LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar...

41
PENUNTUN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING TERAPI OBAT FAKULTAS FARMASI USU TIM PENYUSUN STAFF DAN ASISTEN LABORATORIUM DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI FARMASI LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING TERAPI OBAT FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

Transcript of LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar...

Page 1: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING TERAPI OBAT

FAKULTAS FARMASI USU

TIM PENYUSUN

STAFF DAN ASISTEN LABORATORIUM

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI FARMASI

LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN

MONITORING TERAPI OBAT

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

Page 2: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

i

LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING TERAPI

OBAT

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BIODATA MAHASISWA

NAMA :

NIM :

KELOMPOK :

PROGRAM :

FAKULTAS :

UNIVERSITAS :

Pas Foto

3 x 4

Page 3: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

ii

STAF LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING

TERAPI OBAT

FAKULTAS FARMASI USU

Kepala Laboratorium : Embun Suci Nasution, S.Si., M. Farm. Klin., Apt.

Staf Laboratorium : Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.

Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt.

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt.

Drs. Rasmadin Muchtar., M.S., Apt.

Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt.

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Apt.

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., Apt.

Dr. Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt.

Yuandani, S.Farm., M.Si., Apt.

Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt.

Asisten : Trya Nur Indah, S.Farm

Dhea Nurfadillah, S.Farm

Zainul Fuad Nurhadi

Cindi Indriyani

Joule De Ceva Magribi

Kurnia Lavinda Yusfa

Sigit Duiharianto

Desy Ariyanti Panjaitan

Chrystal Jennifer Grundling

Ulva Khairani Ritonga

Nurnasuha Binti Zainal Abidin

Page 4: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

iii

PERATURAN LABORATORIUM

1. Syarat mengikuti praktikum adalah sebagai berikut:

- Mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah farmakokinetika klinik dan Monitoring Terapi

Obat

- Mahasiswa telah mengisi kartu rencana studi untuk mengikuti praktikum

farmakokinetika klinik dan Monitoring Terapi Obat

- Melampirkan salinan kartu rencana studi : 1 lembar

- Pas foto berwarna ukuran 3x4 : 2 lembar

2. Praktikum dimulai pukul 13.30 WIB pada hari pertama dan pukul 07.30 pada hari kedua.

Praktikan harus hadir tepat waktu.

3. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib memakai jas praktikum, sarung tangan,

masker, badge nama dan diwajibkan mengikuti tata cara berpakaian Fakultas Farmasi USU.

4. Setiap kelompok bertanggung jawab atas kebersihan meja dan alat-alat paktikum serta

mengembalikan peralatan dalam keadaan bersih.

5. Data praktikum dinyatakan sah apabila telah ditandatangani oleh asisten yang bertugas.

6. Laporan praktikum dibuat tertulis dan diserahkan satu hari sebelum praktikum selanjutnya.

7. Apabila dalam laboratorium terjadi keadaan yang berbahaya, praktikan harus segera

melapor pada dosen/asisten yang bertugas, dan bila dalam praktikum menemui kesulitan

atau kesukaran mintalah petunjuk dosen/asisten yang bertugas.

8. Praktikan yang berhalangan hadir harus memberikan keterangan tertulis atau surat

keterangan dokter apabila sakit.

9. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum diwajibkan melakukan kegiatan praktikum di

hari lainnya.

Page 5: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

iv

DAFTAR ISI

Biodata Mahasiswa .................................................................................................................... i

Staf Laboratorium Farmakokinetika Klinik dan Monitoring Terapi Obat ............................... ii

Peraturan Laboratorium ............................................................................................................ iii

Daftar Isi ................................................................................................................................... iv

Bab I Penetapan Parameter Farmakokinetika Sulfametoksazol Setelah

Pemberian Dosis Tunggal Per Oral Menggunakan Data Darah .............. 1

Bab II Penetapan Parameter Farmakokinetika Parasetamol Setelah Pemberian

Dosis Tunggal Per Oral Menggunakan Data Darah ............................. 12

Bab III Penentuan Kadar Asam Salisilat Dalam Darah

.....................................................................................................................

21 .................................................................................................................

Bab IV Profil Farmakokinetika Sulfametoksazol Pada Kondisi Gagal Ginjal

.....................................................................................................................

27 .................................................................................................................

Bab V Profil Farmakokinetika Sulfametoksazol Pada Kondisi Gagal Hati

.....................................................................................................................

34 .................................................................................................................

Page 6: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

1

PERCOBAAN I

PENETEPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL

SETELAH PEMBERIAN

DOSIS TUNGGAL PER ORAL MENGGUNAKAN DATA DARAH

I. Tujuan

Agar mahasiswa mampu menetapkan dan menghitung parameter

farmakokinetika parasetamol setelah pemberian dosis tunggal per oral berdasarkan

data kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu.

I. Tinjauan Pustaka

Seperti telah diketahui bahwa parameter farmakokinetika adalah besaran

yang diturunkan secara matematis dari model berdasar hasil pengukuran kadar obat

utuh dan atau metabolitnya di dalam darah, urin, atau cairan hayati lainnya. Mengapa

demikian?, di samping tempat yang paling cepat dicapai oleh obat, darah juga

merupakan tempat yang paling logis bagi penetapan kadar obat dalam badan. Dalam

praktek, uji dengan data darah paling banyak dipergunakan. Karena darahlah yang

mengambil obat dari tempat absorpsi, menyebarkannya ke tempat distribusi / aksi.

Serta membuangnya ke organ eliminasi.

Kegunaan menetapkan parameter farmakokinetika suatu obat adalah untuk

mengkaji kinetika absorpsi, distribusi, dan eliminasinya di dalam badan. Di mana

hasil kajian ini, di antaranya memiliki arti penting dalam penetapan aturan dosis.

Parameter farmakokinetika yang dapat dipergunakan untuk mengkaji kinetika

absorpsi suatu obat diantaranya adalah konstanta kecepatan absorpsi (ka), luas daerah

di bawah kurva (AUC), dan fraksi obat yang diabsorpsi(bioavaibilitas/F). Sedang

untuk kinetika distribusi adalah volume distribusi (Vd atau VdSS). Dan untuk kinetika

eliminasi adalah klirens total (ClT), konstanta kecepatan eliminasi (Kel atau β) dan

waktu paruh eliminasi (t1/2).

Cara perhitungan parameter farmakokinetika tersebut, dapat dikerjakan

seperti pada Tabel I dan II, setelah diperoleh data kadar obat di dalam darah / plasma

Page 7: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

2

ka

2,303

α

2,303

B

A

ka

2,303

α

2,303

lawan waktu. Terlihat pada kedua tabel tersebut, bahwa untuk menghitung parameter

farmakokinetika setelah pemberian oral (Vd dan CLT), diperlukan parameter F

(fraksi obat yang diabsorpsi=bioavaibilitas). Paramter F ini diperoleh dengan

membandingkan nilai AUC pemberian oral dengan nilai AUC pemberian intravena.

Dengan perkataan lain data intravena juga diperlukan untuk menghitung parameter

farmakokinetika obat setelah pemberian oral.

Dengan kertas grafik semilogaritmik, kita dapat memplotkan data kadar obat

lawan waktu. Dari data gambar kadar obat lawan waktu dapat ditetapkan parameter-

parameter farmakokinetika.

1. intravena 2. per oral

Cp0 Cp0 = A = B

numerik t numerik t

Gambar 1. Kinetika obat model satu kompartemen terbuka

1. intravena 2. per oral

numerik t numerik t

Gambar 2. Kinetika obat model dua kompartemen terbuka

Kel

2,303

Kel

2,303

β

2,303

β

2,303

Page 8: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

3

Tabel 1. Perhitungan parameter farmakokinetika obat model satu

kompartemen terbuka

Kinetika Parameter Perhitungan

Satuan Intravena Oral

Absorpsi

Distribusi

Eliminasi

ka

AUC0 → ∞

F

Vd

CLT

Kel

t1/2

-

Trapezoidal

-

D

Cp0

D

AUC0 → ∞

Residual

0,693

Kel

Residual

Trapezoidal

AUC p.o.

AUC i.v.

D x F

Cp0

D x F

AUC0 → ∞

Residual

0,693

Kel

menit-1

( mg x ml-1 ) menit

-

ml

ml x menit-1

menit-1

menit

Page 9: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

4

Tabel 2. Perhitungan parameter farmakokinetika obat model dua

kompartemen terbuka

Kinetika Parameter Perhitungan

Satuan Intravena Oral

Absorpsi

Distribusi

Eliminasi

ka

AUC0 → ∞

fa

α

k21

k12

Vc

VdSS

CLT

β

t1/2β

Kel

-

B A

+

β α

-

Residual

A x β + B x α

A + B

α + β – k21 - Kel

D

A + B

k12 + k21

x Vc

k21

D

AUC0 → ∞

Residual

0,693

β

α x β

k21

Residual

M L N

+ -

β α ka

AUC p.o.

AUC i.v.

Residual

L x β + M x α

L + M

α + β – k21 - Kel

D x F

M + L

k12 + k21

x Vc

k21

D x F

AUC0 → ∞

Residual

0,693

β

α x β

k21

menit-1

( mg x ml-1 ) menit

-

menit-1

menit-1

menit-1

ml

ml

ml x menit-1

menit-1

menit

menit-1

Page 10: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

5

Parameter farmakokinetika suatu obat diperoleh dari hasil pengukuran kadar

obat tak berubah atau metabolitnya di dalam cairan tubuh (darah, urin, saliva atau

cairan lainnya). Oleh karena itu, pemahaman terhadap langkah-langkah analisis obat

dalam cairan tubuh merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian

farmakokinetika. Termasuk dalam langkah-langkah tersebut meliputi:

1. mencari jangka waktu larutan obat memiliki resapan tetap,

2. mencari panjang gelombang larutan obat dengan resapan terbesar,

3. membuat kurva baku eksternal / internal.

4. mencari harga perolehan kembali (ketelitian metode)

5. mencari koefisien variansi (ketepatan metode)

Untuk memberikan efek biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus

berinteraksi dengan reseptor atau tempat aksi atau sel target, dengan kadar yang

cukup tinggi. Sebelum mencapai reseptor, obat terlebih dahulu harus melalui proses

farmakokinetik. Fasa farmakokinetik meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II

adalah proses absorpsi molekul obat yang menghasilkan ketersediaan biologis obat,

yaitu senyawa aktif dalam cairan darah yang akan didistribusikan kejaringan atau

organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses distribusi, metabolisme dan

ekskresi obat, yang menentukan kadar senyawa aktif pada kompartemen tempat

reseptor berada.

Faktor – faktor penentu dalam proses farmakokinetik adalah :

1. Sistem kompartemen dalam cairan tubuh, seperti : cairan intrasel, ekstrasel

(plasma darah, cairan interstitial, cairan cerebrospinal) dan berbagai fasa lipofil

dalam tubuh.

2. Protein plasma, protein jaringan dan berbagai senyawa biologis yang mungkin

dapat mengikat obat.

3. Distribusi obat dalam berbagai sistem kompartemen biologis, terutama

hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat

menentukan kinetika obat.

4. Dosis sediaan obat, transport antar kompartemen seperti proses absorpsi,

bioaktivasi, biodegradasi dan ekskresi yang menentukan lama obat dalam

tubuh (Siswandono, 1998).

Page 11: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

6

Karena konsentrasi obat adalah elemen penting untuk menentukan

farmakokinetika suatu individu maupun populasi, konsentrasi obat diukur dalam

sample biologi seperti air susu, saliva, plasma dan urine. Sensitivitas, akurasi, dan

presisi dari metode analisis harus ada untuk pengukuran secara langsung obat dalam

matriks biologis. Untuk itu metode penetapan kadar secara umum perlu divalidasi

sehingga informasi yang akurat didapatkan untuk monitoring farmakokinetik dan

klinik (Shargel, 1999).

Pengukuran konsentrasi obat di darah, serum, atau plasma adalah pendekatan

secara langsung yang paling baik untuk menilai farmakokinetik obat di tubuh. Darah

mengandung elemen seluler mencakup sel darah merah, sel darah putih, keping

darah, dan protein seperti albumin dan globulin. Pada umumnya serum atau plasma

digunakan untuk pengukuran obat. Untuk mendapatkan serum, darah dibekukan dan

serum diambil dari supernatan setelah disentrifugasi. Plasma diperoleh dari

supernatan darah yang disentrifugasi dengan ditambahkan antikoagulan seperti

heparin. Oleh karena itu serum dan plasma tidak sama. Plasma mengalir keseluruh

jaringan tubuh termasuk semua elemen seluler dari darah. Dengan berasumsi bahwa

obat di plasma dalam kesetimbangan equilibrium dengan jaringan, perubahan

konsentrasi obat akan merefleksikan perubahan konsentrasi perubahan konsentrasi

obat di jaringan (Shergel, 1999).

Dalam sebuah analisis obat dalam cairan hayati, ada hal - hal penting dalam

farmakokinetika yang digunakan sebagai parameter – parameter, antara lain yaitu :

Tetapan (laju) invasi atau tetapan absorpsi. Volume distribusi yang menghubungkan

jumlah obat di dalam tubuh dengan konsentrasi obat ( C ) di dalam darah atau

plasma. Ikatan protein. Laju eliminasi dan waktu paruh dalam plasma (t1/2).

Bersihan (Cleareance) renal, ekstrarenal dan total. Luas di bawah kurva dalam

plasma (AUC), dan Ketersediaan hayati.

Dalam penetapan kadar obat dalam darah (cairan tubuh), metode yang

digunakan harus tepat, dan dalam pengerjaannya diperlukan suatu ketelitian yang

cukup tinggi agar diperoleh hasil yang akurat. Sehingga nantinya dapat menghindari

kesalahan yang fatal. Dalam analisis ini, kesalahan hasil tidak boleh lebih dari 10%

(tergantung pula alat apa yang digunakan dalam analisis) (Ritschel, 1976).

Cepat, simpel, dan sensitive telah membuat spektrofotometer UV-VIS menjadi suatu

Page 12: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

7

metode analisis farmasetika yang sangat popular untuk pengukuran secara kuantitatif

obat dan metabolit dalam sampel biologi. Salah satu alasan penting atas

kepopulerannya adalah karena sensitivitas dari metode ini.

Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 1/2 jam dan masa paruh

plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersbar ke sluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25 %

parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol digunakan sebagai analgesik dan

antipiretik (Anonim,1995).

Parasetamol sejumlah 10-15 gram dapat menyebabkan nekrosis hepatoseluler

berat dan kadang-kadang nekrosis tubuli ginjal. Kadar dalam darah antara 4-10 jam

setelah minum obat, yang mencapai 300 µg/ml dapat menyebabkan kerusakan hati

(Wenas, 1999).

II. Alat Dan Bahan

2.1 Bahan yang digunakan

Bahan obat parasetamol

Asam triklorasetat (TCA) 20%

Natrium nitrit 10 %

Asam sulfamat 15 %

NaOH 10 %

HCl 6 N

2.2 Alat yang digunakan

1. Skalpel 6. Labu takar 10 ml dan 100 ml

2. Vortex 7. Stop Watch

3. Tabung reaksi 8. Sentrifuge

4. Kuvet 9. Spektrofotometer

5. Pipet volume 0,1 ml, 0,2 ml, 1,0 ml, 2,0 ml.

Page 13: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

8

III. Pelaksanaan Praktikum

3.1 Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)

Parasetamol ditimbang seksama 1000 mg, dilarutkan dalam air panas dan

diencerkan sampai 100 ml. (10000 ppm)

3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Untuk Penetapan Kadar Parasetamol

3.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Absorbsi Maksimum Parasetamol

Penentuan kurva absorbsi Parasetamol dilakukan dengan cara memipet 0,1 ml

LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan darah segar 1 ml, 2,9

ml aquades dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan dengan alat vortex

selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,5 ml HCl 6 N dan 1 ml

NaNO2 10%, campur baik-baik dan diamkan 15 menit. Selanjutnya dengan hati-hati

ditambahkan 1 ml ammonium sulfamat 15% melalui dinding labu diikuti

penambahan 3,5 ml NaOH 10% dan aquades sampai 10 ml. Diamkan 5 menit lalu

absorbsi diukur dengan menggunakan panjang gelombang 400 nm sampai 800 nm.

3.2.2 Penentuan Operating Time

Penentuan Operating Time Parasetamol dilakukan dengan cara memipet 0,1

ml LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan darah segar 1 ml,

2,9 ml aquades dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan dengan alat

vortex selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5

menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,5 ml HCl 6 N dan 1 ml

NaNO2 10%, campur baik-baik dan diamkan 15 menit. Selanjutnya dengan hati-hati

ditambahkan 1 ml ammonium sulfamat 15% melalui dinding labu diikuti

penambahan 3,5 ml NaOH 10% dan aquades sampai 10 ml. Diamkan 5 menit lalu

absorbsi diukur dengan menggunakan panjang gelombang maksimum yang didapat

setiap 1 menit selama 30 menit.

Page 14: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

9

3.2.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Parasetamol

Pembuatan kurva kalibrasi Parasetamol dilakukan dengan cara membuat satu

seri larutan Parasetamol dengan mempipet LIB sebanyak 0,1 ml, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4

ml, 0,5 ml, masing-masing ditambah darah segar 1 ml, kemudian ditambahkan

aquades 2,9, 2,8, 2,7, 2,6, dan 2,5 ml berturut-turut sesuai dengan banyaknya LIB

yang dipipet dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan selama 5 menit

kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,5 ml HCl 6 N dan 1 ml

NaNO2 10%, campur baik-baik dan diamkan 15 menit. Selanjutnya dengan hati-hati

ditambahkan 1 ml ammonium sulfamat 15% melalui dinding labu diikuti

penambahan 3,5 ml NaOH 10% dan aquades sampai 10 ml. Diamkan 5 menit lalu

diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada

kurva absorpsi dan pada waktu operating time.

3.3 Pemberian Obat dan Pengambilan Darah pada Kelompok Percobaan

Percobaan dibagi dalam 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Pada kelompok pertama (kelompok kontrol), tidak diberi Parasetamol.

Kelompok kedua, (kelompok perlakuan), diberi Parasetamol secara oral dengan dosis

tunggal 1000 mg, Lalu darah disampling, melalui pembuluh darah vena pada menit

ke 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, dan 150 sebanyak 1 ml.

3.4 Analisis Parasetamol dari Cuplikan Darah

Satu ml cuplikan darah ditambahkan 3 ml aquades dan 1 ml TCA 20%,

kemudian di homogenkan dengan selama 5 menit dan diikuti dengan sentrifuge 5

menit dengan kecepatan 2500 rpm.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,5 ml HCl 6 N dan 1 ml

NaNO2 10%, campur baik-baik dan diamkan 15 menit. Selanjutnya dengan hati-hati

ditambahkan 1 ml ammonium sulfamat 15% melalui dinding labu diikuti

penambahan 3,5 ml NaOH 10% dan aquades sampai 10 ml. Diamkan 5 menit lalu

Page 15: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

10

diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada

kurva absorpsi dan pada waktu operating time.

3.4.1 Berdasarkan Kurva Log. Kadar vs Waktu, tentukan :

a. Model farmakokinetika Parasetamol

b. Tetapkan parameter farmakokinetika sesuai dengan model

farmakokinetika yang didapat seperti pada Tabel 1 atau 2.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, ed. IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia , Jakarta

Ritschel, W. A, 1976, Handbook of Basic Pharmacokinetics, 1st edition, hal 78, Drug

Inteligence Publication Inc. Hamillton, USA.

Siswandono, Bambang Soekardjo, 1998, Prinsip-Prinsip Rancangan

Obat, hal 85, Airlangga University Press, Surabaya

Shargel, L., Yu, B.C. Andrew., 1999, Applied Biopharmaceutics &

Pharmacokinetics, edisi 4, hal 30-32, Appleton & Lange, USA

Wenas, 1999, Kelainan Hati Akibat Obat, Buku Ajar Penyakit Dalam, jilid 1, edisi 3,

363-369, Gaya Baru, Jakarta

Page 16: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

11

DATA PERCOBAAN

Page 17: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

12

Page 18: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

13

Page 19: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

14

PERCOBAAN II

PENENTUAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM DARAH

I. Tujuan.

Untuk menentukan kadar asetosal dalam darah.

II. Tinjauan Pustaka.

Asetosal merupakan ester salisilat dari asam. Berbentuk kristal putih seperti

batang/jarum, berbau. Sedikit larut dalam air, sangat larut dalam alkohol. pKa : 3,5.

Aspirin bekerja dengan mengasetilasi enzim prostaglandin H2 endoperoxide

synthase (PGHS) & menghambat kerja enzim COX secara permanen. COX-1

umumnya ada di semua sel termasuk platelet. Aspirin relatif selektif menghambat

COX-1 & sedikit COX-2. PGH2 dalam platelet & endotel vaskular memproduksi

tromboxan A2 (bertanggung jawab dalam agregasi platelet dan vasokonstriksi) &

prostacyclin (bertanggung jawab dalam menghambat agregasi platelet &

vasodilatasi) sehingga dosis sangat bervariasi. Efek pada darah : Menghambat fase

kedua agregasi platelet & mencegah pelepasan adenosin diphospate (ADP) dari

platelet & faktor 4 platelet. Mekanisme sebagai antitrombotik adalah dengan

menghambat sintesa prostaglandin di vena. Aspirin dosis rendah dapat mencegah

trombosis dengan cara menghambat secara selektif sintesa PGHS & tromboxan A2.

III. Metodologi Percobaan.

3.1 Bahan

1. Asetosal

2. Heparin

3. Hg(Cl)2

4. HCl pekat

5. Fe(NO3)3.9H2O

6. Etanol 95%

Page 20: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

15

3.2 Alat

1. Skalpel 6. Labu takar 10 ml dan 100 ml

2. Vortex 7. Stop Watch

3. Tabung reaksi 8. Sentrifuge

4. Kuvet 9. Spektrofotometer

5. Pipet volume 0,1 ml, 0,2 ml, 1,0 ml, 2,0 ml.

IV. Jalannya Praktikum

4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)

Asam Salisilat ditimbang seksama 1000 mg, dilarutkan dalam sedikit etanol

dan diencerkan sampai 100 ml dengan aquades. (10000 ppm)

4.2 Pembuatan Pereaksi Trinder

HgCl2 sebanyak 4 g, Fe(NO3)3.9H2O sebanyak 4 g dan HCl pekat sebanyak

12 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, lalu ditambahkan aquades sampai

batas tanda.

4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Untuk Penetapan Kadar Asam Salisilat

4.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Absorbsi Maksimum Asam Salisilat

Penentuan kurva absorbsi Asam Salisilat dilakukan dengan cara memipet 0,1

ml LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan 1 ml Heparin, darah

segar 1 ml dan 2,9 ml pereaksi Tinder. Semua campuran di homogenkan dengan alat

vortex selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5

menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tanda. Absorbsi diukur

dengan menggunakan panjang gelombang 400 nm sampai 800 nm.

4.3.2 Penentuan Operating Time

Penentuan Operating Time Asam Salisilat dilakukan dengan cara memipet

0,1 ml LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan 1 ml Heparin,

darah segar 1 ml dan 2,9 ml pereaksi Tinder. Semua campuran di homogenkan

dengan alat vortex selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500

rpm selama 5 menit.

Page 21: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

16

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tanda. Absorbsi diukur

dengan menggunakan panjang gelombang maksimum yang didapat setiap 1 menit

selama 30 menit.

4.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Salisilat

Pembuatan kurva kalibrasi Asam Salisilat dilakukan dengan cara membuat

satu seri larutan Asam Salisilat dengan mempipet LIB sebanyak 0,1 ml, 0,2 ml, 0,3

ml, 0,4 ml, 0,5 ml, masing-masing ditambah dengan 1 ml Heparin, darah segar 1 ml,

kemudian ditambahkan pereaksi Tinder 2,9, 2,8, 2,7, 2,6, dan 2,5 ml berturut-turut

sesuai dengan banyaknya LIB yang dipipet. Semua campuran di homogenkan selama

5 menit kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tanda. Diukur

absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva

absorpsi dan pada waktu operating time.

4.4 Pemberian Obat dan Pengambilan Darah pada Kelompok Percobaan

Percobaan dibagi dalam 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Pada kelompok pertama (kelompok kontrol), tidak diberi Asam Salisilat

(Aspirin). Kelompok kedua, (kelompok perlakuan), diberi Asam Salisilat (Aspirin)

secara oral dengan dosis tunggal 500 mg, Lalu darah disampling, melalui pembuluh

darah vena pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, dan 150 sebanyak 1 ml.

4.5 Analisis Salisilat dari Cuplikan Darah

Satu ml cuplikan darah ditambah dengan 1 ml Heparin, kemudian

ditambahkan pereaksi Tinder 3 ml. Semua campuran di homogenkan selama 5 menit

kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml dan diencerkan dengan aquades sampai garis tanda. Diukur

absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva

absorpsi dan pada waktu operating time.

Page 22: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

17

4.5.1 Berdasarkan Kurva Log. Kadar vs Waktu, tentukan :

c. Model farmakokinetika Asam Salisilat

d. Tetapkan parameter farmakokinetika sesuai dengan model

farmakokinetika yang didapat seperti pada Tabel 1 atau 2.

Hasil dan Pembahasan.

Dosis asetosal dalam darah ditentukan dengan rumus :

Dosis individu (mg) = Dosis lama (mg) x

DAFTAR PUSTAKA

Walson, P.D. 1998. Therapeutic Drug Monitoring in Special Population. Clin Chem.

44, 415-419.

Kadar puncak yang didapat (µg/ml)

Kadar puncak dosis lama (µg/ml)

Page 23: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

18

DATA PERCOBAAN

Page 24: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

19

Page 25: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

20

PERCOBAAN III

PROFIL FARMAKOKINETIKA SULFAMETOKSAZOL

PADA KONDISI GAGAL GINJAL

I. Tujuan

Mempelajari profil farmakokinetika obat pada kondisi gagal ginjal dengan

menggunakan hewan percobaan yang mengalami gagal ginjal akut.

II. Tinjauan Pustaka

Ginjal merupakan salah satu organ vital tubuh yang berperan dalam proses

eliminasi (metabolisme dan ekskresi) suatu obat. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal

maka akan mengakibatkan perubahan pada farmakokinetika obat tersebut karena

perubahan kadar obat dalam darah.

Fase farmakokinetika merupakan salah satu unsur penting yang menentukan

profil keberadaan zat aktif pada tingkat biofase dan selanjutnya menentukan aktifitas

terapeutik obat. Oleh karena itu, perubahan pada fase ini akan mengubah potensi

obat atau bahkan dapat menimbulkan efek toksik.

Gagal ginjal diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kronik dan akut. Gagal ginjal

kronik merupakan perkembangan yang progresif dan lambat. Berlangsung beberapa

tahun. Gagal ginjal akut berkembang dalam beberapa hari atau beberapa minggu.

Gagal ginjal akut merupakan sindrom klinik akibat kerusakan metabolik atau

patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan kuat.

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

Spektrofotometer

Sentrifuge

Vortex

Neraca Analitik

Polytube

Stopwatch

Page 26: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

21

Alat-alat Gelas

3.2 Bahan

Sulfametoksazol

TCA

NaNO2

Ammonium Sulfamat

N (1-naftil) etilendiamin

Uranil Nitrat

IV. Jalannya Praktikum

4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)

Sulfametoksazol ditimbang seksama 1000 mg, dilarutkan dalam sedikit

NaOH 10% dan diencerkan dengan aquades sampai 100 ml. (10000 ppm)

4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Untuk Penetapan Kadar Sulfametoksazol

4.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Absorbsi Maksimum Sulfametoksazol

Penentuan kurva absorbsi Sulfametoksazol dilakukan dengan cara memipet

0,1 ml LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan darah segar 1

ml, 2,9 ml aquades dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan dengan

alat vortex selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama

5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%, campur

baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan 0,2 ml

ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml lalu diamkan lagi selama 20 menit.

Absorbsi diukur dengan menggunakan panjang gelombang 400 nm sampai 800 nm.

4.2.2 Penentuan Operating Time

Penentuan operating time Sulfametoksazol dilakukan dengan cara memipet

0,1 ml LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan darah segar 1

ml, 2,9 ml aquades dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan dengan

Page 27: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

22

alat vortex selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama

5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%, campur

baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan 0,2 ml

ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml dan diukur absorbansinya pada

panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva absorpsi setiap menit

selama 30 menit.

4.2.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Sulfametoksazol

Pembuatan kurva kalibrasi Sulfametoksazol dilakukan dengan cara membuat

satu seri larutan Sulfametoksazol dengan mempipet LIB sebanyak 0,1 ml, 0,2 ml,

0,3 ml, 0,4 ml, 0,5 ml, masing-masing ditambah darah segar 1 ml, kemudian

ditambahkan aquades 2,9, 2,8, 2,7, 2,6, dan 2,5 ml berturut-turut sesuai dengan

banyaknya LIB yang dipipet dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan

selama 5 menit kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%, campur

baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan 0,2 ml

ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml dan diukur absorbansinya pada

panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva absorpsi dan pada waktu

operating time.

4.2.4 Pemberian Obat dan Pengambilan Darah pada Hewan Percobaan

Percobaan dibagi dalam 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Sebelum perlakuan hewan dipuasakan (12-18 jam) terlebih dahulu. Pada

kelompok pertama (kelompok kontrol), hewan uji diberi Sulfametoksazol secara oral

dengan dosis 52 mg/kgBB. Kelompok kedua, (kelompok perlakuan), kepada hewan

uji diberi Sulfametoksazol secara oral dengan dosis yang sama, tetapi tiga hari

sebelumnya diberi praperlakuan uranil nitrat dengan dosis tunggal 2,6 mg/kgBB

Page 28: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

23

secara injeksi intraperitonial EE4. Lalu darah disampling, melalui vena marginal

kelinci pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, dan 150 sebanyak 1 ml.

4.3 Analisis Sulfametoksazol dari Cuplikan Darah

Satu ml cuplikan darah ditambahkan 3 ml aquades dan 1 ml TCA 20%,

kemudian di homogenkan dengan selama 5 menit dan diikuti dengan sentrifuge 5

menit dengan kecepatan 2500 rpm.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%, campur

baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan 0,2 ml

ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml dan diukur absorbansinya pada

panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva absorpsi dan pada waktu

operating time.

4.3.1 Berdasarkan Kurva Log. Kadar vs Waktu, tentukan :

e. Model farmakokinetika Sulfametoksazol,

f. Tetapkan parameter farmakokinetika sesuai dengan model

farmakokinetika yang didapat seperti pada Tabel 1 atau 2.

g.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyono, Djoko, Rahman, Arief, dan Nugroho, Agung. (2007). Profil

Farmakokinetika Sulfasetamid pada Tikus Gagal Ginjal Karena Diinduksi

Uranil Nitrat. Majalah Farmasi Indonesia. 18(3) : 117-123.

Page 29: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

24

DATA PERCOBAAN

Page 30: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

25

Page 31: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

26

Page 32: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

27

PERCOBAAN IV

PROFIL FARMAKOKINETIKA SULFAMETOKSAZOL

PADA KONDISI GAGAL HATI

I. Tujuan

Mempelajari perubahan profil farmakokinetika obat pada kondisi gagal hati

dengan menggunakan hewan percobaan yang mengalami gagal hati akut.

II. Tinjauan Pustaka

Hati adalah organ tubuh utama dan mempunyai fungsi yang sangat kompleks,

sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan untuk memetabolisme

berbagai senyawa dalam tubuh. Hati sering menjadi organ sasaran zat toksikan

karena sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal dan

setelah diserap toksikan dibawa oleh vena porta ke hati (first pass effect).

Gangguan pada fungsi hati akan mengakibatkan gangguan pada proses

metabolisme sehingga dapat mengubah farmakokinetika obat. Perubahan nilai

parameter farmakokinetika akan mengakibatkan perubahan aktivitas terapeutik obat.

III. Alat dan Bahan

3.5 Alat

Spektrofotometer

Sentrifuge

Vortex

Neraca Analitik

Polytube

Stopwatch

Alat-alat Gelas

3.6 Bahan

Sulfametoksazol

TCA

NaNO2

Page 33: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

28

Ammonium Sulfamat

N (1-naftil) etilendiamin

CCl4

IV. Jalannya Praktikum

4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)

Sulfametoksazol ditimbang seksama 1000 mg, dilarutkan dalam sedikit

NaOH 10% dan diencerkan dengan aquades sampai 100 ml. (10000 ppm)

4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Untuk Penetapan Kadar Sulfametoksazol

4.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Absorbsi Maksimum Sulfametoksazol

Penentuan kurva absorbsi Sulfametoksazol dilakukan dengan cara memipet

0,1 ml LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan darah segar 1

ml, 2,9 ml aquades dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan dengan

alat vortex selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama

5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%, campur

baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan 0,2 ml

ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml lalu diamkan lagi selama 20 menit.

Absorbsi diukur dengan menggunakan panjang gelombang 400 nm sampai 800 nm.

4.2.2 Penentuan Operating Time

Penentuan operating time Sulfametoksazol dilakukan dengan cara memipet

0,1 ml LIB kedalam tabung reaksi 5 ml. Lalu ditambahkan dengan darah segar 1

ml, 2,9 ml aquades dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan dengan

alat vortex selama 3 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama

5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%, campur

baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan 0,2 ml

ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

Page 34: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

29

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml dan diukur absorbansinya pada

panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva absorpsi setiap menit

selama 30 menit.

4.2.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Sulfametoksazol

Pembuatan kurva kalibrasi Sulfametoksazol dilakukan dengan cara membuat

satu seri larutan Sulfametoksazol dengan mempipet LIB sebanyak 0,1 ml, 0,2 ml,

0,3 ml, 0,4 ml, 0,5 ml, masing-masing ditambah darah segar 1 ml, kemudian

ditambahkan aquades 2,9, 2,8, 2,7, 2,6, dan 2,5 ml berturut-turut sesuai dengan

banyaknya LIB yang dipipet dan 1 ml TCA 20%. Semua campuran di homogenkan

selama 5 menit kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan dalam labu

tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%, campur

baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan 0,2 ml

ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml dan diukur absorbansinya pada

panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva absorpsi dan pada waktu

operating time.

4.2.4 Pemberian Obat dan Pengambilan Darah pada Hewan Percobaan

Percobaan dibagi dalam 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Sebelum perlakuan hewan dipuasakan (12-18 jam) terlebih dahulu. Pada

kelompok kontrol, hewan uji diberi Sulfametoksazol secara oral dengan dosis 52

mg/kgBB. Kelompok perlakuan, kepada hewan uji diberi Sulfametoksazol secara

oral dengan dosis yang sama, tetapi tiga hari sebelumnya diberi praperlakuan CCL4

dengan dosis tunggal 0,52 mg/kgBB secara injeksi intraperitonial. Lalu darah

disampling, melalui vena marginal kelinci pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90,

120, dan 150 sebanyak 1 ml.

Page 35: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

30

4.3 Analisis Sulfametoksazol dari Cuplikan Darah

Satu ml cuplikan darah ditambahkan 3 ml aquades dan 1 ml TCA 20%,

kemudian dihomogenkan selama 5 menit, dan disentrifuge 5 menit dengan kecepatan

2500 rpm.

Setelah disentrifuge, seluruh supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam

labu tentukur 10 ml. Kedalam labu tentukur ditambahkan 0,2 ml NaNO2 0,1%,

campur baik-baik dan diamkan 3 menit. Selanjutnya dengan hati-hati ditambahkan

0,2 ml ammonium sulfamat 0,5% melalui dinding labu dan diamkan 2 menit, diikuti

penambahan 0,6 ml N (1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan diamkan 5 menit di tempat

gelap lalu ditambahkan aquades sampai 10 ml dan diukur absorbansinya pada

panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada kurva absorpsi dan pada waktu

operating time.

4.3.1 Berdasarkan Kurva Log. Kadar vs Waktu, tentukan :

h. Model farmakokinetika Sulfametoksazol,

i. Tetapkan parameter farmakokinetika sesuai dengan model

farmakokinetika yang didapat seperti pada Tabel 1 atau 2.

j. Bandingkan nilai parameter farmakokinetika pada hewan yang

diinduksi CCL4 dengan hewan yang tidak diinduksi

DAFTAR PUSTAKA

Ganda, Ruqiah, handharyani, Ekowati, Chairul, Masriani, Zakiah, Zulfah, dan

Manalu, Wasmen. (2007). Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida

Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Tikus. Makara, Kesehatan. 11(1) : 11-16.

Page 36: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

31

DATA PERCOBAAN

Page 37: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

32

PERCOBAAN V

THERAPEUTIC DRUG MONITORING ( TDM ) CIPROFLOXACIN

TDM telah menjadi suatu pelayanan yg essential untuk kondisi pasien krinis kritis

di rumah sakit. Hal ini bukan hanya krn akibat pesatnya perkembangan

Pharmacology, Analytical chemistry dan Clinical medicine, ttp juga sbg akibat

munculnya obat yg memerlukan monitoring rutin agar dicapai efek terapi optimal.

Terapi Optimal yaitu kondisi dimana efek pengobatan maksimal,efek toksik dan efek

samping diminimalkan.

TDM perlu dilaksanakan untuk obat dgn kriteria sbb :

1. Hubungan dosis dgn response sulit diperkirakan

2. Tidak mempunyai titik akhir klinis yg jelas

3. Rentang terapi jelas

4. Rentang terapi sempit

TDM melibatkan pengukuran serum drug concentration ( SDC ) dan clinical

pharmacokinetics. Berbagai golongan obat mempunyai hubungan ( korelasi ) yg

baik dgn respons farmakologi.

Commonly Monitored Drugs

1. Antibiotics :

Aminoglycosides

Immunusuppressive agents ( cyclosporine )

Chloramphenicol

Vancomycin

Other antiinfective agents

2. Bronchdilator: Theophylline

3. Analgesic, Antipyretic, Antiinflammatory Agents

4. Antiepileptics : phenobarbital, phenytoin etc.

5. Antineoplastics

6. Cardiac Agents : antiarhytmics ( lidocain, propranolol etc.)

cardiac glycosides ( digitoxin, digoxin )

7. Psychoactive agents

Tricyclic Antideppressants :amitriptyline, imipramine etc

Page 38: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

33

PELAKSANAAN TDM

1. Physician ( dokter ) :

Mendiagnosa penyakit

Memilih obat,dosis dan interval

Memonitor respon klinik

2. Clinical Pharmacist ( apoteker ) :

Mengkordinasikan wkt pengambilan sampel yg sesuai

Interpretasi hasil SDC

Berkordinasi dgn dokter utk menentukan dosis yg tepat

Membantu monitoring respon klinik

3. Nurse ( perawat ) :

Memberikan dan mendokumentasikan obat yg diberikan.

Memonitor respon klinik.

4. Laboratory personnel :

Mencatat wkt pengambilan specimen pemberian dosis dan rute

Memberikan hasil SDC.

Membatu interpretasi hasil SDC.

Monitoring Kadar Obat dalam Serum

• Sebelum melakukan monitoring kadar obat dalam serum, kesesuaian regimen

dievaluasi dengan memonitoring efek terapi atau efek menguntungkan dari

obat sekaligus mengobservasi kemungkinan terjadinya efek merugikan atau

efek toksik pada pasien.

• Monitoring kadar obat dalam darah sudah lazim digunakan sebagai

intermediate endpoint dalam terapi untuk memepertahankan efek pterapi dan

mencegah efek toksik.

• TDM sesuai untuk obat yang mempunyai indeks terapeutik sempit dan

parameter farmakokinetika yang bervariasi antarindividu.

Page 39: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

34

Tujuan Percobaan:

Menggunakan kadar obat dalam darah untuk membantu mempertahankan efek terapi

pada pasien untuk mengoptimalkan efek terapi, meminimalkan efek samping dan

meniadakan efek toksik.

Variabel-variabel yang harus dipertimbangkan untuk mengevaluasi hubungan

parameter farmakokinetika/konsentrasi dengan respons

Harapan dalam terapi, well controlled trials?

• Pertimbangan kondisi pasein: usia, berat badan, obesitas, jenis dan berat-

ringannya penyakit. age, weight/degree of obesity, type and severity of

illness.

• Keberadaan penyakit lain

• Penggunaan obat bersamaan

• Akurasi dan presisi pengukuran efek

• Akurasi dan presisi pengukuran kadar obat

Variabilitas/keanekaragaman paien dapat terjadi secara:

1. Farmakokinetika obat (hubungan dosis dan konsentrasi obat)

2. Farmakodinamika (hubungan konsentrasi dan efek obat)

TAHAPAN PELAKSANAAN TDM

1. Tentukan kondisi klinis pasien

2. Tentukan jika ada obat lain/penyakit pasien yang akan merubah

farmakokinetika dan farmakodinamika obat.

3. Perkirakan nilai parameter farmakonetika yang paling mendekati untuk

pasien (V, Cl, k, t1/2. fu) berdasarkan kondisi klinis pasien.

4. Tentukan rute pemberian obat.

5. Pilih konsentrasi yang direncanakan

5.1. IV BOLUS AND INFUS

5.1.1. Hitung dosis muatan: LD = V x Css

5.1.2. Hitung dosis pertahanan : MD = Cl x Css

5.2. IV and EXTRAVASCULAR MULTIPLE DOSES :

5.2.1. Tentukan frekuensi pemberian obat untuk mencapai konsentrasi yang

direncanakan diatas.

F

CavClD .

Page 40: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

35

5.2.2. Tentukan interval pemberian maksimum berdasarkanMEC and Cmax

max =1.44 t1/2 . lnז

5.2.3. Pilih salah satu interval ז berikut: 6, 8, 12 atau 24 jam (khususnya

untuk peroral)

5.2.4. Kalikan nilai yang diperoleh pada point 5.2.1 dan 5.2.2

5.2.5. Pemberian regimen yang telah dihitung kepada pasien oleh dokter

5.2.6. Monitor repons pasien terhadap regimen terapi

5.2.7. Ukur kadar obat dalam darah pada waktu yang tepat

5.2.8. Tentukan apakah diperlukan penyesuain dosis berdasarkan repons

pasien atau tanda-tanda toksisitas/overdosis.

5.2.9. Gunakan kadar obat dalam darah untuk melakukan penyesuaian dosis

yang baru.

5.2.10. Pantau kembali respon terapi

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

Waktu pengambilan sampel tergantung kepada rute pemberian dan farmakokinetik

obat.

1. Rute IV : konsentrasi maksimum cepat dicapai

pengambilan sampelbiasanya dilakukan 20 s/d 30 menit

setelah obat diberikan, untuk antibiotika gol. Aminoglikosida

sampel diambil 30 menit setelah obat diberikan.

2. Rute i.m : Konsentrasi maksimum dicapai biasanya 30- 60 menit

Setelah obat diinjeksikan.

3. Rute per oral: Kecepatan per oral bervariasi, tergantung kpd banyak faktor

spt tlh diuraikan terlebih dahulu.Biasanya pengambilan sam

pel dilakukan pada tmax obat ybs.

4. Rute infus : Pengambilan sampel biasanya dilakukan bbrp saat sebelum

atau sesudah dicapai Css ( Css dicapai dlm waktu 3,3 t1/2 ).

min

max

C

C

Page 41: LABORATORIUM FARMAKOKINETIKA KLINIK DAN MONITORING … · 2020. 7. 8. · hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat. 4. Dosis

36

SOAL/KASUS

Seorang pasien ( AG ), laki-laki, 46 thn menderita GGK . Nilai Creatinine 0,5 mg/dl,

nilai creatinine normal adalah 0,7 – 1,4 mg/dl. Mula-mula pasien diberi Seftriaxone

inj ( vial 1 gram/12 jam ) selama 4 hari, kemudian diganti dengan Siprofloksasin ( 2

x 250 mg ) selama 2 hari. Data parameter farmakokinetik Siprofoksasin adalah sbb :

t ½ = 4 jam ;

V = 2L/kgBB ;

F = 0,8 ;

Range Terapi = 3,4 -4,3ng/ml,

BB = 55 kg

Cl=13,8 L/jam

Hitung dosis dan interval pemberian Siprofoksasin yang rasional untuk pasien

tersebut di atas.