% Pupuk Kandang
Kambing + 25% KCl 7,02ab 16,05ab 23,24ab 31,47ab
P4 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 50% KCl 10,52b 21,72b 32,47b 40,65b
P5 = 75% Pupuk Kandang
Kambing + 75% KCl 12,66b 22,86b 33,60b 41,84b
P6 = 50% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 7,70ab 18,62ab 24,41ab 34,13ab
P7 = 25% Pupuk Kandang
Kambing + 125% KCl 5,25a 14,15a 20,51a 28,89a
P8 = 0% Pupuk Kandang
Kambing + 150% KCl 5,37a 12,19a 20,16a 26,48a
BNJ 5% 3,23 6,88 10,58 9,84 Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p = 5% , tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah
tanam.
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur pengamatan 30 hst perlakuan P1
(100% pupuk kandang kambing + 100% KCl) , P4 (100% pupuk kandang kambing
+ 50% KCl, dan P5 (75% pupuk kandang kambing + 75% KCl) mampu
meningkatkan bobot kering masing-masing sebanyak 4,69 g, 5,34 g, dan 7,48 g
dibandingkan dengan P2 (150% pupuk kandang kambing + 0% KCl). Namun
demikian, bobot kering yang dihasilkan oleh perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata dengan perlakuan yang lainnya.
Pada umur pengamatan 40 hst, 50 hst, dan 60 hst menghasilkan pola yang
sama, umumnya perlakuan P1 (100% pupuk kandang kambing + 100% KCl), P4
(100% pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75% pupuk kandang
kambing + 75% KCl) menghasilkan bobot kering total tanaman ang lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing + 150% KCl).
Namun demikian, bobot kering yang dihasilkan oleh perlakuan tersebut tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P2 (150% pupuk kandang kambing + 0% KCl),
P3 (125% pupuk kandang kambing + 25% KCl), P6 (50% pupuk kandang kambing
+ 100% KCl), dan 25% pupuk kandang kambing + 125% KCl (P7).
5. Jumlah Tongkol dan Bobot Tongkol
Hasil analisis ragam pada lampiran 5 tabel 11 menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium pada berbagai umur
pengamatan berpengaruh nyata pada jumlah tongkol dan bobot tongkol jagung
manis. Rerata jumlah tongkol dan bobot tongkol pada berbagai kombinasi pupuk
kandang kambing dan kalium disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rerata Jumlah Tongkol dan Bobot Tongkol Jagung Manis pada Berbagai
Kombinasi Pupuk Kandang Kambing dan Kalium pada Berbagai Umur
Pengamatan
Perlakuan
Jumlah Tongkol
(buah) pada Umur
Pengamatan (hst)
Bobot Tongkol (g) pada
Umur Pengamatan (hst)
50 60 50 60
P1 = 100% Pupuk Kandang Kambing
+ 100% KCl 1,17b 1,33ab 129,35b 238,85b
P2 = 150% Pupuk Kandang Kambing
+ 0% KCl 1,0ab 1,0ab 98,07ab 158,55ab
P3 = 125% Pupuk Kandang Kambing
+ 25% KCl 1,0ab 1,17ab 98,968b 187,73ab
P4 = 100% Pupuk Kandang Kambing
+ 50% KCl 1,33b 1,5ab 149,60b 299,0b
P5 = 75% Pupuk Kandang Kambing
+ 75% KCl 1,67b 2,0b 171,90b 305,99b
P6 = 50% Pupuk Kandang Kambing
+ 100% KCl 1,0ab 1,17ab 116,55ab 191,13ab
P7 = 25% Pupuk Kandang Kambing
+ 125% KCl 0,67ab 1,0ab 71,14a 132,13a
P8 = 0% Pupuk Kandang Kambing +
150% KCl 0,50a 1,0a 68,26a 125,55a
BNJ 5% 0,59 0,50 57.41 101.48
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p = 5% , tn = tidak berbeda nyata, hst = hari setelah
tanam.
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada umur pengamatan 50 hst perlakuan P1
(100% pupuk kandang kambing + 100% KCl) , P4 100% pupuk kandang kambing
+ 50% KCl), dan P5 75% pupuk kandang kambing + 75% KCl) menghasilkan
jumlah tongkol yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan P8 (0% pupuk
kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian, jumlah tongkol yang dihasilkan
oleh perlakuan P2, P3, P6 , dan P7 tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang
lainnya. Pada umur pengamatan 60 hst perlakuan P5 (75% pupuk kandang
kambing + 75% KCl) menghasilkan jumlah tongkol yang berbeda nyata dengan
perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian,
jumlah tongkol yang dihasilkan oleh perlakuan tersebut tidak berbeda nyata
dengan perlakuan yang lainnya.
Pada umur pengamatan 50 hst dan 60 hst menghasilkan pola yang sama,
umumnya perlakuan P1 (100% pupuk kandang kambing + 100% KCl) , P4 (100%
pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75% pupuk kandang kambing +
75% KCl) menghasilkan bobot tongkol yang lebih banyak dibandingkan perlakuan
P8 (0% pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian, bobot tongkol
yang dihasilkan oleh perlakuan tersebut tidak berbeda nata dengan perlakuan yang
lainnya.
4.1.2 Komponen Hasil Tanaman Jagung Manis
1. Jumlah Tongkol, Bobot Tongkol dengan Kelobot, Bobot Tongkol Tanpa
Kelobot Per Petak Panen
Hasil analisis ragam pada lampiran 5 tabel 12 menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium berpengaruh nyata pada
jumlah tongkol,bobot tongkol dengan kelobot, dan bobot tongkol tanpa kelobot.
Rerata jumlah tongkol,bobot tongkol dengan kelobot, dan bobot tongkol tanpa
kelobot pada berbagai kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata Jumlah tongkol, Bobot Tongkol dengan Kelobot, dan Bobot
Tongkol Tanpa Kelobot pada Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang
Kambing dan Kalium
Perlakuan
Jumlah
Tongkol
(buah)
Bobot Tongkol
dengan Kelobot (g)
Bobot Tongkol
Tanpa Kelobot (g)
P1 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 1,30ab 334,45b 231,27b
P2 = 150% Pupuk Kandang
Kambing + 0% KCl 1,13ab 251,22a 148,04a
P3 = 125% Pupuk Kandang
Kambing + 25% KCl 1,17ab 268,77a 165,59a
P4 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 50% KCl 1,30ab 334,10b 230,92b
P5 = 75% Pupuk Kandang
Kambing + 75% KCl 1,50b 342,48b 239,30b
P6 = 50% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 1,13ab 275,69a 172,20b
P7 = 25% Pupuk Kandang
Kambing + 125% KCl 1,0a 259,69a 156,51a
P8 = 0% Pupuk Kandang
Kambing + 150% KCl 1,0a 251,14a 147,96a
BNJ 5% 0,32 37,70 39,36 Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p = 5% , tn = tidak
berbeda nyata, hst = hari setelah tanam.
Tabel 6 menunjukkan perlakuan P5 (75% pupuk kandang kambing + 75%
KCl) menghasilkan jumlah tongkol yang berbeda nyata denga perlakuan P8 (0%
pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian, jumlah tongkol yang
dihasilkan oleh perlakuan P5 dan P8 tidak bebeda nyata dengan perlakuan yang
lainnya.
Perlakuan P1 (100% pupuk kandang kambing + 100% KCl) , P4 (100%
pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75% pupuk kandang kambing +
75% KCl) mampu meningkatkan bobot tongkol dengan kelobot masing-masing
sebanyak 83,45 g, 82,96 g, dan 91,34 g lebih banyak dibandingkan dengan
perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian,
bobot tongkol dengan kelobot yang dihasilkan oleh perlakuan P8 tidak berbeda
nyata dengan perlakuan P2 (150% pupuk kandang kambing + 0% KCl), P3 (125%
pupuk kandang kambing + 25% KCl), P6 (50% pupuk kandang kambing + 100%
KCl), dan P7 (25% pupuk kandang kambing + 125% KCl).
Perlakuan P1 (100% pupuk kandang kambing + 100% KCl) , P4 (100%
pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75% pupuk kandang kambing +
75% KCl) menghasilkan bobot tongkol tanpa kelobot yang berbeda nyata dengan
perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian,
bobot tongkol tanpa kelobot yang dihasilkan oleh perlakuan P8 tidak berbeda
nyata dengan perlakuan P2 (150% pupuk kandang kambing + 0% KCl), P3 (125%
pupuk kandang kambing + 25% KCl), P6 (50% pupuk kandang kambing + 100%
KCl), dan P7 (25% pupuk kandang kambing + 125% KCl).
2. Panjang Tongkol, Diameter Tongkol, dan Kadar Manis Jagung
Hasil analisis ragam pada lampiran 5 tabel 13 menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium berpengaruh nyata pada
panjang tongkol, diameter tongkol, dan kadar manis jagung.. Rerata panjang
tongkol, diameter tongkol, dan kadar manis jagung pada berbagai kombinasi
pupuk kandang kambing dan kalium disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata Panjang Tongkol, Diameter Tongkol, dan Kadar Manis Jagung
pada Berbagai Kombinasi Pupuk Kandang Kambing dan Kalium
Perlakuan
Panjang
Tongkol
(cm)
Diameter
Tongkol
(cm)
Kadar Manis
Jagung (brix)
P1 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 16,11b 4,47b 12,52b
P2 = 150% Pupuk Kandang
Kambing + 0% KCl 14,35a 3,62a 11,03ab
P3 = 125% Pupuk Kandang
Kambing + 25% KCl 14,90a 3,81ab 11,27ab
P4 = 100% Pupuk Kandang
Kambing + 50% KCl 16,69b 4,56b 13,20b
P5 = 75% Pupuk Kandang
Kambing + 75% KCl 16,97b 4,93b 13,68b
P6 = 50% Pupuk Kandang
Kambing + 100% KCl 15,05ab 4,15ab 11,85ab
P7 = 25% Pupuk Kandang
Kambing + 125% KCl 14,44a 3,61a 10,65a
P8 = 0% Pupuk Kandang
Kambing + 150% KCl 14,08a 3,47a 10,13a
BNJ 5% 1,24 0,71 1,18 Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p = 5% , tn =
tidak berbeda nyata, hst = hari setelah tanam.
Tabel 7 menunjukkan bahwa panjang tongkol yang dihasilkan oleh
perlakuan P1 (100% pupuk kandang kambing + 100% KCl) , P4 (100% pupuk
kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75% pupuk kandang kambing + 75%
KCl) berbeda nyata dengan perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing + 150%
KCl) . Namun demikian panjang tongkol yang dihasilkan oleh perlakuan P6 (50%
pupuk kandang kambing + 100% KCl) tidak berbeda nyata dengan perlakuan
yang lainnya.
Diameter tongkol yang dihasilkan oleh perlakuan P1 (100% pupuk
kandang kambing + 100% KCl) , P4 (100% pupuk kandang kambing + 50% KCl),
dan P5 (75% pupuk kandang kambing + 75% KCl) berbeda nyata dengan
perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian,
diameter tongkol yang dihasilkan oleh perlakuan P3 (125% pupuk kandang
kambing + 25% KCl) dan P6 (50% pupuk kandang kambing + 100% KCl) tidak
berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya.
Kadar manis yang dihasilkan oleh P1 (100% pupuk kandang kambing +
100% KCl) , P4 (100% pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75%
pupuk kandang kambing + 75% KCl (P5) berbeda nyata dengan perlakuan P8 (0%
pupuk kandang kambing + 150% KCl). Namun demikian, diameter tongkol yang
dihasilkan oleh perlakuan P2 ( 150% pupuk kandang kambing + 0% KCl), P3
(125% pupuk kandang kambing + 25% KCl), dan P6 (50% pupuk kandang
kambing + 100% KCl) tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya.
3. Hasil Per Petak Panen dah Hasil Per Hektar
Hasil analisis ragam pada lampiran 5 tabel 14 menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi pupuk kandang kambing dan kalium berpengaruh nyata pada
hasil per petak panen dan hasil per hektar tanaman jagung manis. Rerata hasil per
petak panen dan hasil per hektar tanaman jagung manis pada berbagai kombinasi
pupuk kandang kambing dan kalium disajikan pada Tabel 8
Tabel 8. Rerata Hasil Per Petak Panen dah Hasil Per Hektar pada Berbagai
Kombinasi Pupuk Kandang Kambing dan Kalium
Perlakuan
Hasil Per
Petak Panen (
g/1,875m2)
Hasil Per
Hektar (
ton ha-1
)
P1 = 100% Pupuk Kandang Kambing + 100% KCl 3344,53b 17,84b
P2 = 150% Pupuk Kandang Kambing + 0% KCl 2512,20a 14,33a
P3 = 125% Pupuk Kandang Kambing + 25% KCl 2687,67a 13,40a
P4 = 100% Pupuk Kandang Kambing + 50% KCl 3341,03b 17,82b
P5 = 75% Pupuk Kandang Kambing + 75% KCl 3424,77b 18,27b
P6 = 50% Pupuk Kandang Kambing + 100% KCl 2756,87a 14,70a
P7 = 25% Pupuk Kandang Kambing + 125% KCl 2596,90a 13,85a
P8 = 0% Pupuk Kandang Kambing + 150% KCl 2511,37a 13,39a
BNJ 5% 364,26 2,01 Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf p = 5% , tn = tidak
berbeda nyata, hst = hari setelah tanam.
Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil per petak panen dan hasil per hektar
yang dihasilkan oleh perlakuan P1 (100% pupuk kandang kambing + 100% KCl) ,
P4 (100% pupuk kandang kambing + 50% KCl), dan P5 (75% pupuk kandang
kambing + 75% KCl (P5) berbeda nyata dengan perlakuan P8 (0% pupuk kandang
kambing + 150% KCl). Namun demikian, hasil per petak panen dan hasil per
hektar yang dihasilkan oleh perlakuan P2 (150% Pupuk Kandang Kambing + 0%
KCl), P3 (125% Pupuk Kandang Kambing + 25% KCl), P6 (50% pupuk
kandang kambing + 100% KCl), dan P7 (25% Pupuk Kandang Kambing + 125%
KCl) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P8 (0% pupuk kandang kambing +
150% KCl)..
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman suatu tanaman sanget ditentukan
oleh tiga faktor penting, yaitu kondisi lingkungan (tanah, air, dan iklim), faktor
genetik, dan faktor manajemen. Apabila diketahui, jika faktor genetik bukan
merupakan salah satu kendala dalam budidaya tanaman, maka keberhasilan suatu
tanaman akan sangat dikendalikan oleh faktor lingkungan dan cara
pengelolaannya. Tanaman dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan tanaman. Oleh karena itu, agar tanaman dapat
berkembang dengan baik dan dapat menyelesaikan siklus hidupnya secara
lengkap, maka diperlukan keadaan lingkungan yang optimum.
Jatikerto adalah termasuk salah satu bentuk lahan kering yang dicirikan
dengan terbatasnya ketersediaan air bagi tanaman.. Suminarti (2015) menjelaskan
bahwa kendala umum yang tejadi di lahan kering adalah, lahan kering memiliki
ciri-ciri yaitu : (1) terbatasnya tingkat ketersediaan air tanah, (2) rendahnya
tingkat kesuburan tanah, dan (3) kurang mendukungnya sifat fisik tanah.
Umumnya lahan kering didominasi oleh liat atau debu, sehingga tanah bersifat
padat atau sangat ringan. Tanah yang demikian umumnya kurang baik dalam
mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena akan
mengganggu proses perkembangan perakaran tanaman Akar merupakan salah satu
organ penting tanaman yang berfungsi dalam penyerapan air dan nutrisi bagi
tanaman. Oleh karena itu, apabila sistem perakaran terganggu, maka proses
metabolism tanaman juga akan terganggu
Hasil analisis laboratorium menunjukkan aplikasi kombinasi pemupukan
pupuk kandang kambing dan kalium mampu meningkatkan jumlah nutrisi pada
tanah, sehingga pertumbuhan tanaman jagung manis akan menjadi lebih baik. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Kastono (2005) yaitu pupuk kandang kambing
mempunyai kadar N (0,60%) yang cukup tinggi dan kadar air yang rendah (60%)
sehingga proses pelapukan pupuk kandang kambing lebih cepat serta mengandung
unsur K (0,17%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi.
Pemberian kombinasi aplikasi pemupukan pupuk organik yang berupa
pupuk kandang kambing dan KCl sangat membantu dalam meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Hal tersebut dapat dilihat dari
berbagai hasil parameter pengamatan, baik parameter pertumbuhan dan parameter
hasil tanaman jagung manis. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa perlakuan 0%
pupuk kandang kambing + 150% KCl memberikan hasil yang terendah pada
semua parameter pengamatan dan perlakuan 75% pupuk kandang kambing + 75%
KCl memberikan hasil yang tertinggi pada semua parameter pengamatan. Sesuai
dengan pernyataan Susi (2013) bahwa penambahan bahan organik sangat
membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi, karena pemakaian pupuk
organik dapat mengikat unsur hara yang mudah hilang serta membantu dalam
penyediaan unsur hara tanah sehingga efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi
dan untuk mencapai hasil yang maksimal pemakaian pupuk organik harus
diimbangi dengan penggunaan pupuk anorganik supaya keduanya saling
melengkapi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kombinasi pemupukan
pupuk kandang kambing dan pupuk kalium (KCl) juga menghasilkan interaksi
nyata pada semua parameter pertumbuhan dan hasil yang diamati, yang meliputi
jumlah daun, luas daun, bobot basah total tanaman, bobot kering total tanaman,
jumlah tongkol, bobot tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, hasil panen per
petak panen, dan hasil per hektar (ton ha-1
). Suratmini (2009) menyatakan
semakin banyak asimilat yang dialokasikan ke bagian biji, maka semakin besar
pula nilai panen yang dihasilkan. Besarnya asimilat yang dihasilkan oleh tanaman
dapat digambarkan melalui pengukuran bobot kering total tanaman. Diketahui
bahwa asimilat merupakan energi, dan energi tersebut digunakan untuk tiga
kegiatan yaitu : (1) sebagian energi akan digunakan sebagai energi pertumbuhan,
(2) sebagian lagi akan disimpan sebagai cadangan makanan, dan (3) sebagian
energi akan disimpan sebagai sink yang merupakan bentuk hasil ekonomis
tanaman. Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot kering total tanaman yang dihasilkan
oleh 100% pupuk kandang kambing + 100% KCl (P1), 100% pupuk kandang
kambing + 50% KCl (P4), dan 75% pupuk kandang kambing + 75% KCl (P5)
nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga asimilat yg
dihasilkan lebih banyak. Kastono (2005) menyatakan bahwa semakin tingginya
jumlah daun dan bobot kering total tanaman mengindikasikan semakin besarnya
fotosintesis, sehingga memacu akumulasi asimilat kebagian yang akan dipanen
menjadi lebih banyak. Umumnya hasil panen tertinggi didapatkan pada aplikasi
kombinasi pemupukan pupuk kandang kambing 100% pupuk kandang kambing +
100% KCl (P1), 100% pupuk kandang kambing + 50% KCl (P4), dan 75% pupuk
kandang kambing + 75% KCl (P5).
Unsur Kalium mempunyai peranan penting dalam menentukan hasil dan
kualitas tanaman. Kalium merupakan salah satu unsur hara esensial yang
dibutuhkan oleh tanaman jagung manis untuk pertumbuhan dan produksi. Hasil
penelitian pada aplikasi kombinasi pemupukan pupuk kandang kambing 75% +
75% pupuk KCl menghasilkan kadar manis yang tertinggi (13,68 brix). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pradipta (2014) yang menyatakan secara garis besar
fungsi kalium pada jagung manis adalah untuk memperkuat tegaknya batang
sehingga tanaman tidak mudah roboh, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula
dalam tongkol, dan biji tongkol menjadi lebih berisi dan padat.
Dari hasil perhitungan R/C ratio pada semua aplikasi kombinasi
pemupukan, diketahui bahwa semua aplikasi kombinasi pemupukan layak untuk
dikembangkan. Menurut Swastika (2004) menyatakan bahwa apabila nilai R/C >
1, maka usahatani tersebut layak untuk dikembangkan, tetapi apabila nilai R/C
ratio < 1, maka usahatani tersebut tidak layak untuk dikembangkan. Aplikasi
kombinasi pemupukan 75% pupuk kandang kambing + 75% pupuk KCl memiliki
nilai R/C ratio yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam lain yaitu 1.80,
dengan keuntungan bersih yang didapatkan jauh lebih besar dibandingkan dengan
aplikasi kombinasi pemupukan yang lainnya yaitu Rp 23.738.250,- (Tabel 17),
maka aplikasi kombinasi pemupukan kombinasi pemupukan 75% pupuk kandang
kambing + 75% pupuk KCl (P5) layak untuk dikembangkan.
5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kombinasi aplikasi pupuk kandang kambing dan kalium mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
2. Aplikasi 75% pupuk kandang kambing + 75% KCl mampu
menghasilkan hasil per hektar yaitu 18,27 ton ha-1
(meningkat 24,85%
dibandingkan dengan 0% pupuk kandang kambing + 150% pupuk
KCl) dengan R/C 1,76 dan keuntungan bersih sebesar Rp. 23.738.250,-
..
5.2 Saran
Penggunaan pupuk anorganik tanpa disertai dengan bahan organik belum
mampu meningkatkan hasil tanaman jagung manis. Oleh sebab itu diperlukan
penambahan bahan organik yang berupa pupuk kandang kambing untuk
meningkatkan hasil tanaman jagung manis.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L., P. Enggariyanto dan Syekhfani. 2004. Penentuan Dosis Pupuk
Organik. FP-UB. Malang. p. 1-11
Akintoye, H.A. and A.B. Olaniyan. 2012 Yield of Sweet Corn in Response to
Fertilizer Sources. Global Advanced Research Journal of Agricultural
Science. 1(5). 110-116.
Dinariani., S. Heddy., dan B. Guritno. 2014. Kajian Penambahan Pupuk Kandang
Kambing dan Kerapatan Tanaman Yang Berbeda pada Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal
Produksi Tanaman. 2(2):128-136.
Gunadi, N. 2007. Penggunaan Pupuk Kalium Sulfat sebagai Alternatif Sumber
Pupuk Kalium Pada Tanaman Kentang. Jurnal Hortikultura. 17(1): 52-
60.
Hanafiah, K. A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo. Jakarta. p.
287-295.
Iskandar, D. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung Manis di Lahan Kering. Jurnal Sains dan
Teknologi. 30 : 26-34.
Kastono, D. 2005. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam Terhadap
Penggunaan Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam. Jurnal
Ilmu Pertanian. 12 (2) : 103 – 116.
Marschner, P. 2012. Mineral Nutrion of Higher Plants Third Edidition. Elsevier
Ltd. Oxford. 85-189.
Marvelia, A., S. Darmanti., dan S. Parman. 2006. Produksi Tanaman Jagung
Manis (Zea Mays Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos
Kascing dengan Dosis yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi
14(2). 7-18.
Muslihat, 2003. Teknik Percobaan Takaran Pupuk Kandang Pada Pembibitan
Abaca. Buletin Teknik Pertanian. 8(1):37-39.
Pradana, G. B., T. Islami.,dan N. E. Suminarti. 2015. Kajian Kombinasi Pupuk
Fosfor dan Kalium pada Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas
Tanaman Sorgum. Jurnal Produksi Tanaman 3 (6): 464-471.
Pradipta, R., K. P. Wicaksono., dan B. Guritno. 2014. Pengaruh Umur Panen dan
Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan
Kualitas Jagung Manis. Jurnal Produksi Tanaman. 7 (2) : 592-599.
Riyantini, I. P., Sudiarso., S. Yudo. T. 2015. Pengaruh Pupuk Kandang Kambing
Dan Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Edamame (Glycline max (L.) Merr.) Jurnal Produksi Tanaman 4 (2):
97-103.
Rosmarkam, A. dan Nasih W. Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta. 54-59.
Suarni dan M. Yasin. 2011. Jagung Sebagai Sumber Fungsi Pangan Fungsional.
Iptek Tanaman Pangan 6 (1) : 48.
Subekti, N.A., Syarifuddin, R. Efendi dan S. Sunarti. 2009. Morfologi Tanaman
Dan Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/empat.pdf.
p. 17-27.
Sukadana, I.M. 2013. Pertumbuhan, Hasil, Dan Analisis Produksi Tanaman
Jagung (Zea may L) yang Diperlakukan Dengan Pupuk Organik Dan
Biourin Dilahan Kering. Tesis. Universitas Udayana Bali.
Suminarti, N. E. 2015. Pengaruh dan Macam Aplikasi Bahan Organik Pada
Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Var. KAWI. Jurnal Agro
2(1).
Suratmini, P. 2009. Kombinasi Pemupukan Urea dan Pupuk Organik pada Jagung
Manis di Lahan Kering. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.
28 (2).
Susi Kresnatita. 2013. Pengaruh Rabuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis. Indonesian Green Technology Journal. 2 (1).
Setyorini, D. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27(6):13-15
Swastika, D. K. S. 2004. Beberapa Teknik Analisis Dalam Pertanian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 7 (1) : 90-103.
Yamani A. 2010. Analisis Kadar Hara Makro Dalam Tanah pada Tanaman
Agroforesti di Desa Tambun Raya Kalimantan Tengah. Jurnal Hutan
Tropis Volume 11 (1). 37-46.