KREDIT

22
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank 1. Pengertian Umum tentang Perbankan Bank sebagai lembaga keuangan yangberfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit. Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan bank adalah “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”. Menurut Kasmir (2010:11), mengatakan pengertian bank adalah : Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya. Berdasarkan definisi bank tersebut dapat dijelaskan bahwa bank dalam memberikan usaha terutama dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank, demikian juga dengan sisi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik bank tetapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada taraf hidup rakyat banyak. Dan bank menjalankan fungsinya yang terkait dengan pengumpulan dana, pengalokasian dana, serta penyediaan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

description

KREDIT

Transcript of KREDIT

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Bank

    1. Pengertian Umum tentang Perbankan

    Bank sebagai lembaga keuangan yangberfungsi sebagai perantara

    keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

    bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan

    dalam bentuk kredit.

    Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang

    dimaksud dengan bank adalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

    dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

    dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

    hidup rakyat.

    Menurut Kasmir (2010:11), mengatakan pengertian bank adalah :

    Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari

    masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta

    memberikan jasa Bank lainnya.

    Berdasarkan definisi bank tersebut dapat dijelaskan bahwa bank dalam

    memberikan usaha terutama dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber

    dana bank, demikian juga dengan sisi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak

    semata-mata memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik bank tetapi

    juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada taraf hidup rakyat banyak. Dan

    bank menjalankan fungsinya yang terkait dengan pengumpulan dana,

    pengalokasian dana, serta penyediaan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  • 16

    2. Jenis-Jenis Bank

    Kegiatan utama bank bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun

    dana dan menyalurkan dana dari masyarakat tidak terlalu beda satu sama lain.

    Menurut Kasmir (2010:20), jenis-jenis bank dapat dibagi menjadi :

    1. Dilihat dari segi fungsinya a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai

    2. Dilihat dari segi kepemilikannya a. Bank Milik Pemerintah

    Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

    b. Bank Milik Swasta Nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.

    c. Bank Milik Asing Merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara.

    d. Bank Milik Campuran Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.

    3. Dilihat dari segi status a. Bank Devisa

    Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

    b. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

    4. Dilihat dari segi cara menentukan harga a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

    Menetapkan bunga sebagai harga jual, menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.

    b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain.

    Berdasarkan jenis-jenis bank dapat dijelaskan bahwa bank terbagi kedalam

    beberapa bagian, hal ini dikarenakan spesifikasi bank dalam jalur lalu lintas

    keuangan. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan

  • 17

    dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak

    pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun

    jangkaun wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi

    kepemilikan saham yang ada serta akta pendiriannya. Sedangkan dari menentukan

    harga yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah

    berdasarkan bagi hasil.

    3. Usaha-Usaha Bank

    Menurut Syamsu Iskandar (2008:29), usaha-usaha bank umum meliputi :

    1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

    2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumtif.

    3. Memberikan jasa lainnya dalam bentuk transfer atau pengiriman uang, kliring, jual beli valuta asing, menerbitkan referensi bank, bank garansi, L/C dan surat kredit berdokumenter, inkaso, safe deposit box, dan jual-beli surat-surat berharga.

    4. Menerima setoran pembayaran dari instansi/perusahaan seperti pembayaran listrik, uang kuliah, telepon, air, dan pembayaran pajak.

    5. Melayani pembayaran seperti pembayaran gaji/pensiun pegawai dan pembayaran deviden, kupon.

    6. Menempatkan dana, meminjam dana baik dengan menggunakan surat, sarana komunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

    7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

    8. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek, melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.

    9. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.

    10. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Berdasarkan usaha-usaha bank umum tersebut dapat dijelaskan bahwa

    bank umum dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan usahanya dan

    masing-masing bank dapat memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan

    bidang usaha yang ingin dikembangkannya. Dengan cara demikian kebutuhan

  • 18

    masyarakat terhadap berbagai jenis jasa bank dapat dipenuhi oleh dunia

    perbankan tanpa mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi.

    4. Sumber Dana Bank

    Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana

    untuk membiayai operasinya. Menurut Ismail (2010:40), dana bank yang

    digunakan sebagai alat untuk melakukan aktivitas usaha dapat digolongkan

    menjadi tiga, yaitu :

    1. Dana Sendiri a. Modal Disetor

    Modal disetor merupakan dana awal yang disetorkan oleh pemilik pada saat awal bank didirikan.

    b. Cadangan Yaitu sebagian dari laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan lainnya yang akan digunakan untuk menutup timbulnya risiko di kemudian hari.

    c. Sisa Laba Merupakan akumulasi dari keuntungan yang diperoleh oleh bank setiap tahun.

    2. Dana Pinjaman a. Pinjaman dari Bank Lain di Dalam Negeri b. Pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan di Luar Negeri c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank

    3. Dana Pihak Ketiga a. Simpanan Giro

    Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan.

    b. Tabungan Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah.

    c. Deposito Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dengan nasabah.

    Berdasarkan sumber dana bank tersebut dapat dijelaskan bahwa dana

    untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan

    dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari

    masyarakat atau lembaga lainnya. Disamping itu untuk membiayai operasinya

  • 19

    dana dapat diperoleh dengan modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau

    menjual saham.

    5. Pengalokasian Dana Bank

    Menurut Syamsu Iskandar (2008:89), penggunaan dana bank, dapat

    dijelaskan sebagai berikut :

    1. Aktiva Produktif Penggunaan dana dalam aktiva produktif atau earning assets memiliki tujuan untuk memperoleh penghasilan bagi bank, yang berasal dari : a. Pemberian Pinjaman

    Pemberian pinjaman atau yang biasa disebut dengan kredit adalah penyediaan uang atau dana sejumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui yang akan dilunasi setelah jangka waktunya berakhir. Dengan diberikannya jasa berupa pinjaman ini maka kepada nasabah (debitur) akan dikenakan biaya jasa oleh bank yaitu yang dinamakan bunga pinjaman b. Penempatan Dana pada Bank Lain

    Penempatan dana pada bank lain baik didalam negeri maupun diluar negeri dapat berupa : call money, deposito berjangka, deposit on call, sertifikat deposito dan tabungan. Biasanya penempatan dana pada bank lain ini dilihat dari skala prioritasnya dengan kepentingan bank sendiri dalam hal memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau likuiditasnya. c. Surat-Surat Berharga

    Penempatan dana pada surat-surat berharga dapat berupa surat-surat berharga jangka pendek atau jangka panjang baik dalam nilai rupiah maupun dalam valuta asing, seperti pembelian surat-surat berharga pasar uang dan pasar modal, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), reksa dana, saham-saham bank lain di bursa efek, dan lain-lain. d. Penyertaan

    Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga keuangan lain, penyelamatan kredit atau lainnya.

    2. Aktiva Tidak Produktif Disebut aktiva tidak produktif karena tidak dapat memberikan

    penghasilan bagi bank. Yang termasuk dalam pos-pos ini adalah : a. Kas

    Kas merupakan alat yang paling likuid dalam operasional bank yang dapat dipergunakan setiap saat untuk menunjang operasional bank. b. Rekening Giro pada Bank Indonesia

    Penempatan dana pada rekening giro Bank Indonesia dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Disamping itu, rekening giro pada Bank Indonesia selain untuk transaksi kliring, dapat juga berfungsi untuk transaksi antar bank. c. Giro pada Bank Lain

    Yaitu dana yang dimiliki yang disimpan pada rekening giro pada bank lain, baik dalam nilai rupiah maupun dalam valuta asing dari seluruh kantornya didalam negeri ataupun diluar negeri yang sewaktu-waktu dapat ditarik jika memerlukannya. d. Aktiva Tetap dan inventaris bank

  • 20

    Berdasarkan uraia di atas, penggunaan dana bank terdiri dari 2 bagian

    yaitu pada aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. Aktiva produktif

    merupakan aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan. Aktiva produktif adalah

    penanaman dana bank dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit,

    surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan. Aktiva tidak

    produktif merupakan aktiva yang tidak menghasilkan pendapatan yaitu dalam

    bentuk kas, rekening giro pada Bank Indonesia, penempatan dana pada bank lain

    berupa rekening giro dan aktiva tetap dan inventaris bank.

    B. Kredit

    1. Pengertian Kredit

    Istilah kredit berasal dari bahasa Italia yaitu credere, yang artinya percaya

    atau to believe atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan

    pemberian kredit oleh bank pada seseorang atau badan usaha adalah kepercayaan.

    Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan

    nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha yang

    berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan

    dikembalikan pada kreditur (bank) setelah jangka waktu sesuai dengan

    kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur.

    Pengertian kredit menurut Syamsu Iskandar (2008:93), kredit

    merupakan piutang bagi Bank, maka pelunasannya (repayment) merupakan

    kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur terhadap utangnya, sehingga resiko

    kredit macet dapat dihindarkan. Adapun menurut Pedomam Akuntansi

    Perbankan Indonesia (PAPI) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang

    atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

  • 21

    kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan

    pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

    dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. (Irham Fahmi

    dan Yovi Lavianti Hadi , 2010:3)

    Berdasarkan pengertian kredit tersebut dapat dijelaskan bahwa kredit dapat

    berupa uang atau tagihan yang nilainya di ukur dengan uang. Kemudian adanya

    kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur),

    bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam

    perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk

    jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan

    masalah sangsi apabila debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat

    bersama.

    2. Unsur-Unsur Kredit

    Kredit yang diberikan suatu lembaga kredit berdasarkan kepercayaan

    sehingga dengan demikian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Jadi, suatu

    bank baru akan memberikan kredit apabila ia telah benar-benar yakin bahwa

    debitur akan mengembalikan kredit sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat

    yang telah disetujui untuk kedua belah pihak.

    Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

    menurut Kasmir (2010:75) adalah sebagai berikut :

    1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan.

    2. Kesepakatan Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak

  • 22

    menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan nasabah.

    3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.

    4. Risiko Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yaitu risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar risikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.

    5. Balas Jasa Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank, sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

    Berdasarkan unsur-unsur kredit tersebut dapat dijelaskan bahwa

    keprcayaan, kesepakatan, jangka waktu, risiko, dan balas jasa merupakan hal

    pokok yang harus ada dalam perjanjian kredit yang telah disepakati kedua belah

    pihak, baik debitur maupun kreditur (bank). Hal tersebut dilakukan agar pihak

    bank benar-benar yakin bahwa kredit yang diberikan akan dikembalikan secara

    tepat waktu oleh debitur.

    3. Tujuan Kredit

    Yang dimaksudkan dengan tujuan kredit adalah tujuan ditinjau dari

    berbagai pihak. Bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur serta oleh

    pemerintah atau masyarakat umum. Menurut Syamsu Iskandar (2008:94), tujuan

    kredit adalah sebagai berikut :

    1. Bagi Bank a. Asset bank yang dominan dan sumber utama pendapatan bank yang

    menjamin kelangsungan hidup bank. b. Sebagai instrumen bank dalam persaingan dan pemasaran produk-

    produk perbankan lainnya.

  • 23

    c. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi sehingga menciptakan lapangan kerja.

    d. Kredit yang sehat menjadi instrumen untuk memelihara likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas bank.

    2. Bagi Pengusaha a. Kegiatan usaha bertambah lancar dan performance perusahaan

    bertambah baik. b. Dengan mendapatkan fasilitas kredit, maka akan meningkatkan

    volume usaha dan hasil usaha agar terjamin kelangsungan hidup perusahaan.

    c. Meningkatkan motivasi berusaha. 3. Bagi Masyarakat/Pemerintah

    a. Berfungsi sebagai instrumen untuk kebijakan ekonomi dan moneter. b. Meningkatkan arus dan daya guna uang serta menghidupkan

    ekonomi pasar. c. Meningkatkan kegiatan produksi, perdagangan, distribusi, dan

    konsumsi secara nasional (makro). d. Membantu efisiensi penggunaan sumber alam.

    Berdasarkan tujuan kredit tersebut dapat dijelaskan bahwa pemberian

    suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan kredit tersebut tidak akan

    terlepas dari misi bank tersebut didirikan.

    4. Fungsi Kredit

    Kehidupan perekonomian bank sebagai lembaga keuangan memegang

    peranan penting dalam membantu pemerintah untuk mencapai kemakmuran.

    Menurut Iswi Hariyani (2010:11), fungsi kredit bagi masyarakat adalah untuk :

    1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.

    2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. 3. Memperlancar arus barang dan arus uang. 4. Meningkatkan hubungan internasional. 5. Meningkatkan produktivitas yang ada. 6. Meningkatkan daya guna barang. 7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat. 8. Memperbesar modal kerja perusahaan. 9. Meningkatkan income per capita masyarakat. 10. Mengubah cara berpikir atau cara bertindak masyarakat untuk lebih

    ekonomis.

    Berdasarkan fungsi kredit tersebut dapat dijelaskan bahwa fungsi kredit

    adalah untuk meningkatkan daya guna uang sebagai alat sabilitas ekonomi yang

    digunakan untuk peningkatan pemerataan pendapatan.

  • 24

    5. Jenis-Jenis Kredit

    Pada prinsipnya kredit itu hanya satu macam saja, yaitu uang bank yang

    dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu

    dimasa yang akan dating, disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga.

    Berdasarkan keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi

    bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam.

    Kredit yang diberikan bank umum mengenai jenis-jenis kredit menurut

    Kasmir (2010:76) dapat dilihat dari berbagai segi, anatara lain :

    1. Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi

    Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

    b. Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.

    2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif

    Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasil barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.

    b. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

    c. Kredit Perdagangan Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.

    3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

    Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

    b. Kredit Jangka Menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.

  • 25

    c. Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatass 3 tahun atau 5 tahun.

    4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan

    Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk berang berwujud atau tidak berwujud. Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

    b. Kredit tanpa Jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

    5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector

    perkebunan atau pertanian rakyat. Sector usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

    b. Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi.

    c. Kredit industry, yaitu kredit untuk membiayai industry pengolahan baik untuk industry kecil, menengah atau besar.

    d. Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak, atau tambang timah.

    e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk memebangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.

    f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para professional seperti, dosen, dokter, atau pengacara.

    g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.

    h. Dan sektor-sektor usaha lainnya.

    Berdasarkan jenis-jenis kredit tersebut dapat dijelaskan bahwa kredit dapat

    dibagi menjadi beberapa bagian ini dimaksudkan agar kredit yang disalurkan

    kepada masyarakat sesuai dengan maksud dan tujuan dari masing-masing bank

    berdasarkan misi pendirian bank.

    6. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

    Praktek pemberian kredit, bank pada dasarnya harus berpegang kepada

    pola umum pemberian kredit yang baik yaitu antara lain dengan cara

    memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit, dengan tanpa mengabaikan

    kualitas pelayanan serta memperhatikan usaha kearah peningkatan efisiensi.

  • 26

    Prinsip-prinsip pemberian kredit menurut Kasmir (2010:91), dapat

    dijelaskan sebagai berikut :

    1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan character dari 5C

    2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

    3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah untuk tujuan konsumtif, produktif, atau perdagangan.

    4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

    5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sector lainnya.

    6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

    7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

    Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa proses analisis kredit

    harus diketahui pasti maksud kegunaan dari kredit, sehingga manfaat kredit

    tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Dan tujuan penggunaan dana ini harus

    dapat diprediksikan kemungkinann untuk masa yang akan dating apakah

    bermanfaat atau tidak, juga diprediksi secara pasti setiap kemungkinan resiko

    yang akan muncul.

  • 27

    7. Aspek-Aspek Pemberian Kredit

    Perkreditan merupakan salah satu sumber utama pendapatan bagi bank.

    Mengingat pentingnya perkreditan, maka dapat dipahami jika perhatian bank

    selalu dicurahkan pada upaya untuk mengelola aktivitas perkreditan secara lebih

    baik. Hubungan antara pertumbuhan suatu kegiatan perekonomian ataupun

    pertumbuhan dengan suatu kegiatan usaha dari perusahaan dengan eksistensi

    perkreditan mempunyai koefisien korelasi yang sangat erat.

    Menurut Kasmir (2010:94), mengemukakan aspek-aspek yang perlu

    dilakukan dalam penilaian kredit, yaitu sebagai berikut :

    a. Aspek Hukum Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akta notaries, izin usaha atau sertifikat tanah, dan dokumen atau surat lainnya.

    b. Aspek Pasar dan Pemasaran Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha nasabah sekarang dan di masa yang akan datang.

    c. Aspek Keuangan Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan dan diperolehnya. Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

    d. Aspek Operasi/Teknis Merupakan aspek untuk menilai tata ruangan, lokasi usaha, dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.

    e. Aspek Manajemen Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas.

    f. Aspek Ekonomi/Sosial Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan social yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benefit atau cost atau sebaliknya.

    g. Aspek AMDAL Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut.

    Berdasarkan aspek-aspek pemberian kredit tersebut dapat dijelaskan

    bahwa selain penilaian dengan 7P, prinsip penilaian kredit dapat pula dilakukan

    dengan studi kelayakan dengann menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian

  • 28

    dengan model ini biasanya digunakan untuk kredit dalam jumlah yang relatif

    besar dan jangka yang panjang.

    8. Pengertian Analisis Kredit

    Pengertian analisis kredit menurut Ismail (2010:111), analisis kredit

    adalah suatu proses analisis kredit yang dilakukan oleh bank untuk menilai suatu

    permohonan kredit yang telah diajukan oleh calon debitur. Sedangkan menurut

    Syamsu Iskandar (2008:120), analisis kredit di artikan sebagai penilaian

    terhadap nasabah dan usahanya untuk diperoleh alternatif sebagai bahan

    pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

    Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa rangkaian dalam

    proses pengelolaan kredit adalah analisis kredit. Analisis kredit dapat diartikan

    sebagai suatu usaha penilaian terhadap kelayakan usaha calon debitur, apakah ia

    mempunyai kemampuan dan kesanggupan untuk membayar kembali

    kewajibannya, sehingga setiap kredit yang diberikan akhirnya akan memperoleh

    keuntungan dan aman. Tujuan ini tidak saja penting bagi debitur dan usahanya,

    bahkan bagi bank pun dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur dalam

    menentukan keberhasilan untuk mencapai tujuannya. Analisis kredit diberikan,

    untuk meyakinkan bahwa debitur benar-benar dipercaya, maka sebelum kredit

    diberikan bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit.

    Analisis kredit merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank

    untuk menilai suatu permohonan kredit yang telah diajukan oleh calon debitur.

    Dengan melakukan analisis terhadap permohonan kredit tersebut bank ingin

    mendapat keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit tersebut

    layak (feasible). Bank melakukan analisis kredit dengan tujuan untuk mencegah

  • 29

    secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Analisis yang baik akan

    menghasilkan keputusan yang tepat, sehingga analisis kredit merupakan salah satu

    faktor yang sangat penting dalam keputusan kredit.

    Analisis kredit merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai

    acuan bank apakah permohonan kredit dari nasabah dapat disetujui atau ditolak.

    Disamping itu, bank perlu melakukan analisis yang mendalam agar bank terhindar

    dari masalah kredit yang timbul di kemudian hari.

    C. Kolektibilitas dan Penggolongan Kredit

    1. Pengertian Kolektibilitas

    Istilah kolektibilitas berasal dari bahasa Inggris yaitu collectible, artinya

    yang dapat ditagih. Jadi, kolektibilitas adalah piutang yang dapat ditagih oleh

    perusahaan kepada pembeli sebagai akibat dari transaksi penjualan secara kredit.

    Kredit yang diberikan oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan

    sesuai dengan fungsinya. Oleh sebab itu bank berkewajiban menjaga agar kualitas

    kredit yang diberikan atas dasar penggolongan kolektibilitasnya.

    Menurut Mahmoeddin (2010:10), definisi kolektibilitas adalah

    penggolongan pinjaman berdasarkan keadaan pembayaran pokok atau angsuran

    pokok dan bunga oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali

    dana yang masih ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman

    lainnya.

    Berdasarkan definisi keolektibilitas tersebut dapat dijelaskan bahwa

    penggolongan kredit atau pinjaman berdasarkan kolektibilitas ialah membagi atau

    memisah-misahkan kredit berdasarkan kelancaran atau ketidaklancaran

    pengembalian kredit atau pinjaman tersebut baik pokok ataupun bunganya.

  • 30

    2. Penggolongan Kredit

    Penyaluran dana berupa kredit yang diberikan kepada nasabah selalu

    diikuti dengan risiko yang mungkin timbul. Risiko atas kredit adalah tidak

    tertagihnya kredit yang telah disalurkannya, baik pokok pinjaman yang diberikan,

    maupun bunganya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Meskipun, analisis

    kredit telah dilakukan dengan tepat, akan tetapi risoko kredit tetap ada. Oleh

    karena itu, bank harus dapat meminimalisasi risiko yang diakibatkan dari kredit

    tersebut.

    Menurut Ismail (2010:122), Bank melakukan penggolongan kredit

    menjadi dua golongan, yaitu kredit tidak bermasalah dan kredit yang bermasalah.

    Kredit yang tidak bermasalah dapat dibedakan menjadi dua kategori,yaitu : Kredit dengan kualitas lancar

    Kredit lancar merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah dan tidak terjadi tunggakan, baik tunggakan pokok dan bunga. Debitur melakukan pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan perjanjian kredit.

    Kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus Kredit dalam perhatian khusus merupakan kredit yang masih digolongkan lancar, akan tetapi mulai terdapat tunggakan. Ditinjau dari segi kemampuan membayar, yang tergolong dalam kredit dalam perhtian khusus apabila terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari.

    Kredit yang bermasalah,dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : Kredit Kurang Lancar

    Kredit kurang lancar merupakan kredit yang telah mengalami tunggakan. Yang tergolong kredit kurang lancar, apabila : 1. Pengembalian pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami

    penundaan pembayarannya melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari.

    2. Pada kondisi ini hubungan anatara debitur dengan bank memburuk. 3. Informasi keuangan debitur tidak apat diyakini oleh bank.

    Kredit Diragukan Kredit diragukan merupakan kredit yang mengalami penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga. Yang tergolong kredit diragukan apabila : 1. Penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga antara 180 hingga

    270 hari. 2. Pada kondisi ini hubungan anatara debitur dengan bank semakin

    memburuk. 3. Informasi keuangan sudah tidak dapat dipercaya.

    Kredit Macet Kredit macet merupakan kredit yang menunggak melampaui 270 hari atau lebih. Bank akan mengalami kerugian atas kredit macet tersebut.

  • 31

    Berdasarkan ketentuan kolektibilitas tersebut dapat dijelaskan bahwa

    waktu dipakai sebagai ukuran (tepat waktu pembayaran) kolektibilitas kredit

    tersebut. Dengan demikian bank dapat menyusun jenjang kolektibilitas

    berdasarkan tetap waktu pembayaran pokok atau angsuran pokok, bunga, biaya-

    biaya dan diterima kembali penanaman pada surat-surat berharga dan lain-lain.

    D. Kredit Bermasalah

    1. Pengertian Kredit Bermasalah

    Menurut Mahmoeddin (2010:3), kredit berrmasalah adalah kredit yang

    tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang

    diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan

    pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan

    agunan, dan sebagainya.

    Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan

    nasabah tidak dapat melakukan pebayaran atau melaukan angusran sesuai dengan

    perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Penilaian atas

    penggolongan kredit baik kredit tidak bermasalah maupun bermasalah tersebut

    dilakukan secara kuantitatif, maupun kualitatif. Penialian secara kuantitatif dilihat

    dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik

    angsuran pokok pinjaman dan/atau bunga. Adapun penilaian kredit secara

    kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur.

    Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian

    karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan

    bunga yang tidak dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapat

    bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. Menurut Ismail

  • 32

    (2010:123), kredit bermasalah yang digolongkan pada kokektibilitas adalah kredit

    yang berada dalam klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.

    Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa kredit bermasalah

    adalah adanya penyimpangan anatra apa yang diperjanjikan dengan apa yang

    terjadi dalam kenyataan. Dalam hal ini terdapat tunggakan pembayaran pokok dan

    bunga yang melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari (kolektibilitas

    kurang lancar), terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga melampaui 180

    hari sampai dengan 270 hari (kolektibilitas diragukan) dan terdapat tunggakan

    pembayaran pokok dan bunga yang melampaui 270 hari (kolektibilitas macet)

    dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian kredit. Walaupun kredit

    bermasalah adalah bagian dari bisnisn perbankan namun kredit bermasalah harus

    dicegah, jika muncul harus segera ditangani secara serius sehingga tidak tumbuh

    menjadi kredit macet atau merugikan pihak bank trelalu besar.

    2. Faktor Penyebab Kredit Bermasalah

    Menurut Ismail (2010:123), banyak faktor yang menyebabkan kredit

    tersebut menjadi bermasalah, yaitu :

    A. Faktor Intern Bank 1. Analisis kurang tepat,sehingga tidak dapat memprediksi apa yang

    akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit. Misalnya, kredit diberikan tidak sesuai kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan.

    2. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan nasabah sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan.

    3. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur sehingga tidak dapat melakukan analisis yang tepat dan akurat.

    4. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait. 5. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit

    debitur. B. Faktor Extern Bank

    1. Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah. Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran

    kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajibannya.

  • 33

    Debitur melakukan ekspansi terlalu besar,sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar.

    Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan.

    2. Unsur ketidaksengajaan. Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian,akan

    tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas,sehingga tidak dapat membayar angsuran.

    Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi.

    Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur.

    Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.

    Berdasarkan uraian diatas, bahwa faktor penyebab kredit bermasalah di

    sebabkan dari kedua pihak yaitu dari pihak bank dan pihak nasabah. Oleh karena

    itu, sebelum kredit diberikan pihak bank terlebih dahulu mengadakan analisis

    kredit. Tujuannya adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-

    benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali. Pemberian kredit

    tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Akibatnya, jika

    salah dalam menganalisis, kredit yang disalurkan akan sulit ditagih alias macet.

    3. Cadangan Aktiva Produktif Atas Terjadinya Kredit Bermasalah

    Aktiva produktif adalah berfungsi untuk memperoleh pendapatan atas dana

    yang disalurkan oleh bank. Namun demikian, penempatan dana dalamaktiva

    produktif juga memiliki risiko, yaitu risiko dana yang disalurkan tidak dapat

    kembali. Risiko atas penempatan dalam bentuk aktiva produktif ini dapat

    menimbulkan kerugian bank. Bank perlu membentuk cadangan kerugian aktiva

    produktif, yaitu penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).

    Penyisihan kerugian kredit merupakan pembentukan cadangan terhadap

    seluruh kredit yang diberikan. Menurut Ismail (2011:255), sesuai dengan

    ketentuan, bank wajib membentuk penyisihan kerugian kredit sebagai berikut:

  • 34

    a. Kredit dengan kualitas lancar atau kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus, maka penyisihan yang wajib dibentuk sebesar persentase tarif penyisihan dikalikan dengan saldo pokok kredit. Persentase tarif penyisihan kerugian kredit yang diberlakukan untuk bank umum untuk kredit dengan kualitas lancar adalah sebesar 1% dikalikan dengan saldo kredit lancar. Tarif penyisihan untuk kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus ditetapkan sebesar 5% dikalikan dengan saldo kredit dalam perhatian khusus.

    b. Kredit dengan kualitas lancar, diragukan dan macet, penyisihannya adalah didasarkan pada tarif penyisihan yang berlaku untuk bank umum dikalikan dengan saldo kredit setelah dikurangi dengan nilai agunan yang diperhitungkan oleh bank. Tarif penyisihan untuk kredit kurang lancar sebesar 15%, kredit diragukan sebesar 50% dan kredit macet sebesar 100%.

    Berdasarkan uraian diatas, dalam membentuk penyisihan penghapusan

    aktiva produktif (PPAP), dasar perhitungannya adalah persentase tertentu

    dikalikan dengan jumlah outstanding masing-masing kualitas aktiva produktif.

    Kualitas aktiva produktif digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus,

    kurang lancar, diragukan dan macet. Kredit yang dilakukan oleh bank merupakan

    aktiva produktif yang paling besar yang dimiliki oleh setiap bank. Pendapatan

    yang berasal dari kredit, yaitu pendapatan bunga kredit merupakan pendapatan

    operasional bank yang terbesar. Kredit juga merupakan aktiva produktif yang

    mempunyai risiko paling tinggi.

    4. Penanganan Kredit Bermasalah

    Menurut Kasmir (2010:109), penyelamatan terhadap kredit macet dapat

    dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

    1. Rescheduling a. Memperpanjang jangka waktu kredit

    Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.

    b. Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

    2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :

  • 35

    a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.

    b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.

    c. Penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh, jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 17% diturunkan menjadi 15%. Hal ini tergantung dari pertimbangan bank bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.

    d. Pembebasan bunga. Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannys sampai lunas.

    3. Restructuring Yaitu dengan cara : a. Menambah jumlah kredit b. Menambah equity yaitu dengna menyetor uang tunai dan

    tambahan dari pemilik. 4. Kombinasi

    Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang di atas. Misalnya kombinasi antara restructuring dan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.

    5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa dalam hal kredit

    macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan

    menimbulkan kerugian. Penyelamatan dilakukan dengan memberikan keringanan

    berupa jangka waktu pembayaran atau jumlah angsuran terutama bagi kredit kena

    musibah atau dengan melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk

    membayar.

  • 36

    E. Hubungan antara Analisis Kredit Dengan Kredit Bermasalah

    Hubungan analisis pemberian Kredit Mikro Utama dengan kredit

    bermasalah, peneliti akan mengemukakan definisi analisis kredit yang

    dikemukakan oleh Ismail (2010:111), analisis kredit adalah suatu proses analisis

    kredit yang dilakukan oleh bank untuk menilai suatu permohonan kredit yang

    telah diajukan oleh calon debitur.

    Definisi kredit bermasalah yang dikemukakan oleh Mahmoeddin

    (2010:3), kredit berrmasalah adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana

    debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan

    mengenai pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin

    deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya.

    Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa hubungan

    antara analisis pemberian Kredit Mikro Utama dan kredit bermasalah dapat

    dilihat, dimana pemberian Kredit Mikro Utama diberikan dengan melakukan

    proses analisis yang dilakukan oleh pihak bank dalam menilai suatu permohonan

    yang diajukan oleh calon debitur sehingga analisis pemberian Kredit Mikro

    Utama diharapkan meminimalisasi terjadinya kredit bermasalah.

    Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat Iswi Hariyani (2010:35),yaitu:

    Prinsip-prinsip analisis pemberian kredit harus selalu dilakukan oleh setiap pejabat kredit bank sebagai wujud pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit bank kepada semua nasabah debitur agar kelak bank dapat terhindar dari persoalan kredit bermasalah dan kredit macet. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa bagian analisis kredit

    bertanggung jawab membantu bank dalam meminimalisasi kredit bermasalah dan

    berwenang untuk melakukan analisis kelayakan kredit yang diajukan oleh calon

    debitur.