1. fraktur

download 1. fraktur

of 35

Transcript of 1. fraktur

  • 5/21/2018 1. fraktur

    1/35

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1.TulangI.1.1. Anatomi

    Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,

    proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh, metabolisme

    kalsium dan mineral, dan organ hematopoetik. Tulang termasuk jaringan

    pengikat khusus yang terdiri atas bahan antar sel yang mengalami

    kalsifikasi/mineralisasi dan beberapa macam sel-sel tulang seperti

    osteoblas, osteosit dan osteoklas.

    Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:

    1. Tulang panjang (femur, tibia, ulna dan humerus)2. Tulang pendek (vertebra dan tulang-tulang karpal)3. Tulang pipih (iga, scapula dan pelvis)

    Secara makroskopis terdiri dari substantia compacta dan substantia

    spongiosa. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum dan lapisanprofunda disebut endosteum. Bagain tengah os longum disebut corpus,

    ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk

    persendiaan dengan tulang lainnya.

    Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis,

    ujung tulang disebut epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian

    diantara keduanya disebut metaphysis, tempat pertumbuhan memanjang

    dari tulang (peralihan antara cartilago menjadi osseum). Tulang terdiri

    atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan

    bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya

    dilapisi oleh periosteum. Pada anak lebih tebal daripada orang dewasa,

    yang memungkingkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat

    dibandingkan orang dewasa (Rasjad, 2007; Buranda, 2011).

  • 5/21/2018 1. fraktur

    2/35

    Gambar 1. Anatomi Tulang

    I.1.2. Histologi dan Fisiologi

    I.1.2.1. Berdasarkan histologisnya, maka dikenal :

    a. Tulang imatur (non-lamellar, woven bone, fiber bone)b.

    Tulang matur (matur bone, lamellar bone)

    - Tulang kortikal- Tulang trabekular

    Secara histologis perbedaan tulang matur dan imatur terutama

    dalam jumlah sel, jaringan kolagen dan mukopolisakarida. Tulang

    imatur ditandai dengan sistem Haversian atau osteon yang

    memberikan kemudahan sirkulasi melalui korteks yang tebal.

    Tulang matur kurang mengandung sel dan lebih banyak substansi

    semen dan mineral disbanding dengan tulang matur (Rasjad, 2007).

    I.1.2.2. Selsel tulang dan Fungsinya

    Osteoblas merupakan salah satu jenis hasil diferensiasi sel

    mesenkim yang sangat penting dalam proses osteogenesis dan

    osifikasi. Sebagai sel, osteoblas dapat memproduksi substansi

    organik intraseluler dan matriks, dimana kalsifikasi terjadi di

  • 5/21/2018 1. fraktur

    3/35

    kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut

    osteoid dan apabila kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan

    disebut tulang. Sesaat setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi

    organik intraseluler, disebut osteosit dimana kejadian ini terjadi

    dalam lakuna.

    Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh

    permukaan tulang dengan sifat dan fungsi resorpsi serta

    mengeluarkan tulang yang disebut osteoklas. Kalsium hanya dapat

    dikeluarkan dari tulang melalui proses aktivitas osteoklasis yang

    menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan

    disebut deosifikasi (Rasjad, 2007).

    I.1.2.3. Proses osteogenesis

    a. Osifikasi Intramembranosa (Desmalis / langsung)Awalnya beberapa sel mesenkhim dalam membran mesenkhim

    berdiferensiasi menjadi fibroblas untuk membentuk sabut

    sabut kolagen sehingga terbentuk jaringan pengikat longgar

    berupa membran. Osifikasi dimulai saat sekelompok sel

    mesenkhim yang lain berdiferensiasi menjadi osteoblas di dalam

    membran jaringan pengikat yang terbentuk. Terjadi pada tulang

    pipih.

    b. Osifikasi EndokondralDiawali dengan pembentukan tulang rawan pada epifisis

    kemudian terjadi kalsifikasi pada matrik tulang rawan.

    Akibatnya sel tulang rawan mati lalu ditempati osteoblas.

    Setelah itu akan terjadi pembentukan tulang seperti biasanya.Proses osifikasi endokondral pada epifisis sebagai berikut :

    Pusat osifikasi di sini mirip dengan pusat osifikasi pada diafisis

    tetapi pertumbuhan lebih lanjut tidak secara memanjang tetapi

    radier.

  • 5/21/2018 1. fraktur

    4/35

    Gambar 2. Pertumbuhan tulang

    I.1.2.4. Komposisi tulang

    a. Substansi organik : 35%b. Substansi inorganik: 45%c. Air : 20%

    I.1.2.5. Fungsi utama tulang

    1. Membentuk rangka badan2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot3. Bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan organ

    dalam

    4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik

    (Rasjad, 2007).

    I.2.FrakturI.2.1. Definisi

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

    tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

    (De Jong, 2003).

    Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,

    tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial

    (Rasjad, 2007).

  • 5/21/2018 1. fraktur

    5/35

    I.2.2. Etiologi

    a. Cedera Traumatik1. Kekerasan langsung: menyebabkan fraktur pada titik terjadinya

    kekerasan.

    2. Kekerasan tidak langsung: menyebabkan fraktur ditempat yangjauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang fraktur biasanya

    adalah bagian yang palng lemah dalam jalur hantaran vektor

    kekerasan.

    3. Kekerasan akibat tarikan otot: fraktur akibat tarikan otot agakjarang terjadi. Contoh fraktur akibat tarikan otot adalah fraktur

    patela dan olekranon, karena otot triseps dan biseps mendadak

    berkontraksi.

    b. Fraktur PatologiDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan

    trauma minor dapat mengakibatkan fraktur.

    c. Secara SpontanDisebabkan oleh stress tulang yang terus menerus (Oswari, 2000).

    I.2.3. Klasifikasi

    Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang

    dengan dunia luar dibagi menjadi 2 yaitu, fraktur tertutup dan fraktur

    terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh,

    tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka.

    a. Patah tulang terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan olehberat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.

    Derajat Luka Fraktur

    I Laserasi < 2 cm Sederhana, dislokasi fragmen

    minimal

    II Laserasi > 2 cm, kontusi otot

    disekitarnya

    Dislokasi fragmen jelas

    III Luka lebar, rusak hebat, atau

    hilangnya jaringan disekitarnya

    Kominutif, segmental,

    fragmen tulang ada yang

  • 5/21/2018 1. fraktur

    6/35

    hilang.

    Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo and Anderson (1976)

    Tipe Batasan

    I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm

    II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang

    berat.

    III Kerusakan jaringan yang berat dan luas, fraktr segmental

    terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan

    tinggi, fraktur yang perlu repair vaskuler, dan fraktur yang

    lebih dari 8 jam setelah kejadian.

    Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III Gustillo and Anderson (1976)

    oleh Gustillo Mendoza dan William (1984).

    Tipe Batasan

    IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan

    kerusakan jaringan lunak yang luas

    IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat,

    periosteal striping atau terjadi bone expose

    IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat

    tingkat kerusakan jaringan lunak

    Gambar 3. Jenis-jenis fraktur

  • 5/21/2018 1. fraktur

    7/35

    b. Berdasarkan Etiologis1. Fraktur traumatik, terjadi karena trauma yang tiba-tiba.2. Fraktur patologis, terjadi pada tulang karena adanya

    kelainan/penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang.

    Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atau akibat akibat

    trauma ringan.

    3. Fraktur stres, terjadi karena adanya trauma yang terus-meneruspada suatu tempat tertentu.

    c. Berdasarkan Lokalisasi1. Fraktur diafisis2. Fraktur metafisis3. Dislokasi dan fraktur4. Fraktur Intra-artikuler

    d. Berdasarkan Derajat atau Luas Garis Fraktur1. Complete, tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau

    lebih.

    2. Incomplete (Parsial), bila antara patahan tulang masih terjadihubungan sebagian. Fraktur Parsial terbagi lagi menjadi:

    -Fisura/ Crack/ HairlineTulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat. Fisura

    tulang dapat disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh

    cedera terus menerus yang cukup lama, seperti juga ditemukan

    pada retak stress pada struktur logam.

    -Patah Dahan Hijau (Greenstick Fracture)Patah tulang dahan hijau adalah fraktur dimana patah tulang padasatu sisi sedangkan pada sisi lainnya membengkok. Fraktur ini

    terjadi pada anak-anak.

    -Buckle Fracture atau torus fractureFraktur di mana korteksnya melipat ke dalam dengan kompresi

    tulang spongiosa di bawahnya.

    4. Berdasarkan Garis Fraktur/ Konfigurasi Tulang

  • 5/21/2018 1. fraktur

    8/35

    1. Fraktur Transversal, garis patah tulang melintang sumbu tulang(80-100odari sumbu tulang), memotong tegak lurus sumbu tulang.

    2. Fraktur Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (100odari sumbu tulang), membentuk sudut terhadap sumbu

    tulang.

    3. FrakturLongitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang (sejajardengan sumbu tulang).

    4. FrakturSpiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih,garis tulang berbentuk spiral.

    5. Fraktur Comminuted/Kominutif, patah tulang komunitif adalahfraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen dan saling

    berhubungan.

    6. Fraktur Segmental, garis patah lebih dari satu tetapi tidakberhubungan.

    7. Fraktur Multipel, garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yangberlaianan tempatnya.

    8. Patah Tulang Impaksi, patah tulang impaksi adalah fraktur dimanafragmen tulang terdorong kefragmen tulang lainnya.

    9. Patah Tulang Kompresi, patah tulang kompresi adalah frakturdimana tulang mengalami kompresi(terjadi pada tulang belakang).

    10.Impresi

    Gambar 4. Jenis Fraktur

    5. Berdasarkan Pergeseran Fragmen Tulang1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser)

  • 5/21/2018 1. fraktur

    9/35

    Garis patah lengkap namun kedua fragmen tidak bergeser &

    periosteum utuh.

    2. FrakturDisplaced(bergeser)Terjadi pergeseran fragmen tulang juga disebut lokasi fragmen,

    terbagi atas:

    - Dislokasi ad latitudinem (dislokasi ke arah lintang)- Dislokasi ad longitudunem, tulang memanjang karena tarikan

    terlalu besar (pergeseran searah sumbu)

    - Dislokasi cum kontraktione, tulang memendek, umumnyadisebabkan tarikan dan tonus otot

    - Dislokasi cum distractionem, misal pada patah tulang patelakarena tonus m. quadriseps femoris

    - Dislokasi ad aksim/ angulasi, pergeseran yang membentuksudut, dislokasi ad aksim sering ditemukan pada tulang panjang

    - Dislokasi ad peripheriam, dislokasi karena adanya rotasi- Patah tulang yang didapatkan interposisi jaringan lunak di

    selanya

    - Patah tulang avulsi, patah tulang dengan tarikan pada insersitendo otot atau ligamentum. (De Jong, 2003; Rasjad, 2007)

    I.2.4. Gambaran Klinis

    Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,

    deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan

    perubahan warna.

    1.Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulangdi imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

    bidai alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar

    fragmen tulang.

    2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dancenderung bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya,

    pergeseran fraktur menyebabkan deformitas.

  • 5/21/2018 1. fraktur

    10/35

    3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnyakarena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

    4. Saat ekstremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulangyang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen

    satu dengan yang lainnya.

    5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagaiakibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini

    biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

    I.2.5. Diagnosis

    a.AnamnesaBiasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik fraktur),

    baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan

    ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus

    dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di

    daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Trauma

    dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau

    jatuh dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda

    berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma

    olah raga. Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan,

    gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi

    atau datang dengan gejalagejala lain (Rasjad, 2007).

    b. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya :

    1. Syok, anemia atau perdarahan2.

    Kerusakan pada organorgan lain, misalnya otak, sumsum tulang

    belakang atau organ organ dalam rongga toraks, panggul dan

    abdomen

    3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologisc. Pemeriksaan Lokal

    1. Inspeksi (Look)- Bandingkan dengan bagian yang sehat-

    Perhatikan posisi anggota gerak

  • 5/21/2018 1. fraktur

    11/35

    - Keadaan umum penderita secara keseluruhan- Ekspresi wajah karena nyeri- Lidah kering atau basah- Adanya tandatanda anemia karena perdarahan- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

    membedakan fraktur tertutup atau terbuka

    - Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampaibeberapa hari

    - Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dankependekan

    - Lakukan survey pada seluruh tubuh apakah ada trauma padaorgan lain

    - Perhatikan kondisi mental penderita- Keadaan vaskularisasi

    2. Palpasi (Feel)Palpasi dilakukan secara hati - hati oleh karena penderita biasanya

    mengeluh sangat nyeri. Halhal yang perlu diperhatikan :

    - Temperatur setempat yang meningkat- Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superficial biasanya

    disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat

    fraktur pada tulang

    - Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus hatihati- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi

    arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai

    dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri

    pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma,

    temperature kulit.

    3. Pergerakan (Move)Pergerakan dengan meminta penderita menggerakan secara aktif

    dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami

    trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan

    menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh

  • 5/21/2018 1. fraktur

    12/35

    dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan

    kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

    dinilai seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan

    yang tidakmampu dilakukan, range of motion (derajat dari ruang

    lingkup gerakan sendi), dan kekuatan. Apakah ada Functio laesa

    (hilangnya fungsi) atau tidak.

    4. Pemeriksaan neurologisPemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris

    dan motoris serta gradasi kelainan neurologis. Kelainan saraf yang

    didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan

    masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan

    patokan untuk pengobatan selanjutnya.

    5. Pemeriksaan trauma di tempat lainMeliputi kepala, toraks, abdomen, pelvis. Sedangkan pada pasien

    dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol

    ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan

    circulation.

    d. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan radiologis

    Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan,

    lokasi serta ekstensi fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis :

    - Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi- Untuk konfirmasi adanya fraktur- Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen

    serta pergerakannya

    - Untuk menentukan teknik pengobatan- Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak- Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-

    artikuler

    - Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang- Untuk mengetahui adanya benda asing, misalnya peluru

  • 5/21/2018 1. fraktur

    13/35

    Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua,

    yaitu :

    - Dua posisi proyeksi (AP dan lateral)- Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto (di atas

    dan di bawah sendi yang mengalami fraktur)

    - Dua anggota gerak- Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan

    fraktur pada dua daerah tulang

    - Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya frakturskafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya

    diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

    2. Pemeriksaan radiologis lainnya- Tomografi- CT Scan- MRI- Radioisotop scanning (Rasjad, 2007)

    I.2.6. Penyembuhan Fraktur

    1. Fase HematomaPerdarahan yang terjadi di sekitar patahan tulang yang disebabkan oleh

    putusnya pembuluh darah pada tulang dan periost.

    2. Fase Jaringan FibrosisHematom kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan

    fibrosis dan vaskuler sehingga hematom berubah menjadi jaringan

    fibrosis dengan kapiler di dalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan

    fragmen tulang saling menempel. Jaringan yang menempelkan

    fragmen patahan tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa.

    3. Fase Jaringan Kondroid dan OsteoidKe dalam hematom dan jaringan fibrosis tumbuh sel jaringan

    mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel

    kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar

    tulang rawan, sedangkan di tempat yang jauh dari patahan tulang yang

    vaskularisasinya relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan

  • 5/21/2018 1. fraktur

    14/35

    membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar tulang. Kondroid

    dan osteoid awalnya tidak mengandung kalsium sehingga tidak

    terlihat pada foto Rontgen.

    4. Fase Pertautan KlinisPada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Hal ini

    menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang. Pada foto

    Rontgen, proses ini terlihat sebagai bayangan radio-opak, tetapi

    bayangan garis patah tulang masih terlihat.

    5. Fase Tulang LamelarWoven bone berubah lamellar bone (kalus berubah menjadi hard

    kalus) dan fragmen menjadi solid.

    6. Fase Konsolidasi/ Swapugar (fase union secara radiologik)Kalus yang berlebih mulai menghilang serta terbentuk tulang yang

    normal atau mendekati normal. Kanalis medularis mulai terbentuk.

    Sampai dengan stadium remodeling dibutuhkan waktu sekitar 1 tahun.

    Namun pada anak, waktu yang dibutuhkan biasanya lebih cepat,

    hingga setengah dari rata-rata waktu penyembuhan pada dewasa. Ini

    dikarenakan periosteum anak-anak lebih tebal dan dapat menghasilkan

    kalus dalam waktu singkat serta lebih banyak (De Jong, 2003)

    Gambar 5. Proses Penyembuhan Fraktur

    I.2.7. Waktu Penyembuhan Fraktur

    Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan

    berhubungan dengan beberapa faktor penting pada penderita, antara lain :

    1. Usia

  • 5/21/2018 1. fraktur

    15/35

    Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak lebih cepat dari orang

    dewasa terutama karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum

    dan endoesteun dan juga berhubungan dengan proses remodeling

    tulang pada bayi yang sangat aktif dan makin berkurang apabila usia

    bertambah.

    2. Lokalisasi dan konfigurasi frakturLokasi fraktur memegang peranana penting, misalnya, fraktur

    metafisis penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis. Selain itu

    konfigurasi fraktur juga berpengaruh, misalnya fraktur transversal

    lebih lambat penyembuhannya dari fraktur oblik karena kontak yang

    lebih banyak.

    3. Pergeseran awal frakturJika fraktur tidak bergeser dimana periosreum intak, maka

    penyembuhan dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang

    bergeser. Pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan

    kerusakan periost yang lebih hebat.

    4. Vaskularisasi pada kedua fragmenVaskularisasi kedua fragmen yang baik biasanya mengahasilkan

    penyembuhan tanpa komplikasi, namun apabila salah satu

    vaskularisasinya jelek dan mengalami kematian, maka akan

    menghambat terjadinya union bahkan mungkin mengalami nonunion.

    5. Reduksi serta imobilisasiReposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi

    yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna

    akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akanmengganggu penyembuhan fraktur.

    6. Waktu imobilisasiBila mobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum

    terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat

    besar.

    7. Ruangan antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak

  • 5/21/2018 1. fraktur

    16/35

    Bila terdapat interposisi jaringan baik berupa periost, maupun otot

    atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi

    kedua ujung fraktur.

    8. Adanya infeksiBila terjadi infeksi pada daerah fraktur, maka akan mengganggu

    terjadinya proses penyembuhan.

    9. Cairan sinoviaPada persendian dimana terdapat cairan synovial, maka cairan ini

    merupakan penghambat terjadinya proses penyembuhan.

    10. Gerakan aktif dan pasif anggota gerakGerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan mengingkatkan

    vaskularisasi daerah fraktur, tapi gerakan y.ang dilakukan pada daerah

    fraktur tanpa imobilisasi akan mengganggu vaskularisasi (Rasjad,

    2007).

    I.2.8. Penilaian Penyembuhan Fraktur

    Penilaian penyembuhan fraktur (union) didasarkan atas union

    secara klinis dan union secara radiologik. Pemeriksaan secara klinis

    dilakukan dengan pemeriksaan pada daerah fraktur dengan melakukan

    pembengkokan pada daerah fraktur, pemutaran dan kompresi untuk

    mengetahui adanya gerakan atau perasaan nyeri pada penderita. Keadaan

    ini dapat dirasakan oleh pemeriksa atau oleh penderita sendiri. Apabila

    tidak ditemukan adanya gerakan, maka secara klinis terjadi union dari

    fraktur.

    Union secara radiologik dinilai dengan pemeriksaan rontgen pada

    daerah fraktur dan dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mungkindapat ditemukan adanya trabekulasi yang sudah menyambung pada

    kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medulla atau

    ruangan dalam daerah fraktur (Rasjad, 2007).

    I.2.9. Penyembuhan Abnormal pada Fraktur

    Penyembuhan abnormal pada fraktur dapat disebabkan oleh

    imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, interposisi dan gangguan

    perdarahan setempat. Penyembuhanabnormal pada fraktur terdiri dari :

  • 5/21/2018 1. fraktur

    17/35

    1. MalunionMalunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya

    tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus,

    rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur

    radius dan ulna.

    2. Delayed unionDelayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah waktu 3 - 5

    bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota

    gerak bawah).

    3.NonunionApabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak

    didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).

    Pseudoartritis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi

    bersama-sama infeksi disebut infected pseudoarthrosis.

    Beberapa jenis nonunion terjadi memurut keadaan ujung ujung fragmen

    tulang :

    - Atropik : sama sekali tidak terbentuk kalus (avaskular)- Hipertropik : terbentuk jaringan fibrous (hipervascular)- Oligotropik : kalus yang terbentuk sedikit

    I.2.10. Penatalaksanaan

    1. PrinsipPrinsip Pengobatan Fraktur

    a. Penatalaksanaan awal- Pertolongan pertama

    Membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang

    bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena

    agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum

    diangkut dengan ambulans.

    - Penilaian klinisSebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian

    klinis, apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma

    pembuluh darah/syaraf ataukah trauma alat-alat dalam lain.

    - Resusitasi

  • 5/21/2018 1. fraktur

    18/35

    Jika pasien datang dalam keadaan syok dilakukan resusitasi

    sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa

    pemberian transfuse darah dan cairan lainnya serta obat-obat

    anti nyeri (Rasjad, 2007).

    b. Prinsip umum pengobatan frakturAda enam prinsip pengobatan fraktur :

    - Jangan mencederai pasien- Pengobatan didasari atas diagnosis yang tepat dan prognosisnya- Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus, yaitu dengan cara

    menghilangkan nyeri, memperoleh posisi yang baik dari

    fragmen, mengusahakan terjadinya penyembuhan tulang, dan

    mengembalikan fungsi secara optimal

    - Bekerja sama dengan hukum alam- Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan- Pemilihan pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien

    secara individu (De Jong, 2003; Rasjad, 2007)

    Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan

    definitif, prinsip pengobatan ada empat (4R) :

    - Recognition : diagnosis dan penilaian frakturPrinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur

    dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal

    pengobatan perlu diperhatikan : lokalisasi fraktur, bentuk

    fraktur, teknik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang

    mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.

    - Reduction : reduksi fraktur apabila perlu.Posisi yang baik : alignment sempurna dan aposisi yang

    sempurna. Reduksi berarti mengembalikan jaringan atau

    fragmen ke posisi semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk

    semula, diharapkan bagian yang sakit dapat berfungsi kembali

    dengan maksimal.

    - Retention : tindakan mempertahankan hasil reposisi denganfiksasi (imobilisasi), Hal ini akan menghilangkan spasme otot

  • 5/21/2018 1. fraktur

    19/35

    pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan

    sembuh lebih cepat.

    - Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsionalsemaksimal mungkin.

    (Bucholz et al, 2006; Rasjad, 2007; Helmi 2011)

    2. MetodeMetode Pengobatan Fraktur

    a. Fraktur tertutup1. Konservatif- Proteksi semata mata (tanpa reduksi atau imobilisasi):

    menggunakan sling (mitela). Indikasi : fraktur yang tidak

    bergeser.

    - Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi): menggunakanplaster of Paris (gips) atau dengan bermacam macam bidai

    dari plastik atau metal. Indikasi : fraktur yang akan

    dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan

    - Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna:menggunakan gips. Indikasi : bidai pada fraktur untuk

    pertolongan pertama, imobilisasi sebagai pengobatan definitive

    pada fraktur, imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis,

    untuk alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang kurang

    kuat.

    - Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti denganimobilisasi : dengan traksi kulit dan traksi tulang.

    - Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi :dengan menggunakan alatalat mekanik seperti bidai Thomas,

    bidai Brown Bohler, Bidai Thomas denganPearson knee flexion

    attachment. Indikasi : bila reduksi tertutup dengan manipulasi

    dan imobilisasi tidak memungkinkan; bila terdapat otot yang

    kuat mengelilingi fraktur pada tulang tungkai bawah yang

    menarik fragmen; bila terdapat fraktur yang tidak stabil, oblik,

    fraktur spiral atau kominutif tulang panjang; fraktur vertebra

    servikalis yang tidak stabil; fraktur femur pada anak-anak;

  • 5/21/2018 1. fraktur

    20/35

    fraktur dengan pembengkakan yang sangat hebat dan terdapat

    pergeseran yang tidak stabil; sesekali pada fraktur Colles. Empat

    metode traksi yang digunakan : traksi kulit, traksi menetap,

    traksi tulang, traksi berimbang dan traksisliding.

    2. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna / perkutaneus denganK-wire

    Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang tidak stabil,

    maka reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire

    perkutaneus misalnya pada fraktur suprakondiler humeri pada

    anak-anak atau fraktur colles.

    3. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksternatulang

    Tindakan operasi harus diputuskan dengan cermat dan dilakukan

    oleh ahli bedah dan operasi dilakukan secepatnya (dalam satu

    minggu). Alat alat yang dipergunakan dalam operasi yaitu

    kawat bedah, kawat Kirschner, screw, screw dan plate, pin

    Kuntscher intrameduler, pin rush, pin Steinmann, pin Trephine,

    plate and screw smith Peterson, pin plate telekospik, pin Jewett

    dan protesis. Selain alat-alat metal, tulang yang mati ataupun

    hidup dapat pula digunakan bonegraft baik autograft/allograft

    untuk mengisi defek tulang atau pada fraktur yang nonunion.

    a. Reduksi terbuka dengan fiksasi internaIndikasi :

    -Fraktur Intraartikuler (fraktur maleolus, kondilus, olekranon,patella)

    -Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan (fraktur radiusdan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak

    stabil)

    -Jika ada interposisi jaringan diantara kedua fragmen-Bila diperlukan fiksasi rigid (fraktur leher femur)

  • 5/21/2018 1. fraktur

    21/35

    -Fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baikdengan reduksi tertutup (fraktur monteggia dan fraktur

    Bennet)

    -Fraktur terbuka-Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna

    sedangkan diperlukan mobilisasi yang cepat (fraktur pada

    orang tua)

    -Eksisi fragmen yang kecil-Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami

    nekrosis avaskuler (fraktur leher femur pada orang tua)

    -Fraktur avulsi (kondilus humeri)-Fraktur epifisis tertentu pada Grade III dan IV (Salter Harris)pada anak

    -Fraktur multiple (fraktur pad tungkai atas dan bawah)-Untuk mempermudah perawatan penderita (fraktur vertebra

    tulang belakang yang disertai paraplegia)

    Gambar 6. Fiksasi Internal

    b. Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternaIndikasi :

    -Fraktur terbuka grade II-III-Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang

    hebat

    -Fraktur dengan infeksi atau pseudoartrosis

  • 5/21/2018 1. fraktur

    22/35

    -Fraktur yang miskin jaringan ikat-Kadangkadang pada fraktur tungkai bawah penderita DM

    Gambar 7. Fiksasi eksternal

    4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesisPada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya

    terjadi nekrosis avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh

    karena itu dilakukan pemasangan protesis yaitu alat dengan

    komposisi metal tertentu untuk menggantikan bagian yang

    nekrosis.

    b. Fraktur terbukaFraktur terbuka merupakan keadaan darurat yang memerlukan

    penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi.

    Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan

    fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang

    penting untuk dilakukan dalam penatalaksanaan fraktur terbuka

    yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, hati-hati, debridement

    yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone

    grafting yang dini serta pemberian antibiotik yanga adekuat.

    Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka :

    1. Obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang

    dapat menyebabkan kematian

  • 5/21/2018 1. fraktur

    23/35

    3. Berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, sebelum dansetelah operasi

    4. Segera dilakukan debridement dan irigasi yang baik5. Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya6. Stabilisasi fraktur7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena (Rasjad, 2007)

    I.2.11. Komplikasi Fraktur

    a. Komplikasi segera, terjadi saat terjadinya patah tulang atau segerasetelahnya.

    1. Lokal-Kulit : abrasi, laserasi, penetrasi-Pembuluh darah : robek-Sistem saraf : sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan

    sensorik

    -Organ dalam : jantung, paru, hepar, limpa (pada fraktur costae),kandung kemih (pada fraktur pelvis)

    2. Umum-Rudapaksa multiple-Syok : hemoragik, neurogenik

    b. Komplikasi dini, terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian.- Nekrosis kulit, gangren, sindrom kompartemen, trombosis vena,

    infeksi sendi, osteomielitis umum

    - ARDS, emboli paru, tetanusc. Komplikasi lambat, terjadi lama setelah fraktur.

    1. Lokal-Sendi : ankilosis fibrosa, ankilosis osal-Tulang : gagal taut/taut lama/salah taut, distrofi reflek, osteoporosispasca trauma, gangguan pertumbuhan, osteomyelitis, patah tulang

    ulang

    -Otot/tendo : penulangan otot, rupture tendo

  • 5/21/2018 1. fraktur

    24/35

    -Saraf : kelumpuhan saraf lambat2. Umum-batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur). (De Jong,

    2003)

  • 5/21/2018 1. fraktur

    25/35

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Pasien baru dengan post kecelakaan lalu lintas dalam keadaan sadar

    Airway : Sumbatan jalan napas (-)

    Breathing : RR: 20 kali/menit (tidak didapatkan tanda-tanda gangguan

    pernapasan)

    Circulation : TD: 120/80 mmHg

    N : 80 kali/menit (reguler, kuat angkat)

    Disability : GCS: 15 Pupil: IsokorSetelah airway, breathing, dan circulation dipastikan clear, maka pemeriksaan

    selanjutnya dapat dilakukan lebih lanjut.

    II.1. Identitas PasienNama : Sdr. E

    Umur : 22 tahun

    Tanggal Lahir : 30 Januari 1992Jenis Kelamin : laki-laki

    Agama : Islam

    Alamat : Link Berokan 05/06 Bawen, Ambarawa Kab.

    Semarang

    Pekerjaan : Swasta

    Status Pernikahan : Belum menikah

    Tanggal Masuk : 19 Maret 2014

    No. CM : 155100-2014

    II.2. AnamnesaAutoanamnesa dilakukan di Bangsal Melati RSUD Ambarawa pada hari

    Jumat, 21 Maret 2014

    Keluhan Utama :

    Nyeri pada pundak kiri

  • 5/21/2018 1. fraktur

    26/35

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke IGD RSUD Ambarawa langsung setelah kecelakaan

    terjadi, saat dibawa pasien tampak kesakitan, lengan atas bagian kiri tidak

    bisa digerakan, terdapat luka terbuka di bagian lengan atas kiri, terdapat

    beberapa luka lecet di bagian lengan kiri bawah. Pasien mengaku posisi

    jatuh dari motor miring kearah kiri. Pada saat jatuh pasien tidak pingsan

    dan masih ingat saat kejadian berlangsung. Kepala tidak terbentur. Tidak

    ada perdarahan yang terjadi. Pasien menyangkal adanya pusing, nyeri

    kepala, mual dan muntah.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumya. Riwayat

    trauma sebelumnya (-), riwayat kencing manis (-), riwayat darah tinggi (-

    ),alergi (-), riwayat penyakit tulang (-), riwayat operasi sebelumnya (-),

    riwayat kelainan darah (-).

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.

    Riwayat kencing manis (-), riwayat darah tinggi (-), riwayat alergi (-),

    riwayat penyakit tulang (-), riwayat kelainan darah (-).

    Riwayat Pengobatan :

    Pasien belum melakukan pengobatan sebelumnya.

    II.3. Pemeriksaan Fisik1. Status generalisata

    a. KU : tampak sakit sedangb. Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4V5M6c. Tanda Vital

    - Tekanan Darah : 120/80 mmHg- Nadi : 80x/menit- Respirasi : 20x/menit- Suhu : 37o C

    d. Kepala : Mesocephal, rambut hitam, pendek, lurus, tidakmudah dicabut, hematom (-), jejas (-)

  • 5/21/2018 1. fraktur

    27/35

    e. Mata : Konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), pupilisokor, reflek cahaya (+/+), reflek kornea (+/+)

    f. Hidung : Sekret (-), mimisan (-), nafas cuping hidung (-)g. Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), pembesaran tonsil (-)h. Telinga : Discharge (-), luka (-)i. Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-) , JVP

    meningkat (-)

    j. ThoraksPulmo : I : Normochest, dinding dada simetris

    P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dada simetris

    P : Sonor di kedua lapang paru

    A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

    Cor : I : Tidak tampak ictus cordis

    P : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba

    P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra

    Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra

    Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra

    Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra

    A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-

    k. Abdomen : I : DatarA : Bising usus (+) normal

    P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak

    teraba membesar, nyeri ketok CVA (-/-)

    P : Timpanil. Ekstremitas

    - Superior dekstra : edema (-), deformitas (-), jejas (-), akraldingin (-), nyeri gerak aktif dan pasif (-)

    - Superior sinistra : lihat status lokalis- Inferior dekstra et sinistra : edema (-), deformitas (-),

    jejas (-), akral dingin (-), nyeri gerak aktif dan pasif (-)

  • 5/21/2018 1. fraktur

    28/35

    2. Status LokalisRegio clavicula sinistra

    Look : edema (+), deformitas (+), VL di 1/3 medial clavicula

    Feel : teraba hangat, nyeri tekan (+), nadi dan suhu distal (dbn)

    Movement : nyeri gerak aktif dan pasif (+), functio laesa (+)

    II.4. Diagnosis Banding1. Fraktur tertutup os clavicula sinistra 1/3 medial2. Dislokasi sendi glenohumerus

    II.5. Pemeriksaan PenunjangHasil pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Maret 2014

    Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

    Hematologi

    darah rutin :

    Hemoglobin 13,2 12,016,0 g/dl

    Leukosit 8,6 4,010 ribu

    Eritrosit 4,86 4,25,4 juta

    Hematokrit 40,5 3743 %

    Trombosit 215 200400 ribu

    MCV 83,3 8090 mikro m3

    MCH 27,2 2734 pg

    MCHC 32,6 3236 g/dl

    RDW 12,4 1016 %

    MPV 7,8 711 mikro m3

    Limfosit 0,9 1,73,5 10 /mikroL

    Monosit 0,3 0,20,6 10 /mikroL

    Granulosit 7,4 2,57 103/mikroL

    Limfosit % 10,0 2535 %

    Monosit % 4,0 46 %

  • 5/21/2018 1. fraktur

    29/35

    Granulosit % 86,0 5080 %

    PCT 0,108 0,20,5 %

    PDW 15,0 1018 %

    Golongan Darah B

    Clotting Time 3:00 3-5 (menit:detik)

    Bleeding Time 2:00 1-3 (menit:detik)

    Kimia Klinik

    SGOT 36 < 47 IU/L

    SGPT 36 < 39 IU/L

    Serologi

    HBsAg Non Reaktif NON REAKTIF

    Hasil pemeriksaan rontgen tanggal 19 Maret 2014

    II.6. Diagnosa KerjaFraktur os clavicula sinistra 1/3 medial, transversal, complete, tertutup,

    non komplikata

    Fraktur os clavicula sinistra 1/3 medial, transversal, complete, tertutup, non

  • 5/21/2018 1. fraktur

    30/35

    II.7. PenatalaksanaanFarmakologi

    - Infus RL 20 tpm- Inj Ketorolac 2x30 mg- Inj Ranitidin 2x 1 amp- Inj Cefotaksim 2x 1 gr

    Non farmakologi

    - Pemasangan spalk/bidai

    II.8. PrognosisDubia ad bonam

  • 5/21/2018 1. fraktur

    31/35

    BAB III

    ANALISIS KASUS

    III.1. S (Subjective)

    Pasien bernama Sdr. E datang ke IGD RSUD Ambarawa setelah

    kecelakaan dari motor. Pasien mengeluh nyeri hebat dan terdapat luka

    terbuka pada bahu kiri dan tidak bisa digerakkan. Terdapat luka lecet di

    bagian lengan kiri bawah. Pasien terjatuh dengan posisi miring ke arah kiri.

    Nyeri dan adanya luka terbuka disebabkan karena adanya reaksiinflamasi akibat adanya trauma di daerah bahu kiri.

    Lengan kiri pasien tidak dapat digerakkan karena terbatasnya ruanggerak akibat nyeri yang timbul diakibatkan oleh trauma dapat terjadi

    kemungkinan adanya fraktur di bagian bahu kiri.

    Kemungkinan adanya fraktur di daerah bahu kiri karena posisi jatuhmiring kekiri dan menopang berat badan pasien, sehingga pada bagian

    tersebut terdapat beban yang lebih berat.

    Pada saat jatuh pasien masih sadar, tampak kesakitan dan masih ingat

    saat kejadian. Kepala pasien tidak terbentur, tidak mual, tidak muntah, tidak

    pusing. Terdapat perdarahan di daerah bahu kiri, dilakukan penjahitan di

    IGD untuk menghentikan perdarahan.

    Hal ini ditanyakan untuk dapat menyingkirkan adanya gangguanneurologis yang dialami pasien post jatuh.

    III.2. O (Objective)

    Pasien Sdr. E merupakan pasien post trauma, maka saat pasien

    pertama kali datang ke IGD yang dinilai adalah Airway, Breathing dan

    Circulation. Pada Airway Sdr. S dianggap clear karena dapat berbicara

    dengan baik. Breathing dianggap clear karena didapatkan RR : 20 x/menit

    (dalam batas normal) dan tidak terdapat tanda-tanda gangguan pernapasan.

    Circulation juga dianggap clear, berdasarkan hasil pemeriksaan

  • 5/21/2018 1. fraktur

    32/35

    didapatkan kesadaran compos mentis, warna kulit tidak pucat, nadi 80

    kali/menit (reguler, kuat angkat), tekanan darah 120/80 mmHg. Setelah

    airway, breathing, dan circulation dipastikan clear, maka pemeriksaan

    selanjutnya dapat dilakukan lebih lanjut.

    Status Lokalis :Regio clavicula sinistra

    - Look : edema (+), deformitas (+), VL di 1/3 medialAdanya edema dan deformitas menimbulkan adanya kecurigaan

    adanya fraktur pada daerah bahu kiri. VL pada daerah bahu kiri

    menunjukkan telah terjadinya cedera atau trauma pada daerah

    tersebut.

    - Feel : teraba hangat, nyeri tekan (+), nadi dan suhu distal (dbn)Nyeri tekan dan rasa hangat pada daerah luka yang dirasakan oleh

    pasien merupakan suatu respon tubuh yang terjadi pada keadaan

    pasca trauma, sehingga jaringan tubuh mengalami inflamasi dan

    mengeluarkan mediator-mediator inflamasi yang menimbulkan

    gejala berupa nyei tekan dan rasa hangat pada daerah luka.

    - Movement : nyeri gerak aktif dan pasif (+),function laesa (+)Pada penialaian kemampuan pergerakan yang dilakukan kepada

    Sdr. E didapatkan bahwa pasien tidak dapat menggerakan tangan

    kirinya dan terdapat rasa nyeri pada saat pergerakan baik aktif

    maupun pasif, hal tersebut mendukung kecurigaan bahwa telah

    terjadi fraktur pada Sdr. E.

    Dari pemeriksaan fisik kita mencurigai bahwa pasien mengalamifraktur pada bahu kiri, namun untuk memastikan jenis fraktur serta tulang

    mana yang terkena, perlu dilakukan pemeriksaan rontgen. Selain itu rontgen

    juga diperlukan untuk menentukan jenis terapi yang akan dilakukan dan

    evaluasi penatalaksanaan selanjutnya. Setelah dilakukan pemeriksaan

    Rontgen didapatkan kesan bahwa pasien mengalami fraktur os clavicula

    sinistra 1/3 medial, complete, tertutup non komplikata.

  • 5/21/2018 1. fraktur

    33/35

    III.3. A (Assesment)

    Fraktur os clavicula sinistra 1/3 medial,transversal, complete, tertutup

    non komplikata.

    III.4. P (Planning)

    Farmakologi

    - Infus RL 20 tpmRinger Laktat merupakan salah satu cairan kristaloid yang bersifat

    isotonik yaitu cairan yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya

    mendekati serum tubuh. Komposisi RL terdiri dari Na+(130 mEq/L), Cl-

    (109 mEq/L), Ca2+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). osmolaritasnya

    sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml dan 1000 ml.

    - Inj Ketorolac 2x30 mgKetorolak adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid

    (NSAID), yang biasa digunakan untuk analgesik, antipiretik dan anti

    inflamasi. Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut

    dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama 5 hari. Obat ini

    menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat

    menjadi PG2 terganggu. Ketorolak merupakan penghambat

    siklooksigenase yang non selektif. Selain menghambat sintese

    prostaglandin, juga menghambat tromboksan A2.

    - Inj Ranitidin 2x1 ampRanitidin merupakan antagonis histamin reseptor H2 (antagonis H2)

    menghambat kerja histamin pada semua reseptor H2yang penggunaan

    klinisnya ialah menghambat sekresi asam lambung, dengan menghambat

    secara kompetitif ikatan histamin dengan reeseptor H2, zat ini

    mengurangi konsentrasi cAMP intraseluler sehingga sekresi asam

    lambung juga dihambat.

    - Inj Cefotaksim 2x1 grCefotaxime adalah antibiotik spektrum luas golongan sefalosporin

    generasi ketiga yang mempunyai efek bakterisidal dengan cara

  • 5/21/2018 1. fraktur

    34/35

    menghambat sintesis mukopeptida dinding sel bakteri. Cefotaxime

    merupakan pilihan lini pertama terhadap bakteri yang resisten terhadap

    penisilin karena cefotaxime stabil terhadap hidrolisis beta-laktamase.

    Non farmakologi

    - Pemasangan spalk/bidaiPembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma

    sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian

    tubuh yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu

    benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang. Di pasang

    dengan cara melewati dua sendi yaitu sendi siku dan sendi pergelangan

    tangan.

  • 5/21/2018 1. fraktur

    35/35

    DAFTAR PUSTAKA

    Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's

    Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331

    Buranda Theopilus et. al. 2011. Osteologi dalam : Diktat Anatomi

    Biomedik I. Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7

    De Jong, Wim dan Sjamsyuhidayat, R. 2003.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi

    2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Helmi ZN. 2011.Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba

    Medika. p 411-55

    Nayagam S. 2010.Principles of Fractures. Dalam: Solomon L, Warwick

    D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition.

    London: Hodder Education. p687-732

    Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi Ketiga. Jakarta:

    Yasif Watampone