biologi528.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH. Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) dan Lumut Daun...
Transcript of biologi528.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH. Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) dan Lumut Daun...
MAKALAH
Lumut Tanduk (Anthocerotopsida) dan Lumut Daun ( Musci)
Di susun oleh kelompok 3:
1.Yesi Susanti (1513024022)
2.Eka Esteria (1513024030)
3.Kurnia Handayani (1513024052)
4.Resta Cintia (1513024066)
5.Uji Yoga P ( (1513024082)
Dosen pengampu : Tri Suwandi S.Pd ., M.Sc
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi dan Sistem Identifikasi.....................................................
2.2 Identifikasi tumbuhan yang belum di kenal dunia ilmu pengetahuan..
2.3 Identifikasi tumbuhan yang belum di ketahui tetapi telah
di ketahui oleh dunia ilmu pengetahuan ............................................
2.4 Determinasi .........................................................................................
2.5 Menggunakan kunci determinasi........................................................
2.6 Jenis-jenis kunci determinasi..............................................................
2.7 Tatanama tumbuhan atau Nomenklatur...............................................
2.8 Tatanama Takson sesuai dengan KITT................................................
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari - hari setiap orang dapat menjumpai dan menemukan
berbagai macam tumbuhan yang tidak di kenal ada di sekitar lingkungannya.
Ketika melihat suatu tumbuhan yang belum dikenal pastilah yang ingin di
ketahui adalah identitas dari tumbuhan tersebut, dengan kata lain adalah
berusaha mencari tahu dengan melakukan identifikasi terhadap tumbuhan
tersebut. Identifikasi berasal dari bahasa identik yang artinya sama atau
serupa, dan untuk mengidentifikasi tidak terlepas dari nama latin. Identifikasi
tumbuhan menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam
klasifikasi . Tumbuhan yang akan di identifikasi, mungkin belum di kenal oleh
dunia ilmu pengetahuan . Penentuan nama baru dan tingkat-tingkat takson
harus mengikuti semua aturan yang ada dalam International Code of
Botanical Nomenclature (ICBN) atau Kode Internasional Tatanama
Tumbuhan (KITT) yang kemudian menjadi kode botani. Sedangkan untuk
mengidentifikasi tumbuhan yang telah di kenal oleh dunia ilmu pengetahuan ,
memerlukan sarana antara lain bantuan dari orang lain berupa ingatan atau
pengetahuan , spesimen acuan , pustakan atau buku-buku flora , monografi
kunci identifikasi serta lembar identifikasi jenis. Dengan begitu kita akan
lebih mudah mengidentifikasi dan menemukan jati diri dari tumbuhan yang
ingin kita kenali.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud identifikasi dan sistem identifikasi tumbuhan ?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi tumbuhan yang belum di kenal ?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi tumbuhan yang sudah di kenal ?
4. Bagaimana mempelajari tatanama takson sesuai dengan KITT ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang identifikasi dan sistem identifikasi
2. Mengidentifikasi tumbuhan yang sudah di kenal dan yang belum di kenal
3. Mempelajari tatanama tumbuhan
4. Memberi nama takson tumbuhan sesuai dengan KITT
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi dan Sistem Identifikasi
Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi
mencakup dua kegiatan , yaitu klasifikasi dan tatanama . Jadi, identifikasi
adalah menentukan persamaan dan perbedaan antara dua makluk hidup,
kemudian menentukan apakah keduanya sama atau tidak, baru kemudian
memberi nama . Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau
menetapkan identitas suatu tumbuhan , yang dalam hal ini tidak lain dari pada
menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam klasifikasi.
Mengadakan pengolongan atau klasifikasi,merupakan tugas utama taksonomi
yang penting yaitu pengenalan atau identifikasi . Untuk istilah identifikasi
sering juga di gunakan istilah determinasi atau penentuan . Setiap orang yang
akan mengidentifikasi suatu tumbuhan selalu menghadapi dua kemungkin
yaitu, tumbuhan yang akan di identifikasi belum di kenal oleh dunia ilmu
pengetahuan. jadi belum ada nama ilmiahnya, juga belum di tentukan
tumbuhan itu berturut-turut di masukan dalam kategori yang mana. Jika
tumbuhan yang akan di identifikasi sudah di kenal oleh dunia ilmu
pengetahuan , maka tumbuhan tersebut sudah di tentukan nama dan tempatnya
dalam sistem klasifikasi
2.2 Identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan
Identifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan yaitu
identifikasi tumbuhan yang mana kita belum mengetahui untuk taksonomi
tumbuhan tersebut, akan tetapi sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
Jika kita mengadakan koleksi tumbuhan kemungkinan setelah mengadakan
penelusuran pustaka yang ada di dunia ini atau pengecekan terhadap pustaka-
pustaka atau koleksi herbarium yang ada di Lembaga Herbarium
Internasional di seluruh dunia, diketahui bahwa tumbuhan tersebut belum
diidentifikasi atau diberi nama, maka tugas kita adalah memberi nama
tumbuhan dan menempatkannya dalam klasifikasi tumbuhan. Untuk memberi
nama baru harus mengikuti aturan yang ada dalam Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan (KITT) dan hendaknya harus mengikuti
rekomendasinya. Nama yang harus diberikan adalah nama ilmiah, syah,
dipublikasi secara valid dan efektif serta berhubungan secara permanen
dengan salah satu elemen dari takson tersebut, yaitu tipe tatanama dari takson
baru tersebut. Untuk klasifikasinya pun diharapkan agar dapat disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas specimen (bahan) yang real,
baik specimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan. Oleh pelaku
identifikasi specimen yang belum dikenal itu, melaui studi yang seksama
kemudian dibuatkan candra yang memuatkan ciri-ciri diagnostiknya.
Berikutnya adalah menetapkan specimen itu merupakan anggota populasi
jenis apa, dan berturut-turut ke atas di masukkkan kategori mana (marga,
suku, bangsa, dan kelas serta devisinya). Penentuan nama jenis dan tingkat
takson ke atas berturut-turut tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang
berlaku dalam KITT. Nama takson baru itu selanjutnya harus dipublikasikan
melalui car-cara yang diatur dalam KITT.
2.3 Identifikasi tumbuhan yang belum kita ketahui, tetapi telah diketahui
oleh ilmu pengetahuan
Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah mempelajari sifat
morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah
bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain-lainnya). Langkah berikut adalah
membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri tumbuhan tadi dengan
tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan menggunakan
salah satu cara di bawah ini:
1. Ingatan
Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita.
Kita mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis
tumbuhan yang sama sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan
di kelas, atau pernah mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan
lain-lain.
2. Bantuan orang
Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani
sistematika yang bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika,
atausiapa saja yang bisa memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya
dapat cepat melakukan pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau
menemui kesulitan maka dia akan menggunakan kedua cara berikutnya.
3. Spesimen acuan
Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan
secara langsung dengan specimen acuan yang biasanyadiberi label nama.
Spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi hidup di
kebun raya. Akan tetapi specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi
kering atau herbarium.
4. Pustaka
Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan
atau mencocokkan ciriciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan
pertelaan-pertelaan serta gambar-gambar yang adadalam pustaka.
Pertelaan-pertelaan tersebut dapat dijumpai dalam hasil penelitian botani
sistematika yang disajikan dalam bentuk monografi, revisi, flora, buku-
buku pegangan ataupun bentuk lainnya.
5. Komputer
Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin
elektronika modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan
memberikan kembali keterangan-keterangan tentang tumbuh-tumbuhan.
Dengan demikian pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan
dapat dilakukan dengan bantuan komputer.
2.4 Determinasi
Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain
yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan ataudipersamakan). Karena di
dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah
determinasi (Inggris to determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih
tepat daripada istilah identifikasi (Inggeris to identify = mempersamakan.
a. Pembuatan kunci determinasi
Kunci determinasi merupakan suatu alat yang diciptakan khusus
untuk memperlancar pelaksanaan pendeterminasian tumbuh-tumbuhan. Kunci
determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa saja, suku, marga atau jenis
dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun sedemikian rupa sehingga
selangkah demi selangkah si pemakai kunci dipaksa memilih satu di antara dua
atau beberapa sifat yang bertentangan, begitu seterusnya hingga akhirnya
diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan. Beberapa
syarat kunci determinasi yang baik menurut Vogel (1989) antara lain:
1. Ciri yang dimasukkan mudah diobservasi, karakter internal dimasukkan bila
sangat penting.
2. Menggunakan karakter positif dan mencakup seluruh variasi dalam grupnya.
Contoh :
a) Leaves opposites
b) Leaves either in whorls, or spirally arranged, or distichous
Bukan
a) Leaves opposites
b) Leaves not opposites
3. Deskripsi karakter dengan istilah umum yang dimengerti orang
4. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin
5. Mencantumkan nomor couplet
6. Mulai dari ciri umum ke khusus, bawah ke atas.
2.5 Menggunakan kunci determinasi
Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi:
1. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan
dideterminasi (kalau ada lengkap vegetatif dan generatif).
2. Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi
di tumbuhan tersebut diperoleh.
3. Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain
yang lebih rinci.
4. Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati.
5. Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glossar
atau kamus.
6. Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua
Pilihan layaknya tidak kena, mungkin terjadi kesalahan, ulangi kebelakang.
7. Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya.
8. Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya.
9. Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi
dengan ilustrasi atau spesimen herbarium
2.6 Jenis-jenis kunci determinasi
Berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal dua
macam kunci determinasi yaitu kunci analisis, kunci perbandingan, dan
sinopsis.
1. Kunci analisis
Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam
pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas
sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya
beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi ciri-ciri yang
bertentangan satu sama lain. Untuk memudahkan pemakaian dan
pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan penuntunnya
ditandai dengan huruf. Kunci analisis dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci
indent) dan kunci paralel.
2. Kunci perbandingan
Dalam kunci perbandingan maka semua takson tumbuhan yang dicakup
dan segala ciri utamanya dicantumkan sekaligus. Yang termasuk kunci
perbandingan adalah table, kartu berlubang, dan kunci Leenhouts.
2.7 Tatanama Tumbuhan atau Nomenklatur
Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tatanama. Cara
pemberian nama itu melibatkan asas-asas yang diatur oleh peraturan-
peraturan yang dibuat dan disahkan Kongres Botani sedunia. Peraturan-
peraturan tersebut secara formal dimuat pada Kode Internasional Tatanama
Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature). Tujuan utama
sistem ini adalah menciptakan satu nama untuk setiap takson. Maksud
pemberian nama pada setiap kesatuan taksonomi tumbuh-tumbuhan bukanlah
untuk menunjukkan ciri-ciri atau sejarahnya, tetapi untuk memberikan jalan
guna pengacuan dan sekaligus menunjukkan tingkat kedudukan
taksonominya.
a. Prinsip dan Peraturan Tatanama Tumbuhan
1. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama
yang sama yang diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli
zoologi pada hewan.
2. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan
dengan menggunakan tipe tatanama. Tipe untuk famili adalah genus,
tipe untuk genus adalah jenis, tipe untuk jenis adalah spesimen dan
seterusnya.
3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas
publikasi, dan nama yang benar adalah nama yang telah dipublikasi
terlebih dahulu dan mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah
dipublikasikan lebih dulu harus dipakaisebagai dasar pada publikasi
berikutnya.
4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya
bisa membuat satu nama yang benar.
5. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin
tanpa menghiraukan asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan
penunjuk jenis sama juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin
6. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil.
7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alas an tidak disukai
atau karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis
aslinya bukan di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala
sudah betul-betul diteliti taksonominya.
b. Komposisi Nama Ilmiah
Nama ilmiah suatu jenis merupakan penggabungan 3 hal :
1. Genus
2. Spesies epithet (penunjuk jenis)
3. Author
c. Nama-nama genera
Kata benda tunggal dalam bahasa Latin atau dilatinkan
dengan
inisial huruf besar
Setelah penulisan pertama pada genus yang sama boleh
disingkat
contoh: Quercus alba Q. alba, Q. Rubra
Tidak boleh terlalu panjang
Tidak boleh menggunakan nama yang sama dengan
Jenisnya. Contoh: Salacca zalacca tidak dianjurkan
d. Penunjuk Jenis
Biasanya berupa kata sifat, akhirannya disesuaikan denga
nama
Marga. Contoh: Syzygium aromaticum
Dalam bahasa Latin atau dilatinkan
Bisa berasal dari berbagai bentuk (nama orang, nama
tempat
nama umum) dan lain-lain.
Tidak boleh terlalu panjang
Tidak boleh mengulang nama marga
Ditulis dengan huruf kecil dan apabila terdiri dari 2 suku kata
harus diberi tanda sambung.
Contoh: Hibiscus rosa-sinensis atau Ipomea pes-capre
e. Author
Author adalah nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu
untuk pertama kali. Tujuan pencantuman nama author adalah supaya
penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap serta memudah
kanpenelitian tentang keabsahan nama. Contoh : Daucus carota L. (L.
Linnaeus) Vernonia acaulis (Walter) Gleason.
f. Penamaan cultivar dan varietas
Nama cultivar biasa disingkat dengan c.v. tidak dalam
bahasa
Latin atau dilatinkan. Contoh : Mangifera indica c.v. harum manis
atau Citrullus lanatus c.v. Crimson sweet.
Nama varietas biasa disingkat var. ditulis dalam bahasa Latin
atau dilatinkan. Contoh : Licuala gracilis var. Gracilis atau Oryza
sativa var. Javanica.
2.8 Tatanama Takson Sesuai dengan KITT
1. Spesies
1. Spesies (bahasa latin)= Spesies(bahasa Inggris)= Soort (bahasa
Belanda)
=L’espece(bahasa perancis)= Art(bahasa Jerman )= jenis (bahasa
indonesia)
2. Nama jenis adalah kombinasi biner atau binominal (nama ganda)yang
terdiri atas nama marga di susul dengan sebutan jenis (epitheton
specificum),yang dalam penulisannya hanya huruf pertama saja yang
di tulis dalam huruf besar bagian lainnya termasuk sebutan jenisnya,
semua di tulis dengan huruf kecil.
3. Sebutan jenis yang terdiri atas dua kata atau lebih harus di satukan
atau di beri tanda penghubung. Sebutan jenis bukan nama jenis
(spesific name). Hibiscus rosa-sinensis L , 3 kata untuk menjadi dua
kata harus ada tanda penghubung.
4. Di belakang nama spesies harus di tuliskan nama orang yang pertama
kali memberi nama spesies (Author). Hibiscus teleaceus L, L
singkatan Linnaeus tidak di tulis miring atau di garis bawah.
5. Sebutan jenis boleh terdiri atas kata yang merupakan ulangan yang
sama atau hampir sama nama marga , dengan atau tanpa di tambah
lambang yang telah di transkipkan . Contoh : Boldu boldus, Linaria
linaria , Nasturtium nasturtium-aquanicum.
2. Genus
1. Genus(bahasa Latin)=Genus(bahasa Inggris)=Geslacht(bahasa
Belanda)= Le Genre(bahasa perancis)=Gattung(bahasa
Jerman)=Marga(bahasa Indonesia)
2. Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad(kata), atau kata
lain yang di perlakukan sebagai kata yang bersifat demikian . Nama
marga dalam bahasa Latin terdiri dari satu kata, misalnya Morus
L,Gossypium L, Mimosa, Jasminum L.
3. Nama marga tidak di benarkan berupa istilah yang lazim di gunakan
dalam morfologi tumbuhan , seperti : Radicula atau Tuber , kecuali
bila pemberian nama itu telah terjadi sebelum 1 Januari 1912.
4. Nama marga tidak boleh terdiri dari dua kata atau ke dua kata itu harus
di satukan dengan tanda penghubung misalnya: Uva-ursi.
5. Kata-kata yang tidak maksud sebagai nama marga tidak dapat di
anggap sebagai nama marga , misalnya : Anonymus (kata ini oleh
penulisnya di gunakamn untuk beberapa marga yang belum ada
namanya), Schoenoides,( mirip Schoenus )dan Scirpoides(mirip
Scirpus)
6. Saran untuk membentuk nama marga :
a) agar sedapat mungkin menggunakan bentuk Latin
b) menghindarkan penggunaan kata-kata yang tidak mudah di
sesuaikan dengan bahasa Latin
c) tidak menggunkan kata yang panjang dan sukar di lafalkan dalam
bahasa Latin
d) tidak menggunakan gabungan kata bahasa yang berlainan
e) menghindarkan penggunaan kata sifat sebagai benda
f) tidak menggunakan nama orangyang tidak ada kaitannya dengan
ilmu tumbuhan
g) tidak menggunakan kata yang di jabarkan dari sebutan jenis
(epitheton spesificum)
7. Contoh nama genus
Caesalpinia pulcherrima Swarth. Berasal dari kata Caesalpino
seorang ahli botani bangsa Itali.
Cinchona ledgerina Moens. Berasal dari kata De Cichon,nama
bangsawan Spayol.
3. Familia
1. Familia(bahasa Latin) =Family(bahasa Inggris) =Lafamille(bahasa
Perancis )=Familie(bahasa Belanda) =Familie(bahasa Jerman)
=suku(bahasa Indonesia).
2. Nama-nama suku merupakan satu kata sifat yang di perlakukan
sebagai kata benda yang berbentuk jamak , biasanya di ambil dari
nama marga yang di pilih sebagai tatanamanya di tambah akhiran –
aceae, misalnya : Malvaceace (dari Malva di tambah aceae), Poaceae
dari (poa di tambah aceae).
3. Kadang-kadang nama yang tidak sesuai dengan peraturan di atas tetap
di pakai karena dengan nama ini dapat menunjukan ciri khas dan
takson tersebut, pada familia di kenal dengan nomina familicrum
conservada, contohnya: Palmae (=Arecaceae, tipe Areca),
mempunyai habitus “Palm”, Gramineae (=Poaceae, tipe Poa),
“Gramen” ya itu sebagian besar tanaman ini anggotanya dpat di
gunakan sebagai makanan ternak, Cruciferae (=Brassica), “Crucifer”,
mempunyai mahkota bunga 4 tersusun seperti salib kalau di
proyeksikan pada bidang datar, Leguminosae(=Fabaceae, tipe Faba)”
Legumen” semua jenis yang termasuk familia ini mempunyai buah
polong,Compositae (Asteraceae, tipe Aster) mempunyai bunga
majemuk berbentuk kepala atau cawan ,Labiatae (=Lamiacae tipe
Lamium), mempunyai daun mahkota terbagi dua , yang memberi
kesan seperti bibir.
4. Ordo
1. Ordo (bahasa Latin)= Ordo (bahasa Inggris)= Orde (bahasa
Belanda )= L’ordre (bahasa Perancis) = Bangsa (bahasa
Indonesia).
2. Nama ordo dalam tumbuh-tumbuhan adalah nama dalam bahasa
Latin , terdiri dari satu kata di dasarkan pada kata pokok salah
satu familia yang termasuk ordo itu. Akhiran –ceae di ganti
akhiran –ales.
3. Pada ordo juga di kenal namina ordoriarum conservada,
contohnya: Polycarpaceae = Ranuculales = Ranales ; pada jenis
tumbuhan yang termasuk ordo ini mempunyai banyak daun
buah (carpela) pada bakal buahnya. Columniferae = Malvales ,
semua jenis tumbuhan yang termasuk ordo ini tangkai benang
sari bagian bawah berlekatan membentuk bangun seperti
tugu.Glumniflorae = Poales. Semua anggota pada ordo ini
mempunyai glumae (daun pelindung seperti sisik dan kaku).
Spadithiflorae = Arales , “spatha” anggota ordo ini keindahan
bunga terletak pada seludung bunga.
5. Classis
1. Classes (bahasa Latin ) = Class (bahasa Inggris) = Klasse (bahasa
Belanda ) = La Classe (bahasa Perancis ) = Klasse (bahasa Jerman)
= Kelas (bahasa Indonesia).
2. Nama kelas adalah nama dalam bahasa Latin , terdiri dari nama
marga dan di beri nama akhiran phycease bagi Algae , mycetes
bagi fungi, opsida bagi Cormophyta, inae untuk tumbuhan paku
dan biji.
3. Ada juga nomina clasiarum conservada, contoh : Bacteria =
Schizomycetes; Diatomae = Bacilariophycea
6. Divisio
1. Divisio (bahasa Latin) = Divisio ( bahasa Inggris) = Afdeling (bahasa
Belanda) = L’embranchement (bahasa Perancis) = Abteilung ( bahasa
Jerman ) = Divisi (Bahasa Indonesia).
2. Nama divisi biasanya di dasarkan atas ciri-ciri yang menunjukan
kodrat atau sifat divisi itu sebaik-baiknya.
3. Untukm nama divisi di gunakan satu kata majemuk berbentuk jamak
yang di ambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi
dengan tambahan akhirnya –phyta kecuali untuk jamur yang di
sarankan untuk di beri akhiran –mycota.
4. Dikenal juga nomina divisarum conservada , contohnya :
Phanerogamea = Embryophta-Siphonogama = Spermathophyta =
Anthophyta. Phanerogamae artinya mempunyai alat kelamin nyata,
dapat di bedakan dengan alat vegetatif. Embryophyta-Siphonogama
artinya terjadi embrio , dimana pertemuan sel kelamin jantan dan
betina harus melalui pembuluh.
5. Istilah Phylum yang masih di jumpai dalam pustaka-pusataka
taksonomi lama , tidak lagi di gunakan dalam taksonomi tumbuhan ,
yang di gunakan adalah istilah divisio
7. Regnum
1. Regnum (bahasa Latin ) = Kingdom (bahasa Inggris )= Rijk (bahasa
Belanda) = Regne (bahasa Perancis) = Rich (bahasa Jerman ) = Dunia
(bahasa Indonesia).
2. Konsep dunia di gunakan untuk menunjuk keseluruhan tumbuhan atau
hewan yang lalu masing-masing di sebut dunia tumbuhan (Regnum
Plantarum) dan dunia hewan (Regnum Animal).
8. Tingkat takson di bawah spesies
1. Dalam suatu jenis dapat di bedakan beberapa kategori , berturut-turut
adalah : anak jenis (subspecies), varietas, anak varietas(subvarietas),
forma, dan anak forma(sub forma).
2. Nama takson di bawah tingkat jenis terdiri atas nama jenis dan suatu
sebutan yang di hubungkan dengan istilah untuk takson di bawah
tingkat jenis yang di maksud . Sehingga nama itu sekarang kurang
terdiri atas 4 kata , 2 kata untuk nama jenis , 1 kata untuk takson di
bawah tingkat jenis, dan 1 kata yang merupakan istilah untuk takson di
bawah tingkat jenis yang di maksud .Contoh : Pedllanthus
tithymaloides subspesies retusus , Hibiseus sabdarifa varietas alba,
Trifolium stellatum forma nanum.
BAB 111
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa:
1. Identifikasi adalah penunjukan, penentuan, atau pemastian nama
yang benar dan penempatannya di dalam sistem klasifikasi.
2. Identifikasi tumbuhan yang belum di kenal oleh dunia ilmu
pengetahuan meliputi: pemberian nama tumbuhan yang harus
mengikuti aturan yang ada ada dalam Kode Internasiaonal Tatanama
Tumbuhan (KITT) pembuatan deskripsinya, menetapkan letaknya
dalam sistem klasifikasi , dan mempublikasikan nama takson baru itu
melalui cara-cara yang telah di atur dan di tentukan dalam KITT.
3. Menurut Kode Internasional Tatanama Tumbuhan , pemberian nama
ilmia tumbuhan di dasarkan pada bahasa latin atau yang di perlukan
sebagai bahasa latin sehingga di harapkan dapat di pergunakan secara
universal oleh para ahlo botani.
4. Identifikasi tumbuhan yang sudah di kenal oleh dunia ilmu
pengetahuan adalah pemastian identitas dengan cara: menanyakan
para ahli, mecocokan dengan pustaka, serta menggunakan kunci
identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
5. Penulisan tatanama takson yang sesuai dengan KITT meliputi:
spesies, genus, familia, ordo, classis, divisio, regnum, tingkat takson
di bawah spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Hasnunidah Neni, S.pd, M.si. 2007.Botani Tumbuhan Rendah: UNILA
(Universitas Lampung). Lampung
Padjoarinto, A, S, Sabbithah, dan S, Sulastri. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Proyek
Pelatihan Tenaga Kependidikan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta
Tjirosoepomo, Gembong. 2012. Taksonomi Umum. Gajah Mada University
Press.Yogyakarta
Linneus,C.1953. Spesies Plantarum. Macmillan Coy. New York.