Literatur 2

13
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 56 HUBUNGAN GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN RESIKO TERJADINYA STROKE DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG Elizabeth Ari Setyarini, Linda Sari Barus, Maria Asitoret ABSTRAK Latar belakang penelitian berdasarkan studi pendahuluan pada 10 pasien hipertensi di Rumah Sakit Santo Borromeus, 10 orang suka jeroan, roti/kue bermentega, makanan bersantan dan diawetkan, 9 orang mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3 orang perokok aktif, 7 orang obesitas, 5 orang sering mengalami stres emosional dan 4 orangpernah mengalami baal dan lemah pada salah satu bagian tubuhnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah terus-menerus. Gaya hidup merupakan faktor resiko hipertensi. Salah satu komplikasi hipertensi yaitu stroke. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengumpulan data yaitu kuesioner.Populasi adalah klien dengan hipertensi di Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus sebanyak 77 orang. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke p value 0,00 (<0,05). Hasil penelitian yang berhubungan dengan resiko stroke yaitu konsumsi natrium p value 0,000 dan merokok p value 0,008, yang tidak berhubungan yaitu konsumsi lemak p value 2,857, stres emosional p value 1,514, konsumsi alkohol p value 1,000 dan obesitas p value 0,222. Diharapkan Rumah Sakit Santo Borromeus melakukan penyuluhan pada pasien hipertensi tentang gaya hidup yang baik. Kata kunci: gaya hidup, hipertensi, resiko stroke LATAR BELAKANG Modernisasi biasanya mengubah gaya hidup menjadi lebih praktis. Kebiasaan makan berlebihan, kurang olah raga, merokok, dan kurang istirahat cenderung dimiliki oleh masyarakat saat ini, khususnya di daerah perkotaan (Dalimartha, Setiawan, 2008). Secara signifikan penyakit tidak menular terus meningkat dan menjadi salah satu penyebab kematian di Indonesia, terlepas dari beberapa penyakit di atas. Proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif (Sedyaningsih, Endang, 2011). Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebut sebagai the silent diseases karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya (Dalimartha, Setiawan, 2008). Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya hidup modern dengan pola makan dan gaya hidup tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya hipertensi. Beberapa diantaranya adalah konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan, merokok, minum minuman mengandung alkohol, dan stres emosional (Anies, 2006). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pasien hipertensi yang melakukan kontrol di Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus yaitu Klinik Jantung dan Klinik Penyakit Dalam didapatkan 10 orang suka makan jeroan, makan makanan yang bersantan, makan roti/kue yang mengandung mentega dan makan makanan yang diawetkan, 9 orang suka mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3 orang merupakan perokok aktif, 7 orang mengalami obesitas, 5 orang sering mengalami stres emosional dan 4 diantaranya pernah mengalami keluhan merasa baal dan lemah pada salah satu bagian tubuhnya.

Transcript of Literatur 2

Page 1: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 56

HUBUNGAN GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN RESIKO TERJADINYA

STROKE DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG

Elizabeth Ari Setyarini, Linda Sari Barus, Maria Asitoret

ABSTRAK

Latar belakang penelitian berdasarkan studi pendahuluan pada 10 pasien hipertensi di Rumah Sakit Santo

Borromeus, 10 orang suka jeroan, roti/kue bermentega, makanan bersantan dan diawetkan, 9 orang

mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3 orang perokok aktif, 7 orang obesitas, 5 orang sering mengalami

stres emosional dan 4 orangpernah mengalami baal dan lemah pada salah satu bagian tubuhnya. Tujuan penelitian

untuk mengetahui hubungan gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah terus-menerus. Gaya hidup merupakan faktor resiko hipertensi. Salah satu komplikasi

hipertensi yaitu stroke. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, desain analitik korelasi dengan pendekatan

cross sectional. Tehnik pengumpulan data yaitu kuesioner.Populasi adalah klien dengan hipertensi di Klinik

Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus sebanyak 77 orang. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara

gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke p value 0,00 (<0,05). Hasil penelitian yang

berhubungan dengan resiko stroke yaitu konsumsi natrium p value 0,000 dan merokok p value 0,008, yang tidak

berhubungan yaitu konsumsi lemak p value 2,857, stres emosional p value 1,514, konsumsi alkohol p value

1,000 dan obesitas p value 0,222. Diharapkan Rumah Sakit Santo Borromeus melakukan penyuluhan pada pasien

hipertensi tentang gaya hidup yang baik.

Kata kunci: gaya hidup, hipertensi, resiko stroke

LATAR BELAKANG

Modernisasi biasanya mengubah gaya hidup

menjadi lebih praktis. Kebiasaan makan berlebihan,

kurang olah raga, merokok, dan kurang istirahat

cenderung dimiliki oleh masyarakat saat ini,

khususnya di daerah perkotaan (Dalimartha,

Setiawan, 2008).

Secara signifikan penyakit tidak menular terus

meningkat dan menjadi salah satu penyebab

kematian di Indonesia, terlepas dari beberapa

penyakit di atas. Proporsi angka kematian akibat

penyakit tidak menular (PTM) meningkat dari

41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun

2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab

kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian

adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes,

kanker, dan penyakit paru obstruktif (Sedyaningsih,

Endang, 2011).

Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan darah

tinggi merupakan faktor resiko utama dari

perkembangan penyakit jantung dan stroke.

Penyakit hipertensi juga disebut sebagai the silent

diseases karena tidak terdapat tanda-tanda atau

gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan

hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara

potensial sangat berbahaya (Dalimartha, Setiawan,

2008).

Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting

bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya

hidup modern dengan pola makan dan gaya hidup

tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya

hipertensi. Beberapa diantaranya adalah konsumsi

lemak dan garam tinggi, kegemukan, merokok,

minum minuman mengandung alkohol, dan stres

emosional (Anies, 2006).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan pada 10 pasien hipertensi yang

melakukan kontrol di Klinik Rawat Jalan Rumah

Sakit Santo Borromeus yaitu Klinik Jantung dan

Klinik Penyakit Dalam didapatkan 10 orang suka

makan jeroan, makan makanan yang bersantan,

makan roti/kue yang mengandung mentega dan

makan makanan yang diawetkan, 9 orang suka

mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3

orang merupakan perokok aktif, 7 orang mengalami

obesitas, 5 orang sering mengalami stres emosional

dan 4 diantaranya pernah mengalami keluhan

merasa baal dan lemah pada salah satu bagian

tubuhnya.

Page 2: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 57

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Hipertensi

1. Pengertian

a. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

arterial yang langsung terus-menerus

(Brashers, Valentina, 2008).

b. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII

ialah:

1) Normal: sistole <120 mmHg daan

diastole <80 mmHg.

2) Prehipertensi: sistole 120-139 mmHg dan

diastole 80-89 mmHg.

3) Hipertensi tahap 1: sistole140-159

mmHg dan diastole 90-99 mmHg.

4) Hipertensi tahap 2: sistole >160 mmHg

dan diastole >100 mmHg.

(Turner,Rick, 2010).

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis

hipertensi, yaitu:

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang

belum diketahui penyebabnya dengan

jelas. Berbagai faktor diduga sebagai

penyebab hipertensi primer, seperti

bertambahnya umur, stres psikologis, dan

faktor keturunan. Sekitar 90% pasien

hipertensi masuk dalam kategori ini.

1) Penyebab hipertensi primer:

a) Gaya hidup

Gaya hidup sering merupakan faktor

resiko penting bagi timbulnya

hipertensi pada seseorang. Gaya hidup

modern dengan pola makan dan gaya

hidup tertentu, cenderung

mengakibatkan terjadinya hipertensi.

Beberapa diantaranya adalah konsumsi

lemak, konsumsi natrium, merokok,

stres emosional, konsumsi alkohol dan

obesitas (Anies, 2006).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang

disebabkan oleh beberapa proses patologik

yang dapat dikenali, biasanya yang terkait

dengan fisiologi ginjal (Graber, Mark,dkk,

2006). Bila faktor penyebab dapat diatasi,

tekanan darah dapat kembali normal.

Pada bentuk sekunder dari hipertensi,

penyakit parenkim dan penyakit

renovaskular adalah faktor penyebab yang

paling umum. Kontrasepsi oral telah

dihubungkan dengan hipertensi ringan yang

berhubungan dengan peningkatan substrat

rennin dan peningkatan kadar angiotensin II

dan aldosteron.

3. Insiden

Insiden hipertensi meningkat dengan

bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi ringan

sebesar 2% pada usia 25 tahun atau kurang,

meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan

50% pada usia 70 tahun (Davey, Patrick, 2005).

4. Komplikasi Pada Hipertensi

Resiko yang paling banyak terjadi akibat

komplikasi dari penyakit hipertensi ialah stroke

sehingga peneliti membatasi untuk membahas

hanya tentang penyakit stroke.Komplikasi yang

sering timbul ialah stroke, penyakit jantung, dan

gagal ginjal (Gunawan, Lany, 2007).

5. Gejala stroke

Serangan stroke sering kali datang secara

mendadak, tidak terduga sebelumnya. Namun

pada beberapa kasus, terutama stroke tipe

iskemik, biasanya didahului oleh semacam

peringatan yang dikenal sebagai transient

ischemic attack (TIA). Gejala TIA mirip dengan

strike kecuali durasi waktu. TIA hanya

berlangsung selama beberapa menit atau kurang

dari 24 jam, dan penderita akan kembali normal

seperti sediakala. Sedangkan stroke berlangsung

selama 24 jam atau lebih, meninggalkan

kecacatan menetap, atau berakhir dengan

kematian.Beberapa gejala TIA yang menyerupai

gejala stroke adalah:

a. Kelemahan pada tungkai atau lengan di sisi

kiri atau kanan.

b. Kesulitan berbicara sefasih biasanya.

c. Kesulitan berjalan akibat kelemahan tungkai

atau adanya gangguan keseimbangan.

d. Penderita tiba-tiba seperti orang

kebingungan tanpa sebab yang jelas.

e. Tiba-tiba tidak dapat melihat pada salah satu

atau kedua matanya.

f. Penderita merasakan nyeri kepala yang

sangat kuat.

6. Hubungan Hipertensi Dan Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan

tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas

Page 3: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 58

dari pembuluh darah, selain otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronis apabila arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

penebalan sehingga aliran darah ke daerah otak

yang diperdarahi berkurang(Corwin,Elisabeth,

2009).

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,

desain analitik korelasi dengan pendekatan

adalah cross sectional mengenai Hubungan

Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi Dengan

Resiko Terjadinya Stroke Di Poliklinik Rawat

Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel

independen adalah gaya hidup pada pasien

hipertensi yaitu konsumsi lemak, konsumsi

natrium, merokok, stres emosional, konsumsi

lemak dan obesitas.Variabel dependen adalah

resiko terjadinya stroke di Klinik Rawat Jalan

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandungyaitu

Klinik Jantung dan Klinik Penyakit Dalam.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasi yang diambil

adalah klien rawat jalan di Klinik Rawat Jalan

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung dengan

batasan klien adalah klien yang menderita

hipertensi yang berusia 25-70 tahun yang

berobat pada Maret 2013 sebanyak 77 orang.

dengan batasan waktu penelitian dari Mei-Juni

2013 sebanyak 77 responden. Dalam penelitian

ini digunakan tehnik non probality sampling

yaitu purposive sampling dengan cara melihat

status pasien yang berobat di klinik rawat jalan

yaitu klinik jantung dan klinik penyakit dalam.,

lalu peneliti akan menyesuaikan dengan waktu

dan kriteria inklusi yaitu:

a. Klien yang rawat jalan di Rumah Sakit Santo

Borromeus yaitu klinik jantung dan klinik

penyakit dalam.

b. Klien dengan penyakit hipertensi.

c. Klien yang berusia 25-70 tahun.

d. Klien yang bersedia menjadi responden dan

mendatangani surat persetujuan.

e. Klien dengan keadaan umum baik.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan instrument

penelitian yaitu kuesioner. Peneliti

menggunakan lembar kuesioner dengan skala

Guttmann yaitu “ya” dan “tidak” yang berisi

pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan

positif bernilai satu (1) untuk jawaban “ya” dan

bernilai nol (0) untuk jawaban “tidak”, dan

untuk pertanyaan negatif benilai satu (1) untuk

jawaban “tidak” dan bernilai nol (0) untuk

jawaban “ya”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran singkat lahan penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Jantung

dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus karena banyak ditemukan pasien

yang mengalami hipertensi dan peneliti

mengambil pasiensebanyak 77 pasien yang

dilakukan selama bulan Mei-Juni

2013.Karakteristik pasien yang datang adalah

pasien yang keadaan ekonomi menengah

keatas.Pasien tersebut kontrol ±1 bulan sekali

dan kebanyakan berasal dari Bandung dan

sekitarnya.Kekhasan masyarakat Jawa Barat

adalah suka mengkonsumsi makanan yang

mengandung banyak garam seperti ikan asin.

Pemahaman para pasien hipertensi yang rawat

jalan di Klinik Jantung dan Penyakit Dalam

yaitu rata-rata mereka sudah mengetahui gaya

hidup yang baik bagi penderita hipertensi.

2. Karakteristik pasien

Karakteristik pasiendisajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi sebagai berikut:

a. Menurut jenis kelamin

Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang

rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

berjenis kelamin perempuan (62,3%).

b. Menurut usia

Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang

rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

berusia 60 tahun keatas yaitu (59,7%).

Page 4: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 59

c. Menurut klasifikasi tekanan darah

Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang

rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

memiliki tekanan darah berkisar antara sistole 120-

139 mmHg dan diastole 80-89 mmHg

(prehipertensi) sebanyak 47 orang (61,0%)

d. Menurut keteraturan kontrol

Sebagian besar pasienhipertensi yang sedang rawat

jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung teratur

kontrol ke rumah sakit sebanyak (75,3%).

e. Menurut pekerjaan

Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang

rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

adalah ibu rumah tangga atau sudah pensiun (dll)

sebanyak (61,0%).

f. Menurut pendidikan

Kurang dari setengah pasienhipertensi yang sedang

rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

memiliki pendidikan terakhir SMA (48,1%).

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Bivariat

a. Hubungan Gaya Hidup Pada

PasienHipertensi Dengan Resiko

Terjadinya Stroke

Tabel 4.15

Analisis Hubungan Antara Gaya Hidup dengan

Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi

Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung

Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung (n=77)

Gaya

hidup

Resiko stroke

Total P-

value Terjadi

Tidak

terjadi

F % F % F %

Baik 10 30,3 23 69,7 33 100 0,000

Buruk 37 84,1 7 15,9 44 100

Total 47 61.0 30 39.0 77 100

Berdasarkan data pada tabel 4.15 menunjukkan

bahwa hubungan antara gaya hidup pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di

Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah

Sakit Santo Borromeus Bandung,dari 33pasien

yang memiliki gaya hidup baik, sebanyak 10 orang

(30,3%) memiliki resiko terjadinya stroke. Untuk

gaya hidup buruk, dari 44 pasien, sebanyak 37

orang (84,1%) memiliki resiko terjadinya stroke.

Secara statistik didapatkan bahwa semakin baik

gaya hidup pada pasien hipertensi, maka resiko

terjadinya stroke pun menurun.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000

(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada

hubungan antara gaya hidup dengan resiko

terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang

rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

Page 5: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 60

b. Hubungan Gaya Hidup: Konsumsi Lemak Pada

PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya

Stroke

Tabel 4.16

Analisis Hubungan Antara Konsumsi Lemak

dengan Resiko Terjadi Stroke Pada

PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan

Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

(n=77)

Berdasarkan data pada tabel 4.16 menunjukkan

hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,105

(>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan

bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi lemak

pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya

stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Secara

statistik didapatkan data yang signifikan yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

konsumsi lemak pada pasien hipertensi dengan

resiko terjadinya stroke, walaupun dari 60 pasien

yang mengkonsumsi lemak, terdapat 40 pasien

(66,7%) yang memiliki resiko stroke sedangkan

bagi 17 pasien yang tidak mengkonsumsi lemak,

terdapat 7 orang (41,2%) yang memiliki resiko

terjadinya stroke.

c. Hubungan Gaya Hidup: Konsumsi Natrium

Pada PasienHipertensi Dengan Resiko

Terjadinya Stroke

Tabel 4.17

Analisis Hubungan Antara Konsumsi Natrium

Pada PasienHipertensi dengan Resiko Terjadi

Stroke Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik

Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit

Santo Borromeus Bandung (n=77)

Konsumsi

natrium

Resiko stroke

Total P-

value Ya Tidak

F % F % F %

Ya 37 84,1 7 15,9 44 100

0.000 Tidak 10 30,3 23 69,7 33 100

Total 47 61,0 30 39,0 77 100

Berdasarkan data pada tabel 4.17 menunjukkan

bahwa hubungan antara konsumsi natrium pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di

Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah

Sakit Santo Borromeus Bandung, dari 44pasien

yang mengkonsumsi natrium, sebanyak 37 pasien

yang memiliki resiko stroke (84,1%), sedangkan

dari 33 pasien yang tidak mengkonsumsi natrium,

sebanyak 10 orang (30,3%) yang memiliki resiko

stroke. Secara statistik didapatkan bahwa semakin

sedikit pasien hipertensi mengkonsumsi natrium,

resiko terhadap stroke pun menurun.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,00

(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada

hubungan antara konsumsi natrium dengan resiko

terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang

rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

Konsumsi

lemak

Resiko stroke

Total P-

value Ya Tidak

F % F % F %

Ya 40 66,7 20 33,3 60 100

0,105 Tidak 7 41,2 10 58,8 17 100

Total 47 61,0 30 39,0 77 100

Page 6: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 61

d. Hubungan Gaya Hidup: Merokok Pada

PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya

Stroke

Tabel 4.18

Analisis Hubungan Antara Merokok dengan

Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi

Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik

Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah

Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)

Berdasarkan data pada tabel 4.18 menunjukkan

bahwa hubungan antara merokok pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di

Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah

Sakit Santo Borromeus Bandungdengan resiko

terjadinya stroke, dari 51pasien yang merokok,

sebanyak 37 yang memiliki resiko stroke (72,5%),

sedangkan dari 26 pasien yang tidak merokok,

sebanyak 10 orang (38,5%) yang memiliki resiko

terjadinya stroke. Secara statistik didapatkan bahwa

pasien hipertensi yang merokok memiliki resiko

stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pasien hipertensi yang tidak merokok.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,008

(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada

hubungan antara merokok pada pasienhipertensi

dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik

Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung.

e. Hubungan Gaya Hidup: Stres Emosional Pada

PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya

Stroke

Tabel 4.19

Analisis Hubungan Antara Stres Emosional

dengan Resiko Terjadi Stroke Pada

PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di

Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)

Stres

Emosional

Resiko stroke

Total P-

value Ya Tidak

F % F % F %

Ya 34 64,2 19 35,8 53 100

0,562 Tidak 13 54,2 11 45,8 24 100

Total 47 61,0 30 39,0 77 100

Berdasarkan data pada tabel 4.19 menunjukkan

hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,562

(>0,05),maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima

dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak

ada hubungan antara stres emosional pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di

Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah

Sakit Santo Borromeus Bandung. Secara statistik

didapatkan data yang signifikan yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara stres emosional

pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya

stroke walaupun dari 53 pasien, sebanyak 34 orang

(64,2%) yang memiliki resiko stroke sedangkan

bagi 24 pasien yang tidak mengalami stres

emosional didapatkan sebanyak 13 orang (54,2%)

yang memiliki resiko stroke.

Merokok

Resiko stroke

Total P-

value

Ya Tidak

F % F % F %

Ya 37 72,5 14 27,5 51 100 0,008

Tidak 10 38,5 16 61,5 26 100

Total 47 61,0 30 39,0 77 100

Page 7: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 62

f. Hubungan Gaya Hidup: Akohol Pada

PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya

Stroke

Tabel 4.20

Analisis Hubungan Antara Alkohol dengan

Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi

Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung

Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung (n=77)

Berdasarkan data pada tabel 4.20 menunjukkan

bahwa hubungan antara konsumsi alkohol pada

pasienhipertensi pada pasienhipertensi di Poliklinik

Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandungdengan resiko terjadinya

stroke, dari 17 pasien yang mengkonsumsi alkohol,

sebanyak 10 orang (55,8%) yang memiliki resiko

stroke, sedangkan dari 60 pasien yang tidak

mengkonsumsi alkohol terdapat 37 orang (61,7%)

yang memiliki resiko stroke.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value1,000

(>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan

bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi alkohol

dengan resiko terjadinya stroke pada

pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di

Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah

Sakit Santo Borromeus Bandung.Dimungkinkan

penyebab resiko stroke pada pasien hipertensi

bukan berasal dari alkohol namun dari konsumsi

natrium dan merokok.

g. Hubungan Gaya Hidup: Obesitas Pada

PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya

Stroke

Tabel 4.21

Analisis Hubungan Antara Obesitas dengan

Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi

Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung

Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung (n=77)

Obesitas

Resiko stroke

Total P-

value Ya Tidak

F % F % F %

Ya 2 28,6 5 71,4 7 100

0,103 Tidak 45 42,7 25 35,7 70 100

Total 47 61,0 30 39,0 77 100

Berdasarkan data pada tabel 4.21 menunjukkan

bahwa hubungan antara obesitas pada

pasienhipertensi pada pasienhipertensi di Poliklinik

Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandungdengan resiko terjadinya

stroke, dari 7pasien yang obesitas, sebanyak 2

pasien yang memiliki resiko stroke (28,6%),

sedangkan dari 70 pasien yang tidak obesitas

sebanyak 45 orang (42,7%) yang memiliki resiko

stroke.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,103

(>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan

bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan

resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang

sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan

Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus

Bandung.Dimungkinkan penyebab hipertensi bukan

dari obesitas namun dari konsumsi natrium dan

merokok.

A. Pembahasan

1. Bivariat

a. Hubungan gaya hidup pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya

stroke.

Dari hasil penelitian didapatkan pasien

dengan gaya hidup buruk dan beresiko

terjadinya stroke sebanyak 37 orang

(84,1%). Didapatkan p value 0,000 (<0,05)

Konsumsi

Alkohol

Resiko stroke

Total P-

value Ya Tidak

F % F % F %

Ya 10 58,8 7 41,2 17 100

0,888 Tidak 37 61,7 23 38,3 60 100

Total 47 61,0 30 39,0 77 100

Page 8: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 63

maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan

bahwa ada hubungan antara gaya hidup

dengan resiko terjadinya stroke pada

pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di

Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

Dalam jurnal Sorot tahun 2012 tentang

prevalensi hipertensi dan determinannya di

Indonesia menyebutkan bahwa penyakit

hipertensi yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan peluang 7 kali lebih besar

terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena

congestive heart failure, dan 3 kali lebih

besar terkena serangan jantung. Dilihat dari

angka kejadian komplikasi pada penyakit

hipertensi, peluang untuk terjadinya stroke

paling besar diantara penyakit congestive

heart failure dan serangan jantung.

Dalamjurnal (Chiuve, SE,dkk,2008) dalam

American Health Association yang berjudul

Primary Prevention of Stroke by Healthy

Lifestyle mengatakan bahwa gaya hidup

yang beresiko rendah yang dikaitkan dengan

penurunan resiko beberapa penyakit kronis

juga mungkin bermanfaat dalam pencegahan

stroke, stroke iskemik khususnya.

Dilihat dari jurnal di atas dan hasil penelitian

yang dilakukan mempertegas hubungan

antara gaya hidup buruk pada pasien

hipertensi lebih tinggi untuk memiliki resiko

terjadinya stroke.

b. Hubungan gaya hidup: konsumsi lemak pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya

stroke.

Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang

mengkonsumsi lemak dan beresiko stroke

sebanyak 40 orang (51,9%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value 0,105 (>0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha

ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada

hubungan antara konsumsi lemak dengan resiko

terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang

sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan

Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus

Bandung.

Menurut penelitian Reddy, Srinath and

Martijn,Katan, 2003 tentang Diet, Nutrition And

The Prevention Of Hypertension And

Cardiovascular Diseases menyatakan bahwa

konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan

stroke. Ada perbedaan antara jurnal dan hasil

penelitian.dari hasil penelitian yang didapatkan

bahwa tidak ada hubungan antara gaya hidup:

konsumsi lemak dengan resiko terjadinya stroke.

Dilihat dari karakteristik responden yang

terdapat di jurnal dengan dalam penelitian ini

berbeda salah satunya ras.

Untuk pencegahan hipertensi salah satunya

adalah mengkonsumsi obat-obatan hipertensi

(Marliani,Lili dan H. Tantan,2007). Dalam

penelitian ini dapat dilihat bahwa pasien di

Klinik Jantung dan Penyakit Dalam teratur

kontrol di rumah sakit sehingga pasien

mendapatkan obat-obatan anti hipertensi dan

lebih paham tentang bahaya konsumsi lemak

pada pasien hipertensi. Didukung juga dengan

tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu

SMA sebanyak 37 pasien (48,1%) dan

perguruan tinggi 25 pasien (32,5%)yang

mendukung informasi yang telah diberikan di

rumah sakit mampu dimengerti dengan lebih

baik oleh pasien sehingga menghasilkan

perubahan sikap yang baik dan tempat tinggal

pasien yang terletak di perkotaan menyebabkan

mudahnya mengakses informasi dari media

cetak maupun media elektronik.

c. Hubungan gaya hidup: konsumsi natrium

pada pasienhipertensi dengan resiko

terjadinya stroke.

Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang

mengkonsumsi natrium dan beresiko stroke

sebanyak 37 orang (84,1%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value 0,000 (<0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada

hubungan antara konsumsi natrium dengan

resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi

yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung

dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung.

Penelitian ini diperkuat dengan jurnal

(Adrogué,HJ,dkk,2007) The New England

Journal Of Medicine Tentang Sodium And

Potassium In The Pathogenesis Of Hypertension

mengatakan bahwa konsumsi natrium dan

kalium lebih dari 150 mmol per hari akan

Page 9: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 64

meningkatkan tekanan darah pada penderita

hipertensi akan meningkatkan tekanan darah,

apabila hal ini berlanjut maka akan berakibat

pada terjadinya penyakit kardiovaskular.

Dalam

penelitian(Wahyuningsih,A,dkk,2012)menunjuk

kan ada hubungan kepatuhan diet dengan

kejadian komplikasi pada penderita hipertensi.

Hal ini disebabkan karena kepatuhan diet pada

penderita hipertensi adalah patuh dan kejadian

komplikasi pada penderita hipertensi adalah

tidak terjadi komplikasi.

Penderita hipertensi patuh dalam melaksanakan

perintah, mentaati aturan dan disiplin dalam

menjalankan program diet yang telah

ditentukan. Selain itu penderita hipertensi juga

patuh terhadap diet rendah garam, tidak

merokok, menghindari obesitas dan tidak

minum alkohol sehingga komplikasi hipertensi

dapat dikendalikan.

Selain itu, dilihat dari karakteristik pasien yang

berobat di Klinik Jantung dan Penyakit Dalam

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung,

sebagian besar berasal dari Jawa Barat yang

menyukai makanan yang asin seperti ikan asin.

Tempat tinggal para pasien pun di perkotaan

sehingga memiliki gaya hidup yang praktis.

Ditegaskan oleh (Dalimartha, Setiawan, 2008)

yaitu modernisasi biasanya mengubah gaya

hidup menjadi lebih praktis.

d. Hubungan gaya hidup: merokok pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya

stroke.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,008

(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan

bahwa ada hubungan antara merokok pada

pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di

Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah

Sakit Santo Borromeus Bandung. Hal ini

diperkuat oleh beberapa jurnal, yaituJurnal

Kedokteran Yarsi tahun 2003 berjudul merokok

sebagai resiko stroke oleh Soeparto Isyadi

menjelaskan bahwa rokok meningkatkan resiko

stroke sekitar 40% pada pria dan 60% pada

wanita. Peningkatan resiko stroke dua kali lipat

pada perokok berat.

Menurut Jurnal (Iswasi,S, 2001) berjudul

MerokokSebagai Resiko Stroke mengatakan

bahwa meta-analisis studi ini menunjukkan

bahwa merokok merupakan faktor resiko

stroke.Merokok merupakan kebiasaan sekaligus

gaya hidup yang berdampak buruk bagi

kesehatan. Asap rokok mengandung beberapa

zat berbahaya yang sering disebut oksidator. Zat

oksidator ini menimbulkan kerusakan pada

dinding arteri. Dinding arteri yang rusak akibat

asap rokok akan menjadi lokasi penimbunan

lemak, sel trombosit, kolestrol, dan terjadi

penebalanlapisan otot polos dinding arteri.

Kondisi ini disebut sebagai aterotrombotik.

Aterotrombotik menyebabkan diameter rongga

arteri menyempit. Selain itu, aterotrombotik

meyebabkan diameter rongga arteri menyempit.

Selain itu, aterotrombotik biasanya menyebakan

kerapuhan dinding pembuluh darah arteri.

Aterotrombotik menyebabkan aliran darah ke

beberapa organ tubuh termasuk otak tersumbat

dan beresiko menimbulkan stroke(Wahyu,

Genis, 2010).

Merokok dalam penelitian ini yaitu pasien

merupakan perokok aktif, pasien mengatakan

tidak dapat berhenti merokok, dan di rumah

pasien ada salah satu anggota keluarga yang

merokok sehingga pasien merasa seperti

perokok pasif.

e. Hubungan gaya hidup: stres emosional pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya

stroke.

Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p value

0,562 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini

memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan

antara stres emosional pada pasienhipertensi

yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung

dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung. Menurut penelitian

(Prawesti,Dian dan Hesty Titis, 2012) tentang

Stress With The Incidence Of Hipertension

Complications To Patients With Hypertension

mengatakan bahwa ada hubungan antara stres

pada pasien hipertensi dengan terjadinya

komplikasi hipertensi salah satunya stroke.

Page 10: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 65

Ada perbedaan antara jurnal dan hasil penelitian.

Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak

terdapat hubungan antara gaya hidup: stres

emosional pada pasien hipertensi dengan resiko

stroke karena pasienteratur kontrol hipertensi

sehingga mendapatkan obat anti-hipertensi yaitu

sebanyak 58 pasien (75,3%) sehingga sudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya

stres emosional terhadap peningkatan tekanan

darah. Peneliti berpendapat bahwa pasien sering

terpapar informasi dari media cetak dan media

elektronik tentang bahaya stres pada

hipertensi.Selain itu, pekerjaan lebih dari

setengah pasien adalah pensiunan dan ibu rumah

tangga dimungkinkan ketika mengalami stres

yang menggangu konsentrasi, pasien dapat

istirahat sejenak dan behenti dari aktivitas yang

sedang dilakukan karena pasien tidak bekerja

lagi.

f. Hubungan gaya hidup: konsumsi alkohol

pada pasienhipertensi dengan resiko

terjadinya stroke.

Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang

tidak konsumsi alkohol namun beresiko stroke

sebanyak 37 orang (61,7%). Pada hasil uji

statistik diperoleh nilai p value1,000 (>0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan

Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak

ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan

resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi

yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung

dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung.

Penelitian oleh (Prawesti, Dian dan Hesty Titis

Prasetyorini, 2012) mengatakan bahwa ada

hubungan antara konsumsi alkohol pada pasien

hipertensi dengan kejadian komplikasi

hipertensi, salah satunya ialah stroke.

Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak

terdapat hubungan antara gaya hidup: konsumsi

alkohol pada pasien hipertensi dengan resiko

stroke. Disebabkan pasien yang mengkonsumsi

alkohol sedikit (61,0%) sehingga efek alkohol

pada penderita hipertensi dengan kejadian stroke

pun menurun. Ini dapat disebabkan oleh

perbedaan budaya dan ajaran agama di

Indonesia yang jarang atau melarang untuk

mengkonsumsi alkohol.

g. Hubungan gaya hidup: obesitas pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya

stroke.

Dari hasil penelitian didapatkan pasienyang

tidak obesitas namun beresiko stroke sebanyak

45 pasien (42,7%). Hasil uji statistik diperoleh

nilai p value 0,103 (>0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,

hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada

hubungan antara obesitas pada pasienhipertensi

yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung

dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung.

Penelitian oleh (Prawesti, Dian dan Hesty Titis

Prasetyorini, 2012) mengatakan bahwa ada

hubungan antara obesitas pada pasien hipertensi

dengan kejadian komplikasi hipertensi, salah

satunya ialah stroke.

Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak

terdapat hubungan antara gaya hidup obesitas

pada pasien hipertensi dengan resiko stroke.

Dimungkinkan karena pasienteratur kontrol

hipertensi sehingga mendapatkan obat anti-

hipertensi yaitu sebanyak 58 pasien (75,3%).

Juga bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan

pasienyaitu SMA sebanyak 37 pasien (48,1%)

dan perguruan tinggi 25 pasien (32,5%)

sehingga pasienlebih mudah untuk menerima

informasi yang diberikan tentang bahaya

obesitas terhadap komplikasi hipertensi.

SIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap 77

pasienhipertensi yang rawat jalan di Poliklinik

Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo

Borromeus Bandung, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup pada

pasien hipertensi sebanyak 44 pasien (57,1%)

memiliki gaya hidup buruk.

2. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:

konsumsi lemak pada pasien hipertensi

didapatkan sebanyak 60 pasien(77,9%) tidak

mengkonsumsi lemak.

3. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:

konsumsi natrium pada pasien hipertensi

Page 11: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 66

didapatkan sebanyak 44 pasien(57,1%)

mengkonsumsi natrium.

4. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:

merokok pada pasien hipertensi didapatkan

sebanyak 51 pasien(66,2%) yang merokok.

5. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: stres

emosional pada pasien hipertensi didapatkan

sebanyak 53 pasien(68,8%) yang stres

emosional.

6. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:

konsumsi alkohol pada pasien hipertensi

didapatkan sebanyak 60 pasien (77,9%)

7. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:

obesitas pada pasien hipertensi didapatkan

sebanyak 70 pasien(87,5%) yang tidak obesitas.

8. Hasil penelitian ini didapatkan resiko terjadinya

stroke pada pasien hipertensi didapatkan

sebanyak 47 (61,0%) pasienyang beresiko

stroke.

9. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan

antara gaya hidup dengan resiko terjadinya

stroke dengan p-value 0,000 (<0,05).

10. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada

hubungan antara gaya hidup: konsumsi lemak

pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya

stroke dengan p-value 0,105 (>0,05).

11. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan

gaya hidup: konsumsi natrium pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke

dengan p-value 0,000 (<0,05).

12. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan

gaya hidup: merokok pada pasienhipertensi

dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value

0,008 (<0,05).

13. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada

hubungan gaya hidup: stres emosional pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke

dengan p-value 0,562 (>0,05).

14. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada

hubungan gaya hidup: alkohol pada pasien

hipertensi dengan resiko terjadinya stroke

dengan p-value 0,888 (>0,05).

15. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada

hubungan gaya hidup: obesitas pada

pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke

dengan p-value 0,103 (>0,05).

SARAN

1. Bagi pasien dengan hipertensi

Gaya hidup buruk dapat berakibat terjadinya

resiko stroke, oleh karena itu, perlu melakukan

kontrol teratur dan mempertahankan gaya hidup

sehat.

2. Bagi STIKes St. Borromeus

Penelitian ini diharapkan menambah bahan

literatur bagi bagian perpustakaan di Stikes St.

Borromeus.

3. Bagi Rumah Sakit Santo Borromeus

a. Melakukan penyuluhan secara kontinue pada

pasien hipertensi tentang gaya hidup yang

baik.

b. Menambah leaflet atau brosur yang

berhubungan dengan gaya hidup yang baik

pada pasien hipertensi.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi bahan rujukan untuk penelitian tentang

gaya hidup yang paling beresiko terhadap

terjadinya resiko stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Alimul , Azis. 2002. Riset Keperawatan & Tehnik

Penelitian Ilmiah Edisi Pertama. Jakarta:

Salemba Medika

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak

Menular Solusi Pencegahan dari Aspek

Perilaku dan Lingkungan.2006. Jakarta: TT

Elex Media Komputindo

Asmani. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:

EGC

Azis, Iwan, dkk. 2010. Pembangunan

Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi. Jakarta:

Kepustakaan popular Gramedia

Brashers, Valentina.2007. Aplikasi Klinis

Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen.

Jakarta: EGC

Budiman.2011.Ilmu Kedokteran Pencegahan &

Komunitas.Jakarta: EGC

Cahyono, Suharjo. 2008.Gaya Hidup dan Penyakit

Modern. Jogjakarta: Kanisius

Page 12: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 67

Corwin,Elisabeth.2009.Buku Saku

Patofisiologi.Jakarta: EGC

Crapps, W. Robert. 2008. Pengembangan

Kepribadian Dan Keagamaan. Jogjakarta:

Kanisius

Dahlan, Sopiyudin. 2001.Statistik Untuk

Kedokteran dan Kesehatan: edisi 3. Jakarta:

Salemba Medika

Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self,

Hipertensi. Depok: Penebar Plus+

Davey,Patrick. 2003. Medicine At a Glance.

Jakarta:Erlangga

Dharma, Kelana.2011. Metodologi Penelitian

Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan

Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans

Info Media

Gunawan,Lany.2007. Hipertensi.Jogjakarta:

Kanisius

Harmanto,Ning.2006.Herbal Untuk

Keluarga.Jakarta: Gramedia

Huon,Gray.2002.Kardiologi.Jakarta: Erlangga

Medical Series

Joewana,Satya.2003.Gangguan Mental dan

Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif:

Penyalahgunaan

NAPZA/NARKOBA/E2.Jakarta:EGC

Kowalski,Robert.2010.Terapi Hipertensi.Bandung:

Qanita

Muchtadi,Deddy. 2009. Pengantar Ilmu

Gizi.Bandung: ALFABETA CV

Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba

Medika

Ramayulis,Rita.2010. Menu & Resep untuk

Penderita Hipertensi.Jakarta: Penebarplus+

Safrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan

Komunitas. Jakarta: EGC

Soeharto,Iman.2001.Kolestrol & Lemak Jahat,

Kolestrol & Lemak Baik Dan Proses

Terjadinya Serangan dan Stroke.Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Smeltzer,Suzanne.2001.Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedal Brunner & Suddarth.

Jakarta:EGC

Sutomo,Budi. 2009.Menu Sehat Penakluk

Hipertensi. Jakarta: DeMedia Pustaka

Tjay,Tan dan Kirana Raharja.2007.Obat-Obat

Penting:Khasiat, Penggunaan, Dan Efek

Sampingnya.Jakarta: Gramedia

Turner,Rick.2010. New Drug Development: An

Introduction to Clinical Trials, Second

Edition. London: Springer Science+Business

Media

Wahyu,Genis.2010.Stroke.Jakarta: B First

Jurnal

Adrogue, Horacio,2007. Mechanisms Of Disease

Sodium And Potassium In The Pathogenesis

Of Hypertension. Diperoleh dari

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJM

ra064486tanggal 14 Febuari 2013

Brown, CD, dkk., Body Mass Index and the

Prevalence of Hypertension and

Dyslipidemia. Diperoleh dari

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1038/o

by.2000.79/full tanggal 10 Juli 2013

Chiuve,Stephanie,dkk., Primary Prevention of

Stroke by Healthy Lifestyle. Diperoleh dari

http://circ.ahajournals.org/content/118/9/947.

short tanggal 2 Juli 2013

Nuraeni, Desi,dkk.,

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Lemak Jenuh Dan

Obesitas Sentral Dengan Kolesterol Total

Pada Dosen Dan Karyawan Universitas

Siliwangi Tasikmalaya 2012. Diperoleh dari

http://journal.unsil.ac.id/download.php?id=8

29 tanggal 2 Juli 2013

Page 13: Literatur 2

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 68

Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati

Tuminah,2009.Prevalensi Hipertensi

danDeterminannya di Indonesia. Diperoleh

dari

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php

/idnmed/article/download/700/699 tanggal 17

maret 2013

Wahyuningsih, Aries dan Adek Wibowo.,

Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kejadian

Komplikasi Pada Penderita Hipertensi Di

Ruang Rawat Inap Di Rs. Baptis Kediri.

Diperoleh dari

http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/st

ikes/article/view/18433 diunduh tangga 2 Juli

2013)